BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Persepsi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Persepsi Konsumen
1. Pengertian Persepsi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:146)“Perception is process by
which an
individuals selects, organizers,
and interprets stimuli into the a
meaningfull and coherent picture of the world”. Kurang lebihnya bahwa persepsi
merupakan
suatu
mengorganisasikan,
proses
dan
yang
membuat
menginterpretasikan
seseorang
untuk
memilih,
rangsangan-rangsangan
yang
diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya.
Sedangkan Kotler
dan
Amstrong (2008:174) mengemukakan bahwa dalam
keadaan yang sama, persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbedabeda, hal ini disebabkan oleh adanya proses perceptual (berhubungan dengan
ransangan sensorik) yaitu atensi selektif, distorsi selektif dan retensi selektif.
Mowen (Sumarwan, 2003: 70) menyebutkan tahap pemaparan, perhatian
dan pemahaman sebagai persepsi dan persepsi ini bersama dengan memori akan
mempengaruhi pengolahan informasi. Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek
akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat yang subyektif.
Persepsi yang dibentuk seseorang terhadap sesuatu sangat dipengaruhi
pikiran dan lingkungan nya.
oleh
2. Proses Persepsi
Proses pembentukan persepsi dapat dilihat sebagai berikut
STIMULUS
Penglihatan
Suara
Bau
Rasa
Indra
Penerima
Seleksi
PERSEPSI
Peng
organisasian
Persepsi
Interprestasi
Sumber : Nugroho J Setiadi (2003:161)
Gambar 2.1 Proses Persepsi
a. Seleksi persepsi
Seleksi persepsi terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus
berdasarkan psychological set (berbagai informasi yang ada didalam memorinya)
yang dimiliki oleh konsumen tersebut. sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih
dahulu stimulus harus mendapatkan perhatian dari konsumen. tidak semua
stimulus yang dipaparkan dan diterima konsumen akan memperoleh perhatian
konsumen dikarenakan konsumen memiliki keterbatasan sumberdaya pemikiran
untuk mengolah semua informasi yang diperolehnya. Oleh karena itu konsumen
melakukan seleksi terhadap setiap informasi dan stimulus yang diterimanya. Dua
proses yang sebenarnya terjadi dalam seleksi perceptual ini adalah perhatian
(attention) dan seleksi itu sendiri.
perhatian yang dilakukan konsumen dapat terjadi secara disengaja
(voluntary attention) yaitu ketika konsumen secara aktif mencari informasi yang
mempunyai relevansi baginya. Faktor pribadi merupakan faktor pendorong dari
perhatian ini dan berada diluar control pemasar. Konsumen secara sengaja akan
memberikan perhatian kepada stimulus yang akan membernya solusi yang
dibutuhkannya. Faktor lain adalah harapan konsumen yang dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalunya terhadap produk. Seleksi perceptual terjadi ketika
konsumen
melakukan
voluntary
attention,
dimana
konsumen
memiliki
keterlibatan yang tinggi terhadap suatu produk dan secara aktif mencari informasi
mengenai produk tersebut dari berbagai sumber.
Perhatian yang tidak disengaja (involuntary attention) terjadi ketika
kepada konsumen dipaparkan sesuatu yang menarik, mengejutkan atau sesuatu hal
yang tidak diperkirakan sebelumnya yang tidak ada relevansinya dengan tujuan
dan kepentingan konsumen. Faktor ini dapat dikontrol dan dimanipulasi oleh
pemasar dengan tujuan utama untuk menarik perhatian konsumen.
b. Pengorganisasian Persepsi
Pengorganisasian persepsi berarti bahwa konsumen mengelompokkan
informasi dari berbagai sumber kedalam pengertian yang menyeluruh untuk
memahami lebih baik dan bertindak atas pemahaman itu. Pengorganisasian ini
akan memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yang
terintegrasi serta evaluasi terhadap stimulus.
c. Interprestasi Persepsi
Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interprestasi atas stimulus
yang diterima konsumen. Setiap stimulus yang diterima oleh konsumen baik
disadari ataupun tidak disadari akan diinterrprestasikan oleh komsumen.
