PERBEDAAN CARBOXYMETHYL CELLULOSA DAN XANTHAN GUM SEBAGAI SUSPENDING AGENT TERHADAP STABILITAS FISIK SUSPENSI KLORAMFENIKOL Anis Marfu’ah1, Sutaryono2 ABSTRACT Latar Belakang : Zat pembasah digunakan untuk serbuk yang tidak larut dalam cairan pembawa. Sediaan suspensi harus stabil secara fisika maupun kimia. Stabilitas fisik suspensi diantaranya meliputi: besarnya volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir dari sediaan suspensi. Peran suspending agent dalam formulasi suspensi sangat penting, yaitu untuk menaikkan viskositas. Meningkatnya viskositas, akan mengurangi laju sedimentasi dari partikel-partikel terdispersi. Aspek yang diperhatikan adalah jenis suspending agent yang didasarkan pada tipe alir dan stabilitas fisik suspensi kloramfenikol Metode : Jenis penelitian yang digunakan eksperimental , variabel bebas dalam penelitian ini adalah suspensi kloramfenikol dengan suspending agent yang berbeda (CMC dan xanthan gum), sedangkan variabel terikatnya adalah stabilitas fisik. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten pada bulan April 2009. Selanjutnya volume sedimentasi dan viskositas dianalisa statistik menggunakan uji parametrik dengan metode uji T-test dan analisis varian satu jalan (Anova) dengan taraf kepercayaan 95% Hasil : Berdasarkan analisa data volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada hari ke 0 – 30 diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. Berdasarkan analisa data viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada minggu ke 0 - IV diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. sedangkan PH, suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v pH nya mencapai 6, sedangkan xanthan gum mencapai pH 5. pH tersebut tidak berubah selama 4 minggu penyimpanan. Kesimpulan: Terdapat perbedaan antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum sebagai suspending agent terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol, terdapat pengaruh yang berbeda antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol Suspending agent yang relatif baik untuk stabilitas fisik suspensi kloramfenikol selama 30 hari (4 minggu) pengamatan pada penelitian ini adalah xanthan gum 1% b/v. Kata Kunci : Carboxymethyl Cellulosa (CMC), Kloramfenikol, A. LATAR BELAKANG 1 Xanthan gum, Suspending agent , Anis Marfu’ah, Assisten Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten Sutaryono, Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten 2 Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 2006). Dalam upaya meningkatkan kesehatan, penggunaan obat digunakan sebagai realisasi dari tindakan pencegahan (preventive), pengobatan (kurative), dan pemulihan (rehabilitative). Bermacam-macam bentuk sediaan obat telah kita ketahui, misalnya: tablet, pulveres, kapsul, pil, suppositoria, suspensi, emulsi, sirup, aerosol, dan masih banyak bentuk sediaan lainnya. Teknologi farmasi adalah suatu ilmu yang digunakan untuk membuat berbagai bentuk sediaan guna memperoleh sediaan yang memenuhi standard sesuai dengan sifat zat aktif yang terkandung dan sediaan jadi yang diinginkan. Dalam penggunaan obat untuk terapi, dibutuhkan dosis yang tepat agar mendapatkan efek terapeutik yang diinginkan. Homogenitas sediaan akan menentukan besarnya dosis yang diberikan pada setiap pemakaian. Salah satu sediaan yang lebih disukai pasien adalah bentuk sediaan cair, karena lebih cepat diabsorpsi, mudah diberikan untuk pasien pada kondisi khusus dan lanjut usia, serta mudah ditelan. Salah satu sediaan tersebut adalah suspensi, suspensi lebih stabil daripada larutan. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief, 2006). Sifat-sifat yang diinginkan dari sediaan suspensi adalah : 1) dapat mengendap secara lambat dan apabila digojok akan cepat terdispersi kembali, 2) dapat dituang dari wadah dengan cepat dan homogen, 3) ukuran partikel dari suspensoid tetap konstan pada penyimpanan. Suspensi oral dibuat karena lebih disukai daripada bentuk padat untuk obat yang sama, obat-obat tertentu stabil secara kimia apabila dibuat suspensi, dan disukai oleh anakanak. