hubungan kejadian tuberkulosis paru pada anak dengan kepatuhan

advertisement
HUBUNGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DENGAN
KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG DI PUSKESMAS
PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT
RELATEDEVENTSIN
CHILDRENWITHTUBERCULOSISLUNGCOMPLIANCEBCGIMMUNIZATIONING
IVINGHEALTHDISTRICTWEST BANDUNGPARONGPONG
Yossie Imarruah
Universitas Advent Indonesia
ABSTRAK
Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh karena tingginya jumlah penderita
Tuberkulosis Paru. Di Indonesia pada tahun 2009 kasus penularan TB Paru menurun
mencapai jumlah 528.063 jiwa untuk semua kasus TB Paru dan 236.029 untuk kasus
TBC BTA positif, akan tetapi angka kematian naik menjadi 91.368 jiwa. Pada tahun
2010-2011 terdapat 1.840 kasus penyakit TB Paru yang menular pada anak di
wilayah kabupaten Bandung.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kejadian Tuberkulosis Paru pada anak dan balita dengan kepatuhan pemberian
imunisasi BCG di Puskesmas Parongpong.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif.dengan Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan mengambil data dari Kartu Menuju Sehat (KMS). Populasi pada
penelitian ini adalah anak usia dibawah 11 tahun dan balita yang menderita TB Paru
dan yang telah diberikan imunisasi BCG.
Hasil penelitian menunjukan bahwa anak dan balita yang tidak di imunisasi BCG
lebih beresiko terkena Tuberkulosis Paru dibandingkan dengan anak dan balita yang
patuh memberikan imunisasi BCG dengan tepat waktu.
Saran untuk kepala Puskesmas Parongpong ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan untuk menggalakan penyuluhan tentang kepatuhan dalam memberikan
imunisasi BCG dan pencegahan Tuberkulosis paru pada calon ibu maupun ibi-ibu
yang memiliki balita di Puskesmas Parongpong. Untuk bidan di Desa Parongpong
diharapkan untuk memberikan penyuluhan kepada calon ibu dan ibu-ibu yang
mempunyai balita yang belum memberikan imunisasi BCG pada anak dan balitanya
mengenai pentingnya imunisasi BCG pada balita sebelum berusia 2 bulan untuk
memberikan kekebalan tubuh balita. Untuk bidang penelitian Disarankan penelitian
ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk mengembangkan penelitian mengenai
hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis paru pada anak
dan balita.
Kata Kunci: Imunisai BCG, TBC
ABSTRACT
This baby thesis motivated by the high number of people with Tuberculosis Lung. In
Indonesia in 2009 cases of transmission of pulmonary TB, falling to number 528,063
souls for all cases of pulmonary TB and 236 029 in the case of TB smear positive,
but the death toll rose to 91 368 inhabitants. In 2010-2011 there were 1,840 cases of
infectious pulmonary TB disease in children in Bandung district. The purpose of this
research was to determine the incidence of pulmonary tuberculosis in children and
infants with BCG immunization compliance in Puskesmas Parongpong.
The method used is descriptive method. Data was collected by taking data from the
Health Card (KMS). The population in this study were children aged under 11 years
and children under five are suffering from pulmonary TB and who had been given
BCG immunization.
The results showed that children and infants are not at greater risk of BCG compared
with Pulmonary Tuberculosis children and toddlers who dutifully provide timely
immunization with BCG.
Suggestions for Parongpong PHC chief is expected to be input to promoting
education about compliance in providing BCG immunization and prevention of
pulmonary tuberculosis in the mother and ibi-mothers who have children at the health
center Parongpong. For midwives in the village Parongpong expected to provide
counseling to expectant mothers and mothers who have a toddler who has not given
BCG immunization in children and toddler on the importance of BCG immunization
in infants before the age of 2 months to provide immune toddlers. Suggested areas of
research for this study can be used as a baseline to develop research on the
relationship with the BCG immunization incidence of pulmonary tuberculosis in
children and infants
PENDAHULUAN
Penyakit TB paru dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling merupakan yang
rentan terhadap penyakit disebabkan sistem imun yang belum berfungsi dengan
sempurna. Penyakit TB paru sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
Basil Calmette Guerin (BCG) tepat waktu. Menurut Hidayat (2008), imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan
vaksin kedalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah penyakit tertentu.
Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukan kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG.
Menurut Rahajoe (2008), bahwa Tuberkulosis disebabkan Mycrobacterium
Tuberculosis dan Mycrobacterium Bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai paruparu, tetapi dapat juga mengenai organ-organ lain seperti selaput otak, tulang, dan
kelenjar superfisialis.Pencegahan dengan imunisasi atau merupakan tindakan yang
mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik, sehingga
mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar
(Roitt, 2003).
Menurut data WHO (2009), bahwa pengontrolan TBC melalui imunisasi akan
memberikan kekebalan aktif terhadap TBC. Vaksin TBC biasa di kenal dengan nama
Bacillus Calmette Guerin (BCG). Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari
bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang hidup karena dapat berkembang biak
didalam tubuh dan diharapkan bisa menghidupkan antibodi seumur hidup. Di Eropa
dan Jepang adalah Negara yang menganggap perlunya imunisasi.Bahkan Jepang telah
memutuskan untuk melakukan vaksinasi BCG terhadap semua bayi yang lahir tanpa
melakukan tes tuberculin.Karena jarangnya kasus TBC di Jepang, maka dianggap
semua anak tidak terinfeksi kuman TBC, sehingga diputuskan bahwa tes tuberculin
tidak perlu lagi dilaksanakan.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Somantri (2007), TB Paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.
Suparjo (2011), bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.Kuman batang tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit.
Menurut Luji (2012), etiologi dari penyakit ini adalah kuman mikroorganisme
yaitu Mycobacterium Tuberkulosis dengan ukuran panjang 1–4 um dan tebal 1,3–0,6
um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan asam atau basil tahan
asam.
Menurut Suryo (2010), gejala penyakit TB paru adalah sebagai berikut.
1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari tiga minggu
4. Perasaan tidak enak (malaise), dan lemah
Pada anak yang tidak menimbulkan gejala TB dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasian TB dewasa.Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TB paru dewasa memberikan hasil uji tuberculin positif. Pada anak usia 3-5
tahun yang timbul serumah dengan penderita TB paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfensi.
Aditama (2002), bahwa bakteri Tuberkulosis akan menyebabkan terjadinya
kerusakan permanen pada paru yang dapat menyebabkan komplikasi yang lebih
serius, antara lain pleura effusion atau pneumothorax .
Menurut Gomes (2011) penularan Tuberkulosis paru terjadi karena kuman
dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuklei dalam udara. Partikel
infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas
atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
mikromilimeter.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T )
adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya.Raspon ini
desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Menurut Ginanjar (2008), bahwa anak-anak dan bayi lebih rentan
terinfeksi bakteri Tuberkulosis. Penularan TB Paru pada anak disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. System imunisasi anak yang belum sempurna. Kondisi ini menyebabkan seorang
anak relatif mudah tertular penyakit yang disebabkan virus ataupun bakteri,
termasuk TB Paru.
2. Kontak erat anak-anak dan bayi dengan penderita TB Paru Dewasa di lingkungan
sekitarnya.
3. Kurangnya kesadaran orang tua untuk menciptakan kondisi lingkungan tempat
tinggal dan tempat bermain anak yang bersih, sehat, dan bebas dari asap rokok.
4. Buruknya kualitas gizi yang diberikan orang tua kepada anak-anak dan bayi.
Kurangnya kesadaran seorang ibu dalam memberikan ASI ekslusif kepada
bayinya hingga berumur 2 tahun.
5. Kurangnya kesadaran orang tua untuk melakukan vaksinasi BCG ( Bacille
Calmette Guerin) kepada bayi sejak bayi baru dilahirkan.
Sunarti (2012), menyatakan bahwa imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila
kelak terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit dilihat dari cara
timbulnya. Antara kata imunisasi dan vaksinasi yang selama ini kita anggap sama,
sejatinya mempunyai maksud yang berbeda, karena imunisasi adalah pemindahan
atau transfer antibody secara pasif, sedang vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian
vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari
system imun di dalam tubuh. Vaksinasi mempunyai maksud untuk pencegahan
primer, yaitu semua upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang
mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat.
