Monitoring Kondisi Transformator Daya Secara Online

advertisement
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Monitoring Kondisi Transformator Daya Secara
Online Berbasis Analisis Data Suhu, Tegangan,
dan Arus pada Transformator Distribusi
Bryan Rahardy, Dr. Eng. Ardyono Priyadi, S.T., M.Eng., dan Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery P., M.Eng.
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected], [email protected]
Abstrak—Pada
operasi
penyaluran
tenaga
listrik,
transformator dikatakan sebagai jantung transmisi dan
distribusi. Dalam kondisi ini, suatu transformator diharapkan
dapat beroperasi secara maksimal. Oleh karena itu, cara
pemeliharaan dituntut sebaik mungkin dan harus dipelihara
dengan menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik,
dan tepat. S ebagai upaya mewujudkan hal tersebut, dalam tugas
akhir ini dirancang suatu sistem yang dapat memantau kondisi
transformator dengan membandingkan antara data tegangan,
suhu, dan arus transformator. Perubahan data tegangan, suhu,
dan arus tersebut digunakan sebagai karakteristik kondisi
transformator yang diuji. Bila mengalami perubahan dari
karakteristik normal, maka kondisi transformator bisa diketahui
secara lebih dini. Ketika beroperasi pada beban linier, prototipe
dapat memantau arus dengan kesalahan pengukurannya adalah
1,26% sampai 1,81%, sedangkan memantau tegangan dengan
kesalahan pengukuran 0,43% sampai 0,82%, dan suhu dengan
kesalahan pengukuran 0,37% sampai 0,56%.
Kata Kunci—arus, data tegangan, kualitas daya, suhu,
transformator.
I. PENDAHULUAN
D
ALAM operasi penyaluran tenaga listrik, t ransformator
dapat dikatakan sebagai jantung dari transmisi dan
distribusi. Pada kondisi ini suatu transformator
diharapkan dapat beroperasi secara maksimal. Mengetahui
kondisi tersebut, maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik
mungkin. Oleh karena itu, transformator harus dipelihara
dengan menggunakan sistem dan peralatan yang benar, baik,
dan tepat.
Untuk meningkatkan pelayanan PT. PLN kepada konsumen
energi listrik, perlu dijaga kontinyuitas dari waktu ke waktu.
Penyaluran energi listrik ke konsumen dari jaringan 20 KV
selalu melewati transformator daya untuk mengubah tegangan
men jadi 220 VA C yang dapat dimanfaatkan oleh konsumen.
Kendala yang terjadi pada umumnya adalah transformator
daya yang berada dalam kondisi bertegangan tidak dapat
dideteksi secara dini apakah transformator mengalami
gangguan. Selama in i PT. PLN hanya mengadakan
pemeliharaan rutin menurut jadwal dengan waktu tertentu dan
sangat sulit mengetahui kondisi transformator yang
mengalami gangguan bila terjadi gangguan diluar jad wal
pemeliharaan tersebut.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka d ibutuhkan sistem
pemantauan kondisi transformator secara online. Dengan
konsep tersebut, PT. PLN dapat mengetahui secara dini
transformator-transformator yang mengalami gangguan.
Pemantauan tersebut sangat diperlukan, terkait dengan
kebutuhan penyaluran energi listrik secara kontinyu dan
terjamin.