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Dalam pembuatan suspensi oral, digunakan zat aktif padat sebagai fase terdispersi, cairan pembawa sebagai fase pendispersi yang umumnya adalah air, zat pembasah ( wetting agent ), zat pensuspensi ( suspending agent ), dan zat tambahan lainnya, seperti : corrigen coloris, odoris, saporis untuk menambah estetika sediaan suspensi tersebut (Ansel, 1989). Tidak semua bahan obat dapat dibuat suspensi, tergantung pada stabilitas fisika kimia dari obat tersebut. Kloramfenikol sebagai antibiotik untuk terapi demam tifoid, merupakan salah satu bahan obat yang dapat dibuat suspensi oral dengan penambahan zat pembasah untuk mendispersikan serbuk kloramfenikol. Zat pembasah digunakan untuk serbuk yang tidak larut dalam cairan pembawa. Sediaan suspensi harus stabil secara fisika maupun kimia. Stabilitas fisik suspensi diantaranya meliputi: besarnya volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir dari sediaan suspensi. Peran suspending agent dalam formulasi suspensi sangat penting, yaitu untuk menaikkan viskositas. Meningkatnya viskositas, akan mengurangi laju sedimentasi dari partikel-partikel terdispersi. Viskositas sediaan suspensi tidak boleh terlalu kental, karena akan menyulitkan penuangan obat oleh pasien dan sukar diratakan kembali (Ansel, 1989). Setiap suspending agent atau kombinasinya mungkin dapat menghasilkan tipe alir yang berbeda pada konsentrasi tertentu (Lieberman dkk, 1996). Sifat alir (rheologi) dan viskositas suspensi akan berpengaruh pada mudah atau tidaknya suspensi untuk dimasukkan kedalam wadah dalam pengemasan dan dituang kembali untuk digunakan oleh pasien. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis akan mencoba membuat suspensi oral dengan menggunakan dua jenis suspending agent, dimana pemilihan jenis suspending agent didasarkan pada tipe alirnya, yaitu plastik dan pseudoplastik, kemudian melakukan evaluasi terhadap stabilitas fisiknya. Aspek yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah jenis suspending agent yang didasarkan pada tipe alir dan stabilitas fisik suspensi kloramfenikol. Evaluasi stabilitas fisik meliputi : volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir. Dalam penelitian ini juga akan dilakukan kontrol pH terhadap suspensi kloramfenikol. B. METODE DAN BAHAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental yang hasilnya dianalisis secara statistik. Penelitian eksperimental adalah kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial. Percobaan itu berupa perlakuan atau intervensi terhadap suatu variabel. Dari perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain (Notoatmodjo, 2002). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suspensi kloramfenikol dengan suspending agent yang berbeda (CMC dan xanthan gum), sedangkan variabel terikatnya adalah stabilitas fisik. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten pada bulan April 2009. Data yang digunakan adalah data hasil pengamatan volume sedimentasi; viskositas dan kontrol pH yang dilakukan setiap minggu selama 4 minggu, serta data hasil uji sifat alir suspensi kloramfenikol pada minggu ke 0 dan minggu ke 4 dibandingkan. Selanjutnya volume sedimentasi dan viskositas dianalisa statistik menggunakan uji parametrik dengan metode uji T-test dan analisis varian satu jalan (Anova) dengan taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan bantuan Windows SPSS. Sifat alir dan kontrol pH dianalisis secara diskriptif. C. HASIL PENELITIAN 1. Volume sedimentasi a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Hasil pengamatan volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v pada hari ke 0 – 30 dinyatakan dalam harga persentase Hu/Ho. Harga Hu/Ho pada hari ke 0 – 30 bervariasi dari 100% hingga 10%. Hasil selengkapnya, tersaji pada grafik, gambarnya dapat dilihat sebagai berikut: 120 Harga Hu/Ho (%) 100 80 60 40 20 0 0 1 2 3 30 Waktu (hari) Gambar 4. 