s_sej_043840_BAB III

advertisement
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam skripsi ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah metode
historis. Metode historis yaitu metode yang penulis gunakan dalam menjawab
permasalahan yang akan dikaji. Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat
(1994: 8), bahwa suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya
dengan objek studi; kecenderungan untuk menempuh jalan yang sebaliknya (yaitu
mencocokkan objek studi yang metodik yang ada saja) sesungguhnya keliru.
Penggunaan metode historis ini merupakan cara dalam menjawab
permasalahan tentang pendidikan Pesantren Daarut Tauhiid dalam hal mengaji
dan wirausaha. Hal ini sesuai dengan pendapat Gottschalk (1975: 32) yang
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode historis adalah proses menguji
dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Menurut Ismaun (1992: 125), metode historis biasanya dibagi atas empat
kelompok kegiatan, yakni:
1. Heuristik, yaitu suatu usaha mencari dan menemukan sumber sejarah.
Secara sederhana, sumber-sumber sejarah itu dapat berupa: sumber benda,
sumber tertulis dan sumber lisan. Secara lebih luas lagi, sumber sejarah itu
dapat dibeda-bedakan ke dalam sumber resmi formal dan informal. Selain
itu dapat juga diklasifikasikan dalam sumber primer dan sumber sekunder.
Pada tahap ini penulis mengumpulkan fakta dan data tentang pendidikan
27
pesantren Daarut Tauhiid Bandung 19987-2008 yang diperoleh melalui
studi literatur dan wawancara.
2. Kritik atau analisis, yaitu usaha menlai sumber-sumber sejarah. Semua
sumber dipilih melalui kritik eksternal dan internal sehingga diperoleh
fakta-fakta yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Fungsi dari
proses kritik ini adalah untuk mnegetahui apakah sumber-sumber yang
diperoleh itu relevan atau tidak dengan permasalahan yang dikaji penulis.
3. Interpretasi atau penafsiran, yaitu sebagai usaha memahami dan mencari
hubungan antar fakta sejarah sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan
rasional. Proses penafsiran ini tidak bisa dipisahkan dari analisis.
4. Historiografi atau penulisan sejarah, yaitu proses penyusunan hasil
penelitian yang telah diperoleh sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh
dalam bentuk skripsi, sehingga dihasilkan suatu tulisan yang logis dan
sistematis, dengan demikian akan diperoleh suatu karya ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini penulis berusaha
mengajukan sebuah bentuk laporan penelitian penulisan sejarah yang
berjudul Mengaji dan Wirausaha; Pendidikan Pesantren Daarut Tauhiid
Bandung 1987-2008 sehingga menjadi suatu kesatuan sejarah yang utuh.
Selain
metodea
historis,
penulis
pun
menggunakan
pendekatan
interdisipliner dalam penelitian ini. Sjamsuddin (1996: 201) mengungkapkan
bahwa ketika menganalisis berbagai peristiwa atau
fenomena masa lalu,
sejarawan menggunakan konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial tertentu yang
relevan dengan pokok kajiannya.
28
Sjamsudin pun menjelaskan bahwa pendekatan interdisipliner adalah
bentuk pendekatan dalam sejarah saat menganalisis berbagai peristiwa masa
lampau dengan dibantu oleh berbagai ilmu sosial. Pendekatan ini memberikan
karakteristik “ilmiah” terhadap sejarah dan penggunaan berbagai konsep disiplin
ilmu memungkinkan dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman
tentang suatu masalah baik keluasan maupun kedalamannya akan semakin jelas.
Dalam pendekatan interdisipliner ini penulis menggunakan ilmu sejarah
untuk mengkaji permasalahan berkenaan dengan peristiwa yang terjadi diwaktu
lampau, dibantu oleh ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengkaji konsep
kewirausahaan dan pendidikan kewirausahaan. Kemudian dibantu juga oleh ilmu
pendidikan Islam untuk mengkaji konsep pendidikan Islam.
Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menerapkan beberapa
langkah yang dipakai hingga terbentuknya suatu penulisan sejarah yang sesuai
dengan aturan yang ditetapkan. Dalam penyusunan penelitian ini akan penulis
jabarkan tiga bagian penelitian yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan dan
pelaporan penelitian.
A. Persiapan Penelitian
Pada tahap awal ini ada beberapa hal yang dilakukan dalam penyusunan
penulisan skripsi ini. Langkah awal yang penulis ialah memilih dan menentukan
topik penelitian. Langkah ini dilakukan setelah membaca literatur, selanjutnya
topik terssebut diajukan kepada tim pertimbangan penulisan skripsi. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam persiapan penelitian adalah:
29
1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian
Langkah awal yang dilakukan penulis untuk memulai penulisan skripsi ini
adalah memilih dan menentukan topik yang akan di bahas. Tema yang telah
ditentukan tersebut kemudian dijabarkan dalam sebuah judul yaitu Pola
Pendidikan Islam pada Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 1990-2008. Setelah
tema tersebut disetujui, kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan dan
Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia, selanjutnya setelah judul
tersebut disetujui oleh TPPS, peneliti mulai menyusun suatu rancangan penelitian
yang dituangkan dalam bentuk proposal skripsi.
2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini berupa proposal skripsi yang diajukan kepada
TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar yang telah dijelaskan di atas.
Proposal penelitian ini pada dasarnya memuat:
a. Judul Penelitian,
b. Latar Belakang Masalah,
c. Rumusan Masalah,
d. Tujuan Penelitian,
e. Penjelasan Judul,
f. Tinjauan pustaka,
g. Metode dan Teknik Penelitian, dan
h. Sistematika Penulisan.
30
Proposal penelitian tersebut kemudian dipresentasikan dalam seminar
proposal pada hari Rabu tanggal 8 April 2009 dengan surat keputusan oleh TPPS
dan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dengan nomor 044/TPPS/JPS/2009.
Setelah dilakukan beberapa revisi, baik judul maupun isinya maka terjadi
perubahan judul yaitu menjadi Mengaji dan Wirausaha; Pendidikan Pesantren
Daarut Tauhiid Bandung 1987-2008. Selanjutnya dikeluarkan surat keputusan
dari TPPS untuk penunjukan pembimbing I yaitu ditujukan kepada Bapak Dr.
Agus Mulyana, M. Hum dan pembimbing II Bapak Wawan Darmawan, S.Pd., M.
Hum.
3. Mengurus Perijinan penelitian
Mengurus perijinan dilakukan dalam rangka memperlancar proses
penelitian dalam mencari sumber-sumber yang dibutuhkan. Dalam mengurus
perijinan ini, penulis membuat surat keterangan ijin penelitian yang ditujukan
kepada pimpinanYayasan Daarut Tauhiid Bandung.
4. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, penulis terlebih dahulu
mempersiapkan perlengkapan penelitian. Hal ini berguna agar dalam proses
penelitian memperoleh kelancaran sehingga mendapatkan hasil penelitian yang
baik. Adapun perlengkapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut;
a. Surat izin penelitian dari dekan FPIPS
b. Instrumen wawancara
c. Alat perekam
d. Kamera foto
31
e. Alat tulis
5. Bimbingan
Untuk menentukan langkah yang tepat dalam proses penyusunan skripsi,
penulis melakukan konsultasi atau bimbingan dengan pembimbing I oleh Bapak
Dr. Agus Mulayna, M. Hum dan pembimbing II yaitu Bapak Wawan Darmawan,
S.Pd,. M. Hum. Penulis melakukan konsultasi sesuai dengan waktu dan teknik
yang telah disepakati bersama dengan para pembimbing, sehingga penulis dapat
berkomunikasi dan diskusi secara kontinyu mengenai permasalahan yang dihadapi
dalam penyusunan skripsi.
B. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah penulis dalam
usaha mencari dan mengumpulkan data yang relevan sebagai kajian penulisan
skripsi.
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Tahap ini merupakan tahap dimana penulis berusaha mencari dan
mengumpulkan berbagai sumber sejarah yang berhubungan dengan masalah
penelitian, baik yang diperoleh dari sumber tertulis maupun sunber lisan.
a. Pengumpulan sumber tertulis
Pada tahap ini penulis berusaha mencari berbagai sumber yang
berhubungan dengan topik penelitian. Metode yang digunakan penulis dalam
mencari sumber tertulis adalah melalui studi literatur. Studi literatur dilakukan
32
dengan cara membaca sejumlah literatur berupa buku, artikel, dokumen maupun
skripsi.
Dalam pelaksanaan pengumpulan sumber sejarah tertulis ini, penulis
mengunjungi Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengunjungi
beberapa toko buku di Bandung, diantaranya toko buku Gramedia dan Bandung
Book Center. Penulis pun mengunjungi Yayasan Daarut Tauhiid dan dari bagian
Pendidikan dan Pelatihan Daarut Tauhid penulis memperoleh arsip mengenai
Standard operational ProcedureI (SOP) program Santri Siap Guna, Santri
Daurah Qalbiyah, Santri Pesantren Mahasiswa, dan Santri Akhlak Plus
Wirausaha. Kemudian penulis juga memperoleh gmabaran profil Yayasan Daarut
Tauhiid dalam bentuk file powerpoint.
Dalam pencarian sumber yang penulis lakukan di perpustakaan UPI,
penulis memperoleh sumber-sumber mengenai konsep-konsep kewirasusahaan
dan pendidikan Islam. Sedangkan sumber-sumber yang berhubungan dengan
pesantren dan Daarut Tauhiid diperoleh di toko buku Gramedia dan Bandung
book center. Penulis pun memperoleh sumber literatur berupa artikel dari internet.
b. Pengumpulan sumber lisan
Dalam penulisan sekripsi ini yang dijadikan sumber utama ialah sumber
lisan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sumber tertulis yang membahas secara
khusus pendidikan pesantren daarut tauhid. Pengumpulan sumber yang tidak
tertulis atau sumber lisan dilakukan dengan metode wawancara yang merupakan
teknik pengumpulan data secara langsung.
33
Seperti yang diungkapkan oleh Soehartono (1995: 67-68), bahwa
wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan
jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape
recorder). Menurut Koentjaraningrat (1994: 138-139), pada umumnya teknik
wawancara dibagi dua macam yaitu:
1) Wawancara berencana; selalu terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang
telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang
diseleksi untuk wawancara diajukan pertanyaan yang sama, dengan
kata-kata dan dalam tata urut yang seragam.
2) Wawancara tak berencana; tidak mempunyai suatu persiapan
sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata dan
dengan tata urut tetap yang harus dipatuhi oleh peneliti secara ketat.
Teknik wawancara ini berhubungan dengan penggunaan sejarah lisan.
Seperti yang diungkapkan oleh Helius Sjamsuddin (1996: 78), bahwa sejarah lisan
(oral history), ingatan lisan (oral reminiscence) yaitu ingatan tangan pertama yang
dituturkan secara lisan oleh orang-orang yang di wawancara oleh sejarahwan.
Seperti yang dijelaskan pula oleh Kuntowijoyo (2003: 26) bahwa sejarah lisan
dapat memperkaya metode penelitian, menambah pengadaan sumber sejarah, dan
terutama memperkaya penulisan sejarah secara substantif.
Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam memperoleh data didasarkan
atas pertimbangan bahwa pelaku sejarah yang menjadi nara sumber benar-benar
34
mengalami objek kajian dalam penelitian ini. Dengan demikian penulis dapat
mengolah data dan fakta yang diperoleh dari hasil wawancara.