II. URAIAN PENELITIAN
A. Transformator
Transformator adalah peralatan pada tenaga listrik yang
berfungsi untuk mengubah daya listrik dari suatu rangkaian
listrik ke rangkaian listrik lainnya dengan frekuensi yang
sama. Trafo bekerja berdasarkan
prinsip
induksi
elektro magnetis dimana perbandingan tegangan antara sisi
primer dan sisi sekunder berbanding lurus dengan
perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan
perbandingan arusnya.[1]
B. Gardu Transformator Tiang (GTT)
Gardu Transformator Tiang (GTT) merupakan salah satu
ko mponen instalasi tenaga listrik yang terpasang di jaringan
distribusi. GTT berfungsi sebagai transformator daya penurun
tegangan dari tegangan menengah 20 KV ke tegangan rendah
380/200 V dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke
konsumen/pelanggan.[2]
Gambar 1. Konstruksi Transformator Distribusi
C. Kenaikan Suhu Transformator
Pembebanan menyebabkan terjadi kenaikan suhu yang
ditimbulkan oleh panas (kalor) pada belitan transformator. Hal
ini disebabkan oleh arus listrik yang mengalir pada belitan dan
induksi pada besi. Setiap kenaikan sekitar 9°C dari batas yang
diizinkan akan mengakibatkan berkurangnya umur atau
men ingkatkan nilai susut umur. Oleh karena itu, kenaikan
suhu ini harus dibatasi. Batas kenaikan suhu yang
distandarkan dapat dilihat pada tabel 1.
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6
Tabel 1.
Klasifikasi batas suhu [3]
Kelas
O
A
E
B
F
H
Kenaikan Suhu
Tertinggi (o C)
40
50
60
70
85
95
Batas Suhu
Tertinggi (o C)
90
105
120
130
155
180
2
data tegangan adalah dengan menggunakan penjepit buaya
yang kemudian d iturunkan dengan transformator step down.
1) Perancangan Sensor Arus
Alat online monitoring transformator mengamb il data arus
dari bagian sekunder transformator dengan tegangan nominal
380/220 volt. Data tersebut diamb il dengan menggunakan tiga
sensor arus yang berupa Current Transformer / CT
(transformator arus). Tipe CT yang digunakan adalah CT-235.
International Electrotechnical Commission (IEC)
menetapkan umur transformator 20 tahun atau setara 7300
hari, sehingga susut umur normal adalah 0,0137% per hari.
D. Jenis-jenis Gangguan
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem
distribusi saluran 20 kV dapat digolongkan menjadi dua
macam yaitu gangguan dari dalam sistem dan gangguan dari
luar sistem. Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan
distribusi adalah : [4]
1) Dari jenis gangguannya.
a) Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan
tanah.
b) Gangguan fasa ke fasa.
c) Gangguan dua fasa ke tanah.
d) Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah.
2) Dari lamanya gangguan.
a) Gangguan permanen.
b) Gangguan temporer.
Gambar 2. Rangkaian CT-235
Vout −hitung =
I0 x R L
N
(1)
Persamaan 1 digunakan untuk menghitung tegangan luaran
CT (Vout-hitung) yang membandingkan antara hasil kali arus
primer (I0 ) dan tahanan sekunder (RL ) dengan rasio belitan
(N).
Dalam pengujian, CT-235 dihubungkan dengan empat
beban resistif yang identik dengan arus operasi konstan yaitu
1.25 ampere pada tegangan 220 volt. Modul beban resistif
diaktifkan secara bertahap untuk melihat respon dari CT-235.
Alat ukur yang digunakan adalah Multimeter Digital GW
Instek GDM-8145 untuk mengetahui level tegangan luaran
dari CT-235.
E. Pemeliharaan Peralatan Listrik
Pemeliharaan peralatan listrik adalah proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan
dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan. [5]
GDM -8145
Jenis–jenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut :
1) Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah
pemeliharaan yang dilakukan dengan cara mempred iksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan
CT-235
kemungkinan peralatan listrik tersebut menuju kegagalan.
Beban
2) Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah
Resistif
kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah
Gambar 3. Pengujian CT-235 dengan beban resistif
terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba.
Tabel 2.
3) Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang
Hasil error pengujian transformator arus CT -235
dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu tertentu
Error (%)
VoutVout-uji (mV)
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk
hitung
Be ban
CT 1 CT 2 CT 3 CT 1
CT 2
CT 3
kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya.
(mV)
4) Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang
dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.
III. PERA NCANGA N DAN PEM BUATAN ALAT
A. Perancangan Sensor
Dalam pengamb ilan data suhu, arus, dan tegangan
diperlukan sensor-sensor yang terpasang pada transformator.
