11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Organisasai Adapun definisi dari komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu definisi fungsional dan defini interpretif. “Secara fungsional, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan” (Pace & Faules, 2006: 31). Kemudian di sisi lain, “Secara interpretif, komunikasi organisasi didefinisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaktsi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi; ia adalah organsisasi. Komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah” (Pace & Faules, 2006: 33). 12 Dari pemaparan definisi di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah sebuah bentuk interaksi yang terjadi di antara anggota organisasi, di mana di dalam proses komunikasi tersebut terjadi pemaknaan sebagai hasil dari interaksi. Kemudian divisi Marketing di PT.Imora Motor menggunakan jenis struktur organisasi fungional dimana menurut J. Winardi (2003:9),di mana kekuasaan pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan di bawahnya dalam satuan bidang pekerjaan tertentu. Setiap kepala dari satuan mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan mengawasi semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya. 2.1.2 Definisi Marketing Menurut The American Marketing Association (AMA) yang dikutip Wilson Arafat (2006:21) mendefinisikan pemasaran sebagai process of planning and executing the conception, pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, and services to create an exchange that satisfies individual or organizational objectives”. Sedangkan The Charrtered Institute of Marketing, menjelaskan bahwa marketing is the management process that identifies, anticipates, and satisfies customer requirements profitably. Dari definisi AMA dan The Charrtered Institute of Marketing tersebut maka dapat dikatakan bahwa pemasaran dimulai dari proses perencanaan 13 pemasaran sedemikian rupa sehingga diharapkan konsumen dapat terpuaskan. Perencanaan pemasaran tersebut merupakan alat bagi suatu perusahaan untuk memonitor dan mengontrol pengaruh internal maupun eksternal untuk disesuaikan dengan kemampuan dan atau kompetensi inti yang dimiliki. Gambar 2.1 Langkah Proses – Proses Pemasaran Sumber: Philip Kotler; 2008:35 Menurut Philip Kotler (2008:35) langkah-langkah dalam proses pemasaran terbagi menjadi lima langkah. Empat langkah yang pertama menciptakan nilai bagi pelanggan. Kemudian langkah terakhir ialah mempertahankan hubungan dengan konsumen. 14 Pertama, pemasar harus memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan. Berikutnya, pemasar merancang strategi pemasaran yang digerakkan pelanggan dengan tujuan mendapatkan, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan sasaran. Dalam langkah ketiga, pemasar membangun program pemasar yang benar-benar memberikan nilai unggul. Seluruh langkah ini membentuk dasar bagi langkah keempat, yaitu membangun hubungan pelanggan yang menguntungkan, dan menciptakan kepuasan pelanggan. Pada langkah terakhir, perusahaan mendapatkan hasil dari hubungan pelanggan yang kuat dengan menangkap nilai dari pelanggan. 2.1.3 Definisi Public Relations Terdapat banyak sekali definisi mengenai Public Relations, namun dalam kesempatan ini penulis hanya membahas definisi dari dua ahli yang dianggap dapat mewakilinya, salah satunya adalah menurut Denny Griswold, Wilcox, Ault & Agee (2006:12) seorang Ibu Public Relations modern sebagai berikut: “PR adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi publik, memperkenalkan berbagai kebijakan dan prosedur dari suatu individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan membuat perencanaan, serta melaksanakan suatu program kerja dalam upaya memperoleh pengertian dan pengakuan publik.” Sedangkan definisi dari Cutlip, sebagai berikut: Centre & Broom (2006:6), adalah 15 “Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan tugas seorang PR harus menjalin hubungan antara pihak internal dan pihak eksternal agar tujuan dari perusahaan dapat berjalan dengan baik. Pernyataan di atas senada dengan pengertian yang di sampaikan oleh Elvinaro Ardianto dalam bukunya Handbook of Public Relations (2011:9) sebagai berikut: “PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi/perusahaan.” 