STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN

advertisement
STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BANK
SYARIAH BUKOPIN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Muhammad Alfa Dhiabhaskara
1112046100081
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H
ABSTRAK
Muhammad
Alfa
Dhiabhaskara
(1112046100081),
“Strategi
Marketing Produk Pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin, Skripsi,
Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
2016. Di bawah bimbingan Dr. K.H.A Juaini Syukri, Lcs, M.A.
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu
bagaimana strategi Bank Syariah Bukopin cabang Melawai dalam upaya
mengembangkan produk pembiayaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme
pengajuan pembiayaan, strategi marketing produk pembiayaan, faktor pendukung
dan penghambat yang dialami dalam memasarkan produk pembiayaan. Data yang
digunakan untuk penelitian ini adalah hasil wawancara dengan bagian Account
Officer pembiayaan Bank Syariah Bukopin cabang Melawai.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek penelitian yaitu
Bank Syariah Bukopin. Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan
antara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field
research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan. Teknik
pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Teknik
data analisis ini berupa mekanisme, strategi marketing, faktor pendukung dan
kendala Bank Syariah Bukopin cabang Melawai pada periode 2015-2016 yang
akan dianalisis dan dijadikan strategi marketing.
Kata kunci : Strategi, Marketing, Pembiayaan
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang
telah
melimpahkan
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan
Syariah, Program Studi Mumalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik
bantuan moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan
baik. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak
ucapan terimakasih kepada:
1.
Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Program
Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif
ii
Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Prof. Fathurrahman Djamil, selaku Dosen Penasehat Akademik.
5.
Bapak Dr. K.H.A Juaini Syukri, Lcs, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan waktu, ilmu, pengarahan, masukan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6.
Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
selama proses perkuliahaan.
7.
Kedua orang tua tercinta, Mama Dina Yulianty dan Ayah Harry Taharrudin
yang selalu mendoakan setiap waktunya, memberikan motivasi dan masukan
agar terselesainya skripsi ini
8.
Kakak-kakak yang tersayang Tissa Nurvinia dan Adissa Cahya Fazia yang
memberikan doa dan motivasi kepada penulis.
9.
Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti
untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuanganku Fadil, Anas, Zaki, Albert, Irvan dan temanteman mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 yang
telah memberikan motivasi dan menyediakan waktu untuk mendiskusikan
hal-hal terkait dengan masalah skripsi ini.
iii
11. Rahma, Sonia, Nuril dan Yoani yang selalu mengingatkan dan memberikan
motivasi untuk cepat terselesaikannya skripsi ini.
12. Bapak Haris selaku pimpinan Bank Syariah Bukopin cabang Melawai yang
telah memperbolehkan penulis untuk magang selama dua bulan dan
mendapatkan tema skripsi yang akhirnya digunakan untuk penulisan skripsi
ini.
13. Mas Alvin, mas Yaman, mas Daus dan mba Tria serta teman-teman
marketing lainnya yang sudah sangat banyak memberi ilmu dan masukan
terkait lingkup skripsi maupun diluar skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini jauh dari kata sempurna,
dikarenakan keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu
penulis menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi
banyak pihak yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tangerang Selatan, September 2016
Penulis,
Muhammad Alfa Dhiabhaskara
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah....................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................9
D. Metode Penelitian.......................................................................................10
E. Teknik Penulisan........................................................................................14
F. Kerangka Teori...........................................................................................15
G. Review Studi Terdahulu.............................................................................17
H. Sistematika Penulisan.................................................................................18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi.......................................................................................................20
1. Pengertian Strategi...............................................................................20
2. Tahapan-tahapan Strategi.....................................................................21
3. Jenis-jenis Strategi...............................................................................23
B. Marketing...................................................................................................25
1. Pengertian Marketing...........................................................................25
2. Prinsip-prinsip Marketing....................................................................26
v
3. Konsep Marketing................................................................................30
C. Pembiayaan................................................................................................34
1. Pengertian Pembiayaan........................................................................35
2. Jenis-jenis Pembiayaan........................................................................35
BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH BUKOPIN
A. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin.....................................................43
B. Visi, Misi, dan Strategi Bank Syariah Bukopin.........................................45
C. Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin...............................................47
D. Produk-produk Bank Syariah Bukopin......................................................55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.........68
B. Prosedur dan Tahapan Umum Pengajuan Pembiayaan pada Bank Syariah
Bukopin.........................................................................................................73
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Yang di Hadapi Bank Syariah Bukopin
Dalam Memasarkan Produk Pembiayaan.....................................................82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................85
B. Saran-saran..........................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................92
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1...................................................................................................................4
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1...............................................................................................................5
Gambar 3.1.............................................................................................................54
Gambar 4.1.............................................................................................................79
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga perbankan syariah mempunyai peran sebagai perantara dari
pihak yang kekurangan dana dan juga pihak yang mempunyai dana lebih.
Karena itulah perbankan disebut sebagai lembaga perantara keuangan, Hanya
saja dalam pelaksanaannya setiap produk yang ditawarkan oleh perbankan
syariah lebih ditekankan untuk menghindari penggunaan bunga (riba) yang
biasanya ada pada perbankan konvensional.
Pengertian mengenai perbankan dapat kita temukan dalam pasal 1
angka 1 Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perubahan atas
Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan memberikan
pengertian perbankan sebagai berikut : “Perbankan adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.1
Perbankan syariah menjalankan sistem operasionalnya dengan
memberlakukan sistem bagi hasil (profit and lost sharing) dan berbagi resiko
(risk sharing) dengan nasabahnya yang memberikan penjelasan atas setiap
perhitungan keuangan atas transaksi yang dilakukan sehingga akan
1
2000
Muhammad Jumhana, hukum perbankan di indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung,
2
meminimalisir kegiatan spekulatif dan tidak produktif. Dalam ajaran Islam,
sebuah transaksi yang melibatkan dua orang antara pembeli dan penjual tidak
boleh ada yang merasa dirugikan. Keduanya harus dapat saling bekerja sama
dan melakukan transaksi sesuai dengan kesepakatan yang menandakan bahwa
tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan karena kesepakatan tersebut
merupakan sebuah akad (perjanjian) yang telah disetujui bersama.
Bank Syariah Bukopin (BSB) merupakan salah satu bank yang
masih berkerja produktif dalam hal memberikan pembiayaannya, jika dilihat
dari skema pertumbuhannya Sampai dengan akhir 2015, total pembiayaan
yang disalurkan mencapai Rp 3,7 triliun, tumbuh sembilan persen (yoy)
dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK)
tercatat sebesar Rp 4 triliun atau tumbuh 20,43 persen (yoy). Laba bersih
tercatat naik 104,9 persen (yoy) menjadi Rp 12,3 triliun dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 6 miliar. Bank Syariah Bukopin
menargetkan laba bisa naik 200-300 persen, tahun ini. Sedangkan, DPK
ditarget tumbuh 20 persen pada akhir tahun.2
Di samping itu, Bank Syariah Bukopin telah menerima setoran
modal baru sebesar Rp 100 miliar. Dengan adanya setoran modal tersebut,
rasio kecukupan modal (CAR) menjadi 16 persen dari sebelumnya 14 persen.
Modal inti menjadi Rp 650 miliar.
2
Riyanto. “Bank Syariah Bukopin tekan NPF”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari
2016 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/15/08/28/ntsboe50-banksyariah-bukopin-tekan-npf
3
Saat ini, perusahaan dinilai dalam proses kajian berbagai alternatif
yang bisa memperkuat permodalan. Kajian tersebut seperti mengembangkan
partner stragetis dari luar atau dari dalam negeri dalam jangka waktu panjang.
saat ini rasio NPF perusahaan telah turun dari 4 persen menjadi 3 persen
(gross). Untuk menurunkan rasio NPF, strategi yang dilakukan perusahaan
melalui penagihan, retsrukturisasi pembiayaan, dan memperbaiki sistem
pembiayaan lebih baik lagi. Selain itu, pemilihan segmen bisnis lebih terarah,
dengan mengikuti kondisi yang ada.3
Menurut
Kamus
Bank
Indonesia, Non
Performing
Loan
(NPL) atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
Termin NPL diperuntukkan bagi bank konvensional, sedangkan NPF untuk
bank syariah.4
Jika dilihat dari statistik NPF sampai dengan akhir 2015,
kebanyakan bank-bank syariah memiliki presentase NPF yang lebih besar
dari bank syariah bukopin, yaitu BRI Syariah (5,31%), BJB Syariah (6,91%),
Maybank Syariah Indonesia (15,15%), dan Bank Victoria Syariah (5,03%),
Bank Syariah Mandiri (6,84%), Bank Muamalat (6,43%). Juga satu bank
yang mendapatkan peningkatan predikat dari Cukup bagus menjadi Bagus
3
Binti,Sholikah. “Ekonomi Syariah”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari 2016 dari
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/15/08/26/ntoxc2349-bsbtargetkan-npf-di-bawah-3-persen-pada-2015
4
Muslim, Kabo. “Dunia Ekonomi”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari 2016 dari
http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/non-performing-financing-npf.html
4
yaitu Bank Syariah Bukopin.5 Karena itu sampe sekarang Bank Syariah
Bukopin bisa melakukan ekspansif terukur dan stabil sementara bank lain
memperoleh kecenderungan naiknya pembiayaan bermasalah.
Tabel 1.1 Growth pembiayaan pada bank syariah bukopin
Pembiaya
an*
Financing
to deposit ratio
Non
2011
2012
2013
2014
2015
1.60
1.91
2.62
3.28
3.71
8.208
4.492
2.023
99,1
83,5
91,9
5
4
8
3,81
1,74
4,59
1.655
100,
29
4,27
0.720
92,8
9
3,85
performing
financing
terhitung dalam miliaran rupiah untuk pembiayaan *
5
Apriyani. “Beyond Banking & Money Business”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari
2016 dari ” http://infobanknews.com/ekonomi-melambat-npf-bank-umum-syariah-melonjak/
5
Gambar 1.1 Pembiayaan per triwulan
4000
3500
3000
2500
triwulan 3
2000
triwulan 2
1500
triwulan 1
1000
500
0
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber dari Annual report pada Bank Syariah Bukopin lima tahun
terakhir terhadap pembiayaan yang di lakukan, bisa dilihat dari tahun 2011,
sampai dengan akhir tahun dapat menghasilkan sebanyak 1.608 miliar dengan
615 di triwulan ke tiga sebagai puncak dari penghasilan terbesar di tahun itu,
diikuti tahun 2012 memperoleh 1.914 miliar dengan 674 di triwulan ke dua
sebagai penghasilan terbesar di tahun itu, berlanjut ke tahun 2013 yang
menembus sampai 2.622 miliar dengan pencapaian terbesar di triwulan ke 3
sebesar 1.036 miliar, sama seperti tahun ke tahun Bank Syariah Bukopin terus
mengalami penaikan yang stabil yaitu di tahun 2014 sebesar 3.282 miliar
dengan pencapaian terbesar di triwulan ke tiga sebesar 1.502 miliar, dan di
tahun 2015 mendapatkan penghasilan sebesar 3.711 miliar dengan pencapaian
terbesar di triwulan ke dua sebanyak 1.855.
Bisa disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun nasabah pastinya
mempunyai keinginan yang lebih dari masa ke masa, dari aspek investasi,
6
kebutuhan modal kerja, ataupun untuk konsumtif. Dari hasil statistik yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tercatat bahwa masyarakat Indonesia
mayoritas melakukan pembiayaan untuk konsumtif, dalam hal ini yang biasa
disebut produk murabahah pada bank syariah, khususnya Bank Syariah
Bukopin, itu yang menjadi salah satu acuan penulis untuk melakukan
penelitian terkait manajemen strategi marketing pada Bank Syariah Bukopin.
Pembiayaan atau Lending di Bank Syariah Bukopin sendiri mempunyai 3
bagian yaitu pembiayaan Mudharabah untunk menangani modal kerja,
Musyarakah untuk memberikan investasi dan Murabanhah sebagai dana
nasabah melakukan konsumsi.
Dalam Strategi Marketing ada tiga aspek yang sangat tergantung
dalam terjadi kesuksesan untuk menarik nasabah yaitu segmentasi pasar
(segmentation), target pasar yang tepat (targeting), dan penentuan posisi
(positioning). Segmentasi pasar yaitu tindakan membagi suatu pasar menjadi
kelompok – kelompok pembeli yang berbeda – beda yang mungkin
membutuhkan produk – produk dan atau kombinasi pemasaran yang terpisah,
targeting yaitu suatu tindakan mengevaluasi keaktifan daya tarik setiap
segmen pasar dan memilih salah satu atau lebih dari segmen pasar tersebut
untuk dimasuki, dan positioning yaitu tindakan untuk menempatkan posisi
bersaing produk dan bauran pemasaran yang tepat pada setiap pasar sasaran. Adapun
cara yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menciptakan posisi unik di benak
7
konsumen. Hal ini sejalan dengan hakikat dari positioning
yang
dipilih
pesaing
tahap dalam proses diferensiasi.6
Dalam konteks pemasaran, promosi penjualan merupakan upaya
pemasaran yang bersifat media non media untuk merangsang coba-coba dari
konsumen, meningkatkan permintaan dari konsumen atau memperbaiki
kualitas produk. Hal yang penting yaitu bahwa pemasaran melalui promosi
penjualan dilakukan dalam jangka pendek. Konsumen akan terbiasa dengan
promosi penjulan sehingga respon terhadap kegiatan promosi penjualan akan
cenderung sama dengan respon terhadap kegiatan yang bukan promosi
penjualan. Promosi penjualan dapan dirancang untuk memperkenalkan
produk baru dan juga membangun merk dengan penguatan pesan iklan dan
citra perusahaan. Selain itu promosi penjualan dapat mendorong konsumen
dengan segera untuk melakukan pembelian.7
Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan perusahaan
di dalam persaingan yang sangat ketat kepada pasar global serta agar
penjualan tidak menurun akibat ketidak puasan pelanggan, maka perusahaan
mencoba
memecahkan
permasalahan
dengan
merencanakan
strategi
pemasaran yang cocok untuk dijalankan. Kebutuhan informasi harus segera
dipenuhi dengan melakukan riset agar perusahaan dapat mengambil tindakan-
6
Hidayat, Alvan Nurul. Segmentasi, Targeting, dan positioning. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
7
M. Taufiq Amir, dinamika pemasaran, jelajahi dan rasakan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, h. 207
8
tindakan yang perlu sebagai suatu strategi pemasaran dan perbaikan produk
demi meningkatkan kinerja perusahaan.8
Maka bertolak dalam permasalahan diatas, penulis merasa perlu
untuk mencoba memberikan pemaparan lebih lanjut tentang hal tersebut.
Untuk itu, penulis mencoba menuangkannya dalam skripsi yang berjudul :
STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BANK
SYARIAH BUKOPIN.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan penelitian agar lebih
terstruktur, sistematis dan terarah maka penulis membatasi permasalahan
yang ada dan terfokus pada Bank syariah Bukopin cabang Melawai.
Dengan rincian perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bank Umum Syariah
Bank yang akan diteliti mengenai kajian ini adalah Bank Syariah Bukopin,
mengingat banyak usahawan yang ingin mengembangkan usaha,
melakukan investasi dan konsumsi di setiap daerah dengan menggunakan
produk pembiayaan, sehingga menjadi acuan dalam penulisan peneliti ini.
2. Produk pembiayaan murabahah
8
Budi Purwadi, riset pemasaran, implementasi dalam bauran pemasaran, PT. Raja
Grasindo, Jakarta, 2000, h. 313
9
Produk yang diteliti yaitu pada pembiayaan melalui akad murabahah, yang
dilakukan oleh nasabah pada produk pembiayaan syariah.
2. Perumusan Masalah Penelitian
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana strategi marketing produk pembiayaan yang dilakukan Bank
Syariah Bukopin?
2. Bagaimana prosedur dan tahapan umum pengajuan pembiayaan pada Bank
Syariah Bukopin?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam memasarkan
produk pembiayaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan diatas, ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai diantaranya :
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep strategi marketing produk
pembiayaan yang dilakukan bank syariah bukopin
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dan tahapan umum pengajuan
pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat yang
dialami bank syariah bukopin dalam memasarkan produknya.
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah :
10
1. Secara akademik, hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu di
bidang ekonomi dan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Syariah dan
Hukum.
2. Secara praktik, dengan tersusunnya skripsi ini, diharapkan dapat
memberikan informasi dan manfaat bagi masyarakat, akademisi, bank
syariah, dan penulis sendiri khususnya.
3. Sebagai pembanding para praktisi antar bank syariah dalam memasarkan
produk khususnya produk murabahah.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan masalah
Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah yang berpacu kepada
pendekatan normatif, karena dalam penelitian
ini ada aturan-aturan
tertentu dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam mekanisme
pembiayaan murabahah di Bank Syariah Bukopin. Ilmu normatif
menggunakan dan menggabungkan studi empiris dan prediksi ekonomi
positif dengan mempertimbangkan nilai gagasan ideal untuk memperoleh
rekomendasi kebijakan.
