studi komparasi biaya transaksi pada perdagangan

advertisement
STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA
PERDAGANGAN ONLINE DAN OFFLINE
(STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH DI KOTA MALANG)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Miftah Faris
115020107111033
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN ONLINE DAN
OFFLINE
(STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG)
Miftah Faris
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pemasaran produk adalah salah satu hal cukup penting dalam bersaing di era globalisasi ekonomi
yang mana perdagangan lebih kompetitif dan hal ini membuat UMKM dituntut untuk dapat bersaing
dengan perusahaan besar dan produk asing. Strategi pemasaran pada umumnya adalah
perdagangan offline, namun saat ini adanya pemasaran yang menggunakan teknologi dan internet
atau bisa disebut pemasaran modern atau online. Penelitian ini membandingkan salah satu faktor
ekonomi kelembagaan yaitu biaya transaksi (ex-ante cost `dan ex-post cost) antara perdagangan
online dan offline dengan uji beda independent sample t-test dan sampel yang diteliti berjumlah 25
responden. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat tingkat efisiensi secara relatif antara
perdagangan online dan offline yang dilihat dari besaran biaya transaksi yang dikeluarkan. Setelah
dilakukan serangkaian uji perbedaan perdagangan offline dan perdagangan online memiliki
kesamaan atau bersifat homogen yang berarti tidak memiliki perbedaan yang signifikan diantara
keduanya. Namun, jika dilihat dari setiap rata-rata variabelnya, biaya negosiasi, biaya
administrasi, biaya salah adaptasi dan biaya pengiriman perdagangan offline lebih efisien
dibandingkan dengan online dan hanya biaya pengelolaan iklan, perdagangan online dinilai lebih
efisien dibandingkan dengan perdagangan offline.
Kata kunci: Biaya Transaksi, Ex-ante Cost, Ex-post Cost, Rasionalitas Terbatas, Perilaku
Oportunistik, Perdagangan, Pemasaran, Online Shop, UMKM .
A. LATAR BELAKANG
Partisipasi dan kontribusi dari pengusaha-pengusaha nasional dengan pengembangan usahanya
merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun seiring
berjalanannya waktu, para pengusaha nasional memiliki hambatan lain untuk berkembang yang
merupakan dampak dari globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai
mendunianya kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan perekonomian tidak mengenal
batas-batas kenegaraan, bukan lagi sekedar internasional tapi bahkan transnasional. Dalam kondisi
transnasional yang demikian kegiatan-kegiatan perekonomian bukan lagi terbatas pada aspek
perdagangan dan keuangan, tetapi meluas ke aspek-aspek produksi dan pemasaran.
Globalisasi ekonomi menggiring perusahaan-perusahaan raksasa yang semula bersifat
multinasional menjadi transnasional. Mereka beroperasi menembus batas negara bahkan
memudarkannya. Hal ini berdampak pada peredaran uang dan modal secara global, pesatnya alih
teknologi, cepatnya distribusi hasil-hasil produksi. Kemudian muncul aliansi strategis antar
perusahaan sejenis, serta bermunculan produk-produk yang berstandar global. Semua ini
mengakibatkan kegiatan usaha dan perdagangan menjadi lebih kompetitif (Subandi, 2011).
Pemasaran produk adalah salah satu hal cukup penting dalam bersaing di era globalisasi ekonomi
yang mana perdagangan lebih kompetitif. Keuntungan atau laba yang diperoleh juga ditentukan dari
strategi pemasaran dan merupakan salah satu faktor yang penting untuk pengembangan usaha.
Perkembangan yang terjadi ini menunjukan betapa pentingnya strategi pemasaran apa yang harus
diambil dalam melakukan perdagangan. Strategi pemasaran pada umumnya adalah perdagangan
offline, namun saat ini adanya pemasaran yang menggunakan teknologi dan internet atau bisa disebut
pemasaran modern atau online.
Aktivitas dalam jenis perdagangan telah dibagi oleh para ahli dalam dua kategori yaitu mereka
yang memfasilitasi proses transfer produk dan jasa dan mereka yang menggunakan infrastruktur
aktivitas online dalam transaksi komersial. Transaksi komersial adalah kegiatan di mana uang,
barang, jasa atau kewajiban yang ditransfer antara individu atau organisasi. Dengan munculnya
perdagangan online, perusahaan telah mengidentifikasi peluang baru untuk memperluas bisnis.
Kebangkitan pasar digital di seluruh dunia, yang memungkinkan untuk menjual semua jenis produk
melalui sarana online telah menghasilkan munculnya jaringan komersial bisnis-ke-bisnis, sebagai
sumber utama keuntungan bagi perusahaan (Carina-Elena, 2013).
Dalam konteks saat ini globalisasi ekonomi dan munculnya lingkungan bisnis virtual, perusahaan
telah mengalami transformasi yang mendalam bahwa perusahaan memaksa untuk
mempertimbangkan kembali tujuan strategis mereka, terutama dengan mempertimbangkan peluang
yang diciptakan oleh teknologi informasi dan komunikasi baru (Carina-Elena, 2013). Hal ini
diperkuat dengan data distribusi domain di Indonesia yang terdaftar di TLD-ID (Top Level Domain
Indonesia) pada tabel 1.1.
