01 May 2015 Universitas Surabaya - To Be The First University in Heart and Mind http://www.ubaya.ac.id Mengajari Anak tentang Jenis Kelamin dan Gender Kenalkan Ragam Profesi & Peran Si cowok memilih tas pink. Lalu, si anak cewek lebih suka mainan mobil remote control. Jangan langsung reaktif. Walaupun, orang tua kerap terjebak mengotak-ngotakkan warna serta jenis permainan untuk laki-laki dan perempuan. Padahal, masih banyak cara untuk mengenalkan jenis kelamin dan gender kepada anak. --SEJAK dini, anak harus diajari mengenal jenis kelaminnya maupun tentang gender. ''Merunut pada teori perkembangan psiko­sosial Freud, usia 2-3 tahun adalah masa yang paling krusial untuk si anak belajar tentang jenis kelamin,'' ungkap Srisiuni Sugoto PhD, psikolog senior bidang psikologi perkembangan. Pada usia itu, anak sedang melalui fase ketiga, yakni fase phallic. Saat itu, kesenangan dan permasalahan anak berpusat pada sekitar alat kelamin. Anak mencari dan menemukan bahwa manipulasi diri bisa membawa kenikmatan. Tak heran, pada fase itu, anak sering memegang kelaminnya. Mereka juga mulai heran pada anatomi yang berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan, terhadap asal usul bayi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan seks. Orang tua bukannya harus membuat hal itu menjadi tabu dengan buru-buru memukul tangan anak saat memegang kelamin. Atau, menghindar saat banyak pertanyaan muncul dengan alasan ''jorok''. Pendidikan seksual pertama justru paling bagus datang dari orang tua. Srisiuni menyarankan, pada usia 2-3 tahun, anak sesekali diajak mandi bersama bunda, kemudian juga sesekali bersama ayah. ''Saat mandi diberi tahu. Adik kalau punya penis berarti adik laki-laki sama seperti ayah. Bunda tidak punya karena bunda perempuan. Beri tahu juga anatomi yang lain,'' jelas wakil dekan I Fakultas Psikologi Ubaya tersebut. Penyampaian harus pelan-pelan dan menyenangkan sesuai dengan dunia anak. Niatnya memang mengenalkan, bukan berpikiran porno. ''Jadi, nggak perlu tersipu-sipu orang tuanya,'' ujar Srisiuni. Ketika anak punya pertanyaan lanjutan, orang tua bebas menjawab dengan sebenarnya. Sambil mengenalkan, pada masa itu anak juga dibiasakan mengenal boleh dan tidaknya mengumbar area-area pribadi. Saat anak suka memegang kelamin, mereka tidak perlu dikagetkan dengan dimarahi. Tapi, coba alihkan dengan kegiatan menyibukkan tangan yang lain. Sementara itu, gender adalah hal yang berbeda dengan jenis kelamin. Sifatnya bukan biologis, namun lebih pada aspek nonfisiologis seks serta harapan budaya terhadap femininitas dan maskulinitas. Feminin dilekatkan dengan perempuan dan maskulin pada laki-laki. Keduanya seolah-olah mutlak terpisah. Padahal, bila ditarik garis kepribadian, ujung yang satu feminin dan ujung lainnya maskulin, tengahnya disebut androgyn. Jadi, sesungguhnya kepribadian manusia adalah kombinasi. Bagaimana mengenalkan hal itu tanpa terjebak stigma yang salah? Pertama, orang tua harus melepaskan diri dari pikiran bahwa warna, permainan, hingga profesi terkotak-kotak pada jenis kelamin. Bila suka warna pink, tanyakan apakah dia suka warna cerah. Tawarkan warna cerah yang lain dan alasannya. Perlihatkan profesi yang juga bisa dikerjakan laki-laki dan perempuan karena figur model konkret itu penting. Page 1/2 01 May 2015 Universitas Surabaya - To Be The First University in Heart and Mind http://www.ubaya.ac.id ''Hindarkan memberikan penguatan. Anak lelaki bisa suka dandan karena melihat sekitarnya dandan, lalu malah dipuji lucu. Itu tidak baik. Akan tertanam dalam dirinya,'' ungkapnya. Karena itu, faktor lingkungan juga perlu diperhatikan. (puz/c5/dos) 5 Fase Perkembangan Psikososial Sigmund Freud* *) Srisiuni mengingatkan, setiap anak bisa melalui fase dengan umur dan rentang yang berbeda. Sangat personal. Namun, fasenya tetap. - Fase Oral (0-1 tahun): Pusat kepuasan ada di mulut sehingga sering mengemut dan segala sesuatu dimasukkan ke mulut oleh anak. Tahap ini membentuk karakter tertentu di kemudian hari. Misalnya, suka mengigit menjadi penunjuk tingkah laku mendominasi dan destruktif. - Fase Anal (1-2 tahun): Zona erogen ada di bagian dubur. Kebutuhannya berhubungan terhadap kontrol yang menyangkut anal. Inilah saat yang tepat untuk toilet training, untuk BAK dan BAB. Bagaimana anak mengontrol diri dibentuk. - Fase Phallic (2-6 tahun): Tertarik pada alat kelamin dan hal-hal yang berhubungan dengan itu. Saat yang tepat untuk mengenalkan anatomi jenis kelamin dan gender. - Fase Laten (6-12): Desakan seksual mengendur. Sekarang tertarik pada keterampilan kognitif, pengetahuan dan budaya. Anak juga mulai mengembangkan keterampilan sosial. - Fase Genital (12 tahun-dewasa) : Dorongan seks pada fase phallic kembali muncul dan berkembang. Mulai ada kematangan fisik pada daerah erogen. Sumber: Jawa Pos, 1 Mei 2015 Page 2/2