2. Jenis penelitian
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif
yang
menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari lembaga
11
yang terlibat dalam objek penelitian.9 Jenis pelaporan yang digunakan
adalah metode deskriptif analisis, yaitu penulis menggambarkan
permasalahan dengan didasari pada data yang ada lalu dianalisis lebih
lanjut untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Proses analisa dimulai
dari membaca, mempelajari dan menelaah data yang didapat secara
seksama, selanjutnya dari proses analisa tersebut penulis mengambil
kesimpulan dari masalah yang bersifat umum kepada masalah yang
bersifat khusus.
3. Sumber data penelitian
Dalam buku metode penelitian kualitatif menurut Lofland (1984: 47),
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Untuk itu,
sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 macam,
yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik
individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuisioner yang biasa dilakukan peneliti.10 Dalam
penelitian ini data yang akan diperoleh dari wawancara langsung
dengan pimpinan cabang Bank Syariah Bukopin atau Account
9
Lexy . J. Moeloeng, metode penelitian kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,
2010), h.3.
10
Husein Umar, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006). Cet. Ke-6, hlm 42.
12
Officer pembiayaan dan beberapa nasabah pembiayaan Bank
Syariah Bukopin tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi
dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini.
Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan,
literature, buletin, majalah, berita, serta materi kuliah yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
4. Teknik pengumpulan data
a. Penelitian kepustakaan (library research), penulis mengadakan
penelitian terhadap beberapa literartur yang ada kaitanya dengan
penulisan skripsi ini. Literatur itu berupa buku, majalah, surat kabar,
artikel, internet, dan lain sebagainya. Langkah dalam melaksanakan
studi pustaka ini adalah dengan cara membaca, mengutip, serta
menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam
memenuhi penelitian ini.
b. Penelitian lapangan (field research), untuk mendapatkan data-data dan
informasi, penulis langsung terjun ke objek penelitian yaitu lembaga
yang diteliti, dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
13
1) Interview yaitu melakukan wawancara dengan karyawan selaku
customer service dan account officer di Bank Umum Syariah yang
dalam hal ini adalah Bank Syariah Bukopin.
2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang di
dapat dari lembaga yang diteliti dan laporan lainya yang berkaitan
dengan masalah penelitian.
3) Observasi yakni pengumpulan data dengan melakukan pengamatan
dan pencatatan terhadap produk pembiayaan yang dilakukan oleh
Bank Syariah Bukopin.
5. Subjek-objek penelitian
Subjek-objek penelitian yang menjadi sumber informasi data yaitu
pimpinan Bank Syariah Bukopin cabang melawai, account officer
marketing Bank Syariah Bukopin, dan objek nya yaitu Bank syariah
Bukopin bagian marketing pembiayaan murabahah.
6. Analisis data
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Proses analisis data yang akan dilakukan bersifat induktif,
yaitu menggunakan data sebagai pijakan awal melakukan penelitian,
bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali.
14
Artinya teori dan teorisasi bukanlah hal yang penting untuk dilakukan.
Sebaliknya, data adalah segala-galanya untuk memulai penelitian.11
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis yang disarankan
data.12
Untuk itu peneliti akan mengklasifikasi data berdasartkan kategori
tertentu dari seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
kepustakaan yang diseleksi dan disusun.
Setelah data-data yang ada di klasifikasikan lalu diadakan analisis data.
Data-data yang telah terkumpul nantinya akan diperiksa kembali
mengenai
kelengkapan
jawaban
yang
diterima,
kejelasannya,
konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut dengan editing
penulisan.
E. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan pada skripsi ini berpedoman dan disesuaikan
dengan kaidah-kaidah penulisan skripsi pada buku Pedoman Penulisan Skripsi
yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
11
Bungin Burhan , “Penelitan Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010). Cet. Ke-4. Hlm. 27.
Basrowi, & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008). Hlm. 91.
12
15
F. Kerangka Teori
Dalam melakukan penelitian, perlu memakai beberapa teori yang
digunakan yaitu :
1. Strategi
Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategia (stratus:
militer, dan ag: memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi
seorang jendral, konsep ini relevan pada saat itu ; karena memang
kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu
rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerahdaerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.13
Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan salaing
berhubungan dalam waktu dan ukuran.14 Menurut Webster’s New
Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan
pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang
sebenarnya dengan musuh.15
2. Marketing
13
Ziauddin sardar, Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21, terjemah A.E Priyono Hasan
(Bandung, Mizan, 1996), h.ii
14
Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, kamus istilah Manajemen, (Jakarta : Balai
Aksara), cet Ke-2 hal.245
15
Fre R. David, Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indonesia, ( Jakarta
Indeks, 2004), cet 9 h.34
16
Philip Kotler mengartikan bahwa marketing itu adalah “identifying
and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of
marketing is “meeting needs profitably”.16 Mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang terpendek dari
marketing adalah “memenuhi kebutuhan menguntungkan”. Marketing lebih
merupakan suatu seni menjual produk, sehingga marketing adalah proses
penjualan yang dimulai dari perancangan produk tersebut terjual. Berbeda
dengan penjualan yang hanya terfokus pada terjadinya transaksi penjualan
barang atau jasa.
Kotler dan AB Susanto (2000) memberikan definisi marketing
adalah “suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan, dan bertukar suatu yang bernilai satu sama lain”. Definisi ini
bernilai berdasarkan pada konsep ini: kebutuhan, keinginan, dan permintaan
produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan;
pasar; pemasaran dan pemasar.17
3. Pembiayaan
Menurut
”Pembiayaan
undang–undang
adalah
penyediaan
Perbankan
uang
atau
NO.10
tagihan
Tahun
1998
yang
dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
16
Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey :Prentice Hall. 2000), hal.27
Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia (Jakarta: Salemba
Empat, 2000), h.7
17
17
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.”18
Menurut Syafi’i Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.19 Pengertian lain
menyebutkan, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam
kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah dikumpulkan oleh
bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.20
G. Review Studi Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, penulis telah melakukan review
studi terdahulu dan menemukan beberapa penelitian yang sejenis dan
relevan. Penelitian tersebut diatnaranya adalah :
1
Identitas
Nihlah Dewi Purnama Sari, Perbankan Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul
Skripsi
Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada BMT Ta’awun
Cipulir
Substansi
Memaparkan strategi marketing yang ada di BMY Ta’awun
Cipulir, dari prosedur efektivitas pembentukan pembiayaan
yang dilakukan
Pembeda
Pemaparan strategi yang ada di Bank Syariah Bukopin,
menganalisa akad pada pembiayaan murabahah,
mudharabah, dan musyarakah
18
Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktek, (Jakarta: Gema insani
Press, 2004
20
Muhammad, Manajamen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.71
19
18
2
3
Identitas
Ade Ikhwan Anshori, Perbankan Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul
Skripsi
Strategi pemasaran produk pembiayaan warung mikro
dalam upaya menarik minat nasabah (studi kasus pada Bank
Syariah Mandiri KCP Cilandak)
Substansi
Memberikan informasi strategi pemasaran produk
pembiayaan lewat studi kasus dalam usaha mikro pada Bank
Syariah Mandiri, lebih terfokus pada satu bidang usaha
Pembeda
Penulis menjabarkan apakah ada perbedaan dari akad
pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dari
segi mekanisme, alur pembiayaan, dan faktor-faktor
pendukung maupun penghambat lainnya sehingga terjadi
pembiayaan yang diberikan untuk nasabah, dan untuk
mendapatkan nasabah itu sendiri, mulai dari segmentasi,
targeting, penentuan posisi dan diferensiasi
Identitas
Atep Misbahudin, Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul
Skripsi
Strategi pemasaran gadai emas pada BPRS PNM AlMa’some dalam peningkatan pendapatan bank
Substansi
Lebih menekankan kepada teknis organisasi bisnis dan
pertumbuhan peningkatan profit penyelesaian gadai
Pembeda
Skripsi lebih menekankan kepada pelaksanaan marketing
pembiayaan dalam memasarkan produknya baik secara
internal maupun eksternal
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika
penulisan yang terdiri lima bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan
Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
19
Metode Penelitian, Teknik Penulisan, Kerangka Teori, Review
Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab
ini
membahas
tentang
Definisi
Strategi,
Marketing,
Segmentasi, Targeting, Positioning, dan Pembiayaan.
BAB III
GAMBARAN
UMUM
TENTANG
BANK
SYARIAH
BUKOPIN
Bab ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Bank syariah
bukopin, Tujuan Bank syariah bukopin, Produk-produk Bank
syariah bukopin dan Akad-akad Pada Bank syariah bukopin
BAB IV
ANALISA
STRATEGI
MARKETING
PRODUK
PEMBIAYAAN BANK SYARIAH BUKOPIN
Bab ini membahas tentang Analisa strategi marketing produk
pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin, Prosedur dan tahapan
umum pengajuan pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin, Faktor
pendukung dan penghambat yang dihadapi Bank Syariah Bukopin
dalam memasarkan produk pembiayaan.
BAB V
PENUTUP
Bab ke lima menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategia (stratus:
militer, dan ag: memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi
seorang jendral, konsep ini relevan pada saat itu ; karena memang
kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu
rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerahdaerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.21
Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling
berhubungan dalam waktu dan ukuran.22 Menurut Webster’s New
Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan
pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang
sebenarnya dengan musuh.23 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih
dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam
21
Ziauddin sardar, Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21, terjemah A.E Priyono Hasan
(Bandung, Mizan, 1996), h.ii
22
Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, kamus istilah Manajemen, (Jakarta : Balai
Aksara), cet Ke-2 hal.245
23
Fre R. David, Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indonesia, ( Jakarta
Indeks, 2004), cet 9 h.34
21
menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau teknik
untuk memenangkan peperangan.24
Dewasa ini strategi adalah istilah yang sangat lazim untuk apa yang
biasa disebut kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu.
Strategi induk dapat dijadikan sebagai kebijakan, biasanya digunakan dalam
artian sama untuk keputusan utama dan atau pada tingkat abstraksi yang
tinggi. Namun, untuk keputusan yang terinci terdapat perbedaan dalam arti
bahwa harus didefinisikan.25
2. Tahapan-Tahapan Strategi
Strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya.
Setiap unit bisnis harus merancang strategi untuk mencapai tujuannya. Ada
beberapa tahapan dalam menentukan keputusan strategi yaitu :26
A. Perumusan Strategi
Dalam
perumusan
strategi
termasuk
didalamnya
ialah
megembangkan visi dan misi perusahaan, mengidentifikasi peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan,
24
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, Organisasi Non Prifit bidang Pemerintahan,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Prees 2003), cet.2 h.147
25
George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga,
1997), Edisi ke-2, hal.18
26
Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey: Prentice Hall. 2000), h.76
22
membuat sejumlah strategi alternatif untuk perusahaan, dan memilih strategi
tertentu untuk perusahaan.
B. Pelaksanaan Strategi
Pelaksanaan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan
sasaran
tahunan,
mengalokasikan
membuat
sumber
kebijakan,
daya
sehingga
memotivasi
perumusan
karyawan,
strategi
dan
dapat
dilaksanakan. Penciptaan struktur organisasi perusahaan yang efektif,
pengarahn
kembali
usaha-usaha
pemasaran,
penyiapan
anggaran,
pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan
kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi perusahaan.
C. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis.
Para manajer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu
tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi
adalah cara pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat
diubah sewaktu-waktu karena faktor eksternal dan internal selalu berubah.
Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah :
1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi
yang sekarang.
2. Mengukur prestasi.
23
3. Mengambil tindakan korektif. Aktivitas perumusan startegi, implementasi
dan evaluasi terjadi di tiga tingkat hirarki dalam organisasi yang besar,
korporasi, divisi atau unit bisnis strategis, dan fungsional.
Proses manajemen strategis menghasilkan keputusan yang dapat
mempunyai konsekwensi yang signifikan dan jangka panjang. Keputusan
strategis yang salah dapat menimbulkan kerugian besar, yang akan sulit
sekali untuk memperbaikinya. Oleh karena itu banyak perencana strategi
sepakat bahwa mengevaluasi strategi sangat penting untuk kehidupan
organisasi. Evaluasi yang tepat waktu dapat memperingatkan manajemen
akan adanya masalah atau potensi masalah sebelum menjadi kritis.
Evaluasi strategi bisa merupakan proses yang rumit dan sensitif. Terlalu
banyak kegiatan mengevaluasi strategi dapat menghabiskan biaya yang
sangat mahal dan bisa jadi kontra produktif. Evaluasi strategi penting
untuk memastikan tujuan-tujuan strategi yang dapat ditetapkan dapat
tercapai.
3. Jenis-Jenis Strategi
Adapun jenis-jenis strategi yaitu :27
A. Klasifikasi Berdasarakan Ruang Lingkup
27
George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (Jakarta: Erlangga,
1997), Edisi kedua, hal 18-20
24
Strategi ini merupakan strategi utama (induk). Strategi ini dapat
dirumuskan secara lebih sempit seperti strategi program, dan ini dapat
dirancang sebagai sub strategi.
B. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Organisasi
Di dalam sebuah perusahaan yang terdiri atas sejumlah divisi yang
sekurang-kurangnya dua tingkat, yaitu strategi kantor pusat dan strategi
divisi.
C. Klasifikasi Berdasarkan Sumber Material dan Bukan Material
Kebanyakan strategi berkenaan dengan sumber yang bersifat fisik.
Namun, strategi dapat mengenai penggunaan tenaga kerja manajer, tenaga
ilmuan, dan lain-lain. Strategi dapat juga berkenaan dengan gaya
manajemen, pola berpikir, atau falsafah, tentang hal-hal yang merupakan
sikap suatu perusahaan terhadap tanggung jawab sosial.
D. Klasifikasi Berdasarkan Tujuan atau Fungsi
Sebagai
contoh,
pertumbuhan
adalah
sasaran
utama
dari
kebanyakan perusahaan dan terdapat banyak strategi yang dapat dipilih
untuk menjamin pertumbuhan tersebut.
E. Strategi Pribadi Manajer
Semakin tinggi tingkat manajer, semakin penting artinya strategi
ini bagi kehidupan organisasi. Strategi pribadi adalah petunjuk praktis yang
25
meliputi nilai-nilai, motivasi, perlindungan terhadap sikap bermusuhan dari
lingkungan, metode untuk mengubah lingkungan, teknik bergaul dengan
orang-orang, dan untuk terlaksananya suatu (pekerjaan) dengan baik, dan
cara untuk memaksimalkan kepuasan pribadi serta kebutuhan dasar. Strategi
ini bersifat mendasar, biasanya tidak tertulis, dan merupakan kerangka
untuk mengembangkan strategi perusahaan.
B. Marketing
1. Pengertian Marketing
Philip Kotler mengartikan bahwa marketing itu adalah “identifying
and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of
marketing is “meeting needs profitably”.28 Mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang terpendek dari
marketing adalah “memenuhi kebutuhan menguntungkan”. Marketing lebih
merupakan suatu seni menjual produk, sehingga marketing adalah proses
penjualan yang dimulai dari perancangan produk tersebut terjual. Berbeda
dengan penjualan yang hanya terfokus pada terjadinya transaksi penjualan
barang atau jasa.
Kotler dan AB Susanto (2000) memberikan definisi marketing
adalah “suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan, dan bertukar suatu yang bernilai satu sama lain”. Definisi ini
28
Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey :Prentice Hall. 2000), hal.27
26
bernilai berdasarkan pada konsep ini: kebutuhan, keinginan, dan permintaan
produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan;
pasar; pemasaran dan pemasar.29
Sehingga secara umum marketing dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi
kebutuhan dan keinginan dari pelanggan dalam ranka memberikan kepuasan
optimal kepada pelanggan.
Menurut Hermawan Kertaja, marketing adalah sebuah disiplin
bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan
perbuahan nilai dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya.30
Dua tujuan utama marketing adalah menarik pelanggan baru
dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini
dengan memberikan kepuasan.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
marketing adalah suatu proses atau cara bagaimana kita mendistribusikan
barang atau jasa dari produsen kepada para konsumen untuk kepuasan para
pelanggan.
2. Prinsip-prinsip marketing
29
Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia (Jakarta: Salemba
Empat, 2000), h.7
30
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing (Jakarta: Mizan,
2006), hal.26
27
Dengan munculnya ekonomi syariah yang secara pesat tumbuh dan
terus berkembang, menjadikan sebuah opsi lain bagi masyarakat yang
kurang percaya dengan ekonomi kapitalis, yang hanya mengutamakan
kekayaan semata dan bisa menimbulkan berat sebelahnya dan tidak merata
nya distribusi kekayaan.
Hermawan Kertajaya dalam bukunya menjelaskan ada tujuh belas
prinsip-prinsip pemasaran syariah yang harus ada dalam perusahaan yang
berbasis syariah.
