BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang
masih memiliki masalah pengangguran dan kemiskinan. Telah banyak usaha yang
dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut, namun tetap saja masih
banyak masyarakat miskin dan terjadi pelonjakan jumlah pengangguran.
Kemiskinan dan pengangguran sangat erat kaitannya, dimana banyak jumlah
penduduk miskin yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan yang didapat,
karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada
bersekolah yang hanya menghabiskan biaya. Menurut Sopianti dan Ayuningsasi
(2013), pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat dilihat dari beberapa
indikator perekonomian. Salah satu di antaranya adalah melalui tingkat
pengangguran.
Pemerintah telah banyak membuat program untuk mengatasi kemiskinan
dan pengangguran. Ada yang efektif terserap ke dunia kerja dan masih ada yang
belum menerima manfaat program dengan baik. Pemerintah telah mengalokasikan
dana untuk melaksanakan kegiatan guna mensejahterakan masyarakatnya.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi sangat diperlukan untuk mengatasi masalah
kemiskinan dan pengangguran, sehingga akan meningkatkan pendapatan di
daerah. Akan tetapi hal tersebut tidak selalu beriringan menurut Santosa (2013),
peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak akan selalu diikuti oleh peningkatan
pendapatan, sehingga tidak akan dapat diiringi oleh penurunan tingkat
1
pengangguran dan kemiskinan. Hal serupa juga dinyatakan dari penelitian Lin and
Liu (2000) yang menyatakan bahwa, desentralisasi fiskal memberikan dampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi
juga mencerminkan semakin besarnya kebutuhan layanan jasa pemerintah,
sehingga dibutuhkan anggaran pemerintah yang semakin besar pula (Mahyuddin,
2009).
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu upaya untuk melakukan
pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Menurut Jhingan (2000:694),
perencanaan pembangunan mempertimbangkan semua potensi ekonomi yang
paling penting seperti tabungan total, investasi, output, pengeluaran pemerintah
dan transaksi luar negeri (ekspor impor). Masalah pembangunan ekonomi seperti
ketenagakerjaan adalah salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia,
yang terlebih lagi saat mengalami krisis multidimensi yang dimana krisis ini
membawa Indonesia mengalami kemerosotan ekonomi, politik, moral, dan sosial
(Subandi, 2008:109). Menurut Hakim (2002:128), perencanaan pembangunan
sudah dipandang bisa sebagai panduan atau panutan untuk hasil suatu
pembangunan yang lebih baik, bahkan sudah dianggap sebagai jalur yang harus
dilakukan dalam sebuah perekonomian apabila menginginkan keberhasilan yang
baik. Oleh karena itu pentingnya suatu perencanaan pembangunan yang matang
demi peningkatan kesejahtraan yang lebih baik nantinya.
Perencanaan pembangunan perekonomian di Indonesia sangat erat
kaitannya dengan pembangunan ekonomi di daerah, oleh karena daerah yang
berperan penting dalam pembanguanan ekonomi tersebut. Hubungan antara
2
pemerintah pusat dan daerah berperan sangat penting, selain itu adanya sektor
swasta juga dapat menjalin kerjasama demi meningkatkan lapangan pekerjaan,
sehingga akan banyak terserap tenaga kerja dan dapat mengurangi pengangguran.
Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari adanya Undang-Undang. Pada
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
bahwa, pemerintah pusat melimpahkan wewenang kepada daerah untuk mengatur
daerahnya dan disebut juga dengan otonomi daerah. Menurut Maimunah (2006),
otonomi daerah merupakan hak, wewenang, serta kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Subandi (2008:133), pembangunan daerah merupakan suatu
proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dapat mengelola sumber daya atau
potensi yang ada di daerahnya masing-masing, dan membentuk kerjasama dengan
sektor swasta sehingga akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan dapat
merangsang
perkembangan
dalam
melakukan
kegiatan
ekonomi
atau
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pengeluaran pemerintah daerah
akan disesuaikan dengan perubahan dalam penerimaan pemerintah daerah atau
perubahan pendapatan terjadi sebelum perubahan pengeluaran (Nugraeni, 2011)
Menurut Subandi (2008:134-135), dalam pembangunan ekonomi daerah
terdapat beberapa masalah, yaitu: pertama, adanya ketimpangan permasalahan
sektor industri, dimana pertumbuhan ekonomi yang di kota akan cenderung lebih
cepat daripada pertumbuhan ekonomi di desa, karena di desa pembangunan
ekonominya lebih rendah, dan lebih terfokus pada pertanian. Itu yang membuat
3
perkembangan industri dikota lebih pesat. Kedua, kurang meratanya investasi,
menurut Harrod-Domar (Subandi, 2008:134), adanya hubungan positif antara
tingkat investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, kurangnya investasi di suatu
daerah membuat pertumbuhan dan pendapatan perkapita masyarakat di daerah
tersebut rendah. Ketiga, adanya tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah,
kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti pada tenaga kerja dan kapasitas
antar daerah yang juga penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional, yang
disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan ekonomi antar daerah.
Keempat, adanya perbedaan sumber daya alam dimana setiap daerah
memiliki sumberdaya yang berbeda-beda, dikatakan bahwa daerah yang memiliki
sumberdaya alam yang banyak akan lebih maju, tetapi dengan adanya
perkembangan zaman hal itu harus saling beriringan karena dengan adanya
sumber daya alam yang besar belum tentu daerah tersebut dapat berkembang
dengan baik haruslah adanya penyeimbang dari bantuan teknologi dan sumber
daya manusia pula. Kelima, adanya perbedaan tingkat demografis juga
mempengaruhi adanya ketimpangan ekonomi regional seperti jumlah dan
pertumbuhan penduduk, tingkat kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan,
kedisiplinan, dan adanya perbedanan etos kerja. Apabila semua hal itu baik dan
positif, maka akan menjadi suatu aset penting demi meningkatnya pertumbuhan
ekonomi, dan apabila sebaliknya maka akan menyebabkan adanya masalah seperi
adanya pengangguran dan kemiskinan. Keenam, kurang lancarnya perdagangan
antar daerah, ketidaklancaran perdagangan antar daerah akan mempengaruhi
dibidang
permintaan
dan
penawaran
4
serta
akan
menyebabkan
adanya
ketimpangan
ekonomi.
Permasalahan
tersebut
akan
berdampak
pada
pengangguran dan kemiskinan yang sampai saat ini tidak hanya terjadi di daerah
dan di Indonesia, tetapi ini juga terjadi di seluruh dunia.
Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peran pemerintah dengan
program-programnya yang ingin mensejahterakan rakyat. Adanya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi pula,
maka disinilah peran otonomi daerah yang dapat memperdayakan potensi daerah
masing-masing, serta adanya tabungan masyarakat, peningkatan kualitas dan
kuantitas tenaga kerja melalui pertumbuhan angkatan kerja dan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan serta adanya penyempurnaan teknologi dalam
proses produksi. PAD yang tinggi merupakan tujuan dari semua pemerintah
daerah. Ini dikarenakan PAD yang tinggi menandakan otonomi daerah yang
dilaksanakan berjalan dengan baik. PAD merupakan pendapatan daerah yang
diperoleh dari hasil pengelolaan potensi-potensi yang ada di daerah oleh
pemerintah daerah dengan bantuan masyarakat setempat dan dari pihak swasta.
PAD berasal dari pajak dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah dan pendapatan asli daerah lainnya.
PAD diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Setiap daerah memiliki PAD yang berbeda-beda karena potensi yang dimiliki
setiap daerah berbeda. Semakin tingginya PAD suatu daerah sehingga dapat
mengurangi tingkat ketergantungan daerah terhadap Dana Alokasi Umum (DAU)
atau Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan oleh pemerintah pusat, sesuai
5
dengan Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah. Penentuan pajak untuk PAD ditentukan sendiri oleh
daerah yang bersangkutan, namun masih sesuai dengan ketentuan UndangUndang. Obyek pajak dan retribusi daerah sangat menentukan jumlah PAD,
sehingga peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat apabila PAD
meningkat dan kesejahteraan masyarakat daerah meningkat.