Menurut Sunarti (2012), bahwa ada dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan pasif
dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar
tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri.Misalnya kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
imunolobulin.Dan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau secara alamiah. Kekebalan
pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Sedang
kekebalan aktif berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik. Melalui
proses pengebalan, imunisasi ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi).
Tjay dan Raharja (2007) bahwa virus adalah parasit yang hanya dapat hidup
didalam sel-sel yang dimasukinnya. Disana virus memperbanyak diri dengan jalan
mengambil alih seluruh metabolismenya .akhirnya, sel-sel tersebut mati. Virus hanya
dapat ditanggulangi oleh antibodies selama masih berada dalam darah. Sekali masuk
kedalam sel-sel tuan rumah, antibodies tidak berdaya lagi. Berdasarkan prinsip ini
bekerjanya vaksin virus yang dengan jalan antibodies mengikat virus sebelum dapat
melakukan kerja merusak.Bila virus sudah masuk kedalam sel, segera systeminterferon dengan khasiat antiviralnya turun tangan, lazimnya dalam waktu beberapa
jam setelah dimulainya infeksi.Interferon adalah protein yang dibentuk oleh sel-sel
terinfeksi virus dengan maksud melindungi sel-sel lain terhadap penyebaran
infeksi.Virus tidak bisa membiak lagi dalam sel-sel yang telah berkontak dengan
interferon.Interferon mengstimulasi aktivitas makrofag
dan limfo-T serta
meningkatkan produksi antibodies oleh limfo-B.
Akhirnya T-cells memusnakan sel-sel terinfeksi virus setelah mengenalinya
melalui antigen virus yang muncul pada dinding luar sel-sel tersebut.Antibodies
(immunoglobulin) pada imunisasi aktif bertahan untuk jangka waktu lebih lama.
Imunisasi aktif adalah long acting dan terutama digunakan bila dikehendaki
kekebalan yang lama terhadap suatu penyakit. Lazimnya imunitas ini bertahan
selama beberapa bulan sampai beberapa tahun, yang pada umumnya dapat diperkuat
kembali atau diperpanjang dengan penyuntikan ulang (booster revaksinasi).Injeksi
booster ini paling lambat mersti diberikan maksimal 6 bulan setelah serentetan injeksi
primer (imunisasi dasar).
Menurut Ranuh (2008), tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit
tertentu dari dunia. Menurut (Notoatmodjo 2003) program imunisasi bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
Menurut Iwan (2011), bahwa manfaat dari imunisasi adalah :
1. Memberi kekebalan tubuh untuk jenis penyakit tertentu
2. Memutuskan mata rantai penularan jenis penyakit tertentu
3. Menurunkan angka kematian
4. Menurunkan angka kesakitan
Menurut Aziz Alimul (2008) imunisasi BCG merupakan imunisasi yang
digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya
penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan
imunisasi BCG.
Hadinegoro (2011), bahwa tujuan BCG yaitu untuk mencegah bayi atau anak
terserang penyakit TB Paru yang berat. Dikarenakan anak balita masih rentan
terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis penyebab penyakit TBC, akibat adanya
kontak dengan penderita Tuberkulosis yang ada di sekitarnya, seperti : orang tua,
keluarga, pengasuh, dan lainnya.
Menurut Atikah (2010), imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh sekolompok bakteria bernama Mycobacterium
Tuberkulosis Complex. Pada manusia, Tuberkulosis terutama menyerang system
pernafasan (TB Paru).
Menurut Catur (2008), sebaiknya imunisasi BCG dilakukan dibawah umur 2
bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan untuk tes Mantoux
(tuberculin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman
Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya
negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke
rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasikan BCG.
Menurut Mardi dan Effa Yuliastry (2009) imunisasi diberikan pada bayi
ketika bayi berumur kurang dari 2 bulan.Sebaiknya sebelum dilakukan imunisasi
BCG pada bayi perlu dilakukan tes montoux. Tes ini berfungsi untuk mengetahui
apakah bayi sudah membawa penyakit TB Paru sejak lahir atau tidak., tetapi langkah
ini jarang sekali dilakukan oleh para ibu karena untuk melakukan satu kali tes
montoux memerlukan biaya yang cukup mahal.
