BAB 2 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan

advertisement
BAB 2
Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1
Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak – pihak yang berkepentingan terhadap
posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik
perusahaan, manager perusahaan yang bersangkutan, para kreditur, bankers, para
investor, dan pemerintah dimana perusahaan tersebut berdomisili.
Menurut Myer dalam Munawir (1991) mengatakan bahwa yang dimaksud
laporan keuangan adalah :
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhirakhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak
dibagikan (laba yang ditahan).”
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik
yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Laporan keuangan bersifat
historis dan menyeluruh sebagai suatu progress report terdiri dari data-data yang
merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat (recorded
fact), prinsip-prinsip dan kebiasaan – kebiasaan di dalam akuntansi (accounting
convention and postulate), pendapat pribadi (personal judgment). Menurut
8
9
Harahap (1998:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau dalam jangka waktu tertentu.
Laporan keuangan menjadi bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam
mengambil keputusan.
1.
Pengguna Kebutuhan Informasi Dalam Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 tentang
penyusunan laporan keuangan (IAI, 2012:1), para pengguna laporan keuangan
yaitu
a.
Investor, penanaman modal berisiko dan penasihat para investor yang
berkepentingan
dengan
adanya
risiko
yang
melekat,
serta
hasil
pengembangan dari investasi yang dilakukan. Investor membutuhkan
investasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau
menjual investasi tersebut untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar
deviden.
b.
Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok yang ada, tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas untuk menilai kemampuan
entitas dalam memberikan balas jasa, imabalan pasca kerja, dan kesempatan
kerja.
c.
Pemberi Pinjaman, tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
d.
Pemasok dan Kreditor Usaha Lainnya, tertarik dengan informasi yang
memungkinkan untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan
10
e.
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan kepada entitas
dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman,
kecuali sebagai pelanggan utama yang bergantung pada kelangsungan hidup
entitas.
f.
Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup entitas, terutama terlibat dalam perjanjian jangka panjang
atau bergantung pada entitas.
g.
Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas
entitas. Pemerintah juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas
entitas dalam menetapkan kebijakan pajak, serta sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan lainnya.
h.
Masyarakat, laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan
menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir
kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya.
2.
Tujuan Laporan Keuangan
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 tentang
penyusunan laporan keuangan tujuan laporan keuangan adalah
a.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b.
Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai informasi
termasuk menyediakan informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
11
pengambilan keputusan secara umum yang menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian di masa lalu (IAI, 2012:12-14).
3.
Macam-macam Laporan Keuangan
Menurut Munawir (1991) ada beberapa macam laporan keuangan yang
disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak, yaitu :
a.
Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber ekonomis dari
suatu perusahaan atau aktiva, kewajiban-kewajibannya atau utang, dan hak
para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau modal
pemilik pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan
posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada
waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir
tahun fiskal atau kalender.
b.
Laporan Laba – Rugi (Profit and Lost Statement)
Laporan Laba – Rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama
periode tertentu.
c.
Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan yang berisi informasi mengenai
perubahan jumlah modal pemilik dan sumber-sumber yang mengakibatkan
perubahannya.
12
d.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi
aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode
tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan
yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar tersebut.
Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu kegiatan
operasional, kegiatan investasi, dan kegiatan pendanaan selama periode
tertentu.
e.
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang
disajikan dalam laba-rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian
dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi
mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan
keuangan.
2.1.2
Rasio Keuangan
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical
relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.
13
Analis rasio merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analis
laporan finansial. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif
maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu
dengan faktor yang lain dari suatu laporan finansial. Manfaat analisis rasio pada
dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan saja melainkan
juga bagi pihak luar. Dalam hal ini adalah calon investor atau kreditor yang ingin
menanamkan modalnya dalam perusahaan melalui pasar modal. Bagi manajer
finansial dengan menghitung rasio-rasio keuangan tertentu akan memperoleh
suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan
dalam bidang finansial, sehingga dapat membuat keputusan penting bagi
perusahaan untuk masa yang akan datang. Bagi investor atau calon investor atau
calon pembeli saham, laporan keuangan merupakan prospek keuntungan dimasa
mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan
investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka
pendek perusahaan tersebut (Munawir, 1991).
