BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

advertisement
19
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
3.1 Kajian Teori
Landasan teori ini menjelaskan teori- teori yang mendukung hipotesis serta
sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan
teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntutan dalam memecahkan
masalah penelitian serta perumusan hipotesis.
3.1.1. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja
manajemen, tingkat profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan.
Para investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan dan meningkatkan laba, hal ini merupakan daya tarik bagi
investor dalam melakukan jual beli saham, oleh karena itu manajemen harus
mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan
keuntungan dari investasi keuangan (Sartono, 2008).
Menurut Kasmir (2008:196), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efisiensi suatu
perusahaan. Profitability ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri (Sartono, 2008). Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon
investor maupun pemegang saham karena berkaitan dengan harga saham serta
dividen yang akan diterima.
Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan Return On Equity (ROE), karena
ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan dalam bentuk penyertaan modal sendiri yang
ditanamkan oleh pemegang saham. Hal ini karena Return on Equity biasa
menggambarkan apakah para pemegang saham menerima pengembalian yang
pantas atas investasi mereka. Alasan pemilihan Return on Equity adalah karena
dengan membandingkan rasio ini dapat diketahui apakah pendapatan yang ada
untuk pemegang saham lebih menarik dibandingkan perusahaan lain yang ada
dalam bidang usaha sejenis.
Return On Equity sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah
perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu
pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba dilain pihak (Riyanto,
2001:44). Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri
adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja
didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.
3.1.2. Leverage
Beberapa definisi mengenai leverage yang diutarakan beberapa ahli antara
lain menurut Sartono (2001) Leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
(sources of fund) oleh perusahan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk mengunakan aktiva atau
dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets or funds) untuk memperbesar
tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan”. (Syamsuddin, 2001:89).
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan leverage adalah suatu tingkat kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang mempunyai beban
tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan
perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik perusahaan. Permasalahan
leverage akan selalu dihadapi oleh perusahaan, bila perusahaan tersebut
menanggung sejumlah beban atau biaya, baik biaya tetap operasi maupun biaya
finansial. Biaya tetap operasi merupakan beban atau biaya tetap yang harus
diperhitungkan sebagai akibat dari fungsi pelaksanaan investasi, sedangkan biaya
finansial merupakan beban atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat
dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Jadi, beban atau biaya tetap sebenarnya
merupakan risiko yang harus ditanggung perusahaan dalam pelaksanaan
keputusan-keputusan keuangan. Besar kecilnya risiko tersebut perlu diketahui
agar dapat diantisipasi dengan meningkatkan volume kegiatan usaha.
a.
Leverage Operasi (Operating Leverage)
Leverage operasi (operating leverage) timbul sebagai suatu akibat dari
adanya beban-beban tetap yang ditanggung dalam operasional perusahaan.
Beban-beban tetap operasional tersebut misalnya biaya depresiasi /
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
penyusutan atas aktiva tetap yang dimilikinya. Keown, dkk (2000)
mengemukakan pengertian leverage operasi (operating leverage) adalah
“company defrayal remain in the current of company earning”, artinya
pembiayaan tetap perusahaan di dalam arus pendapatan perusahaan.
Sedangkan Sartono (2001) menyebutkan leverage operasi timbul karena
perusahaan memiliki biaya operasi tetap.
Leverage operasi adalah pengaruh biaya tetap operasional terhadap
kemampuan perusahaan untuk menutup biaya tersebut. Dengan kata lain
pengaruh perubahan volume penjualan (Q) terhadap laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT). Besar kecilnya leverage operasi dihitung dengan DOL
(Degree of operating leverage) (Sartono , 2007). Analisis leverage operasi
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa peka laba operasi terhadap
perubahan hasil penjualan dan berapa penjualan minimal yang harus
diperoleh agar perusahaan tidak menderita kerugian. Besar kecilya DOL
akan berdampak pada tinggi rendahnya risiko bisnis perusahaan. Semakin
besar DOL, maka semakin besar pula risiko bisnis yang ditanggung
perusahaan ( Sartono, 2008).
b.
Financial Leverage (Leverage Keuangan)
Pengertian financial leverage (leverage keuangan) menurut Keown, dkk
(2000) adalah “Pembiayaan sebagian dari aset perusahan dengan surat
berharga yang mempunyai tingkat bunga yang tetap (terbatas) dengan
mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendanaan bagi pemegang
saham”. Dilihat dari pengertian di atas leverage keuangan dimiliki
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
perusahaan karena adanya penggunaan modal / dana yang memiliki beban
tetap dalam pembiayaan perusahaan.