Interprestasi tersebut didasarkan pada pengalaman penggunaan suatu produk pada
masa lalu dan pengalaman itu tersimpan dalam memori jangka panjang. Pada
proses ini konsumen membuka kembali berbagai informasi dalam memori jangka
panjangnya (long term memory) yang akan membantu konsumen melakukan
evaluasi atas berbagai stimulus. Tahaap inilah yang disebut persepsi konsumen
terhadap obyek atau citra produk (product images) sebagai output dari penerimaan
konsumen terhadap stimulus. Persepsi konsumen bisa berupa persepsiproduk,
persepsi merek, persepsi pelayanan, persepsi harga, persepsi kualitas produk
ataupun persepsi terhadap produsen
3. Implikasi Persepsi Terhadap Pemasaran
Konsumen cenderung untuk membentuk persepsi terhadap merek, toko
dan perusahaan didasarkan pada inferensi atau kesimpulan yang mereka peroleh
dari stimulus pemasaran dan lingkungan. Citra adalah total persepsi terhadap
suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber
setiap waktu. Sasaran penting dari strategi pemasaran adalah untuk mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap merek, toko dan perusahaan.
a. Citra Merek
Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap
merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek
tersebut. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap berupa keyakinan dan
preferensi terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra positif terhadap suatu
merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.
Perusahaan perlu memperhatikan bagaiman amempertahankan dan
meningkatkan citra merek yang sudah positif. Cara yang paling tepat untuk
mempengaruhi konsumen adalah dengan melakukan positioning produk dengan
menonjolkan keunggulan merek dan produk sesuai dengan konsep produk dan
target pasar .
b. Citra Toko
Konsumen mengembangkan citra toko bedasarkan iklan, kelengkapan
produk yang merupakan pengalaman berbelanja dan pendapat dari orang lain.
Citra toko yang ada dibenak konsumen akan mempengaruhi citra merek secara
langsung, sehingga penetapan produk pada rantai pengecer (ritel) merupakan
salah satu sarana untuk pembentukan citra.
c. Citra Perusahan
Selain pengembangan persepsi terhadap merek dan toko, konsumen juga
memperhatikan berbagai informasi mengenai perusahaan seperti bagaimana
pengalaman perusahaan dalam produksi produknya atau bagaimana posisi
perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain. Konsumen mempunyai
pengalaman yang baik dengan produk yang dihasilkan perusahaan akan
membantu persepsi yang baik terhadap perusahaan. Melalui citra positif
konsumen ini, perusahaan akan dapat mengembangkan berbagai level produk
yang lebih luas untuk diproduksi dan dijual.
2.1.2. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran adalah upaya perusahaan dapat menyampaikan apa
yang mereka tawarkan kepada konsumen dan konsumen dapat menerimanya
dengan baik. Ada beberapa elemen komunikasi pemasaran yaitu periklanan,
penjualan tatap muka (personal selling), kehumasan (public relation) dan
pemasaran langsung. Namun dalam konteks pemasaran eceran (retail), bauran
pemasaran ini tetap tidak dapat terpisah dengan kondisi-kondisi perusahaan
eceran. artinya semua elemen digunakan dengan porsi masing-masing sesuai
dengan tujuan masing-masing namun tetap sebagai satu kesatuan. Secara umum
tujuan komunikasi pemasaran adalah berusaha memberikan pengaruh dalam
pengambilan keputusan pembelian konsumen.
menunjukkan beberapa tahap yang sering terjadi pada konsumen perusahaan
eceran sebagai berikut:
Kesadaran
dan
Pengetahuan
Tentang toko
Sikap
Menyenang
i
Kunjungan
toko
Kunjungan
Ulang
Sumber: Amir (2005:86)
Gambar 2.2: Tahap Perilaku Konsumen Eceran.