Ada 2 macam sensor yang digunakan pada tugas akhir in i,
yaitu sensor suhu dan arus. Sedangkan untuk mendapatkan
1
2
3
4
1,25
1,25
2,5
2,54
3,75
3,77
5
4,99
Mean Square
Error RMS
1,26
2,48
3,68
4,87
1,26
2,56
3,84
5,07
0
0,0016
0,0004
0,0001
5,25.10 -4
2,3.10 -2
0,0001
0,0004
0,0049
0,0169
5,6.10 -6
7,5.10 -2
0,0001
0,0036
0,0081
0,0049
4,2.10 -3
6,5.10 -2
Dari hasil pengujian, CT pada tabel 2 terlihat bahwa
tegangan luaran uji (Vout-uji) pada CT1 , CT2 , dan CT3
menunjukkan kecenderungan linier dan terjadi penyimpangan
rata-rata masing-masing sebesar 0,23%, 0,075%, dan 0,065%
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6
3
Alat Online
Monitoring
Sensor
4
5
6
Transformator Suhu
1
Bushing Sekunder
2) Perancangan Transformator Step Down
Pada alat online monitoring transformator menggunakan
tiga transformator step down yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan pada fasa R, S, dan T masing-masing
terhadap fasa N. Data tegangan diambil pada sisi sekunder
transformator dengan besar tegangan 220 Volt. Set iap
besarnya tegangan yang masuk ke transformator step down
diturunkan menjadi 3 volt agar data tegangan dapat diolah
oleh mikro kontroler.
Pada pengujian transformator step down digunakan sumber
tegangan 3 fasa dengan merk Leybold 725 702. Pengujian
dilakukan dengan menurunkan tegangan sumber secara
bertahap mulai dari tegangan maksimal sumber tegangan
tersebut yaitu 228 Vo lt sampai 0 volt. Lalu hasil pembacaan
yang tertera pada LCD dicatat sebagai penentuan rasio yang
berguna dalam pemrograman mikrokontroler.
lebih panas akibat terkena matahari. Peletakan sensor suhu
pada transformator tersaji pada gambar 5.
Bushing Primer
dari tegangan hasil perhitungan (Vout-hitung) dan sesuai
dengan persamaan 1.
Dapat disimpulkan bahwa ketiga CT memiliki luaran
berupa tegangan yang linier terhadap arus primernya dengan
rasio atau faktor pengali sebesar 0.001 atau 103 , bila
dimasukkan nilai RL = 2Ω dan N = 2000. Setiap CT
menghasilkan error yang berbeda-beda. Hal tersebut
disebabkan karena setiap CT memiliki karakteristik yang
berbeda misalnya adalah kualitas ku mparan.
Alat
Online
monitoring
2
3
Gambar 5. Skema peletakan sensor suhu pada transformator distribusi
Setelah sensor suhu selesai dirangkai, selan jutnya
dilakukan pengujian terhadap beberapa kondisi suhu. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui karakteristik setiap LM-35 yang
akan digunakan pada alat monitoring transformator.
IV. PENGUJIAN A LAT DAN ANA LISIS DATA
A. Penyusunan Alat Pengujian
Penyusunan alat disini adalah pengaturan
letak
transformator, panel meter, alat ukur dan load bank yang
digunakan pada pengujian. Pengaturan letak tersebut
dilakukan supaya keamanan tetap terjaga ketika dilaku kan
pengujian. Penyusunan alat-alat pengujian tersaji pada gambar
17. Penyusunan alat-alat tersebut berdasarkan pada skema
pengujian gambar 6.
GENERATOR
Sumber
tegangan
3 fasa
TRANSFORMATOR
STEP UP
200 KVA
400 V / 20 KV
FUSE
CUT-OFF
PT
POWER METER
Gambar 4. Pengujian transformator step down.
