STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH BUKOPIN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Oleh: Muhammad Alfa Dhiabhaskara 1112046100081 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H ABSTRAK Muhammad Alfa Dhiabhaskara (1112046100081), “Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin, Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2016. Di bawah bimbingan Dr. K.H.A Juaini Syukri, Lcs, M.A. Dalam penelitian ini, penulis mengangkat suatu permasalahan yaitu bagaimana strategi Bank Syariah Bukopin cabang Melawai dalam upaya mengembangkan produk pembiayaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengajuan pembiayaan, strategi marketing produk pembiayaan, faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam memasarkan produk pembiayaan. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil wawancara dengan bagian Account Officer pembiayaan Bank Syariah Bukopin cabang Melawai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Objek penelitian yaitu Bank Syariah Bukopin. Jenis penelitian yang digunakan merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang mengumpulkan data-data di lapangan. Teknik pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Teknik data analisis ini berupa mekanisme, strategi marketing, faktor pendukung dan kendala Bank Syariah Bukopin cabang Melawai pada periode 2015-2016 yang akan dianalisis dan dijadikan strategi marketing. Kata kunci : Strategi, Marketing, Pembiayaan i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mumalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif ii Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Prof. Fathurrahman Djamil, selaku Dosen Penasehat Akademik. 5. Bapak Dr. K.H.A Juaini Syukri, Lcs, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, ilmu, pengarahan, masukan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses perkuliahaan. 7. Kedua orang tua tercinta, Mama Dina Yulianty dan Ayah Harry Taharrudin yang selalu mendoakan setiap waktunya, memberikan motivasi dan masukan agar terselesainya skripsi ini 8. Kakak-kakak yang tersayang Tissa Nurvinia dan Adissa Cahya Fazia yang memberikan doa dan motivasi kepada penulis. 9. Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman seperjuanganku Fadil, Anas, Zaki, Albert, Irvan dan temanteman mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 yang telah memberikan motivasi dan menyediakan waktu untuk mendiskusikan hal-hal terkait dengan masalah skripsi ini. iii 11. Rahma, Sonia, Nuril dan Yoani yang selalu mengingatkan dan memberikan motivasi untuk cepat terselesaikannya skripsi ini. 12. Bapak Haris selaku pimpinan Bank Syariah Bukopin cabang Melawai yang telah memperbolehkan penulis untuk magang selama dua bulan dan mendapatkan tema skripsi yang akhirnya digunakan untuk penulisan skripsi ini. 13. Mas Alvin, mas Yaman, mas Daus dan mba Tria serta teman-teman marketing lainnya yang sudah sangat banyak memberi ilmu dan masukan terkait lingkup skripsi maupun diluar skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Tangerang Selatan, September 2016 Penulis, Muhammad Alfa Dhiabhaskara iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK...............................................................................................................i KATA PENGANTAR............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................v DAFTAR TABEL................................................................................................vii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah....................................................................8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................9 D. Metode Penelitian.......................................................................................10 E. Teknik Penulisan........................................................................................14 F. Kerangka Teori...........................................................................................15 G. Review Studi Terdahulu.............................................................................17 H. Sistematika Penulisan.................................................................................18 BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi.......................................................................................................20 1. Pengertian Strategi...............................................................................20 2. Tahapan-tahapan Strategi.....................................................................21 3. Jenis-jenis Strategi...............................................................................23 B. Marketing...................................................................................................25 1. Pengertian Marketing...........................................................................25 2. Prinsip-prinsip Marketing....................................................................26 v 3. Konsep Marketing................................................................................30 C. Pembiayaan................................................................................................34 1. Pengertian Pembiayaan........................................................................35 2. Jenis-jenis Pembiayaan........................................................................35 BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH BUKOPIN A. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin.....................................................43 B. Visi, Misi, dan Strategi Bank Syariah Bukopin.........................................45 C. Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin...............................................47 D. Produk-produk Bank Syariah Bukopin......................................................55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin.........68 B. Prosedur dan Tahapan Umum Pengajuan Pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin.........................................................................................................73 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Yang di Hadapi Bank Syariah Bukopin Dalam Memasarkan Produk Pembiayaan.....................................................82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................85 B. Saran-saran..........................................................................................91 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................92 LAMPIRAN vi DAFTAR TABEL Tabel 1.1...................................................................................................................4 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1...............................................................................................................5 Gambar 3.1.............................................................................................................54 Gambar 4.1.............................................................................................................79 viii 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan syariah mempunyai peran sebagai perantara dari pihak yang kekurangan dana dan juga pihak yang mempunyai dana lebih. Karena itulah perbankan disebut sebagai lembaga perantara keuangan, Hanya saja dalam pelaksanaannya setiap produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah lebih ditekankan untuk menghindari penggunaan bunga (riba) yang biasanya ada pada perbankan konvensional. Pengertian mengenai perbankan dapat kita temukan dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan memberikan pengertian perbankan sebagai berikut : “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.1 Perbankan syariah menjalankan sistem operasionalnya dengan memberlakukan sistem bagi hasil (profit and lost sharing) dan berbagi resiko (risk sharing) dengan nasabahnya yang memberikan penjelasan atas setiap perhitungan keuangan atas transaksi yang dilakukan sehingga akan 1 2000 Muhammad Jumhana, hukum perbankan di indonesia, PT Citra Aditya Bakti: Bandung, 2 meminimalisir kegiatan spekulatif dan tidak produktif. Dalam ajaran Islam, sebuah transaksi yang melibatkan dua orang antara pembeli dan penjual tidak boleh ada yang merasa dirugikan. Keduanya harus dapat saling bekerja sama dan melakukan transaksi sesuai dengan kesepakatan yang menandakan bahwa tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan karena kesepakatan tersebut merupakan sebuah akad (perjanjian) yang telah disetujui bersama. Bank Syariah Bukopin (BSB) merupakan salah satu bank yang masih berkerja produktif dalam hal memberikan pembiayaannya, jika dilihat dari skema pertumbuhannya Sampai dengan akhir 2015, total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 3,7 triliun, tumbuh sembilan persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp 4 triliun atau tumbuh 20,43 persen (yoy). Laba bersih tercatat naik 104,9 persen (yoy) menjadi Rp 12,3 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 6 miliar. Bank Syariah Bukopin menargetkan laba bisa naik 200-300 persen, tahun ini. Sedangkan, DPK ditarget tumbuh 20 persen pada akhir tahun.2 Di samping itu, Bank Syariah Bukopin telah menerima setoran modal baru sebesar Rp 100 miliar. Dengan adanya setoran modal tersebut, rasio kecukupan modal (CAR) menjadi 16 persen dari sebelumnya 14 persen. Modal inti menjadi Rp 650 miliar. 2 Riyanto. “Bank Syariah Bukopin tekan NPF”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/15/08/28/ntsboe50-banksyariah-bukopin-tekan-npf 3 Saat ini, perusahaan dinilai dalam proses kajian berbagai alternatif yang bisa memperkuat permodalan. Kajian tersebut seperti mengembangkan partner stragetis dari luar atau dari dalam negeri dalam jangka waktu panjang. saat ini rasio NPF perusahaan telah turun dari 4 persen menjadi 3 persen (gross). Untuk menurunkan rasio NPF, strategi yang dilakukan perusahaan melalui penagihan, retsrukturisasi pembiayaan, dan memperbaiki sistem pembiayaan lebih baik lagi. Selain itu, pemilihan segmen bisnis lebih terarah, dengan mengikuti kondisi yang ada.3 Menurut Kamus Bank Indonesia, Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.4 Jika dilihat dari statistik NPF sampai dengan akhir 2015, kebanyakan bank-bank syariah memiliki presentase NPF yang lebih besar dari bank syariah bukopin, yaitu BRI Syariah (5,31%), BJB Syariah (6,91%), Maybank Syariah Indonesia (15,15%), dan Bank Victoria Syariah (5,03%), Bank Syariah Mandiri (6,84%), Bank Muamalat (6,43%). Juga satu bank yang mendapatkan peningkatan predikat dari Cukup bagus menjadi Bagus 3 Binti,Sholikah. “Ekonomi Syariah”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari 2016 dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-ekonomi/15/08/26/ntoxc2349-bsbtargetkan-npf-di-bawah-3-persen-pada-2015 4 Muslim, Kabo. “Dunia Ekonomi”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari 2016 dari http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/non-performing-financing-npf.html 4 yaitu Bank Syariah Bukopin.5 Karena itu sampe sekarang Bank Syariah Bukopin bisa melakukan ekspansif terukur dan stabil sementara bank lain memperoleh kecenderungan naiknya pembiayaan bermasalah. Tabel 1.1 Growth pembiayaan pada bank syariah bukopin Pembiaya an* Financing to deposit ratio Non 2011 2012 2013 2014 2015 1.60 1.91 2.62 3.28 3.71 8.208 4.492 2.023 99,1 83,5 91,9 5 4 8 3,81 1,74 4,59 1.655 100, 29 4,27 0.720 92,8 9 3,85 performing financing terhitung dalam miliaran rupiah untuk pembiayaan * 5 Apriyani. “Beyond Banking & Money Business”, Artikel diakses pada tanggal 11 Januari 2016 dari ” http://infobanknews.com/ekonomi-melambat-npf-bank-umum-syariah-melonjak/ 5 Gambar 1.1 Pembiayaan per triwulan 4000 3500 3000 2500 triwulan 3 2000 triwulan 2 1500 triwulan 1 1000 500 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber dari Annual report pada Bank Syariah Bukopin lima tahun terakhir terhadap pembiayaan yang di lakukan, bisa dilihat dari tahun 2011, sampai dengan akhir tahun dapat menghasilkan sebanyak 1.608 miliar dengan 615 di triwulan ke tiga sebagai puncak dari penghasilan terbesar di tahun itu, diikuti tahun 2012 memperoleh 1.914 miliar dengan 674 di triwulan ke dua sebagai penghasilan terbesar di tahun itu, berlanjut ke tahun 2013 yang menembus sampai 2.622 miliar dengan pencapaian terbesar di triwulan ke 3 sebesar 1.036 miliar, sama seperti tahun ke tahun Bank Syariah Bukopin terus mengalami penaikan yang stabil yaitu di tahun 2014 sebesar 3.282 miliar dengan pencapaian terbesar di triwulan ke tiga sebesar 1.502 miliar, dan di tahun 2015 mendapatkan penghasilan sebesar 3.711 miliar dengan pencapaian terbesar di triwulan ke dua sebanyak 1.855. Bisa disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun nasabah pastinya mempunyai keinginan yang lebih dari masa ke masa, dari aspek investasi, 6 kebutuhan modal kerja, ataupun untuk konsumtif. Dari hasil statistik yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tercatat bahwa masyarakat Indonesia mayoritas melakukan pembiayaan untuk konsumtif, dalam hal ini yang biasa disebut produk murabahah pada bank syariah, khususnya Bank Syariah Bukopin, itu yang menjadi salah satu acuan penulis untuk melakukan penelitian terkait manajemen strategi marketing pada Bank Syariah Bukopin. Pembiayaan atau Lending di Bank Syariah Bukopin sendiri mempunyai 3 bagian yaitu pembiayaan Mudharabah untunk menangani modal kerja, Musyarakah untuk memberikan investasi dan Murabanhah sebagai dana nasabah melakukan konsumsi. Dalam Strategi Marketing ada tiga aspek yang sangat tergantung dalam terjadi kesuksesan untuk menarik nasabah yaitu segmentasi pasar (segmentation), target pasar yang tepat (targeting), dan penentuan posisi (positioning). Segmentasi pasar yaitu tindakan membagi suatu pasar menjadi kelompok – kelompok pembeli yang berbeda – beda yang mungkin membutuhkan produk – produk dan atau kombinasi pemasaran yang terpisah, targeting yaitu suatu tindakan mengevaluasi keaktifan daya tarik setiap segmen pasar dan memilih salah satu atau lebih dari segmen pasar tersebut untuk dimasuki, dan positioning yaitu tindakan untuk menempatkan posisi bersaing produk dan bauran pemasaran yang tepat pada setiap pasar sasaran. Adapun cara yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menciptakan posisi unik di benak 7 konsumen. Hal ini sejalan dengan hakikat dari positioning yang dipilih pesaing tahap dalam proses diferensiasi.6 Dalam konteks pemasaran, promosi penjualan merupakan upaya pemasaran yang bersifat media non media untuk merangsang coba-coba dari konsumen, meningkatkan permintaan dari konsumen atau memperbaiki kualitas produk. Hal yang penting yaitu bahwa pemasaran melalui promosi penjualan dilakukan dalam jangka pendek. Konsumen akan terbiasa dengan promosi penjulan sehingga respon terhadap kegiatan promosi penjualan akan cenderung sama dengan respon terhadap kegiatan yang bukan promosi penjualan. Promosi penjualan dapan dirancang untuk memperkenalkan produk baru dan juga membangun merk dengan penguatan pesan iklan dan citra perusahaan. Selain itu promosi penjualan dapat mendorong konsumen dengan segera untuk melakukan pembelian.7 Dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan perusahaan di dalam persaingan yang sangat ketat kepada pasar global serta agar penjualan tidak menurun akibat ketidak puasan pelanggan, maka perusahaan mencoba memecahkan permasalahan dengan merencanakan strategi pemasaran yang cocok untuk dijalankan. Kebutuhan informasi harus segera dipenuhi dengan melakukan riset agar perusahaan dapat mengambil tindakan- 6 Hidayat, Alvan Nurul. Segmentasi, Targeting, dan positioning. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. 7 M. Taufiq Amir, dinamika pemasaran, jelajahi dan rasakan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h. 207 8 tindakan yang perlu sebagai suatu strategi pemasaran dan perbaikan produk demi meningkatkan kinerja perusahaan.8 Maka bertolak dalam permasalahan diatas, penulis merasa perlu untuk mencoba memberikan pemaparan lebih lanjut tentang hal tersebut. Untuk itu, penulis mencoba menuangkannya dalam skripsi yang berjudul : STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH BUKOPIN. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya pembahasan penelitian agar lebih terstruktur, sistematis dan terarah maka penulis membatasi permasalahan yang ada dan terfokus pada Bank syariah Bukopin cabang Melawai. Dengan rincian perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bank Umum Syariah Bank yang akan diteliti mengenai kajian ini adalah Bank Syariah Bukopin, mengingat banyak usahawan yang ingin mengembangkan usaha, melakukan investasi dan konsumsi di setiap daerah dengan menggunakan produk pembiayaan, sehingga menjadi acuan dalam penulisan peneliti ini. 2. Produk pembiayaan murabahah 8 Budi Purwadi, riset pemasaran, implementasi dalam bauran pemasaran, PT. Raja Grasindo, Jakarta, 2000, h. 313 9 Produk yang diteliti yaitu pada pembiayaan melalui akad murabahah, yang dilakukan oleh nasabah pada produk pembiayaan syariah. 2. Perumusan Masalah Penelitian Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan ini adalah : 1. Bagaimana strategi marketing produk pembiayaan yang dilakukan Bank Syariah Bukopin? 2. Bagaimana prosedur dan tahapan umum pengajuan pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam memasarkan produk pembiayaan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan diatas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai diantaranya : 1. Untuk mengetahui bagaimana konsep strategi marketing produk pembiayaan yang dilakukan bank syariah bukopin 2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dan tahapan umum pengajuan pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin. 3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami bank syariah bukopin dalam memasarkan produknya. Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah : 10 1. Secara akademik, hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu di bidang ekonomi dan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Syariah dan Hukum. 2. Secara praktik, dengan tersusunnya skripsi ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi masyarakat, akademisi, bank syariah, dan penulis sendiri khususnya. 3. Sebagai pembanding para praktisi antar bank syariah dalam memasarkan produk khususnya produk murabahah. D. Metode Penelitian 1. Pendekatan masalah Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah yang berpacu kepada pendekatan normatif, karena dalam penelitian ini ada aturan-aturan tertentu dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam mekanisme pembiayaan murabahah di Bank Syariah Bukopin. Ilmu normatif menggunakan dan menggabungkan studi empiris dan prediksi ekonomi positif dengan mempertimbangkan nilai gagasan ideal untuk memperoleh rekomendasi kebijakan. 2. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari lembaga 11 yang terlibat dalam objek penelitian.9 Jenis pelaporan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari pada data yang ada lalu dianalisis lebih lanjut untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Proses analisa dimulai dari membaca, mempelajari dan menelaah data yang didapat secara seksama, selanjutnya dari proses analisa tersebut penulis mengambil kesimpulan dari masalah yang bersifat umum kepada masalah yang bersifat khusus. 3. Sumber data penelitian Dalam buku metode penelitian kualitatif menurut Lofland (1984: 47), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Untuk itu, sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi 2 macam, yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner yang biasa dilakukan peneliti.10 Dalam penelitian ini data yang akan diperoleh dari wawancara langsung dengan pimpinan cabang Bank Syariah Bukopin atau Account 9 Lexy . J. Moeloeng, metode penelitian kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2010), h.3. 10 Husein Umar, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006). Cet. Ke-6, hlm 42. 12 Officer pembiayaan dan beberapa nasabah pembiayaan Bank Syariah Bukopin tersebut. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan, literature, buletin, majalah, berita, serta materi kuliah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. 4. Teknik pengumpulan data a. Penelitian kepustakaan (library research), penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literartur yang ada kaitanya dengan penulisan skripsi ini. Literatur itu berupa buku, majalah, surat kabar, artikel, internet, dan lain sebagainya. Langkah dalam melaksanakan studi pustaka ini adalah dengan cara membaca, mengutip, serta menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi penelitian ini. b. Penelitian lapangan (field research), untuk mendapatkan data-data dan informasi, penulis langsung terjun ke objek penelitian yaitu lembaga yang diteliti, dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 13 1) Interview yaitu melakukan wawancara dengan karyawan selaku customer service dan account officer di Bank Umum Syariah yang dalam hal ini adalah Bank Syariah Bukopin. 2) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang di dapat dari lembaga yang diteliti dan laporan lainya yang berkaitan dengan masalah penelitian. 3) Observasi yakni pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap produk pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Bukopin. 5. Subjek-objek penelitian Subjek-objek penelitian yang menjadi sumber informasi data yaitu pimpinan Bank Syariah Bukopin cabang melawai, account officer marketing Bank Syariah Bukopin, dan objek nya yaitu Bank syariah Bukopin bagian marketing pembiayaan murabahah. 6. Analisis data Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Proses analisis data yang akan dilakukan bersifat induktif, yaitu menggunakan data sebagai pijakan awal melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali. 14 Artinya teori dan teorisasi bukanlah hal yang penting untuk dilakukan. Sebaliknya, data adalah segala-galanya untuk memulai penelitian.11 Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis yang disarankan data.12 Untuk itu peneliti akan mengklasifikasi data berdasartkan kategori tertentu dari seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dan kepustakaan yang diseleksi dan disusun. Setelah data-data yang ada di klasifikasikan lalu diadakan analisis data. Data-data yang telah terkumpul nantinya akan diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut dengan editing penulisan. E. Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan pada skripsi ini berpedoman dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan skripsi pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. 11 Bungin Burhan , “Penelitan Kualitatif”, (Jakarta: Kencana, 2010). Cet. Ke-4. Hlm. 27. Basrowi, & Suwandi, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008). Hlm. 91. 12 15 F. Kerangka Teori Dalam melakukan penelitian, perlu memakai beberapa teori yang digunakan yaitu : 1. Strategi Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategia (stratus: militer, dan ag: memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral, konsep ini relevan pada saat itu ; karena memang kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerahdaerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.13 Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan salaing berhubungan dalam waktu dan ukuran.14 Menurut Webster’s New Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan musuh.15 2. Marketing 13 Ziauddin sardar, Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21, terjemah A.E Priyono Hasan (Bandung, Mizan, 1996), h.ii 14 Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, kamus istilah Manajemen, (Jakarta : Balai Aksara), cet Ke-2 hal.245 15 Fre R. David, Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indonesia, ( Jakarta Indeks, 2004), cet 9 h.34 16 Philip Kotler mengartikan bahwa marketing itu adalah “identifying and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of marketing is “meeting needs profitably”.16 Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang terpendek dari marketing adalah “memenuhi kebutuhan menguntungkan”. Marketing lebih merupakan suatu seni menjual produk, sehingga marketing adalah proses penjualan yang dimulai dari perancangan produk tersebut terjual. Berbeda dengan penjualan yang hanya terfokus pada terjadinya transaksi penjualan barang atau jasa. Kotler dan AB Susanto (2000) memberikan definisi marketing adalah “suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar suatu yang bernilai satu sama lain”. Definisi ini bernilai berdasarkan pada konsep ini: kebutuhan, keinginan, dan permintaan produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar; pemasaran dan pemasar.17 3. Pembiayaan Menurut ”Pembiayaan undang–undang adalah penyediaan Perbankan uang atau NO.10 tagihan Tahun 1998 yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara 16 Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey :Prentice Hall. 2000), hal.27 Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h.7 17 17 bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”18 Menurut Syafi’i Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.19 Pengertian lain menyebutkan, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.20 G. Review Studi Terdahulu Sebelum melakukan penelitian, penulis telah melakukan review studi terdahulu dan menemukan beberapa penelitian yang sejenis dan relevan. Penelitian tersebut diatnaranya adalah : 1 Identitas Nihlah Dewi Purnama Sari, Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada BMT Ta’awun Cipulir Substansi Memaparkan strategi marketing yang ada di BMY Ta’awun Cipulir, dari prosedur efektivitas pembentukan pembiayaan yang dilakukan Pembeda Pemaparan strategi yang ada di Bank Syariah Bukopin, menganalisa akad pada pembiayaan murabahah, mudharabah, dan musyarakah 18 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktek, (Jakarta: Gema insani Press, 2004 20 Muhammad, Manajamen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.71 19 18 2 3 Identitas Ade Ikhwan Anshori, Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi Strategi pemasaran produk pembiayaan warung mikro dalam upaya menarik minat nasabah (studi kasus pada Bank Syariah Mandiri KCP Cilandak) Substansi Memberikan informasi strategi pemasaran produk pembiayaan lewat studi kasus dalam usaha mikro pada Bank Syariah Mandiri, lebih terfokus pada satu bidang usaha Pembeda Penulis menjabarkan apakah ada perbedaan dari akad pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah, dari segi mekanisme, alur pembiayaan, dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat lainnya sehingga terjadi pembiayaan yang diberikan untuk nasabah, dan untuk mendapatkan nasabah itu sendiri, mulai dari segmentasi, targeting, penentuan posisi dan diferensiasi Identitas Atep Misbahudin, Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi Strategi pemasaran gadai emas pada BPRS PNM AlMa’some dalam peningkatan pendapatan bank Substansi Lebih menekankan kepada teknis organisasi bisnis dan pertumbuhan peningkatan profit penyelesaian gadai Pembeda Skripsi lebih menekankan kepada pelaksanaan marketing pembiayaan dalam memasarkan produknya baik secara internal maupun eksternal H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri lima bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, 19 Metode Penelitian, Teknik Penulisan, Kerangka Teori, Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang Definisi Strategi, Marketing, Segmentasi, Targeting, Positioning, dan Pembiayaan. BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH BUKOPIN Bab ini membahas tentang Sejarah Perkembangan Bank syariah bukopin, Tujuan Bank syariah bukopin, Produk-produk Bank syariah bukopin dan Akad-akad Pada Bank syariah bukopin BAB IV ANALISA STRATEGI MARKETING PRODUK PEMBIAYAAN BANK SYARIAH BUKOPIN Bab ini membahas tentang Analisa strategi marketing produk pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin, Prosedur dan tahapan umum pengajuan pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin, Faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi Bank Syariah Bukopin dalam memasarkan produk pembiayaan. BAB V PENUTUP Bab ke lima menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. 20 BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi 1. Pengertian Strategi Istilah strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategia (stratus: militer, dan ag: memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral, konsep ini relevan pada saat itu ; karena memang kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerahdaerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.21 Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam waktu dan ukuran.22 Menurut Webster’s New Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan musuh.23 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam 21 Ziauddin sardar, Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21, terjemah A.E Priyono Hasan (Bandung, Mizan, 1996), h.ii 22 Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, kamus istilah Manajemen, (Jakarta : Balai Aksara), cet Ke-2 hal.245 23 Fre R. David, Manajemen Strategi Konsep-Konsep, edisi Bahasa Indonesia, ( Jakarta Indeks, 2004), cet 9 h.34 21 menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau teknik untuk memenangkan peperangan.24 Dewasa ini strategi adalah istilah yang sangat lazim untuk apa yang biasa disebut kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu. Strategi induk dapat dijadikan sebagai kebijakan, biasanya digunakan dalam artian sama untuk keputusan utama dan atau pada tingkat abstraksi yang tinggi. Namun, untuk keputusan yang terinci terdapat perbedaan dalam arti bahwa harus didefinisikan.25 2. Tahapan-Tahapan Strategi Strategi adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya. Setiap unit bisnis harus merancang strategi untuk mencapai tujuannya. Ada beberapa tahapan dalam menentukan keputusan strategi yaitu :26 A. Perumusan Strategi Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya ialah megembangkan visi dan misi perusahaan, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang perusahaan, 24 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, Organisasi Non Prifit bidang Pemerintahan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Prees 2003), cet.2 h.147 25 George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997), Edisi ke-2, hal.18 26 Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey: Prentice Hall. 2000), h.76 22 membuat sejumlah strategi alternatif untuk perusahaan, dan memilih strategi tertentu untuk perusahaan. B. Pelaksanaan Strategi Pelaksanaan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan sasaran tahunan, mengalokasikan membuat sumber kebijakan, daya sehingga memotivasi perumusan karyawan, strategi dan dapat dilaksanakan. Penciptaan struktur organisasi perusahaan yang efektif, pengarahn kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi perusahaan. C. Evaluasi Strategi Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer harus benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi adalah cara pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat diubah sewaktu-waktu karena faktor eksternal dan internal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah : 1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang. 2. Mengukur prestasi. 23 3. Mengambil tindakan korektif. Aktivitas perumusan startegi, implementasi dan evaluasi terjadi di tiga tingkat hirarki dalam organisasi yang besar, korporasi, divisi atau unit bisnis strategis, dan fungsional. Proses manajemen strategis menghasilkan keputusan yang dapat mempunyai konsekwensi yang signifikan dan jangka panjang. Keputusan strategis yang salah dapat menimbulkan kerugian besar, yang akan sulit sekali untuk memperbaikinya. Oleh karena itu banyak perencana strategi sepakat bahwa mengevaluasi strategi sangat penting untuk kehidupan organisasi. Evaluasi yang tepat waktu dapat memperingatkan manajemen akan adanya masalah atau potensi masalah sebelum menjadi kritis. Evaluasi strategi bisa merupakan proses yang rumit dan sensitif. Terlalu banyak kegiatan mengevaluasi strategi dapat menghabiskan biaya yang sangat mahal dan bisa jadi kontra produktif. Evaluasi strategi penting untuk memastikan tujuan-tujuan strategi yang dapat ditetapkan dapat tercapai. 3. Jenis-Jenis Strategi Adapun jenis-jenis strategi yaitu :27 A. Klasifikasi Berdasarakan Ruang Lingkup 27 George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (Jakarta: Erlangga, 1997), Edisi kedua, hal 18-20 24 Strategi ini merupakan strategi utama (induk). Strategi ini dapat dirumuskan secara lebih sempit seperti strategi program, dan ini dapat dirancang sebagai sub strategi. B. Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Organisasi Di dalam sebuah perusahaan yang terdiri atas sejumlah divisi yang sekurang-kurangnya dua tingkat, yaitu strategi kantor pusat dan strategi divisi. C. Klasifikasi Berdasarkan Sumber Material dan Bukan Material Kebanyakan strategi berkenaan dengan sumber yang bersifat fisik. Namun, strategi dapat mengenai penggunaan tenaga kerja manajer, tenaga ilmuan, dan lain-lain. Strategi dapat juga berkenaan dengan gaya manajemen, pola berpikir, atau falsafah, tentang hal-hal yang merupakan sikap suatu perusahaan terhadap tanggung jawab sosial. D. Klasifikasi Berdasarkan Tujuan atau Fungsi Sebagai contoh, pertumbuhan adalah sasaran utama dari kebanyakan perusahaan dan terdapat banyak strategi yang dapat dipilih untuk menjamin pertumbuhan tersebut. E. Strategi Pribadi Manajer Semakin tinggi tingkat manajer, semakin penting artinya strategi ini bagi kehidupan organisasi. Strategi pribadi adalah petunjuk praktis yang 25 meliputi nilai-nilai, motivasi, perlindungan terhadap sikap bermusuhan dari lingkungan, metode untuk mengubah lingkungan, teknik bergaul dengan orang-orang, dan untuk terlaksananya suatu (pekerjaan) dengan baik, dan cara untuk memaksimalkan kepuasan pribadi serta kebutuhan dasar. Strategi ini bersifat mendasar, biasanya tidak tertulis, dan merupakan kerangka untuk mengembangkan strategi perusahaan. B. Marketing 1. Pengertian Marketing Philip Kotler mengartikan bahwa marketing itu adalah “identifying and meeting human and social needs. One of the shortest good definitions of marketing is “meeting needs profitably”.28 Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang terpendek dari marketing adalah “memenuhi kebutuhan menguntungkan”. Marketing lebih merupakan suatu seni menjual produk, sehingga marketing adalah proses penjualan yang dimulai dari perancangan produk tersebut terjual. Berbeda dengan penjualan yang hanya terfokus pada terjadinya transaksi penjualan barang atau jasa. Kotler dan AB Susanto (2000) memberikan definisi marketing adalah “suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar suatu yang bernilai satu sama lain”. Definisi ini 28 Philip Kotler, Marketing Management (New Jersey :Prentice Hall. 2000), hal.27 26 bernilai berdasarkan pada konsep ini: kebutuhan, keinginan, dan permintaan produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar; pemasaran dan pemasar.29 Sehingga secara umum marketing dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan dalam ranka memberikan kepuasan optimal kepada pelanggan. Menurut Hermawan Kertaja, marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perbuahan nilai dari suatu inisiator kepada stakeholdersnya.30 Dua tujuan utama marketing adalah menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dengan memberikan kepuasan. Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian marketing adalah suatu proses atau cara bagaimana kita mendistribusikan barang atau jasa dari produsen kepada para konsumen untuk kepuasan para pelanggan. 2. Prinsip-prinsip marketing 29 Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h.7 30 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing (Jakarta: Mizan, 2006), hal.26 27 Dengan munculnya ekonomi syariah yang secara pesat tumbuh dan terus berkembang, menjadikan sebuah opsi lain bagi masyarakat yang kurang percaya dengan ekonomi kapitalis, yang hanya mengutamakan kekayaan semata dan bisa menimbulkan berat sebelahnya dan tidak merata nya distribusi kekayaan. Hermawan Kertajaya dalam bukunya menjelaskan ada tujuh belas prinsip-prinsip pemasaran syariah yang harus ada dalam perusahaan yang berbasis syariah. Ada tujuh belas prinsip-prinsip yang harus menjadi pedoman bagi perusahaan yang berbasiskan syariah. Ketujuh belas prinsip itu adalah sebagai berikut: 1) Teknologi Informasi untuk menuju perubahan yang nyata (Teknologi information technology allows us to be transparent (change)) 2) Bersaing secara sehat (Be respectfull to your competitors) 3) Menjaring konsumen secara keseluruhan (the emergence of customers global paradox (customer)) 4) Menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai prinsip dasar perusahaan (develop a spiritual-based organization (company)) 5) Melihat target (segmentation)) pasar secara keseluruhan (view market universally 28 6) Membidik hati dan jiwa calon konsumen (target customer’s heart and soul (targeting)) 7) Membangun sistem kepercayaan (build a belief system (positioning)) 8) Diferensiasi yang berbeda dalam kontek dan konten (differ yourself with a good package of content and context (differensiation)) 9) Jujur dalam membentuk bauran pemasaran (be honest with your 4P (marketing mix)) 10) Menerapkan ukhwah sebagai dasar dalam penjualan (practice a relationshipbased selling (selling)) 11) Karakter merek yang islami (use a spiritual brand character (brand)) 12) Perubahan yang lebih baik dalam pelayanan (service should have the ability to transform (service)) 13) Menerapkan proses bisnis yang amanah (practice a reliable business process (process)) 14) Membangun nilai yang baik dimata konsumen (create value to your stake holders (scorecard)) 15) Membangun inspirasi yang mulia (create a noble cause (inspiration)) 16) Menjadikan budaya perusahaan yang beretika (develop an ethical corporate culutre (culture)) 29 17) Pengukuran yang jelas dan transparan (measurement must be clear and transparent (instuition)).31 Empat prinsip pertama yang terdiri dari change, competitor, customer dan company menjelaskan lanskap bisnis syariah, sedangkan company merupakan faktor internal yang penting dalam proses pembuatan strategi. Prinsip lima sampai tigabelas menerangkan sembilan elemen dari arsitektur bisnis strategi, yang terbagi dalam tiga paradigma yaitu: Syariah Marketing Strategy untuk memenangkan mind share, Syariah Marketing Tactic untuk memenangkan market share dan Syariah Marketing value untuk memenangkan heart-share. Kemudian tiga prinsip terakhir adalah prinsip-prinsip yang membahas soal inspirasi (inspiration), budaya (culture) dan institusi (institution). Ketiganya disebut Enterprise. Berdasarkan definisi marketing dalam perspektif islam, maka kata kunci dalam marketing syariah adalah bahwa dalam seluruh proses, baik dalam proses penawaran maupun proses perubahan nilai tidak boleh ada 31 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing (Jakarta: Mizan, 2006), hal.151 30 hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam, yaitu :32 1) Berperilaku baik dan simpatik 2) Bersikap melayani dan mempermudah 3) Bersaing secara sehat 4) Mendahulukan sikap tolong menolong 5) Jujur dan tidak curang 3. Konsep Marketing STPD (segmentasi, targeting, positioning, diferensiasi) Strategi maketing dapat dipahami sebagai logika pemasaran yang dengannya unit usaha dapat mencapai tujuan pemasarannya.33 Strategi pemasaran juga merupakan pernyataan mengenai bagaimana suatu merk atau lini produk dapat memenuhi keinginan dan dapat memuaskan pelanggan. Selain itu marketing sendiri dapat diartikan sebagai seleksi atas pasar sasaran, menentukan posisi persaingan dan pembangunan suatu bauran pemasaran yang efektif untuk mencapai dan melayani klien yang dipilih.34 Strategi pemasaran didasarkan atas 4 konsep strategi, diantaranya adalah sebagai berikut : 32 Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syari’ah Marketing (Jakarta: Mizan, 2006), hal.486 33 Philip Kotler dan Paul N. Blomm, Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profeional, (Jakarta: Intermedia, 1995), hal.127 34 Philip Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta:Erlangga, 1997), Edisi ke-2, jilid 1, hal.3 31 a. Segmentation (Segmentasi pasar) Segmentasi pasar menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong adalah pembagian sebuah pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebagai pembagian pasar yang berbeda-beda (heterogen) menjadi kelompok-kelompok pasar yang homogen, di mana setiap kelompoknya bisa ditargetkan untuk memasarkan suatu produk sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ataupun karakteristik pembeli yang ada di pasar tersebut.35 Ada beberapa syarat segmentasi yang efektif, yaitu : 1) Dapat diukur (measurable) Ukuran, daya beli, dan profil pasar harus dapat diukur dengan tingkat tertentu. 2) Dapat dijangkau (accessible) Segmen pasar dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. 3) Cukup besar (substantial) Segmentasi pasar cukup besar atau cukup memberi laba yang dapat dilayani. Suatu segmen merupakan kelompok homogen yang cukup bernilai untuk dilayani oleh progam pemasaran yang sesuai. 35 Philip Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta:Erlangga, 1997), Edisi ke-2, jilid 1, hal.183 32 4) Dapat dibedakan (differentiable) Differentiable berarti segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas. 5) Dapat dilaksanakan (actionable) Actionable berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. b. Targeting (Pangsa Pasar) Definisi targeting menurut Keegan & Green (2008) adalah proses pengevaluasian segmentasi dan pemfokusan strategi pemasaran pada suatu negara, propinsi, atau sekelompok orang yang memliki potensi untuk memberikan respon. Sedangkan menurut Kotler & Amstrong (2008) adalah sekelompok pembeli (buyers) yang memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang menjadi tujuan promosi perusahaan.36 Dari kedua definisi tersebut targeting merupakan sebuah proses yang sangat penting karena akan menentukan siapa yang akan membeli produk dari perusahaan. Targeting adalah membidik target market yang telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus pas dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Langkah dalam mengembangkan targeting yaitu : 36 Philip Kotler dan Amstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta:Erlangga, 1997), Edisi ke-2, jilid 1, hal.197 33 1. Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen dengan menggunakan variable-variabel yang dapat mengkuantifikasi kemungkinan permintaan dari setiap segmen, biaya melayani setiap segmen, dan kesesuaian antara kompetensi inti perusahaan dan peluang pasar sasaran. 2. Memilih satu atau lebih segmen sasaran yang ingin dilayani berdasarkan potensi laba segmen tersebut dan kesesuaiannya dengan strategi perusahaan. c. Positioning (Posisi pasar) Posisi pasar (positioning) adalah dengan upaya identifikasi, pengembangan, dan komunikasi keunggulan yang bersifat khas serta unik. Dengan demikian, produk dan jasa perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus (distinctive) dibandingkan dengan produk dan jasa pesaing dalam persepsi konsumen. Persepsi pelanggan terhadap produk yang dihasilkan dan bukan hanya sekedar produk fisik adalah fokus utama Positioning. Keberhasilan positioning sangat ditentukan oleh kemampuan sebuah perusahaan untuk mendeferensiasikan atau memberikan nilai superior kepada pelanggan. Nilai superior sendiri dibentuk dari beberapa komponen. Sedangkan kunci utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang diciptakan dari persepsi perusahaan terhadap dirinya sendiri, persepsi perusahaan terhadap pesaing, persepsi perusahaan terhadap pelanggan, dan lain lain. d. Diferensiasi 34 Diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk membedakan tawaran perusahaan dengan tawaran pesaing. Perusahaan dapat mendiferensiasikan tawaran pasarnya menurut lima dimensi, yaitu : Produk, pelayanan, personalia, saluran pemasaran atau citra.37 Produk-produk fisik itu bervariasi dalam potensinya untuk diferensiasi, di ujung yang satu kita menemukan produk yang memungkinkan sedikit variasi: ayam, baja apinir. Di ujung lain ada produk dengan diferensiasi tinggi seperti mobil, motor, bangunan komersial dan meubel. Di sini penjual menghadapi banyak sekali parameter rancangan yang mencakup bentuk, keistimewaan (feature), kinerja, kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan rancangan. Diferensiasi pelayanan meliputi kemudahan pemesanan, pengiriman pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, pemeliharaan dan perbaikan dan keramahan. Diferensiasi personalia meliputi : kemampuan, kesopanan, dapat dipercaya dapat diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi. Diferensiasi saluran pemasaran meliputi: cakupan, keahlian, dan kinerja. Diferensiasi citra meliputi : cakupan, keahlian, kinerja, lambang, media, atmosfir dan citra.38 C. Pembiayaan hal.328 hal.329 37 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), 38 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Milenium, (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), 35 a. Pengertian Pembiayaan Menurut undang–undang Perbankan NO.10 Tahun 1998 ”Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”39 Menurut Syafi’i Antonio, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.40 Pengertian lain menyebutkan, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank Islam kepada masyarakat yang membutuhkan dana yang telah dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.41 b. Jenis-Jenis Pembiayaan Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki banyak jenis pembiayaan. Adapun jenis produk atau jasa pembiayaan pada bank syariah, jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek, diantaranya :42 39 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari teori ke Praktek, (Jakarta: Gema insani Press, 2004), h.160 41 Muhammad, Manajamen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.71 42 Muhammad, Manajamen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.22 40 36 1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual beli. 2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa-menyewa. 3) Transaksi pembiayaan usaha kerjasama ditujukan untuk mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.43 1. Pembiayaan Musyarakah Syirkah dari segi bahasa berarti percampuran (al-ikhtilath), yaitu penggabungan dua bagian atau lebih yang tidak bisa dibedakan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang kedua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari keuntungan.44 Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian di antara para pemilik dana atau modal untuk mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik dana atau modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.45 Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa 43 Hasanudin Rahman Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers Hand Book), (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005), h.68 44 Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat, Perbankan Syariah: Perspektif Praktis, (Jakarta: Muamalat Institute, 1999), h. 78 45 Muhammad, Manajamen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.23 37 keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah.46 2. Pembiayaan Mudharabah pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.47 Kontrak khusus antara pemilik modal dan pengusaha dalam rangka mengembangkan usaha yang modalnya berasal dari pihak pertama dan kerja dari pihak kedua, mereka bersatu dalam keuntungan dengan pembagian berdasarkan presentase. Jika proyek (usaha) mendatangkan keuntungan, maka laba dibagi berdua berdasarkan kesepakatan yang terjalin antara keduanya, jika modal tidak mempunyai kelebihan atau kekurangan, maka tidak ada bagi pemilik modal selain modal pokok tersebut, begitu pula dengan pengusaha tidak mendapatkan apa-apa. Jika proyek rugi yang mengakibatkan hilangnya modal pokok maka kerugian itu sedikit ataupun banyak ditanggung oleh pemilik modal. Tidak diperkenankan kerugian itu ditanggung oleh pengusaha dan menjadikannya sebagai jaminan bagi modalnya kecuali proyek itu didasarkan pada bentuk pinjaman dari pemilik modal kepada 46 PSAK Tahun 2007 No.106 Paragraf 4 Muhammad, Manajamen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.22 47 38 pengusaha. Jika demikian maka pemilik modal tidak berhak mendapatkan apapun dari keuntungan tersebut.48 Dalam akad mudharabah bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan pengawasan atas penyediaan dana. Dari pembiayaan tersebut bank mendapatkan imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali kerugian akibat kelalaian nasabah. 