Setiap tahapan dalam proses membutuhkan alat komunikasi yang berbeda
agar sesuai denagan sasaran perusahaan. Tujuan perusahaan melakukan
komunikasi pemasaran adalah.
1. Untuk Positioning
Kesan umum atau persepsi harus diciptakan perusahaan dibenak
pelanggan dan orang banyak sehingga perusahaan terlihat berbeda atau memiliki
diferensiasi dengan perusahaan lain. Tujuan ini bersifat jangka panjang dan
biasanya dikaitkan dengan produk, harta ataupun gaya hidup.
a. Persepsi kualitas (perceived quality), merupakan persepsi konsumen terhadap
keseluruhan kualitas dan keunggulan produk atau merek. Persepsi kualitas
merupakan persepsi konsumen secara individual dan tidak dapat ditentukan
secara obyektif karena melibatkan apa yang penting bagi masing-masing
konsumen yang berbeda terhadap suatu merek. Persepsi kualitas mempunyai
peranan penting dalam membangun suatu merek, karena dapat menjadi alasan
penting yang diperbandingkan konsumen yang pada gilirannya mempengaruhi
konsumen memutuskan merek yang dibeli. Sedemikian pentingnya persepsi
kualitas bagi suatu merek sehingga upaya untuk membangun persepsi kualitas
yang kuat perlu memperoleh perhatian serius karena peningkatan persepsi
kualitas yang diinginkan harus diikuti dengan peningkatan kualitas nyata
produk perusahaan.
b. Nilai emosional (emotional value), menurut Forgas (Tjiptono, 2000:125) dalam
batas tertentu emosi mempengaruhi pikiran manusia dan mempengaruhi
mereka dalam menangani informasi. Demikian juga halnya dengan perilaku
konsumen terutama dalam keputusan pembelian. Konsumen membeli dan
mengonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsionalnya tetapi juga
karena nilai emosionalnya. Nilai emosional ini mencakup kenikmatan,
penciptaan nilai diri, kepuasan dan lain-lain yang berkaitan dengan emosi.
Emosi memainkan peranan yang penting dalam proses pengambilan keputusan
mulai dari identifikasi masalh sampai pada perilaku paska pembelian karena
suatu produk tidak saja memiliki nilai tangible tetapi juga nilai intangible bagi
konsumen. Pemahaman mengenai sisi emosional konsumen dapat memberikan
manfaat bagi pemasar untuk memberikan gambaran yang lebih utuh mengenai
perilaku konsumen.
c. Harga (price), merupakan atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan
oleh konsumen untuk mengevaluasi dan menilai suatu produk. Untuk kalangan
berpendapatan rendah maka harga adalah faktor paling utama yang
dipertimbangkan dalam memilih produk. Sebaliknya ada konsumen yang
menjadikan harga bukan sebagai faktor utama dalam melakukan pembelian.
Secara bersamaan, faktor-faktor ini akan menentukan nilai persepsi konsumen
yang akan mereka hubungkan yaitu antara kualitas produk dan harga yang akan
dibayarkan. Faktor kesesuaian antara harga dan kualitas produk dapat menjadi
pertimbangan bagi konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk.
Konsuen melakukan pembelian dengan mempertimbangkan kualitas karena
konsumen memandang adanya kesesuaian harga bila mereka menilai produk
yang ditawarkan berdasarkan kualitas yang tinggi dan baik. Sedangkan untuk
nilai unik, konsumen memandang adanya kesesuaian harga bila mereka
menilai produk memberikan manfaat yang unik dan tidak ada produk
pengganti yang sesuai.
2. Untuk peningkatan penjualan.
Merupakan tujuan perusahaan yang sifatnya adalah untuk jangka pendek
yaitu untuk mendapatkan laba.
2.1.3 Perilaku Konsumen
1. Pengertian perilaku konsumen
Istilah perilaku erat hubungannya dengan obyek yang studinya diarahkan
pada permasalahan manusia. Dalam pemasaran perilaku konsumen terus menerus
dikembangkan oleh para pemasaran. Hal ini sangat penting mengingat bahwa
setiap perusahaan harus dapat mengenal dan memahami perilaku konsumennya
baik apa yang mereka pikirkan (kognisi), sehingga dapat menetapkan stategi yang
tepat. Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul tindakan itu.
