BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kepuasan Pelanggan Pada zaman sekarang ini bisnis yang semakin ketat, kepuasan konsumen merupakan hal yang paling utama, pelanggan diibaratkan seperti raja yang harus dilayani namun bukan berarti menyerahkan segala – galanya kepada pelanggan, akan tetapi adanya timbal balik antara perusahaan dan pelanggan sehingga tidak adanya yang merasa menang dan tidak ada yang merasa dirugikan. Kepuasan konsumen merupakan salah satu kunci faktor keberhasilan dalam suatu usaha, perusahaan berlomba - lomba memberikan yang terbaik untuk konsumen dari segi produk atau jasa untuk membentuk kepuasan konsumen itu sendiri. Semakin berkualitas produk atau jasa yang diberikan maka semakin tinggi pula kepuasan konsumen, dengan terbentuknya kepuasan konsumen perusahaan diharapkan mendapatkan profit sebagai tujuan awalnya. Pengertian kepuasan konsumen menurut Kotler (2009:177) kepuasan konsumen adalah hasil yang dirasakan oleh pembeli yang mengalami kinerja sebuah perusahaan dalam bentuk barang atau jasa yang sesuai dengan harapannya. Konsumen memulai aktifitas dalam interaksi pasar berdasarkan pada kebutuhan dan keinginan akan barang dan jasa, dan kebutuhan ini mendorong produsen yaitu perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa tersebut. Sejalan dengan munculnya kebutuhan dan keinginan, maka dalam diri pelanggan juga muncul harapan-harapan mengenai barang dan jasa yang nantinya akan dia terima dari produsen. Tujuan perusahaan dalah memberi kepuasan pada konsumen melalui produk yang ditawarkan, produk yang Universitas Sumatera Utara memiliki nilai lebih akan memberi kepuasan lebih juga bagi konsumen. Nilai produk dapat dipenuhi melalui peningkatan kegunaan produk. Hal inilah yang menjadi dasar bagi suatu produsen atau perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen akan barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan konsumen. Perilaku konsumen yang mempunyai perbedaan dalam mengkonsumsi produk ataupun jasa, perusahaan selalu mencoba berbagai hal agar konsumennya tidak pergi. Konsumen tidak akan pergi apabila perusahaan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh konsumen butuhkan. Oleh karena itu perusahaan membutuhkan beberapa strategi untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan mengantisipasi konsumen tidak pergi. Pengukuran tingkat kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Menurut American Society for Quality Control dalam Kotler dan Keller (2009:180), mutu adalah keseluruhan fitur dan sifat produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat. Dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan, terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Lupiyoadi, 2006:158), yaitu: 1. Kualitas produk. 2. Kualitas pelayanan 3. Emosional 4. Harga 5. Biaya Pelanggan yang menikmati produk/jasa mungkin akan mengembangkan sikap yang mendukung perusahaan tersebut, misalnya dengan berkata positif tentang produk, Universitas Sumatera Utara merekomendasikan perusahaan pada orang lain, setia kepada produk perusahaan, dan membayar produk dengan harga premium (Lupiyoadi, 2006:160). Sementara itu, menurut Tjiptono (2008:366), terdapat enam konsep inti mengenai objek pengukuran kepuasan pelanggan, antara lain: 1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Customer Satisfaction) Ada dua cara dalam proses pengukurannya. Pertama, mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk dan/atau jasa perusahaan bersangkutan. Kedua, menilai dan membandingkannya dengan kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap produk dan/atau jasa para pesaing. 2. Dimensi Kepuasan Pelanggan Umumnya, proses memilah kepuasan pelanggan terdiri atas empat langkah. Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua, meminta pelanggan menilai produk atau jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik. Ketiga, meminta pelanggan menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Keempat, meminta para pelanggan untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka paling penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan. 3. Konfirmasi Harapan (Confirmation of Expectation) Dalam konsep ini, kepuasan disimpulkan berdasarkan kesesuaian/ ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk perusahaan pada sejumlah atribut penting. 