3) Perancangan Sensor Suhu
Sensor suhu yang digunakan dalam tugas akhir in i adalah
LM-35. LM -35 adalah sensor suhu dari National
Semiconductor yang mempunyai akurasi tinggi. Keluaran
sensor suhu ini berupa tegangan yang akan naik sebesar
10 mV setiap derajat celcius sehingga diperoleh persamaan
sebagai berikut :
VLM35 = suhu x 10 mV
(2)
Pada tugas akhir in i menggunakan 3 pasang (6 buah) sensor
suhu LM-35 yang akan dipasang pada sisi luar transformator.
Besaran suhu antara sensor nomer 1 dengan nomer 4 n ilainya
dirata-rata. Begitu juga dengan sensor suhu nomer 2 dengan 5
dan nomer 3 dengan 6. Hal ini untuk mengantisipasi apabila
transformator terpasang menghadap ke arah timur dan barat
yang suatu saat salah satu sisi transformator akan menjadi
DUMMY LOAD
(LOAD BANK)
MCCB
CT
TRANSFORMATOR
STEP DOWN
25 KVA
20 KV / 400 / 231 V
Arus
Tegangan
Suhu
ALAT
ONLINE
MONITORING
Gambar 6. Skema pengujian
B. Metode Pengujian Alat
1) Pemberian Beban pada Transformator
Pembebanan yang dilakukan pada transformator akan
mengakibatkan timbulnya arus pada sistem. Data arus dan
tegangan diambil dari sisi sekunder transfomator. Beban atau
load bank yang dipasang pada transformator in i adalah beban
resistif murni 60 kVA 3 x 1 fasa dengan cos θ = 1. Jenis
pembebanan transformator yang dilakukan dalam pengujian
ini ada 2, yaitu pembebanan seimbang dan pembebanan tidak
seimbang.
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6
%
be ban
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tabel 3.
Daya Pembebanan Seimbang dan Tak Seimbang
Daya/ph
Total
Daya/ph
Tak Seimbang
Daya
Seimbang (KVA)
(KVA)
(KVA)
R
S
T
R
S
T
0
0
0
0
0
0
0
4,5
1,5
1,5
1,5
1,5
0,5
2,5
10,5
3,5
3,5
3,5
3,5
2,5
4,5
15
5
5
5
4,5
3,5
7
19,5
6,5
6,5
6,5
4,5
7
8
24
8
8
8
9
7
8
4
a)
Pengujian Sensor Arus (CT)
Hasil pengujian CT dibandingkan dengan hasil pengujian
HIOKI 9624–50 tersaji pada tabel 4 dan 5.
%
Beban
0
20
40
60
80
100
R
0
8
15,6
18,8
18,9
36,3
Tabel 4.
Hasil pengujian CT dengan pembebanan seimbang.
HIOKI
Alat Monitoring
Error (%)
S
T
R
S
T
R
S
T
0
0
0
0
0
0
0
0
2,8
10,3
7,5
2,3
9,7
0,25
0,25 0,36
10,4 18,3 14,8 11,8 17,5
0,64
1,96 0,64
13,2 27,2 19,3 14,9 26,5
0,25
2,89 0,49
27,2 33,8 19,2 26,4 34,2
0,09
0,64 0,16
28,1 34,2 34,1 29,6 31,3
4,84
2,25 8,41
Mean Square
1,21
1,6
2,01
Error RMS (%)
1,10
1,26 1,42
2) Pengambilan Data Arus
Pengambilan data arus pada percobaan ini dilakukan d i
board panel. Pada board panel ini terdapat konduktor yang
terhubung dengan sisi sekunder transformator 25 kVA . Untuk
Tabel 5.
membaca besaran arus yang lewat, d igunakan alat HIOKI
Error hasil pengujian CT dengan pembebanan tidak seimbang.