Ada tujuh belas prinsip-prinsip yang harus menjadi pedoman bagi
perusahaan yang berbasiskan syariah. Ketujuh belas prinsip itu adalah
sebagai berikut:
1) Teknologi Informasi untuk menuju perubahan yang nyata (Teknologi
information technology allows us to be transparent (change))
2) Bersaing secara sehat (Be respectfull to your competitors)
3) Menjaring konsumen secara keseluruhan (the emergence of customers global
paradox (customer))
4) Menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai prinsip dasar perusahaan (develop a
spiritual-based organization (company))
5) Melihat
target
(segmentation))
pasar secara keseluruhan (view
market
universally
28
6)
Membidik hati dan jiwa calon konsumen (target customer’s heart and soul
(targeting))
7) Membangun sistem kepercayaan (build a belief system (positioning))
8) Diferensiasi yang berbeda dalam kontek dan konten (differ yourself with a
good package of content and context (differensiation))
9) Jujur dalam membentuk bauran pemasaran (be honest with your 4P (marketing
mix))
10) Menerapkan ukhwah sebagai dasar dalam penjualan (practice a relationshipbased selling (selling))
11) Karakter merek yang islami (use a spiritual brand character (brand))
12) Perubahan yang lebih baik dalam pelayanan (service should have the ability to
transform (service))
13) Menerapkan proses bisnis yang amanah (practice a reliable business process
(process))
14) Membangun nilai yang baik dimata konsumen (create value to your stake
holders (scorecard))
15) Membangun inspirasi yang mulia (create a noble cause (inspiration))
16) Menjadikan budaya perusahaan yang beretika (develop an ethical corporate
culutre (culture))
29
17) Pengukuran yang jelas dan transparan (measurement must be clear and
transparent (instuition)).31
Empat prinsip pertama yang terdiri dari change, competitor,
customer dan company menjelaskan lanskap bisnis syariah, sedangkan
company merupakan faktor internal yang penting dalam proses pembuatan
strategi.
Prinsip lima sampai tigabelas menerangkan sembilan elemen dari
arsitektur bisnis strategi, yang terbagi dalam tiga paradigma yaitu: Syariah
Marketing Strategy untuk memenangkan mind share, Syariah Marketing
Tactic untuk memenangkan market share dan Syariah Marketing value
untuk memenangkan heart-share.
Kemudian tiga prinsip terakhir adalah prinsip-prinsip yang
membahas soal inspirasi (inspiration), budaya (culture) dan institusi
(institution). Ketiganya disebut Enterprise.
Berdasarkan definisi marketing dalam perspektif islam, maka kata
kunci dalam marketing syariah adalah bahwa dalam seluruh proses, baik
dalam proses penawaran maupun proses perubahan nilai tidak boleh ada
31
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing (Jakarta: Mizan,
2006), hal.151
30
hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam,
yaitu :32
1) Berperilaku baik dan simpatik
2) Bersikap melayani dan mempermudah
3) Bersaing secara sehat
4) Mendahulukan sikap tolong menolong
5) Jujur dan tidak curang
3. Konsep Marketing STPD (segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi)
Strategi maketing dapat dipahami sebagai logika pemasaran yang
dengannya unit usaha dapat mencapai tujuan pemasarannya.33 Strategi
pemasaran juga merupakan pernyataan mengenai bagaimana suatu merk atau
lini produk dapat memenuhi keinginan dan dapat memuaskan pelanggan.
Selain itu marketing sendiri dapat diartikan sebagai seleksi atas pasar sasaran,
menentukan posisi persaingan dan pembangunan suatu bauran pemasaran yang
efektif untuk mencapai dan melayani klien yang dipilih.34
Strategi pemasaran didasarkan atas 4 konsep strategi, diantaranya
adalah sebagai berikut :
32
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing (Jakarta: Mizan,
2006), hal.486
33
Philip Kotler dan Paul N. Blomm, Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profeional,
(Jakarta: Intermedia, 1995), hal.127
34
Philip Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta:Erlangga, 1997), Edisi
ke-2, jilid 1, hal.3
31
a. Segmentation (Segmentasi pasar)
Segmentasi pasar menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah
pembagian sebuah pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda.
Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebagai pembagian pasar yang
berbeda-beda
(heterogen)
menjadi
kelompok-kelompok
pasar
yang
homogen, di mana setiap kelompoknya bisa ditargetkan untuk memasarkan
suatu produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ataupun karakteristik
pembeli yang ada di pasar tersebut.35
Ada beberapa syarat segmentasi yang efektif, yaitu :
1) Dapat diukur (measurable)
Ukuran, daya beli, dan profil pasar harus dapat diukur dengan tingkat
tertentu.
2) Dapat dijangkau (accessible)
Segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif.
3) Cukup besar (substantial)
Segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba yang dapat dilayani.
Suatu segmen merupakan kelompok homogen yang cukup bernilai untuk
dilayani oleh progam pemasaran yang sesuai.
35
Philip Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta:Erlangga, 1997), Edisi
ke-2, jilid 1, hal.183
32
4) Dapat dibedakan (differentiable)
Differentiable berarti segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.
5) Dapat dilaksanakan (actionable)
Actionable berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan
sumber daya yang dimiliki perusahaan.
b. Targeting (Pangsa Pasar)
Definisi targeting menurut Keegan & Green (2008) adalah proses
pengevaluasian segmentasi dan pemfokusan strategi pemasaran pada suatu
negara, propinsi, atau sekelompok orang yang memliki potensi untuk
memberikan respon. Sedangkan menurut Kotler & Amstrong (2008) adalah
sekelompok pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik
yang sama yang menjadi tujuan promosi perusahaan.36
Dari kedua definisi tersebut targeting merupakan sebuah proses
yang sangat penting karena akan menentukan siapa yang akan membeli
produk dari perusahaan. Targeting adalah membidik target market yang
telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja
serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus pas dengan
karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju.
Langkah dalam mengembangkan targeting yaitu :
36
Philip Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta:Erlangga, 1997), Edisi
ke-2, jilid 1, hal.197
33
1. Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen dengan menggunakan
variable-variabel yang dapat mengkuantifikasi kemungkinan permintaan dari
setiap segmen, biaya melayani setiap segmen, dan kesesuaian antara
kompetensi inti perusahaan dan peluang pasar sasaran.
2. Memilih satu atau lebih segmen sasaran yang ingin dilayani berdasarkan
potensi laba segmen tersebut dan kesesuaiannya dengan strategi perusahaan.
c. Positioning (Posisi pasar)
Posisi pasar (positioning) adalah dengan upaya identifikasi,
pengembangan, dan komunikasi keunggulan yang bersifat khas serta unik.
Dengan demikian, produk dan jasa perusahaan dipersepsikan lebih superior
dan khusus (distinctive) dibandingkan dengan produk dan jasa pesaing
dalam persepsi konsumen. Persepsi pelanggan terhadap produk yang
dihasilkan dan bukan hanya sekedar produk fisik adalah fokus utama
Positioning. Keberhasilan positioning sangat ditentukan oleh kemampuan
sebuah perusahaan untuk mendeferensiasikan atau memberikan nilai
superior kepada pelanggan. Nilai superior sendiri dibentuk dari beberapa
komponen. Sedangkan kunci utama keberhasilan positioning terletak pada
persepsi yang diciptakan dari persepsi perusahaan terhadap dirinya sendiri,
persepsi perusahaan terhadap pesaing, persepsi perusahaan terhadap
pelanggan, dan lain lain.
d. Diferensiasi
34
Diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan
yang berarti untuk membedakan tawaran perusahaan dengan tawaran
pesaing. Perusahaan dapat mendiferensiasikan tawaran pasarnya menurut
lima dimensi, yaitu : Produk, pelayanan, personalia, saluran pemasaran atau
citra.37
Produk-produk fisik itu bervariasi dalam potensinya untuk
diferensiasi,
di
ujung
yang satu
kita
menemukan
produk
yang
memungkinkan sedikit variasi: ayam, baja apinir. Di ujung lain ada produk
dengan diferensiasi tinggi seperti mobil, motor, bangunan komersial dan
meubel. Di sini penjual menghadapi banyak sekali parameter rancangan
yang mencakup bentuk, keistimewaan (feature), kinerja, kesesuaian, daya
tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan rancangan.
Diferensiasi pelayanan meliputi kemudahan pemesanan, pengiriman
pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, pemeliharaan dan
perbaikan dan keramahan. Diferensiasi personalia meliputi : kemampuan,
kesopanan, dapat dipercaya dapat diandalkan, cepat tanggap dan
komunikasi. Diferensiasi saluran pemasaran meliputi: cakupan, keahlian,
dan kinerja. Diferensiasi citra meliputi : cakupan, keahlian, kinerja,
lambang, media, atmosfir dan citra.38
C. Pembiayaan
hal.328
hal.329
37
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002),
38
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002),
35
a. Pengertian Pembiayaan
Menurut
undang–undang
Perbankan
NO.10
Tahun
1998
”Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.”39
Menurut Syafi’i Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas
pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.40 Pengertian lain
menyebutkan, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam
kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah dikumpulkan oleh
bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.41
b. Jenis-Jenis Pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah
memiliki banyak jenis pembiayaan. Adapun jenis produk atau jasa
pembiayaan pada bank syariah, jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat
dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya :42
39
Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktek, (Jakarta: Gema insani
Press, 2004), h.160
41
Muhammad, Manajamen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.71
42
Muhammad, Manajamen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h.22
40
36
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan
dengan prinsip jual beli.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan
dengan prinsip sewa-menyewa.
3) Transaksi pembiayaan usaha kerjasama ditujukan untuk mendapatkan sekaligus
barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.43
1. Pembiayaan Musyarakah
Syirkah dari segi bahasa berarti percampuran (al-ikhtilath), yaitu
penggabungan dua bagian atau lebih yang tidak bisa dibedakan antara satu
bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’, syirkah adalah
transaksi antara dua orang atau lebih yang kedua-duanya sepakat untuk
melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan.44
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik dana atau
modal untuk mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha
tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana atau modal
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.45 Musyarakah adalah
akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
43
Hasanudin Rahman Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers Hand
Book), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005), h.68
44
Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah: Perspektif
Praktis, (Jakarta: Muamalat Institute, 1999), h. 78
45
Muhammad, Manajamen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h.23
37
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset nonkas yang
diperkenankan oleh syariah.46
2. Pembiayaan Mudharabah
pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana
dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.47 Kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha
dalam rangka mengembangkan usaha yang modalnya berasal dari pihak
pertama dan kerja dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan dengan
pembagian berdasarkan presentase. Jika proyek (usaha) mendatangkan
keuntungan, maka laba dibagi berdua berdasarkan kesepakatan yang terjalin
antara keduanya, jika modal tidak mempunyai kelebihan atau kekurangan,
maka tidak ada bagi pemilik modal selain modal pokok tersebut, begitu pula
dengan pengusaha tidak mendapatkan apa-apa. Jika proyek rugi yang
mengakibatkan hilangnya modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun
banyak ditanggung oleh pemilik modal. Tidak diperkenankan kerugian itu
ditanggung oleh pengusaha dan menjadikannya sebagai jaminan bagi modalnya
kecuali proyek itu didasarkan pada bentuk pinjaman dari pemilik modal kepada
46
PSAK Tahun 2007 No.106 Paragraf 4
Muhammad, Manajamen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h.22
47
38
pengusaha. Jika demikian maka pemilik modal tidak berhak mendapatkan
apapun dari keuntungan tersebut.48
Dalam akad mudharabah bank mempunyai hak untuk mengajukan
usul dan melakukan pengawasan atas penyediaan dana. Dari pembiayaan
tersebut bank mendapatkan imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan
atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, maka
kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali kerugian akibat
kelalaian nasabah.
3. Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan
pembeli (bank dan nasabah).49 Secara bahasa kata Murabahah berasal dari
kata dasar (rabaha) yang berarti beruntung. Jadi pengertian murabahah
secara bahasa adalah saling beruntung atau saling menguntungkan.
Bai’al Murabahah adalah prinsip bai’ (jual beli) dimana harga
jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun)
yang disepakati. Pada murabahah penyerahan barang dilakukan pada saat
transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh
ataupun dicicil.50
48
Muhammad, Manajemen pembiayaan mudharabah di Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2008), h.27-28
49
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, cet 4, (Jakarta:IIIT
Indonesia, 2003), h.61
50
Sumarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,
2003), h.39
39
Aset murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk
dijual kembali dengan menggunakan akad murabahah. Murabahah adalah
akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli.51
Sedangkan menurut praktisi perbankan yang selama ini dikenal
aktif dalam dunia perbankan syariah, Muhammad Syafi’i Antonio
menjelaskan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual
harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya.52
b. Rukun dan Syarat Murabahah
1. Rukun
a. Ada Penjual.
b. Ada pembeli.
c. Ada obyek yang dijual belikan.
d. Ada harga jual yang disepakati oleh dua belah pihak.
e. Akad jual beli.
2. Syarat
a. Pembeli dan penjual dalam keadaan cakap hukum.
b. Barang yang dijual tidak termasuk kategori yang diharamkan.
c. Barang yang dijual sesuai dengan spesifikasi pembeli.
51
PSAK 102 Akuntansi Murabahah per Januari 2015. Ikatan Akuntansi Indonesia
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia
Institue, 1999), h.145
52
40
d. Barang yang dijual secara hukum sah dimiliki penjual.
4. Ijarah
Secara bahasa ijarah digunakan sebagai nama bagi al-ajru yang
berarti “imbalan terhadap suatu pekerjaan” dan “pahala”.53 Al-Ijarah
merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak atau menjual jasa kepada orang
lain seperti menjadi buruh kuli dan lain sebagainya.54
5. Rahn
Gadai (al rahn) secara bahasa dapat diartikan sebagai (al stubut,al
habs) yaitu penetapan dan penahanan. Secara istilah dapat diartikan
menjadikan suatu benda berharga dalam pandangan syara’sebagai jaminan atas
adanya dua kemungkinan, untuk mengembalikan uang itu atau mengambil
sebagian benda itu.55 Gadai adalah perjanjian (akad) pinjam meminjam dengan
menyerahkan barang sebagai tanggungan utang.56
Sehingga dapat disimpulkan gadai adalah menjadikan suatu benda
itu berharga sebagai jaminan sebagai tanggungan utang berdasarkan perjanjian
(akad) antara orang yang memiliki hutang dengan pihak yang memberi hutang.
6. Qordul Hasan
1. Al-Qardh
53
Muhammad bin Mukarram ibn Mazhur al-Ifriqi al-Mishri, Lisan Al-Arab, (Beirut: Darul
Lisan al-Arab), Juz I, h.24
54
Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqih al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al Fikr, 1989), Jilid IV,
h.731
55
H. Hendi suhendi. Fiqh muamalah, (Jakarta: pt. Grafindo persada, 2000), hal.105-106
56
Prof. Drs. H. Masyfuk zuhdi. Masail fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji masagung, 1997),
hal.122
41
Qardh secara bahasa, bermakna Al-Qath’u yang berarti memotong.
Harta yang disodorkan kepada orang yang berhutang disebut Qardh, karena
merupakan potongan dari harta orang yang memberikan hutang. Kemudian
kata itu digunakan sebagai bahasa kiasan dalam keseharian yang berarti
pinjam
meminjam
antar
sesama.
Salah
seorang
penyair
berkata,“Sesungguhnya orang kaya bersaudara dengan orang kaya,
kemudian mereka saling meminjamkan, sedangkan orang miskin tidak
memiliki saudara”.
Kata qardh ini kemudian diadopsi menjadi crade (Romawi), credit
(Inggris), dan Kredit (Indonesia). objek dari pinjaman qardh biasanya adalah
uang atau alat tukar lainnya (Shaleh, 1992), yang merupakan transaksi
pinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari
pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok
utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Peminjaman atas
prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan
terimakasih.57
2. Al-Qardh Al-Hasan
Secara umum, Qardh Hasan diartikan sebagai infak di jalan Allah,
di dalam jihad dan peperangan demi menegakkan kebenaran dan bersedekah
kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Ada juga
yang mengatakan : Qardh Hasan itu adalah amal shaleh muthlaqon yang
57
Ascaya, 2008, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
42
mana dia adalah bentuk transaksi pinjaman yang benar-benar bersih dari
tambahan atau bunga.