Pada tahap pelaksanaan wawancara, penulis meminta informasi dari
pengelola Yayasan Daarut Tauhiid, pengelola pesantren dan santri Daarut
Tauhiid. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang
relevan dengan topik yang dikaji. Secara garis besar, pertanyaan wawancara
berkisar mengenai sejarah berdirinya Daaarut Tauhiid, pengembangan pendidikan
keislaman dan pendidikan kewirausahaan di Pesantren Daaurt Tauhiid, dan nilainilai utama yang dikembangkan dalam pendidikan di pesantren.
Pada saat melakukan wawancara, narasumber dibagi menajdi dua kategori.
Kategori yang pertama ialah narasumber dari pihak pimpinan dan atau pengelola
Yayasan Daarut Tauhiid. Dari narasumber tersebut penulis bisa memperoleh
informasi mengenai sejarah dan pengelolaan Yayasan Daarut Tauhiid termasuk
pengelolaan pesantren. Narasumber berikutnya adalah dari pihak santri sebagai
peserta didik di pesantren. Dari narasumber tersebut diperoleh informasi
mengenai tanggapannya terhadap pendidikan Pesantren Daaarut Tauhiid.
Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah dengan
menggunakan wawancara berencana dimana wawancara dilakukan dengan
terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan. Adapun pertanyaaan yang bersifat
tambahan dilakukan langsung pada saat wawancara apabila diperlukan.
Narasumber memberikan jawaban kepada penulis dengan teratur sesuai dengan
pertanyaan, namun jika narasumber berpandangan bahwa ada informasi yang
35
harus diterima oleh penulis diluar daftar pertanyaan yang telah ada maka hal
tersebut bisa dilaksanakan.
Narasumber yang diwawancarai oleh penulis diantaranya adalah:
1) Pihak pengelola Yayasan Daarut Tauhiid yang terdiri dari:
-
Sekertaris Yayasan Daarut Tauhiid sekaligus sebagai anggota
KMIW
-
Kabag Kelembagaan dan Litbang Yayasan Daarut Tauhiid
-
Mudir Daarul Ikhwan Pesantren Daarut Tauhiid
-
Mudabbir Program Pesantren Mahasiswa
Hal-hal yang ditanyakan meliputi awal dikembangkannya lembaga
pesantren,
kategorisasi
santri
dan
pengelolaannya,
kurikulum
pesantren, dan gambaran kegiatan pendidikan di pesantren.
2) Pihak kedua yaitu santri, yakni santri yang telah selesai mengikuti
program Santri Siap Guna angkatan ke 9 dan Santri Akhlak plus
Wirausaha angkatan ke 5. Selain itu juga ada santri dari program PPM
angkatan ke 2. Hal-hal yang ditanyakan berkaitan dengan motivasi
untuk mengikuti pendidikan di Pesantraen Daaurt Tauhiid, mamfaat
mengikuti pendidikan dan tanggapannya terhadap pendidikan di
Pesantren Daarut Tauhiid. Alasan pemilihan angkatan santri tersebut
adalah didasarkan pada aktivitas mereka yang masih terlibat sampai
sekarang sehingga memudahkan dalam mencari informasi.
36
2. Kritik Sumber
Setelah mengumpulkan sumber-sumber sejarah (Heuristik), baik sumber
tertulis maupun sumber lisan maka selanjutnya langkah yang penulis kerjakan
adalah Melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut. Kritik sumber itu
dilakukan dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber
lainnya. Sehingga, dengan langkah ini dapat diperoleh data dan fakta yang akurat.
Kritik sumber dapat dilakukan terhadap sumber tertulis maupun sumber
sumber lisan. Informasi berupa data atau fakta dari sumber tertulis dipilah-pilah
sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan, untuk sumber lisan kritik dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal seperti faktor usia, perilaku dalam arti
apakah narasumber mengatakan yang sebenarnya. Kemudian penulis mengadakan
kaji banding terhadap data lisan dari beberapa narasumber.
