26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam skripsi ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah metode historis. Metode historis yaitu metode yang penulis gunakan dalam menjawab permasalahan yang akan dikaji. Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1994: 8), bahwa suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi; kecenderungan untuk menempuh jalan yang sebaliknya (yaitu mencocokkan objek studi yang metodik yang ada saja) sesungguhnya keliru. Penggunaan metode historis ini merupakan cara dalam menjawab permasalahan tentang pendidikan Pesantren Daarut Tauhiid dalam hal mengaji dan wirausaha. Hal ini sesuai dengan pendapat Gottschalk (1975: 32) yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Menurut Ismaun (1992: 125), metode historis biasanya dibagi atas empat kelompok kegiatan, yakni: 1. Heuristik, yaitu suatu usaha mencari dan menemukan sumber sejarah. Secara sederhana, sumber-sumber sejarah itu dapat berupa: sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan. Secara lebih luas lagi, sumber sejarah itu dapat dibeda-bedakan ke dalam sumber resmi formal dan informal. Selain itu dapat juga diklasifikasikan dalam sumber primer dan sumber sekunder. Pada tahap ini penulis mengumpulkan fakta dan data tentang pendidikan 27 pesantren Daarut Tauhiid Bandung 19987-2008 yang diperoleh melalui studi literatur dan wawancara. 2. Kritik atau analisis, yaitu usaha menlai sumber-sumber sejarah. Semua sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Fungsi dari proses kritik ini adalah untuk mnegetahui apakah sumber-sumber yang diperoleh itu relevan atau tidak dengan permasalahan yang dikaji penulis. 3. Interpretasi atau penafsiran, yaitu sebagai usaha memahami dan mencari hubungan antar fakta sejarah sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan rasional. Proses penafsiran ini tidak bisa dipisahkan dari analisis. 4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk skripsi, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan sistematis, dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini penulis berusaha mengajukan sebuah bentuk laporan penelitian penulisan sejarah yang berjudul Mengaji dan Wirausaha; Pendidikan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 1987-2008 sehingga menjadi suatu kesatuan sejarah yang utuh. Selain metodea historis, penulis pun menggunakan pendekatan interdisipliner dalam penelitian ini. Sjamsuddin (1996: 201) mengungkapkan bahwa ketika menganalisis berbagai peristiwa atau fenomena masa lalu, sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang relevan dengan pokok kajiannya. 28 Sjamsudin pun menjelaskan bahwa pendekatan interdisipliner adalah bentuk pendekatan dalam sejarah saat menganalisis berbagai peristiwa masa lampau dengan dibantu oleh berbagai ilmu sosial. Pendekatan ini memberikan karakteristik “ilmiah” terhadap sejarah dan penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu memungkinkan dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang suatu masalah baik keluasan maupun kedalamannya akan semakin jelas. Dalam pendekatan interdisipliner ini penulis menggunakan ilmu sejarah untuk mengkaji permasalahan berkenaan dengan peristiwa yang terjadi diwaktu lampau, dibantu oleh ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengkaji konsep kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan. Kemudian dibantu juga oleh ilmu pendidikan Islam untuk mengkaji konsep pendidikan Islam. Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menerapkan beberapa langkah yang dipakai hingga terbentuknya suatu penulisan sejarah yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Dalam penyusunan penelitian ini akan penulis jabarkan tiga bagian penelitian yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan dan pelaporan penelitian. A. Persiapan Penelitian Pada tahap awal ini ada beberapa hal yang dilakukan dalam penyusunan penulisan skripsi ini. Langkah awal yang penulis ialah memilih dan menentukan topik penelitian. Langkah ini dilakukan setelah membaca literatur, selanjutnya topik terssebut diajukan kepada tim pertimbangan penulisan skripsi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam persiapan penelitian adalah: 29 