Hasil survei dari BPS (2014) menyatakan, PAD di Provinsi Bali berbedabeda di tiap daerahnya, sudah tentu karena potensi daerahnya berbeda-beda.
Provinsi Bali sudah dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi, dari tahun ke tahun selalu disertai peningkatan dalam PAD terutama
di daerah yang perkembangannya di bidang jasa pariwisata tergolong sangat
pesat. Tingkat PAD sebesar 2,53 triliyun dari penerimaan daerah sebesar 4,11
triliyun, yaitu yang dimiliki oleh Kabupaten Badung. Upaya peningkatan PAD
merupakan tujuan dari peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan PAD
akan disertai peningkatan anggaran belanja daerah. Belanja daerah merupakan
semua pengeluaran pemerintah daerah pada satu periode anggaran yang
dikeluarkan untuk melaksanakan kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab
kepada masyarakat dan pemerintah pusat. Belanja daerah cenderung memiliki
kekurangan dalam pembiayaannya karena anggaran APBN dan APBD yang akan
diterima daerah. Belanja daerah dapat dibagi menjadi beberapa jenis belanja
daerah seperti belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung
terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Belanja
tidak langsung diklasifikasikan menjadi belanja pegawai, belanja bunga, belanja
6
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial,dan
belanja tidak terduga.
Belanja langsung berfungsi untuk mendukung kelancaran pelaksanaan
pemerintahan secara optimal dan memperbesar tabungan pemerintah agar dapat
meningkatkan kemampuan pembiayaan nasional. Belanja tidak langsung
diarahkan kepada pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan ketersediaan
pelayanan umum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tercatat dalam
belanja daerah pengeluaran tertinggi digunakan untuk belanja tidak langsung
daerah Bali Tahun 2014 yang mencapai 67,40 persen dari total Belanja tidak
langsung dan sisanya sebanyak Rp 1,26 trilyun (32,60 persen) digunakan untuk
belanja langsung (BPS Provinsi Bali, 2014). Perlunya peningkatan PAD akan
mempengaruhi
tingkat
belanja
daerah,
sehingga
pengalokasian
untuk
kesejahteraan masyarakat juga meningkat dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang akan mengurangi kesenjangan masyarakat dalam hal
mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Menurut Setyawati dan Hamzah (2007), meningkatnya PAD akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, untuk itu perlu adanya pengaruh dalam
belanja pembangunan (Belanja Tidak Langsung), sehingga dapat menekan jumlah
pengangguran. Hal ini lah yang membuat keterkaitan PAD dengan belanja daerah
sangat erat kaitannya, karena semakin besar PAD akan membuat belanja daerah
juga meningkat karena akan lebih banyak pengeluaran untuk kesejahteraan
masyarakat,
sesuai
dengan
hukum
Wagner
yang
menyatakan
bahwa,
meningkatnya pendapatan per kapita akan membuat pengeluaran juga meningkat.
7
Indikator penting lain dari keberhasilan pembangunan ekonomi daerah adalah
rendahnya tingkat pengangguran. Kondisi pengangguran terbuka di Provinsi Bali
terjabar dalam Tabel 1.1.