Menurut Lucey (Sjamsuddin, 1996: 104-105) terdapat lima pertanyaan
yang harus digunakn untuk mendapatkan kejelasan sumber-sumber tersebut, yaitu:
1) Siapa yang mengatakan itu?
2) Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?
3) Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?
4) Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang
kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?
5) Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada
kita fakta yang diketahui itu?
Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama.
Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau
37
ketepatan (akurasi) fari sumber iu. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara
melakukan kritik eksternal dan kritik internal (Sjamsuddin, 1996: 104).
a. Kritik Eksternal
Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap
aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Helius
Sjamsuddin (1996: 105) bahwa:
Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu
pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan
semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu
waktu sejak asal mulanya sumber ini telah diubah oleh orang-orang tertentu
atau tidak.
Pada tahap ini, penulis melakukan penilaian terhadap sumber tertulis yang
menjadi acuan dalam penelitian ini dengan berusaha semaksimal mungkin.
Seluruh sumber sejarah yang dipakai sebagai sumber tulisan memberikan
informasi berupa data yang dikalsifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian,
hingga pada akhirnya diperoleh fakta yang sesuai mengenai kajian pendidikan
Islam dan wirausaha pada Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 1987-2008.
Pelaksanaan kritik ekstern terhadap sumber tertulis bertujuan untuk
Melakukan penelitian asal-usul sumber terutama yang berbentuk dokumen.
Peneliti melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan
permasalahan yang dikaji yaitu dengan cara melakukan verifikasi dan
pengklasifikasian buku, salah satunya dengan melihat tahun terbit. Dengan
melihat kekinian tahun terbitnya maka semakin bagus kualitas yang didapat dalam
buku tersebut, serta untuk mengetahui bahwa dokumen-dokumen tersebut
38
memang dikeluarkan oleh instansi terkait. Sumber-sumber tertulis ini berupa
buku, arsip serta beberapa dokumen.
Penulis pun melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan yang
dilakukan oleh peneliti dengan cara mengidentifikasi narasumber. Untuk sumber
lisan kritik dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal seperti faktor usia,
kondisi fisik dan perilaku, dalam arti apakah narasumber mengatakan yang
sebenarnya, karena akan sangat menentukan informasi yang akan diberikan.
Narasumber yang peneliti kunjungi rata-rata memiliki usia yang tidak terlalu
muda tapi tidak terlalu tua, sehingga daya ingatnya masih cukup baik.
b. Kritik Internal
Berbeda dengan kritik eksternal, kritik internal merupakan kebalikan
darikritik eksternal yaitu lebih menekankan pada aspek isi dari sumber sejarah
yang telah diperoleh. Setelah fakta kesaksian ditegakkan melalui kritik eksternal,
tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu. Ia harus
memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan atau tidak. Keputusan ini
didasarkan atas dua penyidikan, yaitu harus memahami arti sebenarnya dari
penyidikan serta kredibiliitas saksi harus ditegakkan (Sjamsudddin, 1996: 111).
Kritik internal yang dilakukan penulis terhadap sumber tertulis
dilakukan dengan membandingkan antara sumber-sumber yang telah
terkumpul dengan menentukan sumber yang relevan dan akurat dengan
permasalahan yang dikaji. Sedangkan kritik internal terhadap sumber lisan
yaitu dengan cara mengidentiifikasi narasumber yaitu dengan memilih
narasumber yang layak untuk diwawancarai, mengamati usia dan daya
ingat narasumber sehingga dapat diperoleh informasi yang akurat.
Kemudian penulis mengadakan kaji banding terhadap data lisan dari
beberapa narasumber tersebut.
39
Kritik internal yang dilakukan penulis terhadap sumber tulisan dilakukan dengan
membandingkan informasi yang diperoleh dari satu buku dengan buku lainnya
atau dengan arsip yang dijadikan sumber tertulis.