1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian Langkah awal yang dilakukan penulis untuk memulai penulisan skripsi ini adalah memilih dan menentukan topik yang akan di bahas. Tema yang telah ditentukan tersebut kemudian dijabarkan dalam sebuah judul yaitu Pola Pendidikan Islam pada Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 1990-2008. Setelah tema tersebut disetujui, kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan dan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, selanjutnya setelah judul tersebut disetujui oleh TPPS, peneliti mulai menyusun suatu rancangan penelitian yang dituangkan dalam bentuk proposal skripsi. 2. Penyusunan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berupa proposal skripsi yang diajukan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar yang telah dijelaskan di atas. Proposal penelitian ini pada dasarnya memuat: a. Judul Penelitian, b. Latar Belakang Masalah, c. Rumusan Masalah, d. Tujuan Penelitian, e. Penjelasan Judul, f. Tinjauan pustaka, g. Metode dan Teknik Penelitian, dan h. Sistematika Penulisan. 30 Proposal penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dalam seminar proposal pada hari Rabu tanggal 8 April 2009 dengan surat keputusan oleh TPPS dan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dengan nomor 044/TPPS/JPS/2009. Setelah dilakukan beberapa revisi, baik judul maupun isinya maka terjadi perubahan judul yaitu menjadi Mengaji dan Wirausaha; Pendidikan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 1987-2008. Selanjutnya dikeluarkan surat keputusan dari TPPS untuk penunjukan pembimbing I yaitu ditujukan kepada Bapak Dr. Agus Mulyana, M. Hum dan pembimbing II Bapak Wawan Darmawan, S.Pd., M. Hum. 3. Mengurus Perijinan penelitian Mengurus perijinan dilakukan dalam rangka memperlancar proses penelitian dalam mencari sumber-sumber yang dibutuhkan. Dalam mengurus perijinan ini, penulis membuat surat keterangan ijin penelitian yang ditujukan kepada pimpinanYayasan Daarut Tauhiid Bandung. 4. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, penulis terlebih dahulu mempersiapkan perlengkapan penelitian. Hal ini berguna agar dalam proses penelitian memperoleh kelancaran sehingga mendapatkan hasil penelitian yang baik. Adapun perlengkapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut; a. Surat izin penelitian dari dekan FPIPS b. Instrumen wawancara c. Alat perekam d. Kamera foto 31 e. Alat tulis 5. Bimbingan Untuk menentukan langkah yang tepat dalam proses penyusunan skripsi, penulis melakukan konsultasi atau bimbingan dengan pembimbing I oleh Bapak Dr. Agus Mulayna, M. Hum dan pembimbing II yaitu Bapak Wawan Darmawan, S.Pd,. M. Hum. Penulis melakukan konsultasi sesuai dengan waktu dan teknik yang telah disepakati bersama dengan para pembimbing, sehingga penulis dapat berkomunikasi dan diskusi secara kontinyu mengenai permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi. B. Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah penulis dalam usaha mencari dan mengumpulkan data yang relevan sebagai kajian penulisan skripsi. 1. Heuristik (Pengumpulan Sumber) Tahap ini merupakan tahap dimana penulis berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber sejarah yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik yang diperoleh dari sumber tertulis maupun sunber lisan. a. Pengumpulan sumber tertulis Pada tahap ini penulis berusaha mencari berbagai sumber yang berhubungan dengan topik penelitian. Metode yang digunakan penulis dalam mencari sumber tertulis adalah melalui studi literatur. Studi literatur dilakukan 32 dengan cara membaca sejumlah literatur berupa buku, artikel, dokumen maupun skripsi. Dalam pelaksanaan pengumpulan sumber sejarah tertulis ini, penulis mengunjungi Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengunjungi beberapa toko buku di Bandung, diantaranya toko buku Gramedia dan Bandung Book Center. Penulis pun mengunjungi Yayasan Daarut Tauhiid dan dari bagian Pendidikan dan Pelatihan Daarut Tauhid penulis memperoleh arsip mengenai Standard operational ProcedureI (SOP) program Santri Siap Guna, Santri Daurah Qalbiyah, Santri Pesantren Mahasiswa, dan Santri Akhlak Plus Wirausaha. Kemudian penulis juga memperoleh gmabaran