4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent) Kepuasan pelanggan diukur dengan cara menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan lagi. 5. Kesediaan untuk Merekomendasi (Willingness to Recommend) Universitas Sumatera Utara Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif lama atau bahkan hanya terjadi satu kali pembelian, kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk ditindaklanjuti. 6. Ketidakpuasan Pelanggan (Customer Dissatisfaction) Beberapa aspek yang sering digunakan untuk mengetahui ketidakpuasan pelanggan, meliputi komplain, retur atau pengembalian produk, biaya garansi, product recall (penarikan kembali produk dari pasar), gethok tular negatif, dan defections (konsumen yang beralih ke pesaing). 2.2 Pengertian Jasa Menurut Lupiyoadi (2006:192), jasa adalah semua aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. Sedangkan menurut Kotler (2009:85), jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Universitas Sumatera Utara Dari definisi diatas, bahwa jasa merupakan suatu kegiatan yang dihasilkan oleh pihak lain untuk diberikan ke pihak lain, sehingga adanya interaksi antara keduanya atau lebih, secara fisik jasa yang ditawarkan bersifat tidak berwujud hanya konsumen yang menkonsumsi jasa tersebut yang bisa merasakannya. Jasa mempunyai karakteristik yang membedakan antara produk dan jasa, menurut Kotler dan Amstrong (2008:15), perusahaan harus mempertimbangkan empat karakteristik jasa tertentu ketika merancang program pemasaran, antara lain : a. Tidak berwujud jasa (intangibility) Jasa tidak bisa dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar, atau dibaui sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli mencari kualitas dari tempat, orang, harga, peralatan, dan komunikasi yang dapat mereka lihat. Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah membuat jasa dapat berwujud dalam satu atau berbagai cara. b. Ketidakpastian jasa (inseparability) Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, apakah penyedia tersebut adalah orang atau mesin. Bila karyawan jasa menyediakan jasa, maka karyawan tersebut merupakan bagian dari jasa karena pelanggan turut hadir saat jasa tersebut diproduksi sebagai co-produsen, interaksi penyedia jasa pelanggan adalah sifat khusus dari pemasaran jasa. Baik penyedia maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil jasa. c. Keragaman jasa (Service Variability) Kualitas jasa tergantung pada siapa yang menyediakan jasa, waktu, tempat, dan bagaimana cara mereka disediakan. Menurut Tjiptono (2008:16) ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa, yaitu : (1) Kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa Universitas Sumatera Utara (2) Motivasi karyawan dalam melayani pelanggan (3) Beban kerja perusahaan d. Tidak tahan lamanya jasa (Perishability) Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau pemakaian yang akan datang. Tidak tahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila permintaan selalu ada, tetapi ketika permintaan berfluktuasi, perusahaan seringkali mengalami masalah sulit. Oleh karena itu perushaan jasa seringkali merancang strategi agar lebih baik lagi menyesuaikan permintaan dengan penawaran. 2.3 Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan sebuah suatu faktor penting yang diberikan perusahaan untuk para konsumennya. Menurut Mowen (2002:105), unsur yang paling penting dalam suatu produk atau jasa adalah kualitas yang tinggi yang dikendalikan oleh konsumen, karena itu perusahaan harus menilai persepsi konsumen atas kualitas. Sedangkan definisi pelayanan menurut (Tjiptono, 2008:51). “pelayanan merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki, serta konsumen lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut”. Kualitas pelayanan adalah suatu instrumen dan strategi yang diberikan perusahaan untuk menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi produk atau jasa yang diberikan, umumnya konsumen yang mengkonsumsi produk atau jasa, konsumen melihat dari kualitas yang diberikan serta pelayanannya, apabila kualitas pelayanan tersebut memuaskan konsumen akan muncul perasan puas akan produk atau jasa tersebut. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan itu perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menarik minat konsumen, dengan berminat diharapkan konsumen mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan, sehingga konsumen merasakan apa yang diharapkan bisa terpenuhi maka akan timbul perasaan puas pada hati konsumen. Perusahaan mempunyai strategi yang mencakup akan kualitas pelayanan itu sendiri, menurut Tjiptono (2008:60) strategi kualitas pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan mencakup empat yaitu sebagai berikut : a. Atribut Pelayanan Atribut pelayanan adalah suatu tata cara atau etika penyampaian pelayanan kepada para konsumen. Melakukan jasa pelayanan, hendaknya pelayanan tersebut dapat membuat konsumen menjadi merasa dihormati. Atribut pelayanan sangat dipengaruhi atas berbagai faktor antara lain: keterampilan hubungan antara pribadi, komunikasi, ilmu pengetahuan, sensitifitas, pemahaman dan berbagai perilaku eksternal. b. Pendekatan untuk menyempurnakan kualitas jasa Kualitas jasa berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas konsumen. Agar kualitas jasa menjadi sempurna, maka perlu disertai beberapa faktor penunjang antara lain: faktor biaya, waktu penerapan program dan pengaruh pelayanan konsumen. Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka kepuasan yang maksimal akan dapat dicapai. c. Sistem umpan balik Salah satu cara untuk mengevaluasi dan memperbaiki kualitas konsumen adalah dengan menggunakan sistem umpan balik. Adanya sistem umpan balik maka posisi tingkat kualitas konsumen dapat diketahui, agar memperoleh hasil yang baik maka informasi umpan balik harus difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengukur dan memperbaiki kinerja perusahaan Universitas Sumatera Utara 2) Memahami persepsi konsumen 3) Menunjukan komitmen perusahaan pada kualitas produk pada para konsumen 4) Mengembangkan sarana konsumen internal dengan tujuan agar para konsumen tahu mengenai apa yang harus mereka lakukan d. Dimensi kualitas pelayanan Dalam dunia bisnis pelayanan dilakukan oleh para pemasar dengan tujuan untuk mendapatkan konsumen dengan jumlah sebanyak mungkin, hal ini dikarenakan konsumen adalah sasaran tujuan bisnis. Dimensi kualitas pelayanan dapat dijabarkan sebagai berikut oleh Lupiyoadi (2006:182) yaitu: 1. Tangibles, atau bukti fisik yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. 2. Empathy, yaitu syarat untuk peduli, memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. 3. Reliability, atau keandalan meliputi kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan, sikap simpatik dan akurasi yang tinggi. 4. Responsiveness, atau ketanggapan meliputi kemauan untuk membantu dan memberikan pelayananan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan informasi yang jelas. 5. Assurance, atau jaminan dan pengetahuan yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. 2.4 Harga Universitas Sumatera Utara Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat terjangkau oleh konsumen. Menurut Laksana (2008:105), harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa. Dengan demikian, suatu harga haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang atau pelayanan, yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa. Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya berupa unsur biaya saja (Assauri, 2007 : 223). Penentuan harga produk selalu menjadi kesulitan tersendiri bagi sebuah perusahaan karena penentuan harga bukan atas pengaruh kekuasaan mutlak dari seorang pengusaha. Harga sangat berperan penting bagi sebuah perusahaan di tengah persaingan yang semakin tajam saat ini. 2.4.1 Tujuan Penetapan Harga Tujuan penetapan harga menurut Assauri (2007 : 224) yaitu : 1. Memperoleh laba yang maksimum Pencapaian tujuan ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat harga yang memperhatikan total hasil penerimaan penjualan (sales revenue) dan total biaya. Dalam hal ini perusahaan menetapkan harga untuk memperoleh tingkat keuntungan (rate of return) yang maksimal paling memuaskan. 