ANALISIS PERBANDINGAN ASSETS DEFAULT RISK DALAM KEGIATAN PASAR UANG DAN PASAR MODAL PADA ASURANSI JASA TANIA TBK (ASJT) DAN ASURANSI BINTANG TBK (ASBI) MELATI DAN BUDI HERMANA [email protected] ABSTRAK Asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Pemerintah melalui KMK No158/PMK.10/2008 yang merupakan perubahan kedua atas KMK No 424/KMK.06/2003 menetapkan Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Begitu pula Peraturan Ketua Bapepam dan LK No PER-02/BL/2009 telah menetapkan Pedoman Perhitungan BTSM bagi perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Berdasarkan beberapa Keputusan dan peraturan di atas, maka merupakan hal yang penting bagi perusahaan Asuransi untuk menilai kesehatan Perusahaan Asuransi. Salah satu komponen untuk menilai kesehatan dan BTSM Perusahaan Asuransi adalah dengan menilai Assets Default Risks (Kegagalan Pengelolaan Kekayaan). Assets Default Risks adalah perhitungan besarnya risiko kerugian yang timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan. Pada Skripsi ini, penulis ingin menganalisis Assets Default Risks dalam kegiatan Pasar Uang dan Pasar Modal pada Asuransi Jasa Tania dan Asuransi Bintang pada periode 2006 sampai dengan 2007. Penulis menggunakan analisis Assets Default Risks dalam kegiatan Pasar Uang pada Deposito sedangkan dalam kegiatan Pasar Modal pada Obligasi dan saham. Berdasarkan hasil analisis Assets Default Risks pada Asuransi Jasa Tania dan Asuransi Bintang, dapat disimpulkan bahwa Assets Default risks pada kedua Asuransi baik, walaupun pada Asuransi Bintang ada kenaikan persentase hasil Assets Default Risks pada jenis investasi Deposito. Kenaikan / Penurunan Assets Default Risks pada jenis Investasi Deposito disebabkan oleh Investasi deposito yang di Investasikan pada bank mempunyai CAR > 8 % dan nilai yang di investasikan dalam bentuk deposito jumlahnya banyak, sedangkan penurunan Assets Default Risks juga dapat disebabkan oleh nilai yang di investasikan dalam bentuk deposito sedikit jumlahnya walaupun sama di investasikan pada bank yang mempunyai CAR > 8 %. Kenaikan/ Penurunan Assets Default Risks pada Investasi Saham disebabkan karena Saham tersebut tercatat didalam LQ 45 atau tidak tercatat didalam LQ 45. Sedangkan Kenaikan / Penurunan Assets Default Risks pada Investasi Obligasi disebabkan karena peringkat obligasi. Semakin baik peringkat obligasi, maka semakin kecil faktor risiko yang menyebabkan kegagalan Pengelolaan kekayaan. Kata kunci : Assets Default Risks Asuransi Jasa Tania dan Asuransi Bintang 1 PENDAHULUAN Tidak seorangpun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan berbagai alat analisis. Setiap ramalan yang dilakukan tidak akan terlepas dari kesalahan perhitungan yang telah dilakukan. Penyebab melesetnya hasil ramalan karena dimasa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian. Bahkan untuk hal-hal tertentu sama sekali tidak dapat diperhitungkan seperti maut dan rezeki. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu dimasa yang akan datang hanya dapat direka-reka semata. Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan seseorang misalnya kematian, sakit atau resiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat berupa resiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau resiko lainnya. Oleh karena itu setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi, sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. Untuk mengurangi resiko yang tidak kita inginkan dimasa yang akan datang, seperti resiko kehilangan, resiko kebakaran, resiko macetnya pinjaman kredit bank atau resiko lainnya, maka diperlukan perusahaan yang mau menanggung resiko tersebut. Adalah perusahaan asuransi yang mau dan sanggup menanggung setiap resiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang melakukan usaha pertanggungan terhadap resiko yang akan dihadapi oleh nasabahnya. Jumlah perusahaan Perasuransian di Indonesia adalah 357 perusahaan yang memiliki izin usaha untuk beroperasi di Indonesia, terdiri atas 173 perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, dan 184 perusahaan penunjang asuransi. Perusahaan Asuransi dan reasuransi terdiri dari 60 perusahaan asuransi jiwa, 104 perusahaan asuransi kerugian, 4 perusahaan reasuransi, 2 perusahaan penyelenggara program asuransi sosial & jamsostek dan 3 perusahaan penyelenggara asuransi untuk PNS, TNI dan Polri. Perusahaan penunjang usaha asuransi per akhir agustus 2003 ada 184 perusahaan, terdiri dari 119 perusahaan pialang asuransi, 20 perusahaan pialang reasuransi, 25 perusahaan adjuster asuransi dan 20 konsultan aktuaria. 