3. Pembiayaan Murabahah a. Pengertian Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli (bank dan nasabah).49 Secara bahasa kata Murabahah berasal dari kata dasar (rabaha) yang berarti beruntung. Jadi pengertian murabahah secara bahasa adalah saling beruntung atau saling menguntungkan. Bai’al Murabahah adalah prinsip bai’ (jual beli) dimana harga jualnya terdiri dari harga pokok barang ditambah nilai keuntungan (ribhun) yang disepakati. Pada murabahah penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.50 48 Muhammad, Manajemen pembiayaan mudharabah di Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h.27-28 49 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, cet 4, (Jakarta:IIIT Indonesia, 2003), h.61 50 Sumarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), h.39 39 Aset murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali dengan menggunakan akad murabahah. Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.51 Sedangkan menurut praktisi perbankan yang selama ini dikenal aktif dalam dunia perbankan syariah, Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.52 b. Rukun dan Syarat Murabahah 1. Rukun a. Ada Penjual. b. Ada pembeli. c. Ada obyek yang dijual belikan. d. Ada harga jual yang disepakati oleh dua belah pihak. e. Akad jual beli. 2. Syarat a. Pembeli dan penjual dalam keadaan cakap hukum. b. Barang yang dijual tidak termasuk kategori yang diharamkan. c. Barang yang dijual sesuai dengan spesifikasi pembeli. 51 PSAK 102 Akuntansi Murabahah per Januari 2015. Ikatan Akuntansi Indonesia Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institue, 1999), h.145 52 40 d. Barang yang dijual secara hukum sah dimiliki penjual. 4. Ijarah Secara bahasa ijarah digunakan sebagai nama bagi al-ajru yang berarti “imbalan terhadap suatu pekerjaan” dan “pahala”.53 Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak atau menjual jasa kepada orang lain seperti menjadi buruh kuli dan lain sebagainya.54 5. Rahn Gadai (al rahn) secara bahasa dapat diartikan sebagai (al stubut,al habs) yaitu penetapan dan penahanan. Secara istilah dapat diartikan menjadikan suatu benda berharga dalam pandangan syara’sebagai jaminan atas adanya dua kemungkinan, untuk mengembalikan uang itu atau mengambil sebagian benda itu.55 Gadai adalah perjanjian (akad) pinjam meminjam dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan utang.56 Sehingga dapat disimpulkan gadai adalah menjadikan suatu benda itu berharga sebagai jaminan sebagai tanggungan utang berdasarkan perjanjian (akad) antara orang yang memiliki hutang dengan pihak yang memberi hutang. 6. Qordul Hasan 1. Al-Qardh 53 Muhammad bin Mukarram ibn Mazhur al-Ifriqi al-Mishri, Lisan Al-Arab, (Beirut: Darul Lisan al-Arab), Juz I, h.24 54 Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqih al-Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al Fikr, 1989), Jilid IV, h.731 55 H. Hendi suhendi. Fiqh muamalah, (Jakarta: pt. Grafindo persada, 2000), hal.105-106 56 Prof. Drs. H. Masyfuk zuhdi. Masail fiqhiyah, (Jakarta: CV. Haji masagung, 1997), hal.122 41 Qardh secara bahasa, bermakna Al-Qath’u yang berarti memotong. Harta yang disodorkan kepada orang yang berhutang disebut Qardh, karena merupakan potongan dari harta orang yang memberikan hutang. Kemudian kata itu digunakan sebagai bahasa kiasan dalam keseharian yang berarti pinjam meminjam antar sesama. Salah seorang penyair berkata,“Sesungguhnya orang kaya bersaudara dengan orang kaya, kemudian mereka saling meminjamkan, sedangkan orang miskin tidak memiliki saudara”. Kata qardh ini kemudian diadopsi menjadi crade (Romawi), credit (Inggris), dan Kredit (Indonesia). objek dari pinjaman qardh biasanya adalah uang atau alat tukar lainnya (Shaleh, 1992), yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Peminjaman atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan terimakasih.57 2. Al-Qardh Al-Hasan Secara umum, Qardh Hasan diartikan sebagai infak di jalan Allah, di dalam jihad dan peperangan demi menegakkan kebenaran dan bersedekah kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Ada juga yang mengatakan : Qardh Hasan itu adalah amal shaleh muthlaqon yang 57 Ascaya, 2008, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada 42 mana dia adalah bentuk transaksi pinjaman yang benar-benar bersih dari tambahan atau bunga. Pengertian “al-hasan” disini adalah ketika seorang muslim meminjamkan atau menginfakkan sesuatu yang ada pada dirinya hendaklah dia mengeluarkan sesuatu yang elok tanpa cela. Maka Qardh hasan itu pada dasarnya adalah sedekah yaitu pekerjaan yang mulia dengan mengharapkan keredhoan Allah semata. 43 BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH BUKOPIN A. Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin Bank Syariah Bukopin adalah lembaga keuangan yang berjenis pada Jasa Keuangan Perbankan. Sebagai salah satu Bank Nasional di Indonesia, sejarah Perseroan dimulai pada 1990 dengan meleburnya 2 (dua) Bank pasar, yakni BPR Gunung Sindoro dan BPR Gunung Kendeng di Samarinda, Kalimantan Timur. Proses peleburan ini termaktub dalam Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1659/KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990. Dengan peleburan ini, statusnya pun meningkat menjadi Bank umum dengan nama PT Bank Swansarindo International. Berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 24/I/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991, PT Bank Swansarindo International memperoleh izin usaha sebagai Bank umum dan pemindahan kantor pusat ke Jakarta. Dalam perkembangannya dan atas dasar pertimbangan bisnis pada akhir 2002, Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia mengakuisisi PT Bank Swansarindo International. Dengan persetujuan Bank Indonesia (BI) yang dicantumkan dalam Surat Keputusan Nomor 5/4/KEP.DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003 44 dan dituangkan dalam Akta Nomor 109 tanggal 31 Januari 2003, PT Bank Swansarindo International berubah nama menjadi PT. Bank Persyarikatan Indonesia.58 Untuk mengembangkan bisnis perusahaan, selama 2005-2008 PT Bank Bukopin, Tbk. terlibat dalam asistensi kegiatan operasional PT Bank Persyarikatan Indonesia. Tambahan modal juga diberikan PT Bank Bukopin, Tbk untuk memperkuat bisnis PT Bank Persyarikatan Indonesia. Setelah beberapa tahun dibawah asistensi PT Bank Bukopin Tbk dan melihat peluang bisnis di perbankan syariah, PT Bank Persyarikatan Indonesia mengubah arah bisnisnya dari Bank konvensional menjadi Bank syariah. Izin usaha berdasarkan prinsip syariah pun diperoleh dari Bank Indonesia yang dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 10/69/ KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008. Atas dasar surat keputusan tersebut, nama PT Bank Persyarikatan Indonesia berubah menjadi PT Bank Syariah Bukopin. Secara resmi Perseroan melakukan kegiatan operasional berdasarkan prinsip Syariah pada Selasa, 11 Zulhijah 1430 H atau 9 Desember 2008.59 Pada tahun 2009 telah terjadi Spin Off (pemisahan) UUS yang sudah berjalan di PT. Bank Bukopin bergabung ke Bank Syariah Bukopin. Tepatnya Pada Tanggal 10 Juli tahun 2009 melalui surat persetujuan Bank 58 Induction Training, Bank Syariah Bukopin, (Jakarta., t.p.,2014) h.8. Bank Syariah Bukopin, Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin, artikel diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Bukopin. 59 45 Indonesia, PT. Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Unit Usaha Syariah ke dalam Badan Usaha PT. Bank Syariah Bukopin. Dalam bisnisnya Bank Syariah Bukopin memfokuskan pada pembiayaan Usaha mikro kecil dan menegah (UMKM) dengan segmentasi usaha pendidikan, kesehatan Konstruksi, dan perdagangan. Sehingga pada tahun 2011 dengan kepercayaan dari Bank Bukopin, ada penambahan Modal sebesar Rp. 100 Milyar, dan memperkuat Bank Bukopin sebagai pemegang saham Mayoritas. kegiatan operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank Bukopin.60 B. Visi, Misi, dan strategi Bank Syariah Bukopin 1. Visi Menjadi Bank Syariah Pilihan dengan Pelayanan Terbaik. 2. Misi 60 Profil perusahaan, artikel diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 dari http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan. 46 Memberikan pelayanan terbaik pada nasabah, Membentuk Sumber daya insani yang profesional dan amanah, memfokuskan pengembangan usaha pada sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), dan meningkatkan nilai tambah kepada Stakeholder. 3. Strategi Mengembangkan konsep-konsep sesuai dengan nilai dasar perusahaan yaitu Amanah, Tanggap, Kualitas, Peduli, dan kerja Sama yang disesuaikan dengan prinsip syariah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Syariah Bukopin mendasarkan Usaha kegiataan sebagai berikut: a. Sasaran pembinaan yaitu membina dan mempercepat peningkatan taraf hidup masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi menengah ke bawah agar tingkat kesenjangan sosial ekonomi yang sering terjadi dapat terartasi untuk kedepanya. b. Sasaran Pengembangan :61 1) Pengembangan Usaha dengan fokus pada sektor Usaha UMKM. 2) Mengembangkan Usaha komersial. 3) Mengembangkan usaha-usaha konsumer 4) Penyediaan Jasa-jasa Fee Based kepada Nasabah 61 Annual Report 2014 pdf, diakses pada tanggal 3 Agustus 2016 dari http://www.syariahbukopin.co.id/public/uploads/report/AR_2009.pdf. 47 5) Memperkuat teknologi dan pelayanan 6) Menambah dan mengoptimalkan jaringan outlet 7) Memperkuat SDI (Sumber Daya Insani) 8) Peningkatan Kualitas Pengelolaan Risiko dan kepatuhan. C. Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi tersendiri yang memberikan ciri khas organisasinya. Sehinnga berbeda dengan organisasi lainya yang sejenis. Organisasi PT. Bank Syariah Bukopin terdiri dari bagianbagian berikut : 1. Share Holders Meeting (Rapat Umum Pemegang Saham) RUPS adalah dewan tertinggi yang ada di Bank Syariah Bukopin. Yang bertugas memimpin Rapat pemegang saham serta mengawasi jalanya kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Syariah Bukopin. 2. Board of Commisioners (Dewan Komisaris) Selain RUPS, Organ penting lainya adalah eksistensi dewan komisaris. Keberadaanya telah diatur dalam regulasi dan mendukung pencapaian target peseroan. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris adalah : a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan perseroan yang dilakukan direksi. 48 b. Memberi nasihat kepada direksi mengenai rencana pembangunan perseroan, pelaksanaan ketentuan-ketentuan Anggaran dasar dan keputusan RUPS serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perseroan d. Memberi saran mengenai langkah perbaikan yang harus ditempuh e. Memberi persetujuan atas laporan tahunan yang disusun direksi sesuain dengan ketentuan perundangan yang berlaku untuk diajukan dalam RUPS Tahunan. 3. Sharia Supervisory Board (Dewan Pengawas Syariah) DPS sebagai dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah telah menjalankan fungsinya dengan baik. Dalam praktik pengawasan lembaga keuangan syariah, DPS merupakan perwakilan dari DSN-MUI yang berada pada lembaga keuangan syariah yang independen. Terkait dengan hal tersebut, maka tugas dan tanggung jawab DPS menjadi salah satu komponen penilaian atas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang tidak dapat dipisahkan dengan tugas dan tanggung jawab direksi maupun dewan komisaris. Adapun tugas dan tanggung jawab DPS adalah : a. Memberikan nasehat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan perseroan agar sesuai dengan prinsip syariah. 49 b. Memberikan pedoman garis-garis besar syariah. c. Mengawasi proses pengembangan produk baru dengan cara meminta penjelasan dari pejabat perseroan yang berwenang mengenai tujuan, karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akan digunakan. d. Memeriksa akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat fatwa DSN-MUI dengan cara melakukan analisa atas kesesuaian akad produk baru dengan fatwa DSN-MUI. e. Melakukan review terhadap sistem dan prosedur produk perseroan yang akan dikeluarkan terkait dengan pemenuhan prinsip syariah. f. Memberikan opini syariah terhadap produk baru yang dikeluarkan. g. Meminta fatwa kepada DSN-MUI untuk produk baru perseroan yang belum ada fatwanya. 4. Board of Directors (Direksi) Sesuai dengan substansi UU Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (PT) direksi merupakan Organ perseroan yang memiliki kewenangan dan bertanggung jawab penuh terhadap perjalanan bisnis perseroan, baik di dalam mamupun diluar pengadilan. Fungsi dan tugas jawab direksi : 50 a. Direksi berhak mewakili Bank didalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian. b. Mengikat Bank dengan pihak lain dan pihak lain dengan Bank. c. Menjalankan segala tindakan baik mengenai kepengurusan maupun kepemilikan dengan pembatasan yang diatur dalam anggaran dasar Bank dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Mengimplementasikan GCG pada setiap kegiatan usaha perseroan diseluruh tingkatan atau jenjang organisasi. e. Menindaklanjuti temuan audit, rekomendasi dari hasil pengawasan OJK, auditor intern, DPS, atau auditor ekstern perseroan. 5. President Director (Direktur Utama) Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan usaha perseroan. Sehingga perusahaan secara dinamis dapat meningkat dan berkembang sejalan dengan visi dan misinya. Selain itu, direktur utama bertugas menciptakan dan menjaga hubungan yang harmonis antara dewan komisaris, Direksi, pemegang saham, pegawai, dan seluruh Stakeholders dengan berbasis pada prinsip GCG. Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama, yaitu kepala Divisi SDI, Kepala SKAI atau Internal Audit Unit, Kepala Divisi 51 Sekertaris Perusahaan, Kepala Divisi pembiayaan Komersial, kepala Divisi Pendanaan Komersial, Kepala Divisi Bisnis Mikro dan Manajer Anti Fraud. 6. Business Director (Direktur Bisnis) Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan Direktorat Bisnis sehingga bisnis secara dinamis dapat meningkat dan berkembang sebagai tulang punggung dan Profit Center bagi perseroan. Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur Bisnis Perseroan adalah kepala Divisi Bisnis Area, Kepala Divisi Supervisi Bisnis dan Fee Based, kepala Divisi Pengembangan Produk, Kepala Divisi Restrukturisasi dan penyelesaian pembiayaan dan seluruh Kepala cabang perseroan. 7. Compliance and Risk Management Director (Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko) Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan pengelolaan resiko dan kepatuhan perseroan. Sehingga Direktorat kepatuhan dan Manajemen Risiko secara dinamis dapat meningkat dan berkembang sejalan dengan perkembangan usaha perseroan. Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur kepatuhan dan Manajemen Risiko adalah Kepala Divisi Kepatuhan, dan Kepala Divisi Manajemen Risiko. 8. Operations and Service Director (Direktur operasi dan pelayanan) Bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan pengembangan Direktorat Operasi dan Pelayanan, sehinnga Operasi dan pelayanan secara 52 dinamis dapat meningkat dan berkembang sebagai penunjang Bisnis dalam Perusahaan. Pejabat eksekutif yang bertanggung jawab kepada Direktur Operasi dan Pelayanan adalah Kepala Divisi Operasi dan Analisa Keuangan, Kepala Divisi Pelayanan, Kepala Divisi Support Pembiayaan, kepala Divisi Teknologi Informasi, dan Manajer Treasury. 9. Committee of Audit (Komite Audit) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris serta menyempurnakan implementasi tata kelola perusahaan yang baik, Dewan Komisaris membentuk komite Audit. Hal tersebut sesuai dan sejalan ketentuan dalam PBI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi BUS dan UUS. Anggota Komite Audit terdiri atas pihak independen yang memiliki kompetensi dibidangnya agar dapat memberikan rekomendasi yang tepat kepada dewan Komisaris. Komite Audit memiliki tugas dan tanggung jawab memastikan independensi dan objektifitas akuntan publik ataupun auditor internal serta menyediakan forum diskusi yang Independen dari Manajemen Sesuai PBI Nomor 11/33/PBI/2009. 10. Committee of Risk Control (Komite Pemantau Risiko) Tugas dan tanggung jawab Komite Pemantau Risiko pada Perseroan meliputi 53 a. Melakukan evaluasi terhadap kebijakan manajemen Risiko yang ditetapkan perseroan. b. Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen Risiko dengan pelaksanaan kebijakan. c. Melakukan Evaluasi terhadap pelaksanaan tugas komite pemantau Risiko, dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. 11. Corporate Secretary (Sekeraris Perusahaan) Untuk mengoptimalkan sekaligus menyempurnakan Implementasi tata Kelola Perusahaan, Perseroan membentuk Divisi Sekertaris perusahaan. Divisi tersebut berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara pihak perseroan dengan publik, menjaga keteterbukaan informasi, mendukung pencitraan perusahaan yang baik secara berkesinambungan melalui komunikasi yang efektif kepada publik dan pemangku kepentingan lainya. 