Power Analyzer 9624–50. Pada HIOKI Power Analyzer
%
HIOKI
Alat Monitoring
Error (%)
terdapat 12 probe untuk mengambil besaran tegangan dari fasa Beban
R
S
T
R
S
T
R
S
T
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
R, S, T, dan N. Selain 8 probe tersebut, juga terdapat clamp
20
6,6
6,4
5,8
5,2
5,5
6
1,96
0,81
0,04
untuk mengukur arus yang lewat pada konduktor fasa R, S, T,
40 15,2 14,3
13
14,8 13,8 13,5 0,16
0,25
0,25
dan N. Clamp tersebut dipasang pada konduktor setiap fasa.
60 20,7
20
19,2 19,6 18,9 18,5 1,21
1,21
0,49
3) Pengujian Sensor
Dalam melakukan pengujian sensor arus dan tegangan
ditempatkan pada board panel. Sedangkan untuk sensor suhu
ditempel pada sisi luar transformator. Tamp ilan ko mponenko mponen pada board panel tersaji pada gambar 7. Sedangkan
untuk pemasangan sensor suhu LM-35 pada transformator
yang diuji ditunju kkan pada gambar 8.
Data dari
tegangan
menengah
80
100
26,2
30,8
24
25,1 23,7
30,4 30,3 27,1
Mean Square
Error RMS (%)
22,4
27,9
22,2
27,7
6,25
13,7
4,65
2,16
2,56
6,25
2,22
1,49
8,41
6,76
3,19
1,79
Dari hasil pengujian CT dengan pembebanan seimbang
yang tersaji pada tabel 4 mendapatkan hasil error untuk fasa R
sebesar 1,10%, fasa S sebesar 1,26%, dan fasa T sebesar
1,42% dengan error rata-rata sebesar 1,26%.
Sedangkan untuk pembebanan yang tidak seimbang tersaji
pada tabel 5 dengan hasil error untuk fasa R sebesar 2,16%,
fasa S sebesar 1,49%, dan fasa T sebesar 1,79% dengan error
rata-rata sebesar 1,81%.
Power Meter
b)
Pengujian Transformator Step Down
Hasil pengujian transformator step down dibandingkan
dengan hasil pengujian digital multimeter GDM-8145 tersaji
pada tabel 6, 7, 8 dan 9.
Data Tegangan
Data arus
(Pemasangan CT)
Gambar 7. Komponen-komponen pada board panel
Pemasangan
Sensor Suhu
Gambar 8. Pemasangan sensor suhu LM-35 pada transformator
Tabel 6.
Hasil pengujian transformator step down dengan pembebanan seimbang.
%
HIOKI
Alat Monitoring
Beban
R
S
T
R
S
T
0
229,3
229,9
229,3
230,0
229,6
229,9
20
227,3
228,6
227,6
228,4
228,8
228,6
40
225,8
227,1
226,1
228,0
228,1
228,1
60
225,0
226,2
225,3
227,5
227,2
227,6
80
223,8
224,8
224,3
233,0
232,7
232,9
100
222,9
223,5
223,3
230,5
230,4
230,7
Tabel 7.
Hasil error transformator step down dengan pembebanan seimbang.
Error (%)
% Beban
R
S
T
0
0,49
0,25
0,36
20
1,21
1,44
1
40
1,44
1
1
60
0,49
1
1,21
80
0,16
0,25
0,36
100
0,25
0,16
0,16
Mean Square
0,67
0,68
0,68
Error RMS (%)
0,82
0,83
0,83
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6
5
Tabel 8.
Hasil pengujian transformator step down dengan pembebanan tidak seimbang.
%
GDM-8145
Alat Monitoring
Beban
R
S
T
R
S
T
0
229,6
230,6
230,6
230,5
230,4
229,3
20
228,6
229,3
228,9
228,4
229,7
228,3
40
227,2
228,6
225,8
227,6
228,4
225,8
60
225,8
227,6
224,7
225,7
227,8
225,1
80
225,6
224,6
223,7
225,5
224,8
224,1
100
223,4
224,3
223,2
223,4
224,5
223,5
Tabel 9.
Hasil error transformator step down dengan pembebanan tidak seimbang.
