BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Return Saham

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1.
Return Saham
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi dalam
pasar modal. Menurut Brigham et al. (1999), pengertian dari
return adalah
“measure the financial performance of an investment”. Menurut Horne,
Wachowics (2005), pengembalian (return) dari kepemilikan suatu investasi dalam
periode tertentu, misalnya 1 tahun adalah pembayaran yang diterima karena hak
kepemilikannya, ditambah dengan perubahan dalam harga pasar, yang dibagi
dengan harga awal.
Menurut Jogiyanto (1998), return saham dibedakan menjadi dua yaitu
return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Menurut
Halim (2005), return realisasi (realized return) adalah pengembalian yang telah
terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam
mengukur kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko
dimasa mendatang. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa
mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Sedangkan menurut Horne dan
Wachowics (2005), return ekspektasi (expected return) adalah rata-rata
tertimbang dari kemungkinan pengembalian, dimana bobotnya adalah probabilitas
kejadiannya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Gozali (2010), return yang diterima oleh investor di pasar modal
dibedakan menjadi dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital
gain/capital loss (keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan
yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen.
Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga
dapat diuangkan secara cepat, misalnya dividen saham yang dibayarkan dalam
bentuk saham yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham
yang diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi)
yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih
tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham
sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka
pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka
pemegang saham akan mengalami capital loss (Gozali, 2010).
Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian
(uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan
dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari investasi,
semakin besar pula risikonya. Menurut Hartono (2003), risiko dan return
mempunyai hubungan positif, semakin tinggi risiko, semakin tinggi pula return
yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya
2.
Economic Value Added
Dalam perkembangannya muncul banyak pemikiran-pemikiran baru
dibidang manajemen keuangan dalam mengukur kinerja keuangan suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Salah satu diantaranya adalah konsep Economic Value Added (EVA)
yang mengukur kinerja keuangan perusahaan memperhatikan ekspektasi para
penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Economic Value Added
merupakan salah satu konsep ukuran kinerja keuangan yang dicetuskan pertama
oleh analisis keuangan Stern dan Stewart pada tahun 1990-an dalam usahanya
untuk memperoleh jawaban terhadap metode penilaian yang lebih baik. Menurut
Stewart III (1991) definisi EVA adalah:
“EVA is a residual income measure that substract the cost of capital from the
operating profits generated in the business. It’s measure to account properly for all
of the ways in which corporate value may be added or lost. EVA will increase if
operating profit can be made to grow without tying up any more capital, if new
capital is diverted or liquidated from business activities that do not cover their
cost of capital.”
Menurut Rudianto (2006), EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercapai jika perusahaan mampu memenuhi semua
biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). EVA merupakan
sebuah pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai yang merefleksikan
jumlah absolut nilai kekayaan pemegang saham yang dihasilkan, baik bertambah
atau berkurang tiap tahunnya. EVA merupakan alat yang berguna untuk memilih
investasi keuangan yang paling menjanjikan dan sekaligus sebagai alat yang
cocok untuk mengendalikan operasional perusahaan. Konsep EVA membuat
perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan
dan menilai kinerja keuangan perusahaan secara adil yang diukur dengan
Universitas Sumatera Utara
mempergunakan ukuran tertimbang (weighted) dari struktur modal awal yang ada
(Widayanto,1994).
Laba ekonomis adalah laba yang diperoleh dari suatu tindakan ekonomis
bertentangan dengan perspektif akuntansi yang mensyaratkan perusahaan dapat
menetapkan tidak hanya biaya operasi tetapi juga biaya modal (Young, 2001).
EVA memfokuskan pada efektivitas manajerial dalam satu tahun tertentu. EVA
merupakan suatu estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan
dalam tahun berjalan dan hal ini sangat berbeda dengan laba akuntansi. Yang
membedakan EVA dengan laba akuntansi adalah bahwa biaya modal ekuitas
dikurangkan ketika menghitung EVA sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa
memperhitungkan modal ekuitas (Brigham dan Houston, 2001).
EVA (Economic Value Added) merupakan ukuran nilai tambah ekonomis
(value creation) yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari aktifitas atau
strategi manajemen. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan
tingkat penghasilan yang melebihi tingkat biaya modalnya. Hal ini sejalan dengan
tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif
menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian lebih
rendah daripada biaya modalnya.