Tabel 1. Distribusi Domain Indonesia
SUBDOMAIN
TOTAL
PRESENTASE
ac.id (akademik)
291
2,97%
co.id (perusahaan)
6115
62,50%
mil.id (militer)
6
0,06%
net.id (provider)
130
1,32%
or.id (lain-lain)
1571
16,05%
sch.id (sekolah)
578
5,91%
web.id (web)
1059
10,82%
war.net.id (warnet)
34
0,34%
TOTAL
9784
99,97%
Sumber: Diana dan Fandy (2007)
Dalam kenyataan membangun perdagangan online tetap diperlukan biaya dalam operasionalnya
dan adanya biaya-biaya lain diluar operasional, seperti biaya pengiriman, biaya asuransi, hingga
biaya pengelolaan online shop. Biaya tersebut dapat dikatakan biaya transaksi. Seperti diketahui,
pandangan neoklasik menganggap pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apa pun (costless)
kerena pembeli (consumers) memiliki informasi yang sempurna dan penjual (producers) saling
berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah. Tetapi dunia nyata faktanya adalah
sebaliknya, dimana informasi, kompetisi, sistem kontrak dan proses jual-beli bisa sangat asimetris.
Inilah yang menimbulkan adanya biaya transaksi¸ yang sekaligus bisa didefinisikan sebagai biayabiaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran dan pemaksaan pertukaran. (Yustika, 2013).
Dari teori tersebut, penelitian ini menggunakan variabel biaya transaksi untuk dikomparasikan
antara strategi perdagangan offline dan perdagangan online. Hal ini dikarenakan biaya transaksi pada
umumnya oleh semua pelaku usaha tidak dihiraukan atau tidak diketahui, bisa jadi karena nominal
yang kecil jadi tidak begitu dihiraukan atau karena pelaku usaha tidak sadar dengan pengeluaran
yang lebih karena biaya transaksi ini juga diangggap sebagian besar perusahaan biaya diluar
operasional sehingga bisa jadi tidak tercatat. Hal ini tentunya semakin lama jika tidak dapat
diminimalkan akan semakin besar dan bahkan akan membuat kerugian bagi pelaku usaha. Sehingga
biaya transaksi menjadi salah satu pertimbangan yang penting dalam memilih dan menjalankan
strategi perdagangan yang akan dilakukan pelaku usaha.
Penelitian mengenai biaya transaksi ini tentu sudah ada sebelumnya, contohnya penelitian dari
Eko dan Asfi (2007) yang menggunakan variabel biaya transaksi untuk meneliti industri bank umum
di Indonesia, selain itu penelitian dari Nadhifatul Fuaidah juga menggunakan variabel biaya
transaksi pada pengeluaran petikemas di Surabaya. Berbeda hal dengan penelitian ini yang akan
menganalisis dan mengkomparasikan perdagangan online dan offline, dengan mengambil sampel
data dari Kota Malang. Pengambilan sampel di Kota Malang karena berdasarkan data BPS Provinsi
Jawa Timur 2012, Kota Malang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan tren yang terus meningkat,
dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebesar 7,57% di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi
di Jawa Timur yang sebesar 7,27%, hal ini menunjukan perkembangan ekonomi di Kota Malang
sangat baik.
B. KERANGKA TEORI
Kerangka teori dalam penelitian ini mencakup teori ekonomi kelembagaan khususnya biaya
transaksi, UMKM, etika ekonomi dan perilaku konsumen dan produsen. Definisi UMKM yang
dijelaskan dalam UU. No.20 Tahun 2008 yang mana usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil
adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar
yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang merupakan bukan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari usaha kecil atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan. Setiap individu memiliki hak dan kewajiban, demikian pula dengan konsumen
dan produsen, hak dan kewajiban tersebut sudah diatur dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen. Hak dan kewajiban konsumen dan produsen dalam hal transaksi
elektronik juga sudah diatur dalam undang-undang no.11 tahun 2008. Transaksi Elektronik adalah
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau
media elektronik lainnya. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan
informasi. Dalam hal ini teknologi informasi dalam transaksi elektronik sebagai salah satu cara
perusahaan dalam memasarkan produknya dengan menggunakan jaringan komputer atau media
elektronik lainya.
Dalam teori ekonomi kelembagaan pandangan neo-klasik menganggap pasar berjalan secara
sempurna tanpa biaya apa pun (costless) karena pembeli memiliki informasi yang sempurna dan
penjual saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah (Stone, et, al., 1996:97 dalam
Yustika, 2013). Menurut Petrovic dan Krstic (2011) dalam pandangan pasar neo-klasik di mana
individu saling berinteraksi dan berakibat pertukaran barang dan jasa, saat itu kerja sama
berlangsung tanpa biaya yang cukup signifikan, hal ini karena diasumsikan bahwa pasar sebagai
organisasi dan mekanisme koordinasi secara gratis , dan hal ini adalah biaya transaksi sama dengan
nol atau biaya transaksi dalam hal ini diabaikan. Hal ini juga dikarenakan teori neoklasik memakai
produk sebagai dasar unit analisis dalam mengukur biaya.
