PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA BUDAYA ORGANISASI DI PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP II BANDUNG DALAM MEMBANGUN KINERJA KARYAWAN Studi Deskriptif dengan data kualitatif mengenai Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Humas Daop II Bandung dalam Membangun Kinerja Karyawannya SKRIPSI Diajukan untuk mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung Oleh: Alifikri Ahmad 10080008299 Bidang Kajian Manajemen Komunikasi FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2013 LEMBAR PENGESAHAN Judul : Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional 2 Bandung dalam membangun kinerja karyawan Sub Judul : Studi deskriptif mengenai Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Humas Daerah Operasional 2 Bandung dalam Membangun kinerja Karyawannya. Nama : Alifikri Ahmad NPM : 10080008299 Bidang Kajian : Manajemen Komunikasi Menyetujui, Dosen Pembimbing (Dr. Hj. Ike Junita T, S.Sos,.M.Si) Mengetahui Ketua Bidang kajian Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Dr. Hj. Ike Junita T, S.Sos,.M.Si) i Motto Artinya “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” ( Q.S. Ash Shaff, 4 : 61 ) ii ABSTRAK Persaingan yang semakin kompetitif membuat PT. Kereta Api Indonesia (persero) berusaha untuk meningkatkan kinerja mereka yang selama ini dinilai tidak maksimal. Perubahan Budaya merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawannya. PT. Kereta Api Indonesia (persero) baru-baru ini mengubah budaya perusahaan dari product oriented menjadi Consumer Oriented sebagai upaya untuk membangun kinerja yang lebih baik dan meningkatkan daya saing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Budaya organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level values, yaitu terkait kedisiplinan dalam berkerja, kebebasan dalam berinovasi, sistem balas jasa, dan pelayanan terhadap konsumen, kemudian budaya pada level artefacts, yaitu terkait logo perusahaan, slogan perusahaan, cara berpakaian, dan ritual perusahaan sebagai akibat dari perubahan Budaya perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Deskriptif dengan data kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara dengan Manager Organization Development, Manajer Humas, dan Karyawan divisi Humas PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daop II Bandung. Teknik observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung objek penelitian dan studi kepustakaan dilakukan dengan memanfaatkan sejumlah buku atau bahan bacaan lain yang terkait dengan penelitian. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, antara lain; pada level values terdapat peningkatan kedisiplinan karyawan seiring dengan semakin tegas dan konsistennya pemberlakukan sistem reward dan punishment. Perusahaan memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk berinovasi dalam segala bidang pekerjaan. kemudian sistem balas jasa yang diberikan perusahaan bagi karyawan yang berprestasi berupa penghargaan-penghargaan antara lain; perjalanan studi banding ke Cina, ditanggung biaya untuk naik haji, promosi jabatan. Namun masih terdapat nilai-nilai senioritas dalam menempuh jenjang karir. Kemudian pelayanan terhadap konsumen didasarkan pada 5 nilai utama perusahaan yaitu integritas, professional, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima. Pada level artefacts. Terdapat beberapa perubahan, antara lain; Perubahan pada Logo perusahaan dari segi visual dan makna, adapun slogan perusahaan saat ini ―Anda Adalah Prioritas Kami‖ yang merepresentasikan perubahan budaya perusahaan menjadi consumer oriented. Kemudian cara berpakaian masih menggunakan seragam sebagai identitas perusahaan yang melambangkan kesetaraan dan kebersamaan dengan meminimalkan simbol yang membedakan hierarkis jabatan. selain itu terdapat perubahan seragam perusahaan dari segi warna. Kemudian terkait ritual-ritual yang dilakukan perusahaan, mayoritas ritual masih bersifat formal, seperti briefing, rapat mingguan, upacara pembinaan. iii ABSTRACT The tight competition has led PT Kereta Api Indonesia (Persero) attempt to improve of their minimum performance. The cultural exchange is an effort to increase the employee performance. Recently, PT Kereta Api Indonesia (Persero) exchanges their business culture from product oriented to customer oriented to develop the best performance and competitiveness. The study intends to find out how the organizational culture of PT Kereta Api Indonesia (Persero) Operational Area II of Bandung by value level—working discipline, broaden innovation, reward system, customer service; and artifact level—business logo, motto, dressing, and the ritual arising from cultural exchange of business. A method used in research is descriptive with qualitative data. Data collection technique is interview with the Manager of Organization Development, Public Relation, and the staffs of PT Kereta Api Indonesia (Persero) Operational Area II of Bandung. The observation technique is direct observation to the object of research and literature study arranged by using of literature or related document. By the result it is concluded as follows: in the value level, there is an increasing discipline of employee according to the firm and consistence of reward and punishing system involvement. The management has given unrestricted authority to the employee for innovation in any several duties, reward system given by management toward the staff with achievement including comparative study in China, travelling for hajj, and the promotion. There are any several seniority values, however, in accomplish the carrier. Furthermore, customer service is arranged by 5 main values of business including integrity, proffesionalism, safety, innovation, and best service. In the artifact level, there are any exchanges such as logo in meaning and visual, motto from ―you are the priority‖ representing cultural exchange of business to customer oriented. In dressing, used the uniform representing equality and unity by minimizes the symbol differencing the structural hierarchy. Moreover, color exchange in uniform occurred. Furthermore, in correlation to the business ritual, majority it is arranged in formal including briefing, weekly meeting, and construction ceremony. iv KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillah segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, yang telah memberi rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul BUDAYA ORGANISASI DI PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP II BANDUNG DALAM MEMBANGUN KINERJA KARYAWAN (Studi Deskriptif dengan data kualitatif Mengenai Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Divisi Humas Daop II Bandung Dalam Membangun Kinerja Karyawannya). Adapun penulisan skripsi ini adalah diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian siding sarjana pada program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengalaman dan kemampuan penulis mengenai karya ilmiah. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulis dapat memperbaiki diri pada kesempatan mendatang. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada orang-orang dan pihak-pihak yang telah membantu penulis selama ini. Perkenankanlah penulis untuk menyebutkan beberapa pihak yang telah membantu selama ini yang mungkin tidak dapat disebutkan seluruhnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H.O.Hasbiansyah, Drs.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba yang membimbing penulis selama kuliah di UNISBA. v 2. Ibu Hj. Ike Junita Triwardhani. S.Sos..M.Si., selaku Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi serta dosen pembimbing. atas semua masukan-masukan serta waktu yang telah diberikan untuk membimbing dengan sabar selama menyusun Skripsi. 3. Ibu Dr. Anne Ratnasari, Dra., M.si, selaku dosen wali, yang telah membimbing penulis dalam pengambilan mata kuliah dan SKS selama menempuh pendidikan di UNISBA. 4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 5. Yth. Ibu Neneng Ratnadewi selaku Manager Organization Development. Terima kasih telah menfasilitasi penulis Selama penyusunan skripsi ini dan telah bersedia menjadi narasumber penelitian ini. 6. Yth. Bapak Bambang S. Prayitno selaku Manager Humas Daop II Bandung. Terima kasih telah menfasilitasi penulis selama penyusunan skripsi dan telah bersedia menjadi narasumber penelitian ini. 7. Kedua orang tua tercinta, yang paling berjasa membentuk kepribadian penulis. Terima kasih pula atas bantuan moril maupun materil, dan sikap demokratisnya memberi kebebasan kepada penulis untuk menentukan pilihan hidup. Terimakasih juga kepada seluruh keluarga besar penulis, atas keceriaan dan petuah-petuahnya. 8. Kepada kawan satu perjuangan, Irul, Ujang, Ucok, Iqbal, Wisnu, Gamma, Wina, Mamat, Acung, syahrul, nemo, badot, pam, ejot, utal, irwan, abot, mbah kris dan lainnya yang tidak bisa saya absen satu persatu. Dan tak lupa kawan-kawan kosan Pasteur, Gemblong, Nunu, dll. vi Akhir kata, Semoga segala bantuan dan dorongan yang penulis terima dari semua pihak akan menjadi amal soleh dan mendapat hidayah dari Alloh Subhanahuwataala, Akhirnya penulis mengucapkan Jadzakumullah Khairon Katsiron, semoga Allah SWT membalasnya dengan lebih. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca umumnya. Amien Yaa Robbul Alamin. Wassalamualaikum Wr. Wb. Bandung, Maret 2013 Penulis vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………... i MOTTO……………………………………………………………………………. ii ABSTRAK…………………………………………………………………………. iii ABSTRACT………………………………………………………………………... iv KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. v DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. viii DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………. x BAB I PENDAHULUAN………………………………………………................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………………………... 1 1.2 Perumusan Masalah………………………………………………............. 8 1.3 Identifikasi Masalah ………………………………………………………. 8 1.4 Tujuan Penelian……………………………………………………………. 8 1.5 Kegunaan Penelitian………………………………………………............. 9 1.6 Pembatasan dan Pengertian Istilah……………………………………….. 9 1.6.1 Pembatasan Masalah………………………………………............. 9 1.6.2 Pengertian Istilah…………………………………………………… 10 1.7 Kerangka Pemikiran ………………………………………………............ 11 1.8 Operasional Variabel………………………………………………... …….16 1.9 Metode dan Teknik Pengumpulan Data …………………………............ 17 1.9.1 Metode Penelitian……………….................................................... 17 1.9.2 Teknik Pengumpulan Data…………………………………............. 18 1.10 Populasi dan Sampel………………………………………………… …….19 1.11 Organisasi Karangan ……………………………………………............... 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….…............ 21 2.1 Tinjauan Komunikasi Organisasi ………………………………………… 21 2.1.1 Pengertian Komunikasi ……………………………………….. ……. 21 2.1.2 Proses Komunikasi ………………………………………………….. 22 2.1.3 Pengertian Organisasi ……………………………………………….. 22 2.1.4 Komunikasi Organisasi ……………………………………….. ……. 23 2.2 Tinjauan Budaya Organisasi ………………………………………………. 25 2.2.1 Definisi Budaya Organisasi …………………………………………. 26 2.2.2 Unsur-Unsur Budaya Organisasi …………………………….. ……. 27 2.2.3 Fungsi Budaya Organisasi …………………………………………… 29 2.2.4 Peran Budaya Organisasi ……………………………………………. 30 2.2.5 Karakteristik Budaya Organisasi ……………………………………. 32 2.3 Pembentukan Budaya Organisasi …………………………………………. 34 2.3.1 Unsur-unsur Pembentuk Budaya Organisasi …………………. ……. 34 2.3.2 Sumber-Sumber Budaya Organisasi ……………………………….. 36 2.3.3 Proses Pembentukan Budaya Organisasi ………………………….. 37 2.4 Perubahan Budaya Organisasi …………………………………………….. 39 2.5 Model Tingkatan/level Budaya Organisasi …………………………. ……. 42 viii BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……………………………….. 46 3.1 Sejarah PT. Kereta Api Indonesia ………………………………………… 46 3.2 Perubahan Nama Perusahaan ……………………………………….. ……. 49 3.3 Visi dan Misi PT. Kereta Api Indonesia …………………………… ……. 52 3.3.1 Visi …………………………………………………………………... 52 3.3.2 Misi ………………………………………………………………….. 52 3.3.3 Empat pilar utama perusahaan………………………………… ……. 52 3.3.4 Kebijakan PT. KAI (persero)……………………………………….. 53 3.3.5 Sasaran Mutu Pelayanan…………………………………………….. 53 3.4 Budaya PT. Kereta Api Indonesia ……………………………………….. 54 3.5 Logo PT. Kereta Api Indonesia ……………………………………... ……. 56 3.6 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi PT.KAI Daop 2…………............ 56 3.6.1 Kedudukan PT. KAI Daop 2 Bandung……………………………… 56 3.6.2 Tugas Pokok PT. KAI Daop 2 Bandung……………………………. 57 3.6.3 Fungsi PT. KAI Daop 2 Bandung…………………………….. ……. 57 3.7 Lingkup Operasional PT. KAI Daop 2 Bandung…………………… ……. 58 3.8 Struktur Organisasi PT. KAI Daop 2 Bandung……………………………. 59 BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………............. 60 4.1 Deskripsi Penelitian ……………………………………………………….. 60 4.2 Budaya Organisasi pada level values …………………………………….. 61 4.2.1 Kedisiplinan dalam Bekerja…………………………………………. 62 4.2.2 Kebebasan Berinovasi ………………………………………............ 66 4.2.3 Sistem Balas Jasa ……………………………………………………. 69 4.2.4 Pelayanan terhadap Konsumen …………………………………….. 71 4.3 Budaya Organisasi Pada Level Artefacts …………………………………. 74 4.3.1 Logo Perusahaan ……………………………………………………. 76 4.3.2 Slogan Perusahaan ………………………………………………….. 78 4.3.3 Cara Berpakaian……………………………………………………… 80 4.3.4 Ritual Perusahaan …………………………………………………… 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………... 87 5.1 Kesimpulan ……………………………………….……………………….. 87 5.2 Saran ……………………………………………………………………….. 88 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..................... …….90 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ix DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Gambar 1.1 Model Tingkat Budaya………………………………………..13 Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Budaya Organisasi…………................ 38 Gambar 2.2 Model Tingkat Budaya………………………………………...42 Gambar 3.1 Tabel Kronologis sejarah perusahaan………………………… 51 Gambar 3.2 Logo Perusahaan……………………………………………… 56 Gambar 3.3 Lingkup Operasional Daop 2 Bandung………………………. 58 Gambar 3.4 Struktur PT. KAI Daop 2 Bandung…………………………… 59 Gambar 4.1 Cara Berpakaian Karyawan PT. KAI (persero)………………. 