Jadwal Rutin DOJCC Bali Gathering pertemuan Komunitas setiap minggu kecuali minggu ke - 4 di Basement Gereja FX pk. 11.30 Wita diawali makan siang bersama Sharing Group sebulan 2 x Formation Teaching sebulan sekali Celebration Meal (Makan malam bersama) Setiap Sabtu terakhir dalam bulan pk. 18.30 bergantian di rumah anggota Tugas Koor Misa English Setiap Minggu ke - 3 pk. 18.00 di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kuta DOA Kontemplasi (Taize, Adorasi, dll) Setiap Rabu ke -3 Ruang Pastoran Gereja FX pk. 18.30 www.DOJCC.com ANEKA KEGIATAN DOJ FEBRUARI 2014 Koor Misa Imlek di Gereja FX Kuta Bali 2 Februari 2014 DOJ Imlek Celebration 2 Februari 2014 Rumah Pelangi bersama Rm Vincent dan Rm Wenz 12 Februari 2014 Tugas Tatib di FX 9 Feb 2014 Valentine Gathering 16 Februari 2014 Celeb Meal Rumah Pak Birendra 22 Feb2014 Workshop Doa Sessi I bersama Rm Hady Setiawan, Pr 19 Februai 2014 Fresh JUICE ! refresh your soul Fresh JUICE ! Fresh Juice adalah buku renungan harian berdasarkan penanggalan liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com). Terbit sebulan sekali di awal bulan. Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223) Kritik dan saran : [email protected] Fresh JUICE ! Team Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr Penasehat : Yovie Setiawan Pemimpin Redaksi : Nathasa Editor : Nathasa, Yovie Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi, Martina, Agatha, Fransiska, Hanz, Franky, Yovie, Rm. Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Joseph MGL, Rm Wenz MGL, Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Maia, Fr David, Alin, Yudi, Betty, Fr. Anis, MGL, Betty, Daniel, Yance, Pras, Iwan Setiawan, Yustina, Rita, Lia, Siska Langganan & Marketing Iklan : Nathasa (0361- 85 11223) Distribusi : Anggota DOJ Bali Seluruh hasil Fresh Juice akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul Sumbangan dapat disalurkan ke : BCA No Rek: 4040400007 An: H B Hady Setiawan Harap sms / telpon 0361 - 8511223 untuk konfirmasi. Fresh JUICE ! managed by : www.DOJCC.com Syalom teman-teman yang diberkati Tuhan. Saya sampaikan salam jumpa kembali di edisi Maret 2014. Seperti teman-teman ketahui, di awal bulan ini kita akan memulai masa prapaskah. Masa ini kita sebagai umat katolik melakukan retret agung. Dimana kita melakukan pantang dan puasa, belajar mengendalikan diri dari segala keinginan duniawi yang sering mengganggu kita. Pantang, puasa dan pengendalian diri disertai dengan doa dan merenungkan kembali perjalanan Yesus menuju Gunung Golgota selalu mengingatkan kita akan kasih Allah yang begitu besar pada umat manusia. Kasih Allah yang ingin memperbaiki kembali hubungan yang retak antara manusia dan Tuhan. Semoga di masa ini kita pun semakin menyadari kasih Allah dalam hidup kita masing-masing. Belajar untuk selalu memperbaiki diri. Belajar untuk selalu setia. Belajar untuk membagikan kasih Tuhan kepada sesama. Semoga kita semua diberkati Tuhan. Salam Fresh Juice Nathasa PemRed Fresh Juice Ketidakberdayaan Yak 5:13-20, Mzm 141:1-2,3,8, Mrk 10;13-16 Sabtu 1 Maret 2014 Mrk 10:15 “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. Yesus telah datang ke dunia untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, hal ini adalah rencana yang datang dari pihak Allah semata, namun dalam injil hari ini Yesus juga menegaskan bagaimana pihak manusia harus bersikap dalam menanggapi rencana keselamatan ini agar dapat memiliki Kerajaan Allah, yaitu menjadi seperti seorang anak kecil. Seorang bayi sama sekali tidak bisa minum susu sendiri, tidak bisa berbicara, apalagi mengekspresikan diri karena ia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi satu-satunya ciri bayi yang paling menonjol adalah ketidak-berdayaannya , dan ketergantungannya yang total kepada orang tuanya di dalam segala hal dan di dalam segala aspek kehidupannya. Yesus juga menginginkan kita untuk dapat bergantung total kepada Allah dalam hidup kita seperti seorang bayi yang tidak berdaya, karena seperti seorang Ibu hanya akan memberikan yang terbaik bagi bayinya bahkan jika perlu sampai mengorbankan hidupnya sendiri, demikian juga Yesus telah mengorbankan hidupkan untuk keselamatan seluruh umat manusia. Kita juga percaya bahwa kasih Allah pada kita umat manusia melebihi kasih seorang ibu pada bayinya. Jadi Allah pasti memberikan selalu yang terbaik bagi kita. Sebetulnya kita memang betul-betul tidak berdaya seperti seorang bayi, hanya saja Allah sungguh baik, Dia memberikan sangat banyak kemudahan dalam kehidupan kita, sehingga kita merasa bahwa semuanya itu sudah terjadi begitu saja, lalu kita melupakan sumber kehidupan kita yang sesungguhnya. Misalnya kalau kita lagi perlu bantuan ada orang yang berbaik hati mau membantu kita, sesungguhnya Allah yang Mahatahu akan kesulitan kita telah mengirimkan orang itu untuk membantu kita, jadi dalam hidup ini tidak ada yang kebetulan. Memang bukan hal yang mudah untuk memiliki ketergantungan total kepada Allah dalam hidup ini, karena seringkali kehendak kita bertolak belakang dengan rencana Allah, terutama jika kita merasa bahwa kita orang penting karena merasa sangat berkuasa, yang mempunyai kedudukan, terpelajar, dan dengan demikian maka kita bukan orang yang tidak berdaya, namum demikian kita layak untuk menyadari bahwa sesungguhnya kita adalah manusia yang berdosa, dan oleh karena itu kita tidak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan hidup kita sendiri. Di dalam Kerajaan Allah, hanya Allah yang berkuasa jadi kita sepenuhnya bergantung kepada kemurahan dan kasih karunia Allah saja. Doa: Bapa yang Mahabaik, terima kasih atas Kasih dan PemeliharaanMu pada kami, dalam kehidupan kini dan kelak. Amin. Betty Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 5 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Berhenti Kuatir Minggu 2 Maret 2014 Mat 6:26 Yes. 49:14-15; Mzm. 62:2-3,6-7,8-9ab; 1Kor. 4:1-5; Mat. 6:24-34 Pandanglah burungburung di langit ... Di dunia seperti ini,Pemanasan global, Cuaca Ekstrim, Perekonomian yang tidak stabil, Penyakit yang makin hari makin aneh-aneh, Pola hidup sosial yang dulunya begitu tabu, kini seakan-akan menjadi hal umum bagi warga di kota besar, Biaya pendidikan anak yang makin tinggi, Perjalanan dalam kehidupan rumah tangga yang begitu sulit, Persoalan Ekonomi pribadi, Sistem pemerintahan yang seakan-akan tidak berpihak, Menurunnya nilai kepercayaan, dan meningkatnya egosentris, dan bla....bla... bla.... Tidak akan ada habisnya, Jika saya meneruskan tulisan-tulisan tentang keadaan yang terjadi di kehidupan masa ini, dan pastinya hal-hal tersebut seringkali “menarik” setiap individu untuk masuk ke area CEMAS, KUATIR, dan teman-temannya. Lalu jika saya boleh menebak, hanya dengan membaca tulisan-tulisan diatas saja, mungkin ada beberapa diantara Anda para pembaca setia Fresh Juice, yang merasa ada perasaan tidak nyaman di area perut, atau mungkin dahi Anda mulai berkerut, bahkan mungkin ada yang merasa kepala mulai berdenyut-denyut....Benar?? Sekarang saya ajak Anda untuk membaca dengan lebih hati-hati dan meresapi, ayat di bawah ini, yang saya pakai sebagai rhema hari ini : Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burungburung itu? Sadari dan amati apa yang Anda rasakan dan atau alami pada tubuh Anda. Perlahan-lahan pastinya perut yang tadi terasi mulas atau tegang, mulai mengendur, Dahi Anda yang tadinya mengerut mulai terasa rileks, dan bahkan Denyut pada kepala Anda mulai berkurang dan bahkan tanpa Anda sadari denyutan itu menghilang ;-) Kecemasan, rasa takut, kekuatiran hanya akan memberikan tekanan pada fisik dan mendorong Anda untuk memikirkan diri sendiri. “Lha wong ngurus diri sendiri aja repot, masak ya harus membantu dia” atau “kesulitan ku, penyakitku, sudah menguras energi, uang dan segala-galanya! aku ga punya waktu, uang dan tenaga lebih untuknya” dan semakin kita masuk dalam kekuatiran dan kecemasan itu. Tanpa kita sadari, semakin kita Buta akan TANGAN ALLAH yang siap menopang dan menuntun kita. Ya mungkin memang benar, persoalan, penyakit yang sedang Anda hadapi cukup besar. Tetapi ALLAH kita jauh lebih besar dari setiap persoalan dan penyakit tersebut. Tempatkanlah IA sebagai Kebutuhan Terbesar dan Kerinduan Terdalam kita. Apa dengan itu, masalah atau penyakit langsung menghilang??? BISA YA, BISA TIDAK, MUNGKIN !!! Itu Hak preogatif Allah, tetapi satu hal yang pasti, kita akan memiliki suatu sudut pandang yang berbeda akan segala sesuatu yang datang pada kita. Amin. Siska Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 6 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Rest in Peace 1Ptr. 1:3-9; Mzm. 111:1-2,5-6,9,10c; Mrk. 10:17-27 Senin 3 Maret 2014 Mrk 10:22 “Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. “ Rest in Peace, Ya….Rest in Peace sering kita lihat di pekuburan, di tempat persemayaman orang mati, demikian pasti banyak sanak keluarga kita yang lebih dulu mendahului kita dan bertamu BAPA di Surga. Salah satu sharing saya kali ini adalah sanak keluarga saya yang meninggal kira kira setahun yang lalu, Beliau meninggal di usia yang masih cukup muda, kira-kira umurnya masih dibawah 40th. Kok sudah meninggal?? ya, Karena kehendak Tuhan dia menderita Lupus dan tidak dapat terobati. Saat iseng-iseng saya baca ternyata penyakit Lupus itu juga benar-benar penyakit yang mematikan dan tidak bisa ditebak, serta penyakit ini adalah kebalikan dari HIV/ AIDS. Jika HIV/AIDS adalah imunitas tubuh melemah maka lupus ini imunitas tubuh kuat dan menyerang organ dalam itu sendiri,(http://id.wikipedia.org/wiki/ Lupus_eritematosus_sistemik). Beliau ini adalah pekerja keras hal ini dibuktikan dengan level pekerjaannya, serta kemampuannya membeli segala sesuatunya. termasuk Tempat tinggal. Semua tau kalau rumah di Bali harganya mahal, sedang beliau mampu membeli rumah tersebut beserta barang barang didalamnya. Kejadian ini pada saat saya membantu keluarganya bersih-bersih rumah yang ditinggalkannya, begitu banyak barang didalam rumah tersebut dari furniture kayu, hiasan rumah, serta pernak perniknya, sehingga saya pun kecipratan barang barang kecil yang saya anggap bagus untuk ditaruh dirumah saya (termasuk patung Santa Monica). Setelah kita selesai beberes dan kita beristirahat dirumah, mertua saya yang saat itu berlibur ditempat kami menasehati kami untuk selalu menjaga pengeluaran, “membeli barang barang kecil untuk pernak pernik rumah itu tidak perlu” katanya, kecuali barang tersebut memang benar benar diperlukan. Jika tidak ya seperti kejadian ini, banyak sekali barang barang yang ga kepake, akhirnya yang dibikin repot malah orang tuanya yang sudah berumur, untuk di packing