2.1.2.1 Proses Public Relations (PR) Pengumpulan Fakta Definisi Permasalahan Perencanaan dan Program Aksi dan Komunikasi Evaluasi Gambar 2.2 Proses public relations menurut Rhenald Kesali Sumber : Iriantara ; 2006 :9 16 2.1.2.2 Model Komunikasi dalam Public Relations Sumber = Perusahaan/lembaga/organisasi Komunikator = Bidang/divisi PR Pesan = Kegiatan-kegiatan Komunikan = Publik PR Efek = Citra publik terhadap perusahaan/ lembaga organisasi Gambar 2.3 Model Komunikasi Sumber : Iriantara ; 2006:14 Sehingga dapat disimpulkan bahwa perlunya kepercayaan publik kepada organisasi/perusahaan yang dibangun oleh Public Relations. Sehingga salah satu faktor penentu baik buruknya citra perusahaan tergantung dari kinerja PR dalam melakukan pencitraan (branding). 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Teori Marketing Public Relations (MPR) Secara umum menurut Rosadi Ruslan (2010:246), marketing public relations dapat diartikan sebagai suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan keuapasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat 17 dipercaya dan melalui kesan-kesan positif yang ditimbulkan dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keingian dan kepentingan bagi para konsumennya. Definisi menurut Philip kotler mengatakan bahwa : ” Marketing Public Relations works because works it adds value to product through it’s unique ability to lend credibility to product message” Marketing Public Relations diciptakan untuk menambah atau memberikan nilai bagi produk melalui kemampuan yang unik untuk menunjukkan kredibilitas pesan produk (Ruslan, 2002: 254). Sehingga dapat disimpulkan bahwa MPR adalah sebuah proses menambah nilai positif yang dapat digunakan untuk meningkatkan penjualan. Marketing public relation mengkomunikasikan segenap konsep dan gagasan organisasi sehingga publik sasaran memiliki motivasi untuk membeli. Rosady Ruslan (2010:247) mengemukakan marketing public relation mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan positif publik eksternal atau masyarakat dan konsumen. 2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara public sasaran dengan perusahaan 3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations 18 4.Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek. 5.Mendukung bauran pemasaran Keberadaan marketing public relations yang dilandasi tujuan telah dikemukakan semakin penting dengan berperannya beberapa faktor-faktor. Menurut Saka Abadi dalam jurnal Imam Mulyana Dwi Suwandi (2010:2), faktor-faktor tersebut, yaitu : 1. Pecahnya pasar yang brsifat masal 2. Peledakan informasi dan teknologi 3. Peningkatan persaingan 4. Jaringan periklanan yang semakin kuat 5. Peningkatan biaya iklan 6. Penekanan biaya promosi 7. Ketahanan iklan berkurang 2.2.2 Teori Citra(Image) Citra secara umum dapat diartikans ebagai gambaran, perasaan kesan mengenai suatu objek. Citra menurut Siswanto Sutojo dalam bukunya Membangun Citra Perusahaan, seperti yang dikutip oleh Elvinaro Ardianto dalam bukunya yang berjudul Handbook of Public Relations (2011:63) berkata: 19 “Citra sebagai pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi.” Kemudian beliau juga menambahkan di dalam buku yang sama bahwa Citra perusahaan sebagai pegangan bagi banyak orang dalam mengambil berbagai macam keputusan penting. Seperti keputusan membeli barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan (konsumen), berlangganan (pelanggan), merekomendasikan kepada orang lain. Menurut Siswanto Sutojo, citra perusahaan yang baik dan kuat mempunyai banyak manfaatnya: 1. Daya saing jangka menengah dan panjang yang mantap (Mid and Long Term Sustainable Competitive Position). Perusahaan berusaha memenangkan persaingan dengan menyusun strategi pemasaran taktis. 2. Menjadi perisai selama masa krisis (An Insurance for Adverse Time). Sebagian besar masyarakat dapat memahami atau memanfaatkan kesalahan yang dibuat perusahaan dengan citra baik, yang menyebabkan mereka mengalami krisi. 20 3. Menjadi daya tarik eksekutif handal (Attraction The Best Executives Available). Dalam hal ini, yang menjadi eksekutif handal adalah aset perusahaan. 4. Meningkatkan efektifitas strategi pemasaran (Increasing Effectiveness of Marketing Instruments). Dalam hal ini, dengan citra yang baik mudah untuk merencanakan, membuat hingga menjalankan program-program yang dicanangkan. 5. Menghemat biaya operasional (Cost Saving). Perusahaan yang memiliki citra yang baik mudah dalam menjalankan programnya, sehingga biaya-biaya yang tidak diinginkan dapat dihindari. Ada beberapa jenis citra menurut Frank Jefkins dalam Ruslan (2004:45) yaitu: 1. Mirror Image (Citra Bayangan).Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi – biasanya adalah pemimpinnya – mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat 21 atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita. 2. Current Image (Citra yang Berlaku).Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. 3. Multiple Image (Citra Majemuk).Yaitu adanya image yang bermacam-macam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. 4. Corporate Image (Citra Perusahaan). Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan).Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya. 6. Citra Penampilan (Performance Image). Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan. 22 2.2.2.1 Peran Citra Setiap perusahaan harus mempunyai citra di masyarakat, dan citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, atau buruk. Dampak peringkat citra yang berlainan tersebut terhadap keberhasilan kegiatan bisnis dan pemasaran produk juga berlainan. Citra buruk melahirkan dampak yang negatif bagi operasi bisnis perusahaan dan juga dapat melemahkan kemampuan perusahaan untuk bersaing. Hal tersebut senada menurut buku Perilaku Konsumen karya Nugroho Setiadi (2003:182), ia menjelaskan pendapat Groonros yang mengidentifikasikan peran citra bagi perusahaan, yaitu: a. Citra menceritakan harapan bersama dengan kampanye pemasar eksternal, seperti periklanan, penjualan pribadi dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang positif memudahkan organisasi untuk berkomunikasi secara efektif dan membuat orang-orang lebih mengerti dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra yang netral atau tidak diketahui mungkin tidak menyebabkan kehancuran, tetapi hal itu tidak membuat komunikasi dari mulut ke mulut lebih efektif. b. Citra adalah sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi kegiatan perusahaan. c. Citra adalah fungsi pengalaman dan harapan konsumen. d. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen. 23 2.2.2.2 Proses Pembentukan Citra Proses pembentukan citra dalam pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip dari buku Elvinaro Ardianto yang berjudul Dasar-dasar Public Relations (2005:115), yakni: Model/Proses Pembentukan Citra Gambar 2.4 Model Pembentukan Citra Sumber: Nimpoeno (dalam Soemirat 2002:115) Keterangan: “Pada saat stimulus (rangsangan) diberikan, maka masyarakat akan melakukan langkah-langkah yang dianggapnya sesuai dengan apa yang ia pikirkan. Pertama ia akan melakukan persepsi, dimaana dalam persepsi ini ia akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalamannya mengenai rangsangan. Selanjutnya akan dilakukan kognisi, dimana ia mengerti akan rangsangan yang diberikan. Setelah itu akan muncul dorongan untuk melakukan kegiatan tertentu atau biasa disebut dengan motif. Kemudian yang terakhir sikap dimana merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. (Soemirat dan Ardianto, 2007:115-116).” 24 Jika dalam proses public relations digabarkan sebagai input-output, maka proses intern dalam model ini adalah proses pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang memberikan, dan outoput adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi dan sikap yang dimiliki individu. “Proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu sendiri diartikan sebagai mental representation (citra) dan stimulus”. Model pembentukan citra ini menunjukan bagaimana stimulus yang berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Rangsangan yang diberikan tersebut dapat diterima atau ditolak. Pesan terdiri dari struktur pesan, gaya pesan, appeals pesan (imbauan pesan). Struktur pesan ditunjukan dengan pola penyimpulan (tersirat dan tersurat), pola urutan argumentasi (pola yang dulu argumentasi yang disenangi atau argumentasi yang tidak disenangi), pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi). Gaya pesan menunjukan variasi linguistik dalam penyampaian pesan (perulangan, kemudahan dimengerti, pembendaharaan kata). Persepsi merupakan hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan dikaitkan dengan sebuah proses pemaknaan, berarti pemberian makna seorang individu tergantung pada pengalaman mengenai stimulus. Hal ini penting sebagai perkembangan citra. 25 Kognisi adalah suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus yang dapat timbul jika stimulus telah dimengerti yang mana hal ini akan tergantung pada terpaan informasi. Respon yang diinginkan pemberi stimulus digerakan oleh motivasi dan sikap yang terburuk. Motif adalah kesadaran dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tetentu dalam mencapai tujuan. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide situasi atau nilai. Sikap tidak sama dengan prilaku tapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku tertentu dengan cara tertentu terhadap obyek sika: Sikap mendorong aspek evaluatif yaitu rasa suka dan sikap dapat diperteguh atau diubah. 2.2.3 Brand (Merek) Secara umum, brand menurut http://bahasa.kemdiknas.go.id adalah tanda yg dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dsb) pd barang yg dihasilkan sbg tanda pengenal. “ Nama adalah sesuatu yang menginterpretasikan sebuah merek. Merek menjadi sebuah identitas. Baik buruknya sebuah pelayanan ataupun produk akan mempengaruhi merek yang tengah dibangun.” (Rahman, 2010:176). 26 Manfaat merek menurut Arif Rahman (2010:180), sebagai berikut: Manfaat No. Deskripsi Merek 〈 Merek merupakan sarana bagi perusahaan untuk saling memperebutkan pasar. Manfaat 〈 Konsumen memilih berdasarkan value for money yang 1. ekonomis ditawarkan berbagai macam merek. 〈 Relasi antara merek dan konsumen dimulai dengan penjualan. 〈 Merek memberikan peluang bagi diferensiasi dan Manfaat jaminan kualitas. 2. fungsional 〈 Merek memfasilitasi ketersediaan produk secara luas. 〈 Merek memudahkan sponsorship dan iklan. 〈 Merek merupakan penyederhanaan dari semua Manfaat informasi produk yang diketahui konsumen. 3. psikologis 〈 Pilihan merek tidak selalu didasarkan pada 27 pertimbangan rasional. Faktor gengsi dan emosional berperan dominant dalam keputusan pembelian. 〈 Merek bisa memperkuat citra diri dan persepsi orang lain terhadap pemakai/pemiliknya. Tabel 2.5 2.2.4 Brand Image (Citra Merek) Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2004 :63), Simamora mengambil definisi dari Kotler yang mendefinisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler juga menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat. Simamora (Manajemen Sumber Daya Manusia; 2004 :64) mengatakan bahwa citra merek adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. 28 2.2.4.1 Komponen Brand Image (Citra Merek) Komponen brand image terdiri atas 3 bagian, yaitu (Manajemen Sumber Daya Manusia; 2004:65): 1. Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Dalam penelitian ini citra pembuat meliputi: popularitas, kredibilitas serta jaringan perusahaan. 2. Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi : pemakai itu sendiri, gaya hidup / kepribadian, serta status sosialnya 3. Citra Produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi atribut produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunanya, serta jaminan. 2.2.4.2 Manfaat Brand Image (Citra Merek) Menurut Park and Srinivasan, yang dikutip oleh Rangkuti bukunya Measuring Customer Satisfaction (2002 :37), memiliki beberapa manfaat, yaitu : dalam brand image 29 1. Keuntungan yang berkaitan dengan penampilan serta keuntungan yang didapat saat ini – merek yang positif dapat meningkatkan keuntungan yang diraih, dapat membuat konsumen menerima kenaikan harga dari suatu produk, efektifitas marketing komunikasi dan meningkatkan peningkatan dalam kerjasama perdagangan. 2. Keuntungan berkaitan dengan pendapatan jangka panjang – kesetiaan konsumen terhadap suatu merek sehingga perusahaan lebih kuat dalam menanggapi serangan dari para pesaing, dan lebih kuat dalam menangani krisis pemasaran. 3. Keuntungan berkaitan dengan potensi perusahaan untuk berkembang – kesempatan untuk memberikan surat ijin untuk membuka cabang, memberikan kekuatan yang positif dalam pemasaran melalui mulut ke mulut, kemampuan merek dalam mempermudah pengenalan produk baru sebagai perluasan merek. Peneliti-peneliti telah menemukan bahwa asosiasi merek dapat memiliki pengaruh positif terhadap pilihan konsumen, pilihan konsumen terhadap barang yang lebih disukai dan niat untuk membeli, kerelaan mereka untuk membayar harga yang lebih untuk merek tertentu, menerima perluasan merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. merek dan 30 2.2.4.3 Peranan MPR dalam Branding Image Silih Agung Wasesa (Strategi Public Relations 2010:122-125) Peranan Marketing Public Relations dalam upaya branding image: 1. Memberikan Edukasi kepada konsumen: a. Edukasi mengenai penggunaan produk yang sudah di luncurkan. b. Edukasi mengenai produk yang akan di luncurkan. c. Edukasi manfaat produk. 2. Meluncurkan merek atau produk: a. Meluncurkan kembali merek-merek lama. b. Meluncurkan produk baru sebelum iklan komersial. 3. Membangun event merek. Dengan tujuan agar lebih dikenal konsumen. 