Literatur ekonomi memberikan definisi yang beragam tentang biaya transaksi. Pada awalnya
diidentifikasi oleh Coase sebagai biaya mengorganisasi transaksi hingga akhirnya banyak
menimbulkan beberapa definisi. Secara ringkasnya, biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan
negosiasi, mengukur, dan memaksakan pertukaran (exchange). Menurut Mburu (2002:42), biaya
transaksi dapat juga diartikan untuk memasukkan tiga kategori yang lebih luas, yaitu (1) biaya
pencarian informasi, (2) biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi kontrak, dan (3) biaya
pengawasan, pemaksaan, dan pemenuhan/pelaksanaan (Yustika, 2013). Transaksi mencakup baik
pertukaran – pertukaran maupun kontrak-kontrak jika transaksi dipandang dari suatu hubungan
kontraktual, dengan unsur-unsur penelitian, keputusan, pelaksanaan dan pengendalian, maka biaya
transaksi akan terdiri atas biaya penelitian, informasi, keputusan, tawar menawar, monitoring dan
pelaksanaan kontrak (Williamson, 1985 dalam Yustika, 2013). Transaksi terjadi ketika suatu produk
atau jasa ditransfer ke dalam ikatan yang dapat dipisahkan secara teknologi, satu tahap kegiatan
diakhiri dan tahapan lainnya dimulai. Biaya transaksi mencakup (Williamson, 1985 dalam Yustika,
2013) :
1. Biaya Langsung ( Direct Cost ) dari menjaga hubungan atau sering disebut biaya transaksi yang
belum terjadi ( ex-ante transaction cost ).
2. Biaya Alternatif ( Opportunity Cost ) dari terbuatnya keputusan yang inferior, disebut juga biaya
transaksi yang telah terjadi ( ex-post transaction cost).
Menurut Bickenbach, et. al. (1999:2-3), dua kondisi penting dalam transaksi yang menyebabkan
kontrak beresiko adalah kurangnya/keterbatas informasi dan spesifisitas aset. Keterbatasan
informasi adalah suatu kondisi informasi tidak simetris (asymmetry information), salah satu pelaku
yang melakukan kontrak mempunyai pengetahuan yang lebih banyak ketimbang pelaku yang lain.
Dalam hal ini faktor ketidakpastian, perilaku oportunitis, dan rasionalitas terbatas termasuk
didalamnya (Williamson, 1975:31 dalam Yustika, 2013). Sehingga jika kondisi ini di minimalkan
kemungkinan biaya transaksi akan menurun dan tercapai efisiensi ekonomi.
Menurut Petrovic dan Krstic (2011) tingginya tingkat biaya transaksi tidak hanya dibuktikan
dengan fungsi pasar yang tidak sempurna, tetapi akibat tidak adanya lembaga. Maka dari itu biaya
transaksi sangat penting bagi kehadiran sebuah lembaga. Semakin tinggi biaya transaksi
menyiratkan permintaan yang lebih besar terhadap lembaga yang lebih efisien dalam sebuah
perekonomian dan masyarakat. Jadi suatu lembaga dianggap sebagai struktur yang meminimalkan
biaya transaksi dan dievaluasi oleh kriteria ini. Sebuah lembaga bisa dikatakan efisien yang
maksimal ketika biaya transaksi sama dengan nol.
Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat asxzmenjadi landasan
dalam penulisan ini yang pada akhirnya dapat diketahui variabel biaya transaksi perdagangan online
atau perdagangan offline yang paling berpengaruh dalam pencapaian efisiensi ekonomi dalam
UMKM. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya transaksi yang terdiri
dari ex-ante dan ex-post. Biaya transaksi ex-ante diantaranya biaya pengelolaan iklan, negosiasi dan
administrasi yang dikeluarkan UMKM di Kota Malang sedangkan untuk biaya transaksi ex-post
diantaranya biaya kesalahan adaptasi dan pengiriman yang variabel tersebut dihitung berdasarkan
strategi perdagangan online maupun offline. Penelitian ini mencoba menganalisis dan
membandingkan seberapa besar biaya transaksi yang dikeluarkan ketika perdagangan online
maupun offline pada UMKM di Kota Malang. Kerangka pikiran ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Biaya Transaksi
Ex-Ante Cost
Biaya Negosiasi
(X1)
Biaya
Pengelolaan
Iklan (X2)
Ex-Post Cost
Biaya
Administrasi
(X3)
Perdagangan
Online
Biaya Salah
Adaptasi (X4)
Biaya
Pengiriman
(X5)
Perdagangan
Offline
Efisiensi Ekonomi
Sumber : Berbagai Sumber Diolah (2015)
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, sehingga penelitian
yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu
kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya,
kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya
yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di
lapangan. Analisis data yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Sebelum uji statistik diterapkan terlebih dahulu dilakukan
uji validitas dan uji realibilitas. Apabila data lolos uji validitas dan uji reliabilitas atau bisa
pengukuran instrumen dikatakan valid, maka dilakukan uji statistik parametrik yaitu uji beda t-test
dengan menggunakan Independent sample t-test.
Independent sample t-test adalah salah satu pengujian hipotesis dari statistik komparatif.
Independent sample t-test adalah metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya
perbedaan mean antara dua kelompok yang bersifat independen. Independen berarti adalah sampel
yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan sampel lainya. Independent samples ttest pada dasarnya menguji dua sampel, tujuannya untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata
(mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya. Untuk menjawab rumusan
masalah dalam penelitian ini, dilakukan uji beda secara bertahap agar perbedaan variabel biaya
transaksi secara parsial dan simultan dapat diketahui.