12. Internal Audit Working Unit (Satuan Kerja Audit Internal) Audit internal merupakan pilar dalam mendukung efektivitas pengendalian internal, pengelolaan risiko dan tata kelola perusahaan. Sesuai dengan ketentuan tata kelola perusahaan, Perseroan telah membentuk Divisi SKAI sebagai unit kerja yang independen yang membantu Direksi dalam menilai dan mengevaluasi berbagai kegiatan operasional serta mengambil langkahlangkah perbaikan. Adapun fungsi utama SKAI yakni sebagai bagian dari struktur pengendalian intern Perseroan yang membantu Dewan Komisaris, 54 Direksi, dan Komite Audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien. Gambar 3. 1 : Struktur Organisasi 55 D. Produk-produk Bank Syariah Bukopin Produk Bank Syariah Bukopin terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Produk penyimpanan dana (Funding) Memberikan pelayanan berupa Menyimpan dan menitipkan dana nasabah pada Bank Syariah Bukopin. Dana yang disimpan dan dititipkan akan dioptimalkan atau diberikan dengan cara dan ketentuan syariah untuk kepentingan ummat. Produk funding pada Bank Syariah Bukopin terdiri dari: 1) Tabungan iB SiAga Tabungan iB SiAga yaitu berupa tabungan investasi Simpanan pada Bank Syariah Bukopin untuk perorangan dalam bentuk mata uang Rupiah yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan cara tertentu yang telah dipersyaratkan. 2) Tabungan Simpel iB (Simpanan Pelajar iB) Tabungan Simpel iB merupakan tabungan untuk pelajar dengan persyaratan mudah dan fitur yang menarik dalam rangka edukasi perbankan untuk mendorong budaya menabung sejak usia dini. 3) Tabungan iB Haji 56 Tabungan iB Haji merupakan simpanan untuk perorangan dalam bentuk mata uang rupiah yang mempunyai rencana menunaikan ibadah Haji atau Umroh. 4) Tabungan iB Multiguna Tabungan iB Multiguna merupakan Jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang, sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa gratis. 5) Tabungan Pendidikan Tabungan Pendidikan merupakan Jenis tabungan berjangka dengan potensi bagi hasil yang kompetitif guna memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang, sekaligus memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa gratis. 6) Tabungan Siaga Bisnis Tabungan Siaga Bisnis merupakan Simpanan yang diperuntukan bagi perorangan dan badan usaha, yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan syarat dan ketentuan tertentu yang telah disepakati dan tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau media lainnya yang dipersamakan dengan itu. 7) Tabunganku iB 57 Tabunganku iB merupakan Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama oleh Bank-Bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 8) Deposito iB Deposito iB merupakan Jenis simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara deposan dengan pihak Bank. 9) Giro iB Giro iB merupakan Simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau sarana perintah pembayaran lainnya atau melalui pemindahbukuan lainnya. 2. Produk pembiayaan (Lending) Sistem pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Bukopin yaitu menempatkan nasabah sebagai mitra Bank. Dalam hal pemenuhan akan kekurangan dana dalam berwirausaha dalam skema yang dipilh melalui jual beli, atau pun bagi hasil. Bank Syariah Bukopin dengan tujuan dan fungsinya untuk mendukung semua sektor terutama sektor rill dengan prinsip syariah. Sehingga banyak cara yang diberikan oleh Bank Syariah 58 Bukopin dalam memudahkan usaha yang ingin dijalankan oleh calon nasabah. Kemudahan tersebut terdiri dari : 1) Pembiayaan Murabahah pembiayaan Murabahah merupakan Jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini Bank akan melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah keuntungan Bank yang disepakati. Pembiayaan ini dapat digunakan untuk memenuhi usaha modal kerja, investasi atau konsumtif (misalnya kendaraan bermotor, rumah dll) dengan angsuran tetap selama masa perjanjian. 2) Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan musyarakah merupakan kerjasama 2 (dua) pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan atau karya/keahlian dengan kesepakatan keuntungan dan resiko menjadi tanggungan bersama sesuai kesepakatan. Kerjasama yang dimaksud disini yaitu Bank dan nasabah mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan prinsip bagi hasil yang telah disepakati. 3) Pembiayaan Mudharabah 59 Pembiayaan Mudharabah merupakan kerjasama antara pemilik modal dan pengelola untuk suatu usaha tertentu dengan kesepakatan bagi hasil. Kerjasama yang dimaksud yaitu antara Bank dan nasabah, dimana pihak Bank menyediakan seluruh modal dan nasabah sebagai pengelola dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati. 4) Pembiayaan Mudharabah Muqoyyadah Pembiayaan Mudharabah Muqoyyadah merupakan pembiayaan Mudharabah untuk kegiatan usaha yang cakupannya dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah sesuai permintaan pemilik dana. Pembiayaan ini dilakukan antara pemilik modal (Bank) untuk usaha yang ditentukan oleh pemilik modal (Bank) dengan pengelola (Nasabah), dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal untuk dibagi bersama. Dalam akad ini terdapat dua jenis investasi yaitu : a. Mudharabah Muqayyadah yang resiko penempatan dananya ditanggung oleh Bank Syariah Bukopin, dalam hal ini Bank bertindak sebagai executing agent. b. Mudharabah Muqayyadah yang resiko penempatan dananya ditanggung oleh pemilik dana, dalam hal ini Bank bertindak sebagai channelling agent. 5) Pembiayaan iB pinjaman Qardh 60 Pembiayaan iB pinjaman Qardh merupakan pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. 6) Pembiayaan iB Istishna Pembiayaan iB Istishna merupakan pembiayaan suatu barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara Nasabah dan penjual atau pembuat barang. Pemasanan yang dimaksud berupa barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat). 7) Pembiayaan iB Istishna Pararel Pembiayaan iB Istishna Pararel merupakan jual beli dimana Bank (penjual) memesan barang kepada pihak lain (produsen) untuk menyediakan barang sesuai dengan kriteia dan persyaratan tertentu yang telah disepakati nasabah (pembeli) dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Pada pembiayaan ini Bank dapat memberikan pembiayaan kepada nasabah untuk pembelian barang yang dipesan. 8) Pembiayaan iB kepemilikan Mobil Pembiayaan iB kepemilikan Mobil merupakan fasilitas pembiayaan kepemilikan mobil yang menggunakan akad Murabahah, yaitu jual beli barang sebesar harga perolehan ditambah dengan margin yang disepakati 61 oleh penjual dan pembeli. Jual beli yang dilakukan dengan harga pokok dengan margin keuntungan yang disepakati. 9) Pembiayaan iB kepemilikan Rumah Pembiayaan iB kepemilikan Rumah merupakan pembiayaan yang diberikan Bank untuk pembelian atau renovasi rumah tinggal, pembelian rumah susun/apartemen, rumah toko dan/atau rumah kantor berdasarkan harga pokok dengan margin keuntungan yang disepakati. 10) Pembiayaan iB K3A Pembiayaan iB K3A merupakan pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah Bukopin kepada Koperasi Karyawan (kopkar), Koperasi Pegawai, Koperasi Pegawai Negeri (KPN) atau koperasi sejenis lainnya yang diteruskan kepada anggotanya untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 11) Pembiayaan iB KKPA-Relending syariah Pembiayaan iB KKPA- Relending syariah merupakan pembiayaan dengan prinsip syariah dalam bentuk investasi dan modal kerja kepada koperasi primer untuk diteruskan kepada anggotanya, dengan sumber dana berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang dikelola oleh PT. Permodalan Nasional Madani (PNM). 12) Pembiayaan iB Jaminan Tunai 62 Pembiayaan iB Jaminan Tunai merupakan pemberian pembiayaan dengan jaminan cash collateral yang ada di Bank Syariah Bukopin dan diblokir sampai dengan pembiayaan lunas. Pada pembiayaan ini alternatif akad yang digunakan berupa akad yang di sepakati kedua belah pihak. 13) iB pembiayaan Pola Channeling Pembiayaan iB Pola Channeling meliputi: a. Pembiayaan iB Mobil Pola Channeling melalui Multifinance adalah pembiayaan pemilikan kendaraan kepada end user yang dilakukan melalui perusahaan Multifinance yang dapat dilakukan secara pembiayaan bersama (joint financing) atau pembiayaan penuh (full financing). b. Pembiayaan kepada Pensiunan Pola Channeling melalui Koperasi adalah pembiayaan yang diberikan Bank Syariah Bukopin kepada pensiunan atau Janda/Duda (karena penerima pensiun meninggal) yang menerima uang pensiun secara rutin setiap bulannya yang dilakukan melalui koperasi. Pensiunan dimaksud meliputi Pensiunan PNS, TNI/POLRI yang mendapatkan uang pensiun dari Negara. Pada pembiyaan ini jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati dan / atau menggunakan akad pembiayaan lainnya yang sesuai syariah. 14) Pembiayaan iB SiaGa Emas Gadai 63 Pembiayaan iB SiaGa Emas Gadai merupakan produk pembiayaan dimana Bank memberikan fasilitas pinjaman berdasarkan prinsip qardh kepada Nasabah dengan menjaminkan emas. Emas yang diagunkan tersebut akan disimpan dan dipelihara oleh Bank, dan atas pemeliharaan tersebut Bank mengenakan biaya sewa dengan prinsip ijarah. 15) Pembiayaan iB SiAga Pendidikan Pembiayaan iB SiAga Pendidikan merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh Bank kepada masyarakat secara prinsip Ijarah untuk membiayai kebutuhan dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa paket biaya pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. 16) Pembiayaan iB SiAga Pensiun Pembiayaan iB SiAga Pensiun merupakan fasilitas pembiayaan dengan prinsip Murabahah yang diberikan oleh Bank kepada penerima pensiun yang menerima uang pensiun secara rutin setiap bulan dari Negara (APBN). 3. Produk Jasa (Service) Selain produk pendanaan dan pembiayaan Bank Syariah Bukopin juga memberikan produk jasa (Service) yang dapat digunakan nasabah dalam kegiatan usahanya dengan menggunakan layanan jasa yang diberikan. Jasa yang diberikan meliputi: 64 1) Save Deposit Box Save Deposit Box merupakan Fasilitas jasa bagi nasabah untuk menyimpan barang-barang berharga dan dokumen pribadi yang rahasia dengan sistem pengamanan berteknologi modern. 2) Transfer Transfer merupakan Produk jasa yang disediakan Bank Syariah Bukopin untuk memindahkan sejumlah dana atas perintah si pemberi amanat dari Kantor Cabang Bank Syariah Bukopin kepada penerima transfer pada Bank lain atau pemindahan dana dari Bank lain untuk nasabah Bank Syariah Bukopin sebagai penerima. 3) Kliring Kliring merupakan Produk jasa yang disediakan untuk menjembatani tukar-menukar surat berharga (cek, bilyet giro, warkat) yang diterbitkan perbankan antara Bank-Bank yang menjadi anggota kliring, dimana anggota kliring tersebut ditentukan oleh Bank Indonesia. 4) Inkaso Inkaso iB atau Collection merupakan suatu cara penagihan dengan cara mengirimkan dokumen kepada Bank dengan maksud mendapatkan pembayaran atau akseptasi atau berdasarkan syarat-syarat lainnya. Jenis 65 Inkaso iB ada 2 yaitu Clean Collection dan Documentary Collection, yaitu : a. Clean Collection adalah suatu cara penagihan dengan cara hanya mengirimkan dokumen finansial kepada Bank dengan maksud mendapatkan pembayaran atau akseptasi tanpa mensyaratkan dokumendokumen lainnya. b. Documentary Collection adalah suatu cara penagihan yang dilengkapi dengan cara mengirimkan dokumen finansial dan dokumen komersial kepada Bank dengan maksud mendapatkan pembayaran atau akseptasi. 5) RTGS RTGS merupakan suatu sistem transfer dana dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara online antar peserta pertransaksi secara individual, dimana sistem BI-RTGS diselenggarakan Bank Indonesia. 6) Payment Point Payment Point merupakan Fasilitas jasa perbankan yang diberikan kepada nasabah untuk melakukan pembayaran atas tagihan-tagihan yang bersifat rutin. 7) SKBDN iB 66 SKBDN iB merupakan setiap janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis pemohon yang mengikat Bank Pembuka untuk: a. Melakukan pembayaran kepada penerima atau ordernya atau mengaksepnya dan membayar wesel yang ditarik oleh penerima; b. Memberi kuasa kepada Bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atau ordernya atau mengaksep dan membayar wesel yang ditarik oleh penerima atau; c. Memberi kuasa kepada Bank lain untuk menegosiasi wesel yang ditarik oleh penerima 8) Bank Garansi iB Bank Garansi iB merupakan jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh Bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi). 9) Kartu ATM BSB Kartu ATM BSB merupakan Fasilitas layanan kepada nasabah untuk melakukan transaksi perbankan dengan perangkat mesin ATM (Automated Teller Machine) yang dimiliki atau ditunjuk oleh Bank Syariah Bukopin. 10) Hallo BSB 67 Hallo BSB merupakan fasilitas layanan kepada nasabah untuk dalam memberikan layanan informasi dan penanganan perbankan dengan menggunakan perangkat telepon. 11) Cash Management Cash Management merupakan Layanan perbankan elektronis yang memudahkan nasabah dalam melakukan akses inquiry saldo dan transaksi secara Real Time On-Line melalui terminal komputer dari lokasi usaha masing-masing sehingga pengelolaan keuangan menjadi lebih efektif, efisien dan tersentralisasi. 12) Wakaf Uang Wakaf Uang merupakan Wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang yang dapat dikelola secara produktif dan hasilnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan ekonomi umat. 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Marketing Produk Pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin Aktivitas pemasaran diperlukan baik oleh perusahaan yang baru diluncurkan maupun perusahaan yang telah berjalan. Pemasaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu perusahaan karena itu pemasaran selalu memperoleh posisi penting dan dipandang sebagai jantung suatu perusahaan. Tanpa pemasaran, suatu perusahaan akan seperti kehilangan dorongan untuk bertahan dan bersaing yang selanjutnya membawa perusahaan menuju titik kemunduran, bahkan kekalahan dalam persaingan.62 Menururt Alvin, Account Officer pembiayaan di Bank Syariah Bukopin, pemasaran yang baik adalah pemasaran dengan metode canvassing yaitu sebuah proses menawarkan produk serta melakukan kunjungan ke nasabah atau calon nasabah berdasarkan rute yang telah ditetapkan, ini adalah aktivitas yang paling besar kemungkinannya untuk terjadi penjualan, karena saat melakukan kunjungan fisik, maka kita akan mengetahui karakter nasabah, lingkungan maupun orang-orang disekitarnya, dan semua faktor tersebut mendorong terjadinya peluang penjualan. Kemudian adanya referral, atau permintaan link dari saudara, teman, atasan dan lainnya kepada perusahaan atau orang yang membutuhkan pembiayaan. Open table atau pameran di tempat umum. Aktif dalam sosialisasi produk di 62 Serian Wijatno, Pengantar Enterpreunership, h.172. 69 dalam media sosial dan juga masuk dalam media massa sebagai pemberitahuan positif terhadap produk-produk Bank Syariah Bukopin itu sendiri khususnya produk pembiayaan.63 Dalam proses pengenalan produk pembiayaan Bank Syariah Bukopin kepada masyarakat juga memiliki strategi yang biasa digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, yatu dengan memanfaatkan media yang ada seperti televisi, radio, brosur pemasangan spanduk di tempattempat yang strategis dan menjadi sponsor dalam sebuah acara yang diyakini merupakan pasar yang tepat. Dengan demikian dharapkan dapat membentuk citra positif kepada masyarakat terhadap Bank Syariah Bukopin. Strategi pemasaran akan dilakukan bagaimana Bank Syariah Bukopin melakukan segmentasi pasar, penentuan target pasar, positioning, dan diferensiasi. 1. Segmentation (Segmentasi pasar) Pembagian sebuah pasar menjadi kelompok pembeli yang berbeda. Segmentasi pasar dapat dimaksudkan sebgai pembagian-pembagian pasar yang berbeda-beda (heterogen) menjadi kelompok-kelompok pasar yang homogen, dimana setiap kelompoknya bisa ditargetkan untuk memasarkan suatu produk 63 Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin. Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016. 