Langkah-langkah dalam menentukan EVA menurut Brigham dan Houston
(2006), antara lain:
1. Menghitung laba bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax /
NOPAT)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bringham dan Houston (2006 : 64), laba bersih tidaklah selalu
mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan atau
keefektifan dari para manajer operasi dan karyawannya. Ukuran yang lebih
baik untuk membandingkan kinerja diantara para manajer adalah laba
operasi bersih setelah pajak, yang merupakan jumlah laba yang dihasilkan
oleh sebuah perusahaan jika tidak memiliki utang dan aktiva non operasi.
NOPAT atau laba bersih setelah pajak ini dapat dihitung dengan rumus:
NOPAT = EBIT (1- Tax)
Keterangan :
EBIT : Earnings Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga
dan pajak
Tax
: Tarif pajak
NOPAT atau laba bersih operasi setelah pajak dapat diketahui dari
laporan laba rugi yang dihasilkan perusahaan, sedangkan biaya modal dapat
diketahui dengan melihat komposisi modal yang dimiliki perusahaan,
seperti yang tercantum di sisi pasiva yang disajikan perusahaan (Rudianto,
2006).
2.
Menghitung Invested Capital
Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai modal yang
diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan yang sudah terlepas dari
kewajiban jangka pendek yang tidak menanggung bunga. Total kewajiban
dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga
Universitas Sumatera Utara
merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun
pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak
tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang
usaha/kewajiban segera, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, dan
lain-lain.
Invested Capital = Total Kewajiban & Ekuitas – Kewajiban Jangka Pendek
3.
Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Menurut Young (2001:149)
Weighted Average Cost of Capital
(WACC) adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing – masing dikalikan
dengan persentase ekuitas dan biaya hutang pada struktur modal
perusahaan. Dan rumus untuk menghitung WACC :
WACC = {(D x rd) (1 – Tax) + (E x re)}
Keterangan :
WACC :Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata
tertimbang
D
:Tingkat Modal
rd
:Biaya hutang
E
: Tingkat modal dan ekuitas
re
: Biaya ekuitas
Tax
: Beban Pajak
Dimana :
Tingkat Modal (D)
=
X 100%
Universitas Sumatera Utara
Biaya Utang (rd)
=
Tingkat Modal & Ekuitas (E)
=
X 100%
Biaya ekuitas (re)
=
X 100%
4.
X 100%
Menghitung Capital Charges
Capital charges adalah biaya modal yang memperhitungkan biaya
kewajiban yang harus dibayarkan kepada para kreditor, serta biaya ekuitas
yang seharusnya dibayarkan kepada para pemegang saham.
Capital Charges = WACC x Invested Capital
5.
Menghitung EVA
EVA dapat diukur dengan :
EVA = NOPAT – Capital Charges
Rudianto (2006) mengelompokkan hasil penilaian kinerja suatu perusahaan
dengan menggunakan ukuran EVA ke dalam 3 kategori yang berbeda, yaitu
sebagai berikut:
1.
Nilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan telah berhasil menciptakan
nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
2.
Nilai EVA = 0
Pada posisi ini berarti manajemen perusahaan berada dalam titik impas.
Perusahaan tidak mengalami kemunduran tetapi sekaligus tidak mengalami
kemajuan secara ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
3.
Nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif
Pada posisi ini berarti tidak terjadi proses pertambahan nilai ekonomis bagi
perusahaan, dalam arti laba yang dihasilkan tidak dapat memenuhi harapan
para kreditor dan pemegang saham perusahaan (investor).
Rudianto (2006) mengemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan yang
dimiliki EVA. Beberapa keunggulan yang dimiliki EVA antara lain adalah
sebagai berikut:
1.
EVA dapat menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemegang
saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran operasional dari manajemen
yang mencerminkan keberhasilan perusahaan di dalam menciptakan nilai
tambah bagi pemegang saham atau investor. Ketika manajemen berhasil
memilih strategi dan investasi yang memaksimasi nilai pemegang saham,
maka manajemen berhak menerima insentif. Dengan kata lain, EVA
mendorong para manajer berfikir dan bertindak seperti halnya pemegang
saham,
yaitu
memilih
investasi
yang
memaksimumkan
tingkat
pengembalian serta dengan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga
nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
2.
EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba
operasi tanpa tambahan dana/modal, mengeksposur pemberian pinjaman
(piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi.
3.
EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan
semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai
keputusan operasional sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Young dan O’Byrne (2001), menyatakan salah satu kebaikan EVA adalah
targetnya dapat dialihkan kepada divisi dan departemen. Dengan cara ini,
anggaran operasi sebuah perusahaan, bahkan untuk unit-unit yang terdapat di
bagian dalam hierarki perusahaan, dapat dengan langsung dihubungkan kepada
persyaratan dari pasar modal ketika perusahaan membuat investasi atau strategi
yang diharapkan akan memberikan tambahan nilai bagi perusahaan. EVA
merupakan alat komunikasi yang efektif, baik untuk penciptaan nilai yang dapat
dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan
untuk berhubungan dengan pasar modal.
Menurut Rudianto (2006) disamping memiliki keunggulan seperti terlihat di
atas, EVA juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya
biaya modal sendiri. Hal ini disebabkan dana untuk investasi dapat
berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya modal yang berbedabeda.
2. Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja. kinerja perusahaan
perlu di ukur secara optimal berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif.
3.
Earnings Per Share
Laba bersih yang diperoleh perusahaan adalah sejumlah dana yang tersisa
setelah
perusahaan
membayar
semua
pengeluarannya.
Untuk
melihat
perbandingannya secara relevan, ukuran yang biasa digunakan adalah earnings
per share atau disingkat EPS. EPS mengukur besarnya laba bersih yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan kepada setiap pemegang saham perusahaan (Fakhruddin dan
Hadianto, 2001) dan didapat dari pembagian laba bersih dengan jumlah saham
yang beredar.
Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan oleh
besarnya EPS dari perusahaan yang bersangkutan. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan
bagi semua pemegang saham perusahaan. Sedangkan jumlah EPS yang akan
didistribusikan kepada investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal
pembayaran dividen. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut
mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang
saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan belum
berhasil memberikan keuntungan sebagaimana diharapkan
oleh
pemegang
saham. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan
keuangan perusahaan. Meskipun beberapa
perusahaan tidak mencantumkan
besarnya EPS dalam laporan keuangannya, tetapi besarnya EPS suatu perusahaan
dapat ditentukan berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba
perusahaan.
Pengetahuan tentang EPS ini sangat penting untuk melakukan penilaian
tentang perkiraan pendapatan yang akan diterima jika membeli suatu saham.
Karena EPS merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah
saham yang beredar yang menunjukkan laba bersih yang siap dibagi kepada
semua pemegang saham sehingga pemegang saham bisa memperkirakan berapa
besar laba yang akan diterimanya bila membeli suatu saham. EPS juga merupakan
Universitas Sumatera Utara
gambaran mengenai kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan bersih
dalam setiap lembar saham. Oleh karena itu, EPS mempunyai pengaruh kuat
terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut
meningkat demikian pula sebaliknya (Jones, 2000). Karena EPS menunjukkan
laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham
perusahaan, maka semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan
investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan mengakibatkan
permintaan akan saham meningkat dan harga saham akan meningkat. Dengan
adanya kenaikan harga saham maka akan memungkinkan terjadinya peningkatan
return saham. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai
berikut:
EPS =
4.
Return On Assets
ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur tingkat profitabilitas suatu
perusahaan. ROA mengukur laba bersih yang diperoleh dari seluruh aktiva yang
dimiliki perusahaan. ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran total
aktiva. Oleh karena itu, untuk menaikkan ROA, suatu perusahaan bisa memilih
dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran total aktiva.
Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi laba yang
dihasilkan perusahaan akan mengakibatkan harga saham perusahaan juga akan
Universitas Sumatera Utara
meningkat sehingga semakin tinggi pula return saham yang diperoleh.
Perhitungan ROA diformulasikan sebagai berikut:
ROA =
ROA juga menjadi informasi yang penting bagi investor yang akan
melakukan transaksi. ROA yang besar menunjukkan laba yang dapat dihasilkan
dari seluruh kekayaan yang dimiliki juga besar. ROA yang besar dapat menarik
investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut yang selanjutnya akan
mempengaruhi harga saham (Husnan, 1998). Jika ROA semakin meningkat maka
kinerja perusahaan juga semakin membaik karena tingkat pengembalian semakin
meningkat (Hardiningsih et. Al., 2002)
5.