2 Pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 158 /PMK.10/2008 telah menetapkan Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang merupakan perubahan kedua atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 yang menjelaskan tentang dana jaminan yang harus dimiliki oleh perusahaan asuransi dan reasuransi yang sesuai dengan yang dipersyaratkan. Selain itu Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/ KMK.06/2003 menjelaskan tentang Penilaian atas kekayaan Investasi yang berasal dari investasi ataupun yang bukan dari investasi. Selain berdasarkan kepada Keputusan Menteri tersebut, ada Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nomor PER02/BL/2009 telah menetapkan Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan Risiko kegagalan dalam pengelolaan kekayaan (Assets Default Risks) 2. Untuk melakukan analisis dan interpretasi tentang Risiko kegagalan dalam Pengelolaan Kekayaan (Assets Default Risks). TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008 tentang perubahan kedua atas Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah menjelaskan/mengatur tentang : 1. Penilaian Surat Utang Negara, Surat Berharga Lain Yang Diterbitkan oleh Negara atau Efek lain dalam hal nilai pasar tidak Wajar. 2. Dana Jaminan yang harus dimiliki oleh Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. 3. Penempatan dana jaminan dalam bentuk deposito dan atau surat berharga lain yang diterbitkan oleh negara. 3 4. Jatuh tempo surat utang atau surat berharga lain yang diterbitkan oleh negara harus memiliki jangka waktu sampai jatuh tempo sekurang-kurangnya 3 tahun pada saat penempatan sebagai dana jaminan. 5. Seluruh dana jaminan harus ditata usahakan pada bank kustodian. Bank Kustodian yang dimaksud di sini adalah Bank Umum yang telah mendapat persetujuan Bapepam dan LK untuk bertindak sebagai Bank Kustodian dan bukan merupakan afiliasi dari perusahaan Asuransi Atau Perusahaan Reasuransi. 6. Penatausahaan dana jaminan oleh Bank Kustodian harus didasarkan pada perjanjian antara Perusahaan Asuransi atau Reasuransi dan Bank Kustodian. Perjanjian harus memuat pendelegasian atau pemberian kuasa oleh Perusahaan Asuransi Atau Perusahaan Reasuransi kepada Bank Kustodian untuk tidak mencairkan, memindahkan atau menyerahkan dana jaminan tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan Kepala Biro Perasuransian. 7. Apabila Dalam Hal Kepala Biro Perasuransian berhalangan, Kepala Biro Perasuransian menunjuk 2 Kepala Bagian di lingkungan Biro Perasuransian untuk menolak atau memberikan persetujuan atas pencairan atau penggantian dana jaminan. 8. Cara pembentukan atau penambahan dana jaminan . 9. Cara melakukan penggantian dana jaminan bagi Perusahaan Asuransi Atau Perusahaan Reasuransi. 10. Penyampaian Laporan Dana Jaminan per 31 Maret, 30 Juni, 30 September dan 31 Desember kepada Biro perasuransian bersamaan dengan penyampaian Laporan Perhitungan tingkat Solvabilitas triwulanan. 11. Bentuk dan susunan laporan perkembangan dana jaminan ditetapkan dalam peraturan Ketua Bapepam dan LK. 12. Penyampaian Laporan Bulanan dana jaminan kepada Biro Perasuransian paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. 13. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi wajib menyesuaikan penatausahaan dana jaminan paling lambat 2 bulan sejak tanggal ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini. 4 14. Bagi Perusahaan Asuransi dan Reasuransi yang telah melakukan penatausahaan dana jaminan tetapi masih memiliki dana jaminan dalam bentuk deposito atas nama menteri keuangan qq perusahaan yang bersangkutan, wajib mengganti deposito dimaksud menjadi deposito dan atau surat berhargalain yan gditerbitkan oleh negara atas nama perusahaan yang bersangkutan paling lambat tanggal 31 Desember 2009. 15. Wajib menyesuaikan kepemilikan besarnya dana jaminanterhitung sejak tanggal 1 januari 2009 bagi Perusahaan Asuransi Dan Reasuransi. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 424/ KMK.06 /2003 Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi menjelaskan tentang banyak hal, salah satu diantaranya adalah menjelaskan tentang : Kekayaan Yang Diperkenankan.dan penilaian atas kekayaan terhadap Perusahaan Asuransi dan Reasuransi dengan prinsip konvensional. Kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi, dalam bentuk : a. Investasi. b. bukan Investasi. Jenis Investasi untuk perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi terdiri dari a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan satu bulan. b. saham yang tercatat di bursa efek. c. obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan. d. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia. e. Unit penyertaan Reksadana f. penyertaan Langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek). g. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk investasi. h. Pinjaman hipotik 5 i. Pinjaman Polis. Jenis kekayaan yang bukan investasi untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, terdiri dari : a. Kas dan Bank b. Tagihan premi penutupan langsung c. Tagihan reasuransi d. Tagihan hasil investasi e. Bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, untuk dipakai sendiri. f. Perangkat keras komputer. Penilaian atas kekayaan Investasi untuk perusahaan Asuransi dan Reasuransi adalah : a. deposito berjangka, berdasarkan nilai nominal b. sertifikat deposito, berdasarkan nilai tunai. c. saham yang tercatat di bursa efek berdasarka nilai pasar. d. obligasi dan Medium Term Notes, berdasarkan nilai pasar. e. surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah atau Bank Indonesia , berdasarkan nilai pasar, atau nilai tunai dalam hal nilai pasar tidak tersedia. f. unit penyertaan reksadana, berdasarkan nilai aktiva bersih. g. penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek ) berdasarkan nilai ekuitas. h. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, umtuk investasi, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi yang berwenang, atau NJOP dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh lembaga penilai. i. pinjaman hipotik, berdasarkan nilai sisa pinjaman. j. pinjaman polis, berdasarkan nilai sisa pinjaman. 6 Penilaian atas kekayaan bukan Investasi untuk Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah : a. kas dan bank, berdasarkan nilai nominal. b. tagihan premi penutupan langsung, berdasarkan nilai sisa tagihan. c. tagihan reasuransi, berdasarkan nilai sisa tagihan. d. tagihan hasil investasi, berdasarkan nilai sisa tagihan. e. bangunan dengan hak strata (strata title) atau tanah dengan bangunan, yang dipakai sendiri, berdasarkan nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang terdaftar pada instansi berwenang, atau NJOP dalam hal tidak dilakukan penilaian oleh Lembaga penilai.. f. perangkat keras komputer berdasarkan nilai buku. Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-02/BL/2009 Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-02/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dijelaskan dalam Pasal 2 yang menerangkan tentang perhitungan besarnya risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban wajib dilakukan berdasarkan Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Ketua BaPEPAM dan LK. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah minimum tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. BTSM terdiri dari komponen-komponen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06 /2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/ PMK.010/2008. 7 Pedoman Perhitungan BTSM untuk Usaha Asuransi atau Usaha Reasuransi dengan Prinsip Konvensional. Komponen BTSM terdiri dari : a. Kegagalan pengelolaan Kekayaan (Assets Default Risk) b. Ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban. c. Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing. d. perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan. e. ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang diperoleh. f. ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim. METODE PENELITIAN Objek penelitian yaitu Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT) dan Asuransi Bintang Tbk (ASBI). Data / Variabel yang digunakan adalah berupa data sekunder yaitu berupa Catatan atas Laporan Keuangan dan lampiran Peraturan Bapepam dan LK. BTSM terdiri dari dari komponen-komponen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.010/2008. Komponen BTSM terdiri dari : a. Kegagalan pengelolaan kekayaan (Assets Default Risks). b. Ketidakseimbangan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban. c. Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang asing. d. Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan. e. Ketidakcukupan premi akibat perbedaan hasil investasi yang diasumsikan dalam penetapan premi dengan hasil investasi yang diperoleh. f. Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim. Pada Analisis Perbandingan Assets Default Risks dalam kegiatan Pasar Uang dan Pasar Modal, penulis hanya menggunakan dua perusahaan yaitu Perusahaan Asuransi Jasa Tania dan Asuransi Bintang karena Investasi di Pasar Uang yang berupa deposito 8 dan Investasi di Pasar Modal yang berupa Saham dan Obligasi mengenai Informasi tentang investasi tersebut dijelaskan secara detail dan memadai. Sedangkan Informasi mengenai Investasi yang lain berupa Surat Berharga yang diterbitkan oleh pemerintah, pinjaman hipotik, pinjaman polis dan jenis yang bukan Investasi seperti Investasi yang direstrukturisasi dan Investasi yang diragukan tidak dijelaskan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Hasil perhitungan Assets Default Risk pada Deposito Tahun Asuransi 2006 Asuransi Jasa Tania Asuransi Jasa Tania 2007 Total Investasi Assets Default Risk 31.160.100.000 630.202.000 2,022 % 36.799.350.000 742.987.000 2,019 % Asuransi Bintang 43.652.047 2007 Asuransi 15.966.614 Bintang Sumber : Hasil Olahan Data Persentase Assets Default Risk 2006 171.044,94 319.332,28 0,39 % 2% Berdasarkan pada tabel diatas, Assets Default Risk Asuransi Jasa Tania dimana pada tahun 2006 sebesar 2,022 %. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 2,019 %. Assets default Risks tahun 2006 pada Asuransi Jasa Tania adalah sebesar 2,022 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan besar. Semakin besar risiko kegagalan pengelolaan kekayaan maka semakin besar pula jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan dari total investasi yang berupa deposito berjangka yang telah di investasikan. Assets default Risks tahun 2007 pada Asuransi Jasa Tania adalah sebesar 2,019 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Semakin kecil 9 risiko kegagalan pengelolaan kekayaan maka semakin kecil pula jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan dari total investasi yang berupa deposito berjangka yang telah di investasikan. Apabila Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Deposito besar maka risikonya lebih kecil dibandingkan dengan Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Deposito kecil. Dari Tabel Assets Default Risks di atas pada Asuransi Bintang dimana pada tahun 2006 sebesar 0,39 %. Pada tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 2 %. Assets default Risks tahun 2006 pada Asuransi Bintang adalah sebesar 0,39 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil. Semakin kecil risiko kegagalan pengelolaan kekayaan maka semakin kecil pula jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan dari total investasi yang berupa deposito berjangka yang telah di investasikan. Assets default Risks tahun 2007 pada Asuransi Bintang adalah sebesar 2 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan besar dibandingkan tahun sebelumnya. Semakin besar risiko kegagalan pengelolaan kekayaan maka semakin besar pula jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan dari total investasi yang berupa deposito berjangka yang telah di investasikan. Apabila Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Deposito besar maka risikonya lebih kecil dibandingkan dengan Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Deposito kecil. Tabel 2 Hasil perhitungan Assets Default Risk pada Saham Tahun Asuransi 2006 Asuransi Jasa Tania Asuransi Jasa Tania 2007 Total Investasi Assets Default Risk 1.080.319.962 162.047.994,3 1.336.675.000 175.688.750 10 Persentase Assets Default Risk 15 % 13,14 % 2006 Asuransi Bintang 11.056.691 2007 Asuransi Bintang 16.980.084 Sumber : Hasil Olahan Data 1.551.439,65 14,03 % 1.799.196,5 10,6 % Dari Tabel Assets Default Risks di atas pada Asuransi Jasa Tania dimana pada tahun 2006 sebesar 15 %. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 13,14 %. Assets default Risks tahun 2006 pada Asuransi Jasa Tania adalah sebesar 15 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan besar. Hal itu disebabkan karena banyak saham yang tidak masuk dalam LQ 45 yang menyebabkan risiko kegagalan pengelolaan kekayaan semakin besar. Assets default Risks tahun 2007 pada Asuransi Jasa Tania adalah sebesar 13,14 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil dibandingkan tahun sebelumnya. . Hal itu disebabkan karena banyak saham yang masuk dalam LQ 45 yang menyebabkan risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil. Apabila Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Saham besar maka risikonya lebih kecil dibandingkan dengan Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Deposito kecil. Dari Tabel Assets Default Risks diatas pada Asuransi Bintang pada tahun 2006 sebesar 14,03 %. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 10,6 % Assets default Risks tahun 2006 pada Asuransi Bintang adalah sebesar 14,03 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan besar. Hal itu disebabkan karena nilai dari saham yang tidak masuk dalam LQ 45 besar yang menyebabkan risiko kegagalan pengelolaan kekayaan menjadi besar. Assets default Risks tahun 2007 pada Asuransi Bintang adalah sebesar 10,6 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil dibandingkan tahun sebelumnya. . Hal itu disebabkan karena besarnya nilai saham yang masuk LQ 45 banyak yang menyebabkan risiko kegagalan pengelolaan kekayaan menjadi kecil. 