Obat Antihipertensi pada Hipertensi dalam Kehamilan Pharmacological Treatment ofHypertension in Pregnancy Erry Cumilar Dachlan Divisi Kedokteran Fetomaternal BagianJSMF. Obstetri dan Ginekologi FK. UnairIRSU. Dr. Soetomo Surabaya ABSTRACT Hypertensive disorders of are the leading cause of maternal andperinatal mortali& and morbidiq in developing and developed countries. The etiology of preclampsia is still unknown. Delivering the baby is the only definite treatment. The benefits of acute pharmacological control of severe hypertension prior to and or post delivery are generally accepted. Until recently not one of the commonly used antihypertensive drugs has been made to the pathophisiology of severe preeclampsia, being a clinical syndrome characterized by endothelial cell dysfunction, vasospasm andplatelet aggregation. Methyldopa is a useful drug in the management of chronic hypertension in pregnant women (women with prexisting hypertension) to prevent severe hypertension and reduces perinatal mortali& deaths. Nifedipine is potent vasodilato~rapid onset of action, given either intravenously or orally and are both eflective and safe, for this reason is gaining acceptance for the treatment of hypertension in pregnancy. Ketanserin, a serotonin,-receptor blocXel: is a drug that appears to be arranged for treating this pregnancy-associated endothelial cell dysfunction. The results of several prospective trials show that there is a definite place for serotonzn,-receptor blockers in the treatment of pregnancy-induced hypertensive disorders. Key words: hypertension, methyldopa, ngedipine PENDAHULUAN Tujuan utama penggunaan obat-obatan antihipertensi dalam pengobatan hipertensi dalarn kehamilan (HDK) adalah melindungi ibu terhadap komplikasi akut yang berkembang selama atau segera seteldl berakhirnya kehamilan dengan janin yang sehat. Komplikasi ibu tersebut berupa solusio plasenta, koagulopati intravaskuler yang meluas serta hipertensi yang menyebabkan kerusakan organ, perdarahan otak dan bahkan kematian ibu. Pada janin berupa pertumbuhan janin terhambat, hipoksia, kelahiran prematur dan kematian perinatal. Obat-obatan antihipertensi dalam pemakaiannya akan memberikan efek samping yang memengaruhi baik ibu, janin bahkan setelah bayi itu lahir. Efek tidak langsung pada janin karena penurunan perfusi plasenta atau berupa pengaruh langsung terhadap sirkulasi kardiovaskuler janin. Telah diketahui bahwa otak dengan fenomena mekanisme autoregulasi pada normotensif berfungsi menjaga stabilitas perfusi serebral. Mekanisme ini terganggu atau hilang bila tekanan arteri rata-rata (TAR) melebihi 140-150 mmHg. Hal ini disebabkan karena otot polos arterial tak cukup kuat melakukan konstriksi protektif sehingga mengakibatkan peningkatan aliran darah serebral yang tak terkendali.. Selanjutnya perfusi dengan tekanan yang tinggi merusak mikrosirkulasi distal. Tercatat pada tahun 1988-1 990 perdarahan otak menjadi penyebab 12 dari 27 kasus kematian preeklampsia di Inggris, serta 19 dari 43 kerntian ibu karena Preeklamsia di Belanda pada periode 1983-1 992. Dengan demikian hipertensi pada Preeklamsia merupakan penyebab potensial timbulnya perdarahan otak sehingga terapi antihipertensif patut dipertimbangkan. PEMBAHASAN Telah ada kesepakatan kapan penderita HDK menggunakan obat antihipertensi, antara lain sebagai berikut. 1. Hipertensi berat bila tekanan diastolik 2 110 mmHg, bahkan beberapa pakar menganjurkan terapi segera pada tekanan diastolik yang lebih rendah yaitu 100 mmHg. 2. Bila tekanan sistolik > 160-1 80 mmHg. 3. Terapi farmakologis (dengan obat antihipertensi) ini tujuamya mempertahankan tekanan sistolik 140-160 mmHg, serta diastolik 90-100 mmHg atau TAR < 125 mmHg serta jangan lebih rendah dari 105 mmHg. 4. Penurunan tekanan darah mendadak di bawah 130/80mmHg harus dihindarkan.Hal ini menyebabkan gangguan perfusi plasental dan distres janin.