Responden dalam penelitian ini merupakan usaha mikro, kecil dan menengah sesaui dengan
kriteria yang telah diatur undang-undang. Adapun kriteria lain yang diharuskan yaitu seluruh
responden dalam hal ini UMKM memiliki toko offline dan toko online. Toko offline diartikan
sebagai tempat penjualan langsung yang pada umumnya terletak di rumahan, ruko dan mall. Toko
online diartikan sebagai tempat untuk penjualan secara jarak jauh dengan media teknologi internet,
dimana transaksi tanpa bertatap muka dengan konsumen. Lokasi penentuan penelitian dilakukan
Jawa Timur lebih tepatnya di Kota Malang. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sample
dalam suatu kelompok UMKM di Kota Malang. Pengambilan sample di Kota Malang ini karena
beberapa alasan salah satunya berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur 2012, dimana Kota
Malang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan tren yang terus meningkat, dan pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi sebesar 7,57% di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur
yang sebesar 7,27%, hal ini menunjukan perkembangan ekonomi di Kota Malang sangat baik. Salah
satu alasan berkembangnya ekonomi Kota Malang karena kontribusi dari industri-industri mikro,
kecil, menengah dan besar yang ada di Kota Malang, terbukti dari pencapaian yang tertinggi setelah
perdagangan, hotel dan restauran dalam PDRB tahun 2012 berdasarkan PDRB atas dasar harga
berlaku Kota Malang tahun 2012.
Fokus sampel penelitian ini adalah UMKM di Kota Malang karena usaha inilah yang mempunyai
kontibusi cukup besar dalam melakukan kombinasi strategi perdagangan online dan offline jika kita
bandingankan dengan industri jasa dan kuliner. Waktu penelitian dilakukan dengan menyesuaikan
waktu pengumpulan data selama dua bulan sampai data tercukupi. Metode sampling yang digunakan
adalah purposive sampling yaitu peneliti menggunakan pertimbangan sendiri secara sengaja dalam
memilih anggota populasi yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan atau unit
sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu yang diinginkan peneliti. Teknik pengambilan data
dengan menggunakan wawancara dan kuesioner.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mempertimbangkan acuan dari penelitian
eksperimental dan penelitian komparatif dengan analisis parametrik dengan jumlah sampel tidak
diketahui jelas jumlahnya (Sekaran, 2003 dalam Wijaya, 2013). Namun, Berdasarkan hasil
pengujian statistik, Voorhis dan Morgan (2007) memberikan saran minimal sampel untuk pengujian
perbedaan membutuhkan 30 sampel per kelompok untuk kekuatan 80%, dan mungkin dapat
dikurangi setidaknya dengan batasan 7 sampel per kelompok. Cohen (1998) membagi tingkatan
kekuatan efek ukuran sampel yaitu 20% (kecil), 50% (sedang) dan 80% (besar). Sehingga penelitian
ini membutuhkan 25 sampel untuk diteliti agar dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini.
D. PEMBAHASAN
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan SPSS, dimana setiap outputnya memiliki
hipotesis statistik. Hipotesis untuk perbedaan varians populasi dengan H0 dan H1, H0 menyatakan
kedua varians populasi adalah sama (homogen) dan H1 menyatakan kedua varians populasi adalah
tidak sama (tidak homogen) dengan pengambilan keputusan jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0
diterima dan jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Pengujian untuk melihat ada tidaknya
perbedaan rata-rata pada populasi, pengambilan keputusan dalam analisis Uji t dapat dilakukan
dengan dua cara yakni berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel, dan berdasarkan
perbandingan nilai probabilitas atau nilai signifikansi. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah H0 kedua rata-rata populasi adalah identik atau sama. Sedangkan H1 adalah kedua ratarata populasi adalah tidak indentik atau sama. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, sedangkan
bila probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Setelah itu,
Hasil Uji Beda Ex-Ante Cost
Biaya transaksi yang diuji beda pertama kelompok variabel ex-ante cost diantaranya biaya
negosiasi, biaya pengelolaan iklan, dan biaya administrasi. Hasil independent sample t-test untuk
strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi ex-ante cost sebesar 26,44 dan untuk strategi
offline mempunyai rata-rata biaya transaksi ex-ante cost sebesar 25,44. Hal ini menunjukan bahwa
rata-rata biaya transaksi strategi online lebih tinggi dari rata-rata biaya transaksi strategi offline.
Untuk menjawab secara signifikan (jelas dan nyata) perbedaan antara strategi online dan strategi
offline, analisis dilanjutkan pada hasil output F hitung dari biaya transaksi ex-ante cost yaitu sebesar
0,37 dengan probabilitas 0,848. Oleh karena nilai probabilitas 0,848 > 0,05, maka H0 diterima atau
kedua varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk biaya transaksi ex-ante cost dengan
Equal variance not assumed adalah 0,525 dengan probabilitas 0,602. Oleh karena probabilitas 0,602
> 0,05, maka Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya transaksi ex-ante cost
antara perdagangan online dan perdagangan offline adalah sama.
Rata-rata biaya transaksi ex-ante cost antara perdagangan online dan offline dinyatakan sama
atau identik dalam hasil uji beda, hal ini berarti tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam biaya
transaksi diantara keduanya. Jika dilihat secara parsial, biaya negosiasi online relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan offline dengan nilai rata-rata variabel biaya negosiasi online sebesar 3,55 dan
biaya negosiasi offline sebesar 2,89. Kemudian biaya pengelolaan online relatif lebih rendah dari
offline dengan nilai rata-rata variabel biaya pengelolaan iklan online sebesar 2,40 dan biaya
pengelolaan iklan offline sebesar 2,76. Terakhir biaya administrasi online sama dengan offline
dengan nilai rata-rata yang sangat tipis yang dapat diartikan sama, yaitu variabel biaya administrasi
online sebesar 2,87 dan biaya administrasi offline sebesar 2,85. Hasil ini mengartikan bahwa dari
dua variabel relaitf lebih tinggi online dan satu variabel sama antara online dan offline. Hasil
deskriptif ini mendukung hasil uji beda dimana tidak adanya perbedaan antara perdagangan online
dan offline karena rata-rata yang tidak terlalu jauh dan tinggi rendahnya biaya transaksi yang
bervariasi.
