Seleksi Bakteri Asam Laktat Indigenus Sebagai

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Probiotik
Probiotik telah didefinisikan dalam beberapa cara tergantung dari pemahaman
tentang mekanisme aksinya dalam memberikan pengaruh bagi kesehatan dan kehidupan
manusia. Istilah probiotik pertama kali dicetuskan untuk
mendeskripsikan senyawa
pang dihasilkan mikroorganisme yang dapat lnenstimulir pertumbuhaii mikroorganisme
lain Selanjutnya definisi probiotik berkembang menjadi organisme dan senyawa yang
dapat menghasilkan keseimbangan mikroflora dalam usus Lebih lanjut Fuller (1 9S9),
mendefinisikan probiotik sebagai bahan pangan yang mengandung mikroorganisme
dalam keadaan hidup yang mempunyai pengaruh menguntungkan bagi inangnya dengan
meningkatkan keseimbangan mikroflora usus. Definisi tersebut diperluas oleh para ahli
dari Eropa dengan niempertimbangkan mekanisme probiotik selain yang diperantarai
mikroflora usus. Probiotik adalah bahan pangan berupa mikroorganisme hidup yang
mempunyai pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan manusia
Dewasa ini seiring dengan adanya perkembangan data hasil penelitian ilmiah dan
aplikasi tentang pengaruh probiotik, diusulkan suatu definisi baru yaitu sediaan sel
mikroba atau komponen dari sel mikroba yang mempunyai pengaruh menguntungkan
pada kesehatan dan kehidupan inangnya (Salminen ef al. 1999). Definisi tersebut
memiliki implikasi bahwa probiotik tidak selalu hams berupa sel hidup karena telah
terbukti bahwa probiotik dalam bentuk sel yang tidak hidup juga menunjukkan pengaruh
positif terhadap kesehatan inang (Ouwehand dan Salminen 1998). Definisi tersebut juga
tidak membatasi penggunaan probiotik sebagai bahan pangan, aplikasi dalam bentuk
lain jucga telah dilaporkan mempunyai pengaruh menguntungkan bagi kesehatan, dan
tidak hanya sel mikroba utuh tetapi bagian dari sel juga telah terbukti mempunyai
pengaruh terhadap kesehatan. Mekanisme aksi dari probiotik yang melibatkan mikroba
dalam bentuk hidup maupun tidak, terdapat pada Gambar I .
(3= sel hidup
= scl tidak
Pemberian secara oral
hidup
USUS
Mcmpengaruhi iillun :
Ig A naik _
Ig E turun
Infeksl saluran kenclng ', - '?
Meliurunkan kolesterol
serum darah ?
Modulas~
~ k e m b a n g a n<
anker usus
r
Mengurang~gejala loclose lntolernnce (
Memperpendek diare
rotavirus @
Mefigurangi lanker
empedu kambuhan
\ -
Gambar 1. Mekanisme pengaruh probiotik berupa sel hidup dan tidak hidup terhadap
kesehatan (Salminen et of. 1999)
Konsumsi probiotik yang utama bagi manusia adalah dalam bentuk makanan
berbasis susu yang mengandung spesies bakteri usus yaitu ,&ctobaciflus dan
hifidobacteriu.
Sejumlah penelitian mengungkapkan beberapa pengaruh positif bagi kesehatan
dari probiotik yaitu sebagai berikut
.
a Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit infeksi terutama infeksi usus dan diare
(Vanderhoof et a/. 1999, Rolfe 2000, Roos dan Katan 2000, Guerin-Danan r i 01.
200 1)
b. Menurunkan tekanan darawantihipertensi (Yamamoto et al. 1994; Nakamura et al.
1995a, 199%; Yamamoto ct al. 1999)
c. Menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah (Grunewald 1982; Pulusani dan Rao
1983; Danielson ef 01. 1989; Rodas ef nl. 1996, Alkalin el al. 1997)
d Mengurangi reaksi lactose iiirolera?zce (Jiang et nl. 1996; Jiang dan Savaiano 1997,
Mustapha et 01. 1997)
e Mempengaruhi respon imun (Takahashi et 01. 1993; Pessi ef nl. 1998; Ha et nl. 1999,
Perdigon el crl. 1999; Tejada-Simon ef ul. 1999, Erickson dan Hubbard 2000, Sanders
2000; Pestka ei a/. 2001).
f Menurunkan risiko terjadinya tumor dan kanker kolon (Ayebo et al. 1981; Reddy et
al. 1983, Gallaher dan Khil 1999; Reddy 1999, Wollowski et 01. 1999; Brady et al.
2000; Roos dan Katan 2000)
g. Bersifat antimutagenik (Hosono ef a/. 1990; Hosoda et al. 1992a, 1992b; Thyagaraja
dan Hosono 1993; Ebringer et a/. 1995; Boubekri dan Ohta 1996; Hosoda et al. 1996;
Usman dan Hosono 1999) serta bersifat antikarsinogenik (Goldin dan Gorbach 1984;
Fernandes dan Shahani 1990)
Menurut Shortt (1999), ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan produk probiotik dengan pengaruh positif yang optimal bagi inanpya,
diantaranya adalali
a Spesies bakteri probiotik sebaiknya nierupakan tlora normal usus dengan demikian
bakteri lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan usus
b. Tidak bersifat patogen
c Toleran terhadap asam dan garam empedu
d Memiliki kemampuan untuk menempel dan mengkolonisasi sel usus
e Memiliki aktivitas antagonistik terhadap mikroba patogen enterik
f Terbukti memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap kesehatan
g Memiliki kemampuan untuk bertahan selama proses pengolahan dan selama waktu
penyimpanan
h Produk probiotik diharapkan memiliki jumlah sel hidup yang besar (lo7-109)
i Total konsumsi produk probiotik sekitar 300-400 gram per minggu. Dua alasan
terakhir diperlukan untuk memperkirakan bahwa tersedia cukup bakteri probiotik
dalam tubuh untuk memberi pengaruh positif (Tannock 1999)
Makanan yang mengandung mikroba probiotik untuk konsumsi manusia telah
dipasarkan di Jepang sejak tahun 1920-an Produk probiotik pertama menggunakan
bakteri L. acidophzhrs dan L. casez sebagai komponen dalam produk susu fermentasi
Dalam perkembangannya, jumlah spesies mikroba yang terlibat dalam produk probiotik
meningkat dengan sangat pesat, tetapi makanan pembawa kultur probiotik yang utama
tetap susu fermentasi dengan berbagai variasi produk olahannya (Hui 1993)
Karakteristik. Klasifikasi dan Aplikasi Bakteri Asam Laktat dalam Susu
Fermentasi
Bakteri asam laktat bersifat Gram positif, tidak membentuk spora, dapat berbentuk
bulat atau batang, dengan komposisi basa DNA kurang dari 50% mol G+C. Umumnya
bersifat katalase negatif tetapi kadang-kadang terdeteksi katalase semu pada kultur yang
ditumbuhkan pada konsentrasi gula rendah. Untuk tumbuh membutuhkan karbohidrat
yang dapat difermentasi (Pot et al. 1994).