Menurut Atikah (2010), vaksin BCG merupakan bakteri Tuberkulosis
Bacillus yang telah dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikan, vaksin BCG
harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0.05 cc untuk bayi dan 0.1 cc untuk anak dan
orang dewasa. Vaksin yang telah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat dari 3
jam, karena vaksin akan rusak. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan.
Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin
dengan hasil negatif.Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas.Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan secara perlahan.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
deskriptif.Notoadmodjo (2010) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
atau deskriptif tentang keadaan secara objektif.Dalam hal ini peneliti hanya ingin
mendapat gambaran secara jelas mengenai objek yang diteliti. Populasi penelitian
adalah anak usia dibawah 11 tahun dan balita yang sudah mendapat imunisasi BCG
serta anak dan balita yang menderita TB Paru di Puskesmas Parongpong.
Instrumen yang digunakan adalah pengambilan data dari Puskesmas Parongpong dan
bidan desa Parongpong disertai dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Adapun data yang dapat dikumpulkan melalui metode dokumentasi ini adalah:
Data anak usia dibawah 11 tahun dan balita yang menderita TB Paru dan yang tidak
menderita TB Paru di Puskesmas Parongpong.Data anak dan balita yang telah
diberikan imunisasi BCG dan yang tidak diberikan imunisasi BCG diPuskesmas
Parongpong.
HASIL DAN ANALISIS
Untuk memperoleh hasil dalam penelitian ini maka data dari ke-30 responden
dianalisis sesuai dengan identifikasi masalah kemudian diinterpretasikan.
Untuk menjawab identifikasi masalah Penelitian yaitu menggunakan analisis
data secara kuantitatif, yaitu : Analisis Bivariat untuk mengidentifikasi ada tidaknya
hubungan variabel bebas (pemberian imunisasi BCG) dengan variabel terikat
(kejadian Tuberkulosis paru pada anak). Uji statistik yang digunakan adalah Rasio
Odds ( Ψ ) dengan Interval kepercayaan 95% (Riwidikdo, 2006). Adapun formulasi
Rasio Odds (OR) adalah sebagai berikut :
Proporsi kelompok kasus yang terkena pajanan
Proporsi kelompok kontrol yang terkena pajanan
Adapun cara menarik kesimpulan nilai rasio odds adalah sebagai berikut :
1. OR > 1, artinya mempertinggi resiko.
2. OR = 1,artinya tidak terdapat hubungan.
3. OR < 1, artinya mengurangi resiko.
Dibawah ini akan disajikan tabel kejadian TB Paru yang terkena pajanan dan
yang tidak terkena pajanan pada anak dan balita di Puskesmas Parongpong.
Tabel 4.1 Frekuensi Kejadian Tuberkulosis Paru dari registrasi anak di
Puskesmas Parongpong
Kejadian Tuberkulosis Paru
Frekuensi
%
Tuberkulosis Paru
12
40
Tidak Tuberkulosis Paru
18
60
Total
30
100 %
Tabel 4.2 Kejadian TB Paru pada Anak dan balita di Puskesmas Parongpong
Tuberkulosis Paru
Pemberian Imunisasi BCG
Ya
Tidak
Ya
11
1
Tidak
2
16
Untuk menghitung Kejadian TB Paru di Puskesmas Parongpong, maka
digunakan Rumus Odds Ratio sebagai Berikut :
Berdasarkan tabel 4.1 terdapat 12 Responden (40%) yang menderita
Tuberkulosis Paru dan 18 responden (60%) yang tidak menderita Tuberkulosis Paru.
Berdasarkan tabel 4.2 sesuai hasil uji Odds rasio diperoleh nilai Odds Rasio (OR)
yang dilakukan dengan tabulasi silang (crosstab) dalam deskriptif statistik. Adanya
kejadian Tuberkulosis Paru pada anak balita di Puskesmas Parongpong ditunjukkan
dengan nilai OR < 1 yaitu, OR= 0,88 pada variabel kejadian TB Paru yang artinya
tingginya kejadian TB Paru pada anak dan balita di Puskesmas Parongpong
Untuk menjawab identifikasi masalah penelitian yaitu “Bagaimana kepatuhan
ibu memberika imunisasi BCG pada balita di Puskesmas Parongpong?”Maka
digunakan penghitungan dengan rumus Odds Ratio.