Menurut Harahap (1998:297) rasio keuangan dibedakan menjadi lima jenis
yaitu rasio likuiditas (liquidity), rasio aktivitas (activity), rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas (profitability), dan rasio pasar (market value ratio).
1.
Rasio likuiditas (liquidity) yaitu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih.
14
a.
Current Ratio (CR)
Rasio yang digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu
perusahaan. Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of
safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutang. Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya.
CR =
b.
Quick Ratio (QR)
Quick ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan
persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama
untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera
dapat direalisir sebagai uang kas walaupun kenyataannya mungkin
persediaan lebih likuid dari pada piutang. Kemampuan aktiva lancar
yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio
ini semakin baik.
QR =
2.
Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan,
pembelian dan kegiatan lainnya.
15
a.
Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Inventory Turn Over menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan
dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik,
karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
Inventory Turn Over =
Rata-Rata Persediaan dapat dihitung dengan cara :
Rata-rata Umur Persediaan (hari) =
b.
Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Receivable Turn Over menunjukkan berapa cepat penagihan piutang.
Semakin besar semakin baik, karena penagihan piutang dilakukan
dengan cepat dan Receivable Turn Over dapat dikonversikan ke hari.
Receivable Turn Over =
Receivable Turn Over dapat dikonversikan ke hari, yaitu dengan cara :
Rata-rata Pengumpulan Piutang (hari) =
c.
Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turn Over)
Fixed Asset Turn Over menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar
bila diukur dari volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin
baik, artinya kemampuan aktiva tetap menciptakan penjualan yang
tinggi.
Fixed Asset Turn Over =
16
d.
Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over)
Total Asset Turn Over menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua
aktiva menciptakan penjualan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Total Asset Turn Over =
3.
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi.
a.
Hutang Terhadap Aktiva (Debt To Asset)
Debt To Asset menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh
aktiva lebih besar rasionya lebih aman (solvable).
Debt To Asset =
b.
Hutang Terhadap Ekuitas (Debt To Equity)
Debt To Equity menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini
semakin baik.
Debt To Equity =
c.
Time Interest Earned (TIE)
Rasio ini menunjukkan sejauh mana laba setelah dikurangi bunga dan
penyusutan serta biaya non kas dapat menutupi kewajiban bunga dan
pinjaman. Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuan
perusahaan menutupi hutang-hutangnya.
17
TIE =
4.
Rasio Profitabilitas (profitability) adalah rasio yang menunjukkan besarnya
laba yang diperoleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Rasio ini
digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat
mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan.
a.
Net Profit margin (NPM)
Net profit margin menunjukkan nilai relatif antara nilai keuntungan
setelah bunga dan pajak dengan total penjualan. Semakin besar rasio ini
semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi.
NPM =
b.
Return On asset (ROA)
Return on asset digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik.
ROA =
c.
Return On Equity (ROE)
Return on equity merupakan salah satu cara untuk menghitung efisiensi
perusahaan dengan cara membandingkan antara laba yang tersedia bagi
pemilik modal sendiri dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan
laba tersebut. Semakin besar rasio ini semakin baik.
18
ROE =
5.
Rasio Pasar (Market Value Ratio) adalah rasio yang mengukur harga pasar
relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar
sudut pandang investor (calon investor) meskipun pihak manajemen juga
berkepentingan terhadap rasio-rasio ini (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:240).
a.
Price Earning Ratio (PER)
PER yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai prospek yang
tinggi untuk bertumbuh. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai PER
yang rendah menunjukkan perusahaan bertumbuh secara rendah. Dari
segi investor, PER yang tinggi tidak menarik karena harga saham
kemungkinan akan sulit untuk naik dan kemungkinnan memperoleh
capital gain akan lebih kecil.
Price Earning Ratio (PER) =
b.
Dividend Payout Ratio (DPR)
Dividend Payout Ratio merupakan rasio yang menggambarkan besarnya
proporsi
dividend
yang
dibagikan
terhadap
pendapatan
bersih
perusahaan (Murhadi, 2013:65).