1 Grafik hubungan antara Hu/Ho suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan b. Xanthan gum 1% b/v Hasil pengamatan volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v pada hari ke 0 – 30 dinyatakan dalam harga persentase Hu/Ho. Harga Hu/Ho pada hari ke 0 – 30 adalah 100%. Hasil selengkapnya, tersaji pada tabel grafik berikut : 120 Harga Hu/Ho (%) 100 80 60 40 20 0 0 1 2 3 30 Waktu (hari) Gambar 4. 2 Grafik hubungan antara harga Hu/Ho (%) suspensi kloramfenikol menggunakan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan c. Gabungan CMC dan xanthan gum 1% b/v Setelah digabungkan, antara grafik CMC dan xanthan gum 1% b/v, maka dapat dilihat pada gambar berikut :. 120 Harga Hu/Ho (%) 100 80 Xanthan gum 1% 60 CMC 1% 40 20 0 0 1 2 3 30 Waktu (hari) Gambar 4. 3 Grafik hubungan antara harga Hu/Ho suspensi kloramfenikol dengan menggunakan CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan Berdasarkan analisa data volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada hari ke 0 – 30 secara statistik menggunakan uji Anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%, diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara volume sedimentasi suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. Formula Signifikansi Nilai p (Sig) F I - F II Signifikan 0,000 (< 0,05) Hari 0 - 1 Signifikan 0,000 (< 0,05) Hari 1 - (2-30) Signifikan 0,017 (< 0,05) Hari 0 - 30 Tidak Signifikan 1,000 (< 0,05) 2. Viskositas suspensi a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Suspensi kloramfenikol yang diteliti juga diamati viskositasnya. Selama 4 minggu penyimpanan, masing-masing (tiap minggu) hasilnya diambil rata-rata dari 3 kali pengulangan. Jika dibuat dalam bentuk grafik, gambarnya dapat dilihat sebagai berikut: Viskositas (cps) 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 I II III IV Waktu (minggu) Gambar 4. 4 Grafik hubungan antara viskositas suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan b. Xanthan gum 1% b/v Suspensi kloramfenikol yang diteliti juga diamati viskositasnya. Selama 4 minggu penyimpanan, masing-masing (tiap minggu) hasilnya diambil rata-rata dari 3 kali pengulangan. Lebih jelasnya, hasil tersaji dalam bentuk grafik, gambarnya dapat dilihat sebagai berikut: 1600 Viskositas (cps) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0 I II III IV Waktu (minggu) Gambar 4. 5 Grafik hubungan antara viskositas suspensi kloramfenikol menggunakan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan c. Gabungan CMC dan xanthan gum 1% b/v Setelah digabungkan, antara grafik CMC dan xanthan gum 1% b/v, maka dapat dilihat pada gambar 4. 6 berikut ini: 1600 Viskositas (cps) 1400 1200 1000 Xanthan gum 1% 800 CMC 1% 600 400 200 0 0 I II III IV Waktu (minggu) Gambar 4. 6 Grafik hubungan antara viskositas suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent dengan waktu perlakuan Berdasarkan analisa data viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v pada minggu ke 0 - IV secara statistik menggunakan uji Anova satu jalan dan uji T-test dengan taraf kepercayaan 95%, diperoleh nilai p = 0,000 ( < 0,05), yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. Formula Signifikansi Nilai p (Sig) F I - F II Signifikan 0,000 (< 0,05) Minggu 0 - I Tidak Signifikan 0,977 (> 0,05) Minggu I - II Tidak Signifikan 0,998 (> 0,05) Minggu II - III Signifikan 0,023 (< 0,05) Minggu III - IV Tidak Signifikan 0,861 (> 0,05) Minggu 0 - I Tidak Signifikan 0,231 (> 0,05) Minggu I - II Tidak Signifikan 0,997 (> 0,05) Minggu II - III Tidak Signifikan 0,441 (> 0,05) Minggu III - IV Signifikan 0,005 (< 0,05) F II 3. Sifat alir suspensi a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Hasil pengamatan sifat alir berupa tabel perubahan kecepatan geser dengan penambahan beban dan rheogram, yang tersaji pada tabel dan gambar 4. 