Semula bakteri asam laktat diklasifikasikan menjadi 4 genus yaitu Lacfohacillzr.~,
Lelico~lostoc,Streprococczl.~,dan Yedrococczr.~,yang didasarkan pada ciri morfologi, tipe
fermentasi, kemampuan tumbuh pada suhu yang berbeda, sifat stereospesifik (D atau L
laktik), serta toleransi terhadap asam dan basa. Klasifikasi bakteri asam laktat
berkembang sehingga genus L,actohacill~ismenjadi Lacfobacil1tr.r dan Carnohacterirrm.
Genus Stt.epfococc?rs menjadi 4 yaitu Streptococcrr.s, l,actococcz~s, l.lagococczr.s, dan
I<~lrerococczr.s. Genus Pediococczrs menjadi I.'ediococclrs, Tetraget?ococczi.~dan
Aerococcus. Sementara tidak ada perubahan pada genus I~eucor~ost~~c.
Klasifikasi yang
baru tersebut dihasilkan dengan mempertimbangkan komposisi asam lemak pada
membran sel, rnotilitas dan urutan r RNA, serta persen guanin dan sitosin pada DNA
(Pot e f al. 1994).
Kini berbagai spesies bakteri asam laktat diaplikasikan dalam produk susu
fermentasi (Tabel 1) dan spesies bakteri asam laktat bersama bifidobakteria merupakan
mikroorganisme yang paling banyak dikembangkan sebagai kultur probiotik terutama
yang berupa bahan pangan (Tabei 2).
Tabel 1. Beberapa bakteri asam laktat yang sering digunakan dalam produk
fermentasi susu
Produk
Bakteri
Lnctohncrl1rr.s thermofil homofermentatif
1 Yogurt, keju Sjsiss dan
L. de/hi.neckr/ ssp hu/garic/r.s
Italia, mentega susu
L. clelhr-lrecku ssp. Irrcfis
I,. delhrrlcck~rssp. deIhrr/eckli
Susu acrdol,/?rl ~ ~ smi,
L, acidoph/ki.c
numan yogurt, miru-miru,
kefir, koumis
Kefir, minuman yogurt
L. he11vtrc1r.s
Yogurt
L. hehreticus ssp.jugi~ri
L. femelilunt
Lnctohacill~~s
mesofil heterofermentatif
Yakult, minuman yogurt,
L. casei ssp. c c ~ ~ e i
miru-miru, kefir
L. casei ssp. psezido~~lai~fa~~o?~,
I,. ccrsei ssp. rlicmlnoznr.s,
I
L. cnsri ssp. tolrraris,
L. ylnrltarinn
L. brcv~.s.L. Xxc>~-rr.
1 Kefir
, s t ~ t ) l ) t ~ c o(Lnctococcrls)
c~~~s
mesofil
Susu fermentasi ScandiStr. /ncti.s ssp lnctis
navia, mentega dan krim
fermentasi, kefir
Mentega fermentasi, krinl
Str. Inctis bio\.ar diucetyhctis
fermentasi. kefir
S~repfococcrls(Lnctococcus)thermofil
Str. therntoyhr/z/s
Yogurt
I,errcorio.stoc
Leu. me.,-rr~tero~deer
ssp. meser~teroid Kefir
Le rr. mesen/crordes ssp. Jextra~rrc?rrn Kefir
Keju cottage dan krim.
Leu. nte.senteroltke,~ssp. cremo~is
mentega fermentasi
1 Leu. citroror~~ir~
I Mentega fermentasi
Sumber : Salminen dan Wright 1993.
Man faat
Menghasilkan
asetaldehida
Potensi
kesehztan
/
Potensi
kesehatan
1
I
4
hqenghasi i kan
nisin dan diplococcin
diasetil
I
I
I
I
Tabel 2. Mikroorganisme yang digunakan dalam produk probiotik
I,. ncickophilr~.~
I,. casei
I,. johtncnrii
L. rezrtcri
L. rhatllnosr~s
L. .salit~arzis
L. platltarztrn
1 L. cri.ya/us
Hnktcri Asnm Laktat
Inintgm
E. .fnecitrm
Bukan
Bakteri Asam Laktat
B. cere1r.s
F,'. ccoli
S. bo~lc~rdii
('1. bri/j~ric~(m
Sumber : Shortt 1999.
Ketahanan Bakteri Asam Laktat terhadap Empedu
Untuk dapat bertahan dan tumbuh pada saluran pencernaan, bakteri asam laktat
sebagai kultur probiotik hams mampu melewati berbagai kondisi lingkungan yang
menekan. Salah satunya adalah pada saat bakteri memasuki bagian atas saluran usus
dimatla ernpedu disekresikan ke dalarn usus
Asam empedu disintesa dalam hati dari kolesterol, menghasilkan senyawa yang
disebut asam empedu primer. Asam empedu utama ini berkonjugasi dengan glisin atau
taurin dan disekresikan ke dalam kantung empedu sebagai asam empedu terkonjugasi
.Isam empedu di dalam kantung empedu dilepaskan ke dalam lumen duodenum da!a:n
bentuk misel dengan asam lemak dan gliserol yang dihasilkan oleh pencernzan lipase
pankreatik. Antara 5.500 sampai 3 5.500 mg asam empedu terkonjugasi disekresikan ke
dalam usus kecil manusia setiap harinya Corzo dan Gilliland (1999), untuk membantu
absorpsi lemak makan, kolesterol, vitamin hidrofobik dan senyawa larut lemak yang
lain. Asam empedu terkonjugasi diserap dari usus kecil (sekitar 97%) dan dikembalikan
ke dalam hati melalui sirkulasi hepatik. Sebagian kecil dari asam empedu (250-400 mg)
yang tidak terserap hilang dari tubuh manusia sebazai asam empedu bebas di feses.