Error (%)
% Beban
R
S
T
0
0,81
0,04
1,69
20
0,04
0,16
0,36
40
0,16
0,04
0
60
0,01
0,04
0,16
80
0,01
0,04
0,16
100
0
0,04
0,09
Mean Square
0,17
0,06
0,41
Error RMS (%)
0,41
0,24
0,64
Dari hasil pengujian transformator step down dengan
pembebanan seimbang yang tersaji pada tabel 6 mendapatkan
hasil error untuk fasa R sebesar 0,82%, fasa S sebesar 0,83%,
dan fasa T sebesar 0,83% dengan error rata-rata keseluruhan
sebesar 0,82%.
Sedangkan untuk pembebanan yang tidak seimbang tersaji
pada tabel 8 dengan hasil error untuk fasa R sebesar 0,41%,
fasa S sebesar 0,24%, dan fasa T sebesar 0,64% dengan error
rata-rata keseluruhan sebesar 0,43%.
d)
Pengujian Koneksi Modul GSM/GPRS dengan Web
Server
Dalam tugas akhir ini belu m b isa dilakukan pengiriman data
secara online, namun untuk fitur-fitur pada webserver sudah
siap untuk menerima data dari modul GSM/GPRS. Tamp ilan
webserver tersaji pada gambar 9 dan 10.
Salah satu fitur pada website monitor-trafo.com adalah
display data tegangan, arus, dan suhu. Pada display tersebut
terdapat kolom timestamp yang merupakan penunjukan range
waktu kapan data-data tersebut diterima oleh website.
1
2
3
4
Timestamp
Te gangan (Volt)
Arus (Amp)
Gambar 9. Tampilan data tegangan, arus, dan suhu
1
2
3
Suhu (oC)
4
c)
Pengujian Sensor Suhu
Pengujian sensor suhu pada alat online monitoring
transformator dilaku kan dalam kondisi pembebanan yang
tidak seimbang. Hasil pengujian tersaji pada tabel 10.
Tabel 10.
Hasil pengujian sensor suhu dengan pembebanan tidak seimbang.
Krisbow
Alat Monitoring
Error (%)
KW06-291
% Beban
R
S
T
R
S
T
(oC)
0
33,4
33,8
34,1
33,9
0,16
0,49
0,25
20
33,7
33,9
34,2
34
0,04
0,25
0,09
40
33,7
33,9
34,2
34,1
0,04
0,25
0,16
60
34,3
34,2
34,5
34,4
0,01
0,04
0,01
80
34,4
34,6
34,7
34,9
0,04
0,09
0,25
100
34,6
35
34,8
35
0,16
0,04
0,16
Mean Square
0,07
0,19
0,15
Error RMS (%)
0,27
0,44
0,39
Dari hasil pengujian sensor suhu dengan pembebanan tidak
seimbang yang tersaji pada tabel 10 mendapatkan hasil error
untuk fasa R sebesar 0,27%, fasa S sebesar 0,44%, dan fasa T
sebesar 0,39% dengan error rata-rata sebesar 0,37%.
Perbedaan penyimpangan dari setiap sensor suhu dapat
disebabkan karena karakteristik dari LM-35 yang berbedabeda.
Gambar 10. Tampilan plot grafik arus di website online monitoring
transformator
Dari data-data tegangan, arus, dan suhu yang ditampilkan
pada data display, masing-masing diplot men jadi grafik untuk
memudahkan user dalam memantau apabila terjadi over
voltage, under voltage, over current, dan over temperature.
Terjad inya over voltage ditandai apabila tegangan kerja
transformator melebih i 231 VA C, under voltage kurang dari
209 VA C, dan over temperature lebih dari 80ºC.
Pada gambar 25 dan 26 terlihat ada 4 kondisi berbeda yang
ditunjukkan pada website monitor-trafo.com. Kondisi 1 adalah
kondisi under voltage karena tegangan kerja pada fasa R
JURNA L TEKNIK POMITS Vo l. 1, No. 1, (2012) 1-6
kurang dari 209 VA C, sedangkan arus dan suhunya normal.
