analisis sikap konsumen terhadap produk teh

advertisement
ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK
TEH PUCUK HARUM DI KOTA BOGOR
KURNIASIH APRILLIANI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap
Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Kurniasih Aprilliani
H34086048
ABSTRAK
KURNIASIH APRILLIANI. Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh
Pucuk Harum di Kota Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.
Teh Pucuk Harum merupakan produk baru di pasar minuman teh dalam
kemasan. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji karakteristik konsumen,
menganalisis tahapan keputusan pembelian dan sikap konsumen Teh Pucuk
Harum di Kota Bogor. Analisis Fishbein akan memberikan gambaran preferensi
konsumen berupa sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum. Produk Teh Botol
Sosro kemasan botol plastik dijadikan pembanding dari Teh Pucuk Harum. Hal ini
dilakukan karena Teh Botol Sosro sebagai pemimpin pasar dan berjenis teh sama
dengan Teh Pucuk Harum yaitu teh hitam. Hasil perhitungan Fishbein
menunjukkan bahwa Teh Pucuk Harum memiliki skor sikap lebih tinggi
dibandingkan dengan Teh Botol Sosro yaitu sebesar 18.23 dan 17.93. Hal ini
mengindikasikan bahwa secara keseluruhan Teh Pucuk Harum lebih disukai
responden. Teh Pucuk Harum memiliki keunggulan dalam atribut kesegaran, rasa,
dan aroma sedangkan Teh Botol Sosro memiliki keunggulan pada atribut manfaat
dan ketersediaan produk. PT Mayora Indah sebaiknya menjamin ketersediaan
produk Teh Pucuk Harum dan terus berinovasi dengan menciptakan varian baru
untuk meningkatkan pangsa pasar.
Kata kunci: Teh Pucuk Harum, Fishbein, sikap konsumen
ABSTRACT
KURNIASIH APRILLIANI. Analysis of Consumer Attitude for Teh Pucuk
Harum Product’s in Bogor. Supervised by TINTIN SARIANTI.
Teh Pucuk Harum is new product in Ready To Drink (RTD) tea market. The
goals of this research are to assess consumer characteristics, analyze buying
decision steps and the consumer attitude about Teh Pucuk Harum in Bogor.
Fishbein analysis will give a point of view of preferences about consumer attitude
for Teh Pucuk Harum. Teh Botol Sosro with plastic bottle package has used as a
comparasion with Teh Pucuk Harum. Teh Botol Sosro has selected because it is
market leader in RTD tea with black tea product. The Fishbein counting results
shown that Teh Pucuk Harum have higher score behavior than Teh Botol Sosro
which is 18.23 versus 17.93. This is indicate that respondent prefer with Teh
Pucuk Harum in overall. Teh Pucuk Harum has excellence in freshness, taste, and
flavor while Teh Botol Sosro has excellence in function and product availability.
PT Mayora Indah should guarantee the availability of Teh Pucuk Harum and keep
innovated with new variant to get market leader.
Keywords: Teh Pucuk Harum, Fishbein, consumer attitude
ANALISIS SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK
TEH PUCUK HARUM DI KOTA BOGOR
KURNIASIH APRILLIANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh Pucuk Harum di
Kota Bogor
Nama
NIM
: Kurniasih Aprilliani
: H34086048
Disetujui oleh
Tintin Sarianti, SP, MM
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2013 ini adalah
perilaku konsumen, dengan judul Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Teh
Pucuk Harum di Kota Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM serta Ibu
Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku pembimbing, Ibu Dr. Ir. Netti Tinaprilla selaku
dosen penguji utama, Bapak Arif Karyadi, SP selaku dosen komite akademik dan
Walidatur Rosyidah selaku pembahas yang telah memberikan saran dalam
penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang
tua dan Abu Sulthan serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Kurniasih Aprilliani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Jenis Teh
5
Teh dalam Kemasan
6
Penelitian Terdahulu
7
KERANGKA PEMIKIRAN
10
Kerangka Pemikiran Teoritis
10
Proses Keputusan Pembelian
11
Sikap
15
Kerangka Pemikiran Operasional
20
METODE PENELITIAN
22
Lokasi dan Waktu
22
Metode Penentuan Sampel
22
Data dan Instrumentasi
22
Metode Pengolahan Data
23
Definisi Operasional
26
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
26
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
26
Visi dan Misi
27
Struktur Organisasi
28
Bauran Pemasaran PT Mayora Indah
29
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
Karakteristik Konsumen
30
Tahapan Keputusan Pembelian
33
Analisis Sikap Responden
47
SIMPULAN DAN SARAN
56
Simpulan
56
Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
58
RIWAYAT HIDUP
59
DAFTAR TABEL
Data penjualan produk teh dalam kemasan di Indonesia
2
Penjualan Teh Pucuk Harum di segmen hotel, restoran dan kantin
2
Pangsa pasar teh dalam kemasan di Indonesia
3
Sebaran responden berdasarkan usia
30
Sebaran responden berdasarkan status marital
31
Sebaran jumlah anggota keluarga responden
31
Sebaran responden berdasarkan pekerjaan
32
Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir
32
Sebaran responden berdasarkan pendapatan
33
Motivasi responden terhadap konsumsi teh hitam siap minum
34
Tingkat kepentingan responden terhadap konsumsi teh hitam
siap minum
35
Sikap responden apabila tidak mengkonsumsi teh hitam siap minum
35
Sumber informasi responden teh hitam siap minum
36
Fokus responden terhadap infomasi teh hitam siap minum
37
Atribut yang dijadikan pertimbangan awal responden
37
Aktivitas responden untuk menghilangkan dahaga
38
Manfaat utama mengkosumsi teh hitam siap minum
38
Tempat pembelian teh hitam siap minum
39
Keputusan pembelian teh pucuk harum
39
Waktu konsumsi teh pucuk harum
40
Pengaruh teman/kerabat/keluarga dalam pembelian Teh Pucuk
Harum
40
Pengaruh penjual dalam pembelian Teh Pucuk Harum
41
Rata-rata pengeluaran responden untuk pembelian Teh Pucuk
Harum setiap bulan
41
Bentuk promosi Teh Pucuk Harum
42
Tingkat kepuasan responden terhadap Teh Pucuk Harum
42
Sikap responden terhadap pembelian ulang Teh Pucuk Harum
43
Rekomendasi responden Teh Pucuk Harum kepada orang lain
43
Sikap responden apabila tidak mengkonsumsi Teh Pucuk
Harum
43
Sikap responden apabila Teh Pucuk Harum tidak tersedia
44
Sikap responden apabila terjadi kenaikan harga Teh Pucuk
Harum
44
Sikap responden apabila terdapat merek baru dengan kisaran
harga yang sama
45
Ringkasan tahapan keputusan pembelian teh hitam siap minum merek
Teh Pucuk Harum
46
Skor evaluasi (ei) kepentingan atribut teh hitam siap minum
48
Skor kepercayaan (bi) terhadap Teh Pucuk Harum dan Teh Botol
Sosro
49
Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro
51
Skor maksimum sikap (Ao) maks atribut teh hitam siap minum
54
Tingkat kesukaan responden berdasarkan skor maksimum
sikap (Ao) Maks
54
DAFTAR GAMBAR
Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian .....................................................
11
Hubungan Ketiga Komponen Sikap.................................................................
15
Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................................
21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan pola hidup masyarakat yang semakin
meningkat mempengaruhi perubahan tingkat konsumsi. Segi kepraktisan
merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan dalam berkonsumsi. Produkproduk siap saji mulai banyak diminati konsumen, salah satunya minuman ringan.
Kecendrungan konsumen yang menyukai kepraktisan dalam mengkonsumsi
minuman mengakibatkan terjadinya persaingan antar perusahaan yang bergerak
dalam sektor industri khususnya dalam industri minuman ringan.
Persaingan dalam industri minuman yang tinggi menjadikan pasar terus
tumbuh karena produsen menjadi lebih kreatif dalam melakukan inovasi terhadap
produknya untuk mempertahankan bahkan memperluas pangsa pasarnya. Menurut
Farchad Poeradisastra sebagai ketua umum Asosiasi Minuman Ringan Indonesia,
pasar minuman ringan pada 2013 diharapkan tumbuh 10 persen sampai 11 persen
atau menjadi senilai 326.7 triliun rupiah sampai 329.6 triliun rupiah dibanding
2012. Kenaikan tersebut didukung oleh pertumbuhan penduduk dan peningkatan
pendapatan masyarakat sehingga terjadi pertumbuhan pasar minuman ringan pada
tahun 2013.1
Salah satu jenis produk minuman ringan yang cukup dikenal di Indonesia
adalah minuman teh. Menurut hasil riset MARS di lima kota besar di Indonesia
yaitu Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, dan Semarang menunjukkan bahwa
minuman teh dikonsumsi oleh 79 persen penduduk Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai minuman
teh. Faktor utama yang mendukung meningkatnya konsumsi teh adalah
pemahaman masyarakat yang semakin luas tentang manfaat teh bagi kesehatan,
serta variasi penyajian dan olahan produk minuman teh itu sendiri.2
Minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh yang cukup besar
serta pangsa pasar dari produk minuman teh yang relatif masih kecil, menjadi
peluang bisnis bagi para pengusaha untuk memasuki industri minuman teh
terutama minuman teh dalam kemasan siap minum. Saat ini produk teh siap
konsumsi yang ada di pasaran di antaranya adalah Teh Pucuk Harum, Nu Green
Tea, Teh Botol Sosro, dan Teh Kotak.
Teh Pucuk Harum merupakan salah satu produk minuman teh hitam yang
diproduksi oleh PT Mayora. PT Mayora tertarik untuk memproduksi Teh Pucuk
Harum karena semakin banyak masyarakat yang sadar akan kesehatan dan hal
tersebut merupakan peluang yang ingin dimanfaatkan oleh PT Mayora. Produsen
yang pertama kali mengeluarkan produk teh hitam siap minum adalah PT Sinar
Sosro dengan produk Teh Botol Sosro. Informasi mengenai penjualan teh dalam
kemasan dapat dilihat pada Tabel 1.
_______________________________
1
Saksono. 2013. Pasar Minuman Ringan diestimasi Tumbuh 11 persen. [diunduh 2013 Sep
10]; Tersedia pada: http://m.indonesiafinancetoday.com
2
Andrew. 2010. Dinamika Produksi dan Konsumsi Teh Indonesia. [diunduh 2013 Sep 10];
Tersedia pada: http://www.majalahexcellent.com
Tabel 1 Data penjualan produk teh dalam kemasan di Indonesia
Merek
Penjualan (Rp)
Teh Botol Sosro
1.107.237.000
Teh Pucuk Harum
114.743.590
Nu Green Tea
109.470.000
Fruit Tea
100.260.600
Fresh Tea
97.503.250
Futami
91.917.000
Sumber: Swa (2012)3
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Teh Pucuk Harum memiliki nilai
penjualan terbesar kedua setelah Teh Botol Sosro. Hal ini didukung oleh strategi
dari PT Mayora Indah yang memfokuskan pada persepsi keunggulan produk Teh
Pucuk Harum. Strategi lain yang dilakukan oleh PT Mayora Indah adalah dengan
memasuki segmen pasar hotel, restoran dan kantin. PT Mayora Indah melakukan
penjualan dengan sistem konsinyasi pada kantin dan restoran. Tabel 2 akan
menunjukkan data penjualan Teh Pucuk Harum di segmen hotel, restoran dan
kantin.
Tabel 2 Penjualan Teh Pucuk Harum di segmen hotel, restoran dan kantin
Tahun
Penjualan (Rp)
Titik distribusi (unit)
2011
87.000.000
540.000
2012
114.743.590
1.000.000
2013
109.470.000
1.000.000
Sumber: Swa (2013)4
Peningkatan penjualan Teh Pucuk Harum dari tahun ke tahun didukung oleh
jumlah titik distribusi yang semakin bertambah. Pada tahun 2013, PT Mayora
Indah sudah memiliki sebanyak satu juta titik distribusi untuk mendukung
penjualan Teh Pucuk Harum. Penambahan jumlah titik distribusi dimaksudkan
untuk memberikan kemudahan kepada konsumen ketika akan membeli Teh Pucuk
Harum.
Kota Bogor merupakan kota yang berada dekat dengan pabrik Teh Pucuk
Harum yang berlokasi di Caringin. Hal ini dapat memudahkan pasokan produk
karena lokasi lebih mudah diakses dibandingkan dengan kota-kota lainnya.
Apabila distributor Teh Pucuk Harum di Kota Bogor mengalami kekurangan
produk maka pemenuhan produk dapat dialokasikan langsung dari pabrik
sehingga ketersediaan produk lebih terjamin.
Kota Bogor sebagai kawasan sub urban yang memiliki penduduk dengan
mobilitas tinggi, dimana sebagian besar waktunya dihabiskan di jalan atau di luar
rumah sehingga tingkat konsumsi minuman teh dalam kemasan cukup tinggi.
sebag
_______________________________
3
Nurmayanti. 2012. Perkembangan Industri Minuman Teh dalam Kemasan. [diunduh 2013
Juli 14]; Tersedia pada: http://swa.co.id
4
Andryanto. 2013. Segmentasi Pasar Teh Pucuk Harum. [diunduh 2013 Agt 18]; Tersedia
pada: http://swa.co.id
Sebagai minuman teh hitam siap minum yang masih baru dipasaran, PT Mayora
Indah perlu mengetahui karakteristik konsumen dan mengkaji sikap konsumen
terhadap Teh Pucuk Harum untuk mendapatkan informasi mengenai sikap positif
ataupun sikap negatif konsumen terhadap Teh Pucuk Harum dibandingkan dengan
pesaing.
Perumusan Masalah
Teh Pucuk Harum hadir dengan keunggulan produk yang berbeda yaitu
dengan meluncurkan produk dalam kemasan botol plastik ukuran 350 ml dengan
harga Rp3 500 per botol. Harga Teh Pucuk Harum berada di tengah-tengah
pesaing seperti Nu Green Tea, Fruit Tea, Fresh Tea dan Futami dengan harga
diatas Rp4 000 per botol sedangkan Teh Botol Sosro berkisar antara Rp4 500
hingga Rp6 500.
Teh Pucuk Harum sebagai pendatang baru mampu menarik perhatian
konsumen dibandingkan dengan produk Nu Green Tea, Fruit Tea, Fresh Tea dan
Futami. Hal ini merupakan sikap positif yang ditunjukkan oleh konsumen Teh
Pucuk Harum. Sikap positif konsumen terhadap Teh Pucuk Harum yang
ditunjukkan pada Tabel 3 dapat dijadikan acuan oleh PT Mayora Indah untuk
meningkatkan pangsa pasarnya.
Tabel 3 Pangsa pasar teh dalam kemasan di Indonesia
Merek
Pangsa pasar (%)
Teh Botol Sosro
59.5
Teh Pucuk Harum
10.7
Nu Green Tea
7.7
Fruit Tea
5.8
Fresh Tea
4.6
Futami
4.0
Sumber: Swa (2012)5
Tabel 3 menunjukkan bahwa Teh Pucuk Harum saat ini menempati urutan
kedua dengan pangsa pasar sebesar 10.7 persen, sedangkan Teh Botol Sosro
menjadi pemimpin pasar dengan persentase sebesar 59.5 persen. Besarnya
persentase Teh Botol Sosro merupakan total kemasan Teh Botol Sosro, sedangkan
untuk produk Teh Pucuk Harum hanya produk dengan kemasan botol plastik
sehingga persentase Teh Botol Sosro lebih besar dibandingkan dengan Teh Pucuk
Harum.
Pada penelitian ini produk Teh Botol Sosro dijadikan pembanding dari Teh
Pucuk Harum. Hal ini dilakukan karena Teh Botol Sosro dan Teh Pucuk Harum
merupakan produk yang berasal dari jenis teh yang sama, yaitu teh hitam. Selain
itu, posisi pasar Teh Botol Sosro sebagai pemimpin pasar pada minuman teh
dalam
_______________________________
5
Nurmayanti. 2012. Perkembangan Industri Minuman Teh dalam Kemasan. [diunduh 2013
Juli 14]; Tersedia pada: http://swa.co.id
dalam kemasan menarik untuk dikaji mengingat Teh Pucuk Harum merupakan
produk baru di pasar minuman dalam kemasan. Produk Teh Botol Sosro yang
dijadikan pembanding adalah produk Teh Botol Sosro dalam kemasan botol
plastik, sehingga terjadi kesetaraan kemasan dengan produk Teh Pucuk Harum.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor?
2. Bagaimana tahapan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen Teh
Pucuk Harum di Kota Bogor?
3. Bagaimana sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum di Kota Bogor?
Tujuan
Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengkaji karakteristik konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor
2. Menganalisis tahapan keputusan pembelian konsumen Teh Pucuk Harum di
Kota Bogor
3. Menganalisis sikap konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, di antaranya:
1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih diri dalam menganalisis
suatu masalah berdasarkan data dan fakta yang ada, terutama yang berkaitan
dengan tema penelitian ini.
2. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk menambah
wawasan dan aplikasi dari teori yang didapatkan dalam perkuliahan.
Diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain
untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku konsumen.
3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan agar sesuai
dengan harapan konsumen.
Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik konsumen dan menganalisis sikap konsumen produk Teh Pucuk
Harum di Kota Bogor. Penelitian mengenai perilaku konsumen ini dibatasi pada
produk teh hitam yang bertujuan untuk mempersempit ruang lingkup penelitian.
Penelitian ini hanya menganalisis sikap responden yang sudah mengkonsumsi
produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor. Responden adalah pria dan wanita
berusia 17 tahun ke atas karena dinilai sudah cukup dewasa dan sesuai dengan
sasaran konsumen produk Teh Pucuk Harum.
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Teh
Pohon kecil yang tumbuh di alam bebas berdaun jorong atau bulat telur dan
pucuknya dapat dilayukan serta dikeringkan untuk dibuat minuman disebut teh.
Teh dikelompokkan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis
akan cepat layu dan mengalami oksodasi jika tidak langsung dikeringkan setelah
dipetik. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi
pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa
pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan
proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan. Berikut
pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
1. Teh Putih
Teh putih merupakan jenis teh yang tidak melewati proses oksidasi dan
sewaktu belum di petik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi
pembentukan klorofil. Proses pengeringan dan penguapannya dilakukan
secara singkat. Disebut teh putih karena ketika di petik kuncup daunnya masih
diselimuti sesuatu seperti rambut berwarna putih yang halus. Proses yang
lebih singkat ini menghasilkan kandungan katekin tertinggi pada teh putih
yang bermanfaat untuk menangkal radikal bebas serta berfungsi sebagai
antioksidan dalam tubuh. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit
dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal.
2. Teh Hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung di proses setelah di petik.
Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi
dihentikan dengan pemanasan atau tidak difermentasikan sama sekali. Teh
yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau
digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil.
3. Teh Oolong
Teh ini disebut sebagai teh semi fermentasi, dimana daun teh akan dibiarkan
mengalami oksidasi dan proses oksidasi akan dihentikan di tengah-tengah
antara teh hijau dan teh hitam yang membutuhkan waktu dua sampai tiga hari.
Nama Oolong diambil dari seorang nama pria Cina yakni Wu Long.