Pengertian “al-hasan” disini adalah ketika seorang muslim
meminjamkan atau menginfakkan sesuatu yang ada pada dirinya hendaklah
dia mengeluarkan sesuatu yang elok tanpa cela. Maka Qardh hasan itu pada
dasarnya adalah sedekah yaitu pekerjaan yang mulia dengan mengharapkan
keredhoan Allah semata.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH BUKOPIN
A. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin
Bank Syariah Bukopin adalah lembaga keuangan yang berjenis
pada Jasa Keuangan Perbankan. Sebagai salah satu Bank Nasional di
Indonesia, sejarah Perseroan dimulai pada 1990 dengan meleburnya 2 (dua)
Bank pasar, yakni BPR Gunung Sindoro dan BPR Gunung Kendeng di
Samarinda, Kalimantan Timur. Proses peleburan ini termaktub dalam Akta
Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1659/KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990. Dengan peleburan
ini, statusnya pun meningkat menjadi Bank umum dengan nama PT Bank
Swansarindo International. Berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia
Nomor 24/I/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991, PT Bank Swansarindo
International memperoleh izin usaha sebagai Bank umum dan pemindahan
kantor pusat ke Jakarta.
Dalam perkembangannya dan atas dasar pertimbangan bisnis pada
akhir 2002, Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi
kemasyarakatan Islam di Indonesia mengakuisisi
PT Bank Swansarindo
International. Dengan persetujuan Bank Indonesia (BI) yang dicantumkan
dalam Surat Keputusan Nomor 5/4/KEP.DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003
44
dan dituangkan dalam Akta Nomor 109 tanggal 31 Januari 2003, PT Bank
Swansarindo International berubah nama menjadi PT. Bank Persyarikatan
Indonesia.58
Untuk mengembangkan bisnis perusahaan, selama 2005-2008 PT
Bank Bukopin, Tbk. terlibat dalam asistensi kegiatan operasional PT Bank
Persyarikatan Indonesia. Tambahan modal juga diberikan PT Bank Bukopin,
Tbk untuk memperkuat bisnis PT Bank Persyarikatan Indonesia. Setelah
beberapa tahun dibawah asistensi PT Bank Bukopin Tbk dan melihat peluang
bisnis di perbankan syariah, PT Bank Persyarikatan Indonesia mengubah arah
bisnisnya dari Bank konvensional menjadi Bank syariah. Izin usaha
berdasarkan prinsip syariah pun diperoleh dari Bank Indonesia yang
dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 10/69/
KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008. Atas dasar surat keputusan
tersebut, nama PT Bank Persyarikatan Indonesia berubah menjadi PT Bank
Syariah Bukopin. Secara resmi Perseroan melakukan kegiatan operasional
berdasarkan prinsip Syariah pada Selasa, 11 Zulhijah 1430 H atau 9 Desember
2008.59
Pada tahun 2009 telah terjadi Spin Off (pemisahan) UUS yang
sudah berjalan di PT. Bank Bukopin bergabung ke Bank Syariah Bukopin.
Tepatnya Pada Tanggal 10 Juli tahun 2009 melalui surat persetujuan Bank
58
Induction Training, Bank Syariah Bukopin, (Jakarta., t.p.,2014) h.8.
Bank Syariah Bukopin, Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin, artikel diakses pada
tanggal 3 Agustus 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Bukopin.
59
45
Indonesia, PT. Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Unit
Usaha Syariah ke dalam Badan Usaha PT. Bank Syariah Bukopin.
Dalam bisnisnya Bank Syariah Bukopin memfokuskan pada
pembiayaan Usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) dengan segmentasi
usaha pendidikan, kesehatan Konstruksi, dan perdagangan. Sehingga pada
tahun 2011 dengan kepercayaan dari Bank Bukopin, ada penambahan Modal
sebesar Rp. 100 Milyar, dan memperkuat Bank Bukopin sebagai pemegang
saham Mayoritas. kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh
Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009.
Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu
1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh)
Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas
keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua
puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank
Bukopin.60
B. Visi, Misi, dan strategi Bank Syariah Bukopin
1. Visi
Menjadi Bank Syariah Pilihan dengan Pelayanan Terbaik.
2. Misi
60
Profil perusahaan, artikel diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 dari
http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan.
46
Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah, Membentuk Sumber daya
insani yang profesional dan amanah, memfokuskan pengembangan usaha
pada sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), dan meningkatkan
nilai tambah kepada Stakeholder.
3. Strategi
Mengembangkan konsep-konsep sesuai dengan nilai dasar perusahaan yaitu
Amanah, Tanggap, Kualitas, Peduli, dan kerja Sama yang disesuaikan
dengan prinsip syariah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Syariah
Bukopin mendasarkan Usaha kegiataan sebagai berikut:
a. Sasaran pembinaan yaitu membina dan mempercepat peningkatan taraf
hidup masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah
agar tingkat kesenjangan sosial ekonomi yang sering terjadi dapat terartasi
untuk kedepanya.
b. Sasaran Pengembangan :61
1) Pengembangan Usaha dengan fokus pada sektor Usaha UMKM.
2) Mengembangkan Usaha komersial.
3) Mengembangkan usaha-usaha konsumer
4) Penyediaan Jasa-jasa Fee Based kepada Nasabah
61
Annual Report 2014 pdf, diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 dari
http://www.syariahbukopin.co.id/public/uploads/report/AR_2009.pdf.
47
5) Memperkuat teknologi dan pelayanan
6) Menambah dan mengoptimalkan jaringan outlet
7) Memperkuat SDI (Sumber Daya Insani)
8) Peningkatan Kualitas Pengelolaan Risiko dan kepatuhan.
C. Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin
Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi tersendiri yang
memberikan ciri khas organisasinya. Sehinnga berbeda dengan organisasi
lainya yang sejenis. Organisasi PT. Bank Syariah Bukopin terdiri dari bagianbagian berikut :
1. Share Holders Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham)
RUPS adalah dewan tertinggi yang ada di Bank Syariah Bukopin. Yang
bertugas memimpin Rapat pemegang saham serta mengawasi jalanya
kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Syariah Bukopin.
2. Board of Commisioners (Dewan Komisaris)
Selain RUPS, Organ penting lainya adalah eksistensi dewan komisaris.
Keberadaanya telah diatur dalam regulasi dan mendukung pencapaian target
peseroan. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris adalah :
a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan perseroan yang
dilakukan direksi.
48
b. Memberi nasihat kepada direksi mengenai rencana pembangunan
perseroan,
pelaksanaan
ketentuan-ketentuan
Anggaran
dasar
dan
keputusan RUPS serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perseroan
d. Memberi saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh
e. Memberi persetujuan atas laporan tahunan yang disusun direksi sesuain
dengan ketentuan perundangan yang berlaku untuk diajukan dalam RUPS
Tahunan.
3. Sharia Supervisory Board (Dewan Pengawas Syariah)
DPS sebagai dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada
direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip
syariah telah menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam praktik
pengawasan lembaga keuangan syariah, DPS merupakan perwakilan dari
DSN-MUI yang berada pada lembaga keuangan syariah yang independen.
Terkait dengan hal tersebut, maka tugas dan tanggung jawab DPS menjadi
salah satu komponen penilaian atas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang
tidak dapat dipisahkan dengan tugas dan tanggung jawab direksi maupun
dewan komisaris. Adapun tugas dan tanggung jawab DPS adalah :
a. Memberikan nasehat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan
perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah.
49
b. Memberikan pedoman garis-garis besar syariah.
c. Mengawasi proses pengembangan produk baru dengan cara meminta
penjelasan dari pejabat perseroan yang berwenang mengenai tujuan,
karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akan
digunakan.
d. Memeriksa akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat fatwa
DSN-MUI dengan cara melakukan analisa atas kesesuaian akad produk
baru dengan fatwa DSN-MUI.
e. Melakukan review terhadap sistem dan prosedur produk perseroan yang
akan dikeluarkan terkait dengan pemenuhan prinsip syariah.
f. Memberikan opini syariah terhadap produk baru yang dikeluarkan.
g. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru perseroan yang
belum ada fatwanya.
4. Board of Directors (Direksi)
Sesuai dengan substansi UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas (PT) direksi merupakan Organ perseroan yang memiliki
kewenangan dan bertanggung jawab penuh terhadap perjalanan bisnis
perseroan, baik di dalam mamupun diluar pengadilan. Fungsi dan tugas
jawab direksi :
50
a. Direksi berhak mewakili Bank didalam dan diluar pengadilan tentang
segala hal dan dalam segala kejadian.
b. Mengikat Bank dengan pihak lain dan pihak lain dengan Bank.
c. Menjalankan segala tindakan baik mengenai kepengurusan maupun
kepemilikan dengan pembatasan yang diatur dalam anggaran dasar Bank
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Mengimplementasikan GCG pada setiap kegiatan usaha perseroan
diseluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
e. Menindaklanjuti temuan audit, rekomendasi dari hasil pengawasan OJK,
auditor intern, DPS, atau auditor ekstern perseroan.
5. President Director (Direktur Utama)
Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan usaha
perseroan. Sehingga perusahaan secara dinamis dapat meningkat dan
berkembang sejalan dengan visi dan misinya. Selain itu, direktur utama
bertugas menciptakan dan menjaga hubungan yang harmonis antara dewan
komisaris, Direksi, pemegang saham, pegawai, dan seluruh Stakeholders
dengan berbasis pada prinsip GCG.
Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama, yaitu
kepala Divisi SDI, Kepala SKAI atau Internal Audit Unit, Kepala Divisi
51
Sekertaris Perusahaan, Kepala Divisi pembiayaan Komersial, kepala Divisi
Pendanaan Komersial, Kepala Divisi Bisnis Mikro dan Manajer Anti Fraud.
6. Business Director (Direktur Bisnis)
Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan
Direktorat Bisnis sehingga bisnis secara dinamis dapat meningkat dan
berkembang sebagai tulang punggung dan Profit Center bagi perseroan.
Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur Bisnis Perseroan
adalah kepala Divisi Bisnis Area, Kepala Divisi Supervisi Bisnis dan Fee
Based, kepala Divisi Pengembangan Produk, Kepala Divisi Restrukturisasi
dan penyelesaian pembiayaan dan seluruh Kepala cabang perseroan.
7. Compliance and Risk Management Director (Direktur Kepatuhan dan
Manajemen Risiko)
Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan
pengelolaan resiko dan kepatuhan perseroan. Sehingga Direktorat kepatuhan
dan Manajemen Risiko secara dinamis dapat meningkat dan berkembang
sejalan dengan perkembangan usaha perseroan. Pejabat eksekutif yang
bertanggung jawab kepada Direktur kepatuhan dan Manajemen Risiko
adalah Kepala Divisi Kepatuhan, dan Kepala Divisi Manajemen Risiko.
8. Operations and Service Director (Direktur operasi dan pelayanan)
Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan
Direktorat Operasi dan Pelayanan, sehinnga Operasi dan pelayanan secara
52
dinamis dapat meningkat dan berkembang sebagai penunjang Bisnis dalam
Perusahaan. Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur
Operasi dan Pelayanan adalah Kepala Divisi Operasi dan Analisa
Keuangan, Kepala Divisi Pelayanan, Kepala Divisi Support Pembiayaan,
kepala Divisi Teknologi Informasi, dan Manajer Treasury.
9. Committee of Audit (Komite Audit)
Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Dewan Komisaris serta menyempurnakan implementasi tata kelola
perusahaan yang baik, Dewan Komisaris membentuk komite Audit. Hal
tersebut sesuai dan sejalan ketentuan dalam PBI Nomor 11/33/PBI/2009
tentang pelaksanaan GCG bagi BUS dan UUS. Anggota Komite Audit
terdiri atas pihak independen yang memiliki kompetensi dibidangnya agar
dapat memberikan rekomendasi yang tepat kepada dewan Komisaris.
Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan independensi
dan objektifitas akuntan publik ataupun auditor internal serta menyediakan
forum diskusi yang Independen dari Manajemen Sesuai PBI Nomor
11/33/PBI/2009.
10. Committee of Risk Control (Komite Pemantau Risiko)
Tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko pada Perseroan
meliputi
53
a. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan manajemen Risiko yang
ditetapkan perseroan.
b. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen
Risiko dengan pelaksanaan kebijakan.
c. Melakukan Evaluasi terhadap pelaksanaan tugas komite pemantau Risiko,
dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.
11. Corporate Secretary (Sekeraris Perusahaan)
Untuk mengoptimalkan sekaligus menyempurnakan Implementasi tata
Kelola Perusahaan, Perseroan membentuk Divisi Sekertaris perusahaan.
Divisi tersebut berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara pihak
perseroan dengan publik, menjaga keteterbukaan informasi, mendukung
pencitraan perusahaan yang baik secara berkesinambungan melalui
komunikasi yang efektif kepada publik dan pemangku kepentingan lainya.
12. Internal Audit Working Unit (Satuan Kerja Audit Internal)
Audit internal merupakan pilar dalam mendukung efektivitas pengendalian
internal, pengelolaan risiko dan tata kelola perusahaan. Sesuai dengan
ketentuan tata kelola perusahaan, Perseroan telah membentuk Divisi SKAI
sebagai unit kerja yang independen yang membantu Direksi dalam menilai
dan mengevaluasi berbagai kegiatan operasional serta mengambil langkahlangkah perbaikan. Adapun fungsi utama SKAI yakni sebagai bagian dari
struktur pengendalian intern Perseroan yang membantu Dewan Komisaris,
54
Direksi, dan Komite Audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara
efektif dan efisien.
Gambar 3. 1 : Struktur Organisasi
55
D. Produk-produk Bank Syariah Bukopin
Produk Bank Syariah Bukopin terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Produk penyimpanan dana (Funding)
Memberikan pelayanan berupa Menyimpan dan menitipkan dana
nasabah pada Bank Syariah Bukopin. Dana yang disimpan dan dititipkan
akan dioptimalkan atau diberikan dengan cara dan ketentuan syariah untuk
kepentingan ummat. Produk funding pada Bank Syariah Bukopin terdiri
dari:
1) Tabungan iB SiAga
Tabungan iB SiAga yaitu berupa tabungan investasi Simpanan pada
Bank Syariah Bukopin
untuk perorangan dalam bentuk mata uang
Rupiah yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan cara
tertentu yang telah dipersyaratkan.
2) Tabungan Simpel iB (Simpanan Pelajar iB)
Tabungan Simpel iB merupakan tabungan untuk pelajar dengan
persyaratan mudah dan fitur yang menarik dalam rangka edukasi
perbankan untuk mendorong budaya menabung sejak usia dini.
3) Tabungan iB Haji
56
Tabungan iB Haji merupakan simpanan untuk perorangan dalam bentuk
mata uang rupiah yang mempunyai rencana menunaikan ibadah Haji atau
Umroh.
4) Tabungan iB Multiguna
Tabungan iB Multiguna merupakan Jenis tabungan berjangka dengan
potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan di masa
yang akan datang, sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa
gratis.
5) Tabungan Pendidikan
Tabungan Pendidikan merupakan Jenis tabungan berjangka dengan
potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan di masa
yang akan datang, sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa
gratis.
6) Tabungan Siaga Bisnis
Tabungan Siaga Bisnis merupakan Simpanan yang diperuntukan bagi
perorangan dan badan usaha, yang penarikannya dapat dilakukan sesuai
dengan syarat dan ketentuan tertentu yang telah disepakati dan tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau media lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
7) Tabunganku iB
57
Tabunganku iB merupakan Tabungan untuk perorangan dengan
persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh
Bank-Bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
8) Deposito iB
Deposito iB merupakan Jenis simpanan dalam mata uang rupiah yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut
perjanjian antara deposan dengan pihak Bank.
9) Giro iB
Giro iB merupakan Simpanan yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan Cek atau sarana perintah pembayaran lainnya atau melalui
pemindahbukuan lainnya.
2. Produk pembiayaan (Lending)
Sistem pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Bukopin
yaitu menempatkan nasabah sebagai mitra Bank. Dalam hal pemenuhan
akan kekurangan dana dalam berwirausaha dalam skema yang dipilh
melalui jual beli, atau pun bagi hasil. Bank Syariah Bukopin dengan tujuan
dan fungsinya untuk mendukung semua sektor terutama sektor rill dengan
prinsip syariah. Sehingga banyak cara yang diberikan oleh Bank Syariah
58
Bukopin dalam memudahkan usaha yang ingin dijalankan oleh calon
nasabah. Kemudahan tersebut terdiri dari :
1) Pembiayaan Murabahah
pembiayaan Murabahah merupakan Jual-beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini Bank akan
melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah
kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah
keuntungan Bank yang disepakati. Pembiayaan ini dapat digunakan
untuk memenuhi usaha modal kerja, investasi atau konsumtif (misalnya
kendaraan bermotor, rumah dll) dengan angsuran tetap selama masa
perjanjian.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah merupakan kerjasama 2 (dua) pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dan atau karya/keahlian dengan kesepakatan keuntungan dan resiko
menjadi tanggungan bersama sesuai kesepakatan. Kerjasama yang
dimaksud disini yaitu Bank dan nasabah mencampurkan dana/modal
mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan
berdasarkan prinsip bagi hasil yang telah disepakati.
3) Pembiayaan Mudharabah
59
Pembiayaan Mudharabah merupakan kerjasama antara pemilik modal
dan pengelola untuk suatu usaha tertentu dengan kesepakatan bagi hasil.