82 x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi yang ditandai dengan terbukanya pintu global membuat persaingan antar perusahaan semakin kompetitif. Perusahaan saling berlomba untuk menciptakan keunggulankeunggulan yang dapat meningkatkan daya saing mereka dengan perusahaan lain. Salah satu aspek paling mendasar yang perlu ditingkatkan oleh perusahaan adalah kualitas dari Sumber Daya Manusianya. Keunggulan suatu perusahaan salah satunya ditentukan oleh keunggulan Sumber Daya Manusianya. Sumber Daya Manusia memiliki peran esensial, karena berfungsi sebagai roda yang menggerakan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Saat ini Sumber Daya Manusia yang diperlukan tidak sekedar Sumber Daya Manusia yang kompeten dan cakap (skillful), melainkan yang mempunyai budaya. Budaya itu adalah budaya organisasi, yaitu budaya perusahaan. Artinya bahwa Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan adalah SDM yang memiliki integritas tinggi terhadap perusahaan, yaitu individu yang mampu bekerja berdasarkan filosofi, nilai-nilai, dan tujuan perusahaan, bukan individu yang bekerja secara individual. Budaya organisasi menurut Schein (1992) yang dikutip Poerwanto (2008:15) adalah seperangkat asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan dan dianut bersama sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah adaptasi dengan linglkungan eksternal dan integrasi internal. Sedangkan Robbins (2006:721) mendefinisikan 1 budaya organisasi sebagai suatu makna bersama yang dianut oleh semua anggotanya yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi lainnya. Dari definisi diatas, Robbins lebih menekankan budaya organisasi sebagai identitas suatu perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan lain. Wirawan (2007:10) mendefinisikan budaya organisasi sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya. (Isi budaya organisasi) yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi, sehingga mempengaruhi pola piker, sikap, dan prilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.. Definisi yang diungkapkan oleh Wirawan lebih menjelaskan mengenai isi dari budaya organisasi itu sendiri. Budaya organisasi mengatur bagaimana orang-orang dalam organisasi menjalankan aktifitasnya. Menurut Gibson yang dikutip Ayatulah (2003:47), mengatakan bahwa ―culture is part of organizational life that influences behavior, attitudes, and overall effectiveness of employees”. Artinya bahwa budaya merupakan bagian dari organisasi yang tampak dari sikap mereka bertingkah laku, dan sebagai dasar dari semua kegiatan yang dilakukan oleh karyawan. Dari definisi-definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan asumsi, nilai, kepercayaan yang dikembangkan dan diterapkan didalam suatu organisasi/perusahaan sebagai pedoman bagi anggota organisasi dalam berpikir dan bertindak, kemudian diekspresikan dalam bentuk artefak dan perilaku sebagai identitas organisasi yang membedakannya dengan organisasi lain. 2 Budaya perusahaan merupakan budaya organisasi yang sudah di internalisasi kedalam perusahaan. Seperti yang diungkapkan Ndraha (2003:4), bahwa budaya perusahaan (corporate culture) merupakan aplikasi dari budaya organisasi (organizational culture) terhadap badan usaha atau perusahaan. Jadi secara prinsip tidak ada perbedaan antara budaya perusahaan dengan budaya organisasi, keduanya memiliki definisi yang sama. Seperti yang diungkapkan Tika (2006:7), bahwa : Antara budaya organisasi dan budaya perusahaan saling terkait karena kedua-duanya ada kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal khusus seperti gaya manajemen dan sistem manajemen dan lainnya, namun semuanya masih tetap dalam rangkaian budaya organisasi. Temuan-temuan kajian budaya organisasi bisa berlaku untuk budaya perusahaan, tetapi temuan-temuan kajian dalam budaya perusahaan mungkin tidak seluruhnya berlaku buat budaya organisasi. Lebih lanjut, Budaya suatu perusahaan dapat dilihat menurut lapisan-lapisannya. Schein (1997) yang dikutip Poerwanto (2008:17), mengemukakan bahwa budaya suatu perusahaan dapat diamati dari tiga lapisan. Lapisan pertama sekaligus yang paling dalam adalah asumsi dasar (Basic assumptions), lapisan kedua yaitu nilai-nilai (Values), dan lapisan ketiga adalah Artefacts. Lapisan asumsi dasar (basic assumptions) merupakan inti dari budaya organisasi, berkaitan dengan bagaimana cara berpikir dan bertindak anggota organisasi. Lapisan values adalah apa yang secara ideal menjadi alasan untuk berperilaku dan dijadikan sebagai landasan komitmen organisasi. Bentuk nyata dari nilai-nilai dapat berupa: filosofi, visi, disiplin kerja, sistem balas jasa, kebebasan inovasi, cara berinteraksi, dan lainnya. Kemudian lapisan Artefacts adalah semua fenomena yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan, seperti tata ruang, cara berpakaian, logo, slogan, bahasa, kegiatan ritual dan seremonial, dan lainnya. (poerwanto, 2008 : 18). Pada prinsipnya, suatu perusahaan apapun jenisnya adalah organisasi, yaitu suatu unit sosial yang terdiri dari orang-orang dari latar belakang berbeda satu sama lain yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perbedaan latar belakang budaya 3 berpotensi mempengaruhi perilaku mereka dalam sistem organisasi dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja mereka. Oleh karenanya, suatu perusahaan perlu menetapkan suatu budaya perusahaan untuk mengubah perilaku individual menjadi perilaku organisasional yang sesuai dengan filosofi, nilai-nilai, dan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Budaya perusahaan memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moeljono (2005) di BRI menemukan bahwa budaya korporat berperan secara sangat signifikan terhadap keunggulan korporat dalam bentuk produktivitas pelayanan1. Oleh karenanya saat ini banyak perusahaan mulai menjadikan budaya perusahaan sebagai salah satu alat untuk berdaya saing. Saat ini banyak perusahaan yang merumuskan nilai-nilai budaya perusahaan yang dijadikan sebagai identitas mereka dan sebagai pedoman bagi karyawan dalam bertindak dan berperilaku. PT. Kereta Api Indonesia (persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa transportasi kereta Api di Indonesia. Sebagai BUMN, PT. Kereta Api Indonesia (persero) memiliki peran ganda, yaitu sebagai agent of Development dan perusahaan yang profitable. PT. Kereta Api Indonesia (persero) memiliki tanggung jawab sosial untuk menyelenggarakan sarana trasportasi publik yaitu angkutan kereta api bagi seluruh masyarakat Indonesia. Namun, disatu sisi PT. Kereta Api Indonesia (persero) juga dituntut untuk mampu berdiri sendiri dan dapat menjadi perusahaan seutuhnya yang dapat menghasilkan keuntungan (profitable). 1 Penelitian ,http://setabasri01.blogspot.com/2010/12/budaya-organisasi.html, diakses pada hari Senin 24 Desember 2012 pukul 12.12 WIB 4 Kondisi ini memaksa PT. Kereta Api Indonesia (persero) untuk selalu menyesuaikan diri dengan mekanisme pasar. Perusahaan harus senantiasa mengikuti Perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan mengadaptasinya kedalam lingkungan internal perusahaan. Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) adalah dengan mengubah budaya perusahaan. Migrasi kultural merupakan salah satu solusi mendasar untuk memperbaiki kinerja organisasi sehingga menghasilkan organisasi yang kompetitif. menurut Sugiharto (dalam Kasali, 2005), BUMN mutlak harus berubah menjadi lebih profesional dan profitable. Untuk itu, BUMN harus melakukan migrasi kultural, dari yang sebelumnya tidak kompetitif dan korporatif menjadi organisasi dengan budaya yang lebih kompetitif dan korporatif. Stigma negatif masyarakat terhadap BUMN yang menganggap bahwa budaya kerja di BUMN yang kurang baik, tidak kondusif, bersifat menunggu, tidak kreatif, tidak berpikir global, sangat birokratis, sangat sentralistis, dan struktur disusun tidak berdasarkan kompetensi harus segera dibenahi. Seperti diketahui bahwa kinerja PT. Kereta Api Indonesia (persero) dalam perjalanannya selama ini tidak lepas dari kritik masyarakat yang menganggap bahwa kinerja perusahaan dalam menyelenggarakan angkutan kereta api dinilai tidak maksimal. Masalah teknis seperti keterlambatan kereta karena mogok atau adanya perbaikan rel, jumlah unit KA yang belum bisa mengakomodir jumlah penumpang sehingga terjadinya overload, faktor keamanan, gangguan sinyal, AC yang tidak berfungsi serta masalah non teknis seperti kualitas sumber daya manusianya dalam memberikan pelayananan terhadap konsumen merupakan permasalahan yang sering dikeluhkan masyarakat. 5 Peran strategis kereta api sebagai transportasi massal seharusnya diimbangi dengan kinerja yang lebih baik dari perusahaan. Masyarakat sebagai konsumen saat ini memiliki ekpektasi yang tinggi terhadap pelayanan transportasi kereta api. konsumen saat ini mulai menjadikan transportasi tersebut sebagai pilihan utama dalam mobilitasnya sehari-hari. Menurut data BPS, jumlah kenaikan rata-rata penumpang setiap tahun mencapai 6,93 %. Sedangkan untuk kereta jabodetabek peningkatan rata-rata penumpangnya mencapai 7,3 %.2 Tekanan-tekanan yang muncul dari lingkungan eksternal tersebut harus bisa diantisipasi oleh perusahaan. Perusahaan harus melakukan penyesuaian dengan lingkungan eksternal. Salah satu caranya dengan melakukan suatu migrasi budaya yang selaras dengan perubahan lingkungan. Perubahan tersebut dapat dipicu oleh berbagai faktor, misal: persaingan, lompatan teknologi, politik, pergerseran ciri-ciri demografi, dan peningkatan pendapatan serta harapan sosial (Gana, 2004:3). PT. Kereta Api Indonesia (persero) dibawah kepemimpinan Ignasius Jonan saat ini mengubah budaya perusahaan yang semula berorientasi terhadap produk (Product Oriented) menjadi perusahaan yang berorientasi terhadap konsumen (Consumer Oriented). Seperti yang dikatakan beliau dalam wawancaranya dengan salah satu media online : Perubahan kultur di KAI. Pertama, saya mencoba mengubah kultur dari product oriented menjadi customer oriented. Dulu, KAI memiliki kultur product oriented. Tak peduli pelayanannya jelek, kalau mau naik silakan. Corporate culture inilah yang harus diubah, kalau tidak, KAI masa depan nya sulit. Kultur inilah yang membawa organisasi berkembang atau tidak.3 Perubahan tersebut dilakukan untuk merespon perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal, yaitu faktor persaingan dari moda transportasi lain dan harapan sosial, dimana saat ini masyarakat sebagai konsumen memiliki ekspektasi tinggi terhadap pelayanan angkutan 2 Jumlah penumpang, http://irmanurrahma92.blogspot.com/2012/10/tingkat-loyalitas-konsumenterhadap.html, diakses pada hari kamis 27 desember 2012 pukul 11.25 WIB 3 Transformasi budaya, http://m.bisnis.com/articles/ignasius-jonan-kondisi-dilematis-itu-selalu-ada. diakses pada hari senin 24 Desember 2012 pukul 12.00 WIB. 6 kereta api yang lebih baik. Implikasi dari perubahan budaya perusahaan yang terjadi di PT. Kereta Api Indonesia bagi lingkungan internal perusahaan yaitu berlakunya nilai-nilai baru perusahaan (values). Budaya perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero) dinyatakan dalam 5 nilai utama perusahaan, yaitu Integritas, Profesional, Keselamatan, inovasi, dan Pelayanan Prima. Kelima nilai tersebut menjadi pedoman bagi seluruh karyawan PT. Kereta Api Indonesia (persero) dalam bertindak dan berperilaku. selain itu, sebagai manifestasi dari perubahan nilai-nilai perusahaan. PT. Kereta Api Indonesia pun mengubah identitas perusahaan (corporate identity) mereka, antara lain Logo perusahaan, Slogan, lagu perusahaan, dan cara berpakaian (artefacts). Pada prinsipnya, Perubahan orientasi perusahaan akan mempengaruhi budaya perusahaan secara keseluruhan. Asumsi dasar bahwa konsumen adalah raja akan mempengaruhi nilai-nilai yang berlaku dalam perusahaan tersebut dan pada akhirnya akan mempengaruhi budaya pada level artefak sebagai manifestasi atau ekspresi dari nilai-nilai yang berlaku dalam perusahaan. Seperti identitas perusahaan (corporate identity), pola perilaku, ritual-ritual yang dilakukan, dan bentuk lainnya. Seperti yang diungkapkan Schein bahwa ketiga lapisan tersebut (artifak, nilai, dan asumsi) saling berhubungan satu sama lain, dimana Artifak merupakan manifestasi dari nilai-nilai organisasi, sementara nilai-nilai merupakan manifestasi dari asumsi-asumsi dasar organisasi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis tertarik untuk mengamati lebih jauh bagaimana bentuk nyata dari penerapan Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada tingkat values dan artefacts saat ini, dalam upaya membangun kinerja perusahaan dan pelayanan transportasi kereta api yang lebih baik. 7 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional II Bandung dalam membangun kinerja karyawan?”. 1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas sebagai berikut : 1. Bagaimana budaya organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada lapisan values ? 2. Bagaimana budaya organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada lapisan artefacts? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian ini terjabarkan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui budaya organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada lapisan values ? 2. Untuk mengetahui budaya organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada lapisan artefacts ? 8 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut : Kegunaan Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah penelitian ilmu komunikasi. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berfungsi sebagai bahan informasi, terutama bagi mereka yang tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut mengenai budaya organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung. Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi mengenai gambaran budaya perusahaan di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta bahan evaluasi bagi pihak PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daop II Bandung mengenai penerapan Budaya Organisasi di lingkungan internal perusahaan. 1.6 Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah 1.6.1 Pembatasan Masalah Untuk mempermudah dalam pembahasan masalah dan menghindari salah pengertian dalam rumusan masalah, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Masalah yang diteliti adalah Budaya organisasi pada lapisan values (nilai-nilai perusahaan) dan artifacts (ekspresi dari nilai-nilai perusahaan). 2. Perusahaan yang diteliti adalah PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung yang berlokasi di jalan Stasiun Timur no.25 Bandung. 9 3. Populasi dan sampel penelitian ini adalah karyawan divisi Humas PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daop II Bandung 4. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013. 1.6.2 Pengertian Istilah 1. Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baika dank arena itu diajarkan/diwariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami , memikirkan, dan merasakan terkait dengan masalah – masalah tersebut. (Schein, dalam Tika 2006:3) 2. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. (Robbins, http://id.wikipedia.org/wiki/organisasi) 3. Budaya Organisasi adalah perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinankeyakinan (beliefs) atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasi. (Sutrisno, 2010:2) 4. Artefak adalah sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh manusia tentang suatu subjek, benda, atau peristiwa. (Schein, 2004) 5. Values (nilai) adalah suatu kepercayaan yang permanen mengenai apa yang tepat dan tidak tepat yang mengarahkan tindakan dan perilaku karyawan dalam mencapai tujuan organisasi (Heinz dan Harold, 1993) dalam Wirawan (2007) 10 6. PT. Kereta Api merupakan sebuah badan usaha milik Negara yang bergerak dalam bidang transportasi kereta api. 1.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan landasan teori yang penulis jadikan dasar atau titik tolak dalam penelitian. Mengingat fungsinya yang penting, maka penulis mengemukakan kerangka pemikiran ini sebagai berikut ; Schein mendefinisikan budaya organisasi sebagai berikut : “.... a pattern of shared basic assumption that was learned by a group as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new member as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problem.