dikirim ke tempat/rumah keluarga besarnya dan disortir lagi dan ini dan itu..... Nasehat dari mertua saya tersebut benar benar langsung masuk didalam hati saya, karena memang benar saya ikut merasakan repotnya berberes barang printilan yg harus di cover dengan koran, dibungkus ini dibungkus itu biar ga pecah, mau dijual sama orang dihargai murah sekali. Pada saat kita menemui BAPA hanya tubuh dan hati kita saja yang dibawa, maka tidaklah perlu melengkapi diri (baca : belanja) dengan berlebihan. Prast Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 7 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Keselamatan Selasa 4 Maret 2014 Mrk 10:28 Kasimirus, Humbelina, Placida 1 Petrus 1:10-16, Mzm 98:1, 2-3ab, 3c-4, Mrk 10:28-31 Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau! Ada seseorang yang saya kenal baik, sebut saja bernama Steve. Sejak kecil ada saja tingkahnya yang nakal, yang selalu membuat orang tuanya khawatir. Dari perkelahian antar teman, kejahilan Steve yang sering membuat orang tuanya harus menghadapi amarah orang tua teman-temannya, maupun gurunya. Bahkan ketika SMA, tingkah Steve semakin menjadi-jadi, dari membolos sekolah hampir tiap hari, minuman keras sampai obat terlarang pun mampir dalam hidupnya. Banyak orang yang memandang sebelah mata pada Steve, walau tidak sedikit juga yang menyukainya karena pembawaannya yang menyenangkan. Keadaan tersebut berlangsung hingga suatu ketika sahabat-sahabat Steve harus pindah dari kota mereka untuk kuliah, bekerja, dsb. Disaat-saat itu mungkin banyak waktu bagi Steve untuk mulai memikirkan hidupnya, apa yang akan ia lakukan dengan hidupnya ketika semua teman baiknya mulai melangkah maju dengan cita-cita/masa depan masing-masing. Hal itu membuat Steve bangkit dan mulai bekerja. Perlahan Steve meninggalkan kebiasaankebiasaan buruk yang ia lakukan. Hingga kemudian ada peluang baginya untuk bekerja di luar negeri. Sungguh Tuhan melihat kemauan Steve untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Tuhan selalu menyertai dia selama diluar negeri, walau hidupnya tidaklah mudah. Dia harus meninggalkan keluarganya, hidup sendiri, membiasakan diri dengan banyak hal yang baru dalam hidupnya, bekerja terkadang hampir 24 jam dalam posisi berdiri. Bahkan ketika orang tuanya di Indonesia mengalami kesulitan keuangan, Steve rela menyerahkan hampir seluruh uang hasil kerja kerasnya bertahun-tahun. Ketika ia mulai lelah hidup merantau, Steve pun pulang ke Indonesia dengan sedikit uang. Di Indonesia, Steve belajar kerja pada temannya tanpa digaji. Semua itu Steve lakukan tanpa mengeluh, hingga kemudian teman tersebut membantunya untuk membuka usaha yang sama. Dengan banyak perjuangan dan berkat Tuhan, sekarang Steve mempunyai kehidupan yang cukup mapan, dan menjadi pribadi yang dihargai oleh orang-orang yang dahulu memandang sebelah mata kepadanya. Dari kisah hidup Steve, mengingatkan saya pada Injil Markus 10:28-31. Ketika kita mau meninggalkan segalanya untuk menjadi pribadi yang lebih baik yang berkenan dimata Tuhan, Tuhan tidak akan pernah berdiam diri. Ia akan memulihkan keadaan kita, bahkan melipat gandakan apa yang telah kita korbankan untuk Tuhan. Tuhan selalu mengingat kasih setiaNya. Walau terkadang situasinya tidak mudah/menyenangkan saat kita menjalani proses pemulihan itu, bahkan kita sering merasa tidak mampu. Tetapi hendaklah kita taat pada Tuhan apapun keadaannya. Kita harus meletakkan pengharapan akan kebaikan/pertolongan Tuhan atas dasar kasih karuniaNya. Seperti dalam kehidupan Steve, Tuhan menyelamatkan Steve dari jalan kehidupan yang sia-sia. Tuhan mampu melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib yang akan membawa keselamatan bagi kita, baik pada masa sekarang ketika kita hidup di dunia ini maupun pada kehidupan kekal kelak. Jesus bless Us All. Lia Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 8 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Puasa Rabu 5 Maret 2014 Markus 6 : 1 HARI RABU ABU : “jangan kamu melakukan Pantang dan Puasa kewajiban agamamu di hadapan orang Yl 2:12-18 ; Mzm 51:3-4, 5-6a, 12-13, 14, 17 ; supaya dilihat mereka, ..... kamu tidak boleh 2 Kor 5 :20- 6 : 2; Mat 6 : 1 – 6, 16 - 18 beroleh upah dari Bapamu yang di sorga “ Pada hari ini, kita seluruh umat Katolik diajak untuk memasuki masa pertobatan. Hari ini , hari Rabu Abu, di mana masa pantang dan puasa kita mulai. Untuk menuju puncak iman kristiani yaitu wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Selama 40 hari, di mulai dari hari ini, kita di ajak untuk memeriksa batin kita dengan puasa dan tobat, sehingga kita mendapat keselamatan sejati. Sebagaimana diajarkan oleh St. Ignatius Loyola bahwa tujuan dari puasa atau mati raga adalah : menyilih dosa-dosa lampau, mengalahkan diri dan menemukan atau mendapatkan suatu rahmat dan anugerah. Puasa banyak juga dilakukan oleh saudara-saudara kita yang lain. Dan puasa seringkali dipakai sebagai sarana untuk mendapatkan suatu rahmat dan anugrah. Dalam bacaan Injil pada hari ini, dikatakan dalam Matius 6 : 16-18, bahwa pada saat kita berpuasa, janganlah sampai dilihat orang bahwa engkau berpuasa, karena dengan demikian engkau sudah mendapat upahnya. Seringkali pada saat kita berpuasa, kita ingin agar orang lain tahu bahwa kita berpuasa. Ini harus hati-hati karena terjadi perbedaan tipis antara kita ingin orang lain tahu bahwa kita melakukan kewajiban kita karena pamer atau kita ingin orang lain tahu bahwa kita melakukan kewajiban kita untuk saling menguatkan pada saat terjadi godaan untuk membatalkan puasa kita. Hakekat tujuan dari puasa menurut St Ignatius Loyala di atas adalah seperti tahap-tahap di mana jika kita bisa melakukan ketiga langkah itu, kita baru bisa benar-benar berpuasa dan matiraga dengan benar untuk menyambut kelayakan kita menerima keselamatan sejati. Seperti dalam 2 Korintus 5:20-6:2, berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Hal ini bukan berarti kita bermusuhan dengan Allah, tetapi ini berarti bahwa kita tidak berdamai dengan Allah karena dosa kita. Itu sebabnya kita harus menyilih dosa-dosa kita untuk bisa berdamai dengan Allah. Dalam menyilih dosa-dosa kita, kita pasti membutuhkan tempat yang tenang, untuk merenung , untuk berbicara dengan Tuhan supaya kita diperdamaikan, dalam tempat yang sepi, pada saat kita memeriksa batin, kita akan mendapati bahwa kita akan lebih mengenal diri kita sehingga kita bisa mengalahkan ego dan keburukan diri kita. Hal itu akan mengantar kita kepada pertobatan yang penuh dan akhirnya kita akan mendapat suatu rahmat dan Anugrah. Doa : Tuhan, utuslah Roh kudusMu, sehingga di awal masa pantang dan puasa ini, kami dapat melihat diri kami, dan mempersiapkan hati untuk memasuki masa tobat dan puasa sehingga kami bisa mendapatkan keselamatan abadi. Amin Alin Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 9 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Kamis 6 Maret 2014 Ul. 30:15-20; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 9:22-25 Kematian, Pilihan yang Berharga Luk.9:24 “... tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” Minggu lalu, karena menonton Hobbit dan atas anjuran bruder lainnya saya akhirnya selesai menonton film Lord of The Ring, terutama seri ketiga The Return of the King. Di film epik dan luar biasa ini saya terpesona oleh keanggunan Liv Tyler yang berperan sebagai Arwen. Arwen adalah setengah Elf dan sudah hidup lebih dari 2700 tahun. Ia menjalin hubungan kekasih dengan Aragorn sang penerus kerajaan. Demi cintanya untuk Aragorn, Arwen memilih mortalitas dan hidup sebagai manusia supaya bisa menikah dengannya. Saya sangat tersentuh oleh jawaban Arwen kepada Elrond ayahnya: “Saya memilih kematian agar bisa mencintai Aragorn daripada hidup selamanya dengan penyesalan.” Kekayaan imajinasi J.R. R. Tolkien sang penulis Lord of The Ring memungkinkan Arwen untuk bisa memilih hidup selamanya sebagai Elf atau hidup terbatas sebagai manusia. Tetapi kita semua adalah manusia yang tidak bisa memilih seperti Arwen. Kematian, jauh dekat, pasti bertemu muka dengan kita. Tuhan sudah memutuskan, karena dosa, bahwa tidak baik manusia hidup selama-lamanya (kej 3:22-23). Dengan debu dan tanda salib di dahi, Gereja mengingatkan kita, tidak hanya sekali tetapi setiap tahun! Hari rabu abu yang baru saja kita rayakan kemarin, mengingatkan bahwa sebagai ciptaan Tuhan, dari debu kita berasal, dengan debu kita berakhir. Sebegitu pasifnyakah kita manusia sehingga tidak diperbolehkan memilih hidup selamanya? Begitu pentingnyakah kematian di kehidupan? Penyair dan filsuf Khalil Gibran menulis: Anda akan mengetahui rahasia kematian. Tapi bagaimana Anda akan menemukannya kecuali jika anda mencarinya di jantung kehidupan? Di ayat rema kita hari ini Tuhan Yesus berkata, “Barang siapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Lk.9:24). Walaupun kita tidak bisa memilih untuk hidup selamanya ,kita bisa aktif memiih apa makna kehidupan kita melalui cara kematian kita. Kalau kematian kita membawa saksi bagi Tuhan Yesus, Tuhan Yesus menjanjikan keselamatan untuk kita yaitu kehidupan kekal bersama Dia dan Bapa disurga. Para martir sudah membuktikannya dan cerita kesaksian mereka akan selamanya menghangatkan iman kita. Ini artinya kitapun bisa memilih seperti Arwen yang memilih cinta dan kematian sebagai manusia. Tuhan Yesus adalah cinta kasih yang sesungguhnya karena Tuhan adalah kasih (1Yoh 4:8). Memberikan hidup kita dan mati untuk Yesus adalah mati untuk cinta yang sesungguhnya. Dengan mati untuk Yesus, kita memilih cinta kasih sebagai makna hidup kita. Inilah rahasia kematian! Rahasia kehidupan yang Tuhan Yesus berikan pada kita karena Yesus adalah jalan, hidup dan kebenaran (Yoh 14:6). Frater David Lemewu mgl Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 10 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Makna Puasa Perpetua dan Felisitas Yes. 58:1-9a; Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19; Mat. 9:14-15 Jumat 7 Maret 2014 Mat 9: 15 “.... Tetapi waktunya akan datang dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa…….” Dalam perikop hari ini Tuhan mengingatkan kita akan hal berpuasa, seperti kita ketahui dalam liturgi katolik puasa biasa kita lakukan 40 hari sebelum masa Paskah. Lalu mengapa kita mesti berpuasa sebelum Paskah? Seperti kita ketahui masa Pra-Paskah adalah masa penantian kebangkitan Tuhan dan adalah masa penderitaan Yesus yang di gantung disalib atas dosa-dosa kita manusia. Maka dalam masa pra-paskah kita berusaha menyerahkan segala kesenangan kita dalam bentuk puasa makan atau puasa untuk bicara kasar atau hal-hal yang negative dalam diri kita. Dan ada juga yang