Kerjasama yang dimaksud yaitu antara Bank dan nasabah, dimana pihak
Bank menyediakan seluruh modal dan nasabah sebagai pengelola dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah
disepakati.
4) Pembiayaan Mudharabah Muqoyyadah
Pembiayaan
Mudharabah
Muqoyyadah
merupakan
pembiayaan
Mudharabah
untuk kegiatan usaha yang cakupannya dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah sesuai permintaan pemilik
dana. Pembiayaan ini dilakukan antara pemilik modal (Bank) untuk
usaha yang ditentukan oleh pemilik modal (Bank) dengan pengelola
(Nasabah), dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal untuk dibagi
bersama. Dalam akad ini terdapat dua jenis investasi yaitu :
a.
Mudharabah Muqayyadah
yang resiko
penempatan dananya
ditanggung oleh Bank Syariah Bukopin, dalam hal ini Bank
bertindak sebagai executing agent.
b. Mudharabah Muqayyadah
yang resiko
penempatan dananya
ditanggung oleh pemilik dana, dalam hal ini Bank bertindak sebagai
channelling agent.
5) Pembiayaan iB pinjaman Qardh
60
Pembiayaan iB pinjaman Qardh merupakan pinjam meminjam dana
tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok
pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.
6) Pembiayaan iB Istishna
Pembiayaan iB Istishna merupakan pembiayaan suatu barang dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara Nasabah dan penjual atau
pembuat barang. Pemasanan yang dimaksud berupa barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli) dan penjual (pembuat).
7) Pembiayaan iB Istishna Pararel
Pembiayaan iB Istishna Pararel merupakan jual beli dimana Bank
(penjual) memesan barang kepada pihak lain (produsen) untuk
menyediakan barang sesuai dengan kriteia dan persyaratan tertentu yang
telah disepakati nasabah (pembeli) dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan. Pada pembiayaan ini Bank dapat memberikan pembiayaan
kepada nasabah untuk pembelian barang yang dipesan.
8) Pembiayaan iB kepemilikan Mobil
Pembiayaan iB kepemilikan Mobil merupakan fasilitas pembiayaan
kepemilikan mobil yang menggunakan akad Murabahah, yaitu jual beli
barang sebesar harga perolehan ditambah dengan margin yang disepakati
61
oleh penjual dan pembeli. Jual beli yang dilakukan dengan harga pokok
dengan margin keuntungan yang disepakati.
9) Pembiayaan iB kepemilikan Rumah
Pembiayaan iB kepemilikan Rumah merupakan
pembiayaan yang
diberikan Bank untuk pembelian atau renovasi rumah tinggal, pembelian
rumah susun/apartemen, rumah toko dan/atau rumah kantor berdasarkan
harga pokok dengan margin keuntungan yang disepakati.
10) Pembiayaan iB K3A
Pembiayaan iB K3A merupakan pembiayaan yang diberikan oleh Bank
Syariah Bukopin kepada Koperasi Karyawan (kopkar), Koperasi
Pegawai, Koperasi Pegawai Negeri (KPN) atau koperasi sejenis lainnya
yang diteruskan
kepada
anggotanya
untuk
memenuhi
berbagai
kebutuhan.
11) Pembiayaan iB KKPA-Relending syariah
Pembiayaan iB KKPA- Relending syariah merupakan
pembiayaan
dengan prinsip syariah dalam bentuk investasi dan modal kerja kepada
koperasi primer untuk diteruskan kepada anggotanya, dengan sumber
dana berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang dikelola
oleh PT. Permodalan Nasional Madani (PNM).
12) Pembiayaan iB Jaminan Tunai
62
Pembiayaan iB Jaminan Tunai merupakan
pemberian pembiayaan
dengan jaminan cash collateral yang ada di Bank Syariah Bukopin dan
diblokir sampai dengan pembiayaan lunas. Pada pembiayaan ini alternatif
akad yang digunakan berupa akad yang di sepakati kedua belah pihak.
13) iB pembiayaan Pola Channeling
Pembiayaan iB Pola Channeling meliputi:
a. Pembiayaan iB Mobil Pola Channeling melalui Multifinance adalah
pembiayaan pemilikan kendaraan kepada end user yang dilakukan
melalui perusahaan Multifinance yang dapat dilakukan secara
pembiayaan bersama (joint financing) atau pembiayaan penuh (full
financing).
b. Pembiayaan kepada Pensiunan Pola Channeling melalui Koperasi
adalah pembiayaan yang diberikan Bank Syariah Bukopin kepada
pensiunan atau Janda/Duda (karena penerima pensiun meninggal) yang
menerima uang pensiun secara rutin setiap bulannya yang dilakukan
melalui koperasi. Pensiunan dimaksud meliputi Pensiunan PNS,
TNI/POLRI yang mendapatkan uang pensiun dari Negara.
Pada pembiyaan ini jual beli barang sebesar harga pokok barang
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati dan / atau
menggunakan akad pembiayaan lainnya yang sesuai syariah.
14) Pembiayaan iB SiaGa Emas Gadai
63
Pembiayaan iB SiaGa Emas Gadai merupakan produk pembiayaan
dimana Bank memberikan fasilitas pinjaman berdasarkan prinsip qardh
kepada Nasabah dengan menjaminkan emas. Emas yang diagunkan
tersebut akan disimpan dan dipelihara oleh Bank, dan atas pemeliharaan
tersebut Bank mengenakan biaya sewa dengan prinsip ijarah.
15) Pembiayaan iB SiAga Pendidikan
Pembiayaan iB SiAga Pendidikan merupakan fasilitas pembiayaan yang
diberikan oleh Bank kepada masyarakat secara prinsip Ijarah untuk
membiayai kebutuhan dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa
paket biaya pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
16) Pembiayaan iB SiAga Pensiun
Pembiayaan iB SiAga Pensiun merupakan fasilitas pembiayaan dengan
prinsip Murabahah yang diberikan oleh Bank kepada penerima pensiun
yang menerima uang pensiun secara rutin setiap bulan dari Negara
(APBN).
3. Produk Jasa (Service)
Selain produk pendanaan dan pembiayaan Bank Syariah Bukopin
juga memberikan produk jasa (Service) yang dapat digunakan nasabah
dalam kegiatan usahanya dengan menggunakan layanan jasa yang diberikan.
Jasa yang diberikan meliputi:
64
1) Save Deposit Box
Save Deposit Box merupakan Fasilitas jasa bagi nasabah untuk
menyimpan barang-barang berharga dan dokumen pribadi yang rahasia
dengan sistem pengamanan berteknologi modern.
2) Transfer
Transfer merupakan Produk jasa yang disediakan Bank Syariah Bukopin
untuk memindahkan sejumlah dana atas perintah si pemberi amanat dari
Kantor Cabang Bank Syariah Bukopin kepada penerima transfer pada
Bank lain atau pemindahan dana dari Bank lain untuk nasabah Bank
Syariah Bukopin sebagai penerima.
3) Kliring
Kliring merupakan Produk jasa yang disediakan untuk menjembatani
tukar-menukar surat berharga (cek, bilyet giro, warkat) yang diterbitkan
perbankan antara Bank-Bank yang menjadi anggota kliring, dimana
anggota kliring tersebut ditentukan oleh Bank Indonesia.
4) Inkaso
Inkaso iB atau Collection merupakan suatu cara penagihan dengan cara
mengirimkan dokumen kepada Bank dengan maksud mendapatkan
pembayaran atau akseptasi atau berdasarkan syarat-syarat lainnya. Jenis
65
Inkaso iB ada 2 yaitu Clean Collection dan Documentary Collection,
yaitu :
a. Clean Collection adalah suatu cara penagihan dengan cara hanya
mengirimkan
dokumen
finansial
kepada
Bank
dengan
maksud
mendapatkan pembayaran atau akseptasi tanpa mensyaratkan dokumendokumen lainnya.
b. Documentary Collection adalah suatu cara penagihan yang dilengkapi
dengan cara mengirimkan dokumen finansial dan dokumen komersial
kepada Bank dengan maksud mendapatkan pembayaran atau akseptasi.
5) RTGS
RTGS merupakan suatu sistem transfer dana dalam mata uang Rupiah
yang penyelesaiannya dilakukan secara online antar peserta pertransaksi
secara individual, dimana sistem BI-RTGS diselenggarakan Bank
Indonesia.
6) Payment Point
Payment Point merupakan Fasilitas jasa perbankan yang diberikan
kepada nasabah untuk melakukan pembayaran atas tagihan-tagihan yang
bersifat rutin.
7) SKBDN iB
66
SKBDN iB merupakan setiap janji tertulis berdasarkan permintaan
tertulis pemohon yang mengikat Bank Pembuka untuk:
a.
Melakukan
pembayaran
kepada
penerima
atau
ordernya
atau
mengaksepnya dan membayar wesel yang ditarik oleh penerima;
b. Memberi kuasa kepada Bank lain untuk melakukan pembayaran kepada
penerima atau ordernya atau mengaksep dan membayar wesel yang
ditarik oleh penerima atau;
c. Memberi kuasa kepada Bank lain untuk menegosiasi wesel yang ditarik
oleh penerima
8) Bank Garansi iB
Bank Garansi iB merupakan jaminan dalam bentuk warkat yang
diterbitkan oleh Bank yang mengakibatkan kewajiban membayar
terhadap pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin
cidera janji (wanprestasi).
9) Kartu ATM BSB
Kartu ATM BSB merupakan Fasilitas layanan kepada nasabah untuk
melakukan transaksi
perbankan dengan perangkat
mesin
ATM
(Automated Teller Machine) yang dimiliki atau ditunjuk oleh Bank
Syariah Bukopin.
10) Hallo BSB
67
Hallo BSB merupakan fasilitas layanan kepada nasabah untuk dalam
memberikan layanan informasi dan penanganan perbankan dengan
menggunakan perangkat telepon.
11) Cash Management
Cash Management merupakan Layanan perbankan elektronis yang
memudahkan nasabah dalam melakukan
akses
inquiry saldo
dan
transaksi secara Real Time On-Line melalui terminal komputer dari
lokasi usaha masing-masing sehingga pengelolaan keuangan menjadi
lebih efektif, efisien dan tersentralisasi.
12) Wakaf Uang
Wakaf Uang merupakan Wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang yang dapat
dikelola secara produktif dan hasilnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan
ekonomi umat.
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin
Aktivitas pemasaran diperlukan baik oleh perusahaan yang baru
diluncurkan maupun perusahaan yang telah berjalan. Pemasaran merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan karena itu
pemasaran selalu memperoleh posisi penting dan dipandang sebagai jantung
suatu perusahaan. Tanpa pemasaran, suatu perusahaan akan seperti
kehilangan dorongan untuk bertahan dan bersaing yang selanjutnya
membawa perusahaan menuju titik kemunduran, bahkan kekalahan dalam
persaingan.62 Menururt Alvin, Account Officer pembiayaan di Bank Syariah
Bukopin, pemasaran yang baik adalah pemasaran dengan metode
canvassing yaitu sebuah proses menawarkan produk serta melakukan
kunjungan ke nasabah atau calon nasabah berdasarkan rute yang telah
ditetapkan, ini adalah aktivitas yang paling besar kemungkinannya untuk
terjadi penjualan, karena saat melakukan kunjungan fisik, maka kita akan
mengetahui karakter nasabah, lingkungan maupun orang-orang disekitarnya,
dan semua faktor tersebut mendorong terjadinya peluang penjualan.
Kemudian adanya referral, atau permintaan link dari saudara, teman, atasan
dan lainnya kepada perusahaan atau orang yang membutuhkan pembiayaan.
Open table atau pameran di tempat umum. Aktif dalam sosialisasi produk di
62
Serian Wijatno, Pengantar Enterpreunership, h.172.
69
dalam media sosial dan juga masuk dalam media massa sebagai
pemberitahuan positif terhadap produk-produk Bank Syariah Bukopin itu
sendiri khususnya produk pembiayaan.63
Dalam proses pengenalan produk pembiayaan Bank Syariah
Bukopin kepada masyarakat juga memiliki strategi yang biasa digunakan
oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, yatu dengan memanfaatkan media
yang ada seperti televisi, radio, brosur pemasangan spanduk di tempattempat yang strategis dan menjadi sponsor dalam sebuah acara yang
diyakini merupakan pasar yang tepat. Dengan demikian dharapkan dapat
membentuk citra positif kepada masyarakat terhadap Bank Syariah
Bukopin.
Strategi pemasaran akan dilakukan bagaimana Bank Syariah
Bukopin melakukan segmentasi pasar, penentuan target pasar, positioning,
dan diferensiasi.
1. Segmentation (Segmentasi pasar)
Pembagian sebuah pasar menjadi kelompok pembeli yang berbeda.
Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebgai pembagian-pembagian pasar yang
berbeda-beda (heterogen) menjadi kelompok-kelompok pasar yang homogen,
dimana setiap kelompoknya bisa ditargetkan untuk memasarkan suatu produk
63
Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.
Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016.
70
sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ataupun karakteristik pembeli yang ada di
pasar tersebut.
a. Segmentasi Demografis
Pada segmentasi demografis, variabel yang sering dgunakan adalah umur,
jenis kelamis, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, daur hidup keluarga,
generasi, etnik, agama, kebangsaan, dan kelas sosial.64
Segmentasi demografis yang dilakukan Bank Syariah Bukopin terhadap
produk pembiayaan hanya terbatas pada usia, yaitu usia minimal 20 tahun dan
maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan lunas.
Selebihnya berhak untuk dapat memanfaatkan produk pembiayaan. Selebihnya
berhak untuk dapat memanfaatkan produk pembiayaan.
b. Segmentasi Geografis merupkan segmentasi geografis menggunakan variabel
seperti propinsi kabupaten, kota, dan densitas populasi.
Dalam
aspek
segmentasi,
kebijakan
direktur
bisnis
yang
akan
mengeluarkan surat keterangan (SK) direksi. Surat keterangan ini berasal dari
masukan-masukan Account Officer dan pimpinan cabang, dan bisa juga dari
kondisi makro. Surat keterangan tersebut yang nantinya akan menentukan
bahwa segmentasi apa saja yang baik dan tidak baik untuk dilakukan, jika ada
segmen bisnis baru yang tidak pernah terakomodasi produknya, alias produk
tersebut belum ada, maka akan ada divisi pengembangan produk yang
membuat produk tersebut, contohnya segmentasi konsumtif ditingkatkan
64
Serian Wijatno, Pengantar Enterpreunership, h.176.
71
terutama umroh, tetapi pembiayaan umroh itu sendiri tidak ada, divisi
pengembangan produk yang nanti akan merancang produk tersebut.
2. Targeting (Pangsa Pasar)
Proses yang sangat penting karena akan menentukan siapa yang akan
membeli produk dari perusahaan. Targeting adalah membidik target market
yag telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja
serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus sesuai dengan
karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Bank Syariah Bukopin
memakai targeting marketing pembiayaan dengan mencari nasabah sebagai
berikut :
a. KW 1, yang artinya pembiayaan nasabah-nasabah yang besar tetapi bukan
pemain utama, biasanya usahanya sudah berjalan lebih dari 5 tahun, termasuk 5
besar perusahaan terbaik dibidangnya walaupun bukan yang pertama,
pengurus-pengurusnya mempunyai rumah di kawasan elite, manajemen aktif
dalam perhimpunan bidang usaha yang dijalani, contohnya developer menjadi
anggota Real Estate Indonesia, dan sebagainya.
b. diusahakan dengan sangat harus mempunyai fixed asset, sangat menghindari
jaminan mesin, mobil, tagihan. Fixed asset ini adalah jaminan untuk menjagajaga jika terjadinya wanprestasi, karena fixed asset nilainya cenderung stabil
dibanding mesin yang penurunan nilainya kecil.
c. menghindari perusahaan yang secara makro terjadi masalah atau adanya
penurunan laba.
72
3. Positioning (Posisi Pasar)
Posisi pasar adalah dengan upaya identifikasi, pengembangan, dan
komunikasi keunggulan yang bersifat khas serta unik. Dengan demikian,
produk dan jasa perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus
(distinctive) dibandingkan dengan produk dan jasa pesaing dalam persepsi
konsumen. Positioning yang dilakukan Bank Syariah Bukopin yaitu sebagai
berikut :
a. Bank Syariah Bukopin yang dapat mengakomodasi kebutuhan nasabah muslim
sensasional tanpa harus mengkhawatirkannya dampak riba, maysir, gharar, dan
dzalim karena sudah dijamin oleh pihak Dewan Syariah Nasional (DSN) dan
Dewan Pengawas Syariah (DPS).
b. Mempunyai akad-akad yang sangat beragam sesuai dengan kebutuhan nasabah
itu sendiri.
c. Potensi muslim di Indonesia yang luas untuk mendapatkan edukasi mengenai
bank syariah dan digarap agar memiliki antusiasme dalam melakukan kerja
sama dengan bank syariah, khususnya Bank Syariah Bukopin, dalam
kebutuhan pembiayaan.