2. Mendapatkan market share tertentu. Sebuah perusahaan dapat menetapkan tingkat harga untuk mendapatkan atau meningkatkan market share, meskipun mengurangi tingkat keuntungan pada masa itu. Strategi ini dilakukan perusahaan karena perusahaan percaya bahwa jika market Universitas Sumatera Utara share bertambah besar, maka tingkat keuntungan akan meningkat pada masa depan. 3. Memerah pasar (market skimming) Perusahaan mengambil manfaat memperoleh keuntungan dari bersedianya pembeli membayar dengan harga yang lebih tinggi dari pembeli yang lain, karena barang yang ditawarkan memberikan nilai yang lebih tinggi bagi mereka. 4. Mencapai tingkat hasil penerimaan penjualan maksimum pada waktu itu Perusahaan menetapkan harga untuk memaksimumkan penerimaan penjualan pada masa itu. Tujuan itu hanya mungkin dapat dicapai apabila terdapat kombinasi harga dan kuantitas produk yang dapat menghasilkan tingkat pendapatan yang paling besar. 5. Mencapai keuntungan yang ditargetkan Perusahaan menetapkan harga tertentu untuk dapat mencapai tingkat laba yang berupa rate of return yang memuaskan. 6. Mempromosikan produk Perusahaan menetapkan harga khusus yang rendah untuk mendorong penjualan bagi produknya, bukan semata-mata bertujuan mendapatkan keuntungan yang besar. Perusahaan dapat menetapkan harga yang rendah pada suatu waktu untuk suatu macam produk, dengan maksud agar langganan membeli juga produk-produk lain yang dihasilkan perusahaan. 2.4.2 Penetapan Tingkat Harga Berbagai metode penetapan harga dibagi menjadi tiga kategori (Boyd et al, 2000 :14 ), yaitu : 1. Metode - metode yang Berorientasi Biaya Dalam metode ini terdapat tiga jenis penetapan harga, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Penetapan harga markup (markup pricing) Metode ini mengasumsikan tingkat penjualan sebelum harga ditetapkan. b. Penetapan harga pengembalian sasaran (target return pricing) Sama dalam prinsip, tetapi lebih canggih dalam praktik daripada penetapan harga markup. c. Analisis pulang pokok (break even analysis) Analisa ini tidak secara eksplisit mempertimbangkan sensitivitas harga dari permintaan atau reaksi pesaing. 2. Metode-metode yang Berorientasi Persaingan a. Penetapan harga tingkat berlaku (going-rate) Yaitu mereka berupaya mempertahankan harga sama dengan harga yang ditetapkan oleh satu pesaing atau lebih. b. Pemimpin harga (price leader) Perusahaan memutuskan bahwa kenaikan harga di dalam industri adalah perlu untuk mengimbangi peningkatan biaya dan mempertahankan laba. c. Kebijakan harga diskon atau kebijakan harga premium (discount or premium price policies) Perusahaan masih bisa mendasarkan penetapan harga pada harga yang ditetapkan pesaing, tapi berusaha menahan harganya berada di bawah atau di atas persaingan. 3. Metode-metode yang Berorientasi Pelanggan Penetapan harga untuk mencapai persepsi pelanggan. Barangkali, konsep penting dalam penetapan harga ini adalah nilai persepsi. 2.5 Citra Merek Universitas Sumatera Utara Definisi merek menurut Kotler dan Amstrong dalam Ferrinadewi (2008:137):” merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi keseluruhannya yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan sekaligus sebagai diferensiasi produk”. Menurut Kotler (2009:258) citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Sedangkan menurut Tjiptono (2008:155) Brand image atau brand description, yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan sederhana bahwa merek merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam melakukan pembelian produk maupun menggunakan jasa. Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan kepada konsumen. Situmorang (2011:192) juga menyatakan bahwa “selain sebagai pembeda dan identitas sebuah produk di tengah - tengah lautan produk sejenis, sebuah brand mempunyai makna psikologis dan simbolis yang istimewa di mata konsumen”. Saat ini merek memainkan peran penting yang meningkatkan hidup konsumen dan meningkatkan nilai keuangan perusahaan. Peran merek menurut Kotler (2009:259), antara lain: 1. Merek mengidentifikasi sumber atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen untuk menuntut tanggung jawab atas kinerjanya kepada pabrikan atau distributor tertentu. 