4. Teh Hitam
Teh hitam adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi paling lama
diantara semua jenis teh sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling
kuat. Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar dua minggu hingga
satu bulan. Teh hitam terbagi dua yaitu jenis ortodoks dan jenis CTC. Jenis
ortodoks adalah jenis teh yang diolah dengan metode pengolahan tradisional,
sedangkan jenis CTC adalah jenis yang menggunakan metode Crush Tear.6
_______________________
6
Wikipedia. 2011. Pengolahan Teh dan Pengelompokan. [diunduh 2013 Feb 10]; Tersedia
pada: http://www.wikipedia/teh.com diakses 10 Februari 2013
Teh dalam Kemasan
Teh dalam kemasan awalnya tercipta karena ada seorang petani teh datang
ke pasar-pasar untuk memperkenalkan produk teh dengan cara memasak dan
menyeduh teh langsung di tempat, namun cara ini kurang berhasil karena proses
penyajiannya terlalu lama. Cara kedua yang dilakukan adalah teh yang sudah
diseduh dimasukkan kedalam panci-panci besar lalu dibawa ke pasar
menggunakan mobil bak terbuka, namun cara ini pun kurang berhasil karena
sebagian teh tumpah dalam perjalanan mengingat saat itu jalanan di kota Jakarta
masih berlubang.
Pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual teh siap minum dalam
kemasan botol. Cara ini cukup menarik minat pembeli karena selain praktis juga
bisa langsung dikonsumsi tanpa harus menunggu teh nya dimasak terlebih dahulu
seperti cara sebelumnya. Pada tahun 1974 didirikan PT Sinar Sosro yang
merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan
di dunia.
Teh dikemas dalam berbagai bentuk kemasan untuk menjaga teh agar tetap
awet dan memberikan kemudahan bagi konsumen dalam mengkonsumsi.
Berdasarkan kemasannya, teh terdiri dari teh celup, teh seduh, teh yang di pres,
teh stik dan teh instan.
1. Teh Celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya terbuat dari kertas dengan
tali. Teh celup sangat popular karena praktis dalam cara pembuatannya,
namun penikmat teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.
2. Teh Saring
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali.
Teh saring sangat popular karena praktis cara pembuatannya dalam jumlah
banyak dan menghasilkan teh yang lebih pekat dibandingkan dengan teh
celup.
3. Teh Seduh
Teh dikemas dalam kaleng atau di bungkus dengan pembungkus dari plastik
atau kertas. Takaran teh dapat diukur sesuai selera, namun sering dianggap
tidak praktis. Biasanya menggunakan saringan teh agar teh yang mengambang
tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga dapat dimasukkan dalam kantong teh
sebelum diseduh.
4. Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh
dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu akan
diminum. Teh yang sudah di pres mempunyai masa simpan yang lebih lama
dibandingkan daun teh biasa.
5. Teh Stik
Teh dikemas dalam stik dari lembaran alumunium tipis yang mempunyai
lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
6. Teh Instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin.
pertama kali diciptakan pada tahun 1930, namun tidak diproduksi lagi hingga
akhir tahun 1950. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanilla, madu, buahbuahan atau di campur susu bubuk.8
Penelitian Terdahulu
Pada kajian terdahulu terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan
topik penelitian sikap konsumen produk minuman teh dalam kemasan Teh Pucuk
Harum. Kajian penelitian terdahulu yang diambil adalah penelitian dengan topik
sikap dan kepuasan konsumen terhadap produk minuman yang menggunakan alat
analisis Fishbein.
Ayuningtyas (2009) menganalisis sikap dan kepuasan konsumen teh hijau
siap minum merek Nu Green Tea di Kota Jakarta menggunakan alat analisis
multiatribut Angka Ideal dan analisis IPA dengan responden sebanyak 100 orang.
Hasil analisis Angka Ideal menunjukkan bahwa Nu Green Tea memiliki skor
sikap sebesar 19.02 kemudian diikuti dengan merek Frestea Green sebesar 32.97,
Zestea sebesar 48.48 dan Joy Tea Green sebesar 54.88. nilai sikap yang paling
kecil adalah nilai sikap yang diperoleh Nu Green Tea, artinya Nu Green Tea
merupakan produk teh hijau siap minum yang paling mendekati harapan
konsumen. Pada analisis kinerja atribut dengan menggunakan Importance
Performance Analysis (IPA), atribut Nu Green Tea tidak ada yang terdapat dalam
kuadran I. Pada kuadran II terdapat atribut kejelasan kadaluarsa, kesegaran,
kejelasan izin Depkes, kemudahan mendapatkan, ketersediaan kondisi dingin dan
rasa manis. Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan
yaitu Fishbein dan produk yang dikaji.
Dewi (2009) menganalisis sikap konsumen terhadap produk susu kedelai
cair murni tanpa merek di kota Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah
responden sebanyak 100 orang dengan menggunakan teknik convienience
sampling. Alat analisis yang digunakan adalah Fishbein. Analisis sikap (Ao)
dilakukan pada produk susu cair sebagai produk utama penelitian dan susu sapi
cair sebagai pembanding. Hasil analisis skor sikap (Ao) terhadap susu kedelai cair
sebesar 14.05 sedangkan susu sapi 8.18. Kategori tingkat kesukaan responden
terhadap susu kedelai cair dinilai sangat baik dan susu sapi dinilai baik oleh
responden. Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan
yaitu Fishbein, sedangkan perbedaannya adalah produk yang diteliti.
Harnasari (2009) menganalisis proses keputusan pembelian dan kepuasan
konsumen Cimory yoghurt drink di Cimory Bogor. Penelitian ini menggunakan
teknik convinience sampling dengan 50 responden. Metode penelitian ini adalah
analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index
(CSI). Hasil kuadran IPA menunjukkan bahwa atribut yang memiliki peringkat
kinerja tertinggi adalah pilihan rasa (3.20), sedangkan atribut yang memiliki
peringkat terendah adalah volume (2.76). Hasil CSI menunjukkan nilai kepuasan
pelanggan 74.23 persen dan berada pada kriteria puas. Kepuasan atribut tertinggi
dimiliki oleh atribut informasi pada produk (8.5%) dan kepuasan atribut terendah
yaitu volume (6.62%). Persamaan dengan penelitian ini adalah produk minuman,
sedangkan perbedaannya adalah alat analisis yang digunakan.
Putri (2009) menganalisis sikap dan kepuasan konsumen tehadap minuman
susu fermentasi probiotik Vitacharm. Alat analisis yang digunakan adalah
Multiatribut Fishbein, Importante Performance Analysis dan Customer
Satisfaction Index. Teknik sampling dalam metode ini menggunakan convienience
sampling pada 100 orang responden. Hasil dari analisis multiatribut Fishbein
didapatkan total sikap responden terhadap merek Vitacharm sebesar 250.37
sedangkan untuk merek Yakult total sikap responden sebesar 253.05. Responden
memberikan nilai kepercayaan yang tinggi secara berurutan pada atribut kejelasan
tanggal kadaluarsa, atribut konsumen, izin Depkes, dan atribut rasa. Merek Yakult
dinilai lebih baik daripada merek Vitacharm. Persamaan dengan penelitian ini
adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbein, sedangkan perbedaannya
adalah produk yang diteliti.
Wasini (2009) menganalisis perilaku konsumen dalam pembelian minuman
bandrek serbuk merek Starbandrek PT Liza Herbal International di wilayah
Bogor. Penelitian ini menggunakan teknik convinience sampling dengan 100
responden. Metode penelitian ini adalah analisis Importance Performance
Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil analisis IPA
menunjukkan bahwa atribut yang harus diperhatikan adalah harga dan
ketersediaan produk. Atribut yang dinilai baik dan harus dipertahankan adalah
rasa, aroma, manfaat, kandungan bahan alami, komposisi kejelasan tanggal
kadaluarsa, izin Depkes, label halal MUI dan kualitas produk. Hasil CSI yang
didapatkan 73.87 persen berada pada selang 0.66 sampai dengan 0.80 sehingga
dapat dikatakan secara umum indeks kepuasan konsumen berada dalam kriteria
puas. Persamaan dengan penelitian ini adalah produk minuman, sedangkan
perbedaannya adalah alat analisis yang digunakan.
Afrilia (2010) menganalisis sikap dan kepuasan terhadap teh celup hitam
Walini di Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 60
orang dengan menggunakan teknik convienience sampling. Alat analisis yang
digunakan adalah Multiatribut Fishbein, Importante Performance Analysis dan
Customer Satisfaction Index. Hasil analisis Fishbein menunjukkan bahwa
responden lebih menyukai teh celup Walini (80.8 persen) dibandingkan dengan
teh celup Sariwangi (77,3 persen). Persamaan dengan penelitian ini adalah alat
analisis yang digunakan yaitu Fishbein dan produk yang diteliti.
Putri (2010) menganalisis sikap dan keputusan pembelian konsumen
terhadap produk minuman teh dalam kemasan cup siap saji merek Teh Upet di
kota Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 100
orang dengan menggunakan teknik convienience sampling. Hasil penelitian
dengan menggunakan analisis Fishbein menjelaskan bahwa Teh Upet memperoleh
nilai total sikap yang lebih baik dibandingkan dengan teh dalam kemasan lainnya.
Nilai Teh Upet sebesar 11.52, diikuti Teh Poci 11.38, Teh Tong Tji 5.58 dan Teh
2 Tang sebesar 5.87. Hal ini menunjukkan bahwa Teh Upet merupakan produk
minuman teh dalam kemasan yang paling mendekati harapan konsumen.
Persamaan dengan penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu
Fishbein dan produk yang diteliti.
Haryono (2011) menganalisis proses keputusan pembelian dan kepuasan
konsumen minuman isotonik Fatigon Hydro di Bogor. Peneltian ini menggunakan
analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index
(CSI). Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa responden sudah merasa puas
dengan nilai CSI 79.53 persen. Atribut yang menjadi prioritas utama dan
kinerjanya harus ditingkatkan berdasarkan analisis IPA yaitu atribut ukuran saji
atau volume dan harga. Atribut yang harus dipertahankan yaitu rasa, kandungan
air kelapa, komposisi produk, kandungan elektrolit dan informasi pada kemasan.
Persamaan dengan penelitian ini adalah produk minuman, sedangkan
perbedaannya adalah alat analisis yang digunakan.
Lisiadi (2011) menganalisis sikap konsumen terhadap minuman sari buah
Nutrisari ready to drink studi kasus mahasiswa Program Keahlian Manajemen
Agribisnis Program Diploma IPB. Penelitian ini menggunakan teknik propotional
random sampling dengan menggunakan analisis Fishbein dan analisis
kesenjangan (GAP). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Fishbein
menjelaskan bahwa minuman sari buah Nutrisari ready to drink memiliki skor
sikap tertinggi yaitu sebesar 15.57 dibandingkan dengan Buavita dan ABC Juice
sebesar 15.37 dan 12.02. Hal ini menunjukkan bahwa Nutrisari lebih disukai
responden secara keseluruhan dibandingkan dengan kedua produk pembanding.
Lima tingkat kepercayaan tertinggi Nutrisari dan Buavita yaitu kejelasan tanggal
kadaluarsa, izin Depkes, rasa keseluruhan, label halal MUI dan merek dengan
skor 1.80, 1.74, 1.64, 1.52 dan 1.19, sedangkan tingkat kepercayaan tertinggi
ABC juice terdapat pada atribut kejelasan tanggal kadaluarsa, izin Depkes, label
halal MUI dan rasa dengan skor 1.68, 1.62, 1.37 dan 1.06. Persamaan dengan
penelitian ini adalah produk minuman, sedangkan perbedaannya adalah alat
analisis yang digunakan.
Atmojo (2012) menganalisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap teh
celup merek Sarimurni studi kasus Giant Hypermart Bogor. Penelitian ini
menggunakan teknik accidental sampling dengan responden sebanyak 100 orang.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis Fishbein, Importance Performance
Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil analisis Fisbein
menunjukkan bahwa responden lebih menyukai Sarimurni dibandingkan dengan
Sosro. Kenggulan merek Sarimurni pada atribut warna, aroma, kejelasan
informasi komposisi, kejelasan tanggal kadaluarsa, desain kemasan, khasiat, iklan
dan tidak unggul pada atribut pilihan rasa, harga, merek dan kemudahan
mendapatkan dibandingkan dengan Sosro. Atribut yang menjadi prioritas utama
berdasarkan analisis IPA yaitu khasiat dan kemudahan mendapatkan, sedangkan
atribut yang perlu dipertahankan adalah atribut rasa, aroma teh dan kejelasan
kadaluarsa. Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa atribut teh celup Sarimurni
dikategorikan puas (78%) dan teh celup Sosro (77%). Persamaan dengan
penelitian ini adalah alat analisis yang digunakan yaitu Fishbein dan produk yang
diteliti.
Berdasarkan hasil kajian penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa responden
produk minuman menunjukkan sikap positif, artinya responden dapat menerima
produk minuman dengan baik. Kajian penelitian terdahulu juga dapat dijadikan
acuan dalam menentukan atribut-atribut penting yang menjadi pertimbangan
responden, seperti atribut rasa, harga, aroma, kejelasan kadaluarsa, izin Depkes,
kemasan dan ketersediaan produk. Dari hasil penelitian terdahulu dapat diperoleh
informasi mengenai alat analisis yang digunakan dalam penelitian tentang sikap
konsumen yaitu analisis Fishbein untuk mengetahui respon positif ataupun negatif
dari produk yang diteliti.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Beberapa
teori yang digunakan sebagai bahan acuan meliputi teori konsumen dan perilaku
konsumen, karakteristik konsumen, proses keputusan pembelian serta teori sikap.
Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub
bab-sub bab berikut:
Konsumen dan Perilaku Konsumen
Konsumen dapat didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dalam kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan
(Undang-undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
Konsumen). Menurut Kotler (2000), konsumen adalah orang yang melakukan
tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah
biaya. Tujuan utama dari mengkonsumsi barang dan jasa adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan yang diperoleh. Besarnya kepuasan
konsumen diukur dari sejumlah nilai yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu
barang dan jasa terhadap biaya yang dikeluarkan.
Perilaku konsumen merupakan suatu aspek penting yang harus diperhatikan
oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran dengan tujuan memberikan
kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari
bagaimana konsumen membuat keputusan. Konsumen menggunakan sumber daya
yang dimilikinya yakni waktu, uang, dan usaha, untuk memperoleh produk atau
jasa yang mereka inginkan. Didalamnya tercakup pembahasan mengenai jenis,
alasan, waktu, tempat, dan frekuensi pembelian yang dilakukan serta frekuensi
pemakaian suatu produk atau jasa.
Karakteristik Konsumen
Menurut Sumarwan (2011), konsumen terdiri atas dua jenis yaitu konsumen
individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa
untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi
bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya.
Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen,
kepribadian konsumen, serta karakteristik demografi konsumen.
Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih banyak
mengenal produk akan memiliki informasi yang besar terhadap produk tersebut,
sehingga konsumen cenderung tidak termotivasi untuk mencari informasi karena
konsumen merasa cukup terhadap pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya
dalam mengambil keputusan. Kepribadian konsumen akan berpengaruh pada
motivasi konsumen dalam mencari informasi terhadap produk. Konsumen yang
memiliki kepribadian pencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Karakteristik demografi konsumen meliputi
beberapa variabel seperti usia, pendidikan, agama, suku bangsa, warga negara,
keturunan, pendapatan, jenis kelamin dan kelas sosial.
Karakteristik konsumen dapat mempengaruhi pilihan konsumen terhadap
barang dan jasa maupun merek yang akan dibeli. Pendidikan merupakan salah
satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen yang memiliki pendidikan
akan lebih responsif terhadap informasi. Pendidikan juga mempengaruhi
konsumen dalam pemilihan produk atau merek. Konsumen yang berpendidikan
tinggi cenderung mencari informasi yang banyak sebelum memutuskan untuk
membelinya (Sumarwan 2011).
Proses Keputusan Pembelian
Proses pengambilan keputusan merupakan hal yang paling penting dalam
memahami bagaimana konsumen secara aktual mengambil keputusan pembelian.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), proses yang dilakukan konsumen
dalam mengambil keputusan meliputi lima tahapan yang terdiri atas : pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil. Adapun
tahapan yang dilakukan konsumen yaitu:
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Pembelian
Hasil
Gambar 1 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian
Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1994)
Pengenalan Kebutuhan
Kebutuhan dapat terjadi karena adanya rangsangan internal dan eksternal.
Rangsangan internal yaitu kebutuhan dasar yang timbul dari dalam diri seseorang
yang mencapai titik tertentu sehingga menjadi dorongan untuk memenuhi
keinginan tersebut. Adapun rangsangan eksternal yaitu kebutuhan yang
ditimbulkan oleh dorongan eksternal.
Menurut Kotler (2007), proses pembelian produk oleh konsumen dimulai
ketika konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat
timbul karena adanya rangsangan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.
Pengenalan kebutuhan mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan
mengaktifkan proses keputusan. Ketika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau
ambang tertentu, kebutuhan baru dikenali. Jika seandainya ketidaksesuaian
tersebut berada dibawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak
terjadi.
Pencarian Informasi
Pencarian informasi didefinisikan sebagai aktivitas termotivasi dari
pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan pemerolehan informasi dari
lingkungan. Hal tersebut terjadi bila konsumen melakukan pencarian terhadap
pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian informasi ini dapat bersifat internal
dan eksternal.
Pencarian internal melibatkan pemerolehan kembali pengetahuan dari
ingatan, sementara pencarian eksternal merupakan pencarian informasi di pasar.
Pencarian internal terjadi terlebih dahulu, yaitu sesudah pengenalan kebutuhan.
Jika pencarian internal memberikan informasi yang memadai, maka pencarian
eksternal tidak dibutuhkan. Apabila pengetahuan internal dirasakan kurang, maka
konsumen mulai melakukan pencarian eksternal. Pencarian eksternal merupakan
pengumpulan informasi tambahan dari lingkungan. Pencarian dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu situasi, ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen
(Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
Menurut Sumarwan (2011), seorang konsumen yang terdorong
kebutuhannya mungkin atau mungkin juga tidak terdorong mencari informasi
lebih lanjut. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk itu berada di dekatnya,
mungkin konsumen akan langsung membelinya. Jika tidak, kebutuhan konsumen
ini hanya akan menjadi ingatan saja. Pencarian informasi terdiri atas dua jenis
menurut tingkatannya. Pertama adalah perhatian yang meningkat, yang ditandai
dengan pencarian informasi yang sedang-sedang saja. Kedua, pencarian informasi
secara aktif yang dilakukan dengan mencari informasi dari segala sumber.
Evaluasi Alternatif
Pada tahap ini merupakan proses mengevaluasi pilihan produk dan merek
dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses evaluasi
alternatif, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan
masalah yang dihadapinya. Proses evaluasi alternatif dan proses pembentukan
kepercayaan dan sikap adalah proses yang sangat terkait erat. Evaluasi alternatif
muncul karena banyaknya alternatif pilihan (Sumarwan, 2011).
Kriteria evaluasi merupakan dimensi atau atribut yang digunakan dalam
menilai alternatif-alternatif pilihan akhir. Konsep dasar yang dapat membantu
untuk memahami proses evaluasi alternatif, yaitu konsumen berusaha memuaskan
suatu kebutuhan, konsumen mencari manfaat, konsumen memandang setiap
produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan (Kotler, 2007).
Kriteria alternatif yang digunakan konsumen, yaitu : harga, kepercayaan
konsumen atas merek, Negara asal, dan kriteria evaluasi yang bersifat hedonik
(bersifat kesenangan). Penentuan evaluasi tertentu yang akan digunakan oleh
konsumen selama pengambilan keputusan akan bergantung pada beberapa faktor,
di antaranya adalah pengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi,
keterlibatan, dan pengetahuan (Engel, Blackwell, dan Miniard, 1994).
Pembelian dan Hasil Pembelian
Tindakan hasil pembelian adalah tahap besar terakhir dari proses keputusan.
Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan kapan membeli, dimana
membeli dan bagaimana membeli suatu barang atau jasa. Pembelian merupakan
fungsi dari dua determinan yaitu niat pembelian dan pengaruh lingkungan (Engel,
Blackwell, dan Miniard, 1994).
Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori. Kedua
kategori tersebut antara lain (a) produk dan merek, dan (b) kelas produk. Niat
pembelian kategori utama umumnya disebut sebagai pembelian yang terencana
penuh, dimana pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan tinggi
dan pemecahan masalah yang diperluas. Kategori yang kedua dapat juga disebut
sebagai pembelian yang terencana jika pilihan merek di buat di tempat pembelian.
Kotler (2007) mengatakan terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
maksud pembelian dan keputusan membeli. Faktor pertama adalah sikap atau
pendirian orang lain, sampai dimana pendirian orang lain dapat mempengaruhi
alternatif yang disukai seseorang. Faktor kedua, yang dapat mempengaruhi
maksud pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak
diantisipasi.
Evaluasi Hasil Pembelian
Evaluasi terhadap barang atau jasa akan dilakukan oleh konsumen pasca
pembelian. Evaluasi lebih jauh terjadi dalam bentuk perbandingan kinerja barang
atau jasa berdasarkan harapan. Hasil dari evaluasi pasca pembelian ini berupa
kepuasan atau ketidakpuasan. Keyakinan dan sikap yang terbentuk pada tahap ini
akan langsung mempengaruhi niat pembelian masa datang. Hal ini berarti bahwa
upaya mempertahankan pelanggan menjadi bagian yang penting dalam strategi
pemasaran.
Kotler (2007) juga mengembangkan model perilaku konsumen. Kotler
menjelaskan bahwa konsumen akan tiba pada tahap keputusan pembelian setelah
mengalami 4P yaitu Product, Promotion, Price dan Place. 4P ini selanjutnya
disebut sebagai stimuli pemasaran. Selain itu juga terdapat stimuli lain yaitu
stimuli dari ekonomi, teknologi, politik dan budaya.
Kepuasan Konsumen
Kepuasan yang timbul dari dalam hati konsumen menurut Kotler (2007)
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu
produk dan harapan-harapannya. Kepuasan ini berfungsi mengukuhkan loyalitas
konsumen sebagai pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan
keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi
melalui saran hukum (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).
Konsumen akan memiliki harapan mengenai bagaimana produk tersebut
seharusnya berfungsi. Harapan tersebut adalah standar kualitas yang akan
dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang sesungguhnnya dirasakan
konsumen. Fungsi produk yang sesungguhnya dirasakan konsumen sebenarnya
adalah persepsi konsumen terhadap kualitas produk tersebut (Sumarwan, 2011).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen
sebelum konsumen memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsi produk.
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) setidaknya ada tiga faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli serta
mengkonsumsi produk. Adapun ketiga faktor tersebut antara lain:
1. Pengaruh Lingkungan
a. Budaya: mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol
bermakna lainnya yang membantu individu dalam berkomunikasi,
membuat tafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat.
Oleh karena itu penting bagi pemasar untuk melihat pergeseran budaya
tersebut untuk dapat menyediakan produk-produk baru yang diinginkan
konsumen.
b. Kelas Sosial: mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam
perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam pasar.
c. Keluarga: adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih
dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan yang tinggal
bersama. Keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku
individu.
d. Situasi : perilaku berubah ketika situasi berubah. Situasi konsumen dapat
dipisahkan ke dalam tiga jenis utama yaitu situasi komunikasi, situasi
pembelian serta situasi pemakaian.
2. Perbedaan Individu
a. Sumber daya Konsumen: setiap orang membawa tiga sumber daya
kedalam setiap situasi pengambilan keputusan yaitu sumber daya waktu,
uang dan perhatian. Keputusan konsumen untuk membeli dan
mengkonsumsi produk dan merek sangat dipengaruhi oleh jumlah sumber
daya yang mereka punya atau mungkin mereka punya di masa yang akan
datang.
b. Motivasi dan Keterlibatan: keterlibatan adalah faktor yang penting di
dalam mengerti motivasi. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi
yang disadari dalam tindakan dan konsumsi.
c. Pengetahuan: pengetahuan konsumen mencakup susunan luas informasi
seperti ketersediaan dan karakteristik produk dan jasa, dimana dan kapan
untuk membeli serta bagaimana menggunakan produk dan jasa tersebut.
Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk akan sangat
mempengaruhi pola pembelian mereka.
d. Sikap: melalui tindakan dan proses pembelajaran orang akan mendapatkan
kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku
pembeli. Lebih lanjut sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak
melalui aspek lingkungan.
e. Kepribadian dan Gaya Hidup: kepribadian didefinisikan sebagai respon
yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Keputusan pembelian
seorang konsumen bervariasi antar individu karena karakteristik yang
dimiliki oleh masing-masing konsumen, sedangkan gaya hidup adalah
pola dimana orang hidup dan mengahabiskan waktu serta uang.
f. Demografis: pendeskripsian pangsa konsumen dalam istilah seperti usia,
pekerjaan dan pendapatan. Usia merupakan orang yang akan membeli
barang atau jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Pekerjaan seseorang
akan mempengaruhi pola konsumsinya. Pendapatan akan mempengaruhi
pilihan produk seseorang.
3. Proses Psikologi
a. Pemrosesan Informasi: mengacu pada proses yang dengannya suatu
stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan di dalam ingatan dan belakangan
diambil kembali.
b. Pembelajaran: dipandang sebagai proses dimana pengalaman
menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku.
Kebanyakan perilaku konsumen adalah hasil dari proses pembelajaran.
c. Perubahan Sikap dan Perilaku: sikap adalah evaluasi, perasaan emosional
dan kecenderungan tindakan atas beberapa objek atau gagasan.
Sikap
Sumarwan (2011) mendefinisikan sikap sebagai evaluasi dari seseorang.
Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting digunakan
pemasaran untuk memahami konsumen. Sikap terhadap merek yaitu mempelajari
kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi maupun
tidak disenangi secara sengaja secara konsisten.
Setiadi (2003) merumuskan tiga komponen sikap, yaitu komponen kognitif,
komponen afektif, dan komponen konatif. Kepercayaan merek merupakan
komponen dari sikap, evaluasi merek adalah bagian dari komponen afektif,
sedangkan maksud untuk membeli merupakan komponen konatif atau tindakan.
Hubungan antara ketiga komponen ini dijelaskan pada Gambar 2.
Komponen Kognitif
Kepercayaan terhadap Merek
Komponen Afektif
Evaluasi Merek
Komponen Konatif
Maksud untuk Membeli
Gambar 2 Hubungan Ketiga Komponen Sikap
Sumber: Setiadi (2003)
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa hubungan antara tiga komponen sikap
tersebut mengilustrasikan pengaruh keterlibatan tinggi, yaitu kepercayaan merek
yang mempengaruhi maksud untuk membeli. Dari tiga komponen sikap, evaluasi
merek adalah pusat dari telaah sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan
dari kecendrungan konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek
tertentu.
Karakteristik Sikap
Karakteristik sikap konsumen menurut Sumarwan (2011) terdiri atas:
1. Sikap memiliki Objek
Di dalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek.
Objek tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran
seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan, dan media.
2. Konsistensi Sikap
Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan
tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Oleh karena itu sikap memiliki
konsistensi dengan perilaku. Perilaku seorang konsumen merupakan gambaran
dari sikapnya. Seseorang menggunakan suatu produk dengan merek tertentu
karena orang tersebut memang menyukai produk itu. Inilah konsistensi antara
sikap dan perilaku, namun faktor situasi sering menyebabkan inkonsistensi
antara sikap dengan perilaku. Seseorang menyukai suatu produk tertentu,
namun ia tidak memiliki produk tersebut. Faktor daya beli menyebabkan tidak
konsistennya sikap dengan perilaku.
3. Sikap Positif, Negatif, dan Netral
Seseorang mungkin menyukai makanan tertentu (sikap positif), tidak
menyukai minuman tertentu (sikap negatif), atau bahkan tidak memiliki sikap
(sikap netral). Sikap memiliki dimensi positif, negatif, dan netral yang disebut
sebagai karakteristik valance dari sikap.
4. Intensitas Sikap
Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan bervariasi
tingkatannya, ada yang sangat menyukainya atau bahkan ada yang begitu
sangat tidak menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat
kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya.
Intensitas sikap disebut sebagai karakteristik extremity dari sikap.
5. Resistensi Sikap
Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah. Sikap
seorang konsumen dalam memeluk agamanya mungkin memiliki resistansi
yang tinggi untuk berubah. Sebaliknya, seorang konsumen yang tidak
menyukai sayuran kemudian disarankan oleh dokter untuk mengkonsumsi
karena alasan kesehatan, mungkin sikapnya akan berubah. Pemasar penting
memahami bagaimana resistensi konsumen agar bisa menerapkan strategi
pemasaran yang tepat. Pemasaran ofensif bisa diterapkan untuk mengubah
sikap konsumen yang sangat resisten atau merekrut konsumen baru.
6. Persistensi Sikap
Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan
berubah karena berlalunya waktu. Seorang konsumen tidak menyukai makan
di suatu tempat (sikap negatif), namun dengan berlalunya waktu ia akan
berubah dan menyukai makan di tempat tersebut.
7. Keyakinan Sikap
Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran yang
dimilikinya. Sikap seorang konsumen terhadap agama yang dianutnya akan
memiliki tingkat keyakinan yang sangat tinggi, sebaliknya sikap seseorang
terhadap adat kebiasaan akan memiliki tingkat keyakinan yang lebih kecil.
8. Sikap dan Situasi
Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi.
Ini artinya situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.
Seseorang mungkin tidak suka minum jus pada pagi hari, tetapi menyukai
minum jus pada siang atau malam hari.
Fungsi Sikap
1.
2.
3.
4.
Menurut Sumarwan (2011) terdapat empat fungsi dari sikap, yaitu:
Fungsi Utilitarian
Konsumen menyatakan sikapnya terhadap objek atau produk karena ingin
memperoleh manfaat produk tersebut atau menghindari resiko dari produk.
Sikap berfungsi mengarahkan perilaku untuk mendapatkan penguatan positif
atau menghindari resiko. Manfaat produk bagi konsumen menyebabkan
seseorang menyukai produk tersebut.
Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap berfungsi untuk melindungi konsumen (citra diri) dari keraguan yang
muncul dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yang mungkin menjadi
ancaman bagi dirinya. Sikap akan meningkatkan kepercayaan diri guna
meningkatkan citra diri dan mengatasi ancaman dari luar.
Fungsi Ekspresi Nilai
Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup, dan identitas sosial
dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan, dan opini
dari seorang konsumen.
Fungsi Pengetahuan
Salah satu karakter konsumen adalah memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
Seringkali konsumen merasa perlu mengetahui produk terlebih dahulu
sebelum menyukai dan membeli produk tersebut. Oleh karena itu, sikap positif
terhadap suatu produk seringkali mencerminkan pengetahuan konsumen
terhadap suatu produk.
Faktor Pengukuran Sikap
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994) pengukuran dilakukan
karena adanya ketidaksesuaian dengan perilaku. Sejauh mana suatu pengukuran
sesuai atau cocok dengan suatu perilaku yang akan menentukan daya ramal yang
bergantung pada seberapa baik pengukuran tersebut menangkap empat elemen
perilaku yang mungkin yaitu tindakan, target, waktu dan konteks.
1.
2.
3.
4.
Tindakan
Elemen ini mengacu pada perilaku spesifik misalnya pembelian, pemakaian,
dan peminjaman. Penting sekali bahwa pengukuran sikap menggambarkan
elemen tindakan secara akurat, karena kelalaian melakukan hal ini dapat
menjadi sangat merusak keakuratan prediksi mereka.
Target
Elemen target dapat menjadi sangat umum atau sangat spesifik. Tingkat
kespesifikan target bergantung kepada perilaku minat.
Waktu
Elemen ini berfokus pada kerangka waktu dimana perilaku diharapkan
terjadi. Waktu mengacu pada kondisi dan situasi yang mendukung terjadinya
perilaku.
Konteks
Elemen konteks mengacu pada latar dimana perilaku diharapkan terjadi.
Apabila kita akan meramalkan pembelian suatu produk yang menekankan
tempat penjualan maka pengukuran sikap harus memasukkan elemen konteks
ini.
Model Multiatribut
Sikap konsumen terhadap produk atau jasa yang dipasarkan merupakan hal
yang penting untuk diketahui pemasar sebagai acuan bagi perumusan strategi
untuk mempengaruhi sikap konsumen. Model multiatribut dibagi menjadi dua
yaitu model Fishbein dan model angka ideal.
1. Model Fishbein
Model ini dikembangkan oleh Martin Fishbein. Menurut Fishbein sikap
konsumen merupakan fungsi dari persepsi dan penilaiannya terhadap
berbagai atribut dari objek sikap. Konsep penting yang dinyatakan Fishbein
yaitu:
a. Model sikap terhadap objek
Model ini lebih aplikatif penerapannya untuk mengetahui sikap konsumen
terhadap suatu produk atau objek sikap yang lain. Mengacu pada model
ini, sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek tertentu dari suatu
produk merupakan fungsi dari evaluasi terhadap atribut atau keyakinannya
tertentu mengenai produk tersebut.
Konsumen yang memberikan penilaian positif atas suatu produk atau
memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu produk akan memilih
sikap yang positif. Model Fishbein memungkinkan para pemasar
mendiagnosis kekuatan dan kelemahan merek produknya secara relatif
dibandingkan dengan merek produk pesaing dengan menentukkan
bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atributatribut penting.
b. Model keinginan berperilaku
Berbeda dengan model sikap terhadap objek, model keinginan berperilaku
lebih memfokuskan pada prediksi intensi (keinginan kuat) untuk
berperilaku atas objek sikap serta mengkaitkan sikap dengan norma
subjektif. Model keinginan berperilaku dapat memprediksi lebih baik
2.
ketika digunakan untuk mempredisksi perilaku konsumen yang terkait
dengan masalah-masalah normatif.
Model Angka Ideal
Model angka ideal merupakan salah satu dari model multiatribut. Menurut
Engel, Blackwell dan Miniard (1994) pemahaman model ini diawali oleh
pemikiran bahwa setiap orang memiliki produk atau merek ideal bagi dirinya.
Ditinjau dari sikap, semakin dekat ke poin ideal, sebuah produk atau merek
semakin baik posisinya. Oleh karena itu sikap konsumen juga dapat diukur
melalui jarak antara posisi produk atau merek dan posisi ideal di benak
konsumen.
Model angka ideal dapat memberikan informasi berkenaan dengan bagaimana
merek yang sudah ada di pandang oleh konsumen. Model angka ideal dapat
dijadikan alat analisis yang menginformasikan untuk perencanaan dan
tindakan pasar, selain itu untuk implikasi pengembangan bisnis baru.
Penelitian ini menggunakan model multiatribut Fishbein yaitu model sikap
terhadap objek untuk mengidentifikasi sikap konsumen terhadap produk Teh
Pucuk Harum.
Atribut-Atribut
Menurut Sumarwan (2011) atribut suatu produk dapat dibedakan kedalam
dua jenis atribut yaitu atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik
menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, sedangkan atribut abstrak
menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi
konsumen. Atribut produk merupakan unsur produk yang dianggap penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Suatu produk pada
dasarnya adalah kumpulan-kumpulan atribut dan setiap produk baik barang atau
jasa dapat dideskripsikan dengan menyebutkan atribut-atributnya.
Konsumen melakukan penilaian dengan evaluasi terhadap atribut produk. Di
dalam mengukur evaluasi tersebut terdapat dua sasaran pengukuran yang penting
yaitu mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan memperkirakan
faliensi relatif dari masing-masing atribut produk (Engel, Blackwell dan Miniard
1994) Beberapa cara yang dipakai untuk mengetahui atribut produk menurut
Simamora (2002) yaitu:
1. Metode judgement yaitu peneliti menentukan atribut produk, akurasi atribut
tergantung dari kredibilitas peneliti dan karena kredibilitas bersifat subjektif
maka akurasi juga subjektif.
2. Metode focus group yaitu peneliti mengumpulkan beberapa responden yang
dianggap memahami produk yang kemudian secara bersama-sama membahas
secara mendalam tentang atribut produk.
3. Metode brain storming yaitu dengan menampung semua ide yang masuk.
Kelemahan metode ini adalah atribut yang masuk terlalu banyak sehingga
dimungkinkan masuknya ide-ide aneh yang tidak masuk akal.
Kerangka Pemikiran Operasional
Teh Pucuk Harum termasuk produk yang masih baru di pasaran. Sebagai
produk baru, Teh Pucuk Harum menghadapi persaingan pasar dengan produk lain
yaitu Teh Botol Sosro yang saat ini menjadi pemimpin pasar produk teh hitam
dalam kemasan. Untuk dapat bertahan dalam persaingan, diperlukan riset pasar
untuk mengetahui respon konsumen. Riset pasar dapat dilakukan dengan
menganalisis karakteristik konsumen dan sikap konsumen. Riset pasar penting
dilakukan karena konsumen merupakan komponen lingkungan yang paling
mampu mempengaruhi pencapaian tujuan pemasaran. Dengan melakukan riset
pasar maka dapat diketahui bagaimana sikap konsumen terhadap Teh Pucuk
Harum.
Sikap memiliki peranan penting dalam membentuk perilaku konsumen.
Setiap konsumen akan menunjukkan sikap yang berbeda-beda terhadap produk
Teh Pucuk Harum. Dengan adanya perbedaan sikap tersebut, maka perlu
diidentifikasi dengan menggunakan model multiatribut Fishbein melalui atributatribut yang mempengaruhi pembelian produk Teh Pucuk Harum. Atribut-atribut
yang akan diuji antara lain: rasa, aroma, kesegaran, kandungan gizi, manfaat,
volume, kemasan botol plastik, harga, kejelasan izin Depkes dan ketersediaan
produk. Penentuan atribut-atribut tersebut berdasarkan metode judgement, dimana
peneliti
menentukan sendiri atribut-atribut yang akan diuji. Selain itu penentuan atribut
dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu yang umumnya menggunakan atributatribut tersebut dalam melakukan analisis. Kerangka pemikiran operasional secara
skematik dapat dilihat pada Gambar 3.
Tingkat persaingan produk minuman teh dalam kemasan semakin tinggi
- Teh Pucuk Harum merupakan produk baru di pasar minuman teh dalam kemasan
- Penjualan belum optimal
Analisis perilaku konsumen Teh Pucuk Harum di Kota Bogor
Karakteristik konsumen
Teh Pucuk Harum
Tahapan proses keputusan pembelian Teh Pucuk
Harum mencakup pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian dan hasil pembelian
Sikap responden terhadap Teh Pucuk Harum
Model multiatribut Fishbein
Negatif
Positif
Rekomendasi bagi perusahaan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
batasan penelitian
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian mengenai analisis sikap konsumen terhadap Teh Pucuk Harum
dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor merupakan kota yang berada dekat
dengan pabrik Teh Pucuk Harum yang berlokasi di Caringin. Hal ini dapat
memudahkan pasokan produk karena lokasi lebih mudah diakses dibandingkan
dengan kota-kota lainnya. Lokasi di Kota Bogor yang dijadikan tempat penelitian
yaitu beberapa tempat perbelanjaan, di antaranya Giant Botani Square IPB
International Convention Center, Giant Taman Yasmin, Bogor Trade Mall, dan
Jogja Junction. Tempat tersebut dipilih karena sebagian besar pengunjung berusia
diatas 17 tahun sehingga sesuai dengan kriteria responden. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2013.
Metode Penentuan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampel tanpa peluang (non probability sampling), yaitu dengan metode
convenience sampling.