The American Marketing Association (Setiadi, 2003:3) mendefenisikan
perilaku konsumen sebagaiinteraksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku
dan lingkungan mereka dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam
hidup mereka. Pada defenisi ini, terdapat tiga ide penting perilaku konsumen
yaitu:
a. Perilaku konsumen bersifat dinamis, yang berarti bahwa perilaku
konsumen, kelompok konsumen ataupun masyarakat luas selalu
berubah dan bergerak
b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi afeksi (perasaan), kognisi
(pemikiran), perilaku dan kejadian dilingkungannya.
c. Perilaku
konsumen
melibatkan
pertukaran,
karena itu
peran
pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen
melalui penerapan berbagai strategi pemasaran.
2. Hubungan Perilaku Konsumen Dengan Strategi Pemasaran
Strategi pekmasaran merupakan suatu rencana yang disusun untuk
mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi
pemasaran diarahkan untuk meningkatkan frekuensi perilaku konsumen seperti
peningkatan kunjungan maupun pembelian produk tertentu. Hal ini dilakukan
dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran pada sasaran
konsumen yang dituju dengan cara melakukan analisis terhadap berbagai hal yang
menyangkut konsumen. Analisis ini membutuhkan pengertian tentang hal-hal
yang dipikirkan dan dirasakan konsumen terhadap merek dan produk perusahaan.
Misalnya adalah cara mereka membeli, alasan dan situasi konsumen pada saat
membeli dan menggunakan produk perusahaan. Semakin banyak perusahaan
belajar mengenai konsumen, maka semakin banyak kesempatan untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil. Srategi pemasaran bukan
hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga diupayakan untuk mengubah apa
yang mereka pikirkan dan rasakan mengenai produk dan merek perusahaan. Hal
ini menunjukan kemampuan riset dan analisis terhadap perilaku konsumen sangat
penting dalam penerapan strategi yang sesuai.
2.1.4 Keputusan Pembelian Konsumen
Setiapkonsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian,
pembelian dan penggunaan beragam produk dan merek. Berbagai macam
keputusan mengenai aktivitas kehidupan sering kali harus dilakukan setiap hari.
Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2003,: 289) mendefenisikan suatu keputusan
sebagai suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih alternatif.
Secara umum proses keputusan pembelian konsumen dapat dilihat sebagai
berikut:
PENGENALAN
KEBUTUHAN
PENCARIAN
INFORMASI
EVALUASI
ALTERNATIF
PERILAKU
PASCA
PEMBELIAN
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
Sumber : Setiadi (2003:161)
Gambar 2.3: Proses Pengambilan Keputusan
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses ini dimulai saat konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan.
Konsumen menyadari terdapat perbedaan antara kondisi yang diinginkannya
dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan ini disebabkan rangsangan
internal yang berasal dari dalam diri konsumen (seperti rasa lapar danhaus) atau
karena rangsangan dari luar (seperti iklan).
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk
mencari informasi lebih banyak. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika
konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli
dan mengkonsumsi suatu produk. Pencarian yang dilakukan konsumen meliputi
pencarian eksternal.
Pencarian internal dilakukan dengan mengingat kembali semua informasi yang
ada dalam memorinya. Informasi yang dicari meliputi bernagai produk dan merek
yang sangat dikenalnya yang tebagi dalam tiga bagian yaitu kelompok yang
dipertimbangkan, inert set, yaitu kumpulan merek yang dipandang tidak berbeda
satu sama lain dan kelompok produk yang ditolak atau tidak bisa diterima.
Pada pencarian eksternal, konsumen akan mengkombinasikan apa yang
diperoleh dari pencarian internal internal dengan informasi yang diperolehnya dari
luar mengenai produk. Informasi eksternal dapat diklasifikasikan menjadi sumber
pribadi (keluarga, teman dan kenalan), sumber komersil (iklan, tenaga penjualan,
penyalur dan pameran) dan sumber umum (media massa da organisasi
konsumen).
3. Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan terhadap produk
dan merek dan memilihnya sesuai dengan keinginan konsumen dengan
membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya alternatif yang
diberikan kepada konsumen. Menurut Mowen dan Minor (Sumarwan, 2003: 301),
pada tahap ini konsumen membentuk kepercayaan, sikap intensinya mengenai
alternatif produk yang dipertimbangkan. Proses evaluasi alternatif dan proses
pembentukan kepercayaan merupakan proses yabg sangat terkait erat.
Rumit atau tidaknya proses evaluasi alternatif yang dilakukan konsumen
sangat tergantung kepada model pengambilan keputusan yang dijalaninya. Dalam
pengambilan keputusan yang bersifat habitual (kebiasaan), maka konsumen hanya
membentuk keinginan untuk membeli ulang produk yang sama seperti yang
dilakukan sebelumnya. Apabila konsumen tidak memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai produk yang akan dibelinya, maka konsumen mungkin akan
mengandalkan rekomendasi alternative dari pihak lain. Kebanyakan model dari
proses evaluasi ini bersifat kognif, yaitu konsumen melakukan pembentukan nilai
terhadap produk dan merek terutama didasarkan pada pertimbangan yang sadar
dan rasional. Konsumen akan mengembangkan sepaerangkat kepercayaan merek
dimana setiap merek mempunyai cirri dan karakteristik masing-masing.
Kriteria evaluasi adalah atribut atau karakteristik dari produk yang
digunakan untuk mengevaluasi dan menilai alternatif pilihan. Kriteria evaluasi
yang ditentukan konsumen dapat berupa harga, merek, kualitas, produsen, asal
negara dan sebagainya.
4. Keputusan Pembelian
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
Keputusan pembelian konsumen sangat di pengaruhi oleh faktor
kebudayaan, sosial, peribadi, dan psikologis dari pembeli. Sebagian besar adalah
faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar
diperhitungkan.
1. Faktor-faktor kebudayaan
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang, bila makhluk-makhluk lainnya bertindak
berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari.
b. Sub- budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub- buya dapat dibedakan menjadi emp[at jenis yaitu
kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan. Kelompok ras, area
geografis.
c. Kelas social
Kelas social adalah kelompok yang relative homogeny dan bertahan lama
dalam suatu merek yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.
2. Faktor-faktor social
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang.
b. Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli yang
pertama adalah orientasi yang merupakan orang tua seseorang dan orang
itulah seseorang yang mendapat pandangan tentang agama, politik, ekonomi
dan mereasakan ambisi peribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga
prokreasi adalah pasangan hidup anak-anak seseoarng keluarga merupakan
organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu
masyarakat dan telah diteliti secara intensif.
3.
Faktor Pribadi
a. Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga,
beberapa peneliti terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam
siklus hidup psikologis orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan
atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
b. Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang
memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
c. Keadaan ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya ( termasuk persentase yang mudah
dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap
mengeluarkan lawan menabung
d. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang diekspresikan oleh
kegiatan, minat dan pendapatan seseorang secara keseluruhan yang
berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu
dibalik kelas social seseorang.
e. Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian adalah karak teristik psikologis yang berbeda dari setiap orang
yang memandang responnya terhadap lingkungannya yang relatif konsisten.
Kepribadian konsep diri dapat merupakan suiatu variable yang sangat
berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis-jenis kepribadian
dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis
kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.
4. Faktor Psikologis
a. Motivasi
Beberapa kebutuhan bersifat mogenic, kebutuhan ini timbul dari suatu
keadaan psikologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman.
Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain psikologemik yaitu kebutuhan yang
timbul dari keadaan psikologis tertentu, seperti kebutuhan untuk dihargai,
kebutuhan harga diri, atau kebutuhan diterima.
b. Persepsi
Persepsi didefenisikan
sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan
sesuatu gambaran yang berarti dari dunia ini.
c. Proses belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman.
d. Kepercayaan dan sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang
terhadap sesuatu.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Dianawati (2001) dengan judul “Hubungan
antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi halal makanan kaleng
dengan pengambilan keputusan pembelian pada konsumen muslim di surabaya”
bertujuan meneliti hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi
halal makanan kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen
muslim di Surabaya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan
yang merupakan keputusan untuk terlibat dalam tindakan tertentu. Pengukuran
kecenderunngan pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan
pemyataan-pemyataan dengan indikator konsumen memiliki beberapa alternatif
produk lain, konsumen memiliki berbagai informasi tentang produk lain,
konsumen melakukan evaluasi/penilaian alas berbagai kategori produk yang akan
dibeli, konsumen melakukan pengintegrasian alas berbagai pengetahuan yang
dirniliki, dan konsumen melakukan pembelian.
Penelitian yang dilakukan Rosyidi (2001) dengan judul “Analisis
pengaruh faktor-faktor persepsi konsumen terhadap perilaku konsumen dalam
proses pengambilan keputusan pembelian surat kabar di wilayah kotamadya
suarabaya” bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor merek surat kabar,
kualitas surat kabar, pelayanan, jasa iklan, harga, promosi, distribusi, pendapatan
dan keyakinan terhadap perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan
pembelian surat kabar jawa pos dan surat kabar surya baik secara serempak
maupun parsial.Hasil penelitian faktor merek surak kabar, kualitas surat kabar,
pelayanan, jasa iklan, harga, promosi, distribusi, pendapatan dan keyakinan
menunjukkan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian surat kabar,
baik surat kabar jawa pos maupun surat kabar Surya.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesa atau kesimpulan
sementara dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan
keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untukl
memecahkan masalah penelitian serta menyusun hipotesis yang berbentuk bagan
atau alur dengan penjelasan kualitatif.
Riset yang dilakukan dua pakar pemasaran dari University of Western
Australia, Sweeny dan Sountar tahun 2001 (Tjiptono, 2004: 141) berusaha
mengembangkan item-item perceived value. Skala ini dinamakan PERVAL dan
dimaksudkan untuk menilai persepsi konsumen terhadap nilai suatu produk yang
tahan lama (durable goods) yang dikembangkan berdasarkan konteks situasi
pembelian eceran (retail) untuk menentukan nilai konsumsi yang mengarah
kepada sikap dan perilaku pembelian konsumen. PERVAL dikembangkan dalam
dimensi:
1. Quality/performenc, yaitu nilai yang diperoleh dari persepsi terhadap kualitas
dan kinerja produk.
2. Emosional Value, yaitu nilai yang berasal dari perasaan atau afeksi dan emosi
positif yang ditimbulkan dari menkonsumsi produk.
3. Price, yaitu nilai yang didapatkan dari persepsi mengenai harga atau biaya
yang dikeluarkan konsumen.
Durianto (2001: 100) menyatakan dari sekian banyak faktor persepsi yang
mempengaruhi keputusan, persepsi kualitas merupakan faktor yang memegang
peran penting dalam keputusan pembelian. Dalam konteks, persepsi kualitas,
sebuah produk atau merek yang berkualitas merupakan alasan yang paling penting
untuk dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian. Persepsi kualitas yang
positif akan mendorong keputusan pembelian konsumen dan dapat menciptakan
loyalitas terhadap produk atau merek tersebut.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka dapat digambarkan
kerangka teori konseptual sebagai berikut:
Persepsi Konsumen (X)
Kualitas Produk (X1)
Nilai Emosional (X2)
Keputusan Pembelian (Y)
Kesesuaian Harga (X3)
Sumber:Tjiptono (2004) dan Durianto (2001) diolah.
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah
penelitian. Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Persepsi konsumen (kualitas produk, emosional dan kesesuaian harga)
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian produk Hand Body Lotion Vaseline For Men Di Kelurahan
Gaharu”.
Download