‖ (schein, 2004:17) Budaya organisasi merupakan sebuah pola asumsi-asumsi dasar yang dapat dipelajari oleh para anggota organisasi. Budaya organisasi mampu bertindak sebagai pemberi solusi atas masalah organisasi, berperan selaku adaptor terhadap faktor-faktor yang berkembang di luar organisasi, serta dalam melakukan integrasi internalnya dari para anggotanya. Sutrisno (2010:2) mendefinisikan budaya organisasi sebagai perangkat sistem nilainilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs) atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasi. Wirawan mendefinisikan budaya organisasi sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya. Isi budaya organisasi yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi. (2007:10). Sedangkan Robbins mendefinisikan budaya organisasi sebagai 11 suatu sistem pengertian bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu, yang membedakannya dengan organisasi lainnya. (2002:279). Dari definisi-definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan asumsi-asumsi, nilai ,norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi dan menjadi pedoman bagi anggota organisasi dalam bertindak dan berperilaku serta berfungsi sebagai identitas yang membedakannya dengan organisasi lain. Budaya perusahaan (corporate culture) merupakan budaya organisasi yang sudah mengalami proses internalisasi, diterapkan dan diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan sebagai pedoman dalam bertindak dan berperilaku. Sehingga Budaya tersebut sudah menjadi nilai-nilai yang dikedepankan oleh perusahaan. Seperti yang diungkapkan Ndraha (2003:4), bahwa budaya perusahaan (corporate culture) merupakan aplikasi dari budaya organisasi (organizational culture) terhadap badan usaha atau perusahaan. Secara prinsip tidak ada perbedaan antara budaya organisasi dengan budaya perusahaan.Seperti yang diungkapkan Tika (2006:7), bahwa : Antara budaya organisasi dan budaya perusahaan saling terkait karena kedua-duanya ada kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal khusus seperti gaya manajemen dan sistem manajemen dan lainnya, namun semuanya masih tetap dalam rangkaian budaya organisasi. Temuan-temuan kajian budaya organisasi bisa berlaku untuk budaya perusahaan, tetapi temuan-temuan kajian dalam budaya perusahaan mungkin tidak seluruhnya berlaku buat budaya organisasi. 12 Budaya organisasi dapat diamati dari tiga lapisan, Schein (1997) yang dikutip Poerwanto (2008:18), menggambarkan tiga tingkatan atau lapisan budaya organisasi tersebut , yaitu: Artefacts Visible organizational Structures and processes Strategies, goals, Values philosophies Unconscious, taken-for- Basics Assumptions Granted belief, perceptions Thoughts, and feelings Gambar 1.1 : Model tingkat budaya menurut Schein dalam (Poerwanto, 2008:18) 13 1. Artefacts Level ini mencakup semua fenomena yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. Pada level ini orang dapat melihat ruang fisik, produk teknologi, bahan tertulis dan tidak tertulis, produksi seni dan perilaku nyata dalam organisasi. Termasuk juga gaya berpakaian, penampilan emosional, mitos, dan sejarah organisasi, serta nilai-nilai yang muncul dalam komunikasi seperti symbol, ritual, seremonial, bahasa, perilaku dan sebagainya. 2. Values Values adalah apa yang secara ideal menjadi alasan untuk berperilaku. nilai-nilai merupakan sesuatu yang berharga untuk dipahami dan dikerjakan sebagai landasan komitmen organisasi. Bentuk nyata dari nilai-nilai dapat berupa filosofi, visi, disiplin kerja, sistem balas jasa, inovasi, cara berimteraksi. 3. basic assumtions. Asumsi adalah kepercayaan yang diterima secara ―Take for Granted‖, merasuk secara dalam dan para anggota organisasi tidak lagi mempertanyakannya. Kendati tertanam dalam di suatu organisasi, asumsi bersifat abstrak, implicit, dan tidak kentara. (poerwanto, 2008:18) Lebih lanjut menurut Schein, bahwa artifak, nilai, dan asumsi berhubungan satu sama lain ― ... artifacts are linked in that artifacts are manifestations of values, while values are manifestations of assumptions.‖ (schein, 2004:17) Artifak adalah manifestasi dari nilai-nilai organisasi, sementara nilai-nilai adalah manifestasi dari asumsi-asumsi organisasi. Jadi dapat diikhtisarkan bahwa hubungan antara ketiga lapisan budaya organisasi saling berhubungan. Budaya organisasi sebab itu tidaklah statis melainkan 14 dinamis, misalnya perubahan atas asumsi akan mengakibatkan perubahan pada nilai, perubahan nilai akan berwujud pada perubahan artifak organisasi. PT.Kereta Api Indonesia (persero) saat ini dibawah pimpinan Ignasius Jonan sedang mengalami transformasi budaya dari sebelumnya Product Oriented menjadi Consumer Oriented sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen dan tentu untuk bersaing dengan moda transportasi lain. Sebagai BUMN yang dituntut menjadi perusahaan profitable, PT. Kereta Api Indonesia (persero) harus senantiasa mengikuti mekanisme pasar dan mengadaptasi setiap perkembangan atau perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan mengaplikasikannya terhadap lingkungan internal perusahaan, dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun perubahan. Perubahan tersebut dapat dipicu oleh berbagai faktor, misal: persaingan, lompatan teknologi, politik, pergerseran ciri-ciri demografi, dan peningkatan pendapatan serta harapan sosial (Gana, 2004:3). Apabila dikaitkan dengan Model tingkat budaya Schein, Perubahan orientasi perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero) dari product oriented menjadi consumer oriented merupakan perubahan budaya organisasi yang terjadi pada level basic assumptions. Asumsi bahwa kepuasan konsumen adalah prioritas utama merupakan dasar bagi perusahaan dalam membuat kebijakan-kebijakan internal perusahaan maupun eksternal dan menjadi goals perusahaan. Bagi karyawan, asumsi ini menjadi dasar dalam berpikir dan bertindak. Mengacu pada model tingkat budaya Schein yang dijelaskan diatas. Maka Perubahan yang terjadi pada level Basic assumptions akan mempengaruhi atau bahkan mengubah nilainilai budaya perusahaan secara keseluruhan. Nilai sebagai manifestasi dari asumsi dasar merupakan penjabaran yang lebih kongkret dari asumsi-asumsi yang sifatnya abstrak. nilai 15 biasanya dinyatakan dalam bentuk filosofi perusahaan, visi-misi, disiplin kerja, cara berinteraksi dan bentuk lainnya yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam berperilaku. Perubahan yang terjadi pada level basic assumptions dan level values pada akhirnya mempengaruhi level artefacts. Karena level ini merupakan ekspresi dari nilai-nilai (values) perusahaan. level ini lebih kasat mata dibanding level values, bentuknya dapat berupa benda fisik maupun pola perilaku. Artefak dapat berfungsi sebagai symbol identitas perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan lain. Atas dasar tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran budaya organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level values dan artefacts . 1.8 Operasional Variabel Penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel, yaitu : ― Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional II Bandung dalam Membangun Kinerja Karyawan‖ Indikator 1 : Budaya Organisasi pada level values Alat Ukur : - Kedisiplinan dalam bekerja - kebebasan berinovasi - Sistem balas jasa - Pelayanan terhadap konsumen 16 Indikator 2 : Budaya organisasi pada level artefacts Alat ukur : - logo perusahaan - Slogan Perusahaan - Cara Berpakaian - Ritual perusahaan 1.9 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1.9.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir Metode deskriptif adalah ― suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki ‖. (Nazir, 2009:54). Menurut Whitney (1960) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. (Dalam Nazir, 2009:54). 17 1.8.2 Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif sehingga teknik-teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). (Nazir, 2009:194). Wawancara dilakukan secara mendalam, karena data yang dibutuhkan berkaitan dengan budaya yang bersifat abstrak sehingga perlu digali lebih dalam agar mendapat data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Terkait penelitian ini, yang peneliti jadikan sebagai narasumber antara lain : 1. Ibu Neneng Ratnadewi Manajer Organization Development 2. Bapak Bambang S. Prayitno Manajer Humas Daop II 3. Bapak Erta Wardhana Asisten Manajer Humas Daop II 4. Bapak Rusen Staf Humas Daop II 5. Bapak Arie Septian N Staf Humas Daop II 2. Observasi Pengamatan yang berguna untuk menjelaskan, memeriksa dan merinci gejala yang terjadi. Kegiatan ini dilakukan dengan langsung turun ke lapangan dan melakukan pengamatan secara langsung terkait masalah penelitian. Menurut Nazir (2009:175) observasi 18 langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. 3. Kepustakaan Adalah Suatu teknik pengumpulan data dalam rangka memperoleh berbagai pendapat, teori - teori, kejelasan - kejelasan tentang masalah yang ada relevansinya dengan masalah penelitian yang diambil dari berbagai literatur. 1.10 Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan objek penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan oleh peneliti atau keseluruhan unit sampling yang memiliki ciri-ciri yang sama menurut kriteria penelitian yang sedang dilakukan (Rakhmat, 2001:78). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan Divisi Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional II Bandung yang berjumlah 4 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat menggambarkan sifat populasi. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan teknik purposive sampling. “Teknik purposive sampling merupakan pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.(Sugiyono, 2007:54). Sampel dari penelitian ini antara lain : 1. Ibu Neneng Ratnadewi Manajer Organization Development 2. Bapak Bambang S. Prayitno Manajer Humas Daop II 3. Bapak Erta Wardhana Asisten Manajer Humas Daop II 4. Bapak Rusen Staf Humas Daop II 5. Bapak Arie Septian N Staf Humas Daop II 19 1.11 Organisasi Karangan Dalam makalah ini penulis menguraikan dalam lima bab, yakni : BAB I PENDAHULUAN Bab I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Identifikasi Masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Pembatasan Masalah dan Pengertian Istilah, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data, dan Organisasi Karangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab II menguraikan dan menjelaskan mengenai landasan teori yang relevan dan berkaitan dengan masalah penelitian. BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA Dalam bab III ini penulis membahas sekilas tentang PT. Kereta Api Indonesia (Persero), Sejarah, Slogan, Struktur Organisasi, Visi dan Misi. BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab IV ini penulis membahas dan menguraikan tentang data hasil penelitian yang diperoleh, mengenai Budaya Organisasi di PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini penulis memaparkan Kesimpulan dan saran-saran yang di dapat dari hasil penelitian 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Komunikasi Organisasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Jika kita mengamati sekitar, maka komunikasi merupakan aktivitas yang paling dominan dilakukan oleh manusia. Devito (1978) yang dikutip onong (2000) memaparkan bahwa betapa luasnya aktivitas komunikasi. Komunikasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, berupa aktivitas menyampaikan dan menerima pesan, yang mengalami distorsi karena adanya gangguan, dalam suatu konteks, yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik. Aktivitas komunikasi meliputi komponen-komponen esensial yaitu ; konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau proses encoding, penerimaan atau proses decoding, arus balik dan efek (dalam Umar, 2002 : 3) Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa aktivitas komunikasi sifatnya luas. Maka tidak ada batasan bagi seseorang atau lebih untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan antar manusia atau interaksi sosial diantara sesama manusia. Dalam kehidupan sosial kita mengenal komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa sebagai bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan. 21 2.1.2 Proses Komunikasi Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Pikiran bisa juga merupakan keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hatinya. Proses komunikasi terdiri dari dua cara, yaitu : 1. Proses secara primer Adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Lambang media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya, yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. 2. Proses secara sekunder Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. (Umar, 2002 : 5) 2.1.3 Pengertian Organisasi Robbins (2006 : 4) mendefinisikan organisasi sebagai unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri dari dua orang atau lebih, yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama. 22 2.1.4 Komunikasi Organisasi Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Komunikasi ibaratnya ―darah‖ bagi kehidupan organisasi, tanpa adanya komunikasi maka sebuah lembaga akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam pengelolaannya (ayatullah, 2003:23). Komunikasi memiliki peran penting dalam kehidupan organisasi. Melalui komunikasi setiap unit organisasi saling berinteraksi, dari proses interaksi tersebut akan muncul ide-ide dan gagasan yang pada akhirnya digunakan sebagai pemecah masalahmasalah organisasi. Komunikasi organisasi menurut Wayne (2001) didefinisikan sebagai penunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi (Umar, 2002:8). Sedangkan Goldhaber dalam Muhammad ( 2007:67) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagi berikut : ― organiszational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty‖. Dengan kata lain, komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling bertukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang selalu berubah-ubah. 23 Dalam komunikasi organisasi terdapat teori Kultural Organisasi, dimana menurut Smircich dan Calas (1987) budaya dapat diuji sebagai sebuah metafora dasar (root metaphor). Bila dipandang sebagai suatu variabel eksternal, budaya adalah sesuatu yang dibawa masuk kedalam organisasi. Bila dibatasi sebagai suatu variabel internal, penekanannya diletakkan pada wujud-wujud budaya (ritual, kisah-kisah,dan sebagainya) yang dikembangkan dalam organisasi. ( Pace dan Faules, 2001:91) Peranan Komunikasi dalam budaya organisasi dapat dilihat secara berlainan tergantung pada bagaimana budaya dikonsepkan. Bila budaya dianggap sebagai sebuah himpunan artifak simbolik yang dikomunikasikan kepada anggota organisasi untuk pengendalian organisasi, maka komunikasi dapat diartikan sebagai sebuah sarana yang memungkinkan perolehan hasilnya. Bila budaya ditafsirkan sebagai pembentukan pemahaman, proses komunikasi itu sendiri menjadi pusat perhatian utama karena proses inilah yang merupakan pembentuk makna tersebut. ( Face dan Faules, 2001:105) Komunikasi memiliki peran dalam membentuk sebuah budaya dalam organisasi. Interaksi yang intens antara anggota-anggota organisasi akan membentuk kesepahaman makna dan berkembang menjadi asumsi-asumsi, nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam organisasi. Schein, dalam (Miller, 2003:104) menjelaskan bahwa dalam konteks organisasi atau kelompok sosial maka budaya didefinisikan sebagai fenomena kelompok, artinya seorang individu tidak dapat memiliki budaya, karena pembentukan budaya tergantung pada komunikasi. 24 2.2 Tinjauan Budaya Organisasi Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami suatu kelompok masyarakat, karena budaya merupakan identitas yang membedakan kelompok masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Budaya memberi perbedaan dalam hal pola pikir, sikap, dan perilaku masyarakatnya. Sackmann dalam (Face dan Faules, 2006:90) memandang konsep budaya dari tiga perspektif yaitu : 1. Perspektif holistik, yaitu memandang budaya sebagai cara-cara terpola mengenai berpikir, menggunakan perasaan, dan bereaksi 2. Perspektif variabel, yaitu terpusat pada pengekspresian makna. 3. Perspektif kognitif, yaitu member penekanan pada gagasan konsep, cetak biru, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma. Ikatan Budaya terbentuk melalui proses interaksi yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa secara keseluruhan. Proses interaksi yang terjadi dalam setiap lini kehidupan membuat kajian budaya organisasi menjadi sangat luas. Salah satunya muncul istilah corporate culture (budaya perusahaan). Tika (2006:7) menyatakan bahwa Antara budaya organisasi dan budaya perusahaan saling terkait karena kedua-duanya ada kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal khusus seperti gaya manajemen dan sistem manajemen dan lainnya, namun semuanya masih tetap dalam rangkaian budaya organisasi. Temuan-temuan kajian budaya organisasi bisa berlaku untuk budaya perusahaan, tetapi temuan-temuan kajian dalam budaya perusahaan mungkin tidak seluruhnya berlaku buat budaya organisasi. Sama halnya dengan pernyataan Ndraha (2003:4), bahwa budaya perusahaan (corporate culture) merupakan aplikasi dari budaya organisasi (organizational culture) terhadap badan usaha atau perusahaan. 