Responden dipilih berdasarkan pengalaman
mengkonsumsi teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum, dan telah berusia
diatas 17 tahun. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100
orang. Penentuan ini dilakukan berdasarkan jumlah minimal 30 responden yang
secara empiris jumlah tersebut memiliki distribusi peluang rata-rata yang akan
mengikuti distribusi normal dan sampel tersebut sudah cukup besar (Siagian
2003). Penambahan 70 responden dilakukan dengan asumsi bahwa jumlah
responden yang semakin besar akan memberikan data yang semakin mewakili.
Sampel yang diambil untuk dijadikan responden pada penelitian ini telah
lulus tahap screening terlebih dahulu. Kriteria yang digunakan sebagai screening
adalah: (1) responden pernah mengkonsumsi produk Teh Pucuk Harum, minimal
dalam satu bulan terakhir sehingga responden masih mengingat atribut dari
produk Teh Pucuk Harum yang mereka konsumsi; (2) Screening berdasarkan usia,
yaitu memilih responden yang sudah berusia di atas 17 tahun karena usia ini
dianggap sudah cukup dewasa untuk melakukan pembelian produk pangan.
Apabila konsumen terdiri atas satu keluarga, maka hanya satu anggota keluarga
saja yang menjadi responden penelitian.
Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif yang terdiri atas data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
responden melalui wawancara langsung dan melalui pengisian kuesioner sebagai
panduan, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas dan instansi terkait seperti
Badan Pusat Statistik, internet dan referensi kepustakaan lainnya.
Instrumentasi yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama untuk mengetahui karakteristik
responden dan untuk mengetahui pengetahuan responden mengenai Teh Pucuk
Harum, serta bagian kedua untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap Teh
Pucuk Harum. Adapun pengumpulan data primer menggunakan kuesioner terbagi
menjadi beberapa jenis pertanyaan, yaitu:
1. Pertanyaan tertutup, merupakan pertanyaan dengan jawaban yang telah
ditentukan terlebih dahulu sehingga responden hanya dapat memilih jawaban
yang telah disediakan dalam pertanyaan tersebut.
2. Pertanyaan terbuka, merupakan pertanyaan dengan jawaban yang bersifat
bebas sehingga responden dapat mengisi pertanyaan yang diajukan sesuai
dengan pendapat pribadinya.
3. Pertanyaan kombinasi, yaitu pertanyaan dengan jawaban yang telah ditentukan
serta diikuti dengan adanya jawaban yang tidak ditentukan terlebih dahulu
sehingga responden bebas untuk memberikan jawaban.
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang dibagikan kepada responden di ketiga pusat perbelanjaan yang dituju.
Penyebaran kuesioner dilakukan pada hari kerja (Senin–Jumat) dan hari libur
(Sabtu, Mingu, dan hari libur nasional). Berdasarkan hasil pengamatan awal,
waktu berkunjung paling ramai pada hari kerja adalah pukul 16.00–20.00 WIB,
sedangkan untuk hari libur pada pukul 13.00–21.00 WIB sehingga waktu
penyebaran kuesioner adalah pukul 16.00 sampai 20.00 WIB pada hari kerja dan
pukul 13.00 sampai 21.00 WIB pada hari libur. Penyebaran kuesioner dilakukan
selama satu bulan. Pemilihan waktu tersebut bertujuan agar seluruh populasi
terwakili, baik populasi konsumen pada hari kerja maupun libur pada waktu siang
ataupun malam sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi
kesimpulan dari keseluruhan populasi di ketiga pusat perbelanjaan tersebut.
Metode Pengolahan Data
Penelitian yang akan dilakukan mengenai sikap konsumen terhadap produk
Teh Pucuk Harum menggunakan analisis deskriptif dan analisis Fishbein. Data
yang dianalisis dengan menggunakan tabulasi deskriptif adalah karakteristik
responden pembeli Teh Pucuk Harum, sedangkan analisis Fishbein akan
memberikan gambaran preferensi konsumen yang berupa sikap dari produk Teh
Pucuk Harum. Pada penelitian ini, produk Teh Botol Sosro dijadikan pembanding
dari Teh Pucuk Harum. Hal ini dilakukan karena Teh Botol Sosro dan Teh Pucuk
Harum merupakan produk yang berasal dari jenis teh yang sama, yaitu teh hitam.
Selain itu, posisi pasar Teh Botol Sosro sebagai pemimpin pasar pada minuman
teh dalam kemasan menarik untuk dikaji, mengingat Teh Pucuk Harum
merupakan produk baru di pasar minuman dalam kemasan. Produk Teh Botol
Sosro yang dijadikan pembanding adalah produk Teh Botol Sosro dalam kemasan
botol plastik, sehingga terjadi kesetaraan kemasan dengan produk Teh Pucuk
Harum.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2003).
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menggambarkan secara rinci data
yang diperoleh dengan membuat tabulasi hasil jawaban responden lalu
dipresentasikan. Metode ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pemberian
kuesioner kepada responden, mentabulasikan semua jawaban responden
berdasarkan kuesioner, dan melakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh
dari pentabulasian.
Analisis Fishbein
Menurut Sumarwan (2011), model sikap multiatribut menjelaskan bahwa
sikap konsumen terhadap suatu objek sikap (produk atau merek) sangat ditentukan
oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut
disebut sebagai multiatribut karena evaluasi konsumen terhadap objek
berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek
tersebut.
Model multiatribut Fishbein mengidentifikasi tiga faktor utama untuk
memprediksi sikap. Faktor pertama, keyakinan seseorang terhadap atribut obyek
yang menonjol. Faktor kedua, adalah kekuatan keyakinan seseorang bahwa atribut
memiliki kekhasan. Faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan
akan atribut yang menonjol, dimana diukur seberapa baik atau tidak baik
keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu.
Model sikap Fishbein digunakan agar diperoleh konsistensi antara sikap dan
perilakunya sehingga model sikap Fishbein memiliki dua komponen, yaitu
komponen sikap dan komponen norma subyektif.
1. Komponen sikap: bersifat internal individu, berkaitan langsung dengan obyek
penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting
dalam pengukuran perilaku karena akan menentukan tindakan apa yang akan
dilakukan tanpa dipengaruhi faktor eksternal.
2. Komponen norma subyektif: bersifat eksternal individu yang mempunyai
pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan
cara mengalikan nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan
motivasi untuk menyetujui atribut tersebut.
Model sikap multiatribut Fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen
terhadap suatu produk atau merek sangat ditentukan oleh sikap konsumen
terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Metode Fishbein diformulasikan sebagai
berikut (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994):
Dimana :
Ao
: Skor sikap terhadap Teh Pucuk Harum
bi
: Kekuatan kepercayaan bahwa merk ‘X’ memiliki atribut i
ei
: Evaluasi mengenai atribut ke-i
n
: Jumlah kriteria atribut yang relevan
Penilaian dengan analisis Fishbein ini diambil dari perhitungan nilai rataan
masing-masing atribut untuk seluruh responden, lalu diformulasikan kedalam
metode Fishbein dan hasilnya berupa nilai Fishbein untuk setiap produk atau
merek ‘X’ (Ao) yang ditampilkan dalam suatu tabel. Penjelasan untuk atributatribut dalam analisis Fishbein tersebut adalah sebagai berikut :
1. Variabel ei menggambarkan evaluasi atribut ke-i dari merek Teh Pucuk
Harum yang diukur secara khas, pada skala evaluasi 5 angka yang berjajar
dari sangat penting (+2) penting (+1), biasa saja (0), tidak penting (-1), sangat
tidak penting (-2).
2. Variabel bi menunjukkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa Teh Pucuk
Harum yang diteliti memiliki penilaian atribut yang diberikan. Skala
pengukuran bi juga sama dengan ei yaitu +2, +1, 0, -1, -2. Ketentuan untuk
masing-masing atribut adalah sebagai berikut:
a) Rasa
: Sangat enak hingga sangat tidak enak
b) Harga
: Sangat mahal hingga sangat murah
c) Aroma
: Sangat harum hingga sangat tidak harum
d) Warna
: Sangat pekat hingga sangat tidak pekat
e) Volume
: Sangat banyak hingga sangat tidak banyak
f) Manfaat
: Sangat bermanfaat hingga sangat tidak
bermanfaat
g) Kesegaran
: Sangat segar hingga sangat tidak segar
h) Kemasan
: Sangat menarik hingga sangat tidak menarik
i) Kandungan Gizi
: Sangat lengkap hingga sangat tidak lengkap
j) Izin BPOM
: Sangat jelas hingga sangat tidak jelas
k) Informasi Kadaluarsa : Sangat jelas hingga sangat tidak jelas
l) Ketersediaan Produk : Sangat mudah diperoleh hingga sangat sulit
diperoleh
3. Variabel Ao menunjukkan penilaian sikap responden terhadap atribut Teh
Pucuk Harum yang merupakan hasil perkalian setiap skor evaluasi dengan
skor kinerja atributnya. Hasil analisis Fishbein ditampilkan dalam bentuk
tabel.
Rentang skala penilaian diperlukan sebelum memberikan interpretasi
terhadap hasil penilaian sikap konsumen. Skala penilaian dapat diperoleh dengan
cara mencari skor sikap (Ao) maksimum terlebih dahulu. Skor maksimum sikap
ini diperoleh dengan cara mengalikan skor evaluasi (ei) dengan skor kepercayaan
(bi) yang ideal +2. Apabila telah diperoleh nilai sikap (Ao) maksimum, maka nilai
tesebut menjadi rentang dalam skala penilaian sikap tersebut. Skala penilaian
dibagi menjadi lima kategori dimulai dari yang terendah yaitu (-) nilai sikap (Ao)
maks hingga yang tertinggi (+) Ao maks dengan rentang sebesar nilai sikap (Ao)
maks.
Definisi Operasional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Responden: orang yang memiliki pengalaman mengkonsumsi teh hitam siap
minum dan telah berusia di atas 17 tahun.
Rasa: karakteristik organoleptik yang dirasakan oleh lidah.
Harga: nilai jual per unit produk teh hitam siap minum pada saat penelitian
dilakukan, dalam satuan rupiah.
Aroma: senyawa sintetik yang dapat menimbulkan bau harum dan rasa enak.
Warna: tingkat kepekatan warna teh hitam siap minum.
Volume: jumlah isi per kemasan teh hitam siap minum.
Manfaat : kegunaan yang dapat diambil dari produk teh hitam siap minum.
Kesegaran: tingkat rasa segar yang dirasakan konsumen setelah
mengkonsumsi produk teh hitam siap minum.
Kemasan: bagian terluar dari teh hitam siap minum yang berperan untuk
menambah daya tarik.
Kandungan gizi: kandungan dalam produk teh hitam siap minum dalam
kemasan.
Izin BPOM : bukti dari pihak berwenang bahwa produk telah terdaftar dan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Informasi kadaluarsa : batas waktu maksimal yang ditetapkan dimana produk
dapat dikonsumsi. Biasanya dicantumkan pada bagian luar kemasan produk
yang mudah terlihat oleh konsumen.
Ketersediaan produk: tingkat kemudahan teh hitam siap minum dapat
diperoleh konsumen.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
PT Mayora Indah Tbk didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. PT Mayora
Indah mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Jumlah karyawan
perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Desember 2003, 2004 dan
2005 masing-masing adalah 4 310 karyawan, 4 650 karyawan dan 5 317
karyawan. PT Mayora Indah berdomisili di Tangerang dengan pabrik berlokasi di
Tangerang dan Bekasi. Kantor pusat PT Mayora Indah beralamat di Gedung
Mayora, Jl. Tomang Raya No. 21 sampai 23, Jakarta 11440. PT Mayora Indah
tergabung dalam kelompok usaha group Mayora. PT Mayora Indah juga
merupakan induk perusahaan yang memiliki lebih dari 50 persen saham anak
perusahaan berikut:
1) PT Sinar Pangan Barat (SPB) yang berdomisili di Medan. Berjenis usaha
industri makanan dan olahan, mulai beroperasi sejak tahun 1991.
2) PT Sinar Pangan Timur (SPT) yang berdomisili di Surabaya. Berj enis
usaha industri makanan dan olahan, mulai beroperasi sejak tahun 1992.
3) PT Torabika Eka Semesta (TES) yang berdomisili di Tangerang. Berjenis
usaha industri pengolahan kopi bubuk dan instan, mulai beroperasi sejak
tahun 1990.
4) PT Kakao Mas Gemilang (KMG), dimiliki TES dengan kepemilikan
96 persen, berdomisili di Tangerang. Berjenis usaha industri pengolahan biji
kakao, mulai beroperasi sejak tahun 1985.
5) Mayora Nederland B.V., berdomisili di Belanda. Berjenis usaha jasa
keuangan dan mulai beroperasi sejak tahun 1996.
Sejak pertama kali didirikan pada tahun 1977, PT Mayora Indah Tbk telah
menjadi salah satu industri makanan penting di Indonesia. Sebagai hasil dari
pertumbuhan negara di bidang ekonomi dan pergeseran pola konsumtif terhadap
produk sosial yang lebih praktis, PT Mayora menawarkan pertumbuhan pesat
selama bertahun-tahun. Untuk memenuhi tuntutan pasar yang semakin meningkat,
PT Mayora Indah Tbk menjadi go public melalui Initial Public Offering (IPO)
pada tahun 1990. Sebuah langkah sukses yang nyata dalam wujud pabrik-pabrik
di Tangerang, Bekasi dan Surabaya yang mempekerjakan 5 300 pekerja.
Didukung dengan jaringan distribusi yang kuat dan luas, produk PT Mayora
Indah tersedia di seluruh Indonesia dan beberapa negara luar negeri seperti
Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Hong Kong, Arab Saudi,
Australia, Afrika, Amerika dan Italia. Produksi dari PT Mayora Indah Tbk
berbagai jenis kebutuhan pasar seperti biskuit, permen, wafer, cokelat, makanan
kesehatan dan juga kopi. PT Mayora Indah Tbk akan berusaha memberikan
kontribusi positif bagi lingkungan dan negara tempat perusahaan beroperasi dan
PT Mayora Indah Tbk telah membuktikan dirinya sebagai produsen yang
berkualitas dengan mendapatkan penghargaan Top 100 Perusahaan Eksportir di
Indonesia dari majalah Swa.
Visi dan Misi
PT Mayora Indah Tbk sebagai perusahaan fast moving consumer goods
yang mempunyai inti usaha dibidang makanan tentunya memiliki visi dan misi di
dalam menjalankan bidang usahanya. Adapun visi dan misi dari PT Mayora Indah
Tbk adalah sebagai berikut:
1. Visi
Menjadi produsen dengan kualitas produk makanan dan minuman yang
dipercaya oleh konsumen baik di pasar domestik maupun internasional dan
mengendalikan saham yang signifikan.
2. Misi
a. Terus meningkatkan posisi kompetitif kami dalam kategori
b. Membangun merek yang kuat dan saluran distribusi di semua lini
c. Menyediakan lingkungan kerja yang menantang, menyenangkan dan
menguntungkan secara finansial di mana persaingan yang adil dan sikap
bertanggung jawab didorong secara sosial dan ramah lingkungan
d. Membawa nilai-nilai kepada stakeholder kita dengan mengamankan
pertumbuhan dan struktur keuangan yang kuat di industri
Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT Mayora Indah terdiri atas beberapa kelompok.
Setiap kelompok memiliki fungsi berbeda yang menitikberatkan pada
pengembangan produk tertentu atau lini produksi. Kendali perusahaan berada
pada Presiden Direktur sebagai pucuk pimpinan. Pekerjaan dapat dilakukan secara
tim maupun individual, dan setiap pekerjaan memerlukan kordinasi antara atasan
dan bawahan. Deskripsi dari masing-masing jabatan adalah sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dan
memberikan saran kepada Direksi atas pengelolaan perusahaan, termasuk
perencanaan dan pengembangan, operasional dan penganggaran,
kepatuhan dan tata kelola perusahaan dan penerapan keputusan RUPST.
Direksi bertanggung jawab kepada RUPST. Dewan Komisaris dibantu
oleh seorang sekretaris serta internal audit untuk memastikan kepatuhan
terhadap peraturan Bapepam-LK dan SEC serta peraturan relevan
lainnya.
2. Direksi
Direksi berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan baik dalam maupun luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi terdiri atas:
a. Direktur utama
Bertanggung jawab atas berjalannya semua fungsi organisasi di
perusahaan dan berwenang menetapkan arah kebijakan serta strategi
perusahaan yang menyeluruh.
b. Direktur Pemasaran
Bertanggung jawab atas fungsi pemasaran, fungsi account manager,
kebijakan promosi, kebijakan penjualan dan kontrak penjualan, kebijakan
harga, kebijakan pemasok, kebijakan hubungan pelanggan
c. Direktur Umum dan Personalia
Bertanggung jawab untuk membantu mengelola dan menjalankan
kegiatan perusahaan dan untuk mendukung dan membantu direktur
sumber daya manusia dan umum dalam mengelola dan menjalankan
kegiatan perusahaan.
d. Direktur Pengembangan Produk.
Bertanggung jawab untuk mendukung dan membantu direktur utama
dalam mengelola dan menjalankan kegiatan perusahaan meliputi
bidang pengembangan bisnis untuk menangani aktivitas pengembangan
bisnis yang ada dan mencari peluang bisnis baru yang prospektif.
e. Direktur Keuangan
Direktur keuangan bertanggung jawab mengelola dan menjalankan
kegiatan perusahaan untuk menangani urusan anggaran dan pelaporan,
menangani urusan pajak dan asuransi, menangani urusan yang
berhubungan dengan optimasi aset dan portofolio investasi.
3. Divisi Biskuit
Bertanggung jawab membantu direktur utama menjalankan kegiatan
perusahaan dalam produk biskuit seperti Romma dan Better.
4. Divisi Kembang Gula
Bertanggung jawab membantu direktur utama menjalankan kegiatan
perusahaan dalam produk kembang gula seperti Kopiko dan Kis.
5. Divisi Chocolate dan Water
Bertanggung jawab membantu direktur utama menjalankan kegiatan
perusahaan dalam produk chocolate dan water seperti Beng-Beng, Astor,
Choki-Choki. Danisa dan Vitazone.
6. Manajer Plan
Bertanggung jawab membantu dan mendukung pada setiap divisi yang
ditetapkan yaitu divisi biskuit, divisi chocolate dan wafer dan divisi kembang
gula dalam perencanaan serta pengawasan kinerja perusahaan.
7. Manajer Produk
Bertanggung jawab membantu dan mendukung pada setiap divisi yang
ditetapkan yaitu divisi biskuit, divisi chocolate dan wafer dan divisi kembang
gula dalam perencanaan serangkaian kegiatan dalam produksi.
8. Manajer Quality Control
Bertanggung jawab untuk membantu dan mendukung pada setiap divisi yang
ditetapkan yaitu divisi biskuit, divisi chocolate dan wafer dan divisi kembang
gula dalam pengecekan terhadap produk dan pengontrol barang hasil
produksi.
Bauran Pemasaran PT Mayora Indah
PT Mayora Indah berkomitmen akan mengembangkan beberapa hal untuk
mendukung terlaksananya visi dan misi perusahaan. Salah satu upaya untuk
meningkatkan penjualan dan meningkatkan brand image produk di mata
konsumen adalah dengan melakukan kegiatan pemasaran. PT Mayora Indah
dalam usahanya memperkenalkan dan memasarkan produk Teh Pucuk Harum
menerapkan bauran pemasaran. Bauran pemasaran dari Teh Pucuk Harum adalah:
1) Produk
Dari segi produk, PT Mayora Indah terus mengembangkan produk-produk
baru yang berkualitas demi memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu produk
terbaru adalah Teh Pucuk Harum. Teh pucuk harum dibuat dari pucuk daun
teh terbaik dengan aroma jasmine yang menyegarkan. Menggunakan
teknologi Advanced Sterilizing Technology (AST) sehingga terjamin. Tidak
menggunakan bahan pengawet, tanpa pemanis buatan, tanpa pewarna, serta
Halal. Teh Pucuk Harum diluncurkan dalam kemasan botol plastik ukuran
350 ml. Sangat menarik karena kemasan ini belum ada pesaingnya.