Mekanisme di mana asam empedu diserap dalam usus kecil dan kolon, disintesa kembali
dan disekresikan lagi dikenal sebagai sirkulasi hepatik (Gatnbar 2)
0
KOLON
-0,5 g garam empedu disekresikadhari
Gambar 2. Diagram skematik sirkulasi hepatik asam empedu (Ando dan Oi dalam
Nakazawa dan Hosono, 1992)
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengetahui ketahanan beberapa spesies
bakteri asam laktat pada media yang mengandung garam empedu (Gilliland et a/. 1984:
Usman dan Hosono 1999a; Ngatirah et al. 2000). Pada penelitian yang dilahukan
Gilliland et a/. (1 984). diuji galur-galur I,.acidoyl?il~is
yang diisolasi dari usus anak sapi
pada media MRS Broth / MRSB yang mengandung oxgal 0,3%. Pertumbuhan dimonitor
dengan mengukur waktu yang diperlukan masing-masing galur untuk menyebabkan
peningkatan Optical Density (OD) sebesar 0,3 satuan dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 600nm. Ketahanan terhadap garam einpedu dinyatakan sebagai Lag
Time yang dihitung berdasarkan selisih waktu untuk menyebabkan peningkatan OD
diperlukan bakteri pada media kontrol (MRSB tanpa oxgal) dengan bakteri pada media
yang mengandung oxgal dimana pada penelitian tersebut hasilnya berkisar antara 0,34
jam satnpai lebih dari 3,38 jam Usman dan Hosono (1999a), nieneliti 28 gaiur
ga.~seriyang berasal dari feses manusia. Media yang digunakan dan
pengukuran
ketahanan terhadap garain empedu sama seperti yang dilakukan ole11 Gilliland e/ a/
(1984), dimana hasil Lag Time yang diperoleh berkisar antara 0,01 sampai 3,55 jam.
Ngatirah et.a/. (2000) inenguji ketahanan terhadap garam empedu dari beberapa galur
berbagai spesies bakteri asam laktat yang diisolasi dari makanan fermentasi dan feses
bayi. Pengujian dilakukan pada MRSB yang mengandung garam empedu 10% selama
24 jam. Ketahanan terhadap garam empedu dihitung berdasarkan selisih unit OD yang
dicapai setelah idubasi 24 jam dengan OD pada awal inkubasi yang hasilnya berkisar
antara 1,16-234 Dari penelitian-penelitian tersebut terungkap bah~c-agalur-galur dari
spesies yang sama dan diisolasi dari sumber yang sania memiliki ketahanan terhadap
garam empedu yang beragam atau ketahanan terhadap empedu bersifat strair~deperrcz'rrtt
Ketahanan Bakteri Asam Laktat terhadap pH Rendah
Bakteri asain laktat yang digunakan sebagai kultur probiotik umumnya diberikan
melalui sistem pangan dan oleh karenanya memulai perjalanannya menuju usus bagian
bawah melalui mulut. Untuk itu bakteri hams tahan terhadap berbagai kondisi yang
menekan disepanjang saiuran pencernaan. Salah satunya adalah kondisi di lambung,
yang dalam keadaan kosong mempuny ai pH sangat asam yaitu 13. Berrada et nl. (199 1)
melaporkan bahwa waktu yang diperlukan mulai saat bakteri masuk sampai keluar dari
lambung sekitar 90 menit. Jadi galur yang diseleksi untuk digunakan sebagai probiotik
harus mampu untuk bertahan dalam keadaan asanl lambung selama sedikitnya 90 menit
Bakteri asam laktat adalah mikroorganisme ferinerltatif yang mampu tumbuh pada
kisaran pH yang luas Diantara genus bakteri asam laktat, spesies-spesies dalam
laktobasili dikenal niempuriyai ketahanan yang baik dalam kondisi asani. Pertahanan
utama sel bakteri dari lingkungannya adalah menibran seluler yang terdiri atas struktur
lemak dua lapis. Paparan sel bakteri dalam lingkungan yang sangat asam dapat
menyebabkan kerusakan pada
membran sel tersebut dan keluarnya komponen-
komponen intraseluler yang niengakibatkan kematian sel. Bakteri yang toleran terhadap
asam, membran selnya lebih tahan terhadap kebocoran akibat pH rendah dibandingkan
dengan yang tidak tahan asam (Bender el a/. 1986)
Toleransi bakteri asam laktat yang cuh-p tinggi terhadap asam juga disebabkan
karena kemampuannya untuk mempertahankan pH sitoplasma lebih alkali daripada pH
ekstraseluler (McDonald 1990; Hutkins dan Nannen 1993). Akan tetapi tidak seperti
bakteri netrofilik (hanya tumbuh pada kondisi pH rnendekati netral) yang menjaga pH
intraselulernya mendekati netral, pada bakteri asam laktat terjadi perubahan dinamis pH
intraseluler seiring dengan terjadinya penurunan pH ekstraseluler (Nannen dan Hutkins
199 1, Siegumfeidt et a/, 2000) sehingga tidak terjadi gradien proton yang besar. B a g
bakteri asam iaktat gradien proton yang besar tidak menguntungkan sebab translokasi
proton menggunakan banyak energi (Kobayashi
1985) dan bakteri anaerobik
mendapatkan energi dari metabolisme gula yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan
bakteri aerobik. Selain itu gradien proton yang besar mengakibatkan akumulasi anion
asam organik dalam sitosol yang bersifat toksik bagi sel tersebut (Russel 1992).
Ada beberapa kemungkinan mekanisme bagaimana bakteri mengatur pH internal
tetapi yang paling penting adalah translokasi proton oleh enzim ATP-ase (Hutklns dan
Nannen 1993) Parameter lain yang terlibat dalam pengaturan pH internal adalah
permeabilitas membran plasma terhadap proton. Faktor lain seperti kapasitas buffering
sitoplasma, berpengaruh kecil bagi pengaturan pH intraseluler (Bender ef a/. 1986).
Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat
Pengaruh antagonistik bakteri asam laktat terhadap mikroba patogen disebabkan
karena kemampuannya untuk menempel dan mengkolonisasi saluran pencernaan
sehingga membuat kompetisi sisi penempelan dan nutrisi dengan mikroba patogen.