7. berikut: Tabel 4. 7 Perubahan kecepatan geser dengan penambahan beban pada suspensi kloramfenikol yang menggunakan CMC 1% b/v sebagai suspending agent pada minggu ke 0 - IV Beban Jumlah putaran per menit (rpm) (gram) 0 I II III IV 60 120,38 143,45 136,80 178,69 174,87 70 176,75 193,78 190,67 236,27 240,33 80 22754 208,28 230,06 286,82 283,07 90 255,85 258,94 274,96 329,05 318,44 100 308,98 314,26 306,87 376,56 370,46 b. Xanthan gum 1% b/v Hasil pengamatan sifat alir berupa tabel perubahan kecepatan geser dengan Jumlah putaran per menit (rpm) penambahan beban dan rheogram, yang tersaji pada grafik berikut: 160 140 120 100 minggu 0 80 minggu IV 60 40 20 0 0 120 130 140 150 160 Beban yang ditambahkan (gram) Gambar 4. 8 Rheogram suspensi kloramfenikol yang menggunakan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent 4. Derajad keasaman (pH) Selain evaluasi organoleptis, volume sedimentasi, viskositas dan sifat alir, suspensi kloramfenikol ini juga diukur derajad keasamannya (pH). Hasil pengukuran derajad keasaman (pH) suspensi kloramfenikol pada penelitian ini, tersaji pada tabel 4. 9, berikut ini: Tabel 4. 9 Derajad keasaman suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v Formula I (CMC 1% b/v) II (Xanthan gum 1% b/v) Waktu (minggu) Derajad keasaman (pH) 0 6 I 6 II 6 III 6 IV 6 0 5 I 5 II 5 III 5 IV 5 D. PEMBAHASAN 1. Penetapan Formula Untuk menetapkan formula, maka dilakukanlah orientasi/penelitian pendahuluan tentang kadar suspending agent yang digunakan. Dari hasil orientasi, suspensi dengan kadar suspending agent Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1,5% b/v mempunyai kekentalan yang tinggi dan sukar untuk didispersikan kembali, sehingga tidak memenuhi batasan untuk sebuah formula suspensi. Menurut Lieberman dkk (1996), CMC mempunyai karakteristik aliran pseudoplastik pada konsentrasi 1-2 % b/v. Oleh karena itu, pada penelitian ini kadar suspending agent yang digunakan adalah 1% b/v atau sesuai dengan formula standard dalam Formularium Nasional. Hasilnya lebih baik, suspensi mudah didispersikan kembali, tidak terlalu kental dan tidak pula terlalu encer. Sebagai suatu pengembangan formula, dibuat sebuah formula baru dengan menggunakan xanthan gum sebagai suspending agent untuk suspensi kloramfenikol. Menurut Lieberman dkk (1996), xanthan gum mempunyai karakteristik aliran plastik pada konsentrasi 0,3-3 % b/v. Dari hasil orientasi, suspensi dengan kadar suspending agent xanthan gum 2 % b/v, ternyata menghasilkan suspensi dengan kekentalan yang sangat tinggi seperti yogurt dan pada kadar 1% b/v menghasilkan suspensi yang lebih baik, mudah untuk didispersikan dan dituang. Oleh karena itu, kadar xanthan gum yang digunakan pada penelitian ini adalah 1% b/v. Salah satu sifat suspensi adalah partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada dasar wadah bila didiamkan (Anonim, 1995). Untuk mengatasi masalah tersebut, dalam formula ini, digunakan CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent, untuk memperlambat laju sedimentasi. Konsentrasi (kadar) suspending agent tidak terlalu tinggi atau rendah, sesuai dengan hasil orientasi sebelumnya, sehingga suspensi yang dihasilkan tidak terlalu kental dan encer serta mudah untuk dituang. Untuk menambah estetika, maka ditambahkan zat pewarna dan pengaroma strawberry agar lebih menarik. Selain itu, juga ditambahkan bahan pengawet dengan kadar 0,1% b/v (Anief, 2006) agar tidak mudah ditumbuhi mikroba dan jamur. 2. Volume sedimentasi Volume sedimentasi dirumuskan sebagai hasil perbandingan antara harga tinggi endapan yang terbentuk dalam waktu tertentu dengan harga tinggi suspensi mula-mula. Dari tabel dan gambar 4. 1, suspending agent CMC 1% b/v menunjukkan adanya proses sedimentasi menurun terhambat yang sering dijumpai pada suspensi yang cenderung mengalami flokulasi. Pada partikel tunggal bersentuhan kemudian menyatu menjadi flokulat bergerak turun, berasosiasi tidak hanya dengan flokulat berikutnya, tetapi juga dengan partikel tunggal yang sangat halus, cairan yang terbentuk adalah jernih (Voight, 1995). Dari tabel dan gambar 4. 