4. Diferensiasi
Diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan yang
berarti untuk membedakan tawaran perusahaan dengan tawaran pesaing. Bank
73
Syariah Bukopin mempunyai 2 poin peranan penting terhadap diferensiasi
produk yaitu :
a. Bank dengan fleksibilitas sistem pembayaran sesuai dengan “business nature”
nasabah. Sehingga nasabah dapat mengukur dan mengatur cashflow dengan
baik.
b. Bank dengan proses yang lebih cepat dari bank konvensional dan bank syariah
lainnya. Namun tetap dalam pengamanan yang ketat, baik dari mengamankan
bank, agunan, sumber pengembalian nasabah, dan aman dari resiko-resiko
lainnya.65
B. Prosedur dan tahapan umum pengajuan pembiayaan pada Bank Syariah
Bukopin
Pembiayaan Bank Syariah Bukopin adalah pembiayaan Bank kepada
nasabah atau badan usaha yang bergerak di berbagai bidang untuk membiayai
kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja atau pembiayaan
investasi dengan limit bisa sampai dengan enam puluh milyar. Proses
pembiayaan yang terfokus serta angsuran tetap selama masa perjanjian hingga
jatuh tempo menjadikan keunggulan yang didapatkan guna agar tetap bisa
menjalankan bisnis dan usaha secara maksimal.
Akad yang digunakan pada Produk Pembiayaan Bank Syariah Bukopin adalah
akad murabahah. Pembiayaan murabahah merupakan jual-beli barang pada
65
Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.
Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016.
74
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini Bank
akan melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah
kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah keuntungan
Bank yang disepakati. Pembiayaan ini dapat digunakan untuk memenuhi usaha
modal kerja, investasi atau konsumtif (misalnya kendaraan bermotor, rumah
dll) dengan angsuran tetap selama masa perjanjian.
Pada aplikasinya Bank Syariah Bukopin tidak memberikan sejumlah dana yang
dibutuhkan kepada pihak nasabah, tetapi pihak Bank memberikan kebutuhan
yang diinginkan oleh nasabah, hal ini dilakukan untuk mencegahnya sidestreaming yaitu penggunaan dana yang tidak seharusnya digunakan untuk
usaha yang lainnya. Atau untuk jual-beli rumah, Bank tidak memberikan
sejumlah dana kepada nasabah, tetapi bank membeli rumah tersebut dari pihak
developer, lalu memberikan rumah yang sudah dibeli kepada pihak nasabah
tergantung dari margin yang ditetapkan di awal akad.66
Adapun perbedaan antara murabahah dengan kredit konvensional adalah
sebagai berikut :67
a. Prinsip yang digunakan murabahah adalah akad jual beli sedangkan prinsip
dasar yang digunakan kredit konvensional adalah akad pinjam meminjam.
b. Dalam praktek pembiayaan murabahah, hubungan antara Bank Syariah dan
nasabahnya adalah penjual dan pembeli, sedangkan pada praktek kredit
66
Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.
Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016.
67
Ahmad Ghazali, Serba-serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita, (Jakarta:
Media Komputindo, 2005).
75
konvensional, hubungan antara pihak Bank Konvensional dengan nasabahnya
adalah kreditur dan debitur.
c. Dalam murabahah hanya menghendaki satu harga dan tidak tergantung dengan
jangka
waktu
pembayaran,
sedangkan
dalam
kredit
konvensional
mengharuskan adanya perbedaan pembayaran sesuai dengan jangka waktu
yang telah ditentukan. Semakin lama waktu pembayaran semakin besar jumlah
tanggungan yang harus dibayar.
d. Keuntungan dalam praktek murabahah berbentuk margin penjualan yang
didalamnya sudah termasuk harga jual. Sedangkan keuntungan pada kredit
konvensional didasarkan pada tingkat suku bunga. Nasabah yang mendapatkan
kredit dari bank konvensional dibebani kewajiban membayar cicilan beserta
bunga pinjaman sekaligus.
1. Prosedur
dan Tahapan Umum Pengajuan Pembiayaan Bank Syariah
Bukopin
Prosedur pengajuan Pembiayaan di Bank Syariah Bukopin adalah sebagai
berikut :68
Tahapan pertama
a. Nasabah datang ke Bank Syariah Bukopin untuk mengajukan permohonan
pembiayaan. Pihak administrasi akan melakukan pengecekan terhadap
kelengkapan persyaratan yang telah diserahkan nasabah.
68
Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.
Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016.
76
b. Setelah persyaratan terpenuhi, bagian pelaksana akan melakukan analisis secara
administratif dan akan dilakukan survey langsung ke lapangan untuk
memastikan data yang telah didapat.
c. BI Checking. BI Checking dilakukan untuk melihat karakter nasabah dan
riwayat nya dalam perbankan, apakah ada kendala semasa nasabah melakukan
pembiayaan pada bank lain dan macet, jika ada, harus cari tahu lagi kenapa
bisa seperti itu dan memilih apakah nasabah tersebut menjadi calon
pembiayaan untuk kedepannya atau tidak.
d. Analisis Yuridis. Melakukan analisis yuridis, menganalisis aspek hukumnya,
baik dari orangnya, subjek hukum, dan agunannya sebagai objek hukumnya
untuk melihat ada atau tidaknya sengketa terhadap objek yang akan diagunkan.
Divisi legal yang akan melakukan analisis ini dan hasilnya diberikan kepada
pihak marketing.
e. Taksasi. Tim legal akan datang ke tampat agunan untuk menilai, memfoto
objek, dan mencari nilai perbandingan agunan tersebut.
f. Trade Checking. Trade checking yang dimaksud adalah melakukan pengecekan
kepada perusahaan yang akan melakukan pembiayaan, hal ini dilakukan untuk
mencegahnya virtual office dimana kantor tersebut hanyalah sewaan dan bukan
pemilik dari kantor itu sendiri.
Tahapan Kedua
77
g. Analisis pembiayaan. Analisis keuangan menjadi indikator yang pertama,
bahwa mampu atau tidak nasabah untuk membayar angsuran yang akan
ditetapkan selama pembiayaan dilakukan.
h. Kondisi makro. Mencari tahu sektor-sektor pembiayaan apa saja yang dijadikan
posisi untuk melakukan suatu pembiayaan dan juga mana saja yang harus
ditahan dahulu, untuk mencegahnya pembiayaan yang dilakukan jangka
panjang, dan bisa mencegah tidak lancarnya pembiayaan yang dilakukan.
i. Modal. Harus dilihat kesanggupan modal dari pihak nasabah, karena kita
sebagai pihak Bank tidak tahu pastinya kapan akan terjadinya krisis dan apakah
modal tersebut bisa menyelamatkan dari turbulensi-turbulensi ekonomi yang
akan dihadapkan kedepannya.
Tahapan Ketiga
j. Komite. Komite mempunyai tiga peserta, ketua, anggota satu, dan anggota dua.
Pihak marketing mempresentasikan hasil analisis yang sudah dilakukan dan
juga harus mematuhi dua syarat sebelum melakukan komite. Yaitu sudah lolos
dari syariah compliance atau kepatuhan dan juga manajemen resiko. Komite
punya kendali untuk menolak atau tidak nya pembiayaan yang dilakukan
tergantung dari hasil dan data marketing yang sudah dipresentasikan. Ada
limit-limit untuk komite itu sendiri, sampai satu milyar, komite bisa dilakukan
di kantor cabang, sampai dengan lima belas milyar akan dilakukan lagi komite
bersama
direktur
bisnis,
sampai
dengan
tiga
puluh
milyar
harus
78
mempresentasikan hasil nya kembali kepada direktur utama, dan jika lebih dari
itu harus mempresentasikan lagi kepada pihak komisaris.
Tahapan Keempat
k. Akad. Didepan notaris melakukan akad pembiayaan dan pengikatan agunan.
l. OL (offering letter). Surat persetujuan yang akan diberikan ke nasabah, OL
didapat dari hasil komite yang dilakukan sebelum akad, didalamnya berisi
poin-poin atau syarat yang harus dipenuhi oleh pihak nasabah untuk
melancarkan proses pembiayaan, waktu yang diberikan biasanya sampai
dengan satu bulan.
m. Dropping. Mengartikan bahwa uangnya dicairkan. Dalam Bank Syariah
Bukopin, bukan uang yang akan diterim oleh nasabah tetapi disesuaikan
dengan kebutuhan nasabah itu sendiri, mencegah akan ada nya side streaming
dimana penggunaan dana yang seharusnya tidak digunakan untuk usaha yang
lainnya.
79
Gambar 4.1
Prosedur dan Tahapan Umum Pengajuan Pembiayaan Bank Syariah
Bukopin
Nasabah datang ke
Bank untuk
mengajukan
permohonan
pembiayaan
Nasabah menyerahkan
kelengkapan data dan
persyaratan yang
dibutuhkan
Tiga data yang harus
ada yaitu identitas,
keuangan, dan agunan
Dilakukannya analisis
keuangan, makro, dan
modal untuk
memperkuat data
Limit pembiayaan
lebih dari limabelas
milyar, harus
mengadakan komite
lagi dengan direktur
bisnis, lebih dari
tigapuluh milyar
komite dengan
direktur utama dan
lebih dari itu harus
mengadakan komite
dengan komisaris
Komite yang
dilakukan bertujuan
untuk menyetujui atau
tidaknya pembiayaan
yang akan dilakukan
Bank melakukan
analisis terhadap
nasabah yang akan
melakukan
pembiayaan
Empat analisis yang
dilakukan bank (divisi
legal) yaitu BI
Checking, analisis
yuridis, taksasi dan
trade checking
Melakukan akad
pembiayaan dan
agunan, pemberian OL
kepada nasabah jika
ada syarat yang masih
dibutuhkan sebelum
pencairan, dan
dropping yang artinya
pembiayaan sudah
dilaksanakan
80
2. Persyaratan Umum Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Bukopin
Dalam pembiayaan murabahah Bank Syariah Bukopin terdapat dua kriteria
calon nasabah yang dapat mengajukan pembiayaan, pertama dengan sumber
pembayaran berasal dari gaji atau penghasilan tetap yang didapat setiap
bulannya. Kedua, nasabah yang sumber pembayaran berasal dari udaha yang
dikelolanya sendiri.
Persyaratan umum pembiayaan murabahah Bank Syariah Bukopin adalah
sebagai berikut :
a. Persyaratan pengajuan pembiayaan murabahah bagi pegawai atau karyawan :
1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal dua tahun.
2) Usia Minimal 20 tahun pada saat pengajuan dan maksimal 55 tahun pada saat
jatuh tempo fasilitas pembiayaan.
3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan
terdokumentasi.
4) Hasil BI checking tidak termasuk dengan kategori pembiayaan non lancar.
Adapun kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi saat nasabah ingin
melakukan pembiayaan murabahah di Bank Syariah Bukopin adalah :
1) Fotokopi KTP, kartu keluarga, surat nikah pemohon dan suami atau istri.
2) Slip gaji dan rekening tabungan minimal 4 bulan terakhir.
81
3) SK pengangkatan pertama dan terakhir
4) NPWP
5) Jaminan : Fix Asset
b. Persyaratan pengajuan pembiayaan murabahah bagi wiraswasta :
1) Usaha telah berjalan minimal 1 tahun.
2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau keluarga.
3) Usia minimal 20 tahun. Maksimal usia 55 tahun saat pembiayaan lunas.
4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan
terdokumentasi.
5) Hasil BI checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar.
Adapun kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi saat nasabah ingin
mengajukan pembiayaan murabahah di Bank Syariah Bukopin adalah :
1) Fotokopi KTP, kartu keluarga, surat nikah pemohon dan suami atau istri.
2) Pas foto terbaru 3x4 pemohon dan suami atau istri.
3) Surat keterangan usaha (SKU) dan rekening tabungan 4 bulan terakhir
4) Jaminan : Fix asset.
82
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Di Hadapi Bank Syariah
Bukopin Dalam Memasarkan Produk Pembiayaan
Sistem ekonomi syariah yang saat ini dilihat oleh masyarakat masih
banyak menuai masalah dan membuat laju berkembangnya pertumbuhan
ekonomi syariah terpantau lambat. Bank Syariah Bukopin selaku lembaga
yang
menggunakan
sistem
ekonomi
syariah
juga
belum
bisa
mengoptimalisasikan pemanfaatan peluang demi mendapatkan pasar yang
lebih besar. Terlihat pada minimnya nasabah yang masih jarang untuk
menabung di bank syariah, juga belum paham nya para masyarakat akan
eksistensi bank syariah itu sendiri beserta produk-produknya.
Dalam lembaga bank syariah, yang khusus nya masih sangat
berkembang saat ini, tentu nya ada faktor-faktor pendukung dan penghambat
yang berperan penting dalam berjalan dan tumbuhnya kegiatan usaha yang
dilakukan, diantaranya sebagai berikut:69
a. Faktor Pendukung :
1. Lokasi yang strategis, memudahkan para nasabah dan calon nasabah untuk
bertransaksi.
2. Memiliki standar operasional (SOP)
3. Adanya training bulanan yang di fokuskan untuk terus mengasah kemampuan
para marketing agar tetap dalam kondisi yang prima.
69
Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.
Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016.
83
4. Evaluasi mingguan yang diadakan untuk mengetahui sejauh mana progress para
marketing dan mengetahui apa planning marketing kedepannya agar
mempunyai pencapaian yang maksimal.
b. Faktor Penghambat :
1. Kurangnya pengetahuan para masyarakat dalam mengetahui dan memahami
apa itu bank syariah beserta produk-produk nya yang berindikasi akan
membuat lambatnya pertumbuhan ekonomi syariah itu sendiri.
2. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih kurang terhadap bank syariah,
sehingga masyarakat tetap memilih bank konvensional sebagai akses untuk
transaksi juga berpandangan bahwa lebih mendapat keuntungan besar
dibandingkan dengan bank syariah.
3. Margin yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Bukopin sendiri terlihat cukup
besar dibandingkan bank konvensional, berdampak susah nya mencari nasabah
dan banyak nasabah yang melakukan take over, di awal melakukan
pembiayaan di bank konvensional, tahun berikutnya take over ke bank syariah
yang berdampak sistem murabahah menjadi terhambat dan adanya hambatan
dalam melakukan pembiayaan.
4. Jaminan yang diagunkan adalah Fix Asset dan belum adanya pengecualian.
5. Setelah dianalisa oleh Bank Syariah Bukopin, ternyata calon nasabah tidak
memiliki usaha yang dimaksudkan oleh calon nasabah itu sendiri, atau tempat
berkerja yang dimaksud (virtual office).
84
Untuk menyelesaikan faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh Bank
Syariah Bukopin cabang Melawai, upaya yang dilakukan adalah :70
1. Memberikan edukasi kepada nasabah maupun calon nasabah tentang apa itu
bank syariah, bagaimana konsep, mekanisme, serta aplikasi juga produk dan
akad yang ada pada Bank Syariah Bukopin.
2. Diberikannya pemahaman kenapa harus fix asset guna untuk melancarkannya
pembiayaan yang dilakukan, jika barang pribadi tersebut disita karena ada
macet dalam suatu pembiayaan, pastinya akan menimbulkan rasa malu
terhadap diri sendiri, keluarga, serta rekan-rekannya, membuat nasabah itu
sendiri untuk selalu fokus dan sungguh-sungguh dalam melakukan suatu
pembiayaan.
3. Selalu dilakukannya survey langsung ke lapangan terhadap usaha maupun
tempat calon nasabah sebelum realisasi nya pembiayaan.
70
Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.
Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan oleh penulis pada bab-bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Dalam memasarkan produk pembiayaan kepada masyarakat, Bank Syariah
Bukopin menggunakan metode canvassing yaitu sebuah proses menawarkan
produk serta melakukan kunjungan ke nasabah atau calon nasabah berdasarkan
rute yang telah ditetapkan, ini adalah aktivitas yang paling besar
kemungkinannya untuk terjadi penjualan, karena saat melakukan kunjungan
fisik, maka kita akan mengetahui karakter nasabah, lingkungan maupun orangorang disekitarnya, dan semua faktor tersebut mendorong terjadinya peluang
penjualan. Kemudian adanya referral, atau permintaan link dari saudara, teman,
atasan dan lainnya kepada perusahaan atau orang yang membutuhkan
pembiayaan. Open table atau pameran di tempat umum. Aktif dalam sosialisasi
produk di dalam media sosial dan juga masuk dalam media massa sebagai
pemberitahuan positif terhadap produk-produk Bank Syariah Bukopin itu
sendiri khususnya produk pembiayaan. Dalam proses pengenalan produk
pembiayaan Bank Syariah Bukopin kepada masyarakat juga memiliki strategi
yang biasa digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, yatu dengan
memanfaatkan media yang ada seperti televisi, radio, brosur pemasangan
86
spanduk di tempat-tempat yang strategis dan menjadi sponsor dalam sebuah
acara yang diyakini merupakan pasar yang tepat. Dengan demikian dharapkan
dapat membentuk citra positif kepada masyarakat terhadap Bank Syariah
Bukopin.
