BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Huruf adalah satuan

advertisement
BAB 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Huruf adalah satuan terkecil dalam bahasa. Masyarakat Jepang umumnya
menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa utama untuk berkomunikasi. Bahasa
Jepang, memiliki tiga macam huruf yang digunakan oleh masyarakatnya untuk
berkomunikasi, yaitu huruf hiragana, katakana, dan kanji. Rangkaian dari dua atau
lebih huruf hiragana, katakana, atau kanji dapat membentuk sebuah kata, dan
rangkaian beberapa kata dalam pola tertentu, membentuk sebuah kalimat yang baik
dan benar yang dapat digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Salah satu huruf
dalam bahasa Jepang, yaitu huruf katakana, merupakan huruf yang digunakan untuk
menuliskan kata serapan dari bahasa asing diluar bahasa Jepang. Katakana awalnya
digunakan oleh para biksu agama Buddha pada abad ke-9 untuk mengindentifikasi
pengucapan naskah-naskah Cina. Katakana digunakan untuk penekanan didalam
sebuah kalimat, onomatopoiea yang biasa digunakan dalam komik Jepang, nama
beberapa tumbuhan serta hewan, serta kosakata non-kanji yang merupakan kata
外来語/gairaigo).
pinjaman (
Sebagai makhluk sosial, sudah seharusnya antar sesama manusia saling
melakukan komunikasi. Komunikasi adalah aktivitas berbagi informasi melalui
bertukar pikiran, pesan, atau informasi dengan berbicara, visual, menulis, atau
dengan tingkah laku. Komunikasi (Bretz,1983,21) terbagi menjadi dua, yaitu
komunikasi face-to-face dan komunikasi media. Komunikasi face-to-face adalah
komunikasi tatap muka, yang mana memudahkan kita untuk menangkap pesan dalam
sebuah komunikasi melalui ekspressi wajah, tingkah laku, gaya bicara, dan
sebagainya. Sebaliknya, komunikasi media lebih terlihat seperti komunikasi yang
mampu diekspresikan dengan kelihaian bahasa. Oxford Dictionary menyebutkan
bahwa bahasa adalah metode dalam komunikasi manusia, baik lisan maupun tertulis,
yang terdiri dari penggunaan kata yang terstruktur dan dengan cara yang biasa. Tiaptiap negara memiliki bahasa yang berbeda. Komunikasi media kini juga dikenal
dengan Computer-Mediated Communication (CMC), lebih menekankan pada
penggunaan bahasa untuk diucapkan atau ditulis, karena tidak adanya penyampaian
informasi dengan mimik wajah atau tingkah laku, contohnya dalam komunikasi
media e-mail.
Pada zaman yang modern seperti sekarang ini, komunikasi media sangat sering
dilakukan oleh manusia melalui media yang berbeda, seperti media massa atau media
sosial. Media massa dilakukan seperti dalam televisi, radio, koran, dan lain
sebagainya. Sedangkan media sosial umumnya dilakukan dalam situs-situs seperti
facebook, twitter, atau dalam blog. Kegunaan media sosial terbagi menjadi 3, yakni
untuk membangun profil baik publik maupun semi-publik tanpa dibatasi oleh sistem,
berbagi ide dan pikiran dengan pengguna yang lain, serta melihat dan melintasi
daftar koneksi yang dibuat orang lain didalam sistem (Boyd,2001,211). Didalam
media sosial, kita mampu berkenalan dengan teman baru tidak hanya dalam negeri,
tapi juga orang lain yang berada di berbeda negara dengan kita.
Berkembangnya media sosial diawali dengan munculnya The America Online
(AOL) pada tahun 1985, dan AOL sendiri melakukan perkembangan pada tahun
1997 yakni menawarkan fasilitas chat, agar sesama pengguna bisa saling
berkomunikasi lebih mudah. Pada tahun yang sama, blog dimulai. Kemudian pada
tahun 2002, muncullah sosial media yang paling dikenal dunia, yaitu Friendster.
Friendster merupakan pemicu munculnya sosial media yang lain seperti Facebook,
Twitter, dan Google+.
Di dalam media sosial, huruf katakana kini semakin sering digunakan oleh
orang Jepang. Sebuah kata yang umumnya ditulis dengan menggunakan huruf kanji
seringkali dituliskan dengan huruf katakana. Sebagai contoh, kata kawaii umumnya
可愛い. Namun dalam media tulisan,
masyarakat Jepang menuliskan dengan katakana カワイイ . Masyarakat Jepang
ditulis dengan menggunakan huruf kanji yaitu
yang kini lebih dominan menggunakan katakana dibandingkan kanji dalam media
tulisan adalah hal yang akan saya teliti. Apakah penggunaan katakana memiliki
pengaruh yang berbeda dibandingkan dengan huruf kanji terhadap orang Jepang
sebagai pembaca.