2, suspending agent xanthan gum 1% b/v menunjukkan adanya proses sedimentasi menaik tak terhambat, partikel kasar turun terlebih dahulu dan dijumpai pada sistem tanpa flokulasi (Voight, 1995). Proses ini berkebalikan dengan proses yang terjadi pada suspensi yang menggunakan suspending agent CMC 1% b/v. Suspensi kloramfenikol dengan penggunaan xanthan gum 1% b/v lebih kental daripada CMC 1% b/v, sehingga menyebabkan partikel suspensoid terhambat proses sedimentasinya. Oleh karena itu, selama 4 minggu pengamatan (penyimpanan), partikel tidak mengendap. Dalam penelitian ini, dilakukan pula pengecilan ukuran partikel dengan menggunakan blender, namun tidak dapat ditentukan batas ukuran partikel suspensoid pada suspensi kloramfenikol karena keterbatasan alat, sehingga tidak mengetahui berapa ukuran partikel suspensoidnya. Pada suspensi dengan suspending agent CMC 1% b/v, mula-mula harga Hu/Ho besar, namun setelah hari ke 1, suspensi mengalami sedimentasi belum sempurna. Partikel yang halus masih melayang dalam suspensi hingga pada hari ke 2-30, harga Hu/Ho sudah mulai sama. Jika Hu/Ho dari hari ke hari di analisa secara statistik, dihari 0-1-2 terjadi perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p = 0,000; 0,017 ( < 0,05), kemudian pada suspensi dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v, harga mula-mula Hu/Ho dari hari 0-30, tidak mengalami perubahan (tidak bersedimen). Jika dianalisa secara statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna, dengan nilai p = 1,000 ( > 0,05). Namun jika antara CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v harga Hu/Ho dianalisa secara statistik, maka terjadi perbedaan yang sangat bermakna, yaitu dengan nilai p = 0,000 ( < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa laju sedimentasi dari kedua suspensi ini adalah berbeda, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah viskositas. Suspensi dengan kadar suspending agent yang sama menghasilkan laju sedimentasi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing bahan pensuspensi (suspending agent). Harga Hu/Ho dari suspensi dengan CMC 1% b/v sebagai suspending agent mengalami perubahan sedangkan pada suspensi dengan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent tidak mengalami perubahan dan menghasilkan volume sedimentasi yang paling besar. Dari segi evaluasi volume sedimentasi, maka suspensi dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v menunjukkan hasil yang lebih memuaskan. Redispersibilitas rata-rata dari suspensi kloramfenikol dengan CMC 1% b/v sebagai suspending agent adalah 65,3 detik, sedangkan untuk xanthan gum 1% b/v adalah 0 detik, artinya dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v, bahan obat telah terdispersi merata tanpa penggojokan, sehingga menjamin keseragaman dan dosis . 3. Viskositas suspensi Berdasarkan hasil analisa statistik data viskositas pada minggu ke 0 - IV, diketahui terdapat perbedaan yang bermakna antara viskositas suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v. a. Carboxymethyl Cellulosa (CMC) 1% b/v Suspensi ditetapkan viskositasnya pada suhu 29° ± 1° C dengan beban tertentu hingga rotor mampu berputar (yaitu dengan beban 60 gram). Dari tabel dan gambar 4. 4 tampak adanya penurunan viskositas dari minggu ke minggu pada suspensi kloramfenikol dengan penggunaan CMC 1% b/v sebagai suspending agent. Secara statistik, perbedaan yang bermakna terjadi pada minggu II - III dengan nilai p = 0,023 ( < 0,05). Dari minggu 0 – II tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p = 0,977; 0,998 ( > 0,05); begitupula pada minggu III – IV dengan nilai p = 0,861 ( > 0,05). b. Xanthan gum 1% b/v Suspensi ditetapkan viskositasnya pada suhu 29° ± 1° C dengan beban tertentu hingga rotor mampu berputar ( yaitu dengan beban 120 gram). Dari tabel dan gambar 4. 