11 Apabila Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Saham besar maka risikonya lebih kecil dibandingkan dengan Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Deposito kecil. Tabel 3 Hasil perhitungan Assets Default Risk pada Obligasi Tahun Asuransi 2006 Asuransi Jasa Tania Asuransi Jasa Tania 2007 Total Investasi Assets Default Risk 12.339.813.550 76.784.515,5 0,62 % 16.588.500.000 98.600.000 0,59 % Asuransi Bintang 6.516.610 2007 Asuransi Bintang 14.587.830 Sumber : Hasil Olahan Data Persentase Assets Default Risk 2006 150.606,85 2,31 % 200.360,15 1,37 % Dari Tabel Assets Default Risks diatas pada Asuransi Jasa Tania pada tahun 2006 sebesar 0,62 %. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 0,59 %. Assets default Risks tahun 2006 pada Asuransi Jasa Tania adalah sebesar 0,62 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan dalam pengelolaan kekayaan besar. Hal itu disebabkan karena hasil Assets Default Risks lebih besar dibandingkan dengan jumlah nominal dari obligasi yang diinvestasikan. Assets default Risks tahun 2007 pada Asuransi Jasa Tania adalah sebesar 0,59 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan besar. Hal itu disebabkan karena hasil Assets Default Risks lebih kecil dibandingkan dengan jumlah nominal dari obligasi yang di investasikan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apabila Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Obligasi besar maka risikonya lebih kecil dibandingkan dengan Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Obligasi 12 kecil. Dari Perhitungan Assets Default Risks diatas pada Asuransi Bintang pada tahun 2006 sebesar 2,31 %. Pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 1,37 %. Assets default Risks tahun 2006 pada Asuransi Bintang adalah sebesar 2,31 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan dalam pengelolaan kekayaan besar. Hal itu disebabkan karena hasil Assets Default Risks lebih besar dibandingkan dengan jumlah nominal dari obligasi yang diinvestasikan. Assets default Risks tahun 2007 pada Asuransi Bintang adalah sebesar 1,37 %. Persentase tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil. Hal itu disebabkan karena hasil Assets Default Risks lebih kecil dibandingkan dengan jumlah nominal dari obligasi yang di investasikan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apabila Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Obligasi besar maka risikonya lebih kecil dibandingkan dengan Jumlah / Nilai yang di Investasikan dalam Obligasi kecil. Pembahasan % Assets Default Risks Perbandingan Assets Default Risks pada ASJT dan ASBI pada jenis Investasi Deposito 2,50% 2,00% 1,50% ASJT ASBI 1,00% 0,50% 0,00% 2006 2007 CAR > 8 % Persentase Assets Default Risks pada Asuransi Jasa Tania tidak mengalami penurunan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena Investasi deposito yang di Investasikan pada bank mempunyai CAR > 8 % dan nilai yang di investasikan dalam bentuk deposito jumlahnya banyak. Sedangkan persentase Assets Default Risks pada 13 Asuransi Bintang mengalami kenaikan yang signifikan. Hal itu disebabkan karena nilai yang di investasikan dalam bentuk deposito pada tahun 2007 lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan total dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan yang lebih besar jumlahnya, meskipun sama-sama di investasikan pada Bank yang mempunyai CAR > 8 %. % Assets Default Risks Perbandingan Assets Default Risks pada ASJT dan ASBI pada jenis Investasi Saham 20% 15% ASJT ASBI 10% 5% 0% 2006 2007 Saham LQ 45 dan Non LQ 45 Persentase Assets Default Risks pada Asuransi Jasa Tania mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena pada tahun 2007, Investasi pada saham banyak yang tercatat dalam LQ 45 dibandingkan pada tahun 2006 yang jenis investasi pada sahamnya tidak tercatat dalam LQ 45. Semakin banyak saham yang tercatat dalam LQ 45, maka faktor risiko investasi semakin kecil yang mengakibatkan Assets Default Risks juga kecil. Persentase Assets Default Risks pada Asuransi Bintang mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena pada tahun 2007, Investasi pada saham banyak yang tercatat dalam LQ 45 dibandingkan pada tahun sebelumnya,yang jenis investasi sahamnya tidak tercatat dalam LQ 45. 