Saya memilih tema ini dikarenakan saya melihat semakin banyaknya
penulisan kosakata dengan katakana dibandingkan dengan huruf kanji yang
digunakan oleh masyarakat Jepang sendiri didalam media baik media massa seperti
koran, televisi, majalah ataupun media sosial seperti blog, Twitter dan Facebook.
Komunikasi dalam media tulisan hanya mengandalkan penggunaan bahasa untuk
mengekspresikan emosinya karena tidak adanya tatap muka atau intonasi suara yang
dapat mengekspresikan emosi seseorang (Bretz,1983,110). Pengaruh penggunaan
katakana didalam media tulisan akan saya kaitkan dengan perasaan atau emosi
pembaca, dengan menggunakan dua teori dan satu konsep. Saya akan menggunakan
teori emosi menurut Kleinginna yang mana akan menjelaskan perbedaan emosi pada
remaja dan orang dewasa.
Saya akan mengkaitkan topik ini dengan konsep gairaigo, atau disebut juga
dengan kata serapan Jepang. Gairago adalah penggunaan utama katakana di Jepang.
Kata asing selain dari Cina, umumnya ditulis dengan menggunakan katakana. Saya
menggunakan fungsi gairago menurut Ishiwata serta penggunaannya dalam bahasa
Jepang menurut Stanlaw dan Daulton (2009,15). Pada konsep kedua, saya akan
membahasa mengenai konsep katakana itu sendiri. Berkaitan dengan penjelasan
fungsi katakana menurut Kato Shigero, serta menurut Ishida yang menyebutkan
katakana tidak hanya digunakan untuk menuliskan kata serapan Jepang, namun juga
digunakan untuk menulis nama flora dan fauna, tiruan bunyi-bunyian (onomatopeia),
dan lain sebagainya.
1.2
Rumusan Permasalahan
Saya akan menganalisis mengenai pengaruh penggunaan katakana yang
dituliskan oleh masyarakat Jepang terhadap perasaan pembaca.
1.3
Ruang Lingkup Permasalahan
Saya ingin menganalisis pengaruh penggunaan katakana terhadap perasaan
pembaca di dalam media tulisan.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Saya ingin membuktikan apakah penggunaan katakana itu dapat memperkuat
imaji atau tidak yang mana akan saya teliti melalui angket yang akan disebarkan
kepada orang Jepang asli sejumlah 50 responden. Saya berharap hasil penelitian ini
dapat membantu pemelajar Bahasa Jepang untuk menangkap dan memahami
perasaan yang diungkap oleh penulis ketika menuliskan sebuah atau beberapa kata
dengan menggunakan huruf katakana dalam media tulisan, serta memahami
bagaimana pengaruh huruf katakana terhadap perubahan perasaan ketika kita
menuliskan huruf katakana saat berkomunikasi melalu media tulisan dengan lawan
bicara, terutama lawan bicara tersebut adalah orang Jepang.
1.5
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif
analitis menurut Sugiyono (2002) adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui
variabel mandiri baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan , atau
menghubungkan dengan variabel lain. Sudaryanto (1993, 62) mengungkapkan
metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan fakta yang
ada. Dapat dikatakan bahwa metode deskriptif ditekankan pada memberi gambaran
secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diselidiki.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuisioner, yang mana kuisioner disebarkan
ke 50 orang Jepang.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi saya adalah sebagai berikut:
Bab 1: Pendahuluan
Pada bab ini saya menuliskan dalam latar belakang, menjelaskan singkat
mengenai bahasa Jepang, apa saja huruf-huruf yang digunakan di Jepang, serta kaitan
penggunaan katakana dalam media tulis dan media sosial terhadap perasaan
pembaca, dalam rumusan masalah saya menjelaskan mengenai permasalahan yang
akan diteliti, sedangkan dalam ruang lingkup dijelaskan mengenai batas
penelitiannya. Dalam tujuan dan manfaat penelitian, dijelaskan tentang langkah-
langkah dalam menganalisa dan menjawab permasalahan. Sedangkan di dalam
metode penelitan akan dijelaskan metode yang akan saya gunakan dalam penelitian.
Bab 2: Landasan Teori
Pada bab ini saya akan menuliskan tentang beberapa teori seperti konsep
gairaigo dan katakana serta teori emosi yang saya ambil dari David A. Wolfe dan
Eric J. Mash (2006,13).
Bab 3: Pembahasan
Pada bab ini saya menganalisa angket-angket yang sudah disebarkan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan saya teliti, memasukkan hasilnya
kedalam bentuk tabel dan mengalisisnya dengan teori-teori yang sudah saya ambil.
Bab 4: Simpulan
Setelah data yang sudah terkumpul saya analisa, maka saya akan menulis
kesimpulan yang berkaitan dengan penganalisisan data yang saya lakukan pada bab 3.
Bab 5: Ringkasan Skripsi
Merupakan ringkasan singkat dari keseluruhan isi skripsi penulis yang telah
penulis buat. Apa yang penulis tulis akan ceritakan kembali dengan lebih singkat.
Download