profil Yayasan Daarut Tauhiid dalam bentuk file powerpoint. Dalam pencarian sumber yang penulis lakukan di perpustakaan UPI, penulis memperoleh sumber-sumber mengenai konsep-konsep kewirasusahaan dan pendidikan Islam. Sedangkan sumber-sumber yang berhubungan dengan pesantren dan Daarut Tauhiid diperoleh di toko buku Gramedia dan Bandung book center. Penulis pun memperoleh sumber literatur berupa artikel dari internet. b. Pengumpulan sumber lisan Dalam penulisan sekripsi ini yang dijadikan sumber utama ialah sumber lisan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sumber tertulis yang membahas secara khusus pendidikan pesantren daarut tauhid. Pengumpulan sumber yang tidak tertulis atau sumber lisan dilakukan dengan metode wawancara yang merupakan teknik pengumpulan data secara langsung. 33 Seperti yang diungkapkan oleh Soehartono (1995: 67-68), bahwa wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder). Menurut Koentjaraningrat (1994: 138-139), pada umumnya teknik wawancara dibagi dua macam yaitu: 1) Wawancara berencana; selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diseleksi untuk wawancara diajukan pertanyaan yang sama, dengan kata-kata dan dalam tata urut yang seragam. 2) Wawancara tak berencana; tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat. Teknik wawancara ini berhubungan dengan penggunaan sejarah lisan. Seperti yang diungkapkan oleh Helius Sjamsuddin (1996: 78), bahwa sejarah lisan (oral history), ingatan lisan (oral reminiscence) yaitu ingatan tangan pertama yang dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang di wawancara oleh sejarahwan. Seperti yang dijelaskan pula oleh Kuntowijoyo (2003: 26) bahwa sejarah lisan dapat memperkaya metode penelitian, menambah pengadaan sumber sejarah, dan terutama memperkaya penulisan sejarah secara substantif. Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam memperoleh data didasarkan atas pertimbangan bahwa pelaku sejarah yang menjadi nara sumber benar-benar 34 mengalami objek kajian dalam penelitian ini. Dengan demikian penulis dapat mengolah data dan fakta yang diperoleh dari hasil wawancara. Pada tahap pelaksanaan wawancara, penulis meminta informasi dari pengelola Yayasan Daarut Tauhiid, pengelola pesantren dan santri Daarut Tauhiid. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang relevan dengan topik yang dikaji. Secara garis besar, pertanyaan wawancara berkisar mengenai sejarah berdirinya Daaarut Tauhiid, pengembangan pendidikan keislaman dan pendidikan kewirausahaan di Pesantren Daaurt Tauhiid, dan nilainilai utama yang dikembangkan dalam pendidikan di pesantren. Pada saat melakukan wawancara, narasumber dibagi menajdi dua kategori. Kategori yang pertama ialah narasumber dari pihak pimpinan dan atau pengelola Yayasan Daarut Tauhiid. Dari narasumber tersebut penulis bisa memperoleh informasi mengenai sejarah dan pengelolaan Yayasan Daarut Tauhiid termasuk pengelolaan pesantren. Narasumber berikutnya adalah dari pihak santri sebagai peserta didik di pesantren. Dari narasumber tersebut diperoleh informasi mengenai tanggapannya terhadap pendidikan Pesantren Daaarut Tauhiid. Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan wawancara berencana dimana wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan. Adapun pertanyaaan yang bersifat tambahan dilakukan langsung pada saat wawancara apabila diperlukan. Narasumber memberikan jawaban kepada penulis dengan teratur sesuai dengan pertanyaan, namun jika narasumber berpandangan bahwa ada informasi yang 35 harus diterima oleh penulis diluar daftar pertanyaan yang telah ada maka hal tersebut bisa dilaksanakan. Narasumber yang diwawancarai oleh penulis diantaranya adalah: 1) Pihak pengelola Yayasan Daarut Tauhiid yang terdiri dari: - Sekertaris Yayasan Daarut Tauhiid sekaligus sebagai anggota KMIW - Kabag Kelembagaan dan Litbang Yayasan Daarut Tauhiid - Mudir Daarul Ikhwan Pesantren Daarut Tauhiid - Mudabbir Program Pesantren Mahasiswa Hal-hal yang ditanyakan meliputi awal dikembangkannya lembaga pesantren, kategorisasi santri dan pengelolaannya, kurikulum pesantren, dan gambaran kegiatan pendidikan di pesantren. 