25 Dari penjelasan diatas, jelas bahwa budaya perusahaan (corporate culture) merupakan hasil penerapan budaya organisasi kedalam sebuah perusahaan. Budaya organisasi telah diinternalisasi kedalam perusahaan, kemudian dijadikan pedoman bagi seluruh karyawan dalam bertindak dan berperilaku. Selain itu, munculnya istilah corporate culture juga menandakan bahwa konsep budaya organisasi saat ini telah berkembang, dalam hal ini bukan hanya sekedar identitas tapi sudah menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam berdaya saing. 2.2.1 Definisi Budaya Organisasi Definisi mengenai budaya organisasi telah banyak dipaparkan oleh para ahli. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang kompleks. Robbins (2006:721) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu makna bersama yang dianut oleh semua anggotanya yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi lainnya. Dari definisi diatas, Robbins lebih menekankan budaya organisasi sebagai identitas suatu perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan lain. Wirawan (2007:10) mendefinisikan budaya organisasi sebagai norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya. (Isi budaya organisasi) yang dikembangkan dalam waktu yang lama oleh pendiri, pemimpin, dan anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta diterapkan dalam aktivitas organisasi, sehingga mempengaruhi pola piker, sikap, dan prilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para konsumen, dan mencapai tujuan organisasi.. Definisi yang diungkapkan oleh Wirawan lebih menjelaskan mengenai isi dari budaya organisasi itu sendiri. 26 Sedangkan Schein (1992) mendefinisikan budaya organisasi sebagai asumsi-asumsi, nilai-nilai, perilaku, dan artifak yang ditampilkan oleh organisasi karena organisasi tersebut mencoba untuk melakukan adaptasi terhadap kemungkinan lingkungan-lingkungan internal dan eksternal (Miller, 2003:95). Budaya organisasi mengatur bagaimana orang-orang dalam organisasi menjalankan aktifitasnya. Menurut Gibson yang dikutip Ayatulah (2003:47), mengatakan bahwa ―culture is part of organizational life that influences behavior, attitudes, and overall effectiveness of employees”. Artinya bahwa budaya merupakan bagian dari organisasi yang tampak dari sikap mereka bertingkah laku, dan sebagai dasar dari semua kegiatan yang dilakukan oleh karyawan. Dari definisi-definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan asumsi, nilai, kepercayaan yang dikembangkan dan diterapkan didalam suatu organisasi/perusahaan sebagai pedoman bagi anggota organisasi dalam berpikir dan bertindak, kemudian diekspresikan dalam bentuk artefak dan perilaku sebagai identitas perusahaan/organisasi. 2.2.2 Unsur-unsur budaya organisasi Unsur-unsur budaya organisasi antara lain : 1. Asumsi dasar Dalam budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berperilaku 27 2. Keyakinan yang dianut Dalam budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat berbentuk slogan atau motto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi atau perusahaan, filosofi usaha atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha. 3. Pemimpin atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya organisasi Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin organisasi/perusahaan atau kelompok orang tertentu dalam organisasi atau perusahaan tersebut. 4. Pedoman mengatasi masalah Dalam organisasi/perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi. 5. Berbagi nilai (sharing of value) Dalam budaya organisasi perlu untuk berbagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang. 6. Pewarisan (learning process) Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota organisasi perlu diwariskan kepada anggota organisasi sebagai pedoman untuk bertindak dan berperilaku dalam organisasi/perusahaan tersebut. 7. Penyesuaian (adaptasi) Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi organisasi/perusahaan terhadap perubahan lingkungan. (Tika, 2006:5) 28 2.2.3 Fungsi Budaya Organisasi Budaya organisasi dianggap sebagai pedoman untuk mengontrol perilaku anggota organisasi, dimana budaya organisasi tersebut pasti memiliki fungsi dan manfaat yang berguna bagi seluruh anggota organisasi. Robbins (2006:724) mengemukakan lima fungsi budaya organisasi, yaitu : 1. budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas. Artinya budaya menciptakan suatu pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain. 2. Budaya memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi. 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan pribadi seseorang. 4. Budaya meningkatkan kemantapan sosial. 5. Budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan. Sedangkan Schein dalam Tika (2006:13) membagi fungsi budaya organisasi berdasarkan tahap pengembangannya, yaitu : 1. Fase awal merupakan tahap pertumbuhan suatu organisasi Pada tahap ini, fungsi budaya organisasi terletak pada pembeda, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kelompok atau organisasi lain. 2. Fase pertengahan hidup organisasi Pada fase ini, budaya berfungsi sebagai integrator karena munculnya sub-sub budaya baru sebagai penyelamat krisis identitas dan membuka kesempatan untuk mengarahkan perubahan budaya organisasi. 29 3. Fase dewasa Pada fase ini budaya organisasi dapat sebagai penghambat dalam berinovasi karena berorientasi pada kebesaran masa lalu dan menjadi sumber nilai untuk berpuas diri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya organisasi adalah mekanisme pembentuk makna yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku anggota organisasi sehingga memberikan identitas yang membedakannya dengan organisasi lain. 2.2.4 Peran Budaya Organisasi Menurut Wirawan (2007:35-37) peran budaya organisasi terhadap organisasi, anggota organisasi, dan mereka yang berhubungan dengan organisasi, yaitu : 1. Identitas Organisasi Budaya organisasi berisi satu set karakteristik yang melukiskan organisasi dan membedakannya dengan organisasi yang lain, budaya organisasi menunjukkan identitas organisasi kepada orang diluar organisasi. 2. Menyatukan Organisasi Budaya organisasi merupakan lem normatif yang merekatkan unsur-unsur organisasi menjadi satu. Budaya organisasi menyediakan alat kontrol bagi aktivitas organisasi dan perilaku anggota organisasi. Norma, nilai-nilai, dan kode etik budaya organisasi menyatukan pola pikir dan perilaku anggota organisasi. 3. Reduksi Konflik Pola pikr, asumsi, dan filsafat organisasi yang sama memperkecil perbedaan dan terjadinya konflik diantara anggota organisasi. 30 4. Komitmen Kepada Organisasi dan Kelompok Budaya organisasi bukan saja menyatukan, tapi juga menfasilitasi komitmen anggota organisasi kepada anggota organisasi dan kelompok kerjanya. 5. Reduksi Ketidakpastian Budaya organisasi mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kepastian. Dalam mencapai tujuannya, organisasi menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan, demikian juga aktivitas anggota organisasi dalam mencapai tujuan tersebut. 6. Menciptakan Konsistensi Budaya organisasi menciptakan konsistensi berpikir, berperilaku, dan merespons lingkungan organisasi. Budaya organisasi memberikan peraturan, panduan, prosedur, serta pola memproduksi dan melayani konsumen, pelanggan, nasabah, atau klien organisasi. 7. Motivasi Budaya merupakan energi sosial yang membuat anggota organisasi untuk bertindak. Budaya organisasi memotivasi anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. 8. Kinerja organisasi Budaya organisasi yang kondusif menciptakan, meningkatkan, dan mempertahankan kinerja tinggi. Budaya organisasi yang kondusif menciptakan kepuasan kerja, etos kerja, dan motivasi kerja karyawan. Semua Faktor tersebut merupakan indikator terciptanya kinerja tinggi dari karyawan yang akan menghasilkan kinerja organisasi yang juga tinggi. 9. Keselamatan kerja 31 Budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap keselamat kerja. Untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja, perlu dikembangkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja 10. Sumber keunggulan kompettif Budaya organisasi yang kuat mendorong motivasi kerja, konsistensi, efektivitas, dan efisiensi serta menurunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan organisasi dalam pasar persaingan. 2.2.5 Karakteristik Budaya Organisasi Schein (dalam Carrell,dkk,1997) yang dikutip Moeljono (2006:19) memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut : 1. Values, the dominant values espoused by an organization. (nilai-nilai dominan yang mendukung suatu organisasi) 2. The philosophy that guide an organizations policies towards its employees and customer. (filosofi yang menuntun kebijakan-kebijakan organisasi kepada karyawan dan pelanggannya). 3. Norms of behavior that evolve an working group. ( norma-norma kebiasaan yang berkembang pada kelompok kerja). 4. Politics 5. The rules of the game for getting along in organization. ( peraturan-peraturan yang mendukung kelangsungan organisasi). 6. The climate of work wich conveyed by the physical layout and the way people interact. ( iklim kerja yang dibawa oleh rancangan fisik dan interaksi antar individu). 7. Behaviour of people when they interact such as the language and demeanor ; the social interaction. ( kebiasaan individu pada saat mereka berinteraksi meliputi bahasa dan cara bertindak, suatu interaksi social). 32 Sedangkan menurut Moeljono (2006:20), memberikan sepuluh karakteristik budaya organisasi, yaitu : 1. Inisiatif individu Seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini meliputi tanggung jawab, kebebasan, indepedensi, dari masing-masing anggota organisasi dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan wewenangnya dan seberapa luas kebebasan mengambil keputusan. 2. Toleransi Terhadap Resiko Menggambarkan seberapa jauh SDM didorong untuk lebih agresif, inovatif, dan mau mengambil resiko di dalam pekerjaannya. 3. Pengarahan Berkenaan dengan kejelasan organisasi dalam menentukan objek dan harapan terhadap SDM dalam hal hasil kerjanya. Harapan tersebut dalam bentuk kuantitas,kualitas, dan waktu. 4. Integrasi Seberapa jauh keterkaitan dan kerjasama yang ditekankan dalam melaksanakan tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan koordinasi yang baik. 5. Dukungan manajemen Dalam hal ini seberapa jauh manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugas. 6. Pengawasan Meliputi peraturan-peraturan dan supervise langsung yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan dari perilaku karyawan. 33 7. Identitas Menggambarkan pemahaman anggota organisasi yang loyal terhadap organisasi secara penuh dan seberapa jauh loyalitas karyawan terhadap organisasi. 8. Sistem penghargaan Pengalokasian reward ( kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah ditentukan. 9. Toleransi terhadap konflik Menggambarkan sejauh mana usaha untuk mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi. 10. Pola komunikasi Terbatas dari hierarki formal setiap perusahaan. 2.3 Pembentukan Budaya Organisasi 2.3.1 Unsur-unsur Pembentuk Budaya Organisasi Ada beberapa unsur yang berpengaruh terhadap pembentukan budaya organisasi. Deal dan Kennedy yang dikutip Tika (2006:16-17), membagi lima unsur pembentuk budaya sebagi berikut : 1. Lingkungan usaha Kelangsungan hidup organisasi (perusahaan) ditentukan oleh kemampuan perusahaan member tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan terhadap apa yang harus dilakukan agar bisa berhasil. Perusahaan harus melakukan tiindakantindakan untuk mengatasi masalah lingkungan. 34 2. Nilai-nilai Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi. Perusahaan mempunyai nilai-nilai inti sebagai pedoman berpikir dan bertindak bagi semua warga dalam mencapai tujuan/misi organisasi. Nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh anggota organisasi antara lain dapat berupa slogan, atau motto yang dapat berfungsi sebagai jati diri dan harapan konsumen. 3. Pahlawan Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil, mewujudkan nilai-nilai budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan, para manajer, kelompok organisasi, atau perorangan yang berhasil menciptakan nilainilai organisasi. 4. Ritual Stephen P. Robbins mendefinisikan ritual sebagai deretan berulang dari kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu, tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana yang dapat dikorbankan. 5. Jaringan Budaya Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan member interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu. 35 2.3.2 Sumber-Sumber Budaya Organisasi Budaya organisasi diciptakan tidak hanya dari satu sumber saja, melainkan dari berbagai pihak yang mempunyai keterkaitan dengan organisasi tersebut. Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya organisasi memiliki beberapa sumber, antara lain : 1. Pendiri Organisasi Pembentukannya didasarkan pada visi pendiri itu sendiri, pendiri memandang dunia di sekitar menurut nilai yang termuat dalam budaya pribadi atau kelompoknya, merumuskan visi dan memasukkan visi itu kedalam organisasinya. 2. Pemilik Organisasi Pemilik di sini sebagai penerus dari pendiri organisasi dan yang akan meneruskan kepada seluruh karyawan yang ada. 3. SDM asing Pegawai maupun sumber daya asing yang berasal dari luar negeri. 4. Luar organisasi Luar organisasi disini lebih ditekankan pada pihak yang memiliki hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung. 5. Pihak yang terkait Adapun pihak-pihak yang terkait antara lain ; pemegang saham, karyawan dari berbagai sub kultur, manajemen, pelanggan, pesaing, dan sebagainya. 6. Masyarakat Organisasi harus membentuk semacam mekanisme hubungan timbale balik antara organisasi dengan masyarakat, sehingga masyarakat berkesempatan menyumbangkan budaya sebagai input yang relevan dan dinamis bagi organisasi dan 36 sebaliknyaorganisasi memberikan sumbangan positif kepada masyarakat. (Ndraha, 2003:62-67) 2.3.3 Proses Pembentukan Budaya organisasi Schein (1985) menyatakan bahwa pembentukan budaya organisasi tidak bisa dipisahkan dari peran para pendiri organisasi. Prosesnya mengikuti alur berikut : 1. Para pendiri dan pimpinan lainnya membawa serta satu set asumsi dasar, nilainilai, perspektif, artifak ke dalam organisasi dan menanamkannya kepada para karyawan. 2. Budaya muncul ketika para anggota organisasi berinteraksi satu sama lain untuk memecahkan masalah-masalah pokok organisasi, yakni masalah integrasi internal dan adaptasi eksternal. 3. Secara perorangan, masing-masing anggota organisasi boleh menjadi seorang pencipta budaya baru (culture creator) dengan mengembangkan berbagai cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan individual seperti persoalan identitas diri, control, dan pemenuhan kebutuhan serta bagaimana agar bisa diterima oleh lingkungan organisasi yang diajarkan kepada generasi penerus. (Dalam Riani, 2011:10) 37 Menurut Robbins, proses terbentuknya budaya organisasi dapat digambarkan sebagai berikut : Manajemen Puncak Filsafat dari pendiri organisasi Budaya Organisasi Kriteria seleksi Sosialisasi Gambar 2.1 : proses terbentuknya Budaya organisasi Sumber : Robbins (2002:290) Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa budaya diturunkan dari filsafat pendirinya, kemudian budaya tersebut mempengaruhi proses kriteria seleksi yang digunakan untuk menyeleksi karyawan. Manajemen puncak berperan sebagai kontrol yang menentukan perilaku-perilaku yang dapat diterima dan yang tidak diterima. Tingkat kesuksesan dalam mensosialisasikan budaya perusahaan tergantung pada kecocokan nilai-nilai karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi maupun pada preferensi manajemen puncak akan metode-metode sosialisasi. 