Biaya Negosiasi
Secara lebih spesifik hasil dari kuesioner dan wawancara seluruh responden mengatakan bahwa
biaya komunikasi untuk bernegosiasi di online lebih tinggi dari offline. Hal ini dikarenakan jarak
dengan konsumen yang bervariasi dan sebagian besar berada di luar kota sehingga waktu yang
dihabiskan dari negosiasi hingga follow up konsumen lebih banyak, berbeda hal nya offline yang
bernegosiasi secara langsung sehingga biaya komunikasi tidak lebih untuk follow up konsumen yang
sudah mencapai kesepakatan.
Tingkat kegagalan dalam mencapai kesepakatan dalam perdagangan online juga lebih tinggi
daripada offline, beberapa responden mengatakan tidak sedikit konsumen yang tidak serius untuk
membeli produk dan hanya sekedar bertanya bahkan berusaha untuk menipu, sementara jika di
offline hal ini jarang terjadi karena niat konsumen dalam membeli memang lebih tinggi dan terhindar
dari usaha penipuan. Sebagian besar responden menanggapi konsumen yang tidak serius atau ingin
menipu hanya dibiarkan saja jika tidak dirugikan secara finansial, namun sebenarnya perusahaan
sudah dirugikan dalam hal waktu dan biaya komunikasi.
Biaya Pengelolaan Iklan
Hasil dari kuesioner dan wawancara seluruh responden mengatakan pengeluaran untuk iklan
secara offline lebih tinggi dari online dikarenakan biaya untuk periklanan online lebih sederhana
dengan hanya membayar domain atau paket internet saja berbeda dengan offline yang membutuhkan
proses percetakan dan terdapat pajak yang harus dibayarkan jika pemasangan iklan di tempat umum.
Selain itu beberapa responden mengatakan pengeluaran iklan offline tidak hanya sebatas media cetak
namun lebih bervariasi seperti adanya gathering, peaching dan sponsorship untuk kegiatan yang
dapat menguntungkan perusahaan.
Seluruh responden menyatakan target perluasan pemasaran yang dicapai iklan secara online
lebih tinggi jika dibandingkan offline, hal ini dikarenakan media offline hanya berpengaruh
signifikan terhadap penjualan dalam kota pada umumnya dengan pengeluaran iklan yang lebih tinggi
juga, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya transaksi dalam mencapai target perluasan pemasaran
offline lebih tinggi dari online.
Biaya Administrasi
Seluruh responden menyatakan bahwa biaya packaging produk dan pengeluaran perlengkapan
administrasi pada online lebih tinggi dibandingkan dengan offline. Hal ini diikarenakan pada studi
lapangan masing-masing perusahaan menunjukan packaging untuk produk yang diperjualbelikan
secara online harus memiliki keamanan yang lebih agar tidak merusak produk ketika sampai pada
tujuan, berbeda halnya dengan packaging produk yang diperjualbelikan secara offline hanya
menggunakan kemasan standar. Berbuhungan dengan packaging online lebih tinggi membuat
pengeluaran perlengkapan administrasi lebih tinggi. Pembayaran yang dilakukan seluruh konsumen
online adalah dengan menggunakan via bank, hal ini membuat proses yang semakin panjang karena
pengecekan transfer yang harus teliti agar tidak terjadi penipuan.
Hasil Uji Beda Ex-Post Cost
Untuk strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 15,08 dan untuk strategi
offline mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 12,36. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata biaya
transaksi ex-post cost strategi online relatif lebih tinggi dari rata-rata biaya transaksi ex-post cost
strategi offline. Untuk menjawab secara signifikan (jelas dan nyata) perbedaan ex-post cost antara
strategi online dan strategi offline, analisis dilanjutkan pada hasil output F hitung dari biaya transaksi
ex-post cost yaitu sebesar 0,174 dengan probabilitas 0,678. Oleh karena nilai probabilitas 0,678 >
0,05, maka H0 diterima atau kedua varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk biaya
transaksi ex-post cost dengan Equal variance not assumed adalah 2,48 dengan probabilitas 0,018.
Oleh karena probabilitas 0,018 > 0,05, maka Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata
biaya transaksi ex-post cost antara perdagangan online dan perdagangan offline adalah tidak sama.
Rata-rata biaya transaksi ex-post cost antara perdagangan online dan offline dinyatakan tidak
sama dalam hasil uji beda, hal ini berarti adanya perbedaan yang signifikan dalam biaya transaksi
diantara keduanya. Jika dilihat secara parsial, biaya salah adaptasi online relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan offline dengan nilai rata-rata variabel biaya salah adaptasi online sebesar 2,12
dan biaya salah adaptasi offline sebesar 1,55. Kemudian biaya pengiriman online relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan offline dengan bahwa nilai rata-rata variabel biaya pengiriman online sebesar
2,91 dan biaya pengiriman offline sebesar 2,57. Hasil ini mengartikan bahwa seluruh variabel biaya
transaksi yang dinilai secara online relatif lebih tinggi secara signifikan terhadap offline.