2) Price
Teh Pucuk Harum dijual dengan harga eceran tertinggi 3 500 rupiah per
botol. Pricing point yang dipilih berada di tengah-tengah kompetitor yang
sudah ada di pasar, antara 2 500 rupiah sampai 6 500 rupiah per kotak/botol.
Hal ini cukup meningkatkan willingness konsumen untuk mencoba, karena
harga yang relatif rendah.
3) Place
Didukung tim distribusi yang sangat kuat baik di pasar tradisional
maupun di pasar modern, serta di sektor hotel, restoran, kantin (HOREKA).
Dalam waktu relatif singkat, produk Teh Pucuk Harum dapat ditemukan
dengan mudah di semua saluran distribusi yang ada.
4) Promotion
Peluncuran produk dari PT Mayora Indah selalu bersifat komprehensif
dan menyeluruh, didukung dengan iklan TV animasi yang menarik dan
aktivitas below the line seperti sampling di mall. Kegiatan promosi yang
sudah dilakukan di antaranya: Semarak Senam Teh Pucuk Harum di Kota
Malang pada tanggal 01 Mei 2011, dan Semarak Pesta Rakyat HUT Ke-9
Bali TV di Lapangan Astina Raya Gianyar pada tanggal 27 Mei 2011.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Konsumen
Kuesioner yang disebarkan kepada para responden merupakan konsumen
teh hitam siap minum di Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik dari konsumen teh hitam siap minum di Kota Bogor. Karakteristik
konsumen diklasifikasikan berdasarkan usia, status marital, jumlah anggota
keluarga, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan pendapatan per bulan. Berikut ini
adalah penjelasan yang akan menggambarkan karakteristik umum responden
terhadap produk teh hitam siap minum berdasarkan klasifikasi tersebut.
1. Usia
Konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang
berbeda pula. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap suatu produk. Usia responden dikategorikan kedalam lima
kelompok yaitu 17 hingga 22 tahun, 23 hingga 29 tahun, 30 hingga 36 tahun, 37
hingga 43 tahun, dan diatas 44 tahun. Pada Tabel 4 dapat dilihat sebaran
responden berdasarkan usia.
Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan usia
No Usia (tahun)
Persentase (%)
1
17-22
59
2
23-29
20
3
30-36
8
4
37-43
6
5
>44
7
Total
100
Tabel 4 menunjukkan responden yang paling dominan berkisar antara 17
hingga 22 tahun sebanyak 59 persen dan pada rentang usia 23 hinga 29 tahun
sebesar 20 persen. Hal tersebut disebabkan pada rentang usia tersebut merupakan
usia remaja yang kehidupannya dipengaruhi oleh gaya hidup yang sedang
berkembang serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu produk.
Selain itu responden yang berada pada rentang usia 17 hingga 23 tahun
merupakan usia masa transisi dimana proses keputusannya akan dipengaruhi oleh
banyak hal dari berbagai informasi yang berkembang. Responden pada rentang
usia tersebut memiliki keinginan untuk mencoba-coba produk baru.
Responden lainnya berada dalam rentang usia 30 hingga 36 tahun sebanyak
delapan persen, 37 hingga 43 tahun sebanyak enam persen, dan usia diatas 44
tahun sebanyak tujuh persen. Responden tersebut mengkonsumsi teh hitam siap
minum dengan alasan kebiasaan atau tradisi yang sudah turun temurun sejak
jaman dahulu.
2. Status Marital
Status marital atau status pernikahan responden dapat menggambarkan
karakteristik dari responden teh hitam siap minum. Status pernikahan dibagi
menjadi dua yaitu belum menikah dan sudah menikah. Status pernikahan dapat
mempengaruhi keputusan pembelian seseorang terhadap suatu produk. Tabel 5
akan menggambarkan sebaran responden berdasarkan status marital.
Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan status marital
Status marital
Persentase (%)
Menikah
24
Belum Menikah
76
Total
100
Berdasarkan Tabel 5 status marital mayoritas responden adalah belum
menikah dengan jumlah responden sebanyak 76 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa responden teh hitam siap minum umumnya berusia muda. Keputusan
pembelian teh hitam siap minum yang dilakukan oleh responden yang belum
menikah tersebut merupakan keputusan yang dipengaruhi oleh dirinya sendiri.
Responden yang belum menikah mengkonsumsi teh hitam siap minum
karena adanya keinginan pribadi untuk mendapatkan kesegaran serta
menghilangkan dahaga. Hal ini juga terlihat dari sebagian besar responden yang
belum menikah berada pada rentang usia remaja hingga dewasa. Berbeda dengan
24 persen responden yang sudah menikah, keputusan pembelian responden akan
disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga lainnya.
3. Jumlah Anggota Keluarga
Responden teh hitam siap minum dengan status belum menikah yang
memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5–6 orang, termasuk orang tua dan
kerabat yang tinggal serumah yaitu sebanyak 50 persen, kemudian diikuti
responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 2-4 orang sebanyak 41 persen.
Semakin banyak jumlah anggota keluarga responden yang ikut mengkonsumsi teh
hitam siap minum, maka semakin besar peluang peningkatan penjualan produk teh
hitam siap minum. Sebaran jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran jumlah anggota keluarga responden
Jumlah anggota keluarga
Persentase (%)
2-4 orang
41
5-6 orang
50
7-8 orang
9
Total
100
4.
Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dapat menunjukkan tingkat pengetahuan mereka
terhadap suatu produk. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat
menggambarkan perbedaan tingkat kebutuhan serta selera responden terhadap
produk. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan karakteristik responden
berdasarkan jenis pekerjaan.
Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan
Persentase (%)
Pelajar/Mahasiswa
58
Wirausaha
6
Pegawai Negeri
4
Pegawai Swasta
23
Ibu Rumah Tangga
9
Total
100
Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan dapat diketahui bahwa
jenis pekerjaan yang paling dominan yaitu sebagai pelajar atau mahasiswa sebesar
58 persen. Jumlah terbanyak berikutnya adalah pegawai swasta dengan jumlah 23
persen kemudian diikuti ibu rumah tangga sembilan persen, wirausaha enam
persen, dan pegawai negeri dengan jumlah paling kecil yaitu sebesar empat
persen. Pelajar atau mahasiswa merupakan responden terbanyak diantara jenis
pekerjaan lainnya. Hal ini dikarenakan lokasi penelitian merupakan pusat
perbelanjaan yang sering dikunjungi oleh pelajar atau mahasiswa.
5. Pendidikan Terakhir
Karakteristik dapat dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki
oleh responden. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai
yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu
masalah. Pada Tabel 8 dapat dilihat sebaran responden berdasarkan tingkat
pendidikan terakhir.
Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pendidikan terakhir
Pendidikan terakhir
Persentase (%)
SMP
4
SMA
63
Akademi (D1/D2/D3)
5
Sarjana (S1/S2/S3)
28
Total
100
Tingkat pendidikan responden beragam dari Sekolah Menengah Pertama
hingga sarjana. Tabel 8 menunjukkan tingkat pendidikan terakhir mayoritas
responden adalah Sekolah Menengah Atas sebanyak 63 persen yang kemudian
diikuti oleh pendidikan sarjana sebesar 28 persen, akademi lima persen, dan
Sekolah Menengah Pertama empat persen. Hal ini menunjukkan bahwa responden
teh hitam siap minum merupakan kalangan muda yang memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi akan suatu produk baru yang beredar di pasaran juga mengikuti tren
yang sedang berkembang.
6.
Pendapatan
Tingkat pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan
rata-rata yang diterima oleh responden dalam satu bulan. Pendapatan pelajar atau
mahasiswa merupakan uang saku, sedangkan pendapatan yang diterima ibu rumah
tangga didefinisikan sebagai pendapatan yang diterima dari pendapatan suami
selama satu bulan. Tingkat pendapatan yang diterima oleh responden akan
mempengaruhi jumlah konsumsi dan akan berdampak pada pembelian yang
dilakukan. Tabel 9 akan menggambarkan sebaran responden berdasarkan tingkat
pendapatannya dalam satu bulan.
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan pendapatan
Pendapatan
Persentase (%)
< 2.000.000
60
2.000.001 – 3.000.000
28
3.000.001 – 6.000.000
10
6.000.001 – 10.000.000
2
>10.000.000
0
Total
100
Tabel 9 menunjukkan pendapatan responden mayoritas adalah kurang dari
dua juta rupiah dengan jumlah responden sebanyak 60 persen. Responden ini
dikategorikan sebagai golongan ekonomi menengah kebawah. Apabila
dihubungkan dengan banyaknya responden yang berusia 17 hingga 22 tahun
dimungkinkan pada usia tersebut responden masih menjadi pelajar atau
mahasiswa sehingga tingkat pendapatan yang diterima dalam satu bulan kurang
dari dua juta rupiah.
Adapun 28 persen lainnya yang memiliki pendapatan berkisar antara dua
juta rupiah hingga tiga juta rupiah dalam sebulan. Responden dengan pendapatan
tersebut dikategorikan sebagai golongan ekonomi menengah. Sebanyak 10 persen
responden menyatakan bahwa mereka memiliki pendapatan berkisar antara tiga
juta rupiah hingga enam juta rupiah yang dikategorikan kedalam golongan
ekonomi menengah keatas. Responden pada rentang pendapatan ini berprofesi
sebagai pegawai swasta dan wirausaha. Responden yang memiliki pendapatan
diatas 10 juta rupiah sebesar nol persen.
Tahapan Keputusan Pembelian
Karakteristik dan latar belakang yang beragam akan mempengaruhi
pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk. Proses pengambilan
keputusan pembelian teh hitam siap minum berawal ketika konsumen merasakan
dan mengenali adanya kebutuhan akan produk tersebut. Kesadaran akan
kebutuhan yang harus dipenuhi menjadikan responden mencari produk yang dapat
mengatasi masalah yang mereka rasakan. Secara rinci responden menentukan
keputusan pembelian melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi hasil pembelian.
1.
Pengenalan Kebutuhan
Tahap pertama proses keputusan pembelian konsumen terhadap suatu
produk adalah pengenalan kebutuhan. Proses ini bertujuan untuk mengetahui apa
yang menjadi motivasi dan manfaat responden mengkonsumsi teh hitam siap
minum. Dari hasil sebaran kuesioner didapat bahwa motivasi responden dalam
mengkonsumsi teh hitam siap minum yang paling dominan karena kesegaran.
Motivasi kedua responden dalam mengkonsumsi teh hitam siap minum adalah
rasa yang enak. Kemudian secara berturut-turut karena ingin mencoba,
kepraktisan, kebiasaan, gaya hidup serta pengaruh iklan dan promosi. Secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Motivasi responden terhadap konsumsi teh hitam siap minum
Motivasi
Persentase (%)
Gaya hidup
8
Kebiasaan
10
Kesegaran
44
Rasa yang enak
18
Terpengaruh iklan/promosi
7
Lainnya: ingin mencoba, praktis
13
Total
100
Tabel 10 menunjukkan bahwa motivasi utama responden mengkonsumsi teh
hitam siap minum adalah atribut kesegaran sebesar 44 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa kesegaran memiliki peranan besar untuk mempengaruhi
responden pada saat mengkonsumsi teh hitam siap minum. Motivasi terbesar
kedua bagi responden teh hitam siap minum adalah rasa yang enak sebesar 18
persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden mengharapkan rasa yang
enak pada saat mengkonsumsi teh hitam siap minum.
Motivasi lainnya yang mendorong responden untuk mengkonsumsi teh
hitam siap minum adalah keinginan untuk mencoba dan segi kepraktisan dari teh
hitam siap minum. Kepraktisan dari teh hitam siap minum yang dapat
memudahkan responden untuk mengkonsumsi teh hitam siap minum kapan saja
dan dimana saja.
Atribut kebiasaan memperoleh persentase sebesar 10 persen, karena sedikit
orang yang mengkonsumsi teh hitam siap minum sebagai suatu kebiasaan. Teh
hitam siap minum masih dianggap sebagai minuman pelengkap dan bukan sebagai
minuman yang wajib dikonsumsi. Delapan persen responden lainnya
mengkonsumsi teh hitam siap minum dimotivasi karena gaya hidup, dan tujuh
persen responden dipengaruhi oleh adanya iklan.
Responden juga akan memiliki kepentingan tertentu untuk memenuhi
keinginannya. Tingkat kepentingan responden terhadap suatu produk tentunya
akan berbeda-beda. Untuk mengetahui seberapa penting teh hitam siap minum
dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Tingkat kepentingan responden terhadap konsumsi
teh hitam siap minum
Tingkat kepentingan
Persentase (%)
Sangat penting
3
Penting
32
Biasa saja
63
Tidak penting
2
Total
100
Terkait dengan tingkat kepentingan responden dalam mengkonsumsi teh
hitam siap minum yang sebagian besar biasa saja. Perasaan responden jika tidak
mengkonsumsi teh hitam siap minum lebih cenderung biasa saja yaitu sebesar 63
persen. Mayoritas responden menganggap mengkonsumsi teh hitam siap minum
hanya untuk memenuhi keinginan saja dan bukan sebagai sesuatu hal yang wajib
untuk dikonsumsi, sehingga jika responden tidak mengkonsumsi teh hitam siap
minum maka perasaan mereka biasa saja dan tidak merasa ada yang kurang.
Responden yang menjawab merasa ada yang kurang jika tidak
mengkonsumsi teh hitam siap minum sebesar 28 persen. Hal ini menunjukkan
responden sudah menjadikan produk teh hitam siap minum sebagai sesuatu yang
penting dan mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Tabel 12 menunjukkan
apa yang dirasakan oleh responden jika tidak mengkonsumsi teh hitam siap
minum.
Tabel 12 Sikap responden apabila tidak mengkonsumsi
teh hitam siap minum
Sikap responden
Persentase (%)
Merasa ada yang kurang
28
Biasa saja
72
Total
100
2.
Pencarian Informasi
Tahap kedua proses keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk
adalah pengenalan kebutuhan. Proses ini bertujuan untuk mengetahui sumbersumber informasi responden mengenai teh hitam siap minum dan seberapa besar
pengaruh iklan bagi responden dalam pembelian produk teh hitam siap minum.
Pencarian informasi dapat dilakukan responden melalui dua cara, yaitu pencarian
internal maupun pencarian eksternal. Pencarian internal merupakan pengetahuan
yang tersimpan dalam ingatan, sedangkan pencarian eksternal informasi diperoleh
dari lingkungan.
Pencarian internal biasanya dilakukan oleh responden yang sebelumnya
pernah membeli produk minuman teh hitam siap minum, dimana responden
sangat mengandalkan pengetahuan yang sudah ada. Tingkat kepuasan dengan
pembelian sebelumnya juga akan menentukan responden pada pencarian internal.
Bagi responden yang baru pertama kali membeli produk teh dalam kemasan tentu
saja tidak memiliki informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan
pembelian sehingga responden tersebut akan melakukan pencarian eksternal.
Responden yang memiliki pencarian internal juga dimungkinkan akan
melakukan pencarian eksternal. Hal ini disebabkan pengetahuan responden yang
tidak memadai untuk kategori produk yang dicirikan dengan waktu antar
pembelian yang lama. Selama adanya renggang waktu tersebut, mungkin terdapat
perubahan produk yang signifikan dalam hal harga, produk baru yang sejenis
ataupun toko. Meskipun perubahan produknya minimum, pencarian internal
terhambat oleh waktu antar pembelian yang lama karena masalah keterlupaan.
Responden teh hitam siap minum menyatakan bahwa awal mereka
mengkonsumsi teh hitam siap minum, informasi yang responden peroleh berasal
dari pencarian eksternal. Pemerolehan informasi tersebut mereka dapatkan dari
berbagai sumber seperti terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Sumber informasi responden teh hitam siap minum
Sumber informasi
Persentase (%)
Teman
19
Keluarga
22
Televisi
50
Majalah/koran
3
Penjual/SPG
6
Lainnya
0
Total
100
Dari hasil sebaran kuesioner didapat bahwa sumber-sumber informasi
responden mengenai teh hitam siap minum yang terbanyak adalah media televisi
yaitu sebesar 50 persen. Hal ini disebabkan media televisi merupakan media yang
mempunyai daya jangkauan yang sanga luas sehingga dapat diterima masyarakat
dimanapun berada. Media televisi juga merupakan media yang sangat menarik
yang merupakan penggabungan antara gambar yang bergerak dan suara yang
dapat didengar sehinga akan meningkatkan daya ingat responden terhadap suatu
produk.
Sumber informasi kedua berasal dari keluarga yaitu sebesar 22 persen.
Keluarga merupakan media yang mampu memberikan pngaruh cukup kuat
terhadap pola konsumsi seseorang. Pergaulan juga dapat mempengaruhi seseorang
dalam mengkonsumsi suatu produk. Responden yang memperoleh infomasi dari
teman sebesar 19 persen. Responden tersebut menyatakan bahwa awalnya hanya
mencoba-coba namun karena mulai mencari informasi lainnya maka responden
pun ikut mengkonsumsi teh hitam siap minum secara berkala. Hanya sedikit
responden yang mendapatkan informasi langsung dari penjual dan media majalah
maupun koran yaitu masing-masing sebesar enam dan tiga persen.
Dalam melakukan pencarian informasi, konsumen akan memfokuskan pada
suatu hal yang paling menarik menurut mereka. Fokus setiap orang terhadap suatu
produk tentu memiliki perbedaan. Untuk lebih jelasnya mengenai hal apa saja
yang dijadikan fokus perhatian responden dalam mencari informasi pada produk
teh hitam siap minum dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Fokus responden terhadap infomasi teh hitam siap minum
Fokus perhatian
Persentase (%)
Merek
20
Manfaat
47
Harga
18
Lainnya: rasa, kesegaran, kemasan
15
Total
100
Berdasarkan hasil kuesioner yang disajikan pada Tabel 14 menunjukkan
bahwa 47 persen memfokuskan pada informasi mengenai manfaat yang dimiliki
teh hitam siap minum. Hal tersebut menggambarkan bahwa responden sangat
memperhatikan kesehatan sehingga manfaat dijadikan kriteria utama dalam
pembelian teh hitam siap minum. Sebanyak 20 persen responden menyatakan
bahwa merek sangat diperhatikan dalam suatu informasi. Hal ini berguna bagi
responden pada saat akan melakukan pembelian produk, responden akan
mengingat nama merek dari informasi yang telah diperoleh. Harga juga menjadi
fokus perhatian bagi 18 persen responden. Hal ini berkaitan dengan jumlah
pendapatan yang diperoleh oleh responden. Sebanyak 15 persen responden
memfokuskan pada atribut lainnya yaitu rasa, kesegaran, dan kemasan.