70 sesuai dengan kebutuhan, keinginan, ataupun karakteristik pembeli yang ada di pasar tersebut. a. Segmentasi Demografis Pada segmentasi demografis, variabel yang sering dgunakan adalah umur, jenis kelamis, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, daur hidup keluarga, generasi, etnik, agama, kebangsaan, dan kelas sosial.64 Segmentasi demografis yang dilakukan Bank Syariah Bukopin terhadap produk pembiayaan hanya terbatas pada usia, yaitu usia minimal 20 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan lunas. Selebihnya berhak untuk dapat memanfaatkan produk pembiayaan. Selebihnya berhak untuk dapat memanfaatkan produk pembiayaan. b. Segmentasi Geografis merupkan segmentasi geografis menggunakan variabel seperti propinsi kabupaten, kota, dan densitas populasi. Dalam aspek segmentasi, kebijakan direktur bisnis yang akan mengeluarkan surat keterangan (SK) direksi. Surat keterangan ini berasal dari masukan-masukan Account Officer dan pimpinan cabang, dan bisa juga dari kondisi makro. Surat keterangan tersebut yang nantinya akan menentukan bahwa segmentasi apa saja yang baik dan tidak baik untuk dilakukan, jika ada segmen bisnis baru yang tidak pernah terakomodasi produknya, alias produk tersebut belum ada, maka akan ada divisi pengembangan produk yang membuat produk tersebut, contohnya segmentasi konsumtif ditingkatkan 64 Serian Wijatno, Pengantar Enterpreunership, h.176. 71 terutama umroh, tetapi pembiayaan umroh itu sendiri tidak ada, divisi pengembangan produk yang nanti akan merancang produk tersebut. 2. Targeting (Pangsa Pasar) Proses yang sangat penting karena akan menentukan siapa yang akan membeli produk dari perusahaan. Targeting adalah membidik target market yag telah kita pilih dalam analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang dilakukan harus sesuai dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. Bank Syariah Bukopin memakai targeting marketing pembiayaan dengan mencari nasabah sebagai berikut : a. KW 1, yang artinya pembiayaan nasabah-nasabah yang besar tetapi bukan pemain utama, biasanya usahanya sudah berjalan lebih dari 5 tahun, termasuk 5 besar perusahaan terbaik dibidangnya walaupun bukan yang pertama, pengurus-pengurusnya mempunyai rumah di kawasan elite, manajemen aktif dalam perhimpunan bidang usaha yang dijalani, contohnya developer menjadi anggota Real Estate Indonesia, dan sebagainya. b. diusahakan dengan sangat harus mempunyai fixed asset, sangat menghindari jaminan mesin, mobil, tagihan. Fixed asset ini adalah jaminan untuk menjagajaga jika terjadinya wanprestasi, karena fixed asset nilainya cenderung stabil dibanding mesin yang penurunan nilainya kecil. c. menghindari perusahaan yang secara makro terjadi masalah atau adanya penurunan laba. 72 3. Positioning (Posisi Pasar) Posisi pasar adalah dengan upaya identifikasi, pengembangan, dan komunikasi keunggulan yang bersifat khas serta unik. Dengan demikian, produk dan jasa perusahaan dipersepsikan lebih superior dan khusus (distinctive) dibandingkan dengan produk dan jasa pesaing dalam persepsi konsumen. Positioning yang dilakukan Bank Syariah Bukopin yaitu sebagai berikut : a. Bank Syariah Bukopin yang dapat mengakomodasi kebutuhan nasabah muslim sensasional tanpa harus mengkhawatirkannya dampak riba, maysir, gharar, dan dzalim karena sudah dijamin oleh pihak Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). b. Mempunyai akad-akad yang sangat beragam sesuai dengan kebutuhan nasabah itu sendiri. c. Potensi muslim di Indonesia yang luas untuk mendapatkan edukasi mengenai bank syariah dan digarap agar memiliki antusiasme dalam melakukan kerja sama dengan bank syariah, khususnya Bank Syariah Bukopin, dalam kebutuhan pembiayaan. 4. Diferensiasi Diferensiasi adalah tindakan merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk membedakan tawaran perusahaan dengan tawaran pesaing. Bank 73 Syariah Bukopin mempunyai 2 poin peranan penting terhadap diferensiasi produk yaitu : a. Bank dengan fleksibilitas sistem pembayaran sesuai dengan “business nature” nasabah. Sehingga nasabah dapat mengukur dan mengatur cashflow dengan baik. b. Bank dengan proses yang lebih cepat dari bank konvensional dan bank syariah lainnya. Namun tetap dalam pengamanan yang ketat, baik dari mengamankan bank, agunan, sumber pengembalian nasabah, dan aman dari resiko-resiko lainnya.65 B. Prosedur dan tahapan umum pengajuan pembiayaan pada Bank Syariah Bukopin Pembiayaan Bank Syariah Bukopin adalah pembiayaan Bank kepada nasabah atau badan usaha yang bergerak di berbagai bidang untuk membiayai kebutuhan usahanya melalui pembiayaan modal kerja atau pembiayaan investasi dengan limit bisa sampai dengan enam puluh milyar. Proses pembiayaan yang terfokus serta angsuran tetap selama masa perjanjian hingga jatuh tempo menjadikan keunggulan yang didapatkan guna agar tetap bisa menjalankan bisnis dan usaha secara maksimal. Akad yang digunakan pada Produk Pembiayaan Bank Syariah Bukopin adalah akad murabahah. Pembiayaan murabahah merupakan jual-beli barang pada 65 Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin. Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016. 74 harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini Bank akan melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah keuntungan Bank yang disepakati. Pembiayaan ini dapat digunakan untuk memenuhi usaha modal kerja, investasi atau konsumtif (misalnya kendaraan bermotor, rumah dll) dengan angsuran tetap selama masa perjanjian. Pada aplikasinya Bank Syariah Bukopin tidak memberikan sejumlah dana yang dibutuhkan kepada pihak nasabah, tetapi pihak Bank memberikan kebutuhan yang diinginkan oleh nasabah, hal ini dilakukan untuk mencegahnya sidestreaming yaitu penggunaan dana yang tidak seharusnya digunakan untuk usaha yang lainnya. Atau untuk jual-beli rumah, Bank tidak memberikan sejumlah dana kepada nasabah, tetapi bank membeli rumah tersebut dari pihak developer, lalu memberikan rumah yang sudah dibeli kepada pihak nasabah tergantung dari margin yang ditetapkan di awal akad.66 Adapun perbedaan antara murabahah dengan kredit konvensional adalah sebagai berikut :67 a. Prinsip yang digunakan murabahah adalah akad jual beli sedangkan prinsip dasar yang digunakan kredit konvensional adalah akad pinjam meminjam. b. Dalam praktek pembiayaan murabahah, hubungan antara Bank Syariah dan nasabahnya adalah penjual dan pembeli, sedangkan pada praktek kredit 66 Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin. Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016. 67 Ahmad Ghazali, Serba-serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita, (Jakarta: Media Komputindo, 2005). 75 konvensional, hubungan antara pihak Bank Konvensional dengan nasabahnya adalah kreditur dan debitur. c. Dalam murabahah hanya menghendaki satu harga dan tidak tergantung dengan jangka waktu pembayaran, sedangkan dalam kredit konvensional mengharuskan adanya perbedaan pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Semakin lama waktu pembayaran semakin besar jumlah tanggungan yang harus dibayar. d. Keuntungan dalam praktek murabahah berbentuk margin penjualan yang didalamnya sudah termasuk harga jual. Sedangkan keuntungan pada kredit konvensional didasarkan pada tingkat suku bunga. Nasabah yang mendapatkan kredit dari bank konvensional dibebani kewajiban membayar cicilan beserta bunga pinjaman sekaligus. 1. Prosedur dan Tahapan Umum Pengajuan Pembiayaan Bank Syariah Bukopin Prosedur pengajuan Pembiayaan di Bank Syariah Bukopin adalah sebagai berikut :68 Tahapan pertama a. Nasabah datang ke Bank Syariah Bukopin untuk mengajukan permohonan pembiayaan. Pihak administrasi akan melakukan pengecekan terhadap kelengkapan persyaratan yang telah diserahkan nasabah. 68 Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin. Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016. 76 b. Setelah persyaratan terpenuhi, bagian pelaksana akan melakukan analisis secara administratif dan akan dilakukan survey langsung ke lapangan untuk memastikan data yang telah didapat. c. BI Checking. BI Checking dilakukan untuk melihat karakter nasabah dan riwayat nya dalam perbankan, apakah ada kendala semasa nasabah melakukan pembiayaan pada bank lain dan macet, jika ada, harus cari tahu lagi kenapa bisa seperti itu dan memilih apakah nasabah tersebut menjadi calon pembiayaan untuk kedepannya atau tidak. d. Analisis Yuridis. Melakukan analisis yuridis, menganalisis aspek hukumnya, baik dari orangnya, subjek hukum, dan agunannya sebagai objek hukumnya untuk melihat ada atau tidaknya sengketa terhadap objek yang akan diagunkan. Divisi legal yang akan melakukan analisis ini dan hasilnya diberikan kepada pihak marketing. e. Taksasi. Tim legal akan datang ke tampat agunan untuk menilai, memfoto objek, dan mencari nilai perbandingan agunan tersebut. f. Trade Checking. Trade checking yang dimaksud adalah melakukan pengecekan kepada perusahaan yang akan melakukan pembiayaan, hal ini dilakukan untuk mencegahnya virtual office dimana kantor tersebut hanyalah sewaan dan bukan pemilik dari kantor itu sendiri. Tahapan Kedua 77 g. Analisis pembiayaan. Analisis keuangan menjadi indikator yang pertama, bahwa mampu atau tidak nasabah untuk membayar angsuran yang akan ditetapkan selama pembiayaan dilakukan. h. Kondisi makro. Mencari tahu sektor-sektor pembiayaan apa saja yang dijadikan posisi untuk melakukan suatu pembiayaan dan juga mana saja yang harus ditahan dahulu, untuk mencegahnya pembiayaan yang dilakukan jangka panjang, dan bisa mencegah tidak lancarnya pembiayaan yang dilakukan. i. Modal. Harus dilihat kesanggupan modal dari pihak nasabah, karena kita sebagai pihak Bank tidak tahu pastinya kapan akan terjadinya krisis dan apakah modal tersebut bisa menyelamatkan dari turbulensi-turbulensi ekonomi yang akan dihadapkan kedepannya. Tahapan Ketiga j. Komite. Komite mempunyai tiga peserta, ketua, anggota satu, dan anggota dua. Pihak marketing mempresentasikan hasil analisis yang sudah dilakukan dan juga harus mematuhi dua syarat sebelum melakukan komite. Yaitu sudah lolos dari syariah compliance atau kepatuhan dan juga manajemen resiko. Komite punya kendali untuk menolak atau tidak nya pembiayaan yang dilakukan tergantung dari hasil dan data marketing yang sudah dipresentasikan. Ada limit-limit untuk komite itu sendiri, sampai satu milyar, komite bisa dilakukan di kantor cabang, sampai dengan lima belas milyar akan dilakukan lagi komite bersama direktur bisnis, sampai dengan tiga puluh milyar harus 78 mempresentasikan hasil nya kembali kepada direktur utama, dan jika lebih dari itu harus mempresentasikan lagi kepada pihak komisaris. Tahapan Keempat k. Akad. Didepan notaris melakukan akad pembiayaan dan pengikatan agunan. l. OL (offering letter). Surat persetujuan yang akan diberikan ke nasabah, OL didapat dari hasil komite yang dilakukan sebelum akad, didalamnya berisi poin-poin atau syarat yang harus dipenuhi oleh pihak nasabah untuk melancarkan proses pembiayaan, waktu yang diberikan biasanya sampai dengan satu bulan. m. Dropping. Mengartikan bahwa uangnya dicairkan. Dalam Bank Syariah Bukopin, bukan uang yang akan diterim oleh nasabah tetapi disesuaikan dengan kebutuhan nasabah itu sendiri, mencegah akan ada nya side streaming dimana penggunaan dana yang seharusnya tidak digunakan untuk usaha yang lainnya. 79 Gambar 4.1 Prosedur dan Tahapan Umum Pengajuan Pembiayaan Bank Syariah Bukopin Nasabah datang ke Bank untuk mengajukan permohonan pembiayaan Nasabah menyerahkan kelengkapan data dan persyaratan yang dibutuhkan Tiga data yang harus ada yaitu identitas, keuangan, dan agunan Dilakukannya analisis keuangan, makro, dan modal untuk memperkuat data Limit pembiayaan lebih dari limabelas milyar, harus mengadakan komite lagi dengan direktur bisnis, lebih dari tigapuluh milyar komite dengan direktur utama dan lebih dari itu harus mengadakan komite dengan komisaris Komite yang dilakukan bertujuan untuk menyetujui atau tidaknya pembiayaan yang akan dilakukan Bank melakukan analisis terhadap nasabah yang akan melakukan pembiayaan Empat analisis yang dilakukan bank (divisi legal) yaitu BI Checking, analisis yuridis, taksasi dan trade checking Melakukan akad pembiayaan dan agunan, pemberian OL kepada nasabah jika ada syarat yang masih dibutuhkan sebelum pencairan, dan dropping yang artinya pembiayaan sudah dilaksanakan 80 2. Persyaratan Umum Pembiayaan Murabahah Bank Syariah Bukopin Dalam pembiayaan murabahah Bank Syariah Bukopin terdapat dua kriteria calon nasabah yang dapat mengajukan pembiayaan, pertama dengan sumber pembayaran berasal dari gaji atau penghasilan tetap yang didapat setiap bulannya. Kedua, nasabah yang sumber pembayaran berasal dari udaha yang dikelolanya sendiri. Persyaratan umum pembiayaan murabahah Bank Syariah Bukopin adalah sebagai berikut : a. Persyaratan pengajuan pembiayaan murabahah bagi pegawai atau karyawan : 1) Status pegawai tetap dengan masa dinas minimal dua tahun. 2) Usia Minimal 20 tahun pada saat pengajuan dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo fasilitas pembiayaan. 3) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi. 4) Hasil BI checking tidak termasuk dengan kategori pembiayaan non lancar. Adapun kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi saat nasabah ingin melakukan pembiayaan murabahah di Bank Syariah Bukopin adalah : 1) Fotokopi KTP, kartu keluarga, surat nikah pemohon dan suami atau istri. 2) Slip gaji dan rekening tabungan minimal 4 bulan terakhir. 81 3) SK pengangkatan pertama dan terakhir 4) NPWP 5) Jaminan : Fix Asset b. Persyaratan pengajuan pembiayaan murabahah bagi wiraswasta : 1) Usaha telah berjalan minimal 1 tahun. 2) Rumah tempat tinggal milik sendiri atau keluarga. 3) Usia minimal 20 tahun. Maksimal usia 55 tahun saat pembiayaan lunas. 4) Memiliki rencana usaha dan peruntukan pembiayaan yang jelas, tercatat dan terdokumentasi. 5) Hasil BI checking tidak termasuk dalam kategori pembiayaan non lancar. Adapun kelengkapan dokumen yang harus dipenuhi saat nasabah ingin mengajukan pembiayaan murabahah di Bank Syariah Bukopin adalah : 1) Fotokopi KTP, kartu keluarga, surat nikah pemohon dan suami atau istri. 2) Pas foto terbaru 3x4 pemohon dan suami atau istri. 3) Surat keterangan usaha (SKU) dan rekening tabungan 4 bulan terakhir 4) Jaminan : Fix asset. 82 C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Yang Di Hadapi Bank Syariah Bukopin Dalam Memasarkan Produk Pembiayaan Sistem ekonomi syariah yang saat ini dilihat oleh masyarakat masih banyak menuai masalah dan membuat laju berkembangnya pertumbuhan ekonomi syariah terpantau lambat. Bank Syariah Bukopin selaku lembaga yang menggunakan sistem ekonomi syariah juga belum bisa mengoptimalisasikan pemanfaatan peluang demi mendapatkan pasar yang lebih besar. Terlihat pada minimnya nasabah yang masih jarang untuk menabung di bank syariah, juga belum paham nya para masyarakat akan eksistensi bank syariah itu sendiri beserta produk-produknya. Dalam lembaga bank syariah, yang khusus nya masih sangat berkembang saat ini, tentu nya ada faktor-faktor pendukung dan penghambat yang berperan penting dalam berjalan dan tumbuhnya kegiatan usaha yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut:69 a. Faktor Pendukung : 1. Lokasi yang strategis, memudahkan para nasabah dan calon nasabah untuk bertransaksi. 2. Memiliki standar operasional (SOP) 3. Adanya training bulanan yang di fokuskan untuk terus mengasah kemampuan para marketing agar tetap dalam kondisi yang prima. 69 Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin. Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016. 83 4. Evaluasi mingguan yang diadakan untuk mengetahui sejauh mana progress para marketing dan mengetahui apa planning marketing kedepannya agar mempunyai pencapaian yang maksimal. b. Faktor Penghambat : 1. Kurangnya pengetahuan para masyarakat dalam mengetahui dan memahami apa itu bank syariah beserta produk-produk nya yang berindikasi akan membuat lambatnya pertumbuhan ekonomi syariah itu sendiri. 2. Tingkat kepercayaan masyarakat yang masih kurang terhadap bank syariah, sehingga masyarakat tetap memilih bank konvensional sebagai akses untuk transaksi juga berpandangan bahwa lebih mendapat keuntungan besar dibandingkan dengan bank syariah. 3. Margin yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Bukopin sendiri terlihat cukup besar dibandingkan bank konvensional, berdampak susah nya mencari nasabah dan banyak nasabah yang melakukan take over, di awal melakukan pembiayaan di bank konvensional, tahun berikutnya take over ke bank syariah yang berdampak sistem murabahah menjadi terhambat dan adanya hambatan dalam melakukan pembiayaan. 4. Jaminan yang diagunkan adalah Fix Asset dan belum adanya pengecualian. 5. Setelah dianalisa oleh Bank Syariah Bukopin, ternyata calon nasabah tidak memiliki usaha yang dimaksudkan oleh calon nasabah itu sendiri, atau tempat berkerja yang dimaksud (virtual office). 