5, tampak adanya penurunan viskositas dari minggu ke minggu pada suspensi kloramfenikol dengan penggunaan xanthan gum 1% b/v sebagai suspending agent. Secara statistik, perbedaan yang bermakna terjadi pada minggu III – IV dengan nilai p = 0,005 ( < 0,05), sedangkan pada minggu 0 – III, tidak ada perbedaan yang bermakna, yaitu dengan nilai p = 0,231; 0,997; 0,441 ( > 0,05). c. Gabungan CMC dan xanthan gum 1% b/v Dari tabel dan gambar 4. 4, 4. 5 dan gambar 4. 6, tampak adanya penurunan viskositas selama penyimpanan. Pada suspensi kloramfenikol menggunakan CMC 1% b/v, penurunan viskositas berkisar antara 10 – 40 cps sedangkan xanthan gum 1% b/v penurunan viskositasnya berkisar antara 20 – 300 cps. Viskositas xanthan gum 1% b/v nilainya lebih besar 10 X lipat dari viskositas CMC 1% b/v pada suspensi kloramfenikol ini dengan kadar kedua bahan yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena xanthan gum mempunyai sifat dasar, yaitu kekentalan yang tinggi dan disertai dengan daya larut yang baik. Penurunan viskositas dapat disebabkan oleh waktu dan kondisi penyimpanan (faktor suhu), proses kimia medium dispersi dengan fase terdispersi selama penyimpanan. Viskositas ini berhubungan juga dengan laju sedimentasi. Laju sedimentasi dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas. Semakin tinggi viskositas, laju sedimentasi semakin lambat, sesuai dengan hukum Stoke jika variabel yang lain dianggap konstan (Ansel, 1989). Sebagaimana terlihat pada gambar 4. 6, penurunan viskositas paling tinggi adalah xanthan gum 1% b/v dari minggu ke minggu, dan viskositas terkecil adalah CMC 1% b/v. Dari minggu 0 – III penurunan viskositas xanthan gum 1% b/v tidak terlalu besar. Setelah minggu III – IV, penurunannya cukup besar dan bermakna secara statistik. Sedangkan pada viskositas CMC 1% b/v, penurunan viskositas terbesar terjadi pada minggu II – III. Sehingga dapat diketahui bahwa lama penyimpanan, tempat penyimpanan (suhu) juga dapat berpengaruh terhadap viskositas suspensi kloramfenikol. Dalam penelitian sebelumnya (Mujahid, 2002), beban yang diperlukan untuk pengukuran viskositas hanya kecil yaitu 5 gram dengan penambahan beban 2,5 gram, sedangkan dalam penelitian ini beban yang diperlukan lebih besar, yaitu untuk CMC 1% b/v adalah 60 gram dengan penambahan beban sebesar 10 gram, xanthan gum 1% b/v menggunakan beban 120 gram dengan penambahan beban sebesar 10 gram. Hal ini disebabkan karena pada penelitian terdahulu menggunakan alat ERWEKA asli. Oleh karena itu, alat yang digunakan dalam evaluasi sediaan dan bahan yang digunakan dalam pembuatan suspensi juga dapat berpengaruh pada evaluasi. 4. Sifat alir Dari pengamatan sifat alir selama 4 minggu tidak menunjukkan adanya perubahan. Tipe sifat alir yang dihasilkan suspensi kloramfenikol tersebut adalah termasuk cairan non-Newton dengan tipe aliran berupa aliran pseudoplastik, karena rheogram yang dihasilkan adalah grafik hubungan antara kecepatan geser dengan beban yang ditambahkan menunjukkan bahwa dengan penambahan selisih beban yang sama menghasilkan selisih kecepatan geser yang lebih besar. Gambar rheogram yang dihasilkan minggu ke 0 dan minggu IV tidak ada perubahan. Jika dibuat regresi linier antara penambahan beban dan kecepatan geser (rpm) yang dihasilkan didapatkan koefisien korelasi (r) yang bervariasi antara 0,993 – 0,995 dan hingga intersep (a) -176,75 - 97,99. Rheogram pada minggu IV dibandingkan dengan rheogram pada minggu 0 memiliki slope (b) yang lebih besar yang disebabkan penurunan viskositas selama penyimpanan. Sifat alir dan viskositas berpengaruh pada mudah tidaknya suspensi untuk dimasukkan ke dalam wadah dalam pengemasan dan dituang kembali untuk digunakan oleh pasien. Pada penelitian ini, suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v dan xanthan gum 1% b/v mempunyai karakteristik sifat alir yang sama, yaitu pseudoplastik, dimana viskositas akan turun dengan naiknya beban geseran (shearing stress) dan sistem (suspensi) menjadi encer (Voight, 1995) dan dapat dilihat pula bahwa rheogram kedua cairan tidak melewati angka nol. Dengan penggunaan bahan seperti yang tersebut sebelumnya pada penelitian ini, ternyata tidak memiliki karakteristik yang sama seperti yang telah disebutkan dalam buku Lieberman dkk (1996), yaitu bahwa xanthan gum mempunyai karakteristik aliran plastik pada konsentrasi 0,3-3 %. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan dalam penelitian ini tidak sama persis dengan bahan yang digunakan dalam buku Lieberman dkk (1996) tersebut. Hasil dalam penelitian ini, kedua cairan suspensi memiliki sifat alir yang sama, sehingga dapat digunakan dalam formulasi suspensi kloramfenikol lebih lanjut. 5. Derajad keasaman (pH) Dalam penelitian ini, kontrol terhadap pH cairan juga dilakukan setiap minggu selama 4 minggu penyimpanan untuk memastikan stabilitas kimianya dari segi pH. Hasilnya, suspensi kloramfenikol dengan suspending agent CMC 1% b/v pH nya mencapai 6, sedangkan xanthan gum mencapai pH 5. pH tersebut tidak berubah selama 4 minggu penyimpanan. Dari buku Connors dkk (1986) disebutkan bahwa kloramfenikol stabil secara kimia pada range pH 2-7. Stabilitas maksimalnya adalah 6, karena pada pH 6, t1/2 nya adalah 3 tahun. Dari rujukan buku tersebut, dapat dikatakan bahwa suspensi dengan suspending agent CMC 1% b/v mencapai stabilitas maksimal, karena telah menghasilkan pH 6. Sedangkan pada suspensi kloramfenikol dengan suspending agent xanthan gum 1% b/v menghasilkan pH 5. Pada pH 5 tersebut, suspensi sudah stabil secara kimia, namun belum tercapai pH maksimalnya seperti telah diungkapkan pada buku Connors dkk (1986). Hal ini dapat diartikan bahwa kloramfenikol stabil secara kimia pada suasana asam. E. KESIMPULAN 1. Terdapat perbedaan antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum sebagai suspending agent terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol, yang meliputi volume sedimentasi dengan nilai p = 0,000 ( < 0,05) dan viskositas dengan nilai p = 0,000 ( < 0,05). 2. Terdapat pengaruh yang berbeda antara Carboxymethyl Cellulosa (CMC) dan xanthan gum terhadap stabilitas fisik suspensi kloramfenikol dengan nilai p = 0,000 – 0,998 untuk CMC dan nilai p = 0,005 – 1,000 untuk xanthan gum. 3. Suspending agent yang relatif baik untuk stabilitas fisik suspensi kloramfenikol selama 30 hari (4 minggu) pengamatan pada penelitian ini adalah xanthan gum 1% b/v. REFERENSI Anief, Moh. 2000. Farmasetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anief, Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Anonim. 1978. Formularium Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi V. terj. Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Connors, Kenneth A, Amidon, Gordon L, and Stella, Valentino J. 1986. Chemical Stability of Pharmaceuticals. Second edition. John Wiley & Sons, lnc. Lachman, Leon, Lieberman, Herbert A, and Kanig, Joseph L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi III. Terj. Siti Suyatmi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Lieberman, Herbert A, Rieger, Martin M, and Banker, Gilbert S. 1996. Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Syistem. Vol 2. Marcel Dekker, lnc. Martin, Alfred, Swarbick, James and Cammarata, Arthur. 1993. Farmasi Fisik. Edisi III. Terj. Yoshita. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Mujahid, Rohmat. 2000. Skripsi Pengaruh Penggunaan Methocel Terhadap Sifat Fisis Suspensi Sulfamerazin Terflokulasi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Tjay, Tan Hoan, dan Rahardja, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi IV. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Voigh, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. terj. Soendani Noerono Soewandhi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.