Selain itu aktivitas antagonistik terhadap bakteri patogen oleh bakteri asam laktat adalah
karena kemampuannya untuk menghasilkan senyawa antimikroba diantaranya asamasam organik, hidrogen peroksida, reuterin dan bakteriosin (Salminen dan Wright 1993).
Asam-asam organik yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat mengakibatkan
akumulasi produk akhir asam dan turunnya pH yang menyebabkan penghambatan yang
luas terhadap bakteri baik Gram positif maupun negatif. Nilai pH rendah yang dicapai,
konstanta disosiasi dan konsentrasi asam menentukan aktivitas penghambatan dari asam
yang dihasilkan Asam-asam lipofilik seperti asam laktat dan asetat dalam bentuk tidak
terdisosiasi dapat menembus sel mikroba dan pada pH intraseluler yang lebih tinggi,
berdisosiasi menghasilkan ion-ion hidrogen dan mengganggu hngsi metabolik esensial
seperti translokasi substrat dan fosforilasi oksidatif, dengan demikian mereduksi pH
intraseluler (Baird dan Parker 1980).
Pengaruh antiinikroba senyawa hidrogen peroksida terhadap mikroba patogen
adalah terjadinya keracunan hiperbarik akibat peroksidasi lemak pang menyebabkan
meningkatnya permeabilitas membran sel Pengaruh bakterisidal yang dihasilkan
metabolit oksigen ini tidak hanya mengoksidasi sel bakteri tetapi juga medestruksi
struktur molekuler dasar dari asam nukleat dan protein sel (Dahl el nl. 1989) Di dalam
susu, selain menghambat mikroorganisme dengan mekanisme di atas hidrogen peroksida
jusa mampu bereaksi dengan senyawa lain lnembentuk senyawa yang inempunyai
pengaruh antimikroba yang disebut sistem laktoperoksidase (sistem LP) Dalam susu
mentah tiosianat (SCN')
pada konsentrasi
1-10 ppm dioksidasi oleh enzim
laktoperoksidase dengan adanya hidrogen peroksida pada konsentrasi sekitar 10
mmol/L, menjadi senpawa antibakteri yaitu hipotiosianat (OSCN) (Reiter dan Harnulv
1984). Senyawa tersebut dapat mengganggu enzim-enzim yang berperan dalam
metabolisme bakteri yang dapat menyebabkan kematian
Reuterin dihasilkan oleh I,actobacillu.s wuterir yang terdapat dalam alat
pencernaan manusia dan hewan. Berat molehxl reuterin adalah hxrang dari 200 Da dan
tahan terhadap aktivitas protease dengan demikian tidak aisebut ~akreriosin Reuterin
merupakan campuran dengan komposisi berimbang dari monomer hidrat dan dimer
sihlik dari p-hidroksipropionaldehida yang terbentuk selama metabolisme anaerobik
eliserol
"
dan gliseral-dehida (Talarico et al. 1988; Talarico dan Dobrogosz 1989)
Reuterin adalah senyawa antimikroba yang mempunyai spektrum yang luas yang
efehif terhadap bakteri Gram negatif, khamir, kapang dan protozoa. Senyawa ini
menghambat enzim-enzim sulfhidril seperti ribonukleotida reduktase, suatu enzim yang
terlibat dalam biosintesa DNA (Talarico dan Dobrogosz 1989).
Bakteriosin
dideiinisikan
sebagai protein
dengan
pengaruh
antagonistik
intraspesifik atau yang memiliki aktivitas sebagai bakterisidal dengan spektrum aktivitas
yang lebih rendah bila dibanding dengan antibiotik (Daeschel 1985). Bakteriosin adalah
senyawa protein, oleh karenanya disintesis melalui mekanisme biosintesis protein
ribosom umum yang melibatkan transkripsi dan tranlasi. Bakteriosin disandi baik oleh
DNA kromosom maupun plasmid. Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat
dapat berupa protein atau kompleks protein (agregat protein, protein lipokarbohidrat,
glikoprotein dan lain-lain) yang aktif secara hayati berpengaruh bakterisidal khususnya
terhadap bakteri gram positif dan yang berkerabat dekat dengan spesies bakteri
penghasilnya. Bakteriosin merupakan suatu kelompok yang heterogen dengan berat
molekul, sifat fisik, kimia, sensitivitas, spektrum aktivitas antimikroba serta cara kerja
yang bervariasi (Vuy st dan Vandamme, 1994).
Hipotesis cara kerja bakteriosin yang sudah diterima secara luas adalah bahwa
bakteriosin bekerja dalam dua tahap yang melibatkan adsorpsi bakteriosin pada reseptor
spesifik atau non spesifik pada permukaan sel yang menghasilkan kematian sel Target
utama dari bakteriosin yang diproduksi bakteri asam laktat kemungkinan besar adalah
membran sitoplasma, karena bakteriosin memulai reaksi-reaksi yang mengubah
permeabilitas membran sehingga mengganggu transpor membran atau menghilangkan
tenaga gerak proton yang mengakibatkan terhambatnya produksi energi dan biosintesis
protein atau asam nukleat (Nissen-Meyer 1992).
Mikroflora Usus
Mikroflora usus adalah ekosistem yang kompleks yang terdiri dari sejumlah besar
bakteri Flora usus manusia terdiri dari sedikitnya 400 spesies bakteri yang berbeda,
dengan jumlah total mencapai 10" sel (Fuller 1989) Baik mikroba anaerobik maupun
fakultatif anaerobik ada dalam flora normal usus, tetapi jumlah mikroba anaerobik jauh
lebih besar daripada fakultatif anaerobik dengan perbandingan 1000.1. Diantara
mikroba-mikroba fakultatif anaerobik tersebut termasuk di dalamnya beberapa spesies
bakteri asam laktat meliputi genus Streptococctts, Enterococcu,~,dan Lactobaci1lti.s.