Table 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota, Provinsi Bali
dan Nasional Tahun 2007-2013 (dalam %)
Kabupaten/Kota
Jembrana
Tabanan
Badung
Gianyar
Klungkung
Bangli
Karangasem
Buleleng
Kota Denpasar
Provinsi Bali
Nasional
2007
3,90
2,10
4,50
2,80
6,80
1,40
3,30
4,00
5,40
3,77
9,11
2008
4,10
2,80
3,20
2,80
4,00
2,60
3,20
2,90
4,41
3,31
8,39
2009
2,23
2,73
3,20
2,91
3,73
1,42
3,32
2,34
5,19
3,13
7,87
Tahun
2010
2011
2,54
2,17
1,07
1,80
1,25
2,30
2,36
2,16
3,59
1,78
0,65
1,00
2,82
1,99
3,26
1,97
6,57
3,69
3,08
2,32
7,14
6,56
2012
1,76
2,22
1,60
1,72
2,05
0,95
1,34
3,15
2,41
2,04
6,14
2013
3,39
0,79
0,77
2,16
2,12
0,75
1,34
2,13
2,64
1,79
6,29
Sumber: BPS Provinsi Bali dan Nasional, 2014
Pada Tabel 1.1, pada tahun 2013 tingkat pengangguran terbuka Provinsi
Bali mencapai angka 1,79 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata
tingkat pengangguran terbuka nasional yang mencapai angka 6,29 persen.
Keputusan
pemerintah
untuk
melaksanakan
otonomi
daerah
mulai
memperlihatkan hasil, walaupun penurunan tingkat pengangguran tersebut belum
mengatasi seluruh masalah kemiskinan. Walau demikian, tingkat pengangguran di
kabupaten/kota masih mengalami fluktuasi. Ini dikarenakan potensi yang dimiliki
setiap daerah itu berbeda-beda, seperti Kabupaten Badung walaupun mengalami
fluktuasi tetapi tingkat fluktuasi yang dialami tidak begitu besar yang
dibandingkan dengan Kabupaten Jembrana yang pada tahun 2013 mengalami
8
tingkat pengangguran yang paling tinggi yaitu sebesar 3,39 persen. Walaupun
Kabupaten Badung pada tahun 2013 menempati tingkat kedua pengangguran
terbuka terendah setelah Kabupaten Bangli, ini dikarenakan tingkat tenaga kerja
Kabupaten Badung lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Bangli.
Kabupaten Jembrana walaupun dari PAD, dana perimbangan serta belanja tidak
langsungnya meningkat tetap saja tingkat penganggurannya meningkat. ini
dikarenakan Kabupaten Jembrana yang lebih menekankan pada pendidikan agar
nantinya dapat mengurangi tingkat pengangguran yang terbukti pada tahun 2014
tingkat pengangguran Kabupaten Jembrana menurun.( BPS Provinsi Bali, 2015)
Mengurangi tingkat pengangguran bukanlah hal yang mudah, pemerintah
telah memulai program-program yang dapat mengurangi tingkat pengangguran.
Program-program yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi tingkat
pengangguran yaitu, Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja,
Program Penempatan Tenaga Kerja dalam Negeri dan Luar Negeri, Program
Perluasan Kesempatan Kerja, Program Pembinaan dan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan,
Program
Pengawasan
Ketenagakerjaan,
Program
Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (Transmigrasi), Program
Penataan Administrasi Kependudukan dan masih ada program lainnya yang
merupakan kegiatan pemerintah. Salah satu kegiatan pemerintah yang paling
sering didengar dan terbukti langsung dapat menyerap tenaga kerja yaitu Job Fair,
yang telah bekerja sama dengan lebih dari tiga puluh perusahaan dan menawarkan
ribuan lapangan pekerjaan.(Disnaker Bali, 2014)
9
Menurut Wiradyatmika dan Sudiana (2013), jumlah penduduk yang tinggi
akan menyebabkan tingginya jumlah pengangguran dan jumlah kemiskinan
menjadi meningkat apabila tidak didukung dengan penyediaan lapangan kerja
yang memadai bagi penduduk usia kerja. Apabila jumlah lapangan kerja semakin
banyak akan diikuti dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang terserap.