4. Mengembangkan pelayanan publik kepada konsumen: a. Mengembangkan akses informasi konsumen ke perusahaan. b. Menindak lanjuti keluhan, baik langsung maupun dari surat pembaca. 5. Membantu media melakukan tes produk: a. Memberi edukasi kepada media mengenai produk. 31 b. Memberi pemecahan terhadap cara-cara penggunaan. 6. Mengajak media dan masyarakat untuk melihat proses pembuatan produk: a. Membuka kesempatan kunjungan pabrik untuk media dan masyarakat. b. Melakukan kunjungan ke media atau tempat-tempat untuk mensosialisasikan Bentuk-bentuk kegiatan dari marketing public relation dalam mempertahankan citra menurut Rhenald Kasali (2009:54), terdiri dari : 1. Pameran Pameran merupakan salah satu media promosi dan ikl an yang bertujuan memperkenalkan suatu produk atau jasa kepada masyarakat dengan harapan konsumen tertarik dan kemudian membelinya. Efektifnya pameran adalah pada sarana komunikasi itu. Publik dapat menyaksikan peragaan proses produksi atau bnenda tertentu. Konsumen juga dapat bertanya sepuas hati mereka bahkan mungkin mencoba produk tersebut. 2. Publisitas Untuk pengenalan (awareness), mencari publisitas hingga melakukan kegiatan kampanye yang bertujuan untuk mempengaruhi opini publik dulakukan melalui media masaa. Bahkan upaya untuk 32 menetralisir suatu berita negatif atau masalah tertentu lainnya yang perlu diketahui atau diungkapkan secara terbuka kepada publiknya juga dilakukan melalui media massa. 3. Konferensi Pers Untuk memberikan suatu informasi, berita, publikas i, dan promosi, dan aktivitas PR yang dianggap penting untuk diketahui secara luas oleh publik sasarannya, yaitu yang menonjolkan segi pengenalan. Menjelaskan suatu peristiwa yang mungkin atau telah terjadi, diharapkan penjelasan melalui media massa tersebut akan muncul saling pengertian dan saling menghargai di masyarakat terhadap peristiwa tersebut. Dapat juga “meluruskan” atau sekaligus untuk membantah tentang berita negatif yang tersebar. 4. Special Event Untuk memberikan informasi langsung (tatap muka) d an mendapatkan hubungan timbal balik yang positif dengan publiknya melalui program kerja atau acara ajang khusus yang sengaja dirancang dan dikaitkan dengan event (peristiwa khusus) dalam kegiatan dan program kerja public relations tertentu dan juga sebagai media komunikasi dan sekaligus untuk mendapatkan publikasi, dan pada akhirnya media massa atau public sebagai target sasarannya akan meperoleh pengenlan, pengetahuan, pengertian yang mendalam dan 33 diharapkan dari acara khusus tersebut dapat mencipatakan citra positif terhadap perusahaan atau produk yang diwakilinya. 5. Sponsorship Yaitu kegiatan menarik khalayak sasaran atas produk atau kegiatan perusahaan lainnya dengan mengatur suatu peristiwa atau pertisipasi dalam acara tertentu seperti seminar, konferensi, olahraga, peringatan hari jadi, pameran. 6. Berita Yaitu kegiatan menemukan dan menciptakan informasi yang mendukung perusahaan maupun publik. 7. Kegiatan layanan publik Yaitu kegiatan perusahaan untuk meningkatkan hubu ngan baik dengan masyarakat melalui pemberian sumbangan atau aksi sosial. 8. Media identitas Adalah upaya PR untuk membuat identitas atau ciri khas dari perusahaan, seperti: logo, slogan, hingga warna. Pendapat tersebut, memberikan makna bentuk-bentuk marketing publik relations bersifat dinamis sehingga terdapat kemungkinan adanya bentuk merketing public relations lain seperti yang telah dukemukakan dalam pelaksanaanya di sebuah organisasi. Marketing public relations pada dasarnya 34 merupakan komunikasi antara organisasi dengan pelanggan, konsumen, masyarakat. Pengelolaan komunikasi dengan tujuan tertentu sehingga dapat mempunyai bentuk-bentuk pengembangan dari komunikasi organisasi sebagai pilihan maupun kombinasi yang sesuai dan ditetapkan. 2.3 Penelitian Terdahulu 2.3.1 Faktor Pembentuk Brand Image (Citra Merek) Adapun faktor yang membentuk suatu brand image menurut Regina Jokom yang dikutip dalam jurnal Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuisitas Merek Coffee Shop di Surabaya (2007 :90) : 1. Brand awareness (Kesadaran terhadap merek produk) 2. Brand Association 3. Kesan Kualitas (Perceived Quality) 4. Kesetiaan Merek (Brand Loyalty) Menurutnya sebuah merek dengan citra merek yang baik lebih dipilih oleh konsumen, tergantung sejauh aman konsumen sadar (aware) dengan suatu produk, bagaimana konsumen meng-asosiasikan produk tersebut dengan merek yang dikenalnya, hingga bagaimana sebuah merek dapat benar-benar mencuci otak konsumen-nya sehingga tidak berpaling dari merek tersebut 35 2.4 Kerangka Pemikiran Tabel 2.5