84 Untuk menyelesaikan faktor-faktor penghambat yang dihadapi oleh Bank Syariah Bukopin cabang Melawai, upaya yang dilakukan adalah :70 1. Memberikan edukasi kepada nasabah maupun calon nasabah tentang apa itu bank syariah, bagaimana konsep, mekanisme, serta aplikasi juga produk dan akad yang ada pada Bank Syariah Bukopin. 2. Diberikannya pemahaman kenapa harus fix asset guna untuk melancarkannya pembiayaan yang dilakukan, jika barang pribadi tersebut disita karena ada macet dalam suatu pembiayaan, pastinya akan menimbulkan rasa malu terhadap diri sendiri, keluarga, serta rekan-rekannya, membuat nasabah itu sendiri untuk selalu fokus dan sungguh-sungguh dalam melakukan suatu pembiayaan. 3. Selalu dilakukannya survey langsung ke lapangan terhadap usaha maupun tempat calon nasabah sebelum realisasi nya pembiayaan. 70 Alvin Prasetyo, Strategi Marketing Produk Pembiayaan Pada Bank Syariah Bukopin. Wawancara Pribadi, Melawai, 1 September 2016. 85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Dalam memasarkan produk pembiayaan kepada masyarakat, Bank Syariah Bukopin menggunakan metode canvassing yaitu sebuah proses menawarkan produk serta melakukan kunjungan ke nasabah atau calon nasabah berdasarkan rute yang telah ditetapkan, ini adalah aktivitas yang paling besar kemungkinannya untuk terjadi penjualan, karena saat melakukan kunjungan fisik, maka kita akan mengetahui karakter nasabah, lingkungan maupun orangorang disekitarnya, dan semua faktor tersebut mendorong terjadinya peluang penjualan. Kemudian adanya referral, atau permintaan link dari saudara, teman, atasan dan lainnya kepada perusahaan atau orang yang membutuhkan pembiayaan. Open table atau pameran di tempat umum. Aktif dalam sosialisasi produk di dalam media sosial dan juga masuk dalam media massa sebagai pemberitahuan positif terhadap produk-produk Bank Syariah Bukopin itu sendiri khususnya produk pembiayaan. Dalam proses pengenalan produk pembiayaan Bank Syariah Bukopin kepada masyarakat juga memiliki strategi yang biasa digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, yatu dengan memanfaatkan media yang ada seperti televisi, radio, brosur pemasangan 86 spanduk di tempat-tempat yang strategis dan menjadi sponsor dalam sebuah acara yang diyakini merupakan pasar yang tepat. Dengan demikian dharapkan dapat membentuk citra positif kepada masyarakat terhadap Bank Syariah Bukopin. 2. Strategi yang digunakan oleh Bank Syariah Bukopin untuk mengembangkan dan memasarkan produk pembiayaan adalah dengan menggunakan metode STPD, yaitu yang meliputi segmentasi, targeting, positioning, dan diferensiasi, dalam hal ini produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Bukopin adalah produk pembiayaan murabahah. Bank Syariah Bukopin melakukan promosi produk pembiayaan melalui pertama dengan periklanan dengan menggunakan brosur, iklan majalah, dan spanduk di media cetak atau elektronik, kedua publisitas yaitu promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan kepada para calon nasabah, ketiga penjualan pribadi yaitu promosi yang dilakukan oleh karyawan Bank Syariah Bukopin. 3. Pembiayaan murabahah Bank Syariah Bukopin adalah pembiayaan yang merupakan jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini Bank akan melakukan pembelian atau pemesanan barang sesuai permintaan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah sebesar harga beli ditambah keuntungan Bank yang disepakati. Pembiayaan ini dapat digunakan untuk memenuhi usaha modal kerja, investasi atau konsumtif (misalnya kendaraan bermotor, rumah dll) dengan angsuran tetap selama masa perjanjian. Implikasi dari akad murabahah sendiri mengharuskan adanya penjual, pembeli, dan barang yang akan dijual. Dan kita ketahui, dalam akad 87 murabahah fungsi bank adalah sebagai penjual barang untuk kepentingan nasabah, dengan cara membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga jual yang sepadan dengan harga beli ditambah keuntungan bank dan bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang berikut biaya yang diperlukan serta menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah. Pada aplikasinya Bank Syariah Bukopin tidak memberikan sejumlah dana yang dibutuhkan kepada pihak nasabah, tetapi pihak Bank memberikan kebutuhan yang diinginkan oleh nasabah, hal ini dilakukan untuk mencegahnya side-streaming yaitu penggunaan dana yang tidak seharusnya digunakan untuk usaha yang lainnya. 4. Secara garis besar ada 4 tahapan yang harus dilakukan nasabah dan pihak marketing ketika mengajukan pembiayaan di Bank Syariah Bukopin, diantaranya : a. Tahapan Pertama Dalam tahap ini nasabah akan melakukan permohonan pengajuan pembiayaan dan mengajukan jumlah pembiayaan yang diinginkan kepada Bank Syariah Bukopin. Setelah pengisin aplikasi peromohonan, maka selanjutnya nasabah akan mengumpulkan kelengkapan dan persyaratan pembiayaan warung mikro, setelah persyaratan terpenuhi, bagian pelaksana akan melakukan analisis secara administratif dan akan dilakukan survey langsung ke lapangan untuk memastikan data yang telah didapat. 88 b. Tahapan Kedua Tahap kedua yang dilakukan oleh pihak marketing pembiayaan mencakup analisa pembiayaan, kondisi makro, dan modal. Analisis pembiayaan. Analisis keuangan menjadi indikator yang pertama, bahwa mampu atau tidak nasabah untuk membayar angsuran yang akan ditetapkan selama pembiayaan dilakukan. Kondisi makro. Mencari tahu sektor-sektor pembiayaan apa saja yang dijadikan posisi untuk melakukan suatu pembiayaan dan juga mana saja yang harus ditahan dahulu, untuk mencegahnya pembiayaan yang dilakukan jangka panjang, dan bisa mencegah tidak lancarnya pembiayaan yang dilakukan. Ketiga yaitu modal. Harus dilihat kesanggupan modal dari pihak nasabah, karena kita sebagai pihak Bank tidak tahu pastinya kapan akan terjadinya krisis dan apakah modal tersebut bisa menyelamatkan dari turbulensi-turbulensi ekonomi yang akan dihadapkan kedepannya. c. Tahapan Ketiga Tahap presentasi hasil analisa yaitu komite. Komite mempunyai tiga peserta, ketua, anggota satu, dan anggota dua. Pihak marketing mempresentasikan hasil analisis yang sudah dilakukan dan juga harus mematuhi dua syarat sebelum melakukan komite. Yaitu sudah lolos dari syariah compliance atau kepatuhan dan juga manajemen resiko. Komite punya kendali untuk menolak atau tidak nya pembiayaan yang dilakukan tergantung dari hasil dan data marketing yang sudah dipresentasikan. Ada limit-limit untuk komite itu sendiri, sampai satu milyar, komite bisa dilakukan di kantor cabang, sampai dengan lima belas 89 milyar akan dilakukan lagi komite bersama direktur bisnis, sampai dengan tiga puluh milyar harus mempresentasikan hasil nya kembali kepada direktur utama, dan jika lebih dari itu harus mempresentasikan lagi kepada pihak komisaris. d. Tahapan Keempat Tahap akad sekaligus pencairan. Akad didepan notaris melakukan akad pembiayaan dan pengikatan agunan. Dilanjutkan dengan OL (offering letter). Surat persetujuan yang akan diberikan ke nasabah, OL didapat dari hasil komite yang dilakukan sebelum akad, didalamnya berisi poin-poin atau syarat yang harus dipenuhi oleh pihak nasabah untuk melancarkan proses pembiayaan, waktu yang diberikan biasanya sampai dengan satu bulan. Terakhir yaitu dropping, Mengartikan bahwa uangnya dicairkan. Dalam Bank Syariah Bukopin, bukan uang yang akan diterim oleh nasabah tetapi disesuaikan dengan kebutuhan nasabah itu sendiri, mencegah akan ada nya side streaming dimana penggunaan dana yang seharusnya tidak digunakan untuk usaha yang lainnya. 5. Dalam memasarkan produk pembiayaan Bank Syariah Bukopin kepada calon nasabah, bank juga memiliki kendala-kendala yang dihadapi. Kendala yang dihadapi yaitu pertama kurangnya pengetahuan para masyarakat dalam mengetahui dan memahami apa itu Bank Syariah beserta produk-produk nya yang berindikasi akan membuat lambatnya pertumbuhan ekonomi syariah itu sendiri. Kedua tingkat kepercayaan masyarakat yang masih kurang terhadap 90 bank syariah, sehingga masyarakat tetap memilih bank konvensional sebagai akses untuk transaksi juga berpandangan bahwa lebih mendapat keuntungan besar dibandingkan dengan bank syariah. Ketiga margin yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Bukopin sendiri terlihat cukup besar dibandingkan bank konvensional, berdampak susah nya mencari nasabah dan banyak nasabah yang melakukan take over, di awal melakukan pembiayaan di bank konvensional, tahun berikutnya take over ke bank syariah yang berdampak sistem murabahah menjadi terhambat dan adanya hambatan dalam melakukan pembiayaan. Keempat jaminan yang diagunkan adalah Fix Asset dan belum adanya pengecualian. Kelima setelah dianalisa oleh Bank Syariah Bukopin, ternyata calon nasabah tidak memiliki usaha yang dimaksudkan oleh calon nasabah itu sendiri, atau tempat berkerja yang dimaksud (virtual office). 6. Untuk menyelesaikan kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank Syariah Bukopin, upaya yang dilakukan adalah memberikan edukasi kepada nasabah maupun calon nasabah tentang apa itu Bank Syariah, bagaimana konsep, mekanisme, serta aplikasi juga produk dan akad yang ada pada Bank Syariah Bukopin. Diberikannya pemahaman kenapa harus fix asset guna untuk melancarkannya pembiayaan yang dilakukan, jika barang pribadi tersebut disita karena ada macet dalam suatu pembiayaan, pastinya akan menimbulkan rasa malu terhadap diri sendiri, keluarga, serta rekan-rekannya, membuat nasabah itu sendiri untuk selalu fokus dan sungguh-sungguh dalam melakukan suatu pembiayaan. Selalu dilakukannya survey langsung ke lapangan terhadap usaha maupun tempat calon nasabah sebelum realisasi nya pembiayaan. 91 B. Saran-saran . Berdasarkan kesimpulan yang ada diatas, penulis memberikan masukan dan saran kepada Bank Syariah Bukopin yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan kedepannya yaitu : 1. Bank Syariah Bukopin harus lebih sering lagi mensosialisasikan produk pembiayaan kepada masyarakat dan pengusaha-pengusaha, karena dengan berkembangnya laju ekonomi suatu masyarakat ataupun perusahaan, dapat berimbas pada naiknya presentase perekonomian dan bertumbuhnya kesejahteraan masyarakat dan perusahaan tersebut. 2. Adanya keringanan margin yang diberikan agar daya saing dengan bank konvensional lebih kompetitif juga mendapat lebih banyak lagi nasabah kedepannya, juga lebih fleksibel dalam jaminan yang diberikan, tidak selalu diharuskan dalam bentuk fixed asset. 3. Adanya perubahan dari segi kualitas SDM yang memiliki potensi dibidangnya, dan selalu adanya training bulanan agar para pihak marketing selalu fokus terhadap pencapaian-pencapaiannya. 4. Evaluasi juga perlu dilakukan dengan mendengarkan masukan yang diberikan oleh para nasabah sebagai upaya untuk membangun hubungan kekerabatan silahturahmi antara pihak Bank Syariah Bukopin dengan nasabahnya. Hal ini membuat image positif sekaligus bagian dari sosialisasi pemahaman, pengetahuan, dan pengenalan produk. 92 DAFTAR PUSTAKA Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan Buku Jumhana, Muhammad. hukum perbankan di indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Alvan Nurul, Hidayat. Segmentasi, Targeting, dan positioning. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Amir, M.Taufiq. dinamika pemasaran, jelajahi dan rasakan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Purwadi, Budi. riset pemasaran, implementasi dalam bauran pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grasindo. Moleong, J. Lexy. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 2010. Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cet. Ke 6 Burhan, Bungin. Penelitan Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2010. Cet. Ke 4 Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. 93 Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Dalam Islam Abad 21. Bandung: Mizan, 1996 Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM. kamus istilah Manajemen. Jakarta: Balai Aksara, cet Ke 2 David, Fre R. Manajemen Strategi Konsep-Konsep. Jakarta: Indeks, 2004. cet ke 9 Kotler, Phillip. Marketing Management.New Jersey :Prentice Hall, 2000 Kotler, Phillip dan AB Susanto. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2000 Antonio, M. Syafi’i Bank Syariah dari teori ke Praktek. Jakarta: Gema insani Press, 2004 Muhammad. Manajamen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005 Nawawi, Hadari. Manajemen Strategik, Organisasi Non Prifit bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003. Cet 2 Steiner, George. A dan John B. Miner. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: Erlangga, 1997. Edisi ke 2 Kertajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir Sula. Syari’ah Marketing. Jakarta: Mizan, 2006 Kotler, Philip dan Paul N. Blomm. Teknik dan Strategi Pemasaran Jasa Profesional. Jakarta: Intermedia, 1995 Kotler, Philip dan Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 1997. Edisi ke-2 94 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta: PT Prenhalindo, 2002 Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah dari teori ke Praktek. Jakarta: Gema insani Press, 2004 Daeng Naja, Hasanudin Rahman. Hukum Kredit dan Bank Garansi (The Bankers Hand Book). Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005 Tim Asistensi Pengembangan LKS Bank Muamalat. Perbankan Syariah: Perspektif Praktis. Jakarta: Muamalat Institute, 1999 PSAK Tahun 2007 No.106 Paragraf 4 Antonio, M. Syafi’i. Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan. Jakarta: BI dan Tazkia Institute, 1999 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy. Koleksi Hadis-hadis Hukum. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001. Jilid 7 Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia, 2003 Zulkifli, Sumarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2003 PSAK 102 Akuntansi Murabahah per Januari 2015. Ikatan Akuntansi Indonesia Muhammad bin Mukarram ibn Mazhur al-Ifriqi al-Mishri. Lisan Al-Arab. Beirut: Darul Lisan al-Arab 95 Al-Zuhailiy, Wahbah. al-Fiqih al-Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar al Fikr, 1989 Suhendi, H. Hendi. Fiqh muamalah. Jakarta: PT. Grafindo persada, 2000 Zuhdi, Masyfuk. Masail fiqhiyah. Jakarta: CV. Haji masagung, 1997 Ascaya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Induction Training. Bank Syariah Bukopin. Jakarta. 2014 Ghazali, Ahmad. Serba-serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita. Jakarta: Media Komputindo, 2005 Wijatno, Serian. Pengantar Enterpreunership. Artikel Riyanto. BankSyariah Bukopin tekan NPF, (http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/15/08/28/ntsboe50-banksyariah-bukopin-tekan-npf. Diakses 11 Januari 2016). Sholikah, Binti. Ekonomi Syariah, (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariahekonomi/15/08/26/ntoxc2349-bsb-targetkan-npf-di-bawah-3-persen-pada-2015. Diakses 11 Januari 2016). Kabo, Muslim. Dunia Ekonomi. (http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/nonperforming-financing-npf.html. Diakses pada tanggal 11 Januari 2016) 96 Apriyani. Beyond Banking & Money Business. (http://infobanknews.com/ekonomi-melambat-npf-bank-umum-syariah-melonjak/. Diakses pada tanggal 11 Januari 2016) Az-Zahra, Aish. Musyarakah. (http://aishkhuw.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2016) Belajar bisnis online dan offline sesuai Syariah. (http://www.muhammadhafizh.com/pengertian-murabahah/. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016) Bank Syariah Bukopin Sejarah Singkat Bank Syariah Bukopin. (https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Bukopin. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016) Profil perusahaan. (http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profilperusahaan. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016) Annual Report 2014 pdf. (http://www.syariahbukopin.co.id/public/uploads/report/AR_2009.pdf. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016) Hasil Wawancara Narasumber : Alvin Prasetyo Jabatan : Account Officer pembiayaan Hari/tanggal : 6 September 2016 Tempat : Kantor Bank Syariah Bukopin cabang melawai, Jl Melawai Raya No. 5 Jakarta selatan 12160 Waktu : 09.00 WIB s.d selesai 1. Bagaimana struktur organisasi Bank Syariah Bukopin dalam marketing pembiayaan? Di bank konvensional biasa disebut kredit, dan di bank syariah biasa disebut divisi bisnis, divisi bisnis dibagi menjadi dua yaitu pembiayaan dan pendanaan. Disitu pula ada supervisi, baru ada supervisi pendanaan manajer nya, untuk pembiayaan belum ada di Bank Syariah Bukopin cabang melawai. Dibawah pembiayaan ada AO atau biasa disebut Account Officer. Account Officer dibagi menjadi dua yaitu AO pembiayaan dan AO bank garansi. 