Menurut Sukirno (2012:422), masalah pengangguran dapat diselesaikan dengan
adanya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah. Menurut Mankiw (2006:61),
pertumbuhan ekonomi merupakan meningkatnya standar hidup suatu masyarakat
yang dicirikan dengan meningkatnya kemampuan memproduksi barang dan jasa,
dan dikatakan pula, bahwa suatu produktivitas bergantung pada modal fisik,
modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologi.
Hal inilah yang membuat tingkat pengangguran menarik untuk diteliti,
dimana walaupun Provinsi Bali menempati peringkat terendah dalam tingkat
pengangguran
terbuka
di
Indonesia,
namun
kabupaten/kota
tingkat
penganggurannya berbeda-beda dan tidak selalu mengalami penurunan tingkat
pengangguran. Peningkatan pendapatan asli daerah dan belanja tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sesuai dengan hukum Wagner yang
mengatakan bahwa pendapatan per kapita, secara relatif akan membuat
pengeluaran pemerintah semakin meningkat (Mangkoesoebroto, 1993:171).
Selain itu peran pemerintah semakin penting untuk mengatur pengeluaran belanja
daerah agar nantinya dapat diimbangi dengan pendapatan masyarakat yang tinggi
10
pula. Bali juga merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat PAD tertinggi
di Indonesia. Prestasi ini tentu harus disertai kajian mengenai kesesuaian
pemanfaatan PAD untuk tingkat kesejahteraan masyarakat yang tercermin salah
satunya pada ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Bali pada
khususnya. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana pengaruh PAD dan Dana
Perimbangan terhadap tingkat pengangguran melalui Belanja Tidak Langsung
kabupaten/kota di Provinsi Bali. Peran pemerintah sangat diharapkan untuk
mengurangi tingkat pengangguran, utamanya pada kabupaten/kota di Provinsi
Bali.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan,maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan
terhadap Belanja Tidak Langsung pada kabupaten/kota di Provinsi Bali?
2) Bagaimanakah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan
Belanja Tidak Langsung terhadap tingkat Pengangguran pada kabupaten/kota
di Provinsi Bali?
3) Apakah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh
terhadap tingkat Pengangguran melalui Belanja Tidak Langsung pada
kabupaten/kota di Provinsi Bali?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah.
11
1) Untuk
menganalisis
pengaruh
Pendapatan
Asli
Daerah
dan
Dana
Perimbangan terhadap Belanja Tidak Langsung pada kabupaten/kota di
Provinsi Bali.
2) Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
dan Belanja Tidak Langsung terhadap tingkat Pengangguran pada
kabupaten/kota di Provinsi Bali.
3) Untuk
menganalisis
pengaruh
Pendapatan
Asli
Daerah
dan
Dana
Perimbangan terhadap tingkat Pengangguran melalui Belanja Tidak Langsung
pada kabupaten/kota di Provinsi Bali.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka kegunaan
penelitian ini diharapkan sebagai berikut.
1) Kegunaan Teoritis
Adapun hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu media yang dapat
mengembangkan konsep-konsep teori yang selama ini diperoleh dalam
perkuliahan serta dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan melalui
berbagai temuan di lapangan yang sebelumnya belum terungkap tentang
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Tidak Langsung serta
pengaruhnya terhadap tingkat Pengangguran.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada
pemerintah utamanya yang berkaitan tentang pengaruh Pendapatan Asli
12
Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Tidak Langsung terhadap tingkat
Pengangguran.
1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang
satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta terperinci untuk
memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masingmasing bab dapat diperinci sebagai berikut.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah dari
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika
penulisannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang landasan teori yang mendukung dan
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan
sebagai pedoman pemecahan masalah dalam penulisan penelitian ini,
hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan
dalam penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas
pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang
ada.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek
penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
13
sumber data, sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan
data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian
pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung variabel
pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja tidak langsung dan
tingkat pengangguran pada kabupaten/kota di Provinsi Bali.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan hasil uraian
pembahasan pada bab sebelumnya, dan saran atas penelitian yang
diberikan agar nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian
selanjutnya.
14
Download