Tabel 4.3. Kepatuhan Pemberian imunisasi BCG pada anak dan balita di Puskesmas
Parongpong
Pemberian Imunisasi BCG
Frekuensi
%
Imunisasi BCG
18
60
Tidak Imunisasi BCG
12
40
Total
30
100 %
Tabel 4.4. Kepatuhan Pemberian Imunisasi BCG anak dan balita di Puskesmas
Parongpong
Kejadian TB Paru
Imunisasi BCG
Tidak Imunisasi
Total
BCG
TB Paru
1
16
17
Tidak TB Paru
11
2
13
Total
12
18
30
Untuk menghitung angka kepatuhan Pemberian Imunisasi BCG, maka
digunakan rumus Odds Ratio sebagai berikut :
⁄
⁄
⁄
⁄
⁄
⁄
⁄
⁄
Berdasarkan tabel 4.3 untuk pemberian imunisasi BCG dari 30 responden
terdapat 18 responden yang telah diberikan imunisasi BCG dan 12 responden yang
tidak diberikan imunisasi BCG, dapat dijelaskan bahwa 60% yang diberikan
imunisasi BCG dan 40% yang tidak diberikan imunisasi BCG.
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji Odds Rasio diperoleh analisis bivariat dengan
melihat nilai Odds Ratio (OR) dengan interval kepercayaan (CI 95% (0.05) yang
dilakukan dengan resiko relative, yaitu adanya hubungan kepatuhan antara pemberian
imunisasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada anak balita. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai OR < 1 yaitu, OR= 0.90, artinya bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara kepatuhan pemberian imunisasi BCG dengan angka kejadian
penyakit TB Paru pada anak dan balita di Puskesmas Parongpong.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sacket dan niven ( 2000), bahwa kepatuhan
adalah sejauh mana perilaku pasien atau seseorang sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh professional kesehatan. Adapun teori lain yang menjelaskan bahwa
kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
mengobatinya (Kaplak, 2001).
Untuk menjawab identifikasi masalah penelitian yaitu “Hubungan kejadian
TB Paru dengan pemberian Imunisasi BCG di Puskesmas Parongpong?”Maka
digunakan penghitungan dengan rumus Chi square.
Tabel 4.5 Tabel Kontigensi Tuberkulosis Paru dengan Kepatuhan Pemberian
Imunisasi BCG di Puskemas Parongpong
Pemberian
Imunisasi
BCG
Imunisasi
BCG
Tidak
Imunisasi
BCG
Total
n
x2  
i 1
Kejadian TB Paru
Oi
TB Paru
Ei
2
7.8
16
11
5.2
13
13
(Oi  Ei )
Ei
Total
Tidak TB Paru
Oi
Ei
Oi
Ei
10.2
18
18
1
6.8
12
12
17
17
30
30
x2 
2  7.82  16  10.22  11  5.22  1  6.82
7.8
10.2
5.2
6.8
x  4.31  3.29  6.46  4.94
x2 = 19
Berdasarkan tabel 4.6 terdapat 2 kejadian TB Paru dan 16 kejadian yang tidak
TB Paru pada anak yang diberikan imunisasi BCG. Terdapat 11 kejadian TB Paru
dan 1 kejadian yang tidak TB Paru pada anak yang tidak diberikan imunisasi BCG.
Sesuai hasil uji Chi-square diperoleh X2 sebesar 19 dan distribusi x2 tabel
dengan tingkat signifikan 0.05 sebesar 3.841, sehingga x2 hitung > x2 tabel, yang
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara kejadian Tuberkulosis paru ada
hubungannya dengan kepatuhan pemberian imunisasi BCG. Hal ini menujukan
bahwa anak dan balita yang tidak di imunisasi BCG lebih beresiko terkena
Tuberkulosis paru dibandingkan dengan anak dan balita yang patuh memberikan
imunisasi BCG dengan tepat waktu.Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha
diterima.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hadinegoro (2011), bahwa anak balita masih
rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis penyebab penyakit TBC.Oleh karena
itu imunisasi BCG dibutuhkan dengan tujuan mencegah TB Paru yang berat.