Besar kecilnya leverage finansial dihitung dengan DER (Debt to Eduity
Ratio). Menurut Harahap (2007) DER merupakan rasio yang menggunakan
hutang dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Menurut Sutrisno (2001)
rasio utang adalah penggunaan aktiva atau sumber dana dimana untuk
penggunaan tersebut perusahaan harus menanggung biaya tetap atau
pembayaran
beban
tetap.
Sedangkan
menurut
Sartono
(2001)
mendefinisikan rasio utang merupakan penggunaan aset dan sumber dana
oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial investor.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin besar hutang,
semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan yang tetap mengambil hutang sangat tergantung pada biaya
relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan
menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat
meningkatkan profitabilitas, yang kemudian menaikkan harga sahamnya,
sehingga
meningkatkan
kesejahteraan
para
pemegang
saham
dan
membangun potensi pertumbuhan yang lebih besar.
Semakin tinggi DER, semakin besar persentase modal asing yang
digunakan dalam operasional perusahaan, atau semakin besar DER
menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan
hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. DER yang semakin tinggi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
menunjukan sebagian besarnya proporsi hutang terhadap ekuitas, sehingga
mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi dan risiko yang harus
ditanggung investor juga akan semakin tinggi. Pada akhirnya investor akan
menghindari saham perusahaan yang memiliki Debt to Equety Ratio (DER)
terlalu tinggi.
3.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian
kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga)
komponen:
pertama,
pertumbuhan
ekonomi
suatu
bangsa
terlihat
dari
meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju
merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada
penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat
(Jhingan, 2010).
Sejak dahulu trasportasi telah digunakan dalam kehidupan masyarakat.
Hanya saja alat angkut yang digunakan bukan seperti sekarang ini. Sebelum tahun
1800 alat yang digunakan adalah secara manual atau tenaga manusia, hewan dan
sumber tenaga dari alam. Pengangkutan barang-barang dalam jumlah kecil dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
membutuhkan waktu yang cukup lama. Antara tahun 1800-1860 transportasi telah
mulai berkembang dengan dimanfaatkannya sumber tenaga mekanis seperti kapal
uap, kereta api yang banyak digunakan dalam dunia perdagangan. Pada tahun
1860-1920 telah ditemukan kendaraan bermotor, pesawat terbang dalam masa ini
angkutan kereta api dan jalan raya memegang peranan yang sangat penting.
Dalam tahun 1920 trasportasi telah mencapai tingkat peekembangan pada
puncaknya (mature) dengan sistem transportasi multi modal (multi modal sistem).
Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi ini dan
perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industralisasi. Dengan adanya
transportasi menyebabkan adanya sepesialisasi atau pembagian pekerjaan sesuai
dengan bidang keahlian yang dimiliki. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau
bangsa tergantung pada tersedianya pengangkutan (transportasi) dalam negara
atau bangsa yang bersangkutan. Dalam hal ini dengan menggunakan transportasi
dapat menciptakan suatu barang atau komoditi yang berguna menurut waktu dan
tempat.
3.1.4 Inflasi
Inflasi didefinisikan dengan banyak ragam yang berbeda, tetapi semua
definisi itu mencakup pokok-pokok yang sama. Samuelson dan Nordhaus (2004)
memberikan definisi bahwa inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kenaikan
tingkat harga umum, baik barang-barang, jasa-jasa maupun faktor-faktor produksi.
Dari definisi tersebut mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli yang
diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Sementara definisi lain menegaskan bahwa inflasi terjadi pada saat kondisi
ketidakseimbangan (disequilibrium) antara permintaan dan penawaran agregat,
yaitu lebih besarnya permintaan agregat daripada penawaran agregat. Dalam hal
ini tingkat harga umum mencerminkan keterkaitan antara arus barang atau jasa
dan arus uang. Bila arus barang lebih besar dari arus uang maka akan timbul
deflasi, sebaliknya bila arus uang lebih besar dari arus barang maka tingkat harga
akan naik dan terjadi inflasi.