Laporan Arus Kas
Pada mulanya laporan arus kas belum merupakan bagian dari laporan
keuangan
karena
sebelum
tahun
1971
pelaporan
keuangan
yang
direkomendasikan oleh Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) hanya
neraca
dan
laporan
laba/rugi.
Dalam
perkembangan
berikutnya
yang
dilatarbelakangi oleh keinginan investor, kreditor, dan pemakai lainnya muncul
laporan dana sebagai bagian dari laporan keuangan. Akhirnya pada tahun 1961,
American Institute and Certified Public Accountant (AICPA) mengakui
pentingnya penggunaan laporan arus kas dan mensponsori riset mengenai hal ini.
Usaha untuk meningkatkan pengungkapan laporan keuangan di Indonesia,
ditandai dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal
7 September 1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang mulai berlaku
Universitas Sumatera Utara
tanggal 1 Januari 1995. Dalam SAK No. 2 dinyatakan bahwa perusahaan harus
menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan.
Pengertian arus kas menurut PSAK No.2 (IAI, 2007 : paragfar 9 dan 10)
menjelaskan sebagai berikut:
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktifvitas operasi, investasi, dan pendanaan. Perusahaan
menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara
yang paling sesuai dengan bisnis perusahaaan tersebut. Klasifikasi menurut
aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan
untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan
serta terhadap jumlah kas atau setara kas.
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu
dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan
arus kas (statement of cash flow) menjelaskan perubahan pada kas atau setara kas
(cash equivalent) dalam periode tertentu. Intinya, apa saja yang ingin diketahui
tentang kinerja perusahaan pada suatu periode diikhtisarkan dalam satu laporan.
Menurut SAK No.2 paragraf 12:
“Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang
menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup
untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur arus kas historis bersama dengan
informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan.”
Dalam Dyckman, Dukes, Davis (2001), laporan arus kas (LAK) atau
Statement of Cash Flows (SCF) adalah laporan yang menguraikan arus kas masuk
dan keluar menurut kategorinya. Laporan ini menjelaskan perubahan kas selama
Universitas Sumatera Utara
suatu periode. Saat akan meramalkan masa depan, sebuah laporan arus kas adalah
alat yang sangat baik untuk menganalisis apakah rencana-rencana operasi,
investasi, dan pendanaan konsisten dan dapat dijalankan. Pro forma laporan arus
kas adalah sebuah prediksi atas laporan arus kas pada masa depan jika rencanarencana operasi, investasi, dan pendanaan dilaksanakan.
Kecenderungan arus kas selama beberapa periode memungkinkan
dilakukannya
penilaian
atas
fleksibilitas
keuangan,
yaitu
kemampuan
menggunakan arus kas untuk memenuhi kebutuhan dan kesempatan yang terduga.
Arus kas operasi yang sehat menyiratkan adanya fleksibilitas keuangan.
Menurut Dyckman, Dukes, Davis (2001), kegunaan informasi arus kas
antara lain:
1.
Informasi arus kas membantu para pemakai untuk memahami hubungan
antara laba dan arus kas serta untuk memprediksi arus kas operasi di
masa depan.
2.
Informasi arus kas juga memberikan umpan balik tentang keputusan
yang telah diambil, seperti pengaruh keputusan investasi sebelumnya
terhadap arus kas.
3.
Informasi arus kas membantu menjelaskan perubahan dalam akun-akun
neraca. Pelaporan arus kas memberikan informasi tentang kegiatan
investasi dan pembiayaan.
Tujuan laporan arus kas (LAK) adalah memberikan informasi yang relevan
tentang penerimaan dan pengeluaran kas. Menurut Dyckman, Dukes, Davis
(2001), informasi arus kas membantu pemakai untuk menilai:
Universitas Sumatera Utara
1.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas.
2.
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
3.
Penyebab terjadinya perbedaan antara laba dan arus kas yang terkait.
4.
Pengaruh kegiatan investasi dan pembiayaan yang menggunakan kas
dan yang tidak (nonkas) terhadap posisi keuangan perusahaan
Semua arus kas masuk dan arus kas keluar dalam laporan arus kas diklasifikasikan
ke dalam salah satu dari tiga kategori:
1.
Operasi
Arus kas operasi dikaitkan dengan kegiatan memproduksi dan meyerahkan
barang, menyediakan jasa, serta transaksi lainnya yang diperhitungkan dalam
penentuan laba bersih. Arus kas dari kegiatan operasi biasanya di identifikasikan
sebagai berikut:
Arus kas masuk – kas yang diterima dari:
1.