Dividend Payout Ratio (DPR) =
c.
Dividend Yield
Dividend yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh
investor. Perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi
akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividend sebagian
19
akan
diinvestasikan
kembali
dan
harga
dividend
yang
tinggi
mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. Sebaliknya,
perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang rendah akan
memberikan dividend yang tinggi dan mempunyai dividend yield yang
tinggi pula.
Dividend Yield =
d.
Market to Book Ratio
Market to Book Ratio mengukur besarnya nilai pasar dibandingkan
dengan nilai buku saham yang digambarkan di neraca.
Market to Book Ratio =
2.1.3
EVA (Economic Value Added)
Pendekatan yang lebih baru dalam penilaian saham adalah dengan
menghitung Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan. EVA merupakan
salah satu ukuran kinerja operasional yang dikembangkan pertama kali oleh G.
Bennet Stewart & Joel M. Stren yaitu seorang analis keuangan dari perusahaan
Sten Stewart & Co pada tahun 1993. Di Indonesia metode EVA dikenal dengan
sebutan metode NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi). Menurut Tunggal (2001)
Economic Value Added (EVA) adalah metode manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi
semua biaya operasi dan biaya modal.
Adanya EVA menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasakan nilai
ekonomis yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya EVA, maka
20
pemilik perusahaan akan memberikan imbalan aktivitas untuk menambah nilai
dan membuang fasilitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu
perusahaan dan membantu manajemen dalam menentukan tujuan internal
perusahaan untuk impilikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja.
Menurut Young dan Byrne (2001) EVA mengukur perbedaan dalam
pengertian keuangan antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya
modal. Serupa dengan pengukuran keuntungan dalam akuntansi konvensional,
tetapi dengan satu perbedaan penting, EVA mengukur biaya seluruh modal.
Esensi dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen keuangan yang dapat
dipercaya dan prinsip keuangan yang sudah lama ada. EVA membantu para
manajer untuk lebih memahami tujuan keuangan dan dapat membantu manajer
untuk mencapai tujuan.
1.
Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Menurut Dwitayanti (2005:62) perhitungan dengan menggunakan metode
Economic Value Added (EVA) sebagai berikut :
a. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
NOPAT = Laba Operasi + Biaya Bunga
Dimana :
NOPAT
: Laba operasi bersih setelah pajak
b. Invested Capital
Invested Capital = Total Utang dan Equitas – Hutang Jangka Pendek
Dimana :
Invested Capital
: Modal yang diinvestasikan
21
c. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang dengan pendekatan Weight Average
Cost of Capital (WACC).
WACC = [(
)(
)
(
)]
Dimana :
WACC
: Biaya modal
D
: Tingkat modal dari utang
rd
: Biaya rata-rata
re
: Biaya modal
E
: Total modal
Tax
: Tingkat pajak
Dari rumus diatas dapat diporoleh rumus sebagai berikut :
1) Menghitung tingkat modal dari utang (D)
D=
2) Menghitung cost of debt (rd)
rd =
3) Menghitung cost of equity (re)
re =
4) Menghitung total modal dari equitas (E)
E=
5) Menghitung tingkat pajak (Tax)
Tax =
22
d. Perhitungan Capital Charges
Capital Charges = Invested capital x WACC
e. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT – Capital Charge
Dimana :
EVA : Nilai tambah ekonomi
Dari perhitungan diatas data diperoleh kesimpulan dengan interpretasi sebagai
berikut:
1) Jika EVA > 0, hal ini menunjukan terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan.
2) Jika EVA < 0, hal ini menunjukan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan.
3) Jika EVA = 0, hal ini menunjukan posisi “impas” karena laba telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun
pemegang saham.
2.
Manfaat Economi Value Added (EVA)
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam
menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan.
Menurut Iramani dan Febrian (2005), manfaat EVA adalah sebagai berikut :
a.
EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri
tanpa memerlukan ukuran-ukuran lain baik berupa perbandingan dengan
menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend).
23
b.
Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk
investasi dengan biaya modal yang rendah.