2) Pihak kedua yaitu santri, yakni santri yang telah selesai mengikuti program Santri Siap Guna angkatan ke 9 dan Santri Akhlak plus Wirausaha angkatan ke 5. Selain itu juga ada santri dari program PPM angkatan ke 2. Hal-hal yang ditanyakan berkaitan dengan motivasi untuk mengikuti pendidikan di Pesantraen Daaurt Tauhiid, mamfaat mengikuti pendidikan dan tanggapannya terhadap pendidikan di Pesantren Daarut Tauhiid. Alasan pemilihan angkatan santri tersebut adalah didasarkan pada aktivitas mereka yang masih terlibat sampai sekarang sehingga memudahkan dalam mencari informasi. 36 2. Kritik Sumber Setelah mengumpulkan sumber-sumber sejarah (Heuristik), baik sumber tertulis maupun sumber lisan maka selanjutnya langkah yang penulis kerjakan adalah Melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut. Kritik sumber itu dilakukan dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber lainnya. Sehingga, dengan langkah ini dapat diperoleh data dan fakta yang akurat. Kritik sumber dapat dilakukan terhadap sumber tertulis maupun sumber sumber lisan. Informasi berupa data atau fakta dari sumber tertulis dipilah-pilah sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan, untuk sumber lisan kritik dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal seperti faktor usia, perilaku dalam arti apakah narasumber mengatakan yang sebenarnya. Kemudian penulis mengadakan kaji banding terhadap data lisan dari beberapa narasumber. Menurut Lucey (Sjamsuddin, 1996: 104-105) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakn untuk mendapatkan kejelasan sumber-sumber tersebut, yaitu: 1) Siapa yang mengatakan itu? 2) Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah? 3) Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya? 4) Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu? 5) Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu? Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau 37 ketepatan (akurasi) fari sumber iu. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin, 1996: 104). a. Kritik Eksternal Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Helius Sjamsuddin (1996: 105) bahwa: Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber ini telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Pada tahap ini, penulis melakukan penilaian terhadap sumber tertulis yang menjadi acuan dalam penelitian ini dengan berusaha semaksimal mungkin. Seluruh sumber sejarah yang dipakai sebagai sumber tulisan memberikan informasi berupa data yang dikalsifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian, hingga pada akhirnya diperoleh fakta yang sesuai mengenai kajian pendidikan Islam dan wirausaha pada Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 1987-2008. Pelaksanaan kritik ekstern terhadap sumber tertulis bertujuan untuk Melakukan penelitian asal-usul sumber terutama yang berbentuk dokumen. Peneliti melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji yaitu dengan cara melakukan verifikasi dan pengklasifikasian buku, salah satunya dengan melihat tahun terbit. Dengan melihat kekinian tahun terbitnya maka semakin bagus kualitas yang didapat dalam buku tersebut, serta untuk mengetahui bahwa dokumen-dokumen tersebut 38 memang dikeluarkan oleh instansi terkait. Sumber-sumber tertulis ini berupa buku, arsip serta beberapa dokumen. Penulis pun melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengidentifikasi narasumber. Untuk sumber lisan kritik dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal seperti faktor usia, kondisi fisik dan perilaku, dalam arti apakah narasumber mengatakan yang sebenarnya, karena akan sangat menentukan informasi yang akan diberikan. Narasumber yang peneliti kunjungi rata-rata memiliki usia yang tidak terlalu muda tapi tidak terlalu tua, sehingga daya ingatnya masih cukup baik. b. Kritik Internal Berbeda dengan kritik eksternal, kritik internal merupakan kebalikan darikritik eksternal yaitu lebih menekankan pada aspek isi dari sumber sejarah yang telah diperoleh. Setelah fakta kesaksian ditegakkan melalui kritik eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu. Ia harus memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan atau tidak. Keputusan ini didasarkan atas dua penyidikan, yaitu harus memahami arti sebenarnya dari penyidikan serta kredibiliitas saksi harus ditegakkan (Sjamsudddin, 1996: 111). Kritik internal yang dilakukan penulis terhadap sumber tertulis dilakukan dengan membandingkan antara sumber-sumber yang telah terkumpul dengan menentukan sumber yang relevan dan akurat dengan permasalahan yang dikaji. Sedangkan kritik internal terhadap sumber lisan yaitu dengan cara mengidentiifikasi narasumber yaitu dengan memilih narasumber yang layak untuk diwawancarai, mengamati usia dan daya ingat narasumber sehingga dapat diperoleh informasi yang akurat. Kemudian penulis mengadakan kaji banding terhadap data lisan dari beberapa narasumber tersebut. 