BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Nilai

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Nilai Perusahaan
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan
juga baik. Dengan kinerja yang baik akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi,
dan dapat meningkatkan kemakmuran pemilik dan pemegang saham sehingga akan
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai Perusahaan merupakan suatu variabel yang
sangat penting , karena semakin tinggi nilai perusahaan semakin tinggi kemakmuran
pemegang saham (Gapens, 1996)
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan dan sering
sekali dikaitkan dengan harga saham. Harga saham tinggi, nilai perusahaan juga tinggi.
Menurut Fama(1978) dalam Untung Wahyudi et al. Nilai perusahaan akan tercermin
dari harga sahamnnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara
pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan karena harga
pasar saham dianggap cerminan dari nilai perusahaan sesungguhnya. Nilai saham yang
di bentuk dari indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang
investasi. Bagi perusahaan yang telah mempunyai saham (go public), nilai perusahaan
dapat dinilai dari nilai sahamnya. Jogiyanto (2010) menjelaskan bahwa “Terdapat
beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai
pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value).”
Menurut Husnan (2006) Pengertian Nilai perusahaan adalah sebagai berikut :
“Nilai Perusahaan merupakan nilai yang di butuhkan investor untuk mengambil
keputusan investasi yang tercermin dari harga pasar perusahaan.”
Universitas Sumatera Utara
Penilaian prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di
masa yang akan datang.
Nilai perusahaan pada umumnya di tentukan oleh tiga faktor utama , yakni :
1.Faktor internal perusahaan
2.Faktor eksternal perusahaan
3.Faktor teknikal
Banyak penelitian yang memeriksa pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan di antaranya yang di lakukan oleh Ulupui (2007), Makaryawati (2002),
Carlson dan Bathala (1997). Teori yang mendasari penelitian-penelitian tersebut adalah
semakin tinggi kinerja keuangan yang biasanya di proksikan dengan rasio keuangan,
maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut dapat
di lihat seberapa berhasilnya manajemen perusahaan mengelola aset dan modal yang
dimiliknya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Pengukuran terhadap nilai perusahaan diantaranya adalah :
1. Price Earning Ratio (PER) yaitu rasio yang mengukur seberapa besar
perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang
diperoleh para pemegang saham. Mohammad Usman, (2001) dalam Malla
Bahagia, (2008). Rumus yang digunakan adalah :
PER
=
H arg aPerlembarSaham
LabaPerlembarSaham
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :
* Tingkat pertumbuhan laba
* Dividend Payout Ratio
* Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.
Menurut Basuki Yusuf, (2005 dalam Malla Bahagia, 2008), hubungan factor - faktor
tersebut terhadap PER dapat dijelaskan sebagai berikut : Semakin tinggi Pertumbuhan
laba semakin tinggi PER nya, dengan kata lain hubungan antara pertumbuhan laba
dengan PER nya bersifat positif. Hal ini dikarenakan bahwa prospek perusahaan dimasa
yang akan datang dilihat dari pertumbuhan laba, dengan laba perusahaan yang tinggi
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang dikeluarkan secara
efisien. Laba bersih yang tinggi menunjukkan earning per share yang tinggi yang
berarti perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang baik, dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pemodal untuk berinvestasi
pada perusahaan tersebut, sehingga saham-saham dari perusahaan yang memiliki tingkat
profitabilitas dan pertumbuhan laba yang tinggi akan memiliki PER yang tinggi pula,
karena saham-saham akan lebih diminati di bursa sehingga kecenderungan harganya
meningkat lebih besar. Semakin tinggi required rate of return (r) semakin rendah PER,
r merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi saham, atau disebut
juga investasi tersebut ternyata lebih kecil dari tingkat keuntungan yang disyaratkan,
berarti hal ini menunjukkan investasi tersebut kurang menarik, sehingga dapat
menyebabkan turunnya harga saham tersebut dan sebaliknya. Dengan begitu r memiliki
hubungan yang negatif dengan PER, semakin tinggi tingkat keuntungan yang
diisyaratkan semakin rendah nilai PER nya. PER adalah fungsi dari perubahan
kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka
semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2. Price Book Value ( PBV )
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen
danorganisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham,
1996)., yang diproksikan dengan :
PBV
=
NilaiPasar
H arg aSaham
Menurut Aris (2006) Tujuan Utama Perusahaan adalah sebagai berikut : “Tujuan
Perusahaan adalah untuk meningkatkan Nilai Perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.”
Dalam penelitian ini, nilai perusahaan dipandang dari sudut pandang investor, dimana
investor akan menilai suatu perusahaan dengan melihat pada harga saham atau harga
pasar (market price) perusahaan tersebut. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sudana
(2011) yang menyatakan bahwa “bagi perusahaan yang sudah go public,
memaksimalkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimalkan harga pasar
saham”. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diwakili oleh variabel
PER (Price
Earning Ratio).
2.1.2. Kebijakan Pendanaan
Setiap emiten akan berusaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan agar dapat
memakmurkan investornya. cara yang diterapkan adalah dengan menetapkan berbagai
kebijakan, kebijakan perusahaan adalah merupakan keputusan - keputusan ataupun
pilihan - pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Menurut Moeljadi
(2006) “Agar tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
dapat tercapai, maka perlu diambil berbagai kebijakan (financial decision) yang relevan
dan mempunyai pengaruh bagi peningkatan nilai perusahaan. Kebijakan-kebijakan
keuangan itu (Weston dan Copeland, 1992) yakni :
Universitas Sumatera Utara
(1) Kebijakan investasi (investment decision);
(2) Kebijakan pendanaan (financing decision); dan
(3) Kebijakan dividen (dividend decision)”.
Pengambilan keputusan atau kebijakan dalam perusahaan merupakan salah satu
tugas dari manajer keuangan perusahaan. Menurut Hanafi (2008), “ Tugas manajer
keuangan adalah mengambil keputusan investasi, pendanaan, dan likuiditas dengan
tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham)”. Jadi, keputusan
pendanaan termasuk faktor penting bagi manajer perusahaan dalam memaksimumkan
nilai perusahaan. Keputusan pendanaan berhubungan dengan alternatif pendanaan yang
dilakukan oleh perusahaan. Sudana (2011) menyatakan bahwa, “Keputusan pendanaan
berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk membelanjai
investasi yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia,
sehingga diperoleh suatu kombinasi pembelanjaan yang paling efektif.” Alternatif
pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat berasal dari beberapa sumber, seperti
yang dijelaskan oleh Keown et al. (2011) “Pembiayaan datang dari dua sumber utama :
hutang (kewajiban - kewajiban) dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam
dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Ekuitas, disisi lain,
menunjukkan investasi pemegang saham dalam perusahaan.” Hal ini yang menjadi
bahan pertimbangan nilai perusahaan, karena dengan keputusan pendanaan yang baik
dan benar, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang baik.
“Keputusan pendanaan adalah keputusan keuangan tentang asal dana untuk
membeli aktiva. Ada dua macam sumber dana :
1. Dana pinjaman, seperti utang bank dan obligasi.
2. Modal sendiri, seperti laba ditahan dan saham.
Universitas Sumatera Utara
Dana pinjaman dan saham, merupakan sumber dana yang berasal dari luar
perusahaan, sedangkan laba ditahan merupakan sumber dana yang berasal dari dalam
perusahaan.” (Sudana, 2011) Menurut Modigliani dan Miller (1963) dalam Haruman
(2007) menyatakan bahwa pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.Apabila
pendanaan didanai melalui hutang, peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax
deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi
pemegang saham. Selain iru, penggunaan dana eksternal akan menambah pendapatan
perusahaan
yang
nantinya
akan
digunakan
untuk
kegiatan
investasi
yang
menguntungkan bagi perusahaan, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Myers dalam Kartika (2009) perusahaan lebih menyukai penggunaan
pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas dan laba ditahan.
Urutan penggunaan sumber pendanaan menurut pecking order theory adalah: internal
fund (dana internal, debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003 dalam
Kartika, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak
memperoleh sorotan dari publik akibat penerbitan saham baru (Kartika, 2009).Dana
eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan
yaitu pertimbangan biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi lebih murah dibandingkan
biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan
menurunkan harga saham lama. Alasan kedua adalah adanya kekhawatiran manajer
bahwa penerbitan saham baru dapat ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal.
Pemilihan sumber pendanaan yang telah dilakukan oleh manajer keuangan perusahaan,
baik menggunakan utang ataupun menggunakan modal sendiri akan tercermin dalam
kolom neraca keuangan. “Hasil dari keputusan pembelanjaan tampak pada neraca sisi
pasiva, yaitu berupa utang lancar, utang jangka panjang, dan modal” (Sudana, 2011).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
variabel Debt to Equity Ratio (DER) untuk menilai
keputusan atau kebijakan
pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2007 – 2013.
Kebijakan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut
komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati,2005). Kebijakan
pedanaan dalam penelitian ini diproksi,
Debt to equity ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan
dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan
Houston, 2011).
DER
tan g
= TotalHu
TotalEkuitas
Menurut Horne dan Wachoviz (1998) “Debt to equity is computed by simply
dividing the total debt of the firm ( including current liabilities ) by its shareholders
equity.” Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan
total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Sedangkan menurut Sawir (2001)
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan bahwa debt to equity ratio adalah “ Rasio yang menggambarkan
perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya.”
Menurut Robert Ang (1997) DER dapat digunakan untuk melihat struktur modal
suatu perusahaan karena DER yang tinggi menandakan struktur permodalan usaha yang
lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER
mencerminkan resiko perusahan relatif tinggi karena perusahaan dalam operasi relatif
tergantung pada hutang dan perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga
hutang sehinnga investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai
DER yang tinggi.
2.1.3.
Risk Based Capital (RBC)
RBC adalah rasio antara Modal berbanding Resiko. Resiko yang dimaksud adalah
klaim yang diajukan oleh seluruh nasabah. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi, dalam pasal 2, menyatakan:
(1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi
tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh perseratus) dari
resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
(2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), namun memiki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus perseratus), diberikan
kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Kepmenkeu menyatakan bahwa solvabilitas atau RBC sebuah perusahaan asuransi
adalah minimal sebesar 120%. Angka ini menunjukkan bahwa apabila 100% nasabah
mengajukan klaim, maka perusahaan tersebut minimal masih punya sisa dana sebesar
Universitas Sumatera Utara
20%. Dalam peraturan ini tidak ada pengecualian terhadap perhitungan perkiraan beban
klaim, apakah telah terjadi peristiwa yang menyebabkan kerugian yang ekstrim bagi
perusahaan atau tidak. Komponen dalam penentuan RBC terdiri atas komponen
perhitungan tingkat solvabilitas dan perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
(BTSM). Tingkat solvabilitas adalah melihat pada risiko likuiditas yang ditentukan oleh
asset dan kewajiban. Sedangkan BTSM mempertimbangkan risiko klaim, yaitu klaim
yang sudah terjadi dan klaim masa depan. Dengan perhitungan atau formula yang sama,
tentu hal ini akan mengakibatkan rendahnya RBC perusahaan yang terkena klaim yang
ekstrim dibandingkan dengan perusahaan yang tidak kena dampak.
Martin Grace (1993) mengatakan bahwa RBC dapat digunakan sebagai alat untuk
mendeteksi kebangkrutan (insolvency). Jika perusahaan asuransi memiliki rasio RBC
di bawah ketentuan pemerintah, maka rasio ini menjadi signal yang tidak baik bagi
perusahaan asuransi yang bersangkutan .
Ditinjau dari segi hukum, pemerintah telah memberikan payung hukum untuk
melindungi kepentingan nasabah perusahaan asuransi dengan menetapkan Risk Based
Capital (RBC). Sehingga diharapkan perusahaan asuransi memiliki kekuatan modal
yang cukup dan dapat menghindarkan resiko merugikan nasabahnya dalam hal terjadi
masalah ataupun kerugian sebagai akibat dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
Oleh karena itu peneliti dalam penelitian ini menggunakan RBC sebagai salah satu
variabel independen dalam meneliti pengaruh variabel RBC terhadap Nilai Perusahaan
asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.
Ukuran Perusahaan
Menurut (Ferry dan Jones, 1979 dalam Panjaitan: 2004), ukuran perusahaan
adalah suatu skala dimana dapat di klasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut
berbagai cara, antara lain :
1. Total aktiva
2. Penjualan
3. Log size
4. Nilai pasar saham
5. Kapitalisasi pasar
6. Dan lain-lain yang semuanya berkorelasi tinggi .
Menurut Sawir (2001) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari
struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda. Pertama,
ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana
dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal. Kedua,
ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan.
Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari berbagai bentuk hutang.
Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan pembuatan
kontrak. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba .
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Prasetyantoko (2008)
mengemukakan bahwa: “Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin
besar aset biasanya perusahaan tersebut semakin besar.” Selanjutnya, Yogiyanto (2010)
menyatakan bahwa :“Ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan,
ukuran aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva”. Sementara itu, untuk
menghitung nilai total asset, Asnawi (2005) mengemukakan bahwa: “Nilai total asset
Universitas Sumatera Utara
biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk
itu variabel asset diperhalus menjadi log asset atau ln asset.”Berdasarkan uraian di atas,
maka untuk menentukan ukuran perusahaan digunakan ukuran aktiva. Ukuran aktiva
tesebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Logaritma digunakan untuk
memperhalus asset karena nilai dari asset tersebut yang sangat besar dibanding variabel
keuangan lainnya.
Penentuan ukuran perusahaan dalam penelitian ini berdasarkan kepada Log Total
Aset Perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan, dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai
market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmadji, 2007).
Semakin besar aktiva suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula modal yang
ditanam, semakin besar total penjualan suatu perusahaan maka akan semakin banyak
juga perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
perusahaan di kenal oleh masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008).
2.1.5. Laba perusahaan ( PR )
Menurut Harahap (2007) laba merupakan angka yang penting dalam laporan
keuangan karena berbagai alasan antara lain laba merupakan dasar dalam perhitungan
pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan,
dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa
yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Chariri dan Ghozali (2007) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa
karakteristik antara lain sebagai berikut:
a) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.
b) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi
perusahaan pada periode tertentu.
Universitas Sumatera Utara
c) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus
tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
d) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
e) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan
biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan
laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan
yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja
perusahaan tersebut adalah laba. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua
cara, dari segi ilmu ekonomi, laba adalah peningkatan kekayaan seorang investor atas
hasil penanam modalnya setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut, sedangkan dari segi ilmu akuntansi didefinisikan sebagai
selisih antara hasil penjualan dengan biaya produksi. Dalam hal ini, peneliti
memproksikan pengukuran laba dari segi ilmu akuntansi dengan konsep laba yang
diikuti perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian ini, beberapa hasil dari
penelitian terdahulu perlu dikemukakan. Hasil penelitian terdahulu adalah sebagai
berikut.
Penelitian Lestari, et.al. (2012) dengan judul Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan HUtang, Keputusan Investasi dan Kepemilikan Insider terhadap Nilai
perusahaan (2008-2011). Penelitian ini dilakukan terhadap 41 perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, sedangkan kebijakan hutang, keputusan insider berpengauh
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Bambang, et.al. (2010) dengan judul Pengaruh Kebijakan Perusahaan
terhadap Nilai perusahaan dengan Kinerja Perusahaan sebagai variabel moderating
(2004-2006). Penelitian ini terhadap 116 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan pendanaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Dimas, et.al. (2012) dengan judul Pengaruh Keputusan Investasi dan
Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan (2009-2011). Penelitian ini dilakukan
terhadap semua perusahaan sector property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh kuat dari kebijakan
pendanaan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian Elva. (2012) dengan judul Pengaruh Kepemilikan Institusional dan
Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (2006-2008).
Penelitian ini dilakukan terhadap semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.. Hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dan tidak berpengaruh terhadap kebijakaan hutang
(pendanaan).
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Wijaya, et.al. (SNA 2010)) dengan judul Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan terhadap 130 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.. Hasil penelitian menunjukkan keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
2.3. Review Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Indri Fany Lestari,
Taufeni Taufik,
Yusralaini
(2012)
Pengaruh Kebijakan
Dividen,Kebijakan
Hutang,Keputusan
Investasi dan Kepemilikan Insider ter
Hadap Nilai Perusahaan
Variabel Penelitian
Bambang Sudiyatno Pengaruh Kebijakan
Elen Puspitasari
Perusahaan terhadap
( 2010 )
Nilai Perusahaan
dengan Kinerja perusahaan sebagai variable
intervening
Hasil Penelitian
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen :
Kebijakan Dividen
Kebijakan Hutang
Keputusan Investasi
Kepemilikan Insider
Kebijakan Dividen tidak
berpengaruh, sedangKebijakan Hutang,keputusan insider berpengaruh terhadap Nilai
Perusahan.
Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Variabel Independen :
kebijakan perusahaan
(insentif,leverage )
Variabel Intervening :
Kinerja Perusahaan
Dimas Prasetyo,
Zahroh Z.A.
Devi Farah Azizah
(2012)
Pengaruh Keputusan Investasi dan Keputusan
Pendanaan terhadap
Nilai Perusahaan
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
Elva Nuraina
(2012)
Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Ukuran
Perusahaan terhadap
Kebijakan Hutang dan
Nilai Perusahaan
Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Kebijakan Hutang
Variabel Independen:
Kepemilikan Institusional
Ukuran Perusahaan
Lihan Rini Puspo Pengaruh Keputusan InvesWijaya, Bandi,
tasi, Keputusan Pendanaan
Anas Wibawa
dan Kebijakan Dividen
(2010)
terhadap Nilai Perusahaan
Variabel Dependen :
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan
Kebijakan Dividen
Kebijakan perusahaan(
insentif manajer,leverage keuangan)berpengaruh positif terhadap Kinerja perusahaan, dan Kinerja perusa
-haan mempunyai pengaruh langsung dan
Positif terhadap Nilai
Perusahaan.
Keputusan Investasi
dan Keputusan Pendanaan berpengaruh sesecara signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Kepemilikan Institusional berpengaruh signiterhadap Nilai Perusahaan dan Kebijakan
Hutang, Ukuran Perusahaan berpengaruh
terhadap Nilai PeruSahaan dan tidak ber
Pengaruh terhadap
Kebijakan Hutang
Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan,
dan Kebijakan Dividen berpengaruh posi
-tif terhadap Nilai
Perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Download