menghindari atau pantang makan daging dalam masa pra paskah. Semua itu adalah untuk interopeksi kita atas setiap dosa-dosa kita yang ditanggung oleh Yesus dalam kayu salib. Puasa sendiri didalam katolik tidak seperti puasa yang dilakukan oleh umat lain. Puasa dalam katolik biasa dilakukan tanpa makan tetapi bisa minum air putih saja, karena maksud dari puasa disini bukan hanya kita tidak makan dan minum yang sedap-sedap, tetapi bagaimana kita belajar untuk mengendalikan diri kita dan bersabar menanti setiap janji Tuhan terhadap hidup kita. Sejak kecil ibu saya membiasakan saya untuk berpuasa, saya ingat waktu itu masih di SLTA ibu saya bilang “Nak… sebentar lagi kamu lulus SLTA tetapi ibu sampai sekarang belum punya dana untuk bisa membawa kamu ke Universitas… ayo kita puasa minta sama Tuhan agar berbelas kasih membuka jalanNya agar kamu bisa kuliah….” Sejak saat itu saya mulai belajar berpuasa dari senin sampai kamis, yang benar-benar puasa makan dari pagi sampai sore hari. Pertama begitu berat saya rasakan, karena sekolah saya agak jauh dan uang yang diberi ibu saya hanya cukup untuk naik angkot sewaktu berangkat sekolah sedang pulang sekolah saya harus jalan kaki karena uang tidak cukup untuk naik angkot. Namun karena pesan ibu saya masih terngiang-terngiang untuk minta belas kasih Tuhan agar saya bisa kuliah, dengan penuh semangat saya tetap jalani puasa saya tersebut. Tuhan mengerti dan menerima puasa-puasa yang kami lakukan untuk minta belas kasihNya, dan benar ditengah kekurangan kami, saya bisa melanjutkan kuliah walau harus bekerja sambil kuliah. Itulah makna puasa bagi saya adalah mohon belas kasih Tuhan untuk mengampuni setiap dosa-dosa saya dan mohon belas kasih Tuhan karena saya ini adalah debu di mata Tuhan yang tidak bisa mengatasi permasalahan hidup tanpa campur tangan Tuhan. Maka mulai hari ini dan dari perikop ini, marilah kita belajar untuk berpuasa, ibarat seorang pengemis yang selalu memohon kepada Tuhan untuk selalu berbelas kasih terhadap hidup kita…. Amien. Rina Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 11 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Ikutlah Aku Sabtu 8 Maret 2014 Lukas 5:27 Yohanes a Deo Yes. 58:9b-14; Mzm. 86:1-2,3-4,5-6; Yesus berkata kepadanya, “Ikutilah Aku” Pemungut cukai adalah orang-orang yang tidak terhormat di masyarakat pada saktu itu. Mereka selalu dinomor-duakan. Mereka dilihat sebagai orang berdosa dan orang yang tidak baik. Mereka dipandang seperti itu karena perbuatan dan tingkah laku mereka. Mereka memeras orang-orang ketika mengumpulkan bea cukai. Mereka meminta uang dengan takaran yang melebihi takaran yang sebenarnya. Dengan itu mereka bisa menggunakan sisa tagihan bea cukai yang diperas dari rakyat, terlebih orang-orang kecil. Melihat perlakuan orang-orang Farisi terhadap para pemungut cukai, Yesus berusaha untuk meyakinkan para pemungut cukai bahwa, Dia datang untuk semua orang. Dia datang untuk mereka juga sekalipun mereka dipandang tidak berharga di mata orang banyak. Yesus merasakan apa yang dialami para pemungut cukai. Dengan itu ketika Dia melihat Lewi, weorang pemungut cukai, Dia memanggilnya. Dia mengundangnya untuk bergabung denganNya. Yesus berkata, “Ikutilah Aku.” Orang itupun segera mengukuti Yesus. Perbuatan Yesus hari ini ingin mengajak kita sekalian. Sering orang kita merasa diremehkan oleh orang lain karena perbuatan kita. Kita dianggap tidak layak. Atau sering kita menganggap orang lain tidak layak akan kasih Allah karena perbuatan mereka. Namun, Yesus hari ini ingin mengatakan kepada kita sekalian bahwa Dia datang untuk kita sekalian. Dia datang untuk kita semua. Dia tidak akan membeda-bedakan manusia sesuai dengan akal perbuatannya atau apa saja kedudukannya di dalam lingkungan kita. Dia datang untuk setiap orang, terlebih orang-orang yang berdoa. Dia datang kepada orangorang yang mau bertobat. Saudara/i sekalian, Yesus sedang memandang sekalian semuanya saat ini. dia ingin memenuhi hati dengan perasaan cinta dan damai. Karena kta sering merasa diremehkan oleh orang lain. Kita merasa ditolak oleh orang lain. Dia sekarang ini juga datang dan menjamah hati kita sekalian untuk berbalik kepadaNya. Rm. Joseph, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 12 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Mengisi Diri dengan SabdaNYA Kej. 2:7-9; 3:1-7; Mzm. 51:3-4,5-6a,12-13,14,17; Rm. 5:12-19; Mat. 4:1-11 Minggu 9 Maret 2014 Mat. 4:10 “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah Engkau berbakti!“ Satu yang membuat kita selalu sadar bahwa kita ini manusia lemah dan bukan seorang superhero adalah bahwa kita selalu digoda. Godaan selalu saja datang selama kita masih hidup di dunia ini, dan itu juga dialami oleh Yesus sendiri. Ini bukti bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia, bukan hanya Allah yang pura-pura menjadi manusia, tetapi Allah yang menjadi manusia. Yesus merasakan lapar, merasakan haus, merasakan godaan juga. Yang menarik dari kisah Yesus yang dicobai di padang gurun adalah dialog antara Yesus dan iblis. Awalnya iblis bilang kalau lapar ubah saja batu-batu ini menjadi roti, gitu aja koq repot. Lalu Yesus menjawab sambil mengutip Kitab Suci ada tertulis: Manusia bukan hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat. 4:4). Kemudian si iblis juga bilang coba lompat dari bubungan Bait Allah ini kareanaada tertulis: mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatnya untuk melindungi kamu (Mat. 4:5). Lalu Yesus menjawab ada pula tertulis: janganlah Engaku mencobaai Tuhan, Allahmu (Mat. 4:7). Kemudian iblis mencari akal lain, katanya seluruh dunia dan segala kemegahannya akan menjadi milikmu kalau kamu mau menyembah aku (Mat. 4:9). Tetapi Yesus membalas ada tertulis:Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah Engkau berbakti (Mat.4:10). Kita bisa melihat betapa cerdasnya iblis untuk menggoda Yesus. Pertama, iblis menggunakan rasa lapar yang Yesus alami untuk menggunakan kuasa-Nya demi memuaskan kebutuhan diri sendiri. Kemudian ketika Yesus mengutip ayat-ayat Kitab Suci untuk mematahkan rayuan iblis, si iblis pun mengutip ayat-ayat Kitab Suci untuk menggoda Yesus. Pada akhirnya Yesus marah dan membentak si iblis, tentu sambil mengutip ayat Kitab Suci juga, untuk tidak lagi mencobai diri-Nya yang adalah anak Allah. Si iblis pun menyerah dan pergi. Apa yang kita bisa petik dari kisah Yesus dicobai iblis ini? Masa puasa bukan hanya masa untuk mengosongkan diri, tetapi masa untuk mengisi diri. Sama ketika kita mengganti baju, kita tidak hanya membiarkan diri telanjang, tetapi memilih baju yang bersih. Karena itu selain pantang dan puasa, kita dianjurkan untuk berdoa dan doa kita selama masa prapaskah ini hendaknya membuat kita dekat dengan Sang Sabda, yaitu Yesus sendiri. Bacalah Kitab Suci, sesering mungkin, karena dari situlah kita bisa mengenal akrab Allah kita yang adalah Kasih. Kitab suci adalah Sabda Allah, tanda kehadiran Allah di antara umatnya. Yesus sendiri telah memberi contoh bagaimana Ia bertahan dari godaan iblis dengan mengutip apa yang tertulis di dalamnya. Sebagai murid-murid Yesus, kita diajak untuk mengikuti teladan-Nya untuk membaca Kitab Suci terutama di masa Prapaskah ini. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 13 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Pensil Kecil Senin 10 Maret 2014 Mat 25:40 “...segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Im. 19:1-2,11-18; Mzm. 19:8,9,10,15; Mat. 25:31-46 Tanggal 19 Desember 2010 menjadi salah satu moment yang tidak bisa saya lupakan. Dalam menyambut hari Ibu dan untuk merayakan Natal bersama DOJCC. Keceriaan Natal dan sukacitanya benar-benar saya rasakan saat itu, apalagi saat itu saya sudah “berdua”. Hehe. Bersama DOJCC, saya dan teman-teman mengadakan kunjungan sosial ke Panti Jompo yang berada di Denpasar. Ini sekaligus pengalaman saya yang pertama berkunjung ke Panti Jompo. Suasana hangat dan keceriaan kakek nenek atau dadong (Nenek) dan pekak (Kakek) ini, menyambut kami semua yang hadir pada siang hari itu. Suasana semakin melebur dalam kebersamaan, ketika kami mengadakan joget bersama. Tidak ada perasaan malu atau sungkan, untuk berbaur bersama mereka. Beberapa dari mereka juga sharing, mengapa pada akhirnya tinggal di Panti Jompo tersebut. Ada satu ibu yang berasal dari Sulawesi yang menceritakan bagaimana ia bisa tinggal di Panti tersebut. Kisah ibu tersebut membuat kami terharu, dan saya pribadi tidak menyangka kenapa masih ada yang berbuat sekejam itu kepada ibu tersebut. Kedatangan kami sungguh membuat mereka senang, apalagi ketika kami membagikan nasi kotak dan bingkisan-bingkisan seperti sapu, kain, dan bingkisan lainnya. Bacaan hari ini, Yesus ingin mengajak kita agar kita peka terhadap saudara-saudari di sekitar kita yang membutuhkan. Tidak hanya ketika kita ingat saja, baru melakukan tindakan. Gambaran Yesus ada di dalam diri orang-orang yang terpinggirkan, teracuhkan, dan mereka yang hidup menderita di sekitar kita. Kadang selama ini, apakah kita sudah melakukan sesuatu untuk saudara-saudara kita tersebut ? Melakukannya karena merupakan suatu kewajiban dan rutinitas organisasi, ataukah memang sudah benar-benar muncul dari ketulusan hati kita sebagai seorang pelayan-Nya ? Kutipan dari Mother Theresa, “Saya adalah pensil kecil di tangan Allah yang sedang menulis, yang mengirim sebuah surat cinta kepada dunia”, semoga dapat menjadi semangat hidup kita dan bahan refleksi, apa saja yang sudah kita perbuat kepada saudara-saudari kita yang membutuhkan pertolongan, dan apakah kita sudah menjadi alat perpanjangan tangan Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita dan keselamatan ? Selamat menjadi sebuah “pensil kecil” di tangan sang Penulis Kehidupan, dan bersiaplah untuk menjadi “Tukang Pos Cinta” menyebarkan cinta kepada orang di seluruh dunia. KRIS Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 14 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Bapaku yang Baik Selasa 11 Maret 2014 Mzm 34:4: Aku telah mencari TUHAN, Yes. 55:10-11; Mzm. 34:4-5,6-7,16-17,18-19; Mat. 6:7-15 lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Masa Prapaskah adalah masa tobat. Orang diajak untuk bertobat dari semua kesalahan dan dosa. Orang diajak untuk melihat penderitaan yang diakibatkannya terhadap orang lain. Tetapi juga masa di mana kita diajak untuk menyadari betapa besar belas kasihan Tuhan terhadap ciptaanNya. Tuhan itu baik banget, itu tepatnya. Yesus juga mengajarkan kita untuk memanggil Allah sebagai Bapa. Yesus ingin kita semua sadar, bahwa Allah itu baik dan sayang banget kayak orang tua kita menyayangi kita---terlepas dari adanya orang tua yang tidak menyayangi anaknya. Banyak orang melarikan diri dari hadapan Tuhan, dengan tidak mau berdoa, tidak mau membaca Kitab Suci, tidak mau ke gereja, apalagi melayani Tuhan dalam komunitas, karena menganggap dirinya berdosa dan tidak pantas dekat dengan Allah. kalau orang punya pikiran seperti ini pandangannya terhadap Allah makin lama akan semakin negatif, seolah-olah, kalau dekat dengan Tuhan, semua kesenangannya akan diambil; maka orang itu akan berlari makin jauh dari Tuhan dan hidup dalam kesenangan yang semu. Bayangkan, bagaimana perasaan seorang papa atau seorang mama yang dijauhi anaknya karena anaknya merasa enggak dekat dengan orang tuanya. Bagaimana sedihnya orang tua yang ingin memeluk anaknya, tetapi anaknya berlari menjauh. Dan sebaliknya, betapa bahagianya hati orang tua yang anaknya selalu dekat dengan mereka. Begitulah kasih Tuhan kepada kita sebagai ciptaanNya. Tuhan selalu ingin dekat dengan kita, ciptaanNya, sehina apa pun hukum dan peraturan memandang kita. Tuhan hanya menginginkan satu hal, kita percaya dan mencintai Dia, sekali pun kita lemah dan berdosa. Karena hanya Dia yang mampu membantu kita keluar dari kelemahan dan dosa kita. Jangan sampai karena merasa diri orang berdosa, kita menjauhi Tuhan, sehingga Ia harus mengeluh, ‘Ia datang kepada milikNya, tetapi milikNya tidak menerima Dia.’