Biaya Salah Adaptasi
Seluruh responden menyatakan bahwa retur produk atau pengembalian produk yang dilakukan
oleh konsumen online karena produk yang cacat atau rusak lebih tinggi dari konsumen offline. Selain
itu, konsumen yang kecewa dan melakukan pembatalan pembelian setelah membayar tunai ataupun
dengan uang muka secara online lebih tinggi daripada secara offline, namun masih dalam kategori
rendah untuk keduanya. Hal ini dikarenakan terkadang pengiriman barang membuat produk sedikit
rusak dan terkadang ketidak cocokan produk yang dilihat konsumen secara online dengan
kenyataanya. Berebeda hal tentu dengan offline karena konsumen secara langsung melihat kejelasan
produk dan membawa produk yang dibelinya sendiri. Dalam hal ini untuk menanggapi konsumen
yang kecewa karena produk yang rusak beberapa perusahaan melakukan kosultasi dan pendekatan
persuasif yang bertujuan menjaga nama baik perusahaan, namun hal ini membuat biaya transaksi
menjadi tinggi.
Biaya Pengiriman
Dari hasil yang didapatkan, seluruh responden menyatakan bahwa pengeluaran bensin atau
bahan bakar untuk operasional pengiriman produk dan pengeluaran jasa pengiriman yang
ditanggung perusahaan dari transaksi secara offline lebih tinggi dari online. Hal ini dikarenakan
sebagian besar responden menyatakan jika pemesanan dalam skala besar atau produk yang memang
membutuhkan transportasi untuk pengirimannya, akan menjadi tanggungan dari perusahaan. Jika
pengiriman dalam kota menggunakan jasa pengiriman akan lebih tinggi biayanya sehingga
pengiriman dilakukan oleh kurir dari perusahaan.
Berbeda dengan online yang pengirimannya menggunakan jasa pengiriman, biaya pengiriman
tersebut ditanggung oleh konsumen untuk sebagian perusahaan, ditambah dengan seluruh responden
sudah memiliki kerjasama terhadap jasa pengiriman sehingga biaya transaksi dinilai lebih rendah.
Namun dilihat dari intensitasnya pengiriman online lebih sering terjadi, walaupun biaya transaksi
rendah untuk online tetapi hal ini membuat biaya transaksi yang dikeluarkan menjadi rutin dan
semakin membesar. Oleh karena itu jika di kumulatifkan akan terlihat biaya transaksi pengiriman
online lebih tinggi dibandingkan dengan offline dengan nilai yang sangat tipis.
Hasil Uji Beda Total Biaya Transaksi
Pengujian perbedaan yang terakhir dengan menggunakan seluruh variabel biaya transaksi atau
secara keseluruhan diantaranya biaya negosiasi, biaya pengolahan iklan, biaya administrasi, biaya
salah adaptasi dan biaya pengiriman. Untuk strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi
sebesar 41,52 dan untuk strategi offline mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 37,80. Hal ini
menunjukan bahwa rata-rata biaya transaksi strategi online secara keseluruhan relatif lebih tinggi
dari rata-rata biaya transaksi strategi offline. F hitung dari seluruh biaya transaksi adalah 0,000
dengan probabilitas 0,990. Oleh karena nilai probabilitas 0,990 > 0,05, maka H0 diterima atau kedua
varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk seluruh biaya transaksi dengan Equal
variance not assumed adalah 1,309 dengan probabilitas 0,197. Oleh karena probabilitas 0,197 >
0,05, maka Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari seluruh biaya transaksi antara
perdagangan online dan perdagangan offline adalah sama. Hasil yang didapatkan secara keseluruhan
dengan uji beda adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara biaya transaksi perdagangan
online dan offline.
Hasil dari pengujian secara menyeluruh, variabel yang memilki persamaan rata-rata lebih
dominan sehingga keseluruhan biaya transaksi antara online dan offline terlihat sama. Namun jika
dilihat secara parsial, kesimpulan hasil pengujian dari variabel biaya transaksi ex-ante cost,
perdagangan offline lebih efisien dari perdagangan online, begitu juga dengan variabel biaya
transaksi ex-post cost pada perdagangan offline lebih efisien dari perdanganan online dengan biaya
transaksi yang lebih rendah. Hasil statistik ini membutuhkan analisis untuk mengetahui kenapa
offline lebih efisien dari online, karerna itu pernyataan dan persepi dari responden sangat
dibutuhkan. Pernyataan akhir dari semua responden dalam menilai keuntungan pada perdagangan
online ataukah offline, dari 25 responden hanya 3 responden yang menjawab lebih menguntungkan
online, 11 responden menjawab offline dan 11 responden berikutnya menjawab keduanya. Dari
sebaran pernyataan setiap responden dalam menjawab antara online dan offline memiliki persepsi
berbeda.