3. Evaluasi Alternatif
Responden akan melakukan evaluasi alternatif, apabila konsumen telah
memiliki informasi yang cukup mengenai hal-hal yang berkaitan dengan produk
yang akan dibeli. Pada tahap ini responden menetapkan kriteria-kriteria yang
relevan dengan keinginannya untuk dapat membuat suatu keputusan yang
dirasakan paling bermanfaat dan untuk memecahkan masalahnya. Kriteria ini
dijadikan sebagai pertimbangan awal responden dalam memilih dan membeli
produk teh hitam siap minum. Atribut-atribut yang dijadikan pertimbangan awal
responden dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Atribut yang dijadikan pertimbangan awal responden
Atribut
Persentase (%)
Harga
16
Rasa (manis, pahit)
38
Merek
6
Manfaat
26
Kemasan
3
Aroma
5
Kemudahan mendapatkan
6
Lainnya
0
Total
100
Tabel 15 menunjukkan sebanyak 38 persen responden menyatakan bahwa
rasa merupakan atribut yang paling dipertimbangkan dalam pembelian teh hitam
siap minum. Sebanyak 26 persen responden mempertimbangkan atribut manfaat,
berikutnya adalah atribut harga sebesar 16 persen. Responden mempertimbangkan
atribut rasa dalam pembelian teh hitam siap minum dikarenakan responden ingin
mengetahui bagaimana rasa dari teh hitam siap minum apakah sesuai dengan cita
rasa yang diharapkan atau tidak. Responden menganggap bahwa minuman ringan
sangat menyegarkan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Aktivitas responden untuk menghilangkan dahaga
Aktivitas
Persentase (%)
Mengkonsumsi minuman teh dalam kemasan dengan
27
berbagai pilihan rasa untuk menghilangkan dahaga
Mengkonsumsi air putih secara langsung untuk
48
menghilangkan dahaga
Menyukai dan melakukan kedua-duanya sekaligus
25
Total
100
Aktivitas utama yang dilakukan oleh responden untuk menghilangkan
dahaga adalah mengkonsumsi air putih. Hal ini disebabkan responden
menganggap bahwa air putih sangat baik bagi kesehatan. Hal lain yang dilakukan
responden untuk menghilangkan dahaga adalah dengan mengkonsumsi minuman
teh dalam kemasan dengan berbagai pilihan rasa.
Manfaat yang didapat responden dalam mengkonsumsi teh hitam siap
minum sudah pasti berbeda. Manfaat yang paling banyak didapat responden
dalam mengkonsumsi teh hitam siap minum adalah sebagai penghilang dahaga.
Beberapa manfaat yang dicari oleh responden teh hitam siap minum dapat dilihat
pada Tabel 17.
Tabel 17 Manfaat utama mengkonsumsi teh hitam siap minum
Manfaat
Persentase (%)
Kesehatan
18
Penghilang dahaga
51
Minuman selingan
30
Sekedar ikut-ikutan
1
Alasan lain
0
Total
100
Sebanyak 51 persen responden teh hitam siap minum menyatakan bahwa
manfaat terbesar mengkonsumsi teh hitam siap minum adalah sebagai penghilang
dahaga. Persentase terbesar kedua yaitu sebagai minuman selingan sebanyak 30
persen. Sebesar 18 persen responden menyatakan mengkonsumsi teh hitam siap
minum memiliki manfaat bagi kesehatan. Satu persen responden mengkonsumsi
teh hitam siap minum hanya sekedar ikut-ikutan.
4. Pembelian
Tujuan akhir dari tahap pengenalan kebutuhan, tahap pencarian informasi,
tahap evaluasi alternatif adalah untuk melakukan pembelian. Pada tahap evaluasi
alternatif konsumen menyusun daftar pilihan yang diikuti adanya kemungkinan
konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang disukai. Pada proses
pembelian, konsumen mengambil keputusan mengenai waktu dan tempat
pembelian teh hitam siap minum. Proses pembelian dapat dilakukan melalui
berbagai media. Berikut ini adalah beberapa tempat yang dijadikan media
pembelian teh hitam siap minum (Tabel 18).
Tabel 18 Tempat pembelian teh hitam siap minum
Tempat membeli
Persentase (%)
Pasar swalayan/supermarket
32
Minimarket/toko
55
Pedagang kaki lima
13
Agen khusus
0
Lainnya
0
Total
100
Berdasarkan Tabel 18 sebanyak 55 persen responden membeli teh hitam
siap minum di minimarket/toko. Hal ini dikarenakan lokasi minimarket/toko lebih
mudah dijangkau oleh responden dan minimarket/toko dapat ditemui dimanamana sehingga lebih mudah diakses. Sebanyak 32 persen responden melakukan
pembelian di pasar swalayan/supermarket karena saat ini jumlah pasar
swalayan/supermarket semakin banyak dan lokasinya juga dekat dengan berbagai
pusat aktivitas seperti kampus, perkantoran, sekolah ataupun tempat-tempat
pemukiman sehingga semakin mudah diakses oleh responden.
Responden yang melakukan pembelian di pedagang kaki lima sebesar 13
persen, dan tidak ada satu orang responden pun yang melakukan pembelian di
tempat agen khusus karena produk teh hitam siap minum tidak didisitribusikan
melalui agen khusus. Responden memiliki keputusan yang berbeda dalam hal cara
memutuskan pembelian teh hitam siap minum. Keputusan tersebut bisa dilakukan
dengan cara yang mendadak, terencana, maupun tergantung situasi saat itu.
Dengan adanya perbedaan tersebut akan menggambarkan kebiasaan yang
dilakukan oleh masing-masing responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 19.
Tabel 19 Keputusan pembelian teh pucuk harum
Keputusan pembelian
Persentase (%)
Terencana
11
Mendadak
33
Tergantung situasi
56
Total
100
Berdasarkan keputusan pembelian sebesar 56 persen responden melakukan
pembelian teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum tergantung pada situasi
yang dihadapi dan 33 persen responden memutuskan pembelian secara mendadak.
Hal tersebut dikaitkan dengan produk teh hitam siap minum yang bukan
merupakan konsumsi primer bagi sebagian besar responden, sehingga untuk
memutuskan suatu pembelian produk teh hitam siap minum merek Teh Pucuk
Harum responden tidak merencanakannya terlebih dahulu dan juga tergantung
pada situasi yang dihadapi responden. Sebesar 11 persen responden melakukan
pembelian secara terencana. Hal tersebut berkaitan dengan perasaan responden
yang merasa ada yang kurang jika tidak mengkonsumsi teh hitam siap minum,
sehingga mereka melakukan pembelian teh hitam siap minum dengan terencana.
Responden memiliki keputusan dan kebiasaan tersendiri mengenai waktu
pembelian atau konsumsi produk teh hitam siap minum. Keputusan mengenai
waktu tersebut tentunya memiliki perbedaan pada setiap responden. Pemilihan
waktu untuk mengkonsumsi teh hitam siap minum dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Waktu konsumsi teh pucuk harum
Waktu konsumsi
Persentase (%)
Pagi
4
Siang
16
Sore
2
Malam
5
Tidak tentu
73
Total
100
Berdasarkan Tabel 20 sebesar 73 persen responden mengkonsumsi Teh
Pucuk Harum pada saat yang tidak tentu dan tergantung keinginan mereka. Hal ini
terjadi karena produk Teh Pucuk Harum merupakan produk yang dapat dinikmati
kapanpun dan dimanapun sehingga responden bebas memilih waktu untuk
mengkonsumsi. Sebesar 16 persen responden mengkonsumsi teh hitam siap
minum merek Teh Pucuk Harum pada siang hari karena responden mengganggap
jika mengkonsumsi teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum pada siang
hari akan terasa lebih segar dan lebih enak.
Keberadaan teman/kerabat/keluarga dapat mempengaruhi keputusan
pembelian seseorang terhadap suatu produk. Seperti pada tahap pencarian
informasi sebelumnya, teman/kerabat/keluarga juga memiliki peran penting dalam
mempengaruhi keputusan sebagian responden dalam mengkonsumsi produk teh
hitam siap minum. Seberapa jauh peranan teman/kerabat/keluarga dalam
mempengaruhi keputusan responden dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Pengaruh teman/kerabat/keluarga dalam pembelian Teh
Pucuk Harum
Tingkat pengaruh
Persentase (%)
Sangat tidak mempengaruhi
12
Tidak mempengaruhi
37
Cukup mempengaruhi
43
Mempengaruhi
7
Sangat mempengaruhi
1
Total
100
Pengaruh teman/kerabat/keluarga menjadi motivasi pembelian teh hitam
siap minum, seperti yang ditunjukkan oleh 43 responden yang menyatakan bahwa
peran teman/kerabat/keluarga cukup mempengaruhi responden dalam
mengkonsumsi teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum. Arti dari
pengaruh disini adalah sejauh mana teman/kerabat/keluarga memberikan
informasi yang benar dan saran untuk meyakinkan kepada responden agar
melakukan pembelian teh hitam siap minum. Responden yang merasa bahwa
teman/kerabat/keluarga tidak mempengaruhi dan sangat tidak mempengaruhi
keputusan dalam pembelian terdapat sebesar 37 dan 12 persen.
Dalam melakukan pembelian bisa dipastikan responden akan berhadapan
langsung dengan penjual untuk melayani pembelian. Namun demikian,
berdasarkan hasil penelitian ternyata tidak semua responden mampu dipengaruhi
oleh penjual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22 Pengaruh penjual dalam pembelian Teh Pucuk Harum
Tingkat pengaruh
Persentase (%)
Sangat tidak mempengaruhi
11
Tidak mempengaruhi
47
Cukup mempengaruhi
30
Mempengaruhi
10
Sangat mempengaruhi
2
Total
100
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa sebesar 47 persen responden
menyatakan bahwa pembelian teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum
tidak dipengaruhi oleh penjual. Sebanyak 30 persen responden menyatakan
penjual cukup mempengaruhi keputusan pembelian teh hitam siap minum.
Terdapat 11 dan 10 persen responden yang menganggap bahwa penjual sangat
tidak mempengaruhi dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Hanya
sebagian kecil responden yang menyatakan bahwa penjual dapat sangat
mempengaruhi pembelian, yaitu sebesar dua persen.
Dalam melakukan keputusan pembelian teh hitam siap minum tentunya
responden memiliki pengeluaran dana dalam jumlah tertentu. Responden akan
mengeluarkan dana tergantung pada kebutuhan dan tingkat pendapatan setiap
bulannya. Tabel 23 berikut ini akan menggambarkan biaya rata-rata yang
dikeluarkan responden untuk pembelian produk teh hitam siap minum dalam
sebulan.
Tabel 23 Rata-rata pengeluaran responden untuk pembelian
Teh Pucuk Harum setiap bulan
Rata-rata Pengeluaran (Rp)
Persentase (%)
< 10.000
32
10.000-25.000
36
25.000-50.000
28
50.000-75.000
4
> 75.000
0
Total
100
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran responden
untuk membeli teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum pada kisaran 10
ribu rupiah 25 ribu setiap bulan yaitu sebesar 36 persen. Sebesar 32 persen
responden menyatakan rata-rata pengeluaran untuk membeli teh hitam siap
minum kurang dari 10 ribu rupiah setiap bulan. Responden dengan rata-rata
pengeluaran sebesar 25 ribu rupiah hingga 50 ribu rupiah sebesar 28 persen.
Empat persen responden memiliki pengeluaran rata-rata sebesar 50 ribu rupiah
hingga 75 ribu rupiah. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden tidak melakukan pengeluaran yang besar untuk membeli teh hitam siap
minum merek Teh Pucuk Harum.
Rata-rata pengeluaran responden berkaitan dengan tingkat pendapatan
responden yang berada pada kelas menengah serta responden sebagian besar
berstatus sebagai pelajar. Hal tersebut juga terkait dengan produk teh hitam siap
minum yang bukan merupakan produk primer melainkan hanya sbagai produk
pelengkap.
Potongan harga dan hadiah merupakan salah satu cara bagi perusahaan
untuk meningkatkan penjualan produknya. Bentuk potongan harga dan undian
berhadiah seperti apakah yang diinginkan konsumen untuk produk teh hitam siap
minum merek Teh Pucuk Harum ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 24.
Tabel 24 Bentuk promosi Teh Pucuk Harum
Bentuk promosi
Persentase (%)
Pemberian sampel produk gratis
22
Potongan harga
28
Hadiah yang ditempel pada produk
33
Undian berhadiah
16
Lainnya: kunjungan ke pabrik
1
Total
100
Dari hasil penelitian sebesar 33 persen responden menginginkan hadiah
yang ditempel pada produk teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum.
Hadiah bisa berupa produk yang sama atau hadiah juga dapat dalam bentuk
barang lain seperti tempat minum. Bentuk promosi dari produk teh hitam siap
minum berikutnya yang diinginkan responden yaitu potongan harga terhadap
produk yang dijual dengan persentase sebesar 28 persen. Pemberian sampel
produk gratis jika membeli beberapa produk diinginkan oleh 22 persen responden.
Sebesar 16 persen responden menginginkan undian berhadiah langsung yang
tertera pada tutup botol. Hal tersebut dapat menarik minat konsumen untuk
membeli produk teh hitam siap minum.
5. Evaluasi Hasil Pembelian
Proses keputusan responden tidak berhenti ketika pembelian selesai
dilakukan. Responden akan melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah
dilakukan oleh penyedia produk atau jasa. Responden akan mengevaluasi apakah
hasil yang diperoleh dari pembelian produk tersebut memuaskan atau tidak dan
apakah sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Hasil dari tahap ini adalah
kepuasan atau ketidakpuasan. Penilaian kepuasan dan ketidakpuasan yang
ditunjukkan responden adalah penilaian kepuasan terhadap keseluruhan atribut
yang dimiliki oleh produk Teh Pucuk Harum. Keyakinan dan sikap pada tahap ini
akan mempengaruhi niat pembelian selanjutnya di waktu yang akan ating.
Untuk melihat tingkat kepuasan responden dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25 Tingkat kepuasan responden terhadap Teh Pucuk Harum
Tingkat Kepuasan
Persentase (%)
Puas
68
Biasa saja
32
Tidak puas
0
Total
100
Tabel 25 menunjukkan tingkat kepuasan responden terhadap teh hitam
siap minum merek Teh Pucuk Harum sebanyak 68 persen. Sebanyak 32 persen
responden menyatakan biasa saja terhadap teh hitam siap minum merek Teh
Pucuk Harum dan tidak ada satu responden pun yang menyatakan tidak puas.
Kepuasan responden tentu saja akan memberikan dorongan kepada dirinya untuk
melakukan pembelian teh hitam siap minum selanjutnya. Sebesar 81 persen
menyatakan bahwa responden terdorong untuk melakukan pembelian selanjutnya.
Responden yang menyatakan tidak terdorong untuk melakukan pembelian
selanjutnya hanya sebesar 19 persen. Hal ini disebabkan responden hanya ingin
mencoba pada suatu waktu dan tidak mengkonsumsi teh hitam siap minum secara
berkala. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Sikap responden terhadap pembelian ulang Teh Pucuk Harum
Melakukan Pembelian Ulang
Persentase (%)
Ya
81
Tidak
19
Total
100
Apabila responden merasa puas dengan produk yang dikonsumsi maka
mereka dapat melakukan rekomendasi kepada orang lain mengenai produk
tersebut. Tabel 27 menunjukkan sebanyak 55 persen responden menyatakan tidak
akan melakukan rekomendasi kepada orang lain karena mereka merasa tidak perlu
melakukan rekomendasi mengenai produk yang mereka konsumsi. Sebesar 45
persen responden menyatakan akan melakukan rekomendasi kepada orang lain
mengenai produk teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum.
Tabel 27 Rekomendasi responden Teh Pucuk Harum kepada orang lain
Rekomendasi
Persentase (%)
Ya
45
Tidak
55
Total
100
Sebagian besar responden merasakan tidak sama sekali/biasa saja jika
tidak mengkonsumsi teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum. Responden
yang merasakan tidak sama sekali/biasa saja jika tidak mengkonsumsi teh hitam
siap minum merek Teh Pucuk Harum sebesar 70 persen. Sementara responden
yang merasakan ada yang kurang jika tidak mengkonsumsi teh hitam siap minum
merek Teh Pucuk Harum sebanyak 30 persen. Seperti terlihat pada Tabel 28.
Tabel 28 Sikap responden apabila tidak mengkonsumsi Teh Pucuk Harum
Sikap Responden
Persentase (%)
Ada yang kurang
30
Tidak sama sekali/biasa saja
70
Total
100
Kepuasan dapat menumbuhkan loyalitas terhadap produk dan merek. Hal ini
dapat dilihat dari sikap responden apabila merek yang biasa mereka beli tidak
tersedia. Adapun sikap responden jika Teh Pucuk Harum tidak tersedia di tempat
pembelian dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29 Sikap responden apabila Teh Pucuk Harum tidak tersedia
Sikap Responden
Persentase (%)
Mencari ke tempat lain sampai dapat
26
Beralih ke merek lain
62
Tidak jadi membeli
12
Total
100
Berdasarkan Tabel 29 dapat dilihat sebesar 62 persen responden Teh Pucuk
Harum menunjukkan bahwa apabila produk Teh Pucuk Harum tidak tersedia
maka mereka akan beralih ke merek lain. Oleh karena itu ketersediaan produk
harus diperhatikan agar responden tidak beralih ke merek lain. Apabila responden
beralih ke merek lain akan berdampak pada berkurangnya pendapatan dan
keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Saat ini harga akan menjadi hal yang sensitif karena mengingat kenaikan
harga bahan bakar minyak yang berdampak pada kenaikan harga produk
minuman. Kenaikan harga ini tentunya memberikan pengaruh terhadap sikap
responden sehingga perlu diketahui sikap responden apabila terjadi kenaikan
harga jual Teh Pucuk Harum. Penjelasan mengenai loyalitas responden dapat
dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30 Sikap responden apabila terjadi kenaikan harga Teh
Pucuk Harum
Sikap Responden
Persentase (%)
Akan tetap membeli
29
Tidak jadi membeli
37
Membeli merek yang lebih murah
28
Berhenti membeli
3
Lainnya: kondisional, mempertimbangkan,
3
mengurangi jumlah pembelian
Total
100
Dari hasil penelitian diperoleh 37 persen responden tidak jadi membeli Teh
Pucuk Harum. Hal ini berkaitan dengan perasaan responden jika tidak
mengkonsumsi Teh Pucuk Harum yang merasa biasa saja. Sebanyak 29 persen
responden akan tetap membeli Teh Pucuk Harum karena mereka mereka merasa
jika sudah menyukai suatu produk meskipun harganya naik hal tersebut tidak akan
menjadi masalah asalkan kenaikan harga yang terjadi masih dalam batas
kewajaran. Responden yang akan membeli merek lain yang lebih murah sebanyak
28 persen. Hal ini dikaitkan dengan pengeluaran responden untuk membeli Teh
Pucuk Harum dimana sebagian besar responden mengalokasikan keuangannya
tidak terlalu besar untuk membeli Teh Pucuk Harum.
Tabel 31 Sikap responden apabila terdapat merek baru
dengan kisaran harga yang sama
Sikap Responden
Menunggu pendapat orang lain
Langsung mencoba dan jika lebih enak
maka akan langsung beralih
Membiarkan saja dan tetap setia dengan
teh hitam siap minum
Total
Persentase (%)
42
38
20
100
Sikap responden jika ada merek baru dengan kisaran harga yang sama
ditunjukkan sebagian besar responden dengan menunggu pendapat orang lain.
Sebanyak 42 persen responden bersikap menunggu pendapat orang lain karena
keputusan pembelian responden dipengaruhi oleh teman/kerabat/keluarga.
Responden yang menyatakan langsung mencoba dan jika lebih enak maka akan
langsung beralih sebesar 38 persen. Hal ini berkaitan dengan cara responden
dalam memutuskan pembelian yang bersifat situasional dan menjadikan minuman
teh dalam kemasan sebagai penghilang dahaga. Sebanyak 20 persen responden
akan membiarkan saja dan tetap setia dengan teh hitam siap minum. Hal ini
dimotivasi oleh kecocokan akan rasa, harga yang terjangkau serta manfaat dari
Teh Pucuk Harum.