Menurut Pedoman Imunisasi Indonesia (2010), bahwa BCG (Bacille Calmette
Guerin) adalah vaksin yang dibuat untuk menimbulkan kekebalan terhadap kuman
Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut menimbulkan penyakit Tuberkulosis
yang dikenal sebagai TB Paru. Menurut Aziz Alimul (2008), menjelaskan imunisasi
BCG (bacilli Calmette Guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya TB Paru yang berat.
2
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. 2002. Tuberkulosis diagnosis. Edisiv.Jakarta :Yayasan
Penerbitan ikatandokter Indonesia.
Agus. 2011. Pengertian imunisasi dan cara pemberian. [online].Tersedia.
http://pkmdanaurawah.blogspot.com/2011/10/pengertian
imunisasi dan cara-pemberian.html#!/2011/10/pengertian imunisasi
dan-cara pemberian.html. (26 Maret 2013).
ALfarisi. 2011. Info Seputar Penyakit dan Kesehatan. [online]. Teredia
http://doc alfarisi.blogspot.com/2011/04/patogenesis-patofisiologi
stadium-dan.html. (25Maret 2013).
Andri wang.2011. Rahasia Tiongkok kuno untuk hidup sehat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, anggota IKAPI.
Anaw Hidayat. 2012. Odds Ratio. [online]. Tersedia.http://statistikian . blog
spot.com (25 april 2013).
Aziz Alimul. 2008. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Bob Wheeler. Odds Ratio Relative Risk. [online]. Tersedia.www. Bobwhe
eler.com/.../Odds_Ratio_Relative_Risk/OddsRatioRelativeRisk (03 Mei.2013).
Catur. 2008. Jurnal hubungan pengetahuan ibu mengenai imunisasi.
[online].Tersedia.http://library.esaunggul.ac.id/opac/infopustaka. (24
Maret 2013).
Demsey, P.A & Dempsey, A.D. 2002. Riset Keperawatan: Buku ajaran dan latihan.
Edisi ke-1. Jakarta:EGC
Fajar.2011. AskepTuberkulosisparu. [online]. Tersedia.http://fajar
mediaka.com/2011/08/askep-tb.(24 maret 2013).
Ginanjar. 2008. Tuberkulosis pada anak. Jakarta: Dian rakyat.
Gomes. 2011. Laporan pendahuluan TB paru . [online]. Tersedia.http://
Thelosta masta.blogspot.com/2012/05/laporan-pendahuluan-tb
paru.html.(23 Maret 2013)
Hadinegoro. 2011. Vaksin kombinasi. Jakarta :Ikatan dokter Indonesia.
Hidayat. 2003. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika
Iyano. 2010. Chi Square. [online]. Tersedia : Iyano.wordspress.com (29
April 2013)
Hidayati. 2007. Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa data.
Jakarta: Salemba Medika.
Laban. 2008. Kesehatan Masyarakat TBC. Penyakit dan cara pencegahan.
Yogyakarta: Kanisius, anggota IKAPI.
Murniasih. E, Livana. 2007. Jurnal kesehatan surya medika yogjakarta
[online].Tersedia.http://www.skripsi stikes.wordpress.com.(28
Januari 2013).
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta :Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan
praktik. Jakarta: Salemba Medika.
Setiadi.(2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan.Yogyakarta:
Graha
Somantri. 2007. Penanggulangan Tubelkulosis. Jakarta: Salemba medika.
Sugiyanto. 2003. Metodepenelitian. Jakarta: EGC.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta: Bandung.
Sunarti. 2012. Pro kontraImunisasi. Yogjakarta: Hanggar Kreator.
Suparjo. 2011. Tuberkulosisparu [online]. Tersedia.http://www. Scribd
com/doc/20358065/tuberculosisparu (26 Maret 2013).
Suryo. J. 2010. Penyembuhan gangguan system pernafasan. Yogyakarta: PT Bentang
pustaka.
Tjay dan Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting, penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta
Yupi Supartini. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Download