Kapasitas metabolik dari flora usus tersebut sangat beragam dan dapat menimbulkan
pengaruh negatif maupun positif pada fisiologi usus. Oleh karena itu penelitian yang
menggali kemungkinan untuk mengubah mikroflora usus kearah yang menguntungkan
dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesehatan dan kehidupan yang lebih baik bagi
inangnya mendapatkan minat yang besar (Djouzi t.1 a/. 1997)
Distribusi mikroflora dalam usus manusia dapat dilihat dari dua cara yaitu
distribusi secara horisontal dan vertikal. Distribusi secara horisontal, adalah pembedaan
mikroorganisme berdasarkan lokasinya di dalam isi lumen, dalam lapisan mukus
penutup epitel, pada sel epitel dari mukosa, pada ujung vili serta di dalam rongga
Lieberkuhn. Paaa disrriiiusi secara vertikal, terdapat mikroflora yang berada pada
lambung, duodenum, jejunum, ileum, cecum, kolon dan rektum (Mikelsaar dan Mandar,
1993). Jumlah dan jenis mikroflora pada saluran pencernaan dipengaruhi oleh kondisi
spesifik masing-masing lokasi saluran pencernaan. Komposisi mikroflora pada saluran
pencernaan manusia menurut Mitsuoka (1978) terdapat pada Tabel 3
Tabel 3. Komposisi mikroflora pada saluran pencernaan
Lokasi
Lambung :
- Kosong (pH<3,0)
- Rerisi makanan
(pH 470)
Usus kecil atas:
- Kosong
- Berisi makanan
Jenis mikroflora
Jumlah
laktobasili, streptokoki, khamir
laktobasili, khamir, dan mikroba yang
tertelan bersama makanan (streptokoki,
Hacleroic/es, B!fidoh~zcteria,Veillonella,
l~z~sobacteria.
koliform, Bacill~rs,Staphylococcus
lo2-]o3
1 04-1 o8
laktobasili. khamir, I'eillonella
streptokoki, laktobasili, I'eiionelln dan
sejumlah kecil Bacteroides, koliform,
Usus kecil bawah
teroides, Blfidobncferitr,E~rbncteria
Rncteroides, BzficJohcrcterium, E~ihuc- 10" 10'
terizrttt, Cloci-l.idi~m~
dan sejumlah kecil 1
koliform,
streptokoki
(meliputi
enterokoki), laktobasili, Cl'eilonelln dan
stafilokoki
Sumber : Mitsuoka 1 78.
Cecum
Mikroflora penghuni saluran pencernaan memberikan pengaruh terhadap tubuh
manusia, baik pengaruh positif maupun negatif tergantung dari karakteristik dan
aktivitasnya dalam saluran pencernaan (Gambar 3). Dari berbagai jenis mikroorganisme
penghuni usus, masing-masing individu mikroorganisme berusaha mempertahankan
keberadaan mereka dalam saluran usus dan bersama-sama membentuk suatu
keseimbangan. Pada individu dewasa yang sehat mikroflora normal dalam ususnya
stabil. Akan tetapi seringkali ada gangguan terhadap keseimbangan mikroflora normal
yang dapat berakibat pada hngsi organ-organ tubuh dan kondisi keseluruhan dari
individu tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap flora usus terdapat pada
Gambar 4
.
Keseimbanxn flora usus
1
J~unl~ah
bakter Jcnis baliteri
per granl fescs
Fungsi
/
('
P e n g a r - pada inang
usus
Pengaruh
1
,
\
I
menguntungkan
Sintesis vitainin
Meinbantu p e n c e m ~ a n
Mencegah kolorlisasi
fleningkatkari kesehatrin
Stirnulasi respon iruun
Diare
Senlbelit
Menghambat perttunbuhan
Hepatik koma
Hiperkolestmlm&
Iiipertensi
Penydut autoimun
Ka1lker
Disfungsi h w i k
Pen~uunankekebalan
P.oeiAugino.sa
+ Penuaa~1
Diare, konla Ilepatik, iilfeksi sal. ken&.
anemia, meningitis, pembengkakan hati,
pemkngliakan paru-paru; vaginitis;
endometritis: l u b xku11de-r karena sinar
X / radiasi lain
Stws.sor: konsumsi antibiotik,
steroid in~nrri~~os~rpp~~ssut~ts
;
tempi rahasi. uenuaaan. orwrasi
Gambar 3. Hubungan antara flora usus dan tubuh manusia (Mitsuoka 1978)
Gambar 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi flora usus (Mitsuoka, 1978)
Beberapa mikroflora normal usus berpotensi untuk menjadi patogen yang
membahayakan jika pertahanan tubuh manusia mengalami penurunan yang disebut
I H ~ ~ C ~ I O Beberapa
II.
bakteri penyebab oppornrnl.\lrc r ~ f e c t ~ o r ~
dengan oppor11~111.st'~
adalah I.;. colr, Klt.h.srelln spp., Protel~s,Staph?;lococc~~.s,
P.serrdomo~za.snerlrginosa,
Hactcror~lc..~,
Serratm, Ye~3tc~,str.eptococc1i,~
dan C'lo.strzd~rmt.Bakteri-bakteri tersebut
umum ditemukan pada usus dan tidak membahayakan pada individu yang normal.
Infeksi dapat terjadi jika keseimbangan rnikroflora usus terganggu karena penggunaan
antibiotik dan bakteri indigenus normal digantikan dengan populasi yang resisten
terhadap antibiotik atau jika pertahanan tubuh menurun akibat penggunaan hormon
steroid, karena adanya inzmrtnosltppre.ssa~1tatau terapi radiasi Opportzmistic ~i?fectioiz
juga terjadi pada pasien setelah menjalani operasi besar, dan karena berbagai penyakit
seperti leukimia, kanker stadium akhir, dan diabetes mellitus yang parah Infeksi
tersebut susah disembuhkan karena lemahnya pertahanan tubuh pasien dan pada
beberapa kasus bisa berakibat fatal.