Penulis dalam proses kirtik internal terhadap sumber lisan melakukan
seleksi terhadap calon narsumber dengan melihat jabatan atau amanah yang
sedang atau pernah dipegang di Daarut Tauhiid. Pada tahapan ini penulis pun
dibantu oleh pihak pengurus Yayasan Daarut Tauhiid yang menangani bidang
penelitian untuk memperoleh data narasumber yang bisa diminta informasi. Selain
itu penulis juga membandingkan informasi yang diterima dari satu narasumber
dengan narasumber yang lainnya.
3. Interpretasi
Setelah sumber berupa fakta-fakta yang diperoleh melalui tahap kritik,
kemudian diolah kembali dengan cara pemberian makan atau penafsiran. Hal ini
dilakukan agar fakta-fakta tersebut tidak berdiri sendiri melainkan satu rangkaian
rekonstruksi peristiwa sesuai dengan pokok-pokok permasalahan dalam
penelitian. Dalam metode penelitian sejarah, tahapan ini disebut intrepretasi.
Proses interpretasi atau pemberian makna dilakukan oleh penulis sesuai dengan
kajian utama yang diangkat. Sebagaimana dikemukakan oleh Kartono (1986:
233), bahwa.
Penulisan fakta sejarah pada umumnya ditambahi interpretasi pribadi
daripada penulis sejarah itu tidak luput dari opini-opini subjektif dan
kesalahan-kesalahan; baik kesalahan-kesalahan yang kecil maupun berupa
penyimpangan yang besar. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya seleksi
40
dan rekontruksi intelektual oleh para ahli/penulis sejarah terhadap peristiwaperistiwa bersejarah.
Sebagai contoh dari interpretasi yang dilakukan adalah pada saat penulis
memperoleh fakta bahwa pada saat menjelaskan mengenai tujuan dari Pendidikan
Kewirausahaan di Daarut Tauhiid, Nasir et all dalam bukunya Welcome to Daarut
Tauhiid terbitan MQ Publishing tahun 2003 halaman 53 menjelaskan bahwa:
Adanya program ini diharapkan mampu menumbuhkan jiwa
entrepreneur bagi seorang Muslim, sehingga ia mmapu hidup tanpa
tergantung pada orang lain. Minimal ia dapat hidup mandiri dan tidak
menjadi beban siapapun dan kehadirannya akan menjadi mamfaat bagi
umat, demi tegaknya syiar Islam yang kokoh, baik itu akhlaknya, pondasi
iman yan kuat, dan yang tidak kalah penting, yaitu kekuatan dibidang
ekonomi dan kemandirian yang nyata.
Kemudian dalam SOP Program Santri Akhlak plus Wirausaha yang dikeluarkan
oleh Pesantren Daarut Tauhiid bahwa tujaun dari program tersebut adalah
berupaya membentuk santri yang memiliki mental wirausaha yang berjiwakan
leadership. Berdasarkan dua fakta tersebut maka penulis melakukan interpretasi
bahwa tujuan dari diselenggarakan pendidikan kewirausaan di Daarut Tauhiid
adalah sebagai upaya membimbing dan membentuk seorang muslim atau dalam
hal ini santri Daarut Tauhiid yang memliki jiwa entrepreneurship dan leadership
sebagai bekal untuk mampu mengatasi segala masalah kehidupan dengan
berlandaskan nilai-nilai Islami.
41
4. Penulisan Laporan Penelitian
Langkah terakhir yang ditempuh peneliti dalam menyelesaikan penelitian
ini yaitu penulisan laporan penelitian atau historiografi. Langkah ini merupakan
langkah terakhir dari keseluruhan prosedur penelitian yang merupakan kegiatan
intelektual dan cara utama memahami sejarah. Pada tahap ini peneliti melalukan
kegiatan terakhir sebagai hasil dari ketiga tahapan sebelumnya yang telah dilalui
oleh peneliti. Dalam tahapan ini peneliti harus mencurahkan seluruh daya
pikirannya dalam penggunaan kutipan-kutipan maupun catatan serta juga yang
tidak kalah pentingnya adalah hasil wawancara.
Download