3.
Keunggulan dan kelemahan Economic Value Added (EVA)
a.
Keunggulan EVA
Menurut Anthony dan Govindarajan (2002:261) EVA sebagai penilai kinerja
perusahaan mempunyai keunggulan yang dapat digunakan sebagai penciptaan
nilai (value creation). Keunggulan EVA yaitu
1) Dengan EVA, seluruh usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk
pertandingan investasi.
2) Dengan meningkatnya EVA, maka investasi yang menghasilkan laba
diatas biaya modal akan meningkatkan ekonomi, sehingga akan lebih
menarik para manajer untuk berinvestasi diperusahaan tersebut.
3) Tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang
berbeda pula.
4) EVA memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahanperubahan nilai pasar perusahaan.
b.
Kelemahan EVA
Menurut Iramani dan Febrian (2005), EVA mempunyai kelemahan yaitu
1) EVA hanya mengukur hasil akhir (result) dan tidak mengukur aktivitasaktivitas penentu, seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.
2) EVA terlalu bertumpu pada kenyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil
24
keputusan untuk menjual dan membeli saham tertentu padahal faktorfaktor lain terkadang justru lebih dominan.
2.1.4 Return Saham
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Menurut
Jogiyanto (2000:107) return saham dibedakan menjadi dua yaitu return realisasi
(realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi
(realized return) merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung berdasarkan
data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan
sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang. Return ekspektasi
(expected return) merupakan return yang diharapkan di masa mendatang dan
masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada
ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang
akan dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari
investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return
ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi
biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih
tinggi pula. Tetapi return yang tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi
yang berisiko. Hal ini bisa saja terjadi pada pasar yang tidak rasional.
Return saham merupakan dokumen sebagai bukti kepemilikan suatu
perusahaan. Jika perusahaan memperoleh keuntungan, maka setiap pemegang
saham berhak atas bagian laba yang dibagikan atau deviden sesuai dengan
proporsi kepemilikannya. Return saham terdiri dari capital gain (loss) dan
dividend yield.
25
Menurut Jogiyanto (2000:108) rumus yang digunakan untuk menghitung total
return adalah
Total Return = Capital Gain (Loss) + Dividend Yield
Capital Gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dari pengertian diatas dapat
diketahui bahwa :
Capital Gain (Loss) =
Dimana Pt merupakan closing price per tahun pada tahun penelitian yang dihitung
setelah pengumuman laporan keuangan, sedangkan Pt-1 merupakan closing price
per tahun pada tahun penelitian yang dihitung mulai pengumuman laporan
keuangan.
Dividend yield merupakan presentasi penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Dari pengertian diatas dapat
diketahui bahwa :
Yield =
( )
( )
Dimana :
D(t) = dividen yang dibayar pada periode t.
2.1.5
1.
Kinerja Keuangan dalam Memprediksi Return Saham
Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham
Current Ratio (CR) digunakan untuk menunjukkan seberapa besar
kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan, jika kewajiban atau hutang
harus dibayar pada saat jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio semakin lancar
26
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Kinerja perusahaan yang
semakin besar dan nilai rasio perusahaan yang semakin lancar dapat
memberikan aktivitas yang membaik terhadap return saham.
2.
Pengaruh Quick Ratio (QR) terhadap Return Saham
Quick Ratio (QR) mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya tepat pada saatnya, dimana jika quick ratio rendah
menunjukkan adanya hutang yang tinggi. Dapat mempengaruhi pada tingkat
pengembalian saham yang berdampak pada tingkat investasi saham
perusahaan.
3.
Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Return Saham
Net Profit Margin (NPM) menunjukkan besarnya pendapatan bersih yang
diperoleh perusahaan dari seluruh penjualannya. Semakin besar nilai
rasionya, maka semakin besar profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Kinerja perusahaan yang semakin besar nilai rasio dan nilai perusahaan yang
meningkat akan memberikan harapan yang besar bagi kenaikan return saham.
4.
Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return Saham
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Menurut Sulistyo (2004) perusahaan yang memiliki nilai ROA
semakin tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena
tingkat return yang diharapkan oleh investor akan semakin besar atau bernilai
positif. Kinerja perusahaan yang semakin baik dan nilai perusahaan yang
27
meningkat akan memberikan harapan naiknya harga saham perusahaan
tersebut yang pada akhirnya akan berdampak kepada kenaikan return saham.
5.
Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham
Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat kembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi
nilai ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal
sendiri untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Perusahan yang semakin
efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan laba akan
memberi harapan naiknya return saham.
6.
Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Return Saham.
Economic Value Added (EVA) digunakan untuk mengkur nilai tambah
ekonomis perusahaan. Apabila pengukuran EVA positif, ada nilai tambah
ekonomis didalam meningkatkan harga saham perusahaan, sehingga tingkat
pengembalian saham juga mengalami peningkatan. Dan sebaliknya apabila
pengukuran EVA negatif, berarti adanya penurunan kinerja yang berdampak
pada penurunan harga saham, sehingga tingkat pengembalian saham juga
mengalami penurunan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang
dihubungkan dengan prediksi pendapatan dan return saham yang telah dilakukan
beberapa peneliti, seperti ditunjukkan pada :
28
1.
Penelitian Saniman Widodo (2007) tentang analisis pengaruh rasio aktivitas,
rasio profitabilitas, dan rasio pasar terhadap return saham syariah dalam
kelompok Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2003-2005. Menunjukkan bahwa
ROA memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham,
sedangkan ROE memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
2.
Penelitian Harjono Sunardi (2010) tentang pengaruh penilaian kinerja dengan
ROI dan EVA terhadap return saham pada perusahaan yang tergabung dalam
indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menunjukan bahwa ROI dan
EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
3.
Penelitian Farkhan dan Ika (2012) tentang pengaruh rasio keuangan terhadap
return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menunjukkan bahwa CR berpengaruh positf dan tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham, sedangkan ROA berpengaruh positif dan berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
4.
Penelitian Pradhono dan Christiawan (2004) tentang pengaruh Economic
Value Added, Residual Income, Earnings dan arus kas operasi terhadap return
yang diterima oleh pemegang saham. Menunjukkan bahwa Economic Value
Added berpengaruh positif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
return yang diterima oleh pemegang saham.
5.
Penelitian Harjito dan Aryayoga (2009) tentang analisis pengeraruh kinerja
keuangan dan return saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Menunjukkan
29
bahwa EVA, NPM, ROA, ROE berpengaruh positif dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
6.
Penelitian Adystya (2012) tentang kinerja keuangan terhadap return saham
pada industry automotive and allied products di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Menunjukkan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham.
7.
Penelitian Arista (2012) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
return saham pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap
return saham.
8.
Penelitian Nurhikmah (2012) tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap
return saham pada industri manufaktur yang terdafar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Menunjukkan bahwa ROA dan ROE berpengaruh tidak signifikan
terhadap return saham.
9.
Penelitian Utari (2012) tentang pengaruh rasio likuiditas, aktivitas, dan
profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Menunjukkan bahwa QR dan ROE berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
30
2.3 Rerangka Pemikiran
Analisis
Laporan Keuangan
Kinerja Keuangan






Current Rasio (CR)
Quick Rasio (QR)
Net Profit Margin (NPM)
Return On Asset (ROA)
Return On Equity (ROE)
Economic Value Added (EVA)
Return Saham
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
Dalam hal ini laporan keuangan digunakan sebagai data keuangan atau
aktivitas perusahaan dalam mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dan mengukur
efektifitas perusahaan
dalam
memperoleh laba. Mengukur nilai tambah ekonomis dalam meningkatkan harga
saham perusahaan juga dipengaruhi oleh tingkat pengembalian saham.
31
2.4 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis dan hasil temuan diatas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah
H1
:
Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Net Profit Margin (NPM),
Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Economic Value
Added (EVA) berpengaruh positif secara simultan terhadap return saham.
H2
:
Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Net Profit Margin (NPM),
Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Economic Value
Added (EVA) berpengaruh positif secara parsial terhadap return saham.
Download