Persepsi Responden
Masing-masing responden memiliki persepsi yang berbeda, responden yang menjawab offline
lebih menguntungkan cenderung adalah perusahaan yang mempertimbangkan keamanan
bertransaksi, ketidak pastian konsumen dalam membeli membuat perusahaan mengalami kerugian
waktu untuk bernegosiasi dengan konsumen lainya. Beberapa permasalahan yang sering kali timbul
adalah ketika perusahaan menghadapi konsumen “nakal” dalam hal ini konsumen yang kabur dari
pesanan hingga konsumen yang melakukan penipuan seperti memalsukan bukti transfer. Walaupun
perusahaan sudah memiliki cara untuk memperkecil kemungkinan terjadimya hal-hal tersebut
namun tetap tidak dapat diprediksi secara pasti. Berbeda halnya dengan offline, penipuan dan
konsumen kabur dari pesanan jarang sekali terjadi. Semua konsumen yang langsung datang ke toko
walaupun tidak membeli produk, perusahaan tidak dirugikan karena tidak menggunakan alat
komunikasi atau tidak menyita waktu yang banyak dalam bernegosiasi karena informasi cepat
diterima konsumen secara langsung daripada secara online. Jika dilihat dari sisi pengelolaan iklan,
seluruh responden mengatakan memang lebih tinggi offline daripada online karena tidak hanya
media cetak namun iklan melalui radio, sponsor kegiatan hingga ikut serta dalam pameran
merupakan biaya iklan yang bahkan lebih tinggi. Namun offline tetap dipilih dengan persepsi
responden ini adalah iklan melalui offline lebih efektif dibandingkan online karena mencakup semua
kalangan dan dapat memperluas pemasaran dari mulut ke mulut serta memberikan respon nama baik
perusahaan secara langsung terhadap konsumen.
Sementara responden yang menjawab online lebih menguntungkan daripada offline diantaranya
responden yang menganggap bahwa perdagangan online adalah minimum budget maximal income.
Responden ini cenderung tidak memikirkan resiko keamanan karena menganggap jika terjadi
kegagalan karena konsumen kabur dari pesanan atau terjadinya penipuan tidak akan merugikan
finansial namun hanya waktu saja. Kemudahan dalam bertransaksi online menjadi faktor utama
dalam memilih perdagangan online. Responden menyatakan perdagangan dapat dilakukan 24 jam
dan perusahaan dapat mengerjakan hal lain disaat bersamaan. Biaya pengiriman sebagian besar
ditanggungkan kepada konsumen, karena itu biaya dalam pengiriman tidak terlalu tinggi. Responden
yang menjawab keduanya menguntungkan dan saling berhubungan adalah perusahaan yang
cenderung fundamental perusahaannya baik dalam hal manajemen dan memiliki tenaga kerja yang
terpisah antara online dan offline sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadi masalah.
Responden ini menganggap online dan offline saling mendukung, ketika perusahaan memiliki toko
membuat konsumen online lebih percaya terhadap perusahaan dan jika perusahaan memiliki online
dapat memudahkan konsumen offline memilih terlebih dahulu sebelum datang ke toko dan mendapat
informasi produk terbaru dari perusahaan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji beda dan anaisis data yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan dari ketiga uji beda tersebut, yaitu:
1. Hasil yang didapatkan dari keseluruhan biaya transaksi dengan uji beda adalah tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara biaya transaksi perdagangan online dan offline atau dapat
dikatakan sama, hal ini mengartikan bahwa biaya transaksi antara online dan offline memiliki
besaran yang hampir sama.
2. Persepsi dalam memilih perdagangan online dan offline masih sangat beragam. Responden
menganggap bahwa perdagangan online adalah minimum budget maximal income, namun masih
sangat beresiko. Perbedaan penilaian ini berhubungan dengan seberapa berani perusahaan
mengambil resiko dan cara masing-masing perusahaan dalam menangani resiko tersebut.
Sebagian besar perusahaan masih belum berani mengambil resiko, karena itu lebih
memfokuskan penjualan dari offline sehingga penjualan di online kurang maksimal.
3. Biaya komunikasi untuk bernegosiasi di online lebih tinggi dari offline dengan kategori
perdagangan online agak tinggi dan offline agak rendah. Hal ini dikarenakan jarak dengan
konsumen yang bervariasi dan sebagian besar berada di luar kota sehingga waktu yang
dihabiskan dari negosiasi hingga follow up konsumen lebih banyak, tingkat kegagalan dalam
mencapai kesepakatan dalam perdagangan online juga lebih tinggi daripada offline karena tidak
sedikit konsumen yang tidak serius untuk membeli produk dan hanya sekedar bertanya bahkan
berusaha untuk menipu.
4. Pengeluaran untuk iklan secara offline lebih tinggi dari online dikarenakan biaya untuk
periklanan online dengan kategori perdagangan online rendah dan offline agak rendah, lebih
sederhana dengan hanya membayar domain atau paket internet saja pada umumnya, berbeda
dengan offline yang membutuhkan proses percetakan dan terdapat pajak yang harus dibayarkan
jika pemasangan iklan di tempat umum atau pameran. Pengeluaran iklan offline tidak hanya
sebatas media cetak namun lebih bervariasi seperti adanya gathering, peaching, sponsorship dan
kegiatan lain yang dapat menguntungkan perusahaan.
5. Pengiriman barang membuat produk sedikit rusak dan terkadang ketidak cocokan produk yang
dilihat konsumen secara online dengan kenyataanya. Berebeda hal tentu dengan offline karena
konsumen secara langsung melihat kejelasan produk dan membawa produk yang dibelinya
sendiri. Dalam hal ini untuk menanggapi konsumen yang kecewa karena produk yang rusak
beberapa perusahaan melakukan kosultasi dan pendekatan persuasif yang bertujuan menjaga
nama baik perusahaan, namun hal ini menambah biaya transaksi lainya menjadi tinggi.