Ada dua jenis rute infeksi yang melalui usus. Pertama karena bakteri patogen yang
berasal dari luar tubuh masuk ke dalam usus misalnya dari kontaminan makanan dan
air. Yang lainnya disebabkan oleh bakteri yang mengkolonisasi usus yang menginvasi
pembuluh darah atau saluran limfa dan masuk pada jaringan yang lain sehingga
mengakibatkan infeksi
seperti pneumoniae, meningitis,
peritonitis,
cholangitis,
pembengkakan otak, hati atau ginjal dan septikemia. Pada tubuh yang sehat mukosa
usus befingsi sebagai barier yang mencegah penetrasi bakteri. dan meskipun bakteri
berpenetrasi, mekanisme pertahanan tubuh segera membunuhnya Pada kasus penyakit
kanker ulser atau enteritis, bakteri usus dapat dengan mudah berinvasi ke dalam
pembuluh darah dan menyebabkan infeksi. Oyl,ort~n~i.stic
i~?fkctionyang disebabkan
karena bakteri usus semakin meningkat karena meningkatnya bakteri yang resisten
terhadap antibiotik akibat penggunaan antibiotik yang berlebihan serta semakin
banyaknya digunakan senyawa kemoterapi untuk pengobatan kanker (Mitsuoka 1978 ;
Yuguchi et 01. dalam Nakazawa dan Hosono, 1992)
Pengaruh Probiotik terhadap Mikroflora Usus
Flora normal pada usus manusia memiliki hngsi perlindungan yang penting
Bakteri asam laktat menekan bakteri dan virus, menstimulir daya tahan lokal dan
sistemik serta merubah aktivitas metabolik mikroba dalam usus Kemampuan mikroba
probiotik bakteri asam laktat untuk menekan pertumbuhan patogen disebabkan karena
kemampuannya untuk memproduksi senyawa antimikroba seperti asam laktat,
peroksida, dan bakteriosin. Selain itu bakteri probiotik juga menekan bakteri patogen
karena terjadinya kompetisi sisi penempelan, peningkatan produksi lendirlmukus usus
dan kompetisi nutrisi (Salminen dan Wright 1993)
Penggunaan bakteri probiotik sebagai bahan pangan memberikan beberapa
keuntungan pada sistem pencernaan Saiah satu keuntungan tersebut adaiah membantu
mengendalikan mikroorganisme patogen di dalam saluran pencernaan. Hasil beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa konsumsi susu yang mengandung bakteri asam laktat
berpengaruh terhadap mikroflora pada feses manusia maupun hewan percobaan (Alkalin
et al. 1997; Danielson et a1. 1989; Gilliland et al. 1978; Hosoda et al. 1996) seperti yang
tercantum pada Tabel 4 Pada penelitian-penelit ian tersebut digunakan I,. ~~c~Ckopililr~.rsebagai kultur probiotik, yang diberikan kepada manusia atau hewan percobaan dengan
makanan pembawa berupa susu atau produk olahannya seperti susu fermentasi dan
yogurt. Hasil penelitian secara umum adalah bahwa konsumsi probiotik menyebabkan
peningkatan jumlah bakteri yang menguntungkan seperti laktobasili dan bifidobakteria,
dan menekan jumlah bakteri usus yang berpotensi
sebagai patogen seperti bakteri
koliform dan enrerobacteriaceae.
Struktur dan Metabolisme Kolesterol dalam Tubuh
Kolesterol adalah sterol yang terdiri atas struktun: cincin dasar dengan nama
nukleus siklopentanoperhidrofenantren. Senyawa kolesterol diturunkan dari struktur
tersebut dengan meliputi sebuah ikatan tak jenuh antara atom karbon ke-5-6 dan sebuah
gugus hidroksil bebas pada posisi atom karbon ketiga (Gambar 5) (Mathews dan van
Holde 1996). Kolesterol dan senyawa tumnannya adalah komponen dari plasma
lipoprotein pada membran sel sebelah luar (Lehninger 1982), selain itu kolesterol juga
berperan sebagai prekursor dari pengeluaran asam empedu yang disintesa dalam hati dan
berhngsi untuk menyerap trigliserida (triasilgliserol) dan vitamin yang iarut dalam
lemak dari makanan, serta sebagai prekursor dari pembentukan hormon steroid, estrogen
dan testoteron (Muchtadi eta/. 1993).
Kolesterol disintesis dalam beberapa jaringan tubuh manusia, tetapi hati
merupakan sumber sintesis kolesterol plasma yang utama. Pada usus juga terjadi sintesis
dan merupakan tempat penyerapan kolesterol ke dalam darah. Sumber utama kolesteroi
Tabel 4. Hasil-hasil penelitian pengaruh susu fermentasi terhadap mikroflora feses
1
Obyek
Perlakuan
Mikroflora fcses yang diamati
Pcrcobaan
fakultatif pada MRSA yang
Hcwan: lnencit Yoghurt dan --$-Lactobasili
aci&philu.s - yogurt
diasamkan - CO1/ A
- Kolifonn pnda VRBA - acrobik/ B
Pcngijinn fcses pa&
hari kc-0, 14, 28, 42
dan 56
dewasa
dan 56 l~ari
Manusia: Iaki- Pcmbcrian s~xsu g .
difermentasi L,. acrlaki dewasa
dopl?rlus selama 7 hari
(3x100 gr susu fcrmentasi / hari)
Manusia: laki- Pcmberiam susu yang
mcngandung I, rrc~tkllaki dcwasa
ph11u.s (LA)
(sehari 470 1111 dgn
bebrp konsentrasi LA
2x lo7 (x) : 8x10"~) .
5x 1o6 (z) pcr ml)
.
-
I
Hasil (jumlah koloni = log CFUtgr)
/
Sumber
: 28 . -5L6 k a l i n
et
Pada hari kc: 0
A Kontrol
8.1
7.0
8
a/. 1997
Yogurt
8.1
8.3
Yog-acido 8.1
9: 1
B Kontrol
7,4
7.5
7,5
Yogurt
7.4
7.0
6.8
Yog-acido 7,4
6.9
6.7
28 : 56
Daniclson
Hari kc:
pada Lactobacllli Sclcction
et al. 1989
Lactobacilli
Bile Agar
-Kontrol
= 9.7
9.7
(VRBA)
-Yoghurt-acido = 10.1
10.2
Koliform
-Kontrol
= 7,45
7.3
-Yoghurt-acido = 6.24
6.2
Berbagai mikroflora fcses yaitu:
scbel~~msetelah
Hosoda et
-Entcrobateriaceac.E~iterococcusspp pada -Enterobacteriaceae 7.3
7.2
nl 1096
tqpticase soy blood agar,
-Bifidobacteria
9,2
9.9
-Bifidobacterium spp pada Bifido bac-Lactobacilli
6.4
7.6
terium selection agar,
-Lactobacillus pada (LBSA). anaerobik
- Koliforni pada VRBA 1 A
Mikroba
Waktu UJI
Gilliland ct
(71 1978
Scbclum Selnmn Sctclal~
- L,actobacllli fakultnt~f~>:lclaLBSA- C 0 2
/B
A Kontrol 6.5
6.3
6.5
- Laktobasili reslsten terhadap gasm (s)
68
6.9
5.5
empedu pada LBSA inengandung tau(y)
8.0
7.5
7.3
rocl~olate/ C
B Kontrol
5,7
5.8
5.5
Pengu-jian dilakukan scbclum pcrlakuan
(s)
5.1
6.6
5.5
(1 1 hari), selama pcrlakuan (5 1 hari)
(y)
4.9
7.9
6.6
dan setelah perlakuan (13 hari)
C(4
3.4
5.2 3,9
I
pada usus adalah hasil sintesis u'c nol3o dari sterol. Pada beberapa spesies binatang, sel
mukosa usus mensekresi kolesterol secara langsung ke dalam lumen. Pada manusia,
kolesterol yang disintesis oleh sel usus di bawa ke dalam usus kecil melalui
pengelupasan atau eksfoliasi sel usus. Sun~bertambahan kolesterol pada usus berasal
dari empedu yang disekresikan dan dari makanan yang dikonsumsi (Bergan 1984).