2. Strategi yang digunakan oleh Bank Syariah Bukopin untuk mengembangkan
dan memasarkan produk pembiayaan adalah dengan menggunakan metode
STPD, yaitu yang meliputi segmentasi, targeting, positioning, dan diferensiasi,
dalam hal ini produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Bukopin adalah
produk pembiayaan murabahah. Bank Syariah Bukopin melakukan promosi
produk pembiayaan melalui pertama dengan periklanan dengan menggunakan
brosur, iklan majalah, dan spanduk di media cetak atau elektronik, kedua
publisitas yaitu promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan
kepada para calon nasabah, ketiga penjualan pribadi yaitu promosi yang
dilakukan oleh karyawan Bank Syariah Bukopin.
3. Pembiayaan murabahah
Bank Syariah Bukopin adalah pembiayaan yang
merupakan jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam hal ini Bank akan melakukan pembelian atau pemesanan
barang sesuai permintaan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah
sebesar harga beli ditambah keuntungan Bank yang disepakati. Pembiayaan ini
dapat digunakan untuk memenuhi usaha modal kerja, investasi atau konsumtif
(misalnya kendaraan bermotor, rumah dll) dengan angsuran tetap selama masa
perjanjian. Implikasi dari akad murabahah sendiri mengharuskan adanya
penjual, pembeli, dan barang yang akan dijual. Dan kita ketahui, dalam akad
87
murabahah fungsi bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan
nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan
kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang
sepadan dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus
memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang
diperlukan serta menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
barang kepada nasabah. Pada aplikasinya Bank Syariah Bukopin tidak
memberikan sejumlah dana yang dibutuhkan kepada pihak nasabah, tetapi
pihak Bank memberikan kebutuhan yang diinginkan oleh nasabah, hal ini
dilakukan untuk mencegahnya side-streaming yaitu penggunaan dana yang
tidak seharusnya digunakan untuk usaha yang lainnya.
4. Secara garis besar ada 4 tahapan yang harus dilakukan nasabah dan pihak
marketing ketika mengajukan pembiayaan di Bank Syariah Bukopin,
diantaranya :
a. Tahapan Pertama
Dalam tahap ini nasabah akan melakukan permohonan pengajuan pembiayaan
dan mengajukan jumlah pembiayaan yang diinginkan kepada Bank Syariah
Bukopin. Setelah pengisin aplikasi peromohonan, maka selanjutnya nasabah
akan mengumpulkan kelengkapan dan persyaratan pembiayaan warung mikro,
setelah persyaratan terpenuhi, bagian pelaksana akan melakukan analisis secara
administratif dan akan dilakukan survey langsung ke lapangan untuk
memastikan data yang telah didapat.
88
b. Tahapan Kedua
Tahap kedua yang dilakukan oleh pihak marketing pembiayaan mencakup
analisa pembiayaan, kondisi makro, dan modal. Analisis pembiayaan. Analisis
keuangan menjadi indikator yang pertama, bahwa mampu atau tidak nasabah
untuk membayar angsuran yang akan ditetapkan selama pembiayaan
dilakukan. Kondisi makro. Mencari tahu sektor-sektor pembiayaan apa saja
yang dijadikan posisi untuk melakukan suatu pembiayaan dan juga mana saja
yang harus ditahan dahulu, untuk mencegahnya pembiayaan yang dilakukan
jangka panjang, dan bisa
mencegah tidak lancarnya pembiayaan yang
dilakukan. Ketiga yaitu modal. Harus dilihat kesanggupan modal dari pihak
nasabah, karena kita sebagai pihak Bank tidak tahu pastinya kapan akan
terjadinya krisis dan apakah modal tersebut bisa menyelamatkan dari
turbulensi-turbulensi ekonomi yang akan dihadapkan kedepannya.
c. Tahapan Ketiga
Tahap presentasi hasil analisa yaitu komite. Komite mempunyai tiga peserta,
ketua, anggota satu, dan anggota dua. Pihak marketing mempresentasikan hasil
analisis yang sudah dilakukan dan juga harus mematuhi dua syarat sebelum
melakukan komite. Yaitu sudah lolos dari syariah compliance atau kepatuhan
dan juga manajemen resiko. Komite punya kendali untuk menolak atau tidak
nya pembiayaan yang dilakukan tergantung dari hasil dan data marketing yang
sudah dipresentasikan. Ada limit-limit untuk komite itu sendiri, sampai satu
milyar, komite bisa dilakukan di kantor cabang, sampai dengan lima belas
89
milyar akan dilakukan lagi komite bersama direktur bisnis, sampai dengan tiga
puluh milyar harus mempresentasikan hasil nya kembali kepada direktur
utama, dan jika lebih dari itu harus mempresentasikan lagi kepada pihak
komisaris.
d. Tahapan Keempat
Tahap akad sekaligus pencairan. Akad didepan notaris melakukan akad
pembiayaan dan pengikatan agunan. Dilanjutkan dengan OL (offering letter).
Surat persetujuan yang akan diberikan ke nasabah, OL didapat dari hasil
komite yang dilakukan sebelum akad, didalamnya berisi poin-poin atau syarat
yang harus dipenuhi oleh pihak nasabah untuk melancarkan proses
pembiayaan, waktu yang diberikan biasanya sampai dengan satu bulan.
Terakhir yaitu dropping, Mengartikan bahwa uangnya dicairkan. Dalam Bank
Syariah Bukopin, bukan uang yang akan diterim oleh nasabah tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan nasabah itu sendiri, mencegah akan ada nya side
streaming dimana penggunaan dana yang seharusnya tidak digunakan untuk
usaha yang lainnya.
5. Dalam memasarkan produk pembiayaan Bank Syariah Bukopin kepada calon
nasabah, bank juga memiliki kendala-kendala yang dihadapi. Kendala yang
dihadapi yaitu pertama kurangnya pengetahuan para masyarakat dalam
mengetahui dan memahami apa itu Bank Syariah beserta produk-produk nya
yang berindikasi akan membuat lambatnya pertumbuhan ekonomi syariah itu
sendiri. Kedua tingkat kepercayaan masyarakat yang masih kurang terhadap
90
bank syariah, sehingga masyarakat tetap memilih bank konvensional sebagai
akses untuk transaksi juga berpandangan bahwa lebih mendapat keuntungan
besar dibandingkan dengan bank syariah. Ketiga margin yang dikeluarkan oleh
Bank Syariah Bukopin sendiri terlihat cukup besar dibandingkan bank
konvensional, berdampak susah nya mencari nasabah dan banyak nasabah yang
melakukan take over, di awal melakukan pembiayaan di bank konvensional,
tahun berikutnya take over ke bank syariah yang berdampak sistem murabahah
menjadi terhambat dan adanya hambatan dalam melakukan pembiayaan.
Keempat jaminan yang diagunkan adalah Fix Asset dan belum adanya
pengecualian. Kelima setelah dianalisa oleh Bank Syariah Bukopin, ternyata
calon nasabah tidak memiliki usaha yang dimaksudkan oleh calon nasabah itu
sendiri, atau tempat berkerja yang dimaksud (virtual office).
6. Untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah
Bukopin, upaya yang dilakukan adalah memberikan edukasi kepada nasabah
maupun calon nasabah tentang apa itu Bank Syariah, bagaimana konsep,
mekanisme, serta aplikasi juga produk dan akad yang ada pada Bank Syariah
Bukopin. Diberikannya pemahaman kenapa harus fix asset guna untuk
melancarkannya pembiayaan yang dilakukan, jika barang pribadi tersebut
disita karena ada macet dalam suatu pembiayaan, pastinya akan menimbulkan
rasa malu terhadap diri sendiri, keluarga, serta rekan-rekannya, membuat
nasabah itu sendiri untuk selalu fokus dan sungguh-sungguh dalam melakukan
suatu pembiayaan. Selalu dilakukannya survey langsung ke lapangan terhadap
usaha maupun tempat calon nasabah sebelum realisasi nya pembiayaan.
91
B. Saran-saran
.
Berdasarkan kesimpulan yang ada diatas, penulis memberikan masukan
dan saran kepada Bank Syariah Bukopin yang mungkin bisa menjadi bahan
pertimbangan kedepannya yaitu :
1. Bank Syariah Bukopin harus lebih sering lagi mensosialisasikan produk
pembiayaan kepada masyarakat dan pengusaha-pengusaha, karena dengan
berkembangnya laju ekonomi suatu masyarakat ataupun perusahaan, dapat
berimbas
pada
naiknya
presentase
perekonomian
dan
bertumbuhnya
kesejahteraan masyarakat dan perusahaan tersebut.
2. Adanya keringanan margin yang diberikan agar daya saing dengan bank
konvensional lebih kompetitif juga mendapat lebih banyak lagi nasabah
kedepannya, juga lebih fleksibel dalam jaminan yang diberikan, tidak selalu
diharuskan dalam bentuk fixed asset.
3. Adanya perubahan dari segi kualitas SDM yang memiliki potensi dibidangnya,
dan selalu adanya training bulanan agar para pihak marketing selalu fokus
terhadap pencapaian-pencapaiannya.
4. Evaluasi juga perlu dilakukan dengan mendengarkan masukan yang diberikan
oleh para nasabah sebagai upaya untuk membangun hubungan kekerabatan
silahturahmi antara pihak Bank Syariah Bukopin dengan nasabahnya. Hal ini
membuat image
positif sekaligus bagian dari sosialisasi pemahaman,
pengetahuan, dan pengenalan produk.
92
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
Buku
Jumhana, Muhammad. hukum perbankan di indonesia. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti.
Alvan Nurul, Hidayat. Segmentasi, Targeting, dan positioning. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Amir, M.Taufiq. dinamika pemasaran, jelajahi dan rasakan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Purwadi, Budi. riset pemasaran, implementasi dalam bauran pemasaran. Jakarta:
PT. Raja Grasindo.
Moleong, J. Lexy.
Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakaya, 2010.
Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada Cet. Ke 6
Burhan, Bungin. Penelitan Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2010. Cet. Ke 4
Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008.
93
Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21. Bandung: Mizan, 1996
Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM. kamus istilah Manajemen. Jakarta:
Balai Aksara, cet Ke 2
David, Fre R. Manajemen Strategi Konsep-Konsep. Jakarta: Indeks, 2004. cet ke 9
Kotler, Phillip. Marketing Management.New Jersey :Prentice Hall, 2000
Kotler, Phillip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat, 2000
Antonio, M. Syafi’i Bank Syariah dari teori ke Praktek. Jakarta: Gema insani
Press, 2004
Muhammad. Manajamen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik, Organisasi
Non Prifit bidang
Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003. Cet 2
Steiner, George. A dan John B. Miner. Kebijakan dan Strategi Manajemen.
Jakarta: Erlangga, 1997. Edisi ke 2
Kertajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. Syari’ah Marketing. Jakarta:
Mizan, 2006
Kotler, Philip dan Paul N. Blomm. Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa
Profesional. Jakarta: Intermedia, 1995
Kotler, Philip dan Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1997.
Edisi ke-2
94
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta: PT Prenhalindo,
2002
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah dari teori ke Praktek. Jakarta: Gema insani
Press, 2004
Daeng Naja, Hasanudin Rahman. Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers
Hand Book). Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005
Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat. Perbankan Syariah:
Perspektif Praktis. Jakarta: Muamalat Institute, 1999
PSAK Tahun 2007 No.106 Paragraf 4
Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan. Jakarta:
BI dan Tazkia Institute, 1999
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy. Koleksi Hadis-hadis Hukum.
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001. Jilid 7
Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT
Indonesia, 2003
Zulkifli, Sumarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003
PSAK 102 Akuntansi Murabahah per Januari 2015. Ikatan Akuntansi Indonesia
Muhammad bin Mukarram ibn Mazhur al-Ifriqi al-Mishri. Lisan Al-Arab. Beirut:
Darul Lisan al-Arab
95
Al-Zuhailiy, Wahbah. al-Fiqih al-Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar al Fikr, 1989
Suhendi, H. Hendi. Fiqh muamalah. Jakarta: PT. Grafindo persada, 2000
Zuhdi, Masyfuk. Masail fiqhiyah. Jakarta: CV. Haji masagung, 1997
Ascaya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Induction Training. Bank Syariah Bukopin. Jakarta. 2014
Ghazali, Ahmad. Serba-serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita.
Jakarta: Media Komputindo, 2005
Wijatno, Serian. Pengantar Enterpreunership.
Artikel
Riyanto. BankSyariah Bukopin tekan NPF,
(http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/15/08/28/ntsboe50-banksyariah-bukopin-tekan-npf. Diakses 11 Januari 2016).
Sholikah, Binti. Ekonomi Syariah,
(http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariahekonomi/15/08/26/ntoxc2349-bsb-targetkan-npf-di-bawah-3-persen-pada-2015.
Diakses 11 Januari 2016).
Kabo, Muslim. Dunia Ekonomi. (http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/nonperforming-financing-npf.html. Diakses pada tanggal 11 Januari 2016)
96
Apriyani. Beyond Banking & Money Business.
(http://infobanknews.com/ekonomi-melambat-npf-bank-umum-syariah-melonjak/.
Diakses pada tanggal 11 Januari 2016)
Az-Zahra, Aish. Musyarakah. (http://aishkhuw.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 2 Agustus 2016)
Belajar bisnis online dan offline sesuai Syariah.
(http://www.muhammadhafizh.com/pengertian-murabahah/. Diakses pada tanggal
3 Agustus 2016)
Bank Syariah Bukopin Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Bukopin. Diakses pada tanggal 3
Agustus 2016)
Profil perusahaan. (http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profilperusahaan. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016)
Annual Report 2014 pdf.
(http://www.syariahbukopin.co.id/public/uploads/report/AR_2009.pdf. Diakses
pada tanggal 3 Agustus 2016)
Hasil Wawancara
Narasumber : Alvin Prasetyo
Jabatan
: Account Officer pembiayaan
Hari/tanggal : 6 September 2016
Tempat
: Kantor Bank Syariah Bukopin cabang melawai, Jl Melawai Raya
No. 5 Jakarta selatan 12160
Waktu
: 09.00 WIB s.d selesai
1. Bagaimana struktur organisasi Bank Syariah Bukopin dalam marketing
pembiayaan?
Di bank konvensional biasa disebut kredit, dan di bank syariah biasa disebut
divisi bisnis, divisi bisnis dibagi menjadi dua yaitu pembiayaan dan pendanaan.
Disitu pula ada supervisi, baru ada supervisi pendanaan manajer nya, untuk
pembiayaan belum ada di Bank Syariah Bukopin cabang melawai. Dibawah
pembiayaan ada AO atau biasa disebut Account Officer. Account Officer
dibagi menjadi dua yaitu AO pembiayaan dan AO bank garansi.
2. Bagaimana mekanisme pembiayaan murbahah di bank syariah bukopin?
Untuk murabahah yg pertama harus ada surat. Dari alur administrasi,
nasabah harus membuat surat permohonan ke Bank Syariah Bukopin,
diberitahukan ke kita apa yang dibutuhkan oleh pihak nasabah. Yang kedua
surat penawaran, surat ini dari pihak penjual, entah dari dealer, pemilik
rumah, developer dalam bentuk lampiran, nanti di proses oleh bank. Harus
juga sesuai dengan line business bank, terkadang ada sektor-sektor yang kita
tidak ambil di tahun itu dan ada pula yang kita ambil. Jika sudah diambil dan
diterima, nasabah harus mengumpulkan tiga data inti yang harus ada.
Pertama identitas, yang kedua keuangan, dan yg ketiga agunan. Identitas
untuk perorangan berupa KTP, kalo sudah menikah harus ada surat nikah,
NPWP, surat keterangan kerja, surat keterangan jabatan (jika punya jabatan).
Untuk keuangan perorangan yaitu slip gaji empat bulan terakhir, fotokopi
rekening koran. Kenapa kita mengindikatorkan empat bulan minimal,
terkadang ada nasabah nakal yang sudah mempersiapkan uang untuk empat
bulan yang sudah diputar untuk kepentingan usahanya, oleh karena itu
semakin jauh rentangnya semakin bagus. Untuk agunan berarti barang yang
diagunkan, Bank Syariah Bukopin tidak menerima agunan dalam bentuk mobil
atau mesin, kita menekankan kepada fix asset. Untuk perusahaan beda lagi
identitasnya sesuai dengan aspek nya, contohnya pelayaran dibutuhkan izin
pelayaran, izin perkapalan, itu juga kita lihat sesuai dengan jenis usahanya,
tidak semua identitas disamakan. Balik lagi ke bank, bank akan menganalisis
seluruh identitas yang dikasih ke kita, hal pertama yang akan kita lakukan
adalah BI Checking, kita akan cek karakternya dia, selama ini dia punya
riwayat sama perbankan atau tidak, punya historikal nunggak atau tidak, jika
iya, kita harus cari tau alasannya, kenapa nunggak, apa kita mau ambil resiko
menjadikan orang tersebut sebagai nasabah kita, jika dilihat dari bank lain aja
udah nunggak. Kedua anyur atau analisis yuridis, ini kita analisis aspek
hukumnya, baik dari orangnya, subjek hukum, dan agunannya sebagai objek
hukumnya, kira-kira ada sengketa atau tidak. Untuk anyur bukan pihak
marketing yang menganalisis tapi ada divisi legal yang melakukan analisis
tersebut dan hasilnya diberikan ke AO. Ketiga yaitu taksasi. Tim legal akan
datang ke tempat agunan untuk dinilai, difoto, dicari nilai perbandingannya.