Secara umum pendapat ahli ekonomi menyimpulkan bahwa inflasi yang
menyebabkan turunnya daya beli dari nilai uang terhadap barang-barang dan jasa,
besar kecilnya ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawaran akan barang
dan jasa. Faktor lain yang juga turut menentukan fluktuasi tingkat harga umum
diantaranya adalah kebijakan pemerintah mengenai tingkat harga, yaitu dengan
mengadakan kontrol harga, pemberian subsidi kepada konsumen dan lain
sebagainya.
3.1.5
Teori Struktur Modal
Struktur modal menurut Riyanto (2011:22) adalah pembelanjaan permanen
dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Struktur modal menjadi masalah yang sangat penting bagi perusahaan
karena baik buruknya struktur modal akan dapat mempengaruhi kondisi keuangan
perusahaan yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz (2013:176) struktur modal adalah
bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang terdiri
dari hutang, saham preferen dan saham biasa.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Struktur modal merupakan bidang keputusan keuangan yang kompleks.
Untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik, manajer
keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami
hubungannya dengan risiko, pengembalian dan nilai. Struktur modal optimal
adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal rata-rata, sehingga
memaksimalkan nilai perusahaan.
Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana
permanen yang digunakan perusahaan dengan cara memaksimumkan harga saham
perusahaan. Warsono (2003:238) menyatakan bahwa perusahaan struktur modal
bagi suatu perusahaan merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang
penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
manajemen keuangan perusahaan. Tujuan pokok manajemen struktur modal
adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber pembelanjaan permanen,
sehingga mampu memaksimumkan harga saham perusahaan.
Suatu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan
cenderung membiayai perusahaan dengan modal sendiri yaitu laba ditahan juga
saham. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka
nilai saham akan meningkat dan hal ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan dana tambahan dengan menjual saham-saham yang nilainya telah
meningkat. Brigham dan Houston (2009) mengatakan bahwa teori pecking order
mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding yang telah
memenuhi kebutuhan sebagian besar dana maka perusahaan dapat menekan
hutang ke tingkat yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan dan internal perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
telah memenuhi sumber pendanaan perusahaan. Perusahaan dengan profitabilitas
yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan
dengan profitabilitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi
atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang
tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
dana dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah hutang.
3.1.6
Analisis Dupont
Du pont sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Di dalam bisnisnisnya ia
memiliki cara sendiri dalam menganalisis laporan keuangannya. Caranya
sebenarnya hampir sama dengan analisis laporan keuangan biasa. Namun
pendekatannya lebih integratif dan menggunakan komposisi laporan keuangan
sebagai elemen analisisnya. (Syafri, 2010:333)
Menurut Brigham dan Houston (2001:94) yang mengembangkan
pendekatan umum yang menunjukkan bagaimana pengembalian atas ekuitas
dipengaruhi oleh perputaran aktiva, marjin laba dan leverage. Dimana bagian kiri
dari bagan tersebut mengembangkan marjin laba atas penjualan. Pada bagian
kanan ditunjukkan berbagai kategori aktiva, totalnya dan kemudian membagi
penjualan dengan total aktiva untuk mendapatkan perputaran total aktiva.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar Bagan 3.1 berikut ini :
ROE
ROA
X
Multiplier Ekuitas
(Aktiva/Ekuitas)
Margin Laba
X
Perputaran total aktiva
Penjualan
/
Laba Bersih
Penjualan
/
Total Aktiva
Total Biaya
-
Penjualan
Aktiva Lancar
+
Aktiva Tetap
Biaya Operasi
lainya
Pajak
Bunga plus
deviden saham
Penyusutan
Kas dan sekuritas
Kas dan
sekuritas
Persediaan
Gambar 3.1 Bagan Du Pont
Sumber :: (Brigham dan Houston, 2001:94)
Dari Gambar 3.1 bagan Du Pont tersebut menunjukkan bagaimana
pengembalian atas ekuitas dipengaruhi oleh perputaran aktiva, marjinal laba dan
leverage. Bagian kiri dari bagan tersebut mengembangkan marjin laba atas
penjualan. Total biaya yang dikurangkan dari penjualan untuk memperoleh laba
bersih perusahaan. Ketika kita membagi laba bersih dengan penjualan kita akan
mendapatkan laba atas penjualan untuk pemegang saham.
1.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijadikan bahan perbandingan dengan penelitian
yang akan dilakukan dituliskan seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
No.