(Yohanes 1:11). Maka marilah kita memasuki masa Prapaskah bukan hanya sebagai masa seorang pendosa hina yang harus bertobat, tetapi lebih focus pada kebaikan Tuhan yang sangat hebat, sehingga kita berani mempercayakan hidup kita pada kasih dan rencanaNya. –narita- Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 15 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Rabu 12 Maret 2014 You are made by God, made in Love Lukas 11:29 Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Aloisius Orione Yun. 3:1-10; Mzm. 51:3-4,12-13,18-19; Luk. 11:29-32 “Angkatan berapa?” adalah pertanyaan yang sering kita ajukan ketika kita berkenalan? Kata angkatan mengacu kepada suatu kelompok/golongan. Kalau satu angkatan punya prestasi yang baik, kitapun sebagai bagian darinya memiliki rasa bangga mengenakan predikat angkatan tersebut. Saya jadi berpikir .. angkatan saya seperti apa ya di mata Tuhan? Apakah angkatan saya juga angkatan yang jahat? Ketika Yunus menyampaikan pesan Allah kepada orang Ninive, sebuah kota yang mengagumkan besarnya di “angkatan itu” Raja dan seluruh rakyat menganggapinya dengan sepenuh hati percaya. Mereka mengambil langkah pertobatan secara total dan sungguh Allah kemudian berkenan . Namun kepada Yesus, orang kagum denganNya, dengan mujizat yang Ia buat, namun mereka tidak percaya padaNya. Padahal Yesus jauh melebihi Salomo, Raja dunia yang paling bijaksana, Ia lebih dari Yunus. Kalau Yunus di dengar di “angkatan” nya, kenapa Yesus tidak didengar? Mereka menghendaki suatu tanda. “Apa tandanya Tuhan sungguh ada?”. “Apa buktinya Tuhan mencintai saya?” Pertanyaan yang juga pernah ada di hati saya. Ada satu titik saya memilih untuk menjawab dengan pertanyaan balik “Apa bukti/tanda bahwa Tuhan tidak ada?”. Kita tidak bisa menggunakan kecerdasan memahami Tuhan, kita perlu hati yang sederhana untuk dapat menjangkau hadiratNya. Pada waktu itu berkatalah Yesus “Aku bersyukur kepadaMu Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” Mat 11:25 Kalau kita melihat sesuatu barang yang keren, canggih, jelas mutunya bagus, biasanya kita masih bertanya “Made in mana?” Dan di produk kita menemukan TANDA “Made in Japan” dan lain-lain. Di setiap napas yang kita hirup, bahwa hidup adalah misteri, sentuhan kasih keluarga dan sahabat, keagungan matahari terbit dan terbenam, samudra raya dan langit beserta segala isinya, keindahan tumbuhan dan margasatwa, and on and on.. semua itu…“Made in mana? Made in siapa? Made in for what?” Ada Satu Pribadi yang indah, yang adalah cinta, yang mencintai kita, Dialah Tuhan. Dan ini adalah misteri Ilahi, kita perlu hati orang kecil bukan orang pandai untuk bertemu Tuhan. Tidakkah itu cukup jelas? Tuhan ada, Tuhan mencintai kita, apa masih perlu minta tanda? Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1) Setiap kita membuat tanda salib, mari kita ingat … we are made by God, made in love, made to love and glorify Him. Yustina Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 16 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Mintalah Kamis 13 Maret 2014 Mat. 7:7 Ludovikus dr Casoria Est. 4:10a,10c-12,17-19; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8; Mat. 7:7-12 Mintalah maka kamu akan menerima Beberapa bulan yang lalu, saya pergi berlibur ke Woy-Woy (salah-satu keluarga Australia di Sydney). Dari kota Sydney, saya berangkat dengan Kereta api menuju Woy-Woy. Untuk bisa sampai di rumah keluarga tersebut, saya mesti menggunakan taksi atau meminta mereka datang untuk menjemputku di station kereta api. Saya tidak memiliki hand phone, tapi saya di berikan nomor telepon oleh keluarga yang hendak kutinggal di Woy-Woy. Hal yang kulakukan adalah meminta bantuan dari seseorang. Pada saat itu, saya bertemu dengan seorang bapa yang kebetulan memiliki hand phone dan saya meminta bantuanya. Akhir dari cerita itu, saya pun mendapatkan apa yang kuminta dari bapa tersebut yakni menggunakan hp-nya untuk menelpon keluarga di Woy-Woy. Hari ini, Tuhan Yesus dalam injil mengajak umat beriman untuk senantiasa dan berani meminta. Tuhan Yesus mengetahui bahwa meminta bukanlah hal yang mudah bagi orang modern saat ini. Banyak alasan yang membuat kita enggan atau tidak berani meminta sesuatu dari orang lain terutama meminta atau mengharapkan bantuan dari yang Ilahi. Mungkin merasa malu atau takut permintaan kita tidak dikabulkan. Lebih ekstrim lagi kita takut mungkin dihajar orang atau mendapatkan kata-kata yang tidak menyenangkan dari orang lain. Dengan kata lain, pelbagai kesulitan atau persoalan hidup yang dihadapi dewasa ini, kita hanya mengandalkan kemampuan teknologi modern yang diciptakan oleh akal atau intelek manusia. Sadar atau tidak, kemampuan serta kecanggihan hasil ciptaan manusia itu terbatas. Banyak persolan yang dihadapi umat manusia dari dulu hingga kini melampui kesanggupan kita untuk menjelaskan siapa atau apa yang menjadi sumber penyebab dari mala-petaka atau penderitaan di dunia ini. Tuhan Yesus bukan hanya mengajak kita untuk senatiasa meminta tapi Ia memberi contoh melalui teladan hidup dan pelayanan-Nya sendiri. Dalam melakukan misi Bapa-Nya di dunia, Ia mengandalkan serta meminta bantuan dari Bapa-nya ketika menghadapi persoalan misiNya bersama para murid. Ia senatiasa meluangkan waktu atau menyepi untuk mencurahkan isihati-Nya, memohon petunjuk dari Bapa-Nya di surga. Saat ini kita memasuki masa Pra-Paskah, di mana Gereja sejagat meluangkan waktu untuk merenungkan misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus guna menebus serta mendamaikan dunia dengan Bapa di surga. Inilah kesempatan yang terbaik bagi saya dan anda untuk melihat serta merefleksi pelayanan selama ini. Apakah pelayanan kita senatiasa mengekspresikan kasih akan Tuhan dan sesama. Sejauh mana, saya dan anda telah mengikuti teladan Tuhan Yesus dalam misi dan pelayanan kita setiap hari. Marilah dalam masa Pra-Paskah ini, kita memohon rahmat dari Allah Bapa di surga untuk mencurahkan Roh Kudus dalam mengikuti serta melayani Tuhan Yesus dalam hidup seharihari. Fr. Anis, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 17 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Jumat 14 Maret 2014 Rekonsiliasi diri dan sesama Mat 5: 24 “....pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Louisa De Marillac Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26 Pernah suatu ketika, Ibu saya memasak dalam panci presto. Kala itu, adalah pengalaman pertamanya berurusan dengan panci bertekanan tinggi tersebut. Saat “peluit” panci presto itu berbunyi, Ibu kaget dan panik. Cepat-cepat ia mematikan kompor, dan dengan usaha ekstra berusaha membuka panci tersebut, mungkin yg ada di pikirannya saat itu adalah menyelamatkan daging. Well...Ada yang tahu kejadian yang selanjutnya??? Hehehehe Tentu saja, karena itu adalah panci bertekanan tinggi, yang saat itu tekanannya sangat tinggi, begitu dipaksa buka... Duerrrr daging dan bumbu yang ada di dalam panci itu langsung menempel di langit-langit dapur :-D Sama seperti panci presto tersebut, Amarah yang disimpan dalam pikiran kita pun, seberapapun Anda berkilah bahwa itu bukanlah emosi amarah yang besar, lama kelamaan akan semakin menambah tekanan yang ada dalam diri setiap manusia. Dan ketika panci presto (baca : emosi marah) masih dalam keadaan panas dan bertekanan, ketika ada kesempatan terbuka, maka ledakan yang hebat tidak mungkin dihindari. Bisa itu berupa letupan teriakan, bisa itu juga mulai menyakiti fisik kita. Dan dalam keadaan panas dan penuh tekanan, saat itu pastilah telinga kita tidak mampu mendengar suaraNya yang menghibur, sentuhanNya yang menenangkan, dan tanganNya yang menguatkan. Dan pastinya ketika kita ingin mengambil hasil masakan dari panci presto itu, kita harus mengijinkan untuk panci itu menjadi dingin terlebih dahulu, dan tekanannya hilang. Injil hari ini juga mengajak kita untuk rekonsiliasi atau berdamai dahulu. Bukan hanya kepada sesama yang menyakiti atau kita sakiti, mungkin yang jauh lebih susah adalah, kita diajak untuk berdamai dengan diri sendiri. Berdamai dengan semua “devil” dan “angel” yang ada dalam diri kita, sehingga ketika semua “badai” dalam diri berhenti, kita bisa lebih jelas mendengar suara merduNya yang senantiasa ada dan menyertai kita. Kita bisa lebih lagi merasakan sentuhan tangan kasihNya, yang setia bersama kita, dan juga kita bisa lebih jelas melihat kehendakNya untuk perutusan kita di dunia ini. Daniel Anugroho, S.E, C.Ht-QHI Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 18 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Menjadi Sempurna Klemens Maria Hofbauer Ul 26:16-19, Mzm 119:1-2,4-5,7-8, Mat 5:43-48 Sabtu 15 Maret 2014 Mat 5:48: Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Sempurna, adalah sebuah kata yang sangat luar biasa, karena semua orang sangat ingin memiliki/ menjadi sempurna, coba saja simak, pasangan pengantin menginginkan pesta pernikahan yang sempurna, rumah tangga yang sempurna, dan anak-anak yang sempurna. Para designer juga menginginkan hasil karya yang sempurna, para celebriti mengeluarkan puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk menyempurnakan penampilannya melalui operasi plastik.. Dalam injil hari ini Yesus juga mengatakan ;” Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna........... .,tetapi untuk dapat menjadi sempurna