Berdasarkan pemaparan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa
proses pembelian teh hitam siap minum merek Teh Pucuk Harum telah melalui
semua tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Tahapan tersebut
telah melalui tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, proses pembelian dan evaluasi hasil pembelian. Ringkasan tahapan
keputusan pembelian teh hitam siap minum yang telah dilakukan kepada 100
orang responden di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 32 berikut ini.
Tabel 32 Ringkasan tahapan keputusan pembelian teh hitam siap minum merek
Teh Pucuk Harum
I Pengenalan kebutuhan
Kesimpulan
Motivasi Pembelian
Tingkat Kepentingan Konsumsi Teh Hitam Siap Minum
Sikap Responden Apabila Tidak Mengkonsumsi Teh
Hitam Siap Minum
Kesegaran (44%)
Biasa saja (63%)
II Pencarian informasi
Kesimpulan
Sumber Informasi
Fokus Perhatian
Televisi (50%)
Manfaat teh hitam (47%)
III Evaluasi alternatif
Kesimpulan
Atribut yang dijadikan Pertimbangan Awal Responden
Aktivitas Responden untuk Menghilangkan Dahaga
Manfaat Utama Mengkonsumsi Teh Hitam Siap Minum
Rasa (38%)
Mengkonsumsi air putih (48%)
Sebagai penghilang dahaga (51%)
IV Pembelian
Kesimpulan
Tempat Pembelian Teh Hitam Siap Minum
Keputusan Pembelian Teh Hitam Siap Minum
Waktu Konsumsi Teh Hitam Siap Minum
Pengaruh Teman/Kerabat/Keluarga dalam Pembelian
Pengaruh Penjual dalam Pembelian Teh Pucuk Harum
Rata-rata Pengeluaran Responden untuk Pembelian Teh
Pucuk Harum Setiap Bulan
Minimarket/Toko (55%)
Tergantung situasi (56%)
Tidak tentu (73%)
Cukup mempengaruhi (43%)
Cukup mempengaruhi (30%)
Biasa Saja (72%)
10 000-25 000 (34%)
Bentuk Promosi Teh Pucuk Harum
Hadiah yang ditempel pada produk
(33%)
V Evaluasi hasil pembelian
Kesimpulan
Tingkat Kepuasan Responden Teh Pucuk Harum
Sikap Responden terhadap Pembelian Ulang
Rekomendasi Responden Kepada Orang Lain
Perasaan Responden Apabila Tidak Mengkonsumsi Teh
Pucuk Harum
Sikap Responden Apabila Teh Pucuk Harum Tidak
Tersedia
Sikap Responden Apabila Terjadi Kenaikan Harga Teh
Pucuk Harum
Sikap Responden Apabila Terdapat Merek Baru dengan
Kisaran Harga yang Sama
Puas (68%)
Ya (81%)
Tidak (55%)
Tidak sama sekali/biasa saja (70%)
Beralih ke merek lain (62%)
Tidak jadi membeli (37%)
Menunggu pendapat orang lain
(42%)
Analisis Sikap Responden
Komponen sikap meliputi komponen kognitif, komponen afektif dan
komponen konatif (Setiadi, 2010). Kepercayaan merek responden terhadap Teh
Botol Sosro berimplikasi pada besarnya pangsa pasar Teh Botol Sosro sehingga
Teh Botol Sosro menjadi pemimpin pasar produk minuman teh dalam kemasan.
Hal yang perlu dijadikan acuan oleh PT Mayora Indah untuk memperkuat brand
image produk Teh Pucuk Harum agar kepercayaan terhadap merek Teh Pucuk
Harum dapat ditingkatkan. Kepercayaan merek mengindikasikan bahwa merek
Teh Botol Sosro lebih disukai responden dibandingkan Teh Pucuk Harum sesuai
data pangsa pasar yang ditunjukkan pada Tabel 3. Kepercayaan terhadap merek
akan mempengaruhi perilaku responden untuk melakukan pembelian ulang.
Sebesar 81 persen responden menyatakan akan melakukan pembelian ulang
produk Teh Pucuk Harum (Tabel 26). Hal ini menunjukkan kepuasan responden
terhadap Teh Pucuk Harum.
Menurut Sumarwan (2011) terdapat empat fungsi sikap yaitu fungsi
utilitarian, fungsi mempertahankan ego, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi
pengetahuan. Fungsi utilitarian berkaitan dengan manfaat dari produk teh hitam
siap minum. Manfaat yang diharapkan oleh responden adalah sebagai penghilang
dahaga dengan persentase sebesar 51 persen dan 30 persen bermanfaat sebagai
minuman selingan (Tabel 17). Fungsi ekspresi nilai dari produk teh hitam siap
minum adalah gaya hidup responden yang lebih mengutamakan segi kepraktisan
dan juga menilai bahwa mengkonsumsi teh siap minum sebagai tradisi yang turun
temurun. Fungsi pengetahuan berkaitan dengan keutamaan produk teh hitam siap
minum yang mengandung anti oksidan yang bermanfaat untuk kesehatan.
Sikap seseorang terhadap suatu produk merupakan aspek yang sangat
penting untuk dikaji. Setiap konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda
terhadap suatu produk. Sikap konsumen terhadap suatu produk diperlukan untuk
memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumen itu sendiri. Salah satu analisis
yang dapat digunakan untuk mengetahui sikap konsumen melalui penilaian atribut
terhadap suatu produk adalah analisis multiatribut Fishbein.
Model multiatribut Fishbein mengukur sikap konsumen terhadap atribut
produk. Proposisi kunci dari model ini adalah evaluasi terhadap kepercayaan
utama untuk menghasilkan sikap keseluruhan. Data yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sikap konsumen adalah evaluasi konsumen (ei) dan nilai keyakinan
konsumen (bi). Sikap keseluruhan terhadap suatu objek merupakan fungsi dari
dua faktor yaitu kekuatan dari kepercayaan utama jika dikaitkan dengan atribut
dan evaluasi dari kepercayaan utama.
Evaluasi Atribut (ei)
Atribut produk yang diteliti dalam penellitian ini didasarkan pada hasil
survei pendahuluan mengenai atribut apa saja yang dianggap penting oleh calon
responden. Selain itu juga diperoleh dari penelitian terdahulu, beberapa artikel
serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini. Sikap responden terhadap
keseluruhan atribut dari Teh Pucuk Harum dapat diketahui dengan memasukkan
hasil penelitian responden terhadap atribut kedalam rumus umum model
multiatribut Fishbein. Dalam model ini penilaian sikap dilakukan pada masingmasing responden. Sikap keseluruhan didapat dengan merata-ratakan skor sikap
dari keseluruhan responden. Responden akan menetapkan kriteria tertentu dalam
menilai suatu produk. Atribut-atribut yang dinilai dan perhitungan mengenai
tingkat kepentingan yang dapat menggambarkan sikap 100 responden dapat
dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33 Skor evaluasi (ei) kepentingan atribut teh hitam siap minum
Skor tingkat kepentingan
Atribut
Rata-rata
+2
+1
0
-1
-2
Rasa
63
34
3
0
0
1.60
Harga
55
37
8
0
0
1.47
Aroma
35
54
9
2
0
1.22
Warna
28
48
20
4
0
1.00
Volume
58
29
13
0
0
1.45
Manfaat
67
28
4
1
0
1.61
Kesegaran
70
26
4
0
0
1.66
Kemasan
26
51
17
5
1
0.96
Kandungan Gizi
59
31
10
0
0
1.49
Izin BPOM
70
22
8
0
0
1.62
Informasi Kadaluarsa
71
24
5
0
0
1.66
Ketersediaan Produk
45
35
15
5
0
1.20
Total
16.94
Data yang diperoleh pada Tabel 33 menunjukkan responden mengevaluasi
secara positif seluruh atribut yang diberikan. Atribut kesegaran, informasi
kadaluarsa, izin BPOM, manfaat dan rasa merupakan atribut yang sangat penting
dalam produk teh hitam siap minum. Responden menginginkan produk teh hitam
siap minum yang sangat memperhatikan dan mementingkan atribut-atribut
tersebut.
Skor evaluasi tertinggi dalam penelitian ini diperoleh atribut kesegaran dan
informasi kadaluarsa dengan masing-masing skor evaluasi 1.66 pada selang
maksimum +2 dan minimum -2 yang menandakan bahwa atribut ini sangat
penting bagi responden. Menurut responden kesegaran saat mengkonsumsi Teh
Pucuk Harum sangat terasa. Hal ini juga terkait dengan rasa dari Teh Pucuk
Harum yang dianggap sesuai dengan responden. Oleh karena itu kesegaran dan
rasa saling melengkapi sehingga atribut kesegaran ini harus dipertahankan seiring
dengan mempertahankan atribut rasa.
Atribut informasi kadaluarsa juga dianggap sangat penting oleh responden
karena responden beranggapan bahwa produk teh siap minum yang mereka beli
tersebut aman untuk dikonsumsi. Atribut kemasan memiliki skor evaluasi 0.96
pada selang maksimum +2 dan minimum -2. Skor ini mengindikasikan bahwa
atribut kemasan menjadi atribut yang tidak begitu penting untuk dipertimbangkan
oleh responden. Sikap responden tersebut menggambarkan bahwa atribut kemasan
bukanlah hal utama yang memotivasi responden untuk mengkonsumsi teh hitam
siap minum.
Kepercayaan (bi) dan Sikap (Ao)
Skor kepercayaan (bi) dilakukan untuk menilai sikap responden terhadap
dua jenis produk teh siap minum yaitu Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro.
Teh Botol Sosro dijadikan pembanding karena memiliki kesamaan jenis teh yaitu
teh hitam. Data perhitungan skor kepercayaan dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34 Skor kepercayaan (bi) terhadap Teh Pucuk Harum dan Teh
Botol Sosro
Skor kepercayaan
Atribut
Teh Pucuk Harum
Teh Botol Sosro
Rasa
1.27
1.08
Harga
0.16
0.87
Aroma
0.99
0.86
Warna
1.03
1.04
Volume
1.08
0.82
Manfaat
1.12
1.01
Kesegaran
1.36
1.16
Kemasan
0.86
0.87
Kandungan Gizi
1.07
1.01
Izin BPOM
1.31
1.19
Informasi Kadaluarsa
1.39
1.35
Ketersediaan Produk
1.04
1.32
Total
12.68
12.58
Berdasarkan perhitungan tabel diatas menunjukkan bahwa skor kepercayaan
yang dimiliki Teh Pucuk Harum dengan Teh Botol Sosro tidak jauh berbeda yaitu
sebesar 12.68 dan 12.58. Masing-masing produk memiliki keunggulan dari setiap
atributnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai analisis tingkat kepercayaan
(bi) responden terhadap kedua jenis produk tersebut.
1. Rasa
Rasa pada Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro memiliki skor
kepercayaan positif dengan skor 1.27 dan 1.08. Hal ini menunjukkan bahwa rasa
Teh Pucuk Harum lebih enak dibandingkan dengan rasa dari Teh Botol Sosro.
Keunggulan nilai rasa Teh Pucuk Harum disebabkan rasanya yang tidak terlalu
pahit dan rasa manis yang pas sehingga responden lebih menyukai rasa Teh Pucuk
Harum. Penilaian yang lebih rendah terhadap Teh Botol Sosro dapat dipengaruhi
oleh rasanya yang cenderung pahit sehingga responden kurang menyukainya.
2. Harga
Atribut harga Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro dinilai positif oleh
responden. Skor kepercayaan Teh Pucuk Harum sebesar 0.16 sedangkan skor
kepercayaan Teh Botol Sosro sebesar 0.87. Hal ini menunjukkan bahwa harga Teh
Pucuk Harum dinilai lebih murah oleh responden dibandingkan dengan harga jual
Teh Botol Sosro. Harga menjadi atribut yang penting mengingat sebesar 58 persen
responden masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa dengan rata-rata
pengeluaran mereka untuk mengkonsumsi minuman teh siap saji berkisar antara
10 ribu rupiah hingga 25 ribu rupiah setiap bulannya.
3.
Aroma
Aroma Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro dinilai positif oleh
responden. Skor kepercayaan Teh Pucuk Harum sebesar 0.99 sedangkan skor
kepercayaan Teh Botol Sosro sebesar 0.86. Aroma melati yang dimiliki oleh
kedua produk tersebut cenderung disukai oleh responden. Namun aroma melati
dari Teh Pucuk Harum dinilai responden lebih wangi dibandingkan aroma melati
Teh Botol Sosro.
4. Warna
Warna Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro sama-sama dinilai positif
dengan skor kepercayaan Teh Pucuk Harum sebesar 1.03 sedangkan skor
kepercayaan Teh Botol Sosro sebesar 1.04. Warna berkaitan dengan kepekatan
dari kedua produk tersebut. Responden menilai bahwa Teh Pucuk Harum dan Teh
Botol Sosro memiliki tingkat kepekatan yang tidak jauh berbeda.
5. Volume
Volume menggambarkan banyak sedikitnya isi dari produk Teh Pucuk
Harum di dalam kemasannya. Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro dinilai
positif oleh responden dengan skor kepercayaan 1.08 dan 0.82. Teh Pucuk Harum
di percaya oleh konsumen sebagai minuman yang memiliki volume banyak
seperti yang ditunjukkan besarnya skor kepercayaan yang bernilai +1 yaitu
volume banyak.
6. Manfaat
Manfaat Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro memiliki skor kepercayaan
positif dengan skor 1.12 dan 1.01. Teh Pucuk Harum di percaya oleh konsumen
sebagai minuman yang bermanfaat seperti yang ditunjukkan besarnya skor
kepercayaan yang bernilai +1 yaitu bermanfaat.
7. Kesegaran
Skor kepercayaan kesegaran Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro
bernilai positif. Hal ini berkaitan dengan tingkat kepentingan kesegaran yang
dinilai sangat penting. Menurut responden kesegaran saat mengkonsumsi Teh
Pucuk Harum sangat terasa. Hal ini juga terkait dengan rasa dari Teh Pucuk
Harum yang dianggap sesuai dengan responden. Oleh karena itu kesegaran dan
rasa saling melengkapi sehingga atribut kesegaran ini harus dipertahankan seiring
dengan mempertahankan atribut rasa.
8. Kemasan
Kemasan Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro dinilai positif oleh
responden. Skor kepercayaan Teh Pucuk Harum sebesar 0.86 sedangkan skor
kepercayaan Teh Botol Sosro sebesar 0.87. Kemasan dari kedua produk dinilai
biasa saja oleh responden. Hal ini berkaitan dengan skor evaluasi kepentingan
responden yang menyatakan bahwa atribut kemasan menjadi atribut yang tidak
begitu penting untuk dipertimbangkan oleh responden.
9. Kandungan Gizi
Kandungan gizi pada Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro memiliki skor
kepercayaan positif. Masing-masing produk memiliki skor kepercayaan sebesar
1.07 dan 1.01. Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro di percaya oleh responden
memiliki kandungan gizi yang lengkap karena skor kepercayaan bernilai +1.
10. Izin BPOM
Atribut izin BPOM pada Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro memiliki
skor kepercayaan positif dengan skor 1.31 dan 1.19. Hal ini menunjukkan bahwa
izin BPOM dari kedua produk tersebut dapat dilihat dengan jelas. Izin BPOM
penting bagi responden demi keamanan dalam berkonsumsi.
11. Informasi Kadaluarsa
Informasi kadaluarsa Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro dinilai positif
oleh responden. Skor kepercayaan Teh Pucuk Harum sebesar 1.39 sedangkan skor
kepercayaan Teh Botol Sosro sebesar 1.35. Kedua produk di percaya oleh
responden memiliki informasi waktu kadaluarsa yang jelas karena skor
kepercayaan bernilai +1. Informasi kadaluarsa penting diketahui responden untuk
menjamin produk tersebut aman dikonsumsi.
12. Ketersediaan Produk
Atribut ketersediaan produk mengacu pada kemudahan produk untuk
diperoleh responden. Skor kepercayaan terhadap kedua produk dinilai positif oleh
responden yaitu sebesar 1.04 dan 1.32. Teh Botol Sosro dinilai lebih mudah
diperoleh dibandingkan Teh Pucuk Harum. Hal ini terjadi karena Teh Pucuk
Harum tergolong produk baru di pasaran sehingga ketersediaan produk masih
terkendala.
Tahap selanjutnya untuk menentukan produk teh hitam siap minum
manakah yang terbaik diantara kedua produk tersebut maka diperlukan
penghitungan skor sikap (Ao) responden. Sikap responden dianalisis untuk
melihat bagaimana pandangan responden terhadap Teh Pucuk Harum dan Teh
Botol Sosro. Hal yang dilakukan untuk memperoleh skor sikap responden (Ao)
terhadap produk Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro adalah mengalikan antara
skor evaluasi atribut (ei) dengan skor kepercayaan (bi) dari masing-masing
produk. Hasil perhitungan skor sikap (Ao) disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35 Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro
Atribut
Rasa
Harga
Aroma
Warna
Volume
Manfaat
Kesegaran
Kemasan
Kandungan Gizi
Izin BPOM
Informasi Kadaluarsa
Ketersediaan Produk
Σ bi.ei
Skor evaluasi
kepentingan
(ei)
1.60
1.47
1.22
1.00
1.45
1.61
1.66
0.96
1.49
1.62
1.66
1.20
Skor sikap (Ao)
Teh Pucuk Harum
Teh Botol Sosro
bi
ei.bi
bi
ei.bi
1.27
0.16
0.99
1.03
1.08
1.12
1.36
0.86
1.07
1.31
1.39
1.04
2.03
0.24
1.21
1.03
1.57
1.80
2.26
0.83
1.59
2.12
2.31
1.25
18.23
1.08
0.87
0.86
1.04
0.82
1.01
1.16
0.87
1.01
1.19
1.35
1.32
1.73
1.28
1.05
1.04
1.19
1.63
1.93
0.84
1.50
1.93
2.24
1.58
17.93
Hasil perhitungan skor sikap (Ao) diatas menunjukkan bahwa Teh Pucuk
Harum memiliki skor sikap (Ao) lebih tinggi dibandingkan dengan Teh Botol
Sosro yaitu sebesar 18.23 dan 17.93. Masing-masing produk memiliki keunggulan
dari setiap atributnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai skor sikap (Ao)
responden terhadap kedua jenis produk tersebut.
1.
Rasa
Rasa pada Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro memiliki skor sikap (Ao)
positif dengan skor 2.03 dan 1.73. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif
responden terhadap rasa Teh Pucuk Harum lebih tinggi dibandingkan dengan
sikap responden terhadap rasa dari Teh Botol Sosro. Keunggulan nilai rasa Teh
Pucuk Harum disebabkan rasanya yang tidak terlalu pahit dan rasa manis yang pas
sehingga responden lebih menyukai rasa Teh Pucuk Harum. Disamping itu, rasa
merupakan atribut yang lebih menunjukkan kualitas dibandingkan dengan atribut
lainnya.
2. Harga
Sikap responden terhadap harga Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro
bernilai positif. Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum sebesar 0.24 sedangkan skor
sikap (Ao) Teh Botol Sosro sebesar 1.28. Responden menilai harga Teh Pucuk
Harum lebih murah dibandingkan dengan Teh Botol Sosro. Hal ini dipengaruhi
karakteristik demografi responden yang pada umumnya kelas menengah kebawah
sehingga harga murah menjadi pertimbangan responden untuk membeli.
3. Aroma
Skor sikap (Ao) responden terhadap aroma Teh Pucuk Harum dan Teh Botol
Sosro bernilai positif. Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum sebesar 1.21 sedangkan
skor sikap (Ao) Teh Botol Sosro sebesar 1.05. Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum
lebih unggul karena responden menilai bahwa aroma melati Teh Pucuk Harum
lebih wangi dibandingkan aroma melati Teh Botol Sosro.