Keempat trade checking, disini kita akan mengecek ke perusahaannya, pernah
ada satu kasus yang dimana kantor nya itu sewaan, pas pihak bank datang dan
masih dalam proses terlihat seperti kehidupan kantor, sehabis pencairan dan
waktu penagihan tidak ada kewajiban nasabah untuk membayar, diusut dan ke
tempat kantor nya ternyata sudah tidak ada dan hanya kantor sewaan. Ini
fungsi dari trade checking untuk memastikan bahwa nasabah perusahaan
tersebut bukan virtual office. Ini merupakan step pertama untuk ke analisis
pembiayaan, kalo sudah terlihat tidak bagus di hasilnya, sangat boleh untuk
ditinggalkan. Step kedua yaitu analisis pembiayaan. Analisis keuangan jadi
indikator yang pertama, bahwa mampu atau tidak si nasabah untuk membayar
angsuran yang akan ditetapkan selaku pembiayaan dilakukan. Kedua kondisi
makro, keuangan dilihat dari posisi neraca dua tahun terakhir, kita harus cari
tahu sektor-sektor pembiayaan mana saja yang bisa kita jadikan posisi untuk
diberikannya pembiayaan dan juga yang mana saja yang mungkin harus di
tahan di tahun itu atau ditunda terlebih dahulu. Walaupun di analisis
keuangan sudah bagus tapi di makro tidak, bisa bahaya untuk kedepannya
karena pembiayaan yang dilakukan umumnya berjalan satu sampai limabelas
tahun. Yang ketiga modal, kita musti lihat kesanggupan modal yang dimiliki
oleh nasabah, kita tidak tahu beberapa tahun kedepannya akan ada krisis apa
yang mengakibatkan perekonomian terganggu, disitu kita lihat modalnya, kirakira modal usahanya cukup tidak untuk mengcover turbulensi usaha atau
bisnis di Indonesia. Idealnya jika semua step kedua dinyatakan positif,
terbilang bisa untuk diberikan pembiayaan, tetapi di lapangan terkadang ada
poin yang hilang, entah dari keuangan, makro, atau modal, disitu analisis
marketing dipergunakan serta masukan dari pihak-pihak komite juga syarat
yang dikeluarkan untuk menentukan lolosnya pembiayaan tersebut diberikan
atau tidaknya. Masuk ke step tiga, yaitu komite pembiayaan, komite
mempunya tiga peserta, ada ketua, anggota satu dan anggota dua. AO sebagai
pihak marketing akan mempresentasikan hasil yang sudah dilakukan selama
proses analisis berlangsung, ada dua syarat yang harus dilakukan sebelum
komite, yang pertama opini kepatuhan, yang kedua manajemen resiko, dua
divisi tersebut akan memberikan opini apakah ada pelanggaran kepatuhan
atau mempunya berbagai resiko, jika di divisi legal hanya sebatas mengecek
hukum nasabah dan agunannya, divisi kepatuhan secara keseluruhan. Masuk
ke komite meeting , disinilah sidang sesungguhnya dalam sebuah komite,
ketiga orang komite akan mempertanyakan semua analisis ditambah opini
(kepatuhan dan manajemen resiko) yang sudah di proses oleh pihak AO, pihak
AO selaku marketing harus tahu semua jawaban tersebut karena dia sendiri
yang memproses nasabah nya. Komite punya kendali untuk menolak atau
tidaknya pembiayaan yang akan diberikan tergantung dari hasil presentasi
yang diberikan oleh pihak AO sewaktu komite meeting. Ada limit limit untuk
pembiayaan yang akan diberikan itu sendiri. Untuk direktur bisnis limitnya
limabelas milyar, sampai dengan tigapuluh milyar itu direktur utama, diatas
tigapuluh keatas harus ada persetujuan komisaris. jika limit normal sudah
lebih dari yang akan diberikan, maka harus presentasi lagi ke direktur bisnis
selepas dari komite meeting. Akan ada pertimbangan tersendiri dari direktur
bisnis karena pengalaman mereka. Walaupun di komite meeting diputus untuk
melakukan pembiayaan, tetapi direksi bisnis melihat ada argumen atau opini
yang kurang pas juga melihat kondisi nasabah, memungkinkan untuk
ditolaknya pembiayaan. Dan jika limit nya ini masi diatas limit direktur bisnis,
kita masih harus presentasi lagi ke direktur utama. Direktur utama pun punya
limit, dan jika pembiayaan yang diberikan melebihi limit dirut maka, harus
presentasi lagi ke komisaris. Semakin besar limit pembiayaan maka semakin
besar juga resiko yang akan diterima, karena itu ada proses struktural yang
terlibat agar terjadinya suatu pembiayaan. step selanjutnya yaitu akad,
didepan notaris melakukan akad perjanjian pembiayaan dan akad pengikatan
agunan, jadi ada dua akad, pembiayaan dan agunan. Sehabis akad dilanjutkan
dengan OL atau offering letter, surat persetujuan yang akan diberikan ke
nasabah, OL didapat dari hasil komite yang dilakukan sebelum melakukan
akad, akan ada poin-poin dan syarat dimana nasabah harus melengkapi
beberapa hal yang dibutuhkan pihak bank untuk melancarkan proses
pembiayaan. Nasabah punya waktu satu bulan untuk melengkapi data-data
yang dibutuhkan, Jika nasabah tidak setuju, memungkinkan untuk batalnya
pembiayaan. Selanjutnya adalah dropping, yang artinya uangnya dicairkan,
dalam bank syariah bukan uang yang akan diterima oleh nasabah tapi
tergantung disesuaikan dengan kebutuhannya, kalo beli rumah, kita transfer ke
penjual bukan ke pihak nasabah, atau pembangunan gedung, kita cairkan
tergantung pertumbuhannya sudah berapa persen progress yang dilakukan.
Khawatirnya akan ada side streaming, side streaming adalah adanya
penggunaan dana yang seharusnya tidak digunakan untuk usaha yang lainnya,
misalkan pengembalian kita bersumber dari gedung tersebut, jika gedung itu
tidak selesai, maka akan timbul lagi masalah yang baru. Makanya bank
syariah sangat ketat dalam proses pencairannya, tujuannya harus jelas.
3. Apakah produk pembiayaan murabahah mencakup semua nasabah termasuk
nasabah non muslim?
Iya, kita sering sounding ke temen-temen yang non muslim, apa keunggulan
dari murabahah, keunggulannya adalah dia bisa ngatur cash flow, bisa ngatur
alur keuangannya dia. Nasabah punya kepastian karena nggak akan ada
perubahan dari presentase angsuran yang dilakukan, berbeda dengan
konvensional yang bisa saja tiba-tiba berubah di tahun-tahun berikutnya,
permasalahan margin bank syariah lebih besar dari bank konvensional itu
beda urusan, karena komposisi hitung-hitungannya pun berbeda, contohnya
bank syariah 12% dan bank konvensional 8%. Pertama yang tadi saya bilang
8% hanya diawal saja, dua taun kemudian bisa jadi 12% juga. Kalo bank
syariah mungkin di awal sudah bisa 12 sampai 13%, kenapa bisa kecil diawal,
strategi kecil di awal? Bank konvensional akan menyembunyikan floating
presentase mereka, mereka akan menggunakan bahasa marketing bahwa KPR
kita hanya 8%. Yang kedua dari komposisinya, margin 12% keluar dari mana?
Ada istilah DPK yaitu dana pihak ketiga, DPK dibagi dua yaitu dana murah
dan dana mahal dana murah yaitu tabungan, giro, bunga nya kecil untuk bagi
hasil paling Cuma 1 sampai 2%, berbeda dengan deposito, bisa sampai 7%,
masalahnya dana murah di bank konvensional besar karena nasabah nya
banyak sudah dari puluhan tahun berdiri beda dengan bank syariah yang baru
mulai berkembang di tahun 2000an. Hampir seluruh perusahaan besar gajinya
sudah ada di bank konvensional, bank syariah kalah market. Bank
konvensional beban dananya hanya 3%, semakin banyak di dana murah,
bebannya semakin kecil, tapi semakin banyak di dana mahal, bebannya
semakin besar, karena setiap tahunnya harus memberikan bonus ke penabung.
Bank syariah punya komposisi mayoritas dana mahal sebesar 70% yang punya
beban sangat besar. Masyarakat Indonesia belom teredukasi untuk menabung
di bank syariah.
4. Apakah ada perbedaan prosedur antara nasabah muslim dengan non muslim?
Jika ada, apa perbedannya?
Tidak ada.
5. Apakah ada manajemen strategi yang umum yang diterapkan di Bank Syariah
Bukopin untuk pembiayaan murabahah?
Sebenernya bank syariah tidak punya strategi umum untuk akad murabahah,
karena akad itu sendiri punya keunggulan masing-masing. Karena strateginya
bukan dari akad nya saja, kita tidak menekankan harus murabahah semuanya,
kita menyesuaikan dengan kondisi nasabah.
6. Bagaimana kebijakan perusahaan untuk memotivasi karyawan
mendapatkan nasabah?
agar
Yang pertama ada reward dan punishment, itu akan membuat suatu motivasi
untuk diri kita sendiri, rewardnya itu kalo di bank bonus nya besar, kalo dia
achieve targetnya 100% atau 120%, dia akan dapat 7 kali gaji, kedua jenjang
karir semakin dia bagus secara performance semakin dia cepat juga untuk
dipromosikan menjadi manager, atau pimpinan cabang dan sudah banyak
yang terjadi seperti itu, fasilitas pun berbeda di setiap status. Ada juga
punishment, jangan sampai terlampau santai kerjanya, harus dihilangkan
pemikiran karyawan yang santai dan merasa di zona aman harus dihilangkan,
oleh karena itu ada monitoring setiap bulan atau minggu nya, untuk melihat
sejauh mana progress marketing-marketing yang sedang berkerja. Ada juga
hukuman moral atau di SP jika memang perlu diberikan.
7. Adakah keringanan yang didapatkan nasabah jika melunasi hutang-hutangnya
sebelum jatuh tempo?
Ada, misalkan pembiayaan dia 24 bulan, dan dia melunasi pada bulan ke 18,
masih ada jeda 6 bulan, yang seharusnya dia membayar margin yang
ditetapkan, di bank syariah biasanya hanya membayar sisa pokoknya saja plus
2 margin berjalan, jadi margin sisanya tidak usah dibayar, atau nasabah lama
sudah berpuluh-puluh tahun melakukan pembiayaan berulang kali dan dia
minta keringanan sebagai teman lama, disini ada akad muqosah yang artinya
akad permohonan keringanan yang tadinya margin 13% bisa turun menjadi 11
atau 10% karena dianggap kooperatif loyal dan sebagain nya.
8. Jika nasabah meninggal atau mengalami kemacetan, apa yang akandilakukan
pihak marketing selaku pemberi pembiayaan?
Jika meninggal, kita punya asuransi. Asuransi ada dua, memastikan menutup
agunannya contoh kebakaran, gempa bumi, itu di cover dengan asuransi, yang
kita agunkan bukan hanya tanahnya saja kan, nilai bangunan nya juga. Yang
kedua asuransi jiwa nya, kalo dia meninggal atau tidak bisa berkerja lagi
karena kondisi cacat atau sebagainya, asuransi akan mengcover 100% sisa
outstanding yang ada saat itu.
9. Jika salah satu pihak wanprestasi, kemanakah langkah-langkah hukum yang
digunakan? Apakah penyelesaian perkaranya di internal Bank Syariah Bukopin,
atau membawa perkaranya ke lembaga peradilan?
Jika wanprestasi kita harus tau dulu alasannya kenapa wanprestasi, jika
memang bisnisnya turun, mau diapain? Itu penyelesaiannya bukan dari hukum,
tapi bisa dengan cara baik-baik mungkin dari keuntungan yang berkurang bisa
disiasati dari jarak pembiayaan yang dari 3 tahun menjadi 5 tahun,
menjadikan angsuran lebih kecil. Atau pihak itu sendiri tidak kooperatif suka
marah, susah diajak komunikasi, atau melakukan penipuan, itu baru kita lewat
jalur hukum.
10. Bagaimana prosedur evaluasi setelah melakukan pemasaran produk ini?
Kalau untuk pemasaran itu tidak ada, kalo untuk evaluasi di lakukan oleh
divisi pengembangan produk, dan itu sebenernya dari kerja lapangan kita-kita
juga seperti apa, misalkan kalo sekarang murabahahnya sama saja 13% di
awal, di bank-bank syariah yang lain ada yang namanya murabahah
berjenjang tapi bukan floating, jika berjenjang kenaikannya sudah pasti dan
nggak secara tiba-tiba beda dengan floating, asumsi nya apa bank-bank lain
menggunakan metode seperti ini? Asumsinya setiap tiga tahun itu mereka
punya kenaikan promosi, jenjang, level, naik juga gajinya, murabahah ini bisa
dipakai dan bisa dievaluasi, evaluasi dari mana? Dari tabel pertumbuhan
kerja itu sendiri, semakin lama orang berkerja maka karir dan gaji nya pun
akan semakin meningkat.
11. Bagaimana segmentasi pasarnya, apakah ada ketentuan khusus?
Kita melihat tadi secara makro dulu, setiap tiga atau enam bulan, direktur dan
komisaris akan meeting, dia akan mengevaluasi pembiayaan bermasalah itu
segmennya apa saja. Jadi kita bisa ngelihat segmentasi nya, atau kita melihat
secara makro lewat berita, misalkan tentang usaha-usaha yang sedang turun.
Jadi kita mengevaluasi dari internal juga eksternal kita.
12. Apa target yang ingin dicapai khususnya untuk pembiayaan murabahah?
Sebenernya untuk di bank syariah itu sendiri sudah bagus memakai
murabahah karena margin nya sudah jelas di awal di akhirnya, berbeda
dengan musyarakah atau mudharabah yang sangat fluktuatif, cepat naik cepat
turunnya, bank sendiri punya estimasi untuk masyarakat kita akan punya
keuntungan sekian, jadi kita bisa mengatur laba rugi kita seperti apa nantinya,
itu berpengaruh untuk pemegang saham juga masyarakat, kadang masyarakat
mau menabung melihat juga bagaimana performance bank tersebut.
13. Siapa saja yang bisa mengajukan produk pembiayaan murabahah?
Yang pertama umur, selama dia punya KTP dia bisa mengajukan pembiayaan
murabahah, yang kedua ada pekerjaan tetap atau karyawan tetap minimal dua
tahun.
14. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi dalam memasarkan
produk murabahah?
Kalo faktor penghambat nya itu margin nya besar bebannya besar juga kan
apalagi stabil, tapi kalo misalkan itung-itungannya tidak terlalu berat di
nasabahnya murabahah sangat bermanfaat sekali untuk mengatur keuangaan,
cuman tadi masyarakat tahu hambatan bank konvensional dan bank syariah
bahwa bank syariah itu stabil angsurannya walaupun besar, bank
konvensional murah di awalnya. Cuma kedepannya akan lebih besar
masyarakat berpikir bahwa awal nya melakukan pembiayaan awal di bank
konvensional lalu melakukan take over ke bank syariah itu menjadikan
hambatan. Karena murabahah sistemnya proyek tidak bisa naik turun sesuai
dengan kondisi nasabahnya kalo nasabahnya lagi dalam kondisi pas-pas an
uangnya itu akan jadi masalah tapi jika dia bisa mengatur uang itu sendiri
akan menjadikan murabahah itu sendiri bagus, karena bisa mengatur untuk
cicilan yang sudah diwajibkan untuk dibayar.
15. Bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi dalam memasarkan produk
murabahah?
Kita edukasi ke nasabah apa keunggulan murabahah tersebut kepada si
nasabah, memang kita mahal selisih beberapa % dengan bank konvensional,
Cuma kita tidak ada floating, dan bisa jadi lebih besar lagi dari presentase
margin bank syariah, yang kedua jika nasabah sudah ter edukasi dan merasa
terbantu dengan masukan yang dibutuhkan, akhirnya nasabah akan pindah
dari bank konvensional ke bank syariah.
Download