secara duniawi saja sudah sangatlah sukar karena di dunia ini ada berbagai macam pendapat dan selera yang berbeda, apalagi untuk menjadi sempurna seperti Bapa di surga, rasanya adalah suatu hal yang mustahil, namum karena ini adalah perintah Tuhan Yesus dan kita adalah anak-anak Bapa maka kita mau belajar dan berusaha untuk menjadi sempurna. Bapa adalah Kasih maka ukuran kesempurnaanNya adalah Kasih, karena demikian besar kasihNya kepada dunia ini maka Ia rela mengaruniakan AnakNya yang tunggal, untuk menderita hingga wafat di kayu salib demi keselamatan umat manusia. Manusia diciptakan untuk tujuan dan tugas yang berbeda namum demikian yang namaNya Kasih itu cuma satu. Ada yang mendapat tugas yang sederhana dan mudah namum ada juga yang mendapatkan tugas yang berat dan sulit, sesuai dengan talenta masing-masing. Tuhan tidak menilai keberhasilan tugas yang diberikan kepada kita hanya dari yang dapat dilihat oleh mata jasmani tetapi terlebih lagi oleh sikap hati kita dalam melaksanakannya. Beata Ibu Teresa dari Kalkuta mengatakan :” Do small things with great Love” ....”do it with yesus, thru Yesus and for Yesus....” Jadi yang menjadi ukuran keberhasilan di mata Bapa adalah berapa banyak kasih yang kita berikan dalam menjalankan tugas kita, mungkin tugas kita cuma mengepel lantai, tapi jika kita melakukannya bersama Yesus dan untuk Yesus maka kita akan melakukannya dengan seluruh hati, penuh kasih dan sukacita. Mungkin hasil pengepelan itu untuk sebagian orang dianggap kurang bersih tapi kesempurnaan bukanlah keadaan yang tanpa cacat cela melainkan sikap hati yang penuh kasih yang rela berbagi dengan siapa saja. Bapa itu adalah Kasih dan kita adalah anak-anakNya maka Kasih merupakan jiwa dari jati diri kita sebagai murid Kristus, karena tanpa Kasih semua talenta yang kita miliki dan tugas yang kita lakukan tidak ada artinya karena kita tidak akan dapat mempergunakan dan melakukannya dengan baik dan sempurna. Doa: Tuhan Yesus tolong kami untuk menjadi sempurna sesuai dengan kehendakMu dengan belajar untuk melaksanakan tugas kami yang sederhana maupun yang sulit bersamaMu, melauiMu dan untukMu dengan sepenuh hati dan sukacita. Amin. Betty Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 19 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Anak yang dikasihi Bapa Minggu 16 Maret 2014 Mat 17:5, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Kej. 12:1-4a; Mzm. 33:4-5,18-19,20,22; 2Tim. 1:8b-10; Mat. 17:1-9 Suara Allah Bapa dalam kisah transfigurasi yang didengar oleh ketiga murid Yesus yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes sama persis dengan kisah pembaptisan Tuhan Yesus oleh Yohanes pembaptis. Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan, terdengarlah suara dari langit, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Dari kedua kisah yakni pembaptisan dan transfigurasi, sangatlah jelas bahwa Yesus adalah “Anak yang dikasihi” oleh Allah Bapa dan kita diajak untuk mendengarkanNya. Nah, kalau dihubungkan dengan pembaptisan yang kita terima entah itu waktu bayi atau baptisan dewasa, kita juga seperti Yesus, yakni menjadi anak-anak Allah yang dikasihi oleh Allah Bapa sendiri. Nah, demikian pula kalau dalam kisah transfigurasi, kita juga “berubah” seperti wajah Yesus yang berubah bersinar cerah. Dalam kisah transfigurasi kita diajak untuk berubah menjadi “serupa” dengan Yesus dengan mencontoh perkataan dan perbuatanNya dalam kehidupan kita sehari-hari. Khususnya dalam masa prapaskah ini kita diajak untuk meninggalkan segala kegelapan dalam hidup kita dan memeluk “Terang Kristus” sehingga kitapun mengalami “transfigurasi” seperti Kristus sendiri. Nah, kalau hidup kita benar sesuai dengan kehendak Allah, seperti Yesus sendiri yang didengarkan oleh para pengikutNya, kitapun akan didengarkan oleh orang yang percaya akan Kristus melalui kesaksian hidup kita sehari-hari. Kalau setiap orang yang percaya kepada Yesus mengikuti setiap ajaran kasihnya, seluruh dunia ini akan berkata seperti Petrus, “Alangkah bahagianya kita tinggal di tempat ini. Mari kita dirikan tenda.” Menjadi tantangan bagi kita khususnya di masa prapaskah ini adalah apakah kita bisa berubah seperti Kristus sehingga kita bisa mengubah dunia ini? Jawabannya ada pada Anda sekalian. Amin Rm. Vincent, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 20 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Kemurahan Hati Bapa Senin 17 Maret 2014 Luk 6: 36 Patrisius Dan. 9:4b-10, Mzm. 79:8, 9, 11,13, Luk. 6:36-38 “… sama seperti Bapamu adalah murah hati” Menimba rahmat dalam masa prapaskah adalah undangan bagi setiap orang Katolik. Setiap kita membutuhkan rahmat Allah yang menyertai dan menuntun semua aktivitas hidup kita, menjadi sumber kekuatan dan harapan untuk menghadapi setiap tantangan ataupun kesulitan, terutama membawa kita menemukan kembali kedamaian dan ketenangan di tengah situasi apapun dalam hidup keseharian. Rahmat khusus yang ditawarkan bagi kita hari ini kita temukan dalam komunitas umat beriman, dalam komunitas kita masing-masing. Saat mengakhiri kotbah di bukit, setelah mengajarkan tentang kasih kepada sesama dalam lingkup yang luas, Yesus memberi beberapa contoh nyata bagaimana mengasihi sesama anggota komunitas. Figur teladan yang Ia berikan bagi para murid adalah Allah Bapa. Karena Bapa yang penuh kasih suka mengampuni, demikian seharusnya setiap murid Kristus. Tidak saja memiliki toleransi dan pengertian akan kelemahan sesama, tetapi lebih dari itu perlu bertumbuh dalam ketulusan hati yang menginginkan kebaikan dan keselamatan sesama. Bila Bapa tidak menghakimi dan menghukum untuk membinasakan, melainkan selalu mencari untuk menyelamatkan, seorang murid Kristus juga seharusnya memiliki sikap yang sama. Bukan hanya membatasi diri untuk tidak berprasangka buruk terhadap sesama, tetapi juga bertekun untuk bersabar dan menjadi saluran kesabaran hati Allah. Bila Bapa selalu memberi dengan berlimpah, tanpa membuat perhitungan terlebih dahulu, murid Kristus seharusnya meneladaniNya tidak saja dalam berbagi dengan yang berkekurangan, tetapi terutama memberi dengan gembira, karena kemurahan hati adalah wujud kehadiran Allah di tengah kita, gambaran wajah Allah Bapa. Kemurahan hati Bapa adalah pusat dan sumber rahmat bagi setiap anggota komunitas yang mengalir dari satu anggota kepada anggota yang lain. Komunitas umat beriman adalah tempat Allah mencurahkan kelimpahan rahmat kepada anak-anak-Nya. Bagi setiap kita bukanlah hal yang mustahil memberi dan menerima setiap rahmat cuma-cuma yang telah disediakan oleh Bapa, bila kita mau sehati, terbuka pada karya kasih Allah dalam setiap kesempatan, tanpa menunggu dan menunda-nunda. Ya Bapa, bukalah hati kami dan arahkanlah pada kemurahan hati-Mu agar kami terhindar dari keegoisan, amarah, prasangka terhadap sesama saudara dan menjadi saksi nyata kasih-Mu bagi setiap orang, demi Kritus Tuhan kami, Amin. Sr. Maria Benedicta, OSB Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 21 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Rendah Hati Selasa 18 Maret 2014 Matius 23:12 “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Sirilus dr Yerusalem, Marta Yes. 1:10,16-20; Mzm. 50:8-9,16bc17,21,23; Mat. 23:1-12 Perkataan Yesus di Injil Matius ini mengingatkan saya kembali akan citra pelayan yang sesungguhnya. Yesus berkata, “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (ayat 11). Hal ini dikatakan oleh Yesus karena sikap munafik yang sering ditunjukkan oleh para Ahli Kitab dan orang Farisi pada waktu itu. Dalam kisah ini, Yesus menentang orang Farisi dan Ahli Taurat. Dia mengutuk mereka. Mereka ingin dilihat sebagai orang yang sudah lebih dekat kepada Allah daripada yang lain. Yesus menunjukkan fakta bahwa orang-orang demikian justru tidak melakukan apa yang mereka katakan. Orang-orang seperti ini berlindung di bawah simbol-simbol agama dan bangga menunjukkan kalau mereka adalah orang saleh. Seringkali mereka hanya menunjukkan dan membuat peraturan-peraturan yang didasarkan pada dalih surgawi yang ternyata mereka sendiri tidak patuhi. Mereka juga suka dipanggil Rabi dan sering memperingatkan orang kalau tidak memanggil mereka berdasarkan gelar tersebut. Karena itu Yesus memperingatkan para murid untuk mendengarkan perkataan mereka tetapi tidak meniru perbuatannya (ay. 8). Karena itu Yesus memperingatkan para muridnya bahwa salah satu ciri dari pelayan yang benar adalah memiliki kerendahan hati. Di sini Yesus hendak menekankan para murid untuk menjadi penolong / pelayan masyarakat. Yesus menekankan sikap rendah hati, menyangkal diri, dan mengikat diri dalam kasih. Perkataan Yesus kali ini mengingatkan kita semua mengenai citra ‘pelayan Kristus’ yang harus merendahkan diri dan juga mampu melakukan apa yang mereka katakan karena itu adalah ciri seorang pemimpin yang melayani. Yudi Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 22 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Teladan St. Yoseph Rabu 19 Maret 2014 Hari Raya St. Yusuf, Suami SP. Maria 2Sam. 7:4-5a,12-14a,16; Mzm. 89:23,4-5,27,29; Rm. 4:13,16-18,22; Mat. Matius 1:21 “Ia akan melahirkan anak laki laki dan engkau akan menamakan dia Yesus Hari ini kita merayakan Hari Raya St Yoseph,yang tidak lain adalah suami St Perawan Maria. Dalam Injil sedikit sekali St Yoseph ditampilkan, namun peranan St Yoseph sangat penting karena dialah yang diberi kepercayaan oleh Allah untuk merawat, menjaga dan mendidik Yesus sejak lahir sampai dewasa. Keteladanan,kepatuhan St Joseph kepada Tuhan bisa dilihat pada saat dia taat kepada suara Tuhan yg didengarnya dalam mimpinya. Walaupun sebelumnya ada terbersit dalam hatinya untuk menceraikan Maria yang telah hamil sebelum dinikahinya, tapi ketaatannya kepada Tuhan membuat dia mengambil keputusan untuk tetap menikahi Maria. Dan banyak sekali penderitaan yang harus dialaminya, karena raja yang berkuasa saat itu tidak ingin ada Messias yang lahir di negerinya. Setelah lepas dari usaha pembunuhan, merawat bayi sampai dewasa bukanlah pekerjaan yang mudah. Dulu di India ada bayi yang dipelihara oleh kawanan serigala, dan tingkah laku serta tindak tanduk sibayi setelah dewasa perilakunya persis seperti serigala. Jalan merangkak dan makan daging mentah seperti binatang buas. Apabila kita lihat bagaimana Yesus yang seratus persen manusia ternyata bertumbuh dengan baik tanpa cela, maka kita dapat mengambil kesimpulan ,peranan St Yoseph dan Maria dalam merawat,memelihara, mendidik Yesus sungguh sangat besar. Karena itu tidaklah salah jika umat Katolik menghormati St Joseph sebagai pria kudus, teladan dan pelindung bagi setiap pria Katolik yang mau terus hidup didalam Tuhan. Dan juga sebagai pelindung kesatuan kasih suami isteri, kesucian pernikahan yang bersifat monogami tak terceraikan sepanjang hayat dikandung badan. Karena itu marilah kita semua pada hari raya St Joseph ini kita berusaha untuk lebih saling mengasihi satu sama lain dan menjadikan kehidupan keluarga Nasareth, sebagai teladan kita dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan cobaan dan tantangan .Amin. Iwan Setiawan. Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 23 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Kamis 20 Maret 2014 Persaudaraan di tempat sampah Luk 16:20 “Ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh borok ....” Yer. 17:5-10; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 16:19-31 Dua tahun lalu saya diajak pergi ziarek bersama satu lingkungan paroki tetangga. Kami semua naik bis besar ber AC berangkat dari Jakarta yang berada di Jawa Barat. Kami berencana mengunjungi gua-gua Maria sampai ke Jawa Timur. Suatu hari bis kami berhenti parkir persis didepan tempat sampah yang besar berukuran kira kira 2 kali 2 meter. Kami baru saja selesai makan siang diperjalanan supaya bisa mengirit waktu. Beberapa tidak habis makannya mungkin karena mual walaupun menunya enak menurut saya: nasi tempura dan ayam goreng dengan kecap asin dan sambelnya! Saya mengumpulkan box box itu supaya bisa dibuang di tempat sampah itu. Ketika saya turun ada seorang bapak tua yang sedang berdiri didalam tempat sampah yang lumayan kosong dan berwarna kehitaman itu. Saya mencoba untuk tidak menunjukkan rasa jijik saya karena bau dan kotornya tempat itu. Kelihatannya dia sedang mencari sesuatu yang masih bisa dipakai atau dimakan. Saya terdorong untuk memberikan box box makanan sisa itu padanya. Hati saya senang karena kami bertemu muka dan dia mau menerimanya. Dia tidak berkata apa apa. Tetapi kelihatan rasa syukur di wajahnya yang lelah itu. Mungkin dia dan keluarganya belum makan hari ini. Sekarangpun masih ada sedikit rasa penyesalan di hati saya karena tidak bisa memberikan yang lebih baik. Porsi saya sendiri sudah habis dilalap waktu itu padahal saya tidak terlalu lapar. Hanya sedikit makanan sisa teman teman yang lain. Pertemuan ini sangat membekas dihati saya. Ada rasa takut juga. Pikir saya, saya harus bersiap diri melalui panasnya api pencucian seperti orang kaya di Injil kita hari ini. Sepertinya saya disadarkan bahwa di dunia ini saya sering menikmati yang enak enak dan lupa akan saudara saudari saya yang sangat menderita seperti si bapak tua ini. Pengalaman ini mengajarkan bahwa dilubuk hati saya yang terdalam ada suatu kerinduan. Apakah kerinduan itu? Di hari perdamaian Dunia tanggal 1 Januari 2014 Paus Fransiskus memberikan pesannya yang berjudul “Persaudaraan, Fondasi dan Jalan Menuju Perdamaian .” Pesan beliau yang berikut menjelaskan kerinduan yang saya rasakan saat bertemu bapak tua itu: “Di hati setiap pria dan wanita ada keinginan untuk kehidupan yang penuh, dengan kerinduan besar untuk persaudaraan yang membawa kita kepada semangat kebersamaan dengan orang lain dan memungkinkan kita untuk melihat mereka bukan sebagai musuh atau saingan, tetapi sebagai saudara dan saudari yang patut diterima dengan tangan terbuka.” Frater David Lemewu mgl Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 24 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Hidup hanya “Pinjaman” Kej. 37:3-4,12-13a,17b-28; Mzm. 105:16-17,18-19,20-21; Mat. 21:33-43,45-46 Jumat 21 Maret 2014 Mat 21:43 “Jadi ingatlah,” kata Yesus, “semua hak sebagai umat Allah akan dicabut daripadamu dan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menjalankan perintah-perintah Allah” Kisah Yesus hari ini menarik, bercerita tentang tuan tanah yang meninggalkan kebun anggurnya kepada hamba- hambanya ketika ia pergi ke negara lain, namun hamba hambanya malah mengkhinati dan menginginkan kebun itu untuk dirinya sendiri. Saya jadi teringat cerita perseteruan Wakil gubernur DKI, Ahok dengan warga yang tinggal di tanah pemerintah. Warga yang sudah diberi ‘hati’, dibiarkan menggunakan tanah negara untuk tinggal, malah berbalik menyerang ‘pemilik tanah’. Cerita ini, banyak terjadi ketika tanah seseorang di pinjamkan untuk ditempati orang lain, tapi ketika diminta kembali, sangat sulit dan menjadi perkara. Mungkin kita juga pernah menginginkan barang orang lain yang saat ini sedang ‘dipinjamkan’ kepada kita. Pernah pinjam barang, lalu ‘lupa’ mengembalikannya ? Saya pernah. Hidup kita juga sebenarnya hanya ‘pinjaman’ dari Tuhan, jadi ketika Tuhan meminta hidup kita, kapan pun, kita harus siap mengembalikannya, bukan mempertahankannya. Salam, Jeff Kristianto Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 25 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Cinta yang tak terbatas Sabtu 22 Maret 2014 Lukas 15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Mi. 7:14-15,18-20; Mzm. 103:1-2,3-4,9-10,11-12; Luk. 15:1-3,11-32 Hari ini kita telah mendengarkan kisah Injil tentang perumpamaan tentang Anak Yang Hilang. Di sana diceriterakan bagaimana seorang anak bungsu yang meminta bagian harta milik yang menjadi bagiannya. Bapanya lalumemberikan apa yang diminta oleh si bungsu itu. Lalu si bungsu itupun menjual semua harta yang diberikan itu dan pergi ke negeri yang jauh. Di sana dia memboroskan harta miliknya itu dengan berfoya-foya. Setelah dia menghabiskan semuanya, timbullah bencana kelaparan di seluruh negri itu dan iapun tidak mempunyai apa-apa untuk hidup. Dia berusaha mencari akal untuk bisa hidup. Namun kenyataannya dia tidak mempunyai daya. Lalu dia menyadarkan diri dan ingin berbalik kepada bapanya. Ketika bapanya melihat anaknya dari jauh, dia berlari mendapatkan dia. Dia memeluknya danmembawanya kembalike rumah. Anak itupun dengan perasan yang bersaha ingin mengaku kepada bapanya dan meminta ampun. Namun bapanya tidak mengatakan sepatah kata. Dia berkata kepada hamba-hambanya untuk memakaikan anaknya sebuah jubah yang baru, cincin di tangannya dan sandal di kakinya. Orang ini ingin mengingatkan anaknya bahwa, jubah adalah identitas diri bahwa dia adalah anaknya. Cincin mengingatkan anak itu akan janji cinta yang tatk terbatas padanya sebagai anaknya. Sandal mengingatkan si bungsu bahwa dasar dari hidupnya adalah cinta dari sang bapa. Marilah kita renungkan perikop ini. Kita seringkali berlari jauh dari Tuhan. Tetapi apapun dosa-dosa kita, beras atau kecilnya dosa-dosa kita, kita adalah anak-anakNya. Dia ingin memakaikan jubah yang baru karena telah dinodai oleh dosa-dosa kita. Kita telah meingkar janji itu. Tetapi Dia selalu setia. Kita selalu lupa akan cinta itu. Namun lewat salib Allah ingin mengingatkan kita bahwa dasar hidup kita adalah cintaNya yang tak terbatas Rm. Joseph, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 26 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Tuhan yang Sabar Kel. 17:3-7; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; Rm. 5:1-2,5-8; Yoh. 4:5-42 Minggu 23 Maret 2014 Yoh. 4:23 “Kami percaya … sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dialah benar-benar juru selamat Dunia Setelah saya membaca dan merenungkan kisah Yesus yang ngobrol bersama perempuan Samaria ini, saya dihadapkan pada kenyataan bahwa Tuhan yang kita sembah ini adalah Tuhan yang sabar. Dengan lembut dan sabar Yesus mengungkapkan siapa sebenarnya Dia dan untuk apa Dia datang ke dunia dan menjadi manusia. Yohanes menampilkan perempuan samaria yang mengambil air di siang hari, waktu yang sangat tidak wajar untuk menimba air. Biasanya para perempuan mengambil air di pagi hari dan bergerombol bersama teman-temannya sambil bertukar gossip terbaru. Perempuan ini memang ternyata punya reputasi sebagai perempuan yang tidak baik. Dia punya lima suami dan bahkan saat ia ngobrol dengan Yesus, ia tinggal serumah dengan laki-laki yang bukan suaminya. Jangankan Yesus, murid-murid Yesus sendiri pun tahu bahwa perempuan ini bukanlah perempuan baik-baik (Yoh. 4:27). Tetapi kemudian Yesus sendiri menjelaskan bahwa untuk orang-orang seperti inilah Dia datang ke dunia, itulah makanan-Nya, yaitu melakukan kehendak Dia yang mengutus-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34) merubah pendosa menjadi pewarta, seperti perempuan samaria ini yang kemudian meninggalkan tempayan airnya di sumur dan kemudian kembali ke kota menyampaikan kepada penduduk kota bahwa ia telah bertemu Kristus (Yoh. 4:28-29). Inilah Allah kita, Allah yang merubah pendosa menjadi pewarta dengan kasih dan kesabaran-Nya. Melalui Kristus, Allah mengasihi kita apa adanya, dan selama kita membiarkan-Nya mengasihi kita, kita pun pasti diubah dari yang tadinya pendosa menjadi pewarta, dari yang tadinya penakut dan tidak layak menjadi berani dan tidak malu lagi mengaku jujur bahwa aku adalah pendosa yang dikasihi Kristus. Sosok perempuan samaria memang sengaja dipilih Yohanes untuk menjelaskan bahwa siapa pun bisa menjadi misionaris atau pewarta. Yang terpenting bukan pendidikan atau kesucian hidup seseorang, tetapi keterbukaan hati tiap orang untuk menerima karya kasih Allah dalam diri mereka itulah yang menjadi ukuran kita untuk menjadi pewarta kabar baikNya di dunia ini. Paus Fransiskus, dalam surat apostoliknya Evangalium Gaudium menegaskan tugas utama kita sebagai murid Kristus untuk menceriterakan karya keselamatan Allah yang kita alami dalam Kristus melalui Gereja, itulah yang perlu kita ceriterakan kepada tiap orang yang kita jumpai dalam hidup kita sehari-hari. Kita tidak dipanggil untuk menjadi murid-murid Kristus bukan untuk cari aman, atau selamat sendiri, tetapi untuk keluar mewartakan apa yang Tuhan telah buat dalam hidup kita, supaya orang lain pun diselamatkan, supaya orang lain pun mengalami Kasih Allah seperti yang kita alami, kasih yang menyembuhkan, kasih yang menyelamatkan, kasih yang membahagiakan. Rm. Wenz, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 27 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Senin 24 Maret 2014 Datang, Percaya dam Lakukan! 