4. Warna
Sikap responden terhadap atribut warna Teh Pucuk Harum dan Teh Botol
Sosro sama-sama dinilai positif dengan skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum sebesar
1.03 sedangkan skor sikap (Ao) Teh Botol Sosro sebesar 1.04. Warna berkaitan
dengan kepekatan dari kedua produk tersebut yang dinilai tidak jauh berbeda oleh
responden.
5. Volume
Sikap responden terhadap volume dari Teh Pucuk Harum dan Teh Botol
Sosro bernilai positif dengan skor sikap (Ao) 1.57 dan 1.19. Teh Pucuk Harum
dinilai sebagai minuman yang memiliki volume lebih banyak dibandingkan
dengan Teh Botol Sosro.
6. Manfaat
Sikap (Ao) responden terhadap atribut manfaat dari Teh Pucuk Harum dan
Teh Botol Sosro bernilai positif dengan skor sebesar 1.80 dan 1.63. Teh Pucuk
Harum dinilai responden memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
Teh Botol Sosro. Data yang diperoleh mengenai informasi yang di fokuskan
responden untuk membeli adalah manfaat dengan persentase sebesar 47 persen
dan manfaat dijadikan sebagai atribut kedua yang menjadi pertimbangan
responden (Tabel 14 dan 15). Data juga menunjukkan bahwa sebanyak 51 persen
responden memanfaatkan teh hitam siap minum sebagai minuman penghilang
dahaga (Tabel 17).
7. Kesegaran
Sikap positif responden ditunjukkan pada atribut kesegaran. Kesegaran Teh
Pucuk Harum memiliki skor sikap (Ao) sebesar 2.26 sedangkan skor sikap (Ao)
Teh Botol Sosro sebesar 1.93. Menurut responden kesegaran saat mengkonsumsi
Teh Pucuk Harum sangat terasa. Hal ini juga terkait dengan rasa dari Teh Pucuk
Harum yang dianggap sesuai dengan responden. Oleh karena itu kesegaran dan
rasa saling melengkapi sehingga atribut kesegaran ini harus dipertahankan seiring
dengan mempertahankan atribut rasa.
8. Kemasan
Kemasan Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro disikapi positif oleh
responden. Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum sebesar 0.83 sedangkan skor sikap
(Ao) Teh Botol Sosro sebesar 0.84. Kemasan dari kedua produk memiliki skor
sikap (Ao) yang tidak jauh berbeda. Hal ini berkaitan dengan skor evaluasi
kepentingan responden yang menyatakan bahwa atribut kemasan menjadi atribut
yang tidak begitu penting untuk dipertimbangkan oleh responden.
9. Kandungan Gizi
Sikap responden terhadap atribut kandungan gizi pada Teh Pucuk Harum
dan Teh Botol Sosro memiliki skor sikap (Ao) positif. Masing-masing produk
memiliki skor sikap (Ao) sebesar 1.59 dan 1.50. Teh Pucuk Harum dan Teh Botol
Sosro dinilai oleh responden memiliki kandungan gizi yang lengkap.
10. Izin BPOM
Atribut izin BPOM pada Teh Pucuk Harum dan Teh Botol Sosro memiliki
skor sikap (Ao) positif dengan skor 2.12 dan 1.93. Hal ini menunjukkan bahwa
izin BPOM dari kedua produk tersebut dapat dilihat dengan jelas. Izin BPOM
penting bagi responden demi keamanan dalam berkonsumsi.
11. Informasi Kadaluarsa
Sikap responden terhadap atribut informasi kadaluarsa Teh Pucuk Harum
dan Teh Botol Sosro bernilai positif. Skor sikap (Ao) Teh Pucuk Harum sebesar
2.31 sedangkan skor sikap (Ao) Teh Botol Sosro sebesar 2.24. Kedua produk
dinilai oleh responden memiliki informasi waktu kadaluarsa yang jelas.
12. Ketersediaan Produk
Skor sikap (Ao) terhadap kedua produk bernilai positif. Teh Botol Sosro
dinilai lebih mudah diperoleh dibandingkan Teh Pucuk Harum. Hal ini terjadi
karena Teh Pucuk Harum merupakan produk baru sehingga ketersediaan produk
masih terkendala. Ketersediaan produk juga berkaitan dengan tingkat loyalitas
responden teh hitam siap minum yang tergolong rendah. Diketahui sebanyak 62
persen responden mengatakan akan membeli merek lain jika merek yang biasa
mereka beli tidak tersedia (Tabel 29).
Dengan diketahuinya skor sikap responden (Ao) maka skor selanjutnya yang
perlu dicari adalah skor maksimum sikap (Ao) maks. Skor ini berguna dalam
menentukan skala penilaian sikap sehingga dapat diketahui tingkat kesukaan
responden termasuk dalam kategori apa. Skor maksimum ini diperoleh dengan
cara mengalikan skor evaluasi (ei) dengan skor kepercayaan (bi) yang ideal atau
maks +2. Untuk mengetahui hasil perhitungan skor sikap maksimum tersebut
dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36 Skor maksimum sikap (Ao maks) atribut teh hitam siap minum
Atribut
Ao maks
ei
bi max
Rasa
Harga
Aroma
Warna
Volume
Manfaat
Kesegaran
Kemasan
Kandungan Gizi
Izin BPOM
Informasi Kadaluarsa
Ketersediaan Produk
Total
1.60
1.47
1.22
1.00
1.45
1.61
1.66
0.96
1.49
1.62
1.66
1.20
16.94
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
-
3.20
2.94
2.44
2.00
2.90
3.22
3.32
1.92
2.98
3.24
3.32
2.40
33.88
Dari data yang diperoleh pada tabel diatas maka dapat diketahui skor
maksimum sikap diatas adalah sebesar 33.88 sampai minimum -33.88. Skala
penilaian tersebut dalam penelitian ini akan dibagi kedalam lima kategori.
Kategori tersebut dimulai dari penilaian sangat baik hingga sangat buruk. Rentang
skor setiap skala harus ditentukan terlebih dahulu dengan cara membagi skor
maksimum sikap (33.88) dengan skor kepercayaan ideal atau maks (+2) yang
menghasilkan rentang skor 16.94. Pengukuran kategori terhadap kedua jenis
produk dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37 Tingkat kesukaan responden berdasarkan skor maksimum sikap (Ao
maks)
Rentang Skor
Kategori
(-33.88) – (- 16.94)
Sangat Tidak Suka
(-16.95) – ( <0)
Tidak Suka
0
Biasa
>0 – 16.94
Suka
16.95 – 33.88
Sangat Suka
Berdasarkan skala penilaian tersebut maka dapat diketahui kategori tingkat
kesukaan responden terhadap kedua produk teh hitam siap minum, yaitu dengan
menyesuaikan skor sikap (Ao) setiap produk dengan rentang skor penilaian yang
ada pada Tabel 37. Adapun Teh Pucuk Harum memiliki skor sikap (Ao) sebesar
18.23. Hal ini berarti Teh Pucuk Harum sangat disukai responden. Sikap
responden ditunjukkan ketika mereka merasakan manfaat yang diperoleh setelah
mengkonsumsi Teh Pucuk Harum. Produk Teh Botol Sosro memiliki skor sikap
(Ao) sebesar 17.93 yang berarti produk ini juga sangat disukai responden.
Skor sikap (Ao) dan skor maksimum sikap (Ao maks) yang bernilai positif
dan disukai responden dapat berimplikasi terhadap bauran pemasaran perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan analasis Fishbein dapat dirumuskan
bauran pemasaran sebagai berikut:
1) Produk
Dari hasil analisis terhadap sikap konsumen terhadap produk Teh Pucuk
Harum diketahui bahwa kesegaran merupakan atribut yang paling diinginkan
oleh responden (tabel 33). Kesegaran menjadi motivasi utama responden
dalam mengkonsumsi teh hitam siap minum (tabel 10).
Atribut lain yang terkait dengan strategi produk adalah informasi
kadaluarsa. Informasi kadaluarsa menjadi atribut kedua yang
dipertimbangkan responden untuk membeli (tabel 33). Informasi kadaluarsa
penting diketahui responden untuk menjamin keamanan berkonsumsi.
Rasa juga menjadi atribut yang dipertimbangkan oleh responden (tabel
15 dan 33). Rasa yang enak menurut sebagian besar responden adalah rasa
yang tidak terlalu pahit dan rasa manis yang pas. Selain itu rasa menjadi
motivasi terbesar kedua responden dalam mengkonsumsi Teh Pucuk Harum
(tabel 10).
Alternatif strategi lain yang perlu dipertimbangkan adalah melakukan
inovasi produk. Misalnya menghadirkan Teh Pucuk Harum dalam kemasan
tetra pack, family pack dan menambah varian rasa baru seperti Teh Pucuk
Harum rasa buah, rasa madu ataupun Teh Pucuk Harum rendah gula dan
kalori sehingga inovasi yang dilakukan dapat membantu meningkatkan
pangsa pasar.
2) Price
Hasil yang diperoleh dari evaluasi atribut (ei) pada tabel 33
menunjukkan bahwa harga merupakan atribut ketujuh yang dinilai penting
oleh responden. Harga menjadi atribut ketiga dalam pertimbangan responden
pada saat akan membeli (tabel 15). Meskipun demikian strategi harga tetap
perlu dirancang agar dapat bersaing dengan produk sejenis di pasaran.
Kebutuhan, keinginan dan daya beli konsumen yang beragam memerlukan
rancangan strategi pemasaran yang berbeda pula.
Strategi harga yang sudah dijalankan oleh PT Mayora Indah berhasil
menarik perhatian responden. Harga Teh Pucuk Harum di percaya responden
lebih murah dibandingkan dengan harga jual Teh Botol Sosro (tabel 34).
Namun kenaikan harga Teh Pucuk Harum akan mengakibatkan responden
tidak jadi membeli (tabel 30). Penetapan harga jual yang kompetitif
dibandingkan dengan pesaing menjadikan Teh Pucuk Harum semakin
diminati konsumen.
3) Place
Dalam penelitian ini hasil evaluasi atribut (ei) yang diperoleh
menunjukkan bahwa atribut ketersediaan produk menjadi pertimbangan
kesepuluh responden dalam membeli (tabel 33). Sikap responden terhadap
ketersediaan produk Teh Pucuk Harum menyatakan bahwa Teh Pucuk Harum
masih sulit diperoleh dibandingkan dengan Teh Botol Sosro yang mudah
diperoleh (tabel 35). Untuk itu perusahaan perlu menjamin ketersediaan
produk Teh Pucuk Harum karena responden akan beralih ke merek lain
apabila Teh Pucuk Harum tidak tersedia (tabel 29).
Strategi PT Mayora Indah yang memasuki pasar tradisional maupun di
pasar modern serta di sektor hotel, restoran, kantin dinilai potensial dalam
memperluas jaringan distribusi untuk meningkatkan pangsa pasar. Untuk itu
ketersediaan produk di setiap segmen pasar perlu diperhatikan.
4) Promotion
Promosi bertujuan untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan
suatu produk pada pasar sasarannya. Promosi dapat membentuk persepsi yang
diinginkan dan memberikan rangsangan untuk membeli produk yang
ditawarkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang mempengaruhi
responden dalam membeli Teh Pucuk Harum adalah media televisi, keluarga
dan teman (tabel 13). Berdasarkan hasil penelitian maka promosi yang paling
tepat adalah melalui ketiga media tersebut.
Promosi pada pusat perbelanjaan dapat dilakukan dengan cara
memberikan hadiah yang ditempel pada produk, pemberian potongan harga
dan pemberian sampel gratis (tabel 24). Alternatif tersebut didasarkan pada
loyalitas merek responden yang rendah (tabel 29) sehingga responden lebih
mudah dipengaruhi dengan cara seperti itu. Metode pemberian hadiah tepat
digunakan untuk memperkenalkan produk atau merek baru dalam
meningkatkan pangsa pasar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik umum responden produk Teh Pucuk Harum di Kota Bogor
yang mewakili konsumen Teh Pucuk Harum dapat digambarkan melalui kategori
usia, status marital, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan tingkat pendapatan.
Sebanyak 59 persen responden berada pada rentang usia 17 hingga 22 tahun.
Mayoritas responden memiliki status marital belum menikah dan sebesar 58
persen berstatus sebagai pelajar/mahasiswa. Tingkat pendapatan yang diperoleh
responden mayoritas adalah kurang dari dua juta rupiah dengan jumlah responden
sebanyak 60 persen.
Karakteristik dan latar belakang yang beragam akan mempengaruhi
pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi suatu produk. Tahapan keputusan
pembelian yang dilalui oleh responden berawal dari pengenalan kebutuhan.
Motivasi utama responden mengkonsumsi teh hitam siap minum adalah atribut
kesegaran sebesar 44 persen. Mayoritas responden menganggap mengkonsumsi
teh hitam siap minum hanya untuk memenuhi keinginan saja dan bukan sebagai
sesuatu hal yang wajib untuk dikonsumsi, sehingga jika responden tidak
mengkonsumsi teh hitam siap minum maka perasaan mereka biasa saja (63%) dan
tidak merasa ada yang kurang (72%).
Dalam pencarian informasi, 50 persen responden mendapatkan informasi
dari media televisi dan 47 persen memfokuskan pada informasi mengenai
manfaat. Pada tahap evaluasi alternatif, 38 persen responden menyatakan bahwa
rasa merupakan pertimbangan awal pembelian. Aktivitas utama yang dilakukan
oleh 48 persen responden untuk menghilangkan dahaga adalah mengkonsumsi air
putih, sedangkan manfaat mengkonsumsi teh hitam siap minum dirasakan 51
persen responden sebagai penghilang dahaga.
Pada proses pembelian, konsumen mengambil keputusan mengenai waktu
dan tempat pembelian. Sebanyak 55 persen responden membeli Teh Pucuk Harum
di minimarket/toko. Pembelian Teh Pucuk Harum yang dilakukan 56 persen
responden tergantung pada situasi. Waktu mengkonsumsi 73 persen responden
pun pada saat yang tidak tentu. Peran teman/kerabat/keluarga cukup
mempengaruhi keputusan pembelian 43 persen responden, namun adanya
penjual/SPG tidak mempengaruhi pembelian 47 persen responden. Rata-rata
pengeluaran 34 persen responden pada kisaran 10 ribu rupiah hingga 25 ribu
rupiah setiap bulannya.
Proses keputusan responden tidak berhenti ketika pembelian selesai
dilakukan. Responden akan melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah
dilakukan oleh penyedia produk. Responden merasa puas setelah mengkonsumsi
Teh Pucuk Harum (68%) sehingga kepuasan tersebut mendorong 81 persen
responden untuk melakukan pembelian selanjutnya dan 45 persen responden
merekomendasikan kepada orang lain. Responden yang merasakan tidak sama
sekali/biasa saja jika tidak mengkonsumsi Teh Pucuk Harum sebesar 70 persen.
Sebesar 62 persen responden Teh Pucuk Harum menunjukkan bahwa apabila
produk Teh Pucuk Harum tidak tersedia maka mereka akan beralih ke merek lain
dan 37 persen responden tidak jadi membeli Teh Pucuk Harum apabila terjadi
kenaikan harga. Sebanyak 42 persen responden bersikap menunggu pendapat
orang lain apabila ada merek baru dengan kisaran harga yang sama dengan Teh
Pucuk Harum.
Dari hasil analisis sikap responden terhadap teh hitam siap minum dapat
diketahui atribut yang paling diinginkan atau paling penting adalah kesegaran dan
informasi kadaluarsa. Atribut berikutnya yang diinginkan adalah izin BPOM,
manfaat dan rasa. Skor sikap Fishbein menunjukkan bahwa Teh Pucuk Harum
memiliki skor sikap (Ao) lebih tinggi dibandingkan dengan Teh Botol Sosro yaitu
sebesar 18,23 dan 17,93. Ini berarti secara keseluruhan Teh Pucuk Harum lebih
disukai oleh responden. Apabila ditinjau dari setiap skor kepercayaan (bi) atribut
yang dimiliki masing-masing produk maka Teh Pucuk Harum memiliki
keunggulan dalam atribut kesegaran, rasa, dan aroma. Produk Teh Botol Sosro
memiliki keunggulan pada atribut lainnya yaitu manfaat dan ketersediaan produk.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang
dapat direkomendasikan, yaitu:
1. Perusahaan sebaiknya meningkatkan ketersediaan produk karena mayoritas
responden akan beralih ke merek lain jika Teh Pucuk Harum tidak tersedia.
Apabila ketersediaan produk terjamin, maka loyalitas konsumen terhadap
produk Teh Pucuk Harum akan meningkat.
2. Perusahaan harus mempertahankan atribut kejelasan izin BPOM dan
kejelasan informasi kadaluarsa karena konsumen menganggap kedua atribut
tersebut sangat penting. Hal tersebut perlu dilakukan agar konsumen percaya
bahwa Teh Pucuk Harum merupakan produk yang aman untuk dikonsumsi
dan konsumen dapat terus mengkonsumsi Te Pucuk Harum tanpa perlu
merasa khawatir.
3. Penelitian mengenai alternatif stategi pemasaran PT Mayora Indah dapat
dilakukan bagi penelitian selanjutnya agar diperoleh strategi yang tepat untuk
meningkatkan pangsa pasar Teh Pucuk Harum.
DAFTAR PUSTAKA
Afrilia N. 2010. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen terhadap Teh Celup
Hitam Walini (Studi Kasus: Agrowisata Gunung Mas Bogor) [skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Atmojo ED. 2012. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen terhadap Teh Celup
Merek Sarimurni (Studi Kasus: Giant Hypermart - Botani Square) [skripsi].
Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Ayuningtyas D. 2009. Analisis Sikap Konsumen dan Kinerja Atribut Teh Hijau
Siap Minum Merek NU Green Tea Original di Kota Jakarta [skripsi]. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Dewi LA. 2009. Analisis Sikap Konsumen terhadap Produk Susu Kedelai Murni
Tanpa Merek di Kota Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Engel J, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam.
Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Consumer Behaviour.
Harnasari A. 2009. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen Cimory Yoghurt Drink di Cimory [skripsi]. Bogor: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Haryono D. 2011. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Kepuasan
Konsumen Minuman Isotonik Fatigon Hydro di Kota Bogor [skripsi]. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid I dan II. Edisi Millenium. Jakarta:
PT Prenhalindo.
Kotler P dan Gary A. 2007. Dasar-dasar Pemasaran. Ed ke-9 jilid I.Sindoro,
penerjemah. Jakarta: PT Indeks. Terjemahan dari: Prinsiples of Marketing.
Lisiadi A. 2011. Analisis Sikap terhadap Minuman Sari Buah Nutrisari Ready to
Drink (Studi Kasus: Mahasiswa Program Diploma IPB) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghali Indonesia
Putri C. 2009. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen terhadap Minuman Susu
Fermentasi Probiotik Vitacharm [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Putri M. 2010. Analisis Sikap dan Keputusan Pembelian Konsumen terhadap
Produk Minuman Teh dalam Kemasan Cup Siap Saji Merek Teh Upet di
Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Setiadi JN. 2010. Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif,
Tujuan, dan Keinginan Konsumen. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Siagian D. Sugiarto. 2003. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Edisi kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.
Wasini. 2009. Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Minuman Bandrek
Serbuk Merek Starbandrek PT Liza Herbal International (Studi Kasus: di
Wilayah Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 April 1985. Penulis adalah
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Karna dan Ibunda Ade
Casmiati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Cantang Jaya Bogor pada
tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di
SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 8 Bogor
diselesaikan pada tahun 2003.
Penulis diterima pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB pada tahun 2003. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di
Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Download