Pelanggan
2.
Piutang bunga
3.
Dividen dari investasi
4.
Dana yang dikembalikan oleh pemasok
Arus kas keluar – kas yang dibayarkan untuk:
1.
Pembelian barang untuk dijual kembali
2.
Kewajiban bunga
3.
Pajak penghasilan
4.
Gaji dan upah
Universitas Sumatera Utara
2.
Investasi
Arus kas dari kegiatan investasi dikaitkan dengan investasi dalam dan
pelepasan (disposisi) aktiva pabrik serta sekuritas hutang dan ekuitas tertentu,
memberikan dan menagih pinjaman, serta kegiatan strategis lainnya.
3.
Pembiayaan
Arus kas dari kegiatan pembiayaan dikaitkan dengan perolehan sumber daya
dari pemilik dan pemberian atas investasi mereka, peminjaman uang, dan
pembayaran kembali pokok pinjaman. Seringkali, akun hutang jangka panjang
dan ekuitas pemilik terlibat dalam transaksi yang menimbulkan arus kas
pembiayaan.
Berdasarkan pembagian arus kas diatas, peneliti menggunakan arus kas
operasi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap return saham. Jumlah arus kas
yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah
dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk
melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar
deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber
pendanaan dari luar. Munawir (2002:250), “perusahaan harus melaporkan arus
kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari dua metode berikut
ini, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung”.
Metode langsung melaporkan golongan penerimaan kas bruto dari aktivitas
operasi dan pengeluaran kas bruto untuk kegiatan operasi. Perbedaan antara
penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi akan dilaporkan
sebagai arus kas bersih dari aktivitas operasi. Metode langsung mengurangkan
Universitas Sumatera Utara
pengeluaran kas operasi dari penerimaan kas operasi. Metode langsung
menghasilkan penyajian laporan penerimaan dan pengeluaran kas secara ringkas.
Keunggulan utama dari metode langsung adalah metode ini memperlihatkan
laporan penerimaan dan pengeluaran kas lebih konsisten dengan tujuan suatu
laporan arus kas. Disamping itu, metode langsung ini lebih mudah dimengerti dan
memberikan informasi yang lebih banyak dalam mengambil keputusan.
Metode tidak langsung dimulai dengan laba bersih kemudian dikonversi
menjadi arus kas bersih dari kegiatan operasi. Metode ini menyesuaikan laba atau
rugi bersih dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan
atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan
masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas
investasi atau pendanaan. Metode ini menyesuaikan laba bersih dari pos-pos yang
mempengaruhi pelaporan laba bersih tetapi tidak mempengaruhi kas. Keunggulan
utama metode ini adalah bahwa hal ini memusatkan perbedaan antara laba bersih
dan aliran kas bersih dari aktivitas operasi.
Universitas Sumatera Utara
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return saham dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti (tahun)
Judul Penelitian
Variabel
Yogi Marshal
Pengaruh
Dependen
=
(2009)
Economic Value Return Saham
Added,
Market Independen
=
Value Added, dan Economic Value
Market
Arus Kas Operasi Added,
Terhadap Return Value
Added,
Saham
Arus Kas Operasi
Hendrawan
Pengaruh
Dependen
=
Sulistiyo Wibowo Informasi Arus Return
Saham
(2009)
Kas
Operasi Aktual
Terhadap Return Independen
=
Saham
dengan Arus Kas Operasi
Earnings
Per Bersih
Share
Sebagai
Variabel Mediasi
Rahman Hakim
Perbandingan
Dependen
=
(2006)
Kinerja
Return Saham
Independen
=
Keuangan
Economic Value
Perusahaan
dengan Metode Added, Return On
EVA, ROA, dan Asset
Pengaruhnya
Terhadap Return
Saham
Pada
Perusahaan yang
Tergabung Dalam
Indeks
LQ 45
di Bursa Efek
Jakarta
Ferawati
Pengaruh
Dependen
=
(2010)
Economic Value Return Saham
Added dan Rasio Independen
=
Profitabilitas
Economic Value
Terhadap Return Added, Return On
Saham
Assets, Return On
Perusahaan
Equity, Earnings
Manufaktur
di Per Share
Kesimpulan
EVA, MVA dan
Arus Kas Operasi
tidak
memiliki
pengaruh signifikan
terhadap
return
saham.