2Raj.5:10 Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan: “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan , maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” 2 Raj. 5:1-15a; Mzm. 42:2,3; 43:3,4; Luk. 4:24-30 Sejujurnya, ketika saya menulis renungan di Fresh Juice ini, saya menghindari kitab - kitab perjanjian lama, karena menurut saya bahasa nya agak susah dimengerti, tapi saya penasaran dengan kisah Namaan ini, makanya saya search ceritanya di internet. Namaan adalah seorang panglima pasukan Raja Siria. Dia begitu dihormati oleh rajanya karena sering memenangkan pertempuran di medan perang. Namun ia terkena kusta. Istrinya berusaha menyembuhkannya, sampai suatu hari pelayan istrinya memberitahu bahwa ada seorang nabi di Israel yang dapat menyembuhkan penyakit kusta suaminya. Singkat cerita Namaan pergi ke Israel untuk menemui nabi itu, yaitu Nabi Elia. Tapi alangkah kecewanya ia ketika Elia tidak mau menemuinya, hanya mengirim utusannya kepada Namaan untuk bilang,”Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan , maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” Namaan begitu marah dan memutuskan pulang. Dia mengharap Elia akan melakukan pekerjaan luar biasa atau dengan cara - cara penyembuhan yang dramatis sehingga penyakitnya sembuh, bukan dengan menyuruhnya mandi di sungai. Sudah banyak sungai - sungai lainnya yang dia datangi dan mandi di sana sebelumnya, tapi tetap saja kustanya masih ada. Apa hebatnya Sungai Yordan dibandingkan yang lain? Namun, anak buahnya berkata, “”Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.” Dengan panas hati, akhirnya Namaan mandi juga di Sungai Yordan seperti perintah Elia. Dan sembuhlah dia. Dia bersukacita, “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel.” Pelajaran untuk kita adalah, kadang kita seperti Namaan ketika kita dihadapkan pada masalah hidup yang tidak kunjung usai, tidak hanya saat kita mengharap kesembuhan atas penyakit yang tak kunjung sembuh seperti dia, tapi juga masalah keuangan, mencari pasangan hidup, ataupun mendambakan keturunan dalam keluarga. Banyak cara kita sudah coba, tapi mentok semuanya. Akibatnya, ketika tangan Tuhan bekerja di waktuNya yang tepat untuk kita lewat caraNya, ada rasa ragu dan ketidakpercayaan. Kita mulai berpikir dengan jalan pikiran kita sendiri, tanpa sadar mengharapkan bahwa solusi dari semua masalah ini adalah sesuatu yang luar biasa yang Tuhan sanggup lakukan, sesuatu yang dramatis. Well, Tuhan bukan Drama King. Tanpa melakukan tindakan aneh - aneh pun, sekali Tuhan menjentikkan jariNya pada kita, apapun bisa terjadi. Jika kita ingin diselamatkan, buang segala fantasi kita yang kita sangka Tuhan akan lakukan itu untuk menyelamatkan kita. Cukup datang padaNya dan percaya hanya Dia satu - satuNya yang mampu mengangkat segala beban kita. Jangan menaruh target pada Tuhan. Tuhan yang paling tahu semua jawaban atas kalimat pertanyaan APA,KAPAN,DIMANA,SIAPA,BAGAIMANA,MENGAPA, yang kita ajukan. STOP mengeluh Tuhan tidak mendengar dan menjawab doa kita. Cukup DATANG, PERCAYA, dan LAKUKAN! Di dalam nama Tuhan kita, semua mungkin terjadi! Maia Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 28 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Hamba Tuhan Hari Raya Kabar Sukacita Yes. 7:10-14; 8:10; Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,11; Ibr. 10:4-10; Luk. 1:26-38 Lukas 1:38 Selasa 25 Maret 2014 Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan...” Pada bacaan hari ini, kita diajak untuk meneladani Bunda Maria sebagai hamba Tuhan. Bunda Maria mengikuti segala kehendak Tuhan dan percaya bahwa kehendak Tuhan itu adalah rancangan damai sejahtera. Tuhan memilih Bunda Maria dan menyertai dia dalam seluruh hidupnya. Dia tidak pernah membiarkan Bunda Maria sendirian dalam menjalani hidupnya. Maria tidak takut menjalani panggilannya sebagai hamba Tuhan, sejak ia mengandung Yesus sampai peristiwa Yesus disalib. Kepercayaan Maria akan kasih karunia Allah menyebabkan dia dapat ambil bagian secara utuh dalam aneka peristiwa keselamatan yang diperankan Yesus putranya. Demikian juga halnya pada diri kita masing-masing, Tuhan memilih individu kita masingmasing untuk aneka tugas panggilan atau pelayanan yang dipercayakan Nya kepada kita. Dia memilih kita karena Dia mengasihi kita, Terkadang tugas panggilan itu terasa berat dan kita merasa tidak mampu menjalankannya. Kita merasa bahwa panggilan atau pelayanan itu mustahil untuk kita kerjakan. Tapi bagi Allah tidak ada yang mustahil (Lukas 1:37). Janganlah kita pernah mengerjakan sesuatu atas dasar kekuatan sendiri dan terlalu percaya diri sehingga lupa bahwa Allah kita adalah Allah yang luar biasa. Marilah kita memohon kepada Tuhan dengan perantaraan Maria Bunda Yesus agar kita semakin berpasrah diri kepada Dia yang memanggil dan memilih kita untuk beriman dapada Nya. Kita telah beroleh kasih karunia Allah, maka marilah kita menyerahkan diri kita kepada- Nya. -Santo- Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 29 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Belajar SepertiMU Rabu 26 Maret 2014 Matius 5:17 “....Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” UI 4:1, 5-9; Mzm 147:12-13, 15-16, 19-20; Mat 5:17-19 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Setiap aspek kehidupan kita tentunya ada peraturan yang berlaku. Menjadi warga negara ada aturan yang harus kita ikuti. Dalam dunia pekerjaan, hidup bertetangga, hidup menggereja, dan di dalam hidup berkeluarga pun pasti ada aturan yang berlaku dan harus ditaati. Terkadang saat kita mendengar sebuah aturan, sebelum kita menjalaninya, mungkin terlihat wah dan peraturan ini berlebihan. Peraturan yang itu terlalu mengekang atau mungkin juga peraturan yang ini tidak sesuai dengan kemauan saya. Masih banyak alasan lagi, saat kita mendengar peraturan-peraturan dalam kehidupan ini. Ketika pertama kali memutuskan ingin bergabung dalam komunitas, banyak sekali pertimbangan yang saya pikirkan. Bagaimana cara membagi waktu, bagaimana jika setelah bergabung saya tidak bisa mengikuti kegiatan-kegiatan komunitas, dan masih banyak lagi. Setelah menjadi anggota komunitas, selain kegiatan rutin seperti gathering, celebration meal, sharing group dan formation teaching, ternyata ada salah satu kegiatan yang bagi saya merupakan salah satu dari kekuatan komunitas yaitu puasa bersama. Karena sebelumsebelumnya saya tidak pernah berpuasa, saya ragu. Apakah bisa saya puasa?. Menahan godaan untuk tidak ngemil, hanya makan kenyang sekali, apalagi harus menahan emosi, karena tidak pernah tahu siapa dan apa yang akan di temukan sepanjang hari puasa. Doa adalah kekuatan. Begitu juga dengan aturan-aturan dalam hidup kita, sebelum mencoba untuk menjalankannya kita tidak pernah tahu, bisa atau tidak kita menjalaninya. Dalam bacaan injil hari ini, Tuhan sendiri berkata Dia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan menggenapinya. Apa yang tertulis dalam hukum taurat, tidak diganti ,ataupun di hapus. Melainkan Tuhan sendiri menggenapi apa yang tertulis dalam hukum Taurat. Mari kita belajar seperti Tuhan Yesus. Saat peraturan, hukum atau pun keadaan dalam hidup kita, tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan,terima dan jalani saja dengan iman, dan percaya bahwa Bapa sendiri akan menyertai kita melewati setiap hal dalam hidup kita. Selamat menjalani masa prapaskah di minggu ketiga ini, Dia lahir bagi kita, Dia mati bagi kita, dan Dia juga akan bangkit bagi kita. Hilda Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 30 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Keluar dari Pandangan Sempit Yer. 7:23-28; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; Luk. 11:14-23 Kamis 27 Maret 2014 Luk. 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan Hari ini Tuhan Yesus mengingatkan seluruh pengikut-Nya untuk merenungkan arti dari sabdaNya, teristimewa dalam ayat yang kupilih untuk refleksi kita kali ini. Sejak berusia dua bulan saya sudah menjadi pengikut-Nya melalui sakramen permandian dalam gereja Katholik. Sejak itu pulalah, langsung atau tidak langsung, saya bersedia untuk bekerja sama denganNya serta semua orang yang berkehendak baik dalam membangun kerajaan Bapa di dalam hidup dan pergaulanku sehari-hari. Kata-kata Tuhan Yesus di atas, sangat cocok atau tepat dengan pengalaman perayaan Natal bersama yang dialami oleh umat Kristiani di kelurahan Sukorejo, kecamatan Gunungpati, Semarang tanggal 12 Januari 2014 lalu. Perayaan itu diprakarsai Bapa Haji Yusmin dan didukung oleh Bapa Pius Heru Priyanto. Berikut ini adalah kutipan ucapan dari bapak haji Yusmin, “Awalnya itu karena saya melihat kok tidak ada perayaan Natal bersama di kelurahan ini, makanya saya ajak Pak Pius Heru Priyanto yang kebetulan beliaunya ini di bidang kerohanian umat nasrani di LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan). Saya sendiri ketuanya, panitianya ya akhirnya cuma berdua, ujarnya”. Berita ini bisa dibaca dalam Kompas Rabu (15/1/2014), atau UCAN – Indonesia News letter 16 Januari 2014. Perayaan itu dengan tema “ Spiritualitas yang Menyehatkan” mendapat sambutan yang baik atau positif baik oleh bapak lurah setempat, tokoh-tokoh masyarakat serta masyarakat pada umumnya dalam wilayahnya. Kegiatan tersebut di atas direncanakan akan menjadi agenda tahunan bagi kelurahan setempat. Bertolak dari pengalaman di atas, secara langsung atau tidak saya merasa ditantang untuk melihat cara-hidupku selama ini sebagai orang Katolik sekaligus sebagai biarawan. Kadangkala entah secara langsung atau tidak langsung, saya bersikap cuek dan malasmalasan untuk bekerja sama dengan orang lain atau melakukan hal yang baik dan berguna bagi komunitas meski dalam hal kecil dan sederhana sekalipun. Tuhan Yesus hari ini mengundang saya dan anda untuk keluar dari pandangan dan pemikiran yang sempit atau egois. Ia menghendaki agar kita mau dan dapat bekerja sama dengan siapa-saja yang berkehendak baik dalam membangun kerajaan Bapa, Putra dan Roh Kudus di bumi ini. Marilah dalam masa Pra-Paskah ini, dengan rendah hati memohon rahmat dari Tuhan Yesus supaya kita semua bisa keluar dari kurungan yang saya dan ciptakan yang mungkin membuat kita tidak bertumbuh dan berkembang sebagai putra dan putri Bapa di surga, saudara dan saudari Tuhan Yesus atau menjadi tempat tinggal Roh Kudus. Fr. Anis, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 31 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Jumat 28 Maret 2014 Tetap Tinggal Dalam KasihNYA Mrk 12 : 80 “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” Hos. 14:2-10; Mzm.81:6c-8a,8bc-9, 10-11ab,14,17; Mrk. 12:28b-34 Kisah bangsa Israel dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian, tetapi mereka “menjadi putus asa dalam perjalanan”. Yang menarik adalah bahwa Tuhan yang memimpin mereka, jadi tidak mungkin mereka tersesat. Tetapi, karena mereka begitu mudah putus asa, mereka merasa tersesat. Sedikit demi sedikit mereka melemah. Kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang baik yang mengasihi Tuhan. Mereka telah mengalami dan melihat kemenangan besar atas penyertaan Tuhan di masa lalu. Namun akhirnya mereka kehilangan semangat menuju tanah perjanjian,”Lupakan saja, mari kita kembali ke Mesir. Perjalanan ini tidak akan berhasil.” Apa yang terjadi? Mereka tidak