Garnbar 5. Struktur kolesterol (Mathews dan van Holde 1996)
Kolesterol yang disintesa diubah menjadi jaringan, hormon dan vitamin yang
kemudian beredar ke dalam tubuh melalui darah. Tetapi ada sebagian kolesterol yang
kembali ke hati untuk diubah men-iadi asam dan garam empedu Dalam keadaan normal
bila terjadi gangguan dalam daiam konsumsi kolesterol, maka akan berlangsung
mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan kolesterol dengan semua faktor
sebagai mekanisme pertahanan (Sitepoe 1992).
Kolesterol dalam sirkulasi berikatan dengan lipoprotein. Lipoprotein plasma.
berdasarkan densitasnya yang
menunjukkan kandungan
bersangkutan, digolongkan menjadi very
/OM#
lipida
molekul yang
density liyoproferw (VLDL),
lipoproteirl (LDL ) dan high derzsity lipoprotein (HDL).
/ O M #desisr?i
Jali~rutama ekskresi kolesterol meliputi pengubahan oleh hati menjadi asam
empedu yaitu asam kholat dan senodeoksikolat yang berikatan dengan glisin atau taurin
rnembentuk garam empedu Antara 750 sampai 1.250 mg kolesterol dikosongkan ke
dalam usus kecil manusia setiap harinya (Corzo dan
Gilliland 1999). Jalur minor
pembuangan kolesterol melalui sintesis hormon steroid (40 mglhari), urin (lmghari)
dan sekitar 50 mg/hari melalui keringat atau hilang melalui rambut dan kulit (Muchtadi
1993).
Pengaruh Probiotik terhadap Kolesterol Serum Darah
Beberapa penelitian melaporkan bahwa semakin tinggi level kolesterol serum pada
manusia semakin besar peluangnya untuk berkembang menjadi penyakit jantung koroner
(Le\;y 1981, Kannel
el
af. 1984, Lipid Research Clinic Program 1984) Hal tersebut
menyebabkan banyaknya penelitian tentang reduksi kolesterol serum darah untuk
mencegah terjadinya
penyakit jantung
diantaranya adalah penelitian
aktivitas
hipokolesterolemik spesies bakteri asam laktat.
Pengaruh hipokolesterolemik bakteri asam laktat diduga disebabkan oleh
kemampuannya untuk mendekonjugasi garam empedu dan mengasimilasi kolesterol.
Bakteri asam laktat mampu mendekonjugasi asam empedu pada saluran usus.
Dekonjugasi asam empedu mungkin membantu menurunkan kolesterol serum darah
karena asam empedu terdekonjugasi diekskresikan lebih cepat dibandingkan asam
empedu yang terkonjugasi, sehinggga lebih banyak kolesterol yang disintesa menjadi
asam empedu untuk menggantikan yang hilang, dengan demikian jumlah kolesterol yang
tersedia untuk diserap ke dalam tubuh menjadi berkurang (Gilliland dan Speck 1977)
Asam empedu terdekonjilgasi juga lebih mudah menempel pada sel bakteri atau serat
makanan dibandingkan dengan asam empedu terkonjugasi, sehingga jumlah asam
empedu yang diekskresikan meningkat. Selain itu asam empedu terdekonjugasi juga
tidak berhngsi sebaik asam empedu terkonjugasi untuk mengabsorpsi kolesterol dalam
usus (Usman dan Hosono 1999). Keuntungan lain dari dekonjugasi garam empedu
adalah sebagai kontrol ekologi mikroorganisme pada saluran intestinal. Asam empedu
yang terdekonjugasi bersifat lebih menghambat bakteri dibandingkan dengan yans
terkonjugasi. Oleh karena itu dekonjugasi asam lemak mungkin meningkatkan aksi
antagonis laktobasili pada intestinal terhadap bakteri patogen yang ada di usus, sehingga
membantu mempertahankan keseimbangan diantara spesies pang ada dalam saluran usus
(Gilliland dan Speck 1977)
Keuntungan mendekonjugasi asam empedu bagi mikroorganisme tidak jelas
Kebanyakan hasil dekonjugasi tidak didegradasi lebih lanjut. Pada dekonjugasi garam
empedu taurokolat dan glikokolat, kolat tidak dimetabolisme lebih lanjut sehingga
organisme tidak menggunakan g u m s steroid dari metabolisme senyawa tersebut Diduga
dekonjugasi garam empedu yang dilakukan L. acrdophz/z~.sdisebabkan oleh adanya aksi
sistem enzim yang mempunyai fungsi lain daiam sel bakteri (Giiiiiand dan Speck 1977)
Kemampuan asimilasi kolesterol bakteri asam laktat pertama kali ditunjukkan
oleh beberapa galur L. acidophilus yang diteliti oleh Gilliland et al. (1985). Kemampuan
tersebut ditunjukkan dengan terjadinya penurunan konsentrasi kolesterol pada medium
pertumbuhannya karena kolesterol tersebut diasimilasi atau diambil oleh sel bakteri
Pengambilan kolesterol ini terjadi hanya jika kultur ditumbuhkan secara anaerobik
dengan adanya garam einpedu pada medium pertumbuhanrijla. Jumlah garam empedu
yang dibutuhkan agar kultur mampu mengambil kolesterol dari medium pertumbuhan
setara dengan jumlah yang secara normal terdapat pada usus. Jadi kondisi yang
dibutuhkan pada sistem in vitro untuk pengambilan kolesterol oleh bakteri asam laktat
juga diperkirakan menyerupai kondisi di dalam saluran usus. Kolesterol tidak sematamata mengendap dari medium pertumbuhan selama inkubasi dan karenanya dihilangkan
selama sentrifugasi sel, sebab tidak terjadi pengurangan kolesterol pada sel yang
ditumbuhkan pada media cair tanpa adanya oxgal
Aktivitas bakteri asam laktat mengambil kolesterol pada saluran pencernaan
mempunyai pengaruh positif karena kolesterol menjadi tidak tersedia untuk diserap ke
dalam tubuh sehingga akan menurunkan konsentrasi kolesterol yang beredar dalam
pembuluh darah Hal tersebut berimplikasi menurunkan terjadinya penyakit degeneratif
pada orang-orang yang menderita hiperkolesteroiemia. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan membuktikan adanya aktivitas asimilasi oleh bakteri asam laktat (Gilliland et
a/. 1985; Noh et a/. 1997; Ngatirah 2000; Usman dan Hosono 1999) seperti yang
tercantum pada Tabel 5.