Tidak ada pengaruh
arus kas operasi
terhadap
return
saham
dengan
earningss per share
sebagai
variabel
mediasi.
Tidak
terdapat
pengaruh
secara
signifikan
kinerja
keuangan
yang
diukur dengan EVA
dan ROA terhadap
return saham.
Variabel Economic
Value Added (EVA),
Return
on Assets
(ROA), Return on
Equity (ROE), dan
Earnings per Share
(EPS) secara simultan
memiliki
pengaruh
Universitas Sumatera Utara
Bursa
Indonesia.
Efek
Gayuh Andang Analisis
Rachmadianto
Pengaruh Market
(2002)
Value
Added,
Operating
Income, Earnings
Per
Share,
Terhadap Return
Saham
Pada
Perusahaan
Manufaktur
di
Bursa
Efek
Jakarta.
Dependen
=
Return Saham
Independen
=
Market
Value
Added, Operating
Income, Earnings
Per Share
yang
signifikan
terhadap
return
saham.
Market Value Added,
Operating Income,
dan Earnings Per
Share
secara
simultan
berpengaruh
terhadap
return
saham.
Marshal (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Economic
Value Added, Market Value Added, dan Arus Kas Operasi Terhadap Return
Saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ-45
BEI dalam periode Februari-Agustus 2008 dan menggunakan sampel sebanyak
36 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa EVA tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh yang
negatif. MVA dan Arus Kas Operasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap return saham, memiliki arah pengaruh yang positif.
Wibowo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Informasi
Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham dengan Earnings Per Share Sebagai
Variabel Mediasi meneliti menguji hubungan tidak langsung antara arus kas
operasi dengan return saham melalui earnings per share. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh arus kas operasi terhadap return saham
dengan earningss per share sebagai variabel mediasi.
Universitas Sumatera Utara
Hakim (2006) meneliti perbandingan kinerja keuangan perusahaan dengan
metode EVA, ROA, dan pengaruhnya terhadap return saham pada perusahaan
yang tergabung dalam indeks LQ-45 di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa metode ROA memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap return saham, sedangkan metode EVA tidak memiliki pengaruh.
Ferawati (2010) meneliti pengaruh Economic Value Added dan Rasio
Profitabilitas terhadap return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel
Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Return on Equity
(ROE), dan Earnings per Share (EPS) secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham.
Rachmadianto (2002), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh
Market Value Added, Operating Income, Earnings Per Share, Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Market Value Added, Operating Income, dan Earnings Per
Share secara simultan berpengaruh terhadap return saham.
C.
Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1.
Kerangka Konseptual
Adanya analisis kinerja dengan menggunakan EVA maka akan berdampak
lebih baik terhadap return saham, sebagaimana dikatakan bahwa EVA merupakan
laba yang tersisa, karena itu semakin tinggi nilai EVA maka akan dapat
mempengaruhi return yang diterima oleh investor. EPS menunjukkan laba bersih
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham, oleh karena itu
semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan investasi di
perusahaan tersebut dimana hal tersebut akan mengakibatkan permintaan terhadap
saham meningkat dan harga saham juga akan meningkat yang selanjutnya akan
mempengaruhi return yang diterima pemegang saham. ROA mengukur laba
bersih yang diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA yang
tinggi menunjukkan bahwa laba yang dapat dihasilkan dari seluruh kekayaan yang
dimiliki juga tinggi yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham dan return
saham. Arus kas bersih yang merupakan cerminan tingkat kesehatan perusahaan
akan memberi keyakinan pada pemegang saham atau dengan kata lain bahwa arus
kas perusahaan memiliki pengaruh terhadap ketertarikan seorang investor untuk
membeli saham suatu perusahaan. Hubungan antarvariabel pada penelitian ini
adalah terdapat hubungan antara variabel independen yaitu EVA, EPS, ROA, dan
AKO dengan return saham sebagai variabel dependen yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Variabel Independen (X)
Variabel Independen (Y)
ECONOMIC
VALUE ADDED
EARNINGS PER
SHARE
RETURN
SAHAM
RETURN ON
ASSETS
ARUS KAS
OPERASI
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Penelitian
2.
Hipotesis Penelitian
Dari tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah economic
value added, earnings per share, return on assets, dan arus kas operasi
berpengaruh terhadap return saham baik secara simultan maupun parsial.
Universitas Sumatera Utara
Download