2. Bagaimana mekanisme pembiayaan murbahah di bank syariah bukopin? Untuk murabahah yg pertama harus ada surat. Dari alur administrasi, nasabah harus membuat surat permohonan ke Bank Syariah Bukopin, diberitahukan ke kita apa yang dibutuhkan oleh pihak nasabah. Yang kedua surat penawaran, surat ini dari pihak penjual, entah dari dealer, pemilik rumah, developer dalam bentuk lampiran, nanti di proses oleh bank. Harus juga sesuai dengan line business bank, terkadang ada sektor-sektor yang kita tidak ambil di tahun itu dan ada pula yang kita ambil. Jika sudah diambil dan diterima, nasabah harus mengumpulkan tiga data inti yang harus ada. Pertama identitas, yang kedua keuangan, dan yg ketiga agunan. Identitas untuk perorangan berupa KTP, kalo sudah menikah harus ada surat nikah, NPWP, surat keterangan kerja, surat keterangan jabatan (jika punya jabatan). Untuk keuangan perorangan yaitu slip gaji empat bulan terakhir, fotokopi rekening koran. Kenapa kita mengindikatorkan empat bulan minimal, terkadang ada nasabah nakal yang sudah mempersiapkan uang untuk empat bulan yang sudah diputar untuk kepentingan usahanya, oleh karena itu semakin jauh rentangnya semakin bagus. Untuk agunan berarti barang yang diagunkan, Bank Syariah Bukopin tidak menerima agunan dalam bentuk mobil atau mesin, kita menekankan kepada fix asset. Untuk perusahaan beda lagi identitasnya sesuai dengan aspek nya, contohnya pelayaran dibutuhkan izin pelayaran, izin perkapalan, itu juga kita lihat sesuai dengan jenis usahanya, tidak semua identitas disamakan. Balik lagi ke bank, bank akan menganalisis seluruh identitas yang dikasih ke kita, hal pertama yang akan kita lakukan adalah BI Checking, kita akan cek karakternya dia, selama ini dia punya riwayat sama perbankan atau tidak, punya historikal nunggak atau tidak, jika iya, kita harus cari tau alasannya, kenapa nunggak, apa kita mau ambil resiko menjadikan orang tersebut sebagai nasabah kita, jika dilihat dari bank lain aja udah nunggak. Kedua anyur atau analisis yuridis, ini kita analisis aspek hukumnya, baik dari orangnya, subjek hukum, dan agunannya sebagai objek hukumnya, kira-kira ada sengketa atau tidak. Untuk anyur bukan pihak marketing yang menganalisis tapi ada divisi legal yang melakukan analisis tersebut dan hasilnya diberikan ke AO. Ketiga yaitu taksasi. Tim legal akan datang ke tempat agunan untuk dinilai, difoto, dicari nilai perbandingannya. Keempat trade checking, disini kita akan mengecek ke perusahaannya, pernah ada satu kasus yang dimana kantor nya itu sewaan, pas pihak bank datang dan masih dalam proses terlihat seperti kehidupan kantor, sehabis pencairan dan waktu penagihan tidak ada kewajiban nasabah untuk membayar, diusut dan ke tempat kantor nya ternyata sudah tidak ada dan hanya kantor sewaan. Ini fungsi dari trade checking untuk memastikan bahwa nasabah perusahaan tersebut bukan virtual office. Ini merupakan step pertama untuk ke analisis pembiayaan, kalo sudah terlihat tidak bagus di hasilnya, sangat boleh untuk ditinggalkan. Step kedua yaitu analisis pembiayaan. Analisis keuangan jadi indikator yang pertama, bahwa mampu atau tidak si nasabah untuk membayar angsuran yang akan ditetapkan selaku pembiayaan dilakukan. Kedua kondisi makro, keuangan dilihat dari posisi neraca dua tahun terakhir, kita harus cari tahu sektor-sektor pembiayaan mana saja yang bisa kita jadikan posisi untuk diberikannya pembiayaan dan juga yang mana saja yang mungkin harus di tahan di tahun itu atau ditunda terlebih dahulu. Walaupun di analisis keuangan sudah bagus tapi di makro tidak, bisa bahaya untuk kedepannya karena pembiayaan yang dilakukan umumnya berjalan satu sampai limabelas tahun. Yang ketiga modal, kita musti lihat kesanggupan modal yang dimiliki oleh nasabah, kita tidak tahu beberapa tahun kedepannya akan ada krisis apa yang mengakibatkan perekonomian terganggu, disitu kita lihat modalnya, kirakira modal usahanya cukup tidak untuk mengcover turbulensi usaha atau bisnis di Indonesia. Idealnya jika semua step kedua dinyatakan positif, terbilang bisa untuk diberikan pembiayaan, tetapi di lapangan terkadang ada poin yang hilang, entah dari keuangan, makro, atau modal, disitu analisis marketing dipergunakan serta masukan dari pihak-pihak komite juga syarat yang dikeluarkan untuk menentukan lolosnya pembiayaan tersebut diberikan atau tidaknya. Masuk ke step tiga, yaitu komite pembiayaan, komite mempunya tiga peserta, ada ketua, anggota satu dan anggota dua. AO sebagai pihak marketing akan mempresentasikan hasil yang sudah dilakukan selama proses analisis berlangsung, ada dua syarat yang harus dilakukan sebelum komite, yang pertama opini kepatuhan, yang kedua manajemen resiko, dua divisi tersebut akan memberikan opini apakah ada pelanggaran kepatuhan atau mempunya berbagai resiko, jika di divisi legal hanya sebatas mengecek hukum nasabah dan agunannya, divisi kepatuhan secara keseluruhan. Masuk ke komite meeting , disinilah sidang sesungguhnya dalam sebuah komite, ketiga orang komite akan mempertanyakan semua analisis ditambah opini (kepatuhan dan manajemen resiko) yang sudah di proses oleh pihak AO, pihak AO selaku marketing harus tahu semua jawaban tersebut karena dia sendiri yang memproses nasabah nya. Komite punya kendali untuk menolak atau tidaknya pembiayaan yang akan diberikan tergantung dari hasil presentasi yang diberikan oleh pihak AO sewaktu komite meeting. Ada limit limit untuk pembiayaan yang akan diberikan itu sendiri. Untuk direktur bisnis limitnya limabelas milyar, sampai dengan tigapuluh milyar itu direktur utama, diatas tigapuluh keatas harus ada persetujuan komisaris. jika limit normal sudah lebih dari yang akan diberikan, maka harus presentasi lagi ke direktur bisnis selepas dari komite meeting. Akan ada pertimbangan tersendiri dari direktur bisnis karena pengalaman mereka. Walaupun di komite meeting diputus untuk melakukan pembiayaan, tetapi direksi bisnis melihat ada argumen atau opini yang kurang pas juga melihat kondisi nasabah, memungkinkan untuk ditolaknya pembiayaan. Dan jika limit nya ini masi diatas limit direktur bisnis, kita masih harus presentasi lagi ke direktur utama. Direktur utama pun punya limit, dan jika pembiayaan yang diberikan melebihi limit dirut maka, harus presentasi lagi ke komisaris. Semakin besar limit pembiayaan maka semakin besar juga resiko yang akan diterima, karena itu ada proses struktural yang terlibat agar terjadinya suatu pembiayaan. step selanjutnya yaitu akad, didepan notaris melakukan akad perjanjian pembiayaan dan akad pengikatan agunan, jadi ada dua akad, pembiayaan dan agunan. Sehabis akad dilanjutkan dengan OL atau offering letter, surat persetujuan yang akan diberikan ke nasabah, OL didapat dari hasil komite yang dilakukan sebelum melakukan akad, akan ada poin-poin dan syarat dimana nasabah harus melengkapi beberapa hal yang dibutuhkan pihak bank untuk melancarkan proses pembiayaan. Nasabah punya waktu satu bulan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan, Jika nasabah tidak setuju, memungkinkan untuk batalnya pembiayaan. Selanjutnya adalah dropping, yang artinya uangnya dicairkan, dalam bank syariah bukan uang yang akan diterima oleh nasabah tapi tergantung disesuaikan dengan kebutuhannya, kalo beli rumah, kita transfer ke penjual bukan ke pihak nasabah, atau pembangunan gedung, kita cairkan tergantung pertumbuhannya sudah berapa persen progress yang dilakukan. Khawatirnya akan ada side streaming, side streaming adalah adanya penggunaan dana yang seharusnya tidak digunakan untuk usaha yang lainnya, misalkan pengembalian kita bersumber dari gedung tersebut, jika gedung itu tidak selesai, maka akan timbul lagi masalah yang baru. Makanya bank syariah sangat ketat dalam proses pencairannya, tujuannya harus jelas. 3. Apakah produk pembiayaan murabahah mencakup semua nasabah termasuk nasabah non muslim? Iya, kita sering sounding ke temen-temen yang non muslim, apa keunggulan dari murabahah, keunggulannya adalah dia bisa ngatur cash flow, bisa ngatur alur keuangannya dia. Nasabah punya kepastian karena nggak akan ada perubahan dari presentase angsuran yang dilakukan, berbeda dengan konvensional yang bisa saja tiba-tiba berubah di tahun-tahun berikutnya, permasalahan margin bank syariah lebih besar dari bank konvensional itu beda urusan, karena komposisi hitung-hitungannya pun berbeda, contohnya bank syariah 12% dan bank konvensional 8%. Pertama yang tadi saya bilang 8% hanya diawal saja, dua taun kemudian bisa jadi 12% juga. Kalo bank syariah mungkin di awal sudah bisa 12 sampai 13%, kenapa bisa kecil diawal, strategi kecil di awal? Bank konvensional akan menyembunyikan floating presentase mereka, mereka akan menggunakan bahasa marketing bahwa KPR kita hanya 8%. Yang kedua dari komposisinya, margin 12% keluar dari mana? Ada istilah DPK yaitu dana pihak ketiga, DPK dibagi dua yaitu dana murah dan dana mahal dana murah yaitu tabungan, giro, bunga nya kecil untuk bagi hasil paling Cuma 1 sampai 2%, berbeda dengan deposito, bisa sampai 7%, masalahnya dana murah di bank konvensional besar karena nasabah nya banyak sudah dari puluhan tahun berdiri beda dengan bank syariah yang baru mulai berkembang di tahun 2000an. Hampir seluruh perusahaan besar gajinya sudah ada di bank konvensional, bank syariah kalah market. Bank konvensional beban dananya hanya 3%, semakin banyak di dana murah, bebannya semakin kecil, tapi semakin banyak di dana mahal, bebannya semakin besar, karena setiap tahunnya harus memberikan bonus ke penabung. Bank syariah punya komposisi mayoritas dana mahal sebesar 70% yang punya beban sangat besar. Masyarakat Indonesia belom teredukasi untuk menabung di bank syariah. 4. Apakah ada perbedaan prosedur antara nasabah muslim dengan non muslim? Jika ada, apa perbedannya? Tidak ada. 5. Apakah ada manajemen strategi yang umum yang diterapkan di Bank Syariah Bukopin untuk pembiayaan murabahah? Sebenernya bank syariah tidak punya strategi umum untuk akad murabahah, karena akad itu sendiri punya keunggulan masing-masing. Karena strateginya bukan dari akad nya saja, kita tidak menekankan harus murabahah semuanya, kita menyesuaikan dengan kondisi nasabah. 6. Bagaimana kebijakan perusahaan untuk memotivasi karyawan mendapatkan nasabah? agar Yang pertama ada reward dan punishment, itu akan membuat suatu motivasi untuk diri kita sendiri, rewardnya itu kalo di bank bonus nya besar, kalo dia achieve targetnya 100% atau 120%, dia akan dapat 7 kali gaji, kedua jenjang karir semakin dia bagus secara performance semakin dia cepat juga untuk dipromosikan menjadi manager, atau pimpinan cabang dan sudah banyak yang terjadi seperti itu, fasilitas pun berbeda di setiap status. Ada juga punishment, jangan sampai terlampau santai kerjanya, harus dihilangkan pemikiran karyawan yang santai dan merasa di zona aman harus dihilangkan, oleh karena itu ada monitoring setiap bulan atau minggu nya, untuk melihat sejauh mana progress marketing-marketing yang sedang berkerja. Ada juga hukuman moral atau di SP jika memang perlu diberikan. 7. Adakah keringanan yang didapatkan nasabah jika melunasi hutang-hutangnya sebelum jatuh tempo? Ada, misalkan pembiayaan dia 24 bulan, dan dia melunasi pada bulan ke 18, masih ada jeda 6 bulan, yang seharusnya dia membayar margin yang ditetapkan, di bank syariah biasanya hanya membayar sisa pokoknya saja plus 2 margin berjalan, jadi margin sisanya tidak usah dibayar, atau nasabah lama sudah berpuluh-puluh tahun melakukan pembiayaan berulang kali dan dia minta keringanan sebagai teman lama, disini ada akad muqosah yang artinya akad permohonan keringanan yang tadinya margin 13% bisa turun menjadi 11 atau 10% karena dianggap kooperatif loyal dan sebagain nya. 8. Jika nasabah meninggal atau mengalami kemacetan, apa yang akandilakukan pihak marketing selaku pemberi pembiayaan? Jika meninggal, kita punya asuransi. Asuransi ada dua, memastikan menutup agunannya contoh kebakaran, gempa bumi, itu di cover dengan asuransi, yang kita agunkan bukan hanya tanahnya saja kan, nilai bangunan nya juga. Yang kedua asuransi jiwa nya, kalo dia meninggal atau tidak bisa berkerja lagi karena kondisi cacat atau sebagainya, asuransi akan mengcover 100% sisa outstanding yang ada saat itu. 9. Jika salah satu pihak wanprestasi, kemanakah langkah-langkah hukum yang digunakan? Apakah penyelesaian perkaranya di internal Bank Syariah Bukopin, atau membawa perkaranya ke lembaga peradilan? Jika wanprestasi kita harus tau dulu alasannya kenapa wanprestasi, jika memang bisnisnya turun, mau diapain? Itu penyelesaiannya bukan dari hukum, tapi bisa dengan cara baik-baik mungkin dari keuntungan yang berkurang bisa disiasati dari jarak pembiayaan yang dari 3 tahun menjadi 5 tahun, menjadikan angsuran lebih kecil. Atau pihak itu sendiri tidak kooperatif suka marah, susah diajak komunikasi, atau melakukan penipuan, itu baru kita lewat jalur hukum. 10. Bagaimana prosedur evaluasi setelah melakukan pemasaran produk ini? Kalau untuk pemasaran itu tidak ada, kalo untuk evaluasi di lakukan oleh divisi pengembangan produk, dan itu sebenernya dari kerja lapangan kita-kita juga seperti apa, misalkan kalo sekarang murabahahnya sama saja 13% di awal, di bank-bank syariah yang lain ada yang namanya murabahah berjenjang tapi bukan floating, jika berjenjang kenaikannya sudah pasti dan nggak secara tiba-tiba beda dengan floating, asumsi nya apa bank-bank lain menggunakan metode seperti ini? Asumsinya setiap tiga tahun itu mereka punya kenaikan promosi, jenjang, level, naik juga gajinya, murabahah ini bisa dipakai dan bisa dievaluasi, evaluasi dari mana? Dari tabel pertumbuhan kerja itu sendiri, semakin lama orang berkerja maka karir dan gaji nya pun akan semakin meningkat. 11. Bagaimana segmentasi pasarnya, apakah ada ketentuan khusus? Kita melihat tadi secara makro dulu, setiap tiga atau enam bulan, direktur dan komisaris akan meeting, dia akan mengevaluasi pembiayaan bermasalah itu segmennya apa saja. Jadi kita bisa ngelihat segmentasi nya, atau kita melihat secara makro lewat berita, misalkan tentang usaha-usaha yang sedang turun. Jadi kita mengevaluasi dari internal juga eksternal kita. 12. Apa target yang ingin dicapai khususnya untuk pembiayaan murabahah? Sebenernya untuk di bank syariah itu sendiri sudah bagus memakai murabahah karena margin nya sudah jelas di awal di akhirnya, berbeda dengan musyarakah atau mudharabah yang sangat fluktuatif, cepat naik cepat turunnya, bank sendiri punya estimasi untuk masyarakat kita akan punya keuntungan sekian, jadi kita bisa mengatur laba rugi kita seperti apa nantinya, itu berpengaruh untuk pemegang saham juga masyarakat, kadang masyarakat mau menabung melihat juga bagaimana performance bank tersebut. 13. Siapa saja yang bisa mengajukan produk pembiayaan murabahah? Yang pertama umur, selama dia punya KTP dia bisa mengajukan pembiayaan murabahah, yang kedua ada pekerjaan tetap atau karyawan tetap minimal dua tahun. 14. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi dalam memasarkan produk murabahah? Kalo faktor penghambat nya itu margin nya besar bebannya besar juga kan apalagi stabil, tapi kalo misalkan itung-itungannya tidak terlalu berat di nasabahnya murabahah sangat bermanfaat sekali untuk mengatur keuangaan, cuman tadi masyarakat tahu hambatan bank konvensional dan bank syariah bahwa bank syariah itu stabil angsurannya walaupun besar, bank konvensional murah di awalnya. Cuma kedepannya akan lebih besar masyarakat berpikir bahwa awal nya melakukan pembiayaan awal di bank konvensional lalu melakukan take over ke bank syariah itu menjadikan hambatan. Karena murabahah sistemnya proyek tidak bisa naik turun sesuai dengan kondisi nasabahnya kalo nasabahnya lagi dalam kondisi pas-pas an uangnya itu akan jadi masalah tapi jika dia bisa mengatur uang itu sendiri akan menjadikan murabahah itu sendiri bagus, karena bisa mengatur untuk cicilan yang sudah diwajibkan untuk dibayar. 15. Bagaimana mengatasi kendala yang dihadapi dalam memasarkan produk murabahah? Kita edukasi ke nasabah apa keunggulan murabahah tersebut kepada si nasabah, memang kita mahal selisih beberapa % dengan bank konvensional, Cuma kita tidak ada floating, dan bisa jadi lebih besar lagi dari presentase margin bank syariah, yang kedua jika nasabah sudah ter edukasi dan merasa terbantu dengan masukan yang dibutuhkan, akhirnya nasabah akan pindah dari bank konvensional ke bank syariah.