Pada penelitian-penelitian tersebut diuji kemampuan bakteri asam laktat berupa
kultur murni dalam media cair maupun dalam bentuk susu yang difermentasi oleh
bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat yang digunakan adalah galur-galur dari spesies
L. acidophilirs (Gilliland et al. 1985; Buck dan Gilliland 1994), Lacfobacillz~sgnsseri
(Usman dan Hosono 1999a) serta berbagai spesies lain yaitu L. yla~~farum,
L. sake,
Tabel 5. Hasil-hasil penelitian uji asimilasi kolesterol
10 ml MRSB yang
mengandung 0,5%
oxgall
Jumlah & Jenis
Jumlah & Sumber
Kolesterol
Komposisi Media
Sumber
1%
I
1
konsentrasi kolesterol.
4,19 dan 6,72 per ml
10 tnl MRSB yang 1 ml misel kolesterol-fosfati- 1% kultur dari galur L. Selisih kolesterol yz terdeteksi pd
aci~lopliilrt.~
yang diiso- kontrol dgn media yg diinokulasi
mengandung 0,2% dilkolin
lasi
dar-i
feses
manusia
(kolesterol yang diasirnilaqi) : 20,5
sodium thioglikolat
dab 0,3% oxgall
pg/ml-83 ~lglnll
1 ml misel kolesterol-fosfati- 1% kultur L.acidcq?hilrr.s Kolesterol yang diasimilasi : 48 pg/ml
Idem no. 2
dil kolin
Misel kolesterol-fosfatidil ko- 1% (100p 1) susu fermen- Kolesterol yang diasimilasi : 46.95% Idem no. 2
35,89%
lin yg mengandung kolesterol tasi I,. acidophilr~.s
% asimilasi = 100-[(blc) x 1 001
100pg/ml
B: kolesterol (pg) yang terdeteksi pada
media + sampel susu yang
diinokulasi
C: kolesterol (pg) yang terdeteksi pada
media kontrol (susu tidak
diinokulasi)
0,1% (0,l gr1100 ml) koles- 1% ( 1 00p1) kultur dari Kolesterol yang diasimilasi = 19,9650
Idem no. 2
terol murni
berbagai spesies BAL
pglml - 42,6847 pglml (2% - 4,27%)
Buck dan
Gilliland
1994
Usman
dan
Hosono
1999
Streplococc~r.~
sp. dan E?lterococc~r.ssp. (Ngatirah ef a/. 2000). Pengujian dilakukan
dengan melakukan inkubasi bakteri asam laktat dalam media yang mengandung
kolesterol, dan dalam media tanpa kolesterol digunakan sebagai kontrol. Sumber
kolesterol yang digunakan bervariasi baik berupa kolesterol murni, fraksi serum
I'nezmloniae Like Orgarlisrn maupun misel kolesterol fosfatidilkolin Aktivitas asimilasi
diamati dengan membandingkan jumlah kolesterol yang tersisa pada media dengan
bakteri asam laktat dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur-galur yang
diuji mempunyai aktivitas untuk mengasimilasi kolesterol dengan derajat yang
bervariasi dengan kisaran antara 4,2-83,O mg/ml.
Menurut hasil penelitian Noh ef al. (1997), pada asimilasi kolesterol oleh L.
ncidophrl~r.~,
diduga bahwa terjadi penggabungan kolesterol pada membran seluler
bakteri tersebut, sebab sel bakteri yang ditumbuhkan dengan adanya oxgal dan misel
kolesterol lebih tahan terhadap lisis karena sonikasi. Dugaan itu juga diperkuat dengan
pengamatan bahwa
pada sel L. acidophrl~rsyang
ditumbuhkan pada media yang
mengandung asam empedu dan kolesterol terjadi perubahan pada dinding selnya yang
ditunjukkan dengan hasil yang tidak seluruhnya gram positif pada pengecatan dan
pengamatan mikroskopis. Dari penelitian itu juga didapatkan fakta bahwa jumlah
kolesterol yang terdapat dalam fraksi membran sel L. acidophilris tidak sebesar total
kolesterol yang diasimilasi oleh bakteri. Diduga bahwa sebagian dari kolesterol mungkin
hilang selama proses isolasi, dan sebagian lagi munzkin masuk dan bergabung dengan
sel dan bukan dengan membran sel.
Ketnampuan
bakteri asam laktat untuk menurunkan kolesterol serum darah
manusia maupun hewan percobaan telah dibuktikan oleh sejunllah penelitian (Harrison
dan Peat 1975, Grunewald 1982; Gililand et a/. 1985; Danielson el trl. 1989; Rodas el a/.
1996; Alkalin et al. 1997) seperti yang tercantum pada Tabel 6.
penelitian tersebut galur bakteri yang
Pada penelitian-
digunakan dari spesies L. acidophil~t.~,
yang
diberikan dalam bentuk susu fermentasi, yogurt maupun susu non fermentasi yang
mengandung sel hidup bakteri tersebut. Hewan pescobaan yang digunakan adalah tikus
dan mencit (Grunewald 1982; Alkalin,1997), serta babi (Gilliland el nl. 1985 ; Danielson
et al. 1989; Rodas et al. 1996). Hasil dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan
bahwa bakteri asam laktat mampu menyebabkan penurunan kolesterol serum darah
hewan percobaan sebesar 62% - 3 1%.
Download