lulus ujian keputusasaan. Tidak peduli seberapa berhasilnya kita dimasa lalu, cepat atau lambat akan ada kesempatan untuk melepaskan kebahagiaan dan menjadi putus asa. Saat ini mungkin kita sedang menghadapi masalah dan kemunduran, tetapi perlu kita ingat, Tuhan masih memimpin jalan kita. Ia telah memberikan kekuatan untuk berada ditempat kita dengan sikap yang baik. Akan ada perlawanan dalam perjalanan menuju tujuan hidup kita. Itu mungkin memakan waktu yang cukup lama dari yang kita harapkan. Tetapi apapun tantangannya, kita harus sadar bahwa pada sisi lain dari keputusasaan itu menunggu tingkat baru dari tujuan hidup kita. Ketika kita lulus ujian, selalu akan ada berkat Tuhan menanti. Kadang kala kita dicobai dengan keputusasaan, kelihatannya Tuhan diam. Kita berdoa dan tidak mendengarkan apapun, kita membaca firman dan kita merasa seolah-olah Tuhan jutaan mill jauhnya. Tidak ada perubahan apa-apa. Tetapi ingatlah bahwa ini adalah Ujian. Saat kita bersekolah guru tidak pernah berbicara selama ujian berlangsung. Mereka hanya berdiri dan memperhatikan selama jalannya ujian. Guru mempersiapkan kita berhari-hari sebelum ujian. Seringkali menambah jam pelajaran dengan tujuan agar kita berhasil. Mereka tahu kita telah dipersiapkan, sekarang saatnya untuk melatih apa yang telah dipelajari. Demikian pula Tuhan bekerja dengan cara yang sama seperti para guru. Ketika Ia diam, Dia ada disana seperti para guru ketika kita ujian. Ia tidak akan memberikan ujian kalau Ia tidak tahu kita sudah siap. Latihlah apa yang telah dipelajari. Tetap beriman dan percaya, Tuhan akan memunculkan hal-hal dalam diri kita bahkan yang kita tidak tahu ada dalam diri kita. Tetaplah berbahagia dan berpengharapan. Sehingga apapun keadaan yang sedang kita alami tidak akan menghalangi kita untuk merasakan kasih Tuhan, baik dalam kondisi yang penuh berkat ataupun dalam masa pencobaan, kita tetap bisa mengasihi Tuhan dalam segala kondisi apapun. Pertolongan kami ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Musim yang baru akan datang, hubungan yang baru, kesempatan yang baru. Bersiaplah untuk hal-hal yang baru yang akan dilakukan oleh Tuhan. Tetaplah tinggal didalam kasihNya.. Lulu Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 32 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Curhat pada Tuhan Sabtu 29 Maret 2014 Hos. 6:3 Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh sungguh mengenal Tuhan.... Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab; Luk. 18:9-14 Dalam Lukas 18:9-14 Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang farisi dengan pemungut cukai. Dikisahkan orang farisi berdoa kepada Tuhan semua yang sudah dia lakukan, dia mengucap syukur tidak sama dengan orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah, dst.. sedang pemungut cukai mengambil sikap berdiri jauh jauh ‘bahkan’ tidak berani mengangkat kepala, melainkan memukul diri dan berkata : Ya Allah kasihanilah aku orang berdosa ini. Yesus menutup kisah tsb dengan kalimat barangsiapa meninggikan diri ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri ia akan ditinggikan. Dibalik pengajaran Yesus, bahwa sebagai manusia, a. Janganlah merasa lebih benar, lebih baik melebihi orang lain, apalagi terhadap orang yang memang diketahui melakukan kesalahan sehingga yang tidak melakukan kesalahan merasa jagoan sendiri. menjadi sombong & jumawa. Tuhan tidak menyukai sikap sombong dan jumawa. b. Bila sudah berbuat salah, tau diri-lah dan memohon pengampunan Bila dikaitkan dengan ayat dari Hosea 6:3, terlihatlah mana yang lebih mengenal pribadi Tuhan. Apakah ada hal didunia ini yang tidak diketahui Tuhan ? Apakah ada perbuatan kita yang tersembuyi dihadapan Tuhan ? Tidak ada. Tuhan mengetahui semuanya, bahkan dia mengetahui banyaknya rambut dikepala kita. Pasir dilaut dan bintang dilangit, siapakah dapat menghitungnya, hanya Tuhan, karena kita ini semua ciptanNya. Lalu apa gunanya menyombongkan apa yang sudah dilakukan dihadapan yang Maha Tahu ? pemungut cukai, tanpa perlu menceritakan perbuatan2nya, dia tahu Tuhan sudah mengetahui semua perbuatannya, sehingga dia datang menundukan kepala dan memukul diri dan memohon belas kasihan Tuhan, mohon ampunan Tuhan krn sudah berdosa. Sedang orang farisi, dia sibuk bercerita kepada Tuhan ditambah lagi membandingkan diri lebih baik dari orang lain. Siapakah yang sebenarnya mengenal pribadi Tuhan ? Terkadang dalam hidup pun kita mengambil sikap mirip orang farisi. Kita sibuk bercerita kpd Tuhan segala kesulitan kesulitan kita, kita sudah melalui penderitaan ini penderitaan itu.. Apakah kita sungguh mengenal pribadi Tuhankah, atau kita tahu Tuhan Maha Tahu tapi belum cukup tahu tentang apa yang saya lalui.. God, You miss one point in my life, let me tell You my story. Apakah ini brarti kita tidak perlu curhat kepada Tuhan.. perlu. Meski Tuhan mengetahui segalanya, Dia tetap mau mendengarkan semua keluh kesah kita, “datanglah semua yang berbeban berat”. Tuhan mau menjadi andalan kita dalam menjalani hidup. Bersikaplah apadanya saat berhadapan dengan Tuhan didalam doa, tanpa ditambah dan dikurangi, karna Dia sudah tahu baik buruknya kita. Minta ampunlah akan dosa yang kita perbuat, dan sesalilah dengan sungguh sungguh. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh sungguh mengenal Tuhan. Rita Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 33 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Percaya dan Melihat Minggu 30 Maret 2014 Yoh 9:27, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? 1Sam. 16:1b,6-7,10-13a; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Ef. 5:8-14; Yoh. 9:1-41 Apakah kita percaya kepada Tuhan setelah melihat mukjizatNya ataukah kita percaya dahulu, kemudian kita akan melihat mukjizat? Dengan kata lain, beriman dahulu kemudian kita akan melihat kuasaNya ataukah kita seperti orang yang skeptis yang ingin melihat tanda-tanda keajaiban dulu, baru percaya. Kisah orang buta sejak lahir yang disembuhkan Yesus menjadi jawabannya. Orang buta ini percaya dahulu kepada Yesus yang akan menyembuhkannya. Dia “beriman” teguh kepada Yesus dan yakin kalau Yesus akan menyembuhkan kebutaannya. Nah, yang bertolak belakang adalah orang-orang Farisi yang ingin melihat tanda-tanda dan mukjizat Yesus terdahulu, baru kemudian berharap akan percaya. Hal inilah yang disindir oleh orang buta tersebut, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi muridNya juga?” Orang-orang Farisi ini sangatlah skeptis akan mukjizat yang dilakukan oleh Yesus dan ingin meneliti dan menyelidiki lebih lanjut. Mereka tidak percaya kalau Yesus bisa melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia selain oleh Allah sendiri. Mereka tidak percaya akan Yesus yang datang ke dunia ini untuk menyelamatkan dunia dari perbudakan dosa. Nah, menjadi pertanyaan dan tantangan bagi kita sebagai pengikut Kristus adalah apakah kita percaya atau iman kita bertambah kepada Yesus SETELAH ketika kita melihat keajaiban dalam hidup kita ataukah kita menaruh kepercayaan kita sepenuhnya kepada Yesus DAHULU, baru kemudian kita akan melihat keajaiban-keajaiban dalam hidup? Santo Agustinus dari Hippo mengatakan, “Believe first, then you will see.” Percaya dulu, kemudian kita akan melihat. Dan Yesus sendiri pun tidak menginginkan iman kita hanya berdasarkan pada tanda-tanda atau mukjizat yang terjadi tetapi Yesus mengharapkan iman kita kepadaNya karena Dia adalah Putera Allah yang diutus untuk menyelamatkan dunia ini dari dosa. Marilah kita mendasarkan iman kita kepada pribadi Yesus sendiri dan bukan hal-hal yang lainnya. Rm. Vincent, MGL Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 34 Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 www.DOJCC.com Iman dan Kerendahan Hati Senin 31 Maret 2014 Yoh 4: 50 Yes. 65:17-21 Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b Yoh. 4:43-54 “Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus …” Iman adalah sumber sukacita bagi orang yang percaya. Pegawai istana Herodes Antipa, raja di Galilea, adalah teladan iman yang ditampilkan penginjil Yohanes bagi kita hari ini. Karena takut anaknya yang sakit akan meninggal, pegawai istana ini tidak segan ‘merendahkan dirinya’ dengan datang pada Yesus. Saat bertemu dengan Yesus dan memohon untuk datang ke rumahnya, ia tidak memperoleh jawaban seperti yang ia harapkan, Yesus tidak pergi ke rumahnya, tetapi berkata kepadanya “Pergilah anakmu hidup”. Bertemu dengan Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya telah mengubah ketakutan pegawai istana ini menjadi ‘percaya’. Tanpa bersikeras agar Yesus ikut bersamanya atau meragukan apakah penyembuhan akan terjadi bila Yesus tidak datang ke rumahnya, ia ‘percaya’ lalu pergi untuk mendapati anaknya yang telah disembuhkan. Merendahkan diri ekspresi kerendahan hati telah membuka dan mengarahkan hati pegawai istana untuk bertemu dengan Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya. Kerendahan hati juga yang telah membuat hati seorang ayah menyerahkan seluruh ketakutannya pada Yesus dan memperoleh keyakinan bahwa anaknya akan sembuh di dalam sabda Yesus. Oleh kerendahan hati seorang yang tidak mengenal Allah telah menemukan iman akan Allah. Dan Allah dalam kemurahan hati-Nya dengan sabar membimbing, meneguhkan dan menopang hati pegawai istana agar bertumbuh menjadi iman yang dewasa. Ketika mendengarkan perkataan para hambanya bahwa anaknya telah sembuh pada waktu yang bertepatan dengan saat Yesus mengatakan “anakmu hidup”, iman pegawai istana diteguhkan dan oleh kesaksiannya seluruh anggota keluarganyapun menemukan iman akan Allah. Sungguh besar karunia kesembuhan seorang anak yang membawa sukacita bagi seluruh keluarga, tetapi jauh lebih besar karunia iman yang membawa keselamatan bagi mereka. Pengalaman iman pegawai istana mengajak kita untuk melihat hidup iman kita di dalam keluarga masing-masing. Apakah kita telah bertekun dalam kerendahan hati untuk bertumbuh dalam iman dan menjadi saksi bagi anggota keluarga kita? Apakah kita mau memulainya sekarang tanpa menunda? Berilah kami, ya Bapa, karunia kerendahan hati untuk bertumbuh dalam iman dan kehendak hati untuk dan percaya dan melaksakan sabda-Mu dengan tekun dan tanpa ragu, demi Kristus Tuhan kami. Amin. Sr. Maria Benedicta, OSB Setelah membaca renungan hari ini Saya akan 35 www.DOJCC.com Fresh Juice ! Vol. 52 / 2014 Formation Teaching and Wedding Anniversary YoviSasa dan Ultah Om Bambang 26 Feb 2014 Pembekalan Calon Covenant 12 Feb 2014 Pelantikan Covenant DOJCC Bali Rosa, Rita, Bu Anita dan Jeff 14 Februari 2014 Formation Teachingbersama Rm Agus Malo CsSR 26 Feb 2014 Bersama Rm Hady dan FR Ken Barker, MGL 22 Feb 2014