Peneliti
Hasil Penelitian
1
Herdiani et al,
(2012)
DFL dan DR berpengaruh negatifsignifikan terhadap ROE sedangkan
DER dan TIER berpengaruh positif signifikan terhadap ROE
2
Kusumajaya
(2011)
DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE
3
Puspitasari dan
Akbar (2013)
DOL berpengaruh positif signifikan terhadap ROE dan DFL
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROE
4
Nuraini (2013)
DER dan DOL berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE, CR
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROE
5
Hamdi dan
Lestari (2015)
Pertumbuhan ekonomi dan Inflasi mempunyai pengaruh positif tidak
signifikan terhadap ROE
6
Kamatra dan
Kartika (2015)
CSR, DER dan Size berpengaruh positif signifikan pada ROA dan
NPM, tetapi terhadap ROE dan EPS berpengaruh positif tidak
signifikan
7
Pontoh dan Ilat
(2013)
Size berpengaruh negatif tidak signifikan pada DAR, DOL negatif
tidak signifikan pada DER, DAR negatif terhadap ROA dan DER
berpengaruh negatif tidak signifikan pada ROE
8
Kanwal dan
Nadeem (2013)
Interest rate berpengaruh positif pada ROA, ROE dan EM.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
ROA tetapi negatif terhadap ROE dan EM. Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA, ROE dan EM
9
Tailab (2014)
Total hutang mempunyai pengaruh pada ROE dan ROA. DER
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROE.
10
Salehi dan
Derakhshan
(2012)
Pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas (ROE)
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Herdiani et al. (2012) yaitu
mempunyai variabel dependen Return On Equity (ROE) dan variabel bebas Debt
to Equity Ratio (DER). Perbedaanya pada variabel Independen yaitu Degree of
Financial Leverage (DFL), Times Interest Earned Ratio (TIER) dan The Debt
Ratio (DR). Pada penelitian yang dilakukan Kusumajaya (2011) mempunyai
persamaan pada variabel dependennya yaitu Return On Equity (ROE), variabel
bebas dengan Debt to Equity Ratio (DER) sedangkan perbedaan penelitianya pada
variabel bebas memakai price book value. Pada penelitian yang dilakukan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Puspitasari dan Akbar (2013) persamaan penelitian pada variabel dependennya
yaitu Return On Equity (ROE) dan variabel bebas DOL. Perbedaannya variabel
independen menggunakan variabel Degree of Financial Leverage (DFL).
Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2013) mempunyai persamaan dalam
variabel dependennya yaitu Return On Equity (ROE) dan variabel bebas Debt to
Equity Ratio (DER), Degree of Operating Leverage (DOL). Perbedaannya
variabel independen menggunakan variabel Current Ratio (CR). Penelitian yang
dilakukan oleh Hamdi dan Lestari (2015) mempunyai persamaan dalam variabel
dependennya yaitu Return On Equity (ROE) dan variabel bebas pertumbuhan
ekonomi dan Inflasi. Perbedaannya variabel independen hanya faktor eksternal
saja. Penelitian yang dilakukan oleh Kamatra dan Kartikaningdyah (2015)
mempunyai persamaan dalam variabel dependennya yaitu Return On
Equity
(ROE) dan variabel bebas Debt to Equity Ratio (DER). Perbedaannya variabel
dependen ditambah Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) dan
Earning Per Share (EPS) sedangkan varabel independen terdapat Corporate
Social Responsibility (CSR) dan Size. Penelitian yang dilakukan oleh Pontoh dan
Ilat (2013) mempunyai persamaan dalam variabel dependennya yaitu Return On
Equity (ROE) dan variabel bebas Debt to Equity Ratio (DER). Perbedaannya
variabel independen menggunakan variabel Debt Assets Ratio (DAR) dan variabel
dependen ditambah ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Kanwal dan Nadem
(2013) mempunyai persamaan dalam variabel dependennya yaitu Return On
Equity (ROE) dan variabel bebas pertumbuhan ekonomi dan
Inflasi.
Perbedaannya variabel independen menggunakan variabel Interest rate dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
variabel dependen ditambah Return On Assets (ROA). Penelitian yang dilakukan
oleh Tailab (2014) mempunyai persamaan dalam variabel dependennya yaitu
Return On
Equity (ROE) dan variabel bebas Debt to Equity Ratio (DER).
Perbedaannya variabel independen menggunakan variabel Total Hutang, Firm
Size dan variabel dependen ditambah Return On Assets (ROA). Penelitian yang
dilakukan oleh Salehi dan Derakhshan (2012) mempunyai persamaan dalam
variabel dependennya yaitu Return On
Equity (ROE) dan variabel bebas
pertumbuhan ekonomi.