Pada kondisi 2 adalah kondisi ketika terjadi over current
karena arus kerja pada fasa R meleb ihi 60% dari arus kerja
transformator 25 kVA yaitu 21,66 A mp. Akibat terjadinya
over current pada fasa R, menyebabkan meningkatnya suhu
(over temperature) transformator sedangkan tegangannya
normal. Pada kondisi 3 adalah kondisi over voltage karena
tegangan kerja pada fasa R meleb ihi 231 VA C, sedangkan
arus dan suhunya normal. Pada kondisi 4 adalah kondisi
normal transformator.
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. PLN APJ
Mojokerto dan PT. Mulya Jatra yang telah membantu secara
materi, perlengkapan pengambilan data, dan tempat
percobaan. Serta Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen
DIKTI), Departemen Pendid ikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui
dana hibah penelitian 2012.
DAFTAR PUSTA KA
[1]
KESIMPULAN DAN SARA N
[2]
A. Kesimpulan
Setelah melalui proses perancangan dan pembuatan alat
yang kemudian dilanjutkan pada tahap pengujian serta analisa
data secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil pengukuran CT berdasarkan hasil pengujian
mempunyai error rata-rata pada pembebanan seimbang
yaitu 1,26%, sedangkan pada pembebanan tidak seimbang
sebesar 1,81%.
2. Hasil pembacaan data tegangan pada fasa R, S, dan T
masing-masing terhadap fasa N, mempunyai error ratarata pada pembebanan seimbang yaitu 0,82%, sedangkan
pada pembebanan tidak seimbang sebesar 0,43%.
3. Hasil pengukuran 3 pasang sensor suhu mempunyai error
rata-rata pada pembebanan seimbang sebesar 0,56%,
sedangkan pada pembebanan tidak seimbang sebesar
0,37%
4. Dalam tugas akhir in i belu m dapat dilaku kan pengiriman
data secara online, namun untuk fitur-fitur pada webserver
sudah siap untuk menerima data dari modul GSM/ GPRS.
C. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan tugas akhir
ini antara lain :
1) Perlu diadakan penelitian kembali tentang perancangan
online monitoring transformator daya dengan interface
yang berbeda.
2) Perlu dilakukan perbandingan penggunaan sensor suhu
LM-35 dengan sensor suhu yang lebih baik agar
pembacaan data suhu lebih akurat dan cepat.
3) Perlu d iadakan penelitian kembali terkait penggunaan
voltage devider (rangkaian pembagi tegangan) untuk
menurunkan tegangan sebelum d iolah oleh mikro kontroler.
4) Perlu pengembangan lebih lanjut mengenai sistem
ko munikasi data yang efektif.
5) Perlu penambahan fitur-fitur baru pada web server untuk
memudahkan operator dalam memantau kondisi
transformator seperti dapat membaca arus harmonisa,
mengetahui beban yang terpakai, dan dapat memprediksi
umur t ransformator.
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
Setiabudy, Rudy.“Transformator pada Sistem T ransmisi Listrik - Materi
Kuliah Transmisi dan Distribusi Daya Listrik”.Depok.11 Maret 2008
PT. PLN (Persero).”Buku 4 : Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung T enaga Listrik”.Jakarta Selatan.9 Desember 2010
Suswanto, Daman.“ Sistem Distribusi T enaga Listrik”.Padang.2009
Suhadi, dkk.”T eknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3”.Jakarta.2008
PT. PLN (Persero) P3B.”Panduan Pemeliharaan Transformator
Tenaga”.13 Juni 2003
T.S., Hutauruk.”Pentanahan Netral Sistem T enaga dan Pengetahuan
Peralatan”. Penerbit Erlangga.Jakarta.1987.
SPLN 8-2:1991.“Transformator T enaga – Bagian 2: Kenaikan
Suhu”.Jakarta.1991
Download