2. Merek membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi Universitas Sumatera Utara 3. Merek menawarkan perlindungan hukum kepada perusahaan untuk fitur-fitur atau aspek unik produk. Hal ini dapat dilakukan melalui nama dagang terdaftar untuk melindungi nama merek, hak paten untuk melindungi proses manufaktur, hak cipta dan rancangan hak milik untuk melindungi kemasan. Perlindungan ukum ini memastikan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek tersebut dan mendapatkan keuntungan dari sebuah aset yang berharga. 4. Merek menandakan tingkat kualitas tertentu sehingga pembeli yang puas dapat dengan mudah memilih produk kembali. Hal ini menciptakan loyalitas merek 5. Loyalitas merek memberikan tingkat permintaan yang aman dan dapat diperkirakan bagi perusahaan, dan menciptakan penghalang yang mempersulit perusahaan lain untuk memasuki pasar. 2.5.1 Membangun Merek Yang Kuat Situmorang (2011:193) menyatakan bahwa “dari sebuah produk dapat lahir sebuah brand jika produk itu menurut persepsi konsumen mempunyai keunggulan fungsi (functional brand), menimbulkan asosiasi dan citra yang diinginkan konsumen (image brand), serta membangkitkan pengalaman tertentu ketika konsumen berinteraksi dengannya (experiental brand)”. Rangkuti (2002:222) juga menyatakan “suatu merek disebut kuat apabila merek tersebut memiliki brand equity yang tinggi, seperti brand preference, brand loyalty, brand assosiation dan brand assets yang didukung oleh brand value yang bersifat khusus serta sesuai dengan nilai – nilai yang terdapat dalam diri pelanggan”. Universitas Sumatera Utara Ada delapan pedoman membangun merek yang dinyatakan oleh Rangkuti (2002:229), yaitu: 1. Brand Identity Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang sering digunakan oleh ahli strategi merek.Asosiasi – asosiasi ini mewakili arti dari suatu merek dan secara tidak langsung merupakan janji kepada para konsumen. 2. Value Proposition Nilai proposisi merek adalah sebuah pertanyaan secara fungsional, emosional dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan. 3. Brand Position Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai proposisi yang selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran, sehingga dapat memperoleh keuntungan melalui persaingan merek. 4. Execution Pelaksanaan program komunikasi, yang tidak hanya ditargetkan pada identitas dan positioning, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan secara terus-menerus. 5. Consistency Over Time Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk tetap memiliki merek yang kuat. 6. Brand System Sebuah brand system dapat digunakan sebagai panggung peluncuran bagi produk-produk baru atau merek baru. 7. Brand Leverage Universitas Sumatera Utara Satu resep agar ahli strategi berhasil adalah 8. Invest in Brands Tetap secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun tujuan finansial perusahaan belum terpenuhi. 2.5.2 Pengukuran Citra Merek Menurut Aaker dalam Ferrinadewi (2008:33), terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan dalam membentuk sebuah brand yaitu: 1. Recognition, tingkat dikenalnya sebuah merek (brand) oleh konsumen. 2. Reputattion, tingkat atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek (brand) karena lebih terbukti mempunyai “track record” yang baik. 3. Affinity, semacam emotional relationship yang timbul antar sebuah merek (brand) dengan konsumennya. 4. 2.6 Brand loyalty, ukuran dari kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek. Penelitian Terdahulu Lucky Fibrianto (2011), yang berjudul: “Anslisis Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Loyalitas Pelanggan Bus Damri Kota Semarang (Studi Kasus Pada Penumpang Bus Damri Kota Semarang)”. Metode penelitian menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 100 penumpang Bus Damri. Setelah hasil didapatkan melalui uji reliabilitas dan validitas, lalu dianalisis menggunakan Regresi Linier Berganda dengan program SPSS 15.0 for Windows yang didalamnya dilakukan uji asumsi klasik, uji multikoleniaritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji t, uji f dan uji koefisien determinasi (R 2). Berdasarkan analisis yang dilakukan, disimpulkan bahwa service quality Universitas Sumatera Utara (SERVQUAL) mempengaruhi tingkat loyalitas pelanggan, baik secara individu maupun secara simultan dan terbukti secara empiris. Faktor dominan yang paling mempengaruhi loyalitas pelanggan di Bus Damri Kota Semarang adalah jaminan. Hasil dari penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi terhadap penelitian selanjutnya atau sebagai informasi yang dibutuhkan untuk akademisi dan Bus Damri Kota Semarang itu sendiri. Margining Rahajoe (2012), yang berjudul: “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan bus PO. Nugroho Semarang”. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya PO. Nugroho untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah menggunakan jasa pelayanan bus PO. Nugroho Semarang untuk berbagai rute pada tanggal 10 Januari sampai 10 Maret 2012, yaitu ada sejumlah 300 konsumen. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan teknik Proporsional Random Sampling dan sampelnya adalah 75 orang responden. Hasil analisis dengan menggunakan uji t dan uji F, maka hipotesis yang menyatakan bahwa harga (price), pelayanan (service) dan fasilitas (facility) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan bus PO. Nugroho Semarang, baik secara parsial maupun secara bersama-sama diterima, dimana nilai t hitung masing-masing variabel adalah 2.508 (X1), 2.493 (X2) dan 2.049 (X3) lebih besar daripada t tabel 1.9930 serta nilai F hitung 4.787 lebih besar daripada F tabel 2.73. Saran yang dapat dijadikan pertimbangan bagi PO. Nugroho Semarang untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya, antara lain PO. Nugroho Semarang harus senantiasa mengadakan evaluasi atas kebijakan penetapan harga (tarif) dan dalam Universitas Sumatera Utara memberikan pelayanan kepada konsumen selalu bersikap sopan dan ramah, profesional, disiplin dan tepat waktu. Dimas Raditya (2011), yang berjudul: “Kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen pengguna jasa transportasi PO. Wisata Komodo Denpasar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan secara simultan dan parsial terhadap kepuasan konsumen pengguna jasa transportasi PO. Wisata Komodo. Untuk mengetahui diantara variabel tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan konsumen pengguna jasa transportasi PO. Wisata Komodo. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penumpang PO. Wisata Komodo, sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini adalah kualitas layanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty berpengaruh secara simultan. Wujud fisik, kehandalan, daya tanggap, dan empati yang mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Sedangkan jaminan tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen. Kehandalan memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan konsumen. Shandy Ibnu Zakaria (2013), yang berjudul: “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen terhadap pengguna jasa transportasi (studi kasus pada pengguna Bus Trans Jogja di Kota Yogyakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas pelayanan, persepsi harga dan citra merek berpengaruh terhadap kepuasan konsumen terhadap pengguna jasa transportasi bus Trans Jogja di kota Yogyakarta. Penelitian ini juga bertujuan menganalisis faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kepuasan Universitas Sumatera Utara konsumen pada objek pengguna bus Trans Jogja di Kota Yogyakarta. Variabel kualitas pelayanan memiliki pengaruh paling besar terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,407, kemudian diikuti oleh variabel persepsi harga sebesar 0,267, dan terakhir yang paling rendah yaitu variabel citra merek sebesar 0,235. Pengujian hipotesis yang dilakukan menggunakan uji t menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu kualitas pelayanan (X1), persepsi harga (X2) dan citra merek (X3) yang diteliti secara positif dan signifikan mempengaruhi variabel dependent yaitu kepuasan konsumen (Y). Kemudian uji f dapat diketahui bahwa variabel kualitas pelayanan, persepsi harga dan citra merek memang layak untuk menguji variabel dependen yaitu kepuasan konsumen. Adjusted R Square menunjukkan bahwa 72,3% variasi kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen dalam persamaan regresi berganda. Sedangkan sisanya 27,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar ketiga variabel tersebut. Universitas Sumatera Utara