1.3. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return On
Equity
(ROE)
Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemilik dapat menutupi hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio
yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang.
Rasio ini termasuk dalam rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio
untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan.
Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari
hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham
(Wahyono, 2002:12). DER menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam
menutupi
pembayaran
hutang
jangka
panjang
dengan
menggunakan modal sendiri atau ekuitas dari shareholders sebagai
leveragenya. Rasio DER yang tinggi dapat menggambarkan bahwa
perusahaan dapat beroperasi dengan hutang sebagai modalnya. Hutang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
usaha ini jika dipergunakan secara tepat akan dapat menghasilkan profit
yang semakin meningkat pula bila dibandingkan dengan operasional
dengan modalnya sendiri (Riccardo, 2012). Hal ini menggambarkan
adanya pengaruh positif dari DER terhadap profitabilitas.
Teori ini sesuai dengan penelitian Herdiani (2012) dan Kusumajaya
(2011) yang menyatakan bahwa DER berpengaruh positif terhadap
Return On Equity (ROE).
2. Pengaruh Degree of Operating Leverage (DOL) terhadap Return On
Equity (ROE)
Operating leverage terjadi setiap saat perusahaan mempunyai biaya
tetap operasi yang harus ditutup berapapun unit yang dihasilkan. Dalam
jangka panjang, semua biaya menjadi variabel sehingga analisis akan
menyangkut hanya analisis jangka pendek. Tingkat operating leverage
dari suatu perusahaan pada suatu tingkat output menunjukkan persentase
perubahan dalam keuntungan karena perubahan pada output yang
menyebabkan perubahan laba (Husnan, 2000). Menurut Hanafi (2008)
operating leverage menunjukkan suatu gejala hubungan negatif antara
risiko dengan tingkat pendapatan atau keuntungan. Pilihan tersebut
mempunyai hubungan langsung dengan pengambilan keputusan manajer
dalam keadaan tidak pasti demi kelangsungan hidup perusahaan.
Teori ini sesuai dengan penelitian Nuraini (2013) memaparkan DOL
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE.
3. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Return On Equity (ROE)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Pertumbuhan
ekonomi
memiliki
hubungan
positif
terhadap
profitabilitas perusahaan, karena dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi akan mengakibatkan meningkatnya permintaan hasil produksi
dan pada akhirnya akan mengakibatkan meningkatnya profitabilitas
perusahaan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan merubah pola
investasi suatu negara. Salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan
ekonomi adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang merupakan
suatu kenaikkan output perkapita jangka panjang (Thobarry, 2009).
Teori ini sesuai dengan penelitian Hamdi dan Lestari (2015), Salehi
dan Derakhshan (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
mempunyai pengaruh positif terhadap Return On Equity (ROE).
4. Pengaruh Inflasi terhadap Return On Equity (ROE)
Darmadji dan Fakhruddin (2006 : 116) mendefinisikan inflasi
sebagai suatu kondisi dimana harga barang - barang pada umumnya
menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Inflasi merupakan indikator
ekonomi yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu
periode. Adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan naiknya biaya
produksi sehingga akan mengurangi profitabilitas perusahaan. Sehingga
jika terjadi kenaikan inflasi maka akan terjadi penurunan profitabilitas
dan sebaliknya.
Teori ini sesuai dengan penelitianKanwal dan Nadeem (2013) yang
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap ROE.
3.4
Kerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, maka dapat digambarkan
suatu kerangka pemikiran teoritis yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
(DER), Degree of Operating Leverage (DOL), Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
mempunyai pengaruh terhadap Return On Equity (ROE) perusahaan. Berikut
kerangka pemikiran teori dari penelitian ini :
DER
(X1 )
H1
DOL
(X2 )
H2
Pertumbuhan
Ekonomi
(X3 )
H3
ROE
(Y)
H4
Inflasi
(X4 )
Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran
3.5
Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara dan masih harus
dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2009:64). Berdasarkan pada berbagai hasil
penelitian yang sebelumnya, rumusan masalah, tujuan, tinjauan teoritis dan
kerangka pemikiran yang dikembangkan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
H1 : DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
manufaktur subsektor otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia.
H2 : DOL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE perusahaan
manufaktur subsektor otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE
perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan komponen di Bursa Efek
Indonesia.
H4 : Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE perusahaan
manufaktur subsektor otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download