39 Kritik internal yang dilakukan penulis terhadap sumber tulisan dilakukan dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari satu buku dengan buku lainnya atau dengan arsip yang dijadikan sumber tertulis. Penulis dalam proses kirtik internal terhadap sumber lisan melakukan seleksi terhadap calon narsumber dengan melihat jabatan atau amanah yang sedang atau pernah dipegang di Daarut Tauhiid. Pada tahapan ini penulis pun dibantu oleh pihak pengurus Yayasan Daarut Tauhiid yang menangani bidang penelitian untuk memperoleh data narasumber yang bisa diminta informasi. Selain itu penulis juga membandingkan informasi yang diterima dari satu narasumber dengan narasumber yang lainnya. 3. Interpretasi Setelah sumber berupa fakta-fakta yang diperoleh melalui tahap kritik, kemudian diolah kembali dengan cara pemberian makan atau penafsiran. Hal ini dilakukan agar fakta-fakta tersebut tidak berdiri sendiri melainkan satu rangkaian rekonstruksi peristiwa sesuai dengan pokok-pokok permasalahan dalam penelitian. Dalam metode penelitian sejarah, tahapan ini disebut intrepretasi. Proses interpretasi atau pemberian makna dilakukan oleh penulis sesuai dengan kajian utama yang diangkat. Sebagaimana dikemukakan oleh Kartono (1986: 233), bahwa. Penulisan fakta sejarah pada umumnya ditambahi interpretasi pribadi daripada penulis sejarah itu tidak luput dari opini-opini subjektif dan kesalahan-kesalahan; baik kesalahan-kesalahan yang kecil maupun berupa penyimpangan yang besar. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya seleksi 40 dan rekontruksi intelektual oleh para ahli/penulis sejarah terhadap peristiwaperistiwa bersejarah. Sebagai contoh dari interpretasi yang dilakukan adalah pada saat penulis memperoleh fakta bahwa pada saat menjelaskan mengenai tujuan dari Pendidikan Kewirausahaan di Daarut Tauhiid, Nasir et all dalam bukunya Welcome to Daarut Tauhiid terbitan MQ Publishing tahun 2003 halaman 53 menjelaskan bahwa: Adanya program ini diharapkan mampu menumbuhkan jiwa entrepreneur bagi seorang Muslim, sehingga ia mmapu hidup tanpa tergantung pada orang lain. Minimal ia dapat hidup mandiri dan tidak menjadi beban siapapun dan kehadirannya akan menjadi mamfaat bagi umat, demi tegaknya syiar Islam yang kokoh, baik itu akhlaknya, pondasi iman yan kuat, dan yang tidak kalah penting, yaitu kekuatan dibidang ekonomi dan kemandirian yang nyata. Kemudian dalam SOP Program Santri Akhlak plus Wirausaha yang dikeluarkan oleh Pesantren Daarut Tauhiid bahwa tujaun dari program tersebut adalah berupaya membentuk santri yang memiliki mental wirausaha yang berjiwakan leadership. Berdasarkan dua fakta tersebut maka penulis melakukan interpretasi bahwa tujuan dari diselenggarakan pendidikan kewirausaan di Daarut Tauhiid adalah sebagai upaya membimbing dan membentuk seorang muslim atau dalam hal ini santri Daarut Tauhiid yang memliki jiwa entrepreneurship dan leadership sebagai bekal untuk mampu mengatasi segala masalah kehidupan dengan berlandaskan nilai-nilai Islami. 41 4. Penulisan Laporan Penelitian Langkah terakhir yang ditempuh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu penulisan laporan penelitian atau historiografi. Langkah ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan prosedur penelitian yang merupakan kegiatan intelektual dan cara utama memahami sejarah. Pada tahap ini peneliti melalukan kegiatan terakhir sebagai hasil dari ketiga tahapan sebelumnya yang telah dilalui oleh peneliti. Dalam tahapan ini peneliti harus mencurahkan seluruh daya pikirannya dalam penggunaan kutipan-kutipan maupun catatan serta juga yang tidak kalah pentingnya adalah hasil wawancara.