6. Untuk melihat lebih efisien manakah antara perdagangan online dan offline secara keseluruhan
tidak dimungkinkan karena keduanya memiliki besaran yang sama, karena dari itu harus dilihat
dari setiap variabelnya. Dilihat dari biaya negosiasi, biaya administrasi, biaya salah adaptasi dan
biaya pengiriman perdagangan offline lebih efisien dibandingkan dengan online. Dilihat dari
biaya pengelolaan iklan, perdagangan online lebih efisien dibandingkan dengan offline.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perdagangan offline lebih efisien dari perdagangan online
jika dilihat dari keseluruhan biaya transaksi.
Saran
1. Keamanan merupakan pertimbangan yang sangat diperhatikan oleh UMKM dalam memulai
perdagangan online, terdapat saran untuk pemerintah berkaitan akan hal ini diantaranya regulasi
dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban produsen-konsumen harus dipertegas serta
lebih di perhatikan karena semakin meningkatnya pengguna online dalam berbisnis semakin
tingginya kesempatan penipuan, tidak hanya perusahaan namun konsumen juga rentan akan
terkena penipuan. Pemberdayaan dan pelatihan UMKM lebih intensif tidak hanya dalam
berbisnis offline namun dalam berbisnis online juga di setiap daerah agar terhindar dari
permasalahan dan dapat bersaing dengan perusahaan asing. Adanya lembaga dari pemerintahan
yang berfokus menangani tindak pidana dan perdata dari bisnis online agar para pengusaha
online lebih merasa aman.
2. Berkaitan hasil penelitian terdapat saran untuk UMKM, diantaranya untuk memilih strategi
bisnis onlline atau offline harus mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam hal finansial
dan sumber daya manusia. Dalam berbisnis online dibutuhkan tenaga kerja yang dikhususkan
dalam pengelolaan online dan mahir dalam internet agar kesalahan informasi antara prosuden
dan konsumen dapat dicegah. Untuk mencegah tingginya biaya transaksi dari hasil penelitian ini
disarankan menganalisis setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan terutama dalam
negosiasi, administrasi, kesalahan adaptasi dan pengiriman produk. Dan yang terakhir pihak
perusahaan disarankan untuk memberikan informasi dengan jelas dalam online dan offline
misalnya dari harga dan kualitas karena hal ini yang membuat biaya transaksi semakin tinggi.
Keterbatasan
1. Penelitian ini masih mengandung beberapa keterbatasan, terutama berkaitan dengan sampel.
Sampel penelitian ini kurang dari yang ditargetkan sebanyak 30. Kekurangan sampel ini
dikarenakan tidak diketahuinya jumlah populasi dengan jelas, banyak sekali perusahaan yang
menutup diri dan ada beberapa responden yang memberikan jawaban yang tidak valid. Selain itu
keterbatasan penelitian ini juga terbatasnya penelitian terdahulu yang serupa.
2. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data hasil wawancara dan kuesioner dari
perusahaan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini dari kuesioner yang disusun masih kurang
menjelaskan biaya transaksi yang terjadi di lapangan. Untuk mengembangkan penelitian lebih
lanjut masih perlu adanya masukkan variabel lainnya yang akan mempunyai pengaruh lebih
bervariasi terhadap penelitian ini. Saran dan kritik yang membangun senantiasa diterima peneliti
untuk mengembangkan penelitian ini agar lebih baik lagi.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Kota
Malang Tahun 2010-2012. http://jatim.bps.go.id/ diakses pada 4 November 2014.
Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2012. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2008-2012. http://malangkota.bps.go.id/ diakses pada 4 November 2014.
Brousseau, Erick dan Jean-Michel Glachant. 2008. New Institutional Economics, a guide book.
London: Cambride University Press.
Carina-Elena, Stegăroiu. 2013. The Electronic Market Liberalization In A Knowledge Based
Economy. Lecturer Phd, “Constantin Brancusi” University Of Targu Jiu, Faculty Of
Economics And Business Administration.
Diana, Anastasia dan Fandy T. 2007. E-Business. Yogyakarta : Penerbit Andi
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan, panduan bagi mahasiswa untuk mengenal, memahami,
dan memasuki dunia bisnis. Jakarta : Erlangga.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi : Bagaimana meneliti & menulis
tesis?. Jakarta : Erlangg
Listiyanto, Eko dan Asfi Manzilati. 2007. Analisis biaya transaksi pada industri bank umum di
Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Journal of Indonesian Applied
Economics.
Ollie. 2008. Membuat Toko Online Dengan Multiply, cara mudah menjaring uang lewat blog
gratisan. Penerbit Mediakita.
Petrovic, Dragan dan Milos Krstic. 2011. Transaction Cost and Efficiency of Institution. FACTA
UNIVERSITATIS Series: Economics and Organization, Vol. 8, No. 4, 2011, pp. 379-387.
Subandi. 2011. Ekonomi Pembangunan. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Tambunan, T.H. 2005. Development of Small and Medium Enterprises in Indonesia. Faculty of
Economic, University Trisakti Indonesia. Working Paper.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Jakarta: Diperbanyak oleh www.djlpe.esdm.go.id/ diakses pada 31 Oktober 2014.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Jakarta: Diperbanyak oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diakses pada
31 Oktober 2014.
Wijaya, Tony. 2013. Metode Penelitian, Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, & Kebijakan. Jakarta :
Erlangga.
Download