14 Perbandingan Assets Default Risks pada ASJT dan ASBI pada jenis investasi obligasi % Assets Default Risks 2,50% 2,00% 1,50% ASJT 1,00% ASBI 0,50% 0,00% 2006 2007 Peringkat Obligasi Persentase Assets Default Risks pada Asuransi Jasa Tania tidak mengalami penurunan yang signifikan hanya mengalami penurunan 0,03 %. Hal itu disebabkan karena lebih banyak peringkat obligasi AA di tahun 2007 dibandingkan dengan tahun 2006 yang peringkat obligasi AA sedikit. Semakin baik peringkat obligasi maka semakin kecil faktor risiko yang mengakibatkan Assets Default Risks juga menjadi kecil. Persentase Assets Default Risks pada Asuransi Bintang mengalami penurunan signifikan. Hal itu disebabkan karena pada tahun 2006 ada 2 obligasi yang tidak diperingkat ( Peringkat D ) yang mengakibatkan persentase Assets Default Risks besar. Sedangkan pada tahun 2007 meskipun sama-sama ada 2 obligasi yang tidak diperingkat ( Peringkat D ) tetapi tidak mengakibatkan persentase Assets Default Risks besar, karena ditutupi oleh banyak Obligasi yang mempunyai peringkat yang baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : Assets Default Risks pada jenis Investasi Deposito Asuransi Jasa Tania pada Tahun 2006 sampai 2007 dari 2,022 % menjadi 2,019 %. Hal ini menunjukkan bahwa Assets Default Risks baik, karena risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil yang 15 disebabkan oleh Investasi pada Deposito di investasikan pada bank yang mempunyai CAR > 8 %. Assets Default Risks pada jenis Investasi saham Asuransi Jasa Tania pada tahun 2006 sampai 2007 dari 15 % menjadi 13,14 %. Hal ini menunjukkan bahwa Assets Default Risks baik, karena risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil yang disebabkan oleh Investasi saham banyak yang tercatat di dalam LQ 45. Assets Default Risks pada jenis Investasi Obligasi Asuransi Jasa Tania pada tahun 2006 sampai 2007 dari 0,62 % menjadi 0,59 %. Hal ini menunjukkan bahwa Assets Default Risks baik, karena risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil yang disebabkan oleh banyaknya Investasi obligasi yang mempunyai peringkat yang baik. Assets Default Risks pada jenis Investasi Deposito Asuransi Bintang pada Tahun 2006 sampai 2007 dari 0,39 % menjadi 2 %. Hal ini menunjukkan bahwa Assets Default Risks tidak baik, karena risiko kegagalan pengelolaan kekayaan besar yang disebabkan oleh nilai yang di investasikan dalam bentuk deposito pada tahun 2007 lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan total dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan yang lebih besar jumlahnya, meskipun sama-sama di investasikan pada Bank yang mempunyai CAR > 8 %. Assets Default Risks pada jenis Investasi saham Asuransi Bintang pada tahun 2006 sampai 2007 dari 14,03 % menjadi 10,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa Assets Default Risks baik, karena risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil yang disebabkan oleh Investasi saham banyak yang tercatat di dalam LQ 45. Assets Default Risks pada jenis Investasi Obligasi Asuransi Bintang pada tahun 2006 sampai 2007 dari 2,31 % menjadi 1,37 %. Hal ini menunjukkan bahwa Assets Default Risks baik, karena risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil yang disebabkan oleh banyaknya Investasi obligasi yang mempunyai peringkat yang baik. Dari beberapa kesimpulan di atas, maka dapat diketahui hal-hal yang menyebabkan Risiko kegagalan dalam pengelolaan kekayaan (Assets Default Risks) timbul dari adanya : 1. Kehilangan atau penurunan nilai kekayaan. 2. Kehilangan atau penurunan hasil pengembangan kekayaan. 16 Saran Berdasarkan dari kesimpulan, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada pihak manajemen / pengelola untuk Asuransi Jasa Tania maupun Asuransi Bintang disarankan untuk selalu berusaha meningkatkan nilai kekayaan yang dimiliki. 2. Dalam pengelolaan dan pengembangan kekayaan seperti berinvestasi, di usahakan kekayaan yang ingin di investasikan pada deposito, saham dan obligasi yang memiliki faktor risiko kecil sehingga jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan kekayaan kecil. DAFTAR PUSTAKA Abbas Salim. 1993. Dasar-Dasar Asuransi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Hasymi Ali.1995. PengantarAsuransi. Bumi Aksara. Jakarta Herman Darmawi. 2006. Manajemen Asuransi. Bumi Aksara. Jakarta Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi ke enam. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Radiks Purba. 1995. Memahami Asuransi di Indonesia. CV Teruna Grafica. Jakarta Soeisno Djojosoedarso.1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Salemba Empat. Jakarta 17