38 2.4 Perubahan Budaya Organisasi Menurut Schein (1991), jenis perubahan budaya dalam organisasi tidak hanya tergantung dari derajat kesiapan organisasi untuk berubah, baik yang disebabkan oleh krisis eksternal maupun karena kekuatan-kekuatan internal yang berubah. Selanjutnya Schein mengemukakan mekanisme perubahan budaya dalam organisasi sesuai dengan tahap pertumbuhannya sebagai berikut. 1. Evolusi alam Jika organisasi tidak terlalu banyak mengalami tekanan eksternal dan jika pendiri atau keluarga pendiri organisasi masih berada dalam waktu lama, maka budaya akan berkembang secara sederhana melalui apa yang terbaik dikerjakan sepanjang tahun. Pada mekanisme ini, ada dua evolusi yang akan berkembang, yaitu : a. Evolusi umum Unsure-unsur budaya yang dianut dipertahankan, namun unsure-unsur tersebut disaring dan dikembangkan menjadi struktur yang kompleks dan terintergrasi. Asumsi dasar dipertahankan, namun bentuk yang muncul dipermukaan bisa berubah, penciptaan pola perilaku baru yang merupakan umpan balik asumsi dasar. b. Evolusi spesifik Evolusi ini mencakup adaptasi bagian-bagian organisasi yang spesifik terhadap lingkungan tertentu seperti penciptaan produk teknologi tinggi, perbaikan pemasaran, pelayanan, dan sebagainya. 2. Evolusi pembinaan diri melalui terapi organisasi Budaya sebagai bagian mekanisme perubahan perlu menghindari ketidaktentuan dan kegelisahan dengan melakukan penilaian terhadap kelemahan dan kekuatan budaya, 39 kemudian memodifikasinya guna kelangsungan hidup dan efektivitas fungsi budaya organisasi. Terapi yang diperlukan adalah menciptakan dan memperluas wawasan kognitif, sehingga dapat menghasilkan perubahan-perubahan dramatis. Sehingga dibutuhkan orang luar untuk : 1. Menyehatkan organisasi 2. Menyiapkan keamanan psikologis 3. Membantu menganalisis ketahanan budaya yang ada 4. Memberi umpan balik kepada orang penentu dalam organisasi bagaimana budaya sebaiknya dijalankan. 5. Membantu proses pendefinisian kembali hal-hal yang bersifat kognitif. 3. Evolusi pengelolaan melalui pencangkolan Jika ada tekanan untuk mengubah budaya yang ada sekarang, maka perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengubah (mengelolanya) tanpa kehilangan identitas. Proses semacam itu disebut proses pencangkokan (hibrida). Orang dalam yang mengembangkan budaya diterima asumsinya, namun berbeda dengan asumsi utama. Melalui mekanisme ini, beberapa pemimpin senior perusahaan harus mempunyai wawasan luas guna meneliti apa yang hilang (kurang) dengan menyatakan secara tidak langsung bahwa dia ingin mendapatkan di luar budayanya sendiri melalui proses terapi. Dia bisa memperoleh wawasan itu melalui anggota, konsultan, atau program pendidikan. 4. Revolusi pengelolaan melalui orang luar Perusahaan baru dan sedang berkembang bisa memilih orang luar untuk menduduki jabatan kunci agar organisasi dapat dikelola secara professional. Melalui orang luar yang menjadi pimpinan puncak organisasi/perusahaan, budaya dapat diubah secara 40 drastic dengan pertimbangan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, keuntungan, sekaligus peningkatan pendapatan perusahaan. PT.Kereta Api Indonesia (persero) saat ini dibawah pimpinan Ignasius Jonan sedang mengalami transformasi budaya dari sebelumnya Product Oriented menjadi Consumer Oriented sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen dan tentu untuk bersaing dengan moda transportasi lain. Sebagai BUMN yang dituntut menjadi perusahaan profitable, PT. Kereta Api Indonesia (persero) harus senantiasa mengikuti mekanisme pasar dan mengadaptasi setiap perkembangan atau perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan mengaplikasikannya terhadap lingkungan internal perusahaan, dalam bentuk kebijakankebijakan maupun perubahan. Perubahan tersebut dapat dipicu oleh berbagai faktor, misal: persaingan, lompatan teknologi, politik, pergerseran ciri-ciri demografi, dan peningkatan pendapatan serta harapan sosial (Gana, 2004:3). Ditinjau dari mekanisme perubahan budaya organisasi yang dijelaskan oleh Schein diatas. PT. Kereta Api Indonesia (persero) sepertinya berusaha untuk melakuakn evolusi pengelolaan melalui metode pencangkolan. Yaitu dengan mengubah asumsi dasar mereka dari product oriented menjadi consumer oriented. Jika sebelumnya perusahaan tidak peduli terhadap kualitas pelayanan buruk, jika mau naik silahkan, tidak pun tidak jadi masalah. Asumsi itu yang sekarang diubah, saat ini justru pelayanan yang menjadi fokus utama mereka, kepuasan konsumen merupakan prioritas utama perusahaan. Seperti pernyataan direktur utama PT. Kereta Api Indonesia (persero) Ignasius Jonan dalam wawancaranya dengan salah satu media online : Perubahan kultur di KAI. Pertama, saya mencoba mengubah kultur dari product oriented menjadi customer oriented. Dulu, KAI memiliki kultur product oriented. Tak peduli pelayanannya jelek, kalau mau naik silakan. Corporate culture inilah yang 41 harus diubah, kalau tidak, KAI masa depan nya sulit. Kultur inilah yang membawa organisasi berkembang atau tidak.4 2.5 Model Tingkatan/level Budaya Organisasi Budaya organisasi dapat diamati dari tiga lapisan, Schein (1997) yang dikutip Poerwanto (2008:18), menggambarkan tiga tingkatan atau lapisan budaya organisasi tersebut , yaitu: Artefacts Visible organizational Structures and processes Values Strategies, goals, philosophies Unconscious, taken-for- Basics Assumptions Granted belief, perceptions Thoughts, and feelings Gambar 2.2 : Model tingkat budaya menurut Schein dalam (Poerwanto, 2008:18) 4 Transformasi budaya, http://m.bisnis.com/articles/ignasius-jonan-kondisi-dilematis-itu-selalu-ada. diakses pada hari senin 24 Desember 2012 pukul 12.00 WIB. 42 1. Artefacts Level ini mencakup semua fenomena yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. Pada level ini orang dapat melihat ruang fisik, produk teknologi, bahan tertulis dan tidak tertulis, produksi seni dan perilaku nyata dalam organisasi. Termasuk juga gaya berpakaian, penampilan emosional, mitos, dan sejarah organisasi, serta nilai-nilai yang muncul dalam komunikasi seperti symbol, ritual, seremonial, bahasa, perilaku dan sebagainya. 2. Values Values adalah apa yang secara ideal menjadi alasan untuk berperilaku. nilai-nilai merupakan sesuatu yang berharga untuk dipahami dan dikerjakan sebagai landasan komitmen organisasi. Bentuk nyata dari nilai-nilai dapat berupa filosofi, visi, disiplin kerja, sistem balas jasa, inovasi, cara berimteraksi. 3. basic assumtions. Asumsi adalah kepercayaan yang diterima secara ―Take for Granted‖, merasuk secara dalam dan para anggota organisasi tidak lagi mempertanyakannya. Kendati tertanam dalam di suatu organisasi, asumsi bersifat abstrak, implicit, dan tidak kentara. (poerwanto, 2008:18) Lebih lanjut menurut Schein, bahwa artifak, nilai, dan asumsi berhubungan satu sama lain ― ... artifacts are linked in that artifacts are manifestations of values, while values are manifestations of assumptions.‖ (schein, 2004:17) Artifak adalah manifestasi dari nilai-nilai organisasi, sementara nilai-nilai adalah manifestasi dari asumsi-asumsi organisasi. Jadi dapat diikhtisarkan bahwa hubungan antara ketiga lapisan budaya organisasi saling berhubungan. Budaya organisasi sebab itu tidaklah statis melainkan 43 dinamis, misalnya perubahan atas asumsi akan mengakibatkan perubahan pada nilai, perubahan nilai akan berwujud pada perubahan artifak organisasi. PT.Kereta Api Indonesia (persero) saat ini dibawah pimpinan Ignasius Jonan sedang mengalami transformasi budaya dari sebelumnya Product Oriented menjadi Consumer Oriented sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen dan tentu untuk bersaing dengan moda transportasi lain. Sebagai BUMN yang dituntut menjadi perusahaan profitable, PT. Kereta Api Indonesia (persero) harus senantiasa mengikuti mekanisme pasar dan mengadaptasi setiap perkembangan atau perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan mengaplikasikannya terhadap lingkungan internal perusahaan, dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun perubahan. Perubahan tersebut dapat dipicu oleh berbagai faktor, misal: persaingan, lompatan teknologi, politik, pergerseran ciri-ciri demografi, dan peningkatan pendapatan serta harapan sosial (Gana, 2004:3). Apabila dikaitkan dengan Model tingkat budaya Schein, Perubahan orientasi perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero) dari product oriented menjadi consumer oriented merupakan perubahan budaya organisasi yang terjadi pada level basic assumptions. Asumsi bahwa kepuasan konsumen adalah prioritas utama merupakan dasar bagi perusahaan dalam membuat kebijakan-kebijakan internal perusahaan maupun eksternal dan menjadi goals perusahaan. Bagi karyawan, asumsi ini menjadi dasar dalam berpikir dan bertindak. Mengacu pada model tingkat budaya Schein yang dijelaskan diatas. Maka Perubahan yang terjadi pada level Basic assumptions akan mempengaruhi atau bahkan mengubah nilainilai budaya perusahaan secara keseluruhan. Nilai sebagai manifestasi dari asumsi dasar merupakan penjabaran yang lebih kongkret dari asumsi-asumsi yang sifatnya abstrak. nilai 44 biasanya dinyatakan dalam bentuk filosofi perusahaan, visi-misi, disiplin kerja, cara berinteraksi dan bentuk lainnya yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam berperilaku. Perubahan yang terjadi pada level basic assumptions dan level values pada akhirnya mempengaruhi level artefacts. Karena level ini merupakan ekspresi dari nilai-nilai (values) perusahaan. level ini lebih kasat mata dibanding level values, bentuknya dapat berupa benda fisik maupun pola perilaku. Artefak dapat berfungsi sebagai symbol identitas perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan lain. Atas dasar tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran budaya organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level values dan artefacts. 45 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) PT. Kereta Api Indonesia(persero) adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di lingkungan Departemen Perhubungan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan jasa angkutan kereta api dalam rangka memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang secara massal untuk menunjang pembangunan nasional di Indonesia. Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet Van Den Beele pembangunan jalan KA di desa Kemijen Jum’at tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan diprakarsai oleh ‖Naamlooze Venootschap Nederlandcsh Indische Spoorweg Maatschappij‖ (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (25 km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. 46 Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan kereta api antara KemijenTanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang-Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan kereta api di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864-1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km. Selain di Jawa, pembangunan jalan kereta api juga dilakukan di Sumatera Selatan (1914), Sumatera Barat (1891), Sumatera Utara (1886), Aceh (1874), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan kereta api sepanjang 47 km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan kereta api.. Tujuan didirikannya perusahaan KA oleh pemerintah Hindia Belanda adalah sebagai sarana logistik dan politik untuk kepentingan strategi peperangan dan untuk menunjang kebutuhan ekonomi pemerintah Hindia Belanda, terutama setelah terjadinya revolusi industri di Eropa yang mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengekspor hasil bumi dari Indonesia. Pada masa kependudukan Jepang seluruh jaringan KA zaman pemerintah Hindia Belanda dikuasai oleh Jepang dengan nama Tedsudo Kyoku yang berkantor pusat di Bandung, sedangkan perkeretaapian di Sumatra disebut Tedsudo Tai yang berkantor pusat di Bukit Tinggi. 47 Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan kereta api di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar sesama pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan kereta api di sana. Jenis jalan rel kereta api di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar sesama pendudukan Jepang (1942-1943) sepanjang 473 km. Sedangkan jalan kereta api yang dibangun sesama pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah-Cikara dan 220 km antara Muaro-Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro-Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 di antaranya adalah Romusya. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro-Pekanbaru. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan kereta api yang tergabung dalam ‖Angkatan Moeda Kereta Api‖ (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa sejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia, serta dibentuknya ‖Djawatan Kereta Api Republik Indonesia‖ (DKARI). Meskipun DKARI telah terbentuk, namun tidak sesama perusahaan kereta api telah menyatu. Sedikitnya, ada 11 Perusahaan kereta api swasta di Jawa dan 1 swasta (Deli Spoorweg Maatschapij) di Sumatera Utara yang masih terpisah dengan DKARI. 48 Selama masa perang kemerdekaan (1945-1950) kantor pusatnya berpindah-pindah, antara lain Cisurupan, Gombong, Yogyakarta, dan Jakarta hingga akhirnya kembali lagi ke Bandung. 3.2 Perubahan Nama Perusahaan Pengumuman Menteri Perhubungan, Tenaga dan Pekerjaan Umum No. 2 Tanggal 6 Januari 1950, ditetapkan bahwa mulai 1 Januari 1950 DKARI dan ‖staat-spoor Wegen en Verenigde Spoorweg Bedrijf (SS/VS) digabung menjadi satu perusahaan kereta api bernama ‖Djwatan Kereta Api‖ (DKA). Dalam rangka pembenahan badan usaha, pemerintah mengeluarkan UU No. 19 Tahun 1960, yang menetapkan bentuk usaha BUMN. Atas dasar UU ini, dengan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1963, tanggal 25 Mei 1963 dibentuk ‖Perusahaan Negara Kereta Api‖ (PNKA), sehingga Djawatan Kereta Api dilebur ke dalamannya. Sejak itu, semua perusahaan kereta api di Indonesia terkena ‖integrasi‖ ke dalam satu wadah PNKA, termasuk kereta api di Sumatera Utara yang sebelumnya dikelola oleh DSM. Masih dalam rangka pembenahan BUMN, pemerintah mengeluarkan UU No. 9 Tahun 1969 tanggal 1 Agustus 1969, yang menetapkan jenis BUMN menjadi tiga Perseroan, Perusahaan Umum, dan Perusahaan Jawatan. Sejalan dengan UU maksud, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1971 tanggal 15 September 1971, bentuk perusahaan PNKA mengalami perubahan menjadi ‖Perusahaan Jawatan Kereta Api‖ (PJKA). Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1990, pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA mengalami perubahan menjadi Perusahaan Umum Kereta Api disingkat Perumka. Sejalan dengan perubahan status ini, kinerja perkeretaapian di Indonesia kian membaik. Kalau pada tahun 1990 PJKA rugi Rp. 32,716 Milyar, pada tahun pertama 49 Perumka kerugian dapat ditekan menjadi Rp. 13,09 Milyar. Tahun kedua turun lagi menjadi Rp. 2,536 Milyar, tahun ketiga Rp. 1,098 Milyar dan untuk pertama kalinya dalam sejarah perkeretaapian Indonesia meraih laba sebesar Rp. 13 Juta pada tahun 1993. Berikutnya, dalam rangka ‖Loan Agreement‖ No. 4106-IND tanggal 15 Januari 1997 berupa bantuan Proyek Efisiensi Perkeretaapian atau ―Railway Efficiency Project‖ (PER), dirumuskan langkah-langkah pengembangan perkeretaapian. Sasaran pengembangan di arahkan pada peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan, yang ditempuh melalui 8 kebijakan yaitu : a) Memperjelas peranan antara pemilik (owner), pengatur (regulator), dan pengelola (operator). b) Melakukan restrukturisasi Perumka, termasuk merubah status Perusahaan Umum menjadi Persero Terbatas. c) Kebijakan pentarifan dengan pemberian kompensasi dari pemerintah kepada Perumka atas penyediaan KA nonkomersial, yang tarifnya ditetapkan oleh pemerintah. d) Rencana jangka panjang dituangkan dalam Perencanaan Perusahaan (Corpoorate Planning), yang dijabarkan ke dalam rencana kerja anggaran perusahaan secara tahunan. e) Penggunaan peraturan dan prosedur dalam setiap kegiatan. f) Peningkatan peran serta sektor swasta. g) Peningkatan sumber daya manusia. Sejalan dengan maksud dari REP tersebut, dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998, tanggal 3 Februari 1998, pemerintah menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Prosesi perubahan status perusahaan dari Perum menjadi Persero secara ‖de-facto‖ dilakukan tanggal 1 Juni 50 1999, saat Menhub Giri S Hadiharjono mengukuhkan susunan Direksi PT. Kereta Api (Persero) Bandung. Gambar 3.1 Kronologis Bentuk Perusahaan PERIODE STATUS 1864 Pembangunan jalan KA Sepanjang 26 km antara Kemijen-Tanggung oleh Hindia Belanda DASAR HUKUM StaaatSpoorweggen (SS) 1864-1945 Verenigde Spoorwegenbedrifj (VS) Deli Spoorweg Mastchapij (DSM) IBW 1945-1950 Djawatan Kereta Api (DKA) 1950-1963 Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) 1963-1971 Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) PP 22 TAHUN 1963 1971-1991 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) PP 61 TAHUN 1971 1991-1998 Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) PP 57 TAHUN 1990 Pp 19 TAHUN 1998 KEPRES 39 TH 1999 1998Sekarang PT Kereta Api (Persero) AKTE NOTARIS IMAS FATIMAH NO. 2 THN 1999 Sumber : Company Profile PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 51 3.3 Visi dan Misi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 3.3.1 Visi Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders 3.3.2 Misi Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan 3.3.3 Empat pilar utama Perusahaan Keselamatan Ketepatan Waktu Pelayanan Kenyamanan 52 3.3.4 Kebijakan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) 1. Memahami perilaku dan keinginan pelanggan, serta meminimalkan resiko keselamatan, kesehatan kerja karyawan dan pekerja. 2. Terus menerus melakukan ―perbaikan berkesinambungan‖ disemua aspek, termasuk peningkatan keterampilan, keahlian karyawan dan pekerja. 3. Menjalankan bisnis secara profesional berbasis ilmu pengetahuan. 4. Mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku. 5. Menerapkan sistem manajemen berdasarkan standar keselamatan & pelayanan untuk mencapai kinerja terbaik. 3.3.5 Sasaran Mutu Pelayanan A - MAN : a. Tidak terjadi kecelakaan ; b. Tidak terjadi gangguan di stasiun; c. Tidak terjadi gangguan di lintas. NYA - MAN : a. Nilai tqi jalan rel sesuai yang disyaratkan; b. Tingkat kebersihan di stasiun baik; c. Tingkat kebersihan diatas ka baik; d. Fasilitas diatas ka memenuhi standard; e. Tingkat kebisingan < 85 db. f. Suhu udara di dalam ka bisnis & ekonomi sesuai udara luar dan ka eksekutive antara 23 sd 26 derajat celcius; g. Tersedianya informasi di stasiun dan diatas ka. 53 LAN - CAR : a. Kecepatan tempuh sesuai yang disyaratkan; b. Andil kelambatan maksimum 5 menit; c. Keberangkatan kereta api paling lambat 1 menit; d. Tidak terjadi kegagalan dalam perjalanan; TERKENDA - LI : a. Persoalan manajemen operasional dapat diselesaikan. 3.4 Budaya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Budaya perusahaan merupakan pola sikap, keyakinan asumsi dan harapan yang dimiliki bersama dan dipegang secara mendalam untuk membentuk cara bagaimana karyawan/karyawati bertindak dan berinteraksi agar sasaran perusahaan tercapai, budaya perusahaan dinyatakan dalam 5 nilai utama : 1. INTEGRITAS Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan organisasi dan kode etik perusahaan. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya. 54 2. PROFESIONAL Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki kemampuan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan, mampu menguasai untuk menggunakan, mengembangkan, membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan kepada orang lain. 3. KESELAMATAN Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) memiliki sifat tanpa kompromi dan konsisten dalam menjalankan atau menciptakan sistem atau proses kerja yang mempunyai potensi resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan dari kemungkinan terjadinya kerugian. 4. INOVASI Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) selalu menumbuh kembangkan gagasan baru, melakukan tindakan perbaikan yang berkelanjutan dan menciptakan lingkungan kondusif untuk berkreasi sehingga memberikan nilai tambah bagi stakeholder. 5. PELAYANAN PRIMA Kami insan PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) akan memberikan pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan pelanggan dengan memenuhi 6 A unsur pokok: Ability (Kemampuan), Attitude (Sikap), Appearance (Penampilan), Attention (Perhatian), Action (Tindakan), dan Accountability (Tanggung jawab). 55 3.5 Logo dan Arti Lambang PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Gambar 3.2 3 Garis melengkung melambangkan gerakan yang dinamis PT. KAI dalam mencapai Visi dan Misinya. 2 Garis warna orange melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal. Anak panah berwarna putih melambangkan Nilai Integritas, yang harus dimiliki insan PT. KAI dalam mewujudkan Pelayanan Prima. 1 Garis lengkung berwarna biru melambangkan semangat Inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. (Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga dapat melesat.) 3.6 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung 3.6.1 Kedudukan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung kedudukannya adalah sebagai berikut : 1. Daerah operasional (DAOP) 2 Bandung adalah suatu organisasi di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Bandung yang berada di bawah naungan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). 56 2. Daerah operasional (DAOP) 2 Bandung dipimpin oleh seorang kepala daerah operasional (KADAOP) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). 3.6.2 Tugas Pokok PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perusahaan kereta api serta merumuskan dan menyusun program pembinaan dan pengendalian pelaksanaan angkutan penumpang atau barang di daerah DAOP (Daerah Operasional). 3.6.3 Fungsi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP II Bandung mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Penggolongan Sumber Daya Manusia (SDM), administrasi kerumah tanggaan dan umum, pertimbangan dan bantuan hukum, serta pengujian, pengendalian dan pembinaan hygiene perusahaan, kesehatan (HIPERKES) dan keselamatan kerja. 2. Pendayagunaan keuangan, serta pelaksanaan dan pembinaan anggaran dan akuntansi. 3. Pemeriksaan kas daerah. 4. Pelaksanaan hubungan masyarakat di daerah. 5. Pemeliharaan dan pengendalian jalan rel dan jembatan. 6. Pelaksanaan dan pengendalian operasi dan pemasaran. 7. Pemeliharaan dan pengendalian sinyal, telekomunikasi dan listrik umum. 57 8. Pengelolaan, pengoperasiaan pemasaran dan pengendalian terminal peti kemas yang terkait dengan arus angkutan barang impor/ekspor. 3.7 Lingkup Operasional PT.KAI DAOP 2 PROPINSI JAWA BARAT KOTAMADYA KABUPATEN 1. BANDUNG 1. PURWAKARTA 2, CIMAHI 2. CIANJUR 3. BANJAR 3. BANDUNG 4. TASIKMALAYA 4. BANDUNG BARAT 5. GARUT 6. TASIKMALAYA 7. CIAMIS Gambar 3.3 Lingkup Operasional Daop 2 Bandung 58 3.8 Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung KEPALA DAERAH OPERASI 2 BANDUNG SEKSI SEKSI PEMERIKSAAN SDM DAN UMUM KEUANGAN KAS DAERAH SUB SEKSI SUB SEKSI SUB SEKSI SUB SEKSI SUMBER DAYA KERUMAHTAN GGAAN HUKUM HIGIENE PERUSAHA AN UPK DAN UMUM SUB SEKSI SUB SEKSI ADMINISTR ASI ANGGARAN DAN KEUANGAN AKUNTANSI PKS HUMAS URUSAN TATA USAHA SEKSI SEKSI SEKSI JALAN REL OPSAR&PEMASA RAN SINYAL TELEKOMUNIKASI DAN JEMBATAN SUB SEKSI PROGRAM DAN JEMBATAN DAN LISTRIK SUB SEKSI JALAN REL & JEMBATAN OPNIS & PERKA SUB SEKSI KONSTRUKSI JALAN REL W AS SUB SEKSI W AS KONSTRUKSI JEMBATAN SUB SEKSI SUB SEKSI PEMASARAN PROGRAM W AS ANGK SUB SEKSI W AS PEMASARAN SUB SEKSI W AS SINYAL SUB SEKSI W AS TELKOMLIS SUB SEKSI KANTIB UPT UPT UPT UPT TERMINAL PETI KEMAS Gambar 3.4 : Struktur Organisasi PT. KAI Daop 2 Bandung 59 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian Perkembangan zaman memaksa PT. Kereta Api Indonesia (persero) mengubah Budaya Perusahaan agar mampu beradaptasi dengan lingkungan eksternal yang dinamis. Persaingan yang semakin kompetitif dari moda transportasi lain dan tingginya ekspektasi konsumen terhadap perbaikan kinerja perusahaan merupakan faktor eksternal yang mendorong perubahan di tubuh perusahaan. selain itu, perubahan paradigma dimana BUMN saat ini dituntut untuk menjadi perusahaan seutuhnya yaitu perusahaan yang profitable. Budaya perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero) pada awalnya berorientasi pada produk (product oriented), artinya memberikan pelayanan yang baik bukanlah prioritas bagi perusahaan, perusahaan hanya fokus pada produk yang dihasilkan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta tuntutan pasar, terlebih lagi faktor kepemimpinan baru saat ini yaitu Ignasius Jonan, PT. Kereta Api Indonesia (persero) mengubah budaya tersebut menjadi consumer oriented. Artinya perusahaan tidak hanya sekedar menyelenggarakan jasa angkutan kereta api, tetapi mereka juga berusaha untuk memberikan pelayanan yang prima. Sebagai Implikasinya, perubahan orientasi perusahaan yang terjadi di PT. Kereta Api Indonesia (persero), telah mengubah budaya perusahaan pada level values dan level artefacts. Pada bab ini penulis akan menguraikan dan menganalisis hasil penelitian mengenai budaya organisasi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung. Adapun persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya 60 organisasi pada level values, yaitu terkait nilai-nilai perusahaan dan level artefacts yang berkaitan dengan pengekspresian nilai-nilai perusahaan dalam bentuk fisik maupun perilaku. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan data kualitatif. Data didapat melalui wawancara mendalam dengan narasumber yang dianggap kompeten dan representative serta observasi langsung ketempat penelitian. Adapun narasumber dari penelitian ini, antara lain : 4.2 1. Ibu Neneng Ratnadewi Manajer Organization Development 2. Bapak Bambang S. Prayitno Manajer Humas Daop II 3. Bapak Erta Wardhana Asisten Manajer Humas Daop II 4. Bapak Rusen Staf Humas Daop II 5. Bapak Arie Septian N Staf Humas Daop II Budaya Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level values Values adalah apa yang secara ideal menjadi alasan untuk berperilaku. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang berharga untuk dipahami, dan dikerjakan sebagai landasan komitmen organisasi. Nilai-nilai biasanya ditemukan oleh para pendiri organisasi seperti strategi-strategi, tujuan-tujuan, filosofi serta cara pencapaian tujuan-tujuan. Bentuk nyata dari nilai-nilai dapat berupa :filosofi; visi; disiplin kerja; sistem balas jasa; cara berinteraksi; inovasi, dan lain-lain.( poerwanto, 2008 : 19) 61 Sistem nilai dibangun untuk menyeragamkan pemikiran dan perilaku seluruh anggota organisasi dalam proses integrasi internal maupun adaptasi lingkungan eksternal. Keseragaman pikiran dan perilaku akan membentuk kesatuan visi dalam mencapai tujuan organisasi dan pada akhirnya akan tercipta efektivitas dan efisiensi organisasi. Saat ini, nilai-nilai budaya semakin berkembang fungsinya. Tidak hanya menjadi pedoman berperilaku, tetapi berkembang menjadi alat bagi organisasi/perusahaan dalam bersaing. Seperti yang diungkapkan Miller bahwa masa mendatang ditandai oleh kompetisi global dan perusahaan yang sukses ialah yang mampu mengelola budaya baru dengan nilai-nilai yang mengembangkan perilaku kearah keberhasilan yang kompetitif. ( dalam Sutrisno, 2010 : 14). Perubahan asumsi dasar dari product oriented menjadi consumer oriented menghasilkan nilai-nilai baru perusahaan yang dinyatakan dalam lima nilai utama perusahaan. yaitu Integritas, Profesional, Keselamatan, Inovasi, dan Pelayanan Prima. Kelima nilai tersebut menjadi pedoman bagi seluruh karyawan PT. Kereta Api Indonesia (persero) dalam bertindak dan berperilaku. Kelima nilai tersebut merupakan Nilai-nilai utama yang dipublikasikan oleh perusahaan sebagai budaya perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero). Lebih jauh, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk nyata atau aplikasi dari nilai-nilai tersebut di perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daop II Bandung. Meliputi Kedisiplinan, kebebasan berinovasi, sistem imbalan, dan Pelayanan terhadap konsumen. 4.2.1 Kedisiplinan dalam Bekerja PT. Kereta Api Indonesia (persero) sebagai Badan Usaha yang bernaung dibawah pemerintahaan tentunya memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan organisasi pemerintah lainnya, dimana aturan-aturan formal, struktur birokrasi, menjadi ciri utama 62 perusahaan. Peraturan-peraturan yang berlaku di perusahaan menjadi landasan utama bagi karyawan dalam menjalani aktivitas dalam konteks pekerjaan maupun keorganisasian. Kedisiplinan merupakan salah satu nilai yang selalu ditanamkan perusahaan kepada karyawan di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daop II Bandung. Seiring dengan perubahan budaya perusahaan, nilai-nilai kedisiplinan menjadi salah satu fokus utama yang selalu ditingkatkan oleh perusahaan agar tercipta suatu kesatuan sikap dan perilaku karyawan yang selaras dengan nilai-nilai perusahaan serta mendorong kinerja yang lebih baik dari karyawan. Seperti yang diungkapkan Poerwanto bahwa kedisiplinan merupakan suatu proses penyatuan budaya dari individu-individu yang berada dalam organisasi atau perusahaan agar menjadi kesatuan budaya. Karena suatu organisasi atau perusahaan terdiri dari sekumpulan individu yang memiliki latar belakang dan nilai-nilai beragam yang mungkin berbeda dengan nilai-nilai organisasi, sehingga organisasi perlu mengubah perilaku individual tersebut menjadi perilaku organisasional. (2008:15). Dari hasil wawancara dengan karyawan divisi humas yang dijadikan sebagai narasumber, mereka berpendapat bahwa secara keseluruhan, tingkat kedisiplinan karyawan di PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung saat ini sudah mulai membaik. Artinya ada peningkatan dari waktuke waktu. Aturan-aturan yang diberlakukan oleh perusahaan sudah dijalankan dengan baik oleh seluruh karyawan. Hal ini dikarenakan perusahaan semakin tegas dan konsisten dalam memberikan sanksi terhadap karyawan yang melanggar ketentuan perusahaan, hal ini tidak terlepasa dari pemberlakuan sistem reward dan punishment oleh perusahaan. Sebagai contoh, saat ini kedatangan dan kepulangan karyawan sangat diawasi betul oleh perusahaan melalui absensi. Karyawan yang terlambat absen akan langsung diberikan teguran tertulis. 63 Reward dan punishment menjadi kebijakan yang efektif dalam menegakkan kedisiplinan karyawan, karena mampu memberikan motivasi dan sebaliknya yaitu rasa takut untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan. Sistem Reward di PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung antara lain berupa penganugerahan karyawan teladan yang ditetapkan setiap bulan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi dari perusahaan kepada karyawan yang memiliki prestasi kerja sekaligus motivasi bagi karyawan lain agar memberikan kinerja yang maksimal bagi kemajuan perusahaan. Selain sistem reward, perusahaan pun memberlakukan sistem punishment terhadap karyawannya yang melanggar ketentuan-ketentuan perusahaan dalam konteks keorganisasian maupun pekerjaan. Bentuk Sanksi yang diberikan kepada karyawan yang melanggar ketentuan perusahaan PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung dapat berupa sanksi verbal dan tertulis, dan di terapkan secara berjenjang mulai dari sanksi ringan, sedang, dan berat tergantung dari jenis pelanggaran yang dilakukan. Contohnya pelanggaran dalam hal cara berpakaian, biasanya sanksi yang diberikan berupa teguran verbal dan jika masih mengulangi kesalahan yang sama maka diberi teguran tertulis. Keith davis dan John W. Newstrom (1985 :87) mengatakan bahwa perushaaan dapat menerapkan disiplin progresif, yaitu penerapan punishment yang lebih berat terhadap pengulangan pelanggaran untuk memberikan kesempatan memperbaiki diri sebelum terkena hukuman yang lebih serius. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa penerapan kedisiplinan merupakan bagian utama dalam pelaksanaan budaya organisasi. Maka penerapannya tidak hanya ditujukan bagi lingkungan internal perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Schein, bahwa salah satu fungsi utama budaya perusahaan yaitu untuk proses integrasi internal dan adaptasi terhadap lingkungan eksternal.(poerwanto, 2008:26). Maka Nilai-nilai kedisiplinan juga harus diaplikasikan terhadap lingkungan eksternal perusahaan. salah satunya adalah masyarakat, khususnya pelanggan kereta api, berupa kebijakan-kebijakan yang selaras dengan nilai-nilai 64 maupun aturan-aturan PT. Kereta Api Indonesia (persero) sebagai penyedia jasa angkutan kereta api. Bentuk kebijakan seperti aturan yang melarang pedagang asongan masuk ke gerbong, penumpang yang naik diatas gerbong, aturan mengenai ketentuan proses boarding pass bagi para penumpang, larangan merokok di stasiun maupun di gerbong, dan aturan lainnya. Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mengadaptasi budaya perusahaan terhadap budaya masyarakat. Dengan mengubah perilaku masyarakat agar lebih disiplin dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung. Hal ini juga terkait perbedaan latar belakang budaya yang mewakili pelanggan kereta api di setiap daerah membuat PT. Kereta Api Indonesia (persero) harus melakukan penyesuaianpenyesuaian antara budaya perusahaan dengan budaya masyarakat setempat yang beragam, sehingga kebijakan yang diambil harus sesuai dengan karakter budaya masyarakat yang berbedabeda di setiap daerah. Bagi Perusahaan yang mengutamakan keselamatan sebagai salah satu nilai yang dikedepankan perusahaan, maka kedisiplinan sangat diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan. Karena PT. Kereta Api Indonesia (persero) sebagai perusahaan yang bergerak dibidang transportasi publik memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan penumpang. Oleh karenanya diperlukan tingkat kedisiplinan yang tinggi baik dari para karyawan maupun penumpang itu sendiri. Diperlukan sikap yang tegas dari Perusahaan dalam menegakkan kedisiplinan terhadap karyawannya, sehingga karyawan akan senantiasa menegakkan aturan-aturan terhadap penumpang. Nilai-nilai kedisiplinan dapat berkembang apabila didukung oleh situasi lingkungan yang kondusif yaitu situasi yang diwarnai oleh perlakukan yang konsisten dari perusahaan. Antara lain konsistensi dan ketegasan dalam memberikan reward dan punishment. Pemberian reward dan 65 punishment kepada karyawan yang melanggar ketentuan-ketentuan perusahaan harus bersifat segera, konsisten, dan tidak pandang bulu, agar mneciptakan iklim yang kondusif dalam perusahaan sehingga kinerja karyawan dapat maksimal. 4.2.2 Kebebasan berinovasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) yang saat ini sedang dalam masa transformasi budaya perusahaan, mencantumkan inovasi sebagai salah satu dari lima nilai utama perusahaan. bahkan menjadi salah satu symbol pembentuk logo perusahaan yang baru. hal ini menandakan bahwa perusahaan menganggap inovasi sebagai elemen penting bagi kemajuan perusahaan dan menghendaki seluruh karyawannya untuk terus berinovasi dalam berbagai aspek pekerjaan. Inovasi merupakan kunci bagi perusahaan untuk berdaya saing dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Secara sederhana, Inovasi dapat didefinisikan sebagai hasil penciptaan atau penemuan baru atau hasil pengembangan dari yang sudah ada dan mampu memberikan nilai-nilai manfaat bagi perusahaan itu sendiri serta konsumen/pelanggan. Sedangkan Robbins mendefinisikan Inovasi sebagai gagasan baru yang dijalankan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk, proses, atau layanan ( robbins, 2008:361). Peran penting inovasi dalam memberikan nilai lebih bagi perusahaan dalam bersaing harus diaplikasikan oleh suatu perusahaan dengan memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk berinovasi demi kemajuan perusahaan. Suatu perusahaan dapat memanfaatkan potensi-potensi dari karyawannya dengan membuka diri terhadap ide-ide/ pemikiran yang muncul dari setiap karyawan. 66 Kebebasan dalam berinovasi terkait dengan karakter dan kultur suatu perusahaan. Menurut Robbins, Ciri-ciri organisasi yang inovatif cenderung memiliki kultur yang mirip, mereka mendorong eksperimen/inovasi terhadap karyawannya, mereka memberikan imbalan untuk keberhasilan maupun kegagalan. (2008:362). Dari hasil wawancara dengan karyawan divisi Humas PT. Kereta Api Indonesia Daop 2 Bandung, menurut mereka seiring perubahan budaya perusahaan dengan mengkedepankan nilai inovasi. Perusahaan saat ini sangat terbuka terhadap segala bentuk ide-ide/gagasan yang diberikan oleh para karyawan demi kemajuan perusahaan. salah satu bentuk dukungan dari perusahaan biasanya secara berkala diadakan semacam ―kontes ide‖ untuk menjaring ideide/gagasan baru dari karyawan dan perusahaan akan memberikan reward kepada karyawan yang membuat terobosan-terobosan inovatif untuk kemajuan perusahaan. Inovasi dapat dilakukan di semua lini dalam perusahaan, mulai dari perbaikan kecil bertahap hingga skala besar. mencakup Manajemen, Model Bisnis, Produk, Konsumen/Pengguna/Pasar, Teknologi, Pemasaran, Pengalaman Konsumen, Tanggung Jawab Sosial Korporat, dan lainnya. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa, inovasi-inovasi yang dikembangkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) biasanya berkaitan dengan usaha peningkatan pelayanan. Salah satu bentuk terobosan yang paling inovatif yaitu sistem tiket perkeretaapian atau yang disebut Rail Ticketing System (RTS). Sistem yang memanfaatkan kemajuan teknologi informatika (IT) ini memberikan kemudahan kepada pengguna jasa kereta api untuk memperoleh tiket dengan berbagai cara, tidak harus mengantri di loket penjualan tiket stasiun. Saat ini pengguna jasa kereta api dapat memperoleh tiket melalui internet (online) dengan mengakses website PT. Kereta Api Indonesia (Persero), ticket.com dan agen-agen resmi lainnya. Pengguna jasa kereta api juga dapat memiliki Rail Card yaitu kartu prepaid sebagai pengganti uang tunai yang dapat 67 digunakan untuk pembelian tiket kereta api. Sistem kerjanya hampir sama dengan kartu ATM, pengguna dapat membeli tiket dengan mengakses kartu tersebut di mesin Rail Box yang sudah banyak tersedia di stasiun, mall, dan tempat-tempat lain. PT. Kereta Api Indonesia (persero) juga memberikan kemudahan-kemudahan lain bagi pelanggan yang akan membeli tiket dengan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Alfamart, Indomart, Dunkin, PT. Pos Indonesia untuk melayani reservasi tiket kereta api. Jadi memungkinkan pelanggan untuk melakukan reservasi tiket 3 bulan sebelum keberangkatan. PT. Kereta Api Indonesia juga menyediakan hotline penjualan tiket dengan cara menghubungi nomor 121 dan layanan Drive Thru di beberapa stasiun. Selain inovasi yang memberikan kemudahan-kemudahan dalam membeli tiket, PT. Kereta Api Indonesia juga terus melakukan inovasi-inovasi yang berkaitan dengan kenyamanan pengguna kereta api. Seperti penerapan sistem boarding pass bagi pengguna kereta api yang memasuki stasiun , penggunaan AC pada kereta api ekonomi baik jarak dekat, sedang, maupun jauh dan inovasi lainnya. Kemudian di lingkungan internal perusahaan. salah satunya di bidang SDM dengan penggunaan sistem application process (SAP) untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan. Inovasi juga dapat diaplikasikan terhadap hal-hal kecil, sebagai contoh dari pengalaman penulis selama magang di Divisi Humas Daop 2. Sistem informasi kehumasan saat ini menggunakan email yang memungkinkan seluruh karyawan dapat mengikuti perkembangan pemberitaan tentang kereta api dari masing-masing daerah operasional perusahaan di seluruh Indonesia secara bersamaan, bukan hanya untuk ―konsumsi‖ kehumasan. Hal tersebut tentu sangat membantu jajaran manajemen, khususnya kantor pusat dalam mengikuti dinamika perkembangan dari setiap Daerah Operasional yang tersebar di seluruh Indonesia secara cepat dan aktual. Sehingga dapat membantu pihak perusahaan dalam 68 pengambilan keputusan Berbeda ketika sistem informasi kehumasan masih mempergunakan media kliping yang sangat tidak efektif dan efisien dalam menyebarkan informasi. 4.2.3 Sistem Balas Jasa Sistem imbalan (reward system) merupakan sebuah metode atau cara-cara memberikan reinforcement terhadap kontribusi individu dengan kemampuan dan kinerjanya dalam pekerjaan. dimana tujuannya adalah untuk memotivasi karyawan dalam bekerja. Sistem imbalan meliputi sejauh mana alokasi imbalan, seperti kenaikan gaji dan atau promosi diberikan kepada karyawan berdasarkan pertimbangan-pertimbanagan tertentu. Misalnya sebagai penghargaan atas prestasi kerja. Sistem Imbalan di PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa karyawan biasanya berbentuk reward yang diberikan kepada karyawan berprestasi dalam konteks pekerjaannya. Misalnya kondektur yang mampu mnurunkan penumpang tidak bertiket, menertibkan pedagang asongan, dan prestasi kerja lainnya. Selain dalam konteks pekerjaan, penghargaan juga diberikan kepada karyawan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap perusahaan, contohnya pemberian penghargaan bagi karyawan teladan. Seperti yang diungkapkan oleh Siagian (2002) bahwa sistem imbalan sebagai pemberian salah satu bentuk penghargaan kepada karyawan atas sumbanganya kepada organisasi terutama tercermin dari prestasi karyawannya, Proses penyerahan penghargaan biasanya dilakukan pada saat upacara pembinaan setiap tanggal 17 atau pada saat upacara-upacara pelantikan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap karyawan yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaan dan perusahaan secara keseluruhan, terlebih lagi untuk memotivasi karyawan lain agar memiliki dedikasi tinggi terhadap perusahaan dengan memberikan kinerja yang maksimal. seperti yang 69 diungkapkan oleh Simamora (2001) dalam Gunaya (2004) yang menyebutkan bahwa sistem imbalan baik berupa finansial maupun non finansial yang dikendalikan oleh organisasi dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi karyawannya. Bentuk reward yang diberikan PT. Kereta Api Indonesia(persero) kepada karyawan yang berprestasi dapat berupa promosi kerja, diberikan biaya naik haji, dan yang terkini, pegawai yang berprestasi bisa melakukan perjalanan studi banding ke luar negeri ( China ). Selain sebagai bentuk untuk memotivasi para karyawan, pemberian insentif dan tunjangantunjangan yang dilakukan oleh pihak perusahaan merupakan salah satu cara untuk menciptakan komitmen karyawan terhadap perusahaan serta meningkatkan nilai integritas karyawan dan sebagai cara untuk mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan/penggelapan yang rentan terjadi, mengingat strategisnya posisi perusahaan PT. Kereta Api Indonesia. Hendry Simamora (2004 :459) mengemukakan bahwa salah satu jenis kompensasi atau kategori kompensasi yang ada adalah kompensasi intrinsik dan ekstrinsik. Kedua kompensasi ini sangat berkaitan. Penyediaan kompensasi ekstrinsik sekaligus memberikan kompensasi intrinsik bagi penerimanya. Kompensasi intrinsik (intrinsic reward) adalah imbalan yang dinilai didalam dan diri mereka sendiri. Kompensasi bersifat internal bagi individu dan normalnya berasal dari keterlibatan dalam aktifitas-aktifitas atau tugas tertentu. imbalan intrisik biasanya berkaitan dengan aspek psikologis karyawan yang dapat memberi kepuasan bagi karyawan tersebut. Contohnya karyawan yang mendapatkan promosi jabatan, maka ia akan mempersepsikan bahwa promosi tersebut sebagai tanda prestasi kerja yang baik. Sedangkan kompensasi ekstrinsik merupakan jenis imbalan yang berbentuk materi, seperti gaji, bonus, insentif, promosi, tunjangan, dan lain-lain. 70 Sistem imbalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para karyawan perusahaan. Sistem imbalan yang sesuai harapan pegawai dengan mekanisme dan prosedur pemberian yang efektif, Sistem imbalan harus mengandung prinsip keadilan berdasarkan prestasi kerja. Artinya semua karyawan yang berprestasi harus memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan penghargaan. Pengorbanan yang diberikan oleh individu sebagai karyawan merupakan aset perusahaan yang harusn disertai dengan sitem balas jasa yang seimbang. Balas jasa bagi karyawan tidaklah selalu berbentuk materi, tetapi juga non materi seperti pujian, kesempatan bersosialisasi, hak-hak keluarga, maupun cuti.(poerwanto, 2008: 13). Menurut keterangan karyawan yang dijadikan sebagai narasumber, saat ini masih terdapat nilai-nilai senioritas dalam menempuh jenjang karir. Promosi kerja belum berdasarkan prestasi kerja, melainkan lamanya bekerja/pengalaman dan tingkat jabatan. Budaya senioritas ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai profesionalitas yang dikedepankan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) dan dapat menjadi faktor yang menyebabkan kurang maksimalnya kinerja karyawan, karena merasa prestasi tidak terlalu berpengaruh terhadap karir. Pimpinan perlu memberikan pengakuan dalam bentuk promosijabatan bagi karyawan yang berprestasi, memberikan predikat karyawan teladan berdasarkan kondite dan prestasi mereka. Begitu pula promosi jabatan dan predikat terbaik agar mereka dapat memegang teguh budaya organisasi. (mangkunegara, 2005:121). 4.2.4 Pelayanan Terhadap Konsumen PT. Kereta Api Indonesia (persero) merupakan BUMN yang bergerak dibidang jasa transportasi memiliki tanggung jawab sebagai penyelenggara tunggal transportasi perkeretaapian di Indonesia. Oleh karenanya, sebagai satu-satunya penyelenggara transportasi 71 kereta api, PT. Kereta Api Indonesia (persero) harus memberikan kinerja yang maksimal. Bukan hanya menyediakan, tetapi mengoperasikannya dengan baik melalui pelayanan yang maksimal. Mengingat strategisnya fungsi transportasi kereta api sebagai angkutan yang multisegment yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat mulai dari segmentasi bawah, menengah, dan atas. Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Peningkatan pelayanan merupakan agenda PT. Kereta Api Indonesia (persero) yang dilakukan dari waktu ke waktu. Karena sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa, maka nilai jualnya adalah pelayanan yang memuaskan. Berbagai kebijakan dibuat oleh pihak perusahaan untuk memperbaiki kualitas pelayanan mereka demi menciptakan kepuasan konsumen. Salah satunya adalah merubah budaya perusahaan. perubahan ini dilakukan sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan lingkungan eksternal, dimana salah satunya adalah faktor persaingan. Perubahan budaya perusahaan ini telah menghasilkan lima nilai utama perusahaan, yaitu integritas, professional, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima, yang digunakan sebagai pedoman bagi seluruh karyawan dalam melayani konsumen. 72 Menurut Ibu Neneng Ratnadewi selaku Manajer Organization Development, Fokus untuk memperbaiki pelayanan melalui 5 nilai utama. Pertama integritas, dimana karyawan ditekankan untuk bertindak jujur dan memiliki komitmen tinggi terhadap perusahaan, Salah satu caranya adalah dengan memberikan uang representative/ tunjangan-tunjangan untuk mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan yang dapat merugikan perusahaan. kemudian Professional, dimana karyawan dituntut untuk bekerja secara professional dalam melayani konsumen. bentuk kebijakan dari perusahaan antara lain karyawan saat ini dikenakan biaya ketika naik kereta api dengan memprioritaskan pelanggan terlebih dahulu. Kemudian Keselamatan ditingkatkan dengan dibentuknya banyak Polisi Khusus (polsus) dan perbaikan sarana dan prasarana baik stasiun maupun gerbong kereta. Inovasi dengan pengembangan-pengembangan di segala bidang seperti kemudahan dalam membeli tiket, sistem boarding pass, pelayanan dalam gerbong kereta seperti kebersihan dan keamanan. Kemudian Pelayanan Prima dengan menanamkan prinsip 7s ; senyum, sapa, salam, sopan, santun, semangat, setiap hari kepada seluruh karyawan, khususnya untuk front officer. Hal ini didukung oleh pernyataan karyawan divisi Humas PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasional II Bandung, bahwa perusahaan selalu menanamkan kelima nilai utama perusahaan tersebut kepada karyawan dalam melayani konsumen, dengan cara selalu mempertahankan mutu pelayanan dan mengurangi keluhan dari pelanggan Kereta Api yang resmi. Seperti yang dijelaskan diatas, perubahan- perubahan yang terjadi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) pada akhirnya akan bermuara pada satu tujuan, yaitu memberikan pelayanan yang prima. Perbaikan-perbaikan yang terjadi ditubuh perusahaan, khususnya dari segi pelayanan saat ini mulai menampakkan hasilnya. Salah satu indikatornya adalah 73 penghargaan yang diterima PT. Kereta Api Indonesia (persero) sebagai BUMN terbaik di tahun 2012. Dimana salah satunya adalah BUMN dengan pelayanan terbaik. Tolak ukur kesuksesan bagi suatu perusahaan dapat dilihat dari outputnya, yaitu produk yang dihasilkan. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa,selain kualitas produk yang dihasilkan, pelayanan yang maksimal merupakan salah satu cara untuk mendapat Kepuasan konsumen. 4.3 Budaya Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada Level Artefacts Artefacts (artefak) adalah sesuatu yang bisa dilihat, didengar dan dirasakan. Seperti arsitektur lingkungan fisik, bahasa, teknologi, kreasi artistic, tata ruang, cara berpakaian, cara berbicara, cara mengungkapkan perasaan, cerita tentang mitos, dan sejarah organisasi, daftar nilai-nilai yang dipublikasikan, kegiatan ritual, dan seremonial, serta perilaku. ( Poerwanto, 2008 : 18) Budaya pada level artefak memiliki fungsi sebagai identitas yang membedakannya dengan organisasi/perusahaan lain. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada level ini budaya diekspresikan dalam bentuk-bentuk yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh indera manusia. Sehingga dengan mengidentifikasinya, maka didapat sebuah ciri atau karakter yang membedakannya dengan organisasi lain. Artefak merupakan manifestasi dari nilai-nilai (values) yang berlaku dalam sebuah organisasi/perusahaan. oleh karenanya, dengan mengamati budaya suatu organisasi pada level ini, maka akan diperoleh gambaran mengenai nilai-nilai atau keyakinan-keyakinan yang berlaku dalam organisasi tersebut. 74 ― ... artifacts are linked in that artifacts are manifestations of values, while values are manifestations of assumptions.‖ (schein, 2004:17) Artifak adalah manifestasi dari nilai-nilai organisasi, sementara nilai-nilai adalah manifestasi dari asumsi-asumsi organisasi. Jadi dapat diikhtisarkan bahwa hubungan antara ketiga lapisan budaya organisasi saling berhubungan. Budaya organisasi sebab itu tidaklah statis melainkan dinamis, misalnya perubahan atas asumsi akan mengakibatkan perubahan pada nilai, perubahan nilai akan berwujud pada perubahan artifak organisasi. Perubahan nilai-nilai perusahaan yang terjadi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) telah menyebabkan beberapa perubahan budaya organisasi pada level artefak sebagai penyesuaian terhadap perubahan pada nilai-nilai perusahaan. Perubahan terlihat jelas pada identitas perusahaan (corporate identity ) seperti Logo perusahaan, slogan, seragam kerja dan Mars perusahaan. Lebih jauh, penelitian ini akan membahas mengenai budaya perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daop II Bandung pada level artefak dalam membangun kinerja karyawan. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam bab ini meliputi Logo perusahaan, slogan, cara berpakaian, dan ritual-ritual perusahaan 75 4.3.1 Logo Perusahaan Perubahan nilai-nilai perusahaan yang terjadi di PT. Kereta Api Indonesia (persero) telah mengubah identitas perusahaan pada segala aspek. Salah satunya mengubah logo perusahaan. Logo yang merupakan identitas atau ciri khas (trade mark) suatu perusahaan merupakan representasi visual yang mengkomunikasikan filosofi,visi, nilai-nilai yang berlaku dalam perusahaan. oleh karenanya, seiring dengan perubahan identitas perusahaan, dibutuhkan logo baru yang dapat merepresentasikan atau mengkomunikasikan nilai-nilai baru perusahaan tersebut kepada lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Logo pada dasarnya adalah sebuah simbol atau penanda. Simbol adalah objek atau tindakan yang memberi arti bagi perusahaan yang dapat berupa logo, materi atau tindakan yang didalamnya mengandung filosofi. (Poerwanto, 2008 : 62). Dalam lingkup perusahaan atau dunia usaha, logo memiliki fungsi sebagai representasi visual keberadaan perusahaan. sedangkan dalam konteks budaya, Lebih jauh, logo perusahaan menjadi alat untuk mengkomunikasikan atau menyebarluaskan seperangkat nilai-nilai, ideologi, visi, misi, dan lainnya kepada internal perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan. 76 Menurut Ibu Neneng Ratnadewi selaku Manajer Organization Development perubahan Logo perusahaan ini bertujuan untuk dapat membangun semangat baru dan mendorong perubahan budaya perusahaan bagi seluruh karyawan serta menunjukkan kepada masyarakat bahwa terjadi perubahan di tubuh perusahaan. Bagi lingkungan internal perusahaan, logo dapat berfungsi untuk menuntun dan menyatukan pemikiran serta perilaku karyawan agar selaras dengan filosofi dan tujuan perusahaan. Itu sebabnya, umumnya logo dibarengi dengan makna, baik dari segi warna, bentuk dan tulisan. Simbol terdiri dari berbagai bentuk yang setiap satuan bentuk serta warna memiliki arti dan nilai yang merupakan cerminan dari filosofi perusahaan. (poerwanto, 2008:62). berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan DIvisi Humas Daop II, makna dari logo perusahaan secara umum melambangkan nilai integritas, semangat inovasi dan pelayanan prima kepada stakeholder. Selain itu, bentuk garis yang melengkung melambangkan gerakan yang dinamis. Apabila dibandingkan dengan logo sebelumnya, ada beberapa kesamaan dan perbedaan dari kedua logo tersebut. Penggunaan garis masih menjadi cirri khas logo perusahaan, hanya saja bentuknya yang berbeda. Logo perusahaan saat ini terdiri dari tiga garis melengkung yang melambangkan gerakan dinamis, dan apabila dicermati lagi, sepintas kombinasi tiga garis tersebut seperti kereta api yang sedang melesat dengan kecepatan tinggi, sehingga dapat menegaskan identitas perusahaan. Dari segi warna, dominasi warna orange yang bermakna pelayanan prima masih menjadi cirri khas. Karena sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa, maka pelayanan yang prima menjadi nilai jual mereka. Perbedaannya, terdapat 1 garis berwarna biru yang melambangkan inovasi. Karena saat ini inovasi menjadi semangat baru perusahaan. karyawan didorong untuk terus melakukan inovasi-inovasi di segala bidang. Selain itu, anak panah 77 berwarna putih melambangkan nilai integritas yang harus dimiliki oleh seluruh karyawan perusahaan. kemudian teks ―Kereta Api‖ yang terletak dibawah gambar lebih jelas menggambarkan identitas perusahaan, menggantikan teks lama ―Keretapi‖ yang tidak jelas maknanya. Perubahan logo yang dilakukan PT. Kereta Api Indonesia (persero) dapat diartikan sebagai simbolisasi atau penanda adanya perubahan dalam tubuh perusahaan. Kebanyakan orang umumnya kesulitan dalam menerjemahkan nilai-nilai dan menyadari adanya perubahan. Maka dari itu diperlukan sebuah tanda atau symbol untuk mengkomunikasikannya. Disinilah peran symbol atau logo diperlukan. Logo yang saat ini digunakan oleh PT. Kereta Api Indonesia (persero) merupakan logo yang didapat melalui proses sayembara, dimana dalam proses pemilihannya melibatkan partisipasi dari masyarakat. Menurut Ibu Neneng Ratnadewi, hal ini dilakukan untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dan mencari ide-ide baru yang lebih kreatif. 4.3.2 Slogan Perusahaan Slogan atau sering disebut Kredo adalah kata-kata atau kalimat yang mengekspresikan suatu nilai bagi perusahaan secara singkat dan mempunyai makna khusus bagi organisasi secara keseluruhan. (poerwanto, 2008 : 62). Sama halnya dengan Logo perusahaan, Slogan memiliki fungsi sebagai simbol yang menjadi identitas perusahaan, sekaligus mencerminkan budaya perusahaan. Seiring dengan perubahan budaya perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (persero) menjadi consumer oriented, maka untuk mengkomunikasikan perubahan tersebut perusahaan merubah slogan mereka menjadi “ Anda Adalah Prioritas Kami ”. artinya bahwa 78 perusahaan menempatkan konsumen sebagai prioritas utama dan memastikan konsumen mendapatkan pelayanan yang prima. Slogan tidak hanya ditujukan pada para pelanggan, tetapi juga bagi karyawan agar bekerja selaras dengan filosofi dan tujuan-tujuan perusahaan. slogan tersebut diharapkan menjadi prinsip bagi karyawan dalam memberikan pelayanan yang prima kepada konsumen sesuai dengan nilia-nilai perrusahaan. Dari hasil wawancara karyawan Divisi Humas PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung, mereka menyatakan bahwa slogan tersebut menjadi pemacu semagat kerja bagi mereka dalam melayani pelanggan. Posisi konsumen sebagai prioritas utama perusahaan yang harus diberikan kepuasan dalam bentuk pelayanan maksimal dalam berbagai aspek. Ketika didalam gerbong, konsumen diberikan kenyamanan dan keselamatan, ketika membutuhkan informasi terkait kereta api, mereka mendapatkannya dengan mudah dan cepat. Dan ketika ada keluhan-keluhan, mereka dapat dengan mudah menyampaikan dan mendapat penjelasan. Hal tersebut merupakan bentuk-bentuk pemenuhan kepuasan konsumen. Bagi Divisi Humas, perubahan ini dijadikan sebagai momentum peningkatan kinerja mereka dalam melayani konsumen. lebih aktif dalam menjalin relasi yang baik dengan konsumen, awak media, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan kehumasan. Kemudian merespon dengan baik setiap keluhan yang datang dari konsumen terkait pelayanan kereta api. Sebagai gambaran bagaimana manajer Humas Daop II secara aktif menanggapi setiap keluhan konsumen secara langsung tanpa diwakili oleh staf mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki komitmen tinggi untuk memberikan pelayanan maksimal terhadap konsumen. 79 Dari segi pemilihan kata-kata dalam slogan tersebut, kata-katanya cukup singkat dan sederhana, namun maknanya jelas serta sesuai dengan karakteristik perusahaan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Seperti yang diungkapkan poerwanto (2008 : 64), bahwa slogan sebaiknya menggunakan kata-kata sederhana dan mengandung pesan yang strategis menyampaikan visi, nilai-nilai perusahaan. 4.3.3 Cara Berpakaian Budaya perusahaan memiliki fungsi salah satunya sebagai identitas yang membedakannya dengan perusahaan lain. Salah satu bentuk identitas perusahaan selain logo dan symbol adalah cara berpakaian. Cara berpakaian berkaitan dengan bagaimana penampilan anggota suatu organisasi atau perusahaan dalam melakukan aktivitas keorganisasiannya. cara berpakaian menjadi suatu identitas bagi perusahaan ketika pakaian tersebut memiliki symbol-simbol yang merepresentasikan perusahaan tersebut atau yang membedakannya dengan perusahaan lain. Seperti pakaian seragam yang di desain khusus dari segi warna, model, symbol, dan lain sebagainya. Seragam adalah seperangkat pakaian standar yang dikenakan oleh anggota suatu organisasi sewaktu berpartisipasi dalam aktivitas organisasi tersebut. Fungsi utama dari seragam adalah untuk membentuk kebersamaan antar sesame karyawan dan juga menjadi sebuah identitas yang membedakannya dengan perusahaan lain. Penggunaan seragam banyak diaplikasikan oleh perusahaan-perusahaan, mulai dari perusahaan kecil hingga perusahaan-perusahaan besar. Salah satunya adalah PT. Kereta Api Indonesia (persero). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa 80 angkutan kereta api ini sejak dahulu menjadikan seragam sebagai identitas perusahaan (corporate identity) mereka. Cara berpakaian di PT. Kereta Api Indonesia (persero) merupakan salah satu aspek yang sangat diperhatikan oleh perusahaan. ketentuan-ketentuan mengenai cara berpakaian bagi karyawan perusahaan diatur secara ketat dalam peraturan tertulis perusahaan dan terdapat punishment bagi karyawan yang melanggarnya. Hal ini menandakan bahwa perusahaan sangat concern terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam keseragaman cara berpakaian, yaitu nilai-nilai integritas dan kedisiplinan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Neneng Ratnadewi selaku Manajer Organization Development, bahawa tujuan dari penggunaan seragam ini untuk Menanamkan nilai-nilai kebersamaan sebagai salah satu cara untuk memperkuat nilai integritas yang menjadi salah satu nilai utama perusahaan. Secara psikologis, ketika karyawan mengenakan seragam perusahaan, maka ia harus menjaga sikap dan perilaku mereka untuk senantiasa sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dalam proses integrasi internal, terlebih lagi adaptasi terhadap lingkungan eksternal, karena sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa akan selalu berhubungan dengan konsumen. sehingga penggunaan seragam ini dapat berfungsi sebagai ―control‖ bagi karyawan dalam berperilaku. Adapun aturan berpakaian bagi karyawan diwajibkan menggunakan seragam dinas lengkap dengan atributnya dari hari senin sampai kamis dan untuk hari Jumat menggunakan batik. Penggunaan batik sendiri merupakan himbauan dari pemerintah bagi kantor-kantor di indonesia untuk memakai batik minimal satu hari dalam seminggu untuk ikut melestarikan batik sebagai warisan bangsa. Namun penggunaan batik sendiri di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung belum menjadi ketentuan yang diwajibkan. Artinya, penggunaannya masih berdasarkan inisiatif masing-masing karyawan. pihak perusahaan 81 belum menjadikan batik sebagai salah satu identitas perusahaan, seperti halnya institusiinstitusi pemerintahan yang mulai menyeragamkan batik dengan menggunakan symbolsimbol perusahaan. Seiring dengan perubahan budaya perusahaan ditubuh PT. Kereta Api Indonesia (persero) yang ditandai dengan perubahan nilai-nilai utama perusahaan dan identitas perusahaan (corporate Identity) seperti Logo, Slogan, dan Mars perusahaan. perubahan juga terjadi pada seragam PT. Kereta Api Indonesia (persero). Gambar 4.1 : cara berpakaian karyawan PT. KAI (persero) Perubahan yang paling mencolok terlihat dari penggunaan warna. Seragam PT. Kereta Api Indonesia (persero) saat ini memiliki atasan berwarna putih dan calana/rok berwarna biru tua. Berbeda dengan seragam terdahulunya yang didominasi warna biru. Menurut Ibu Neneng Ratnadewi selaku Manajer Organization Development, warna putih itu sendiri memiliki makna kesempurnaan, sehingga dapat membentuk semangat kerja yang positif untuk memenuhi harapan seluruhstakeholders. 82 Sebagai identitas simbolik, seragam baru dilengkapi dengan atribut pada lengan bagian kiri uang terdapat lokasi kerja dibawahnya terdapat lambang perusahaan yang sejak dahulu digunakan perushaaan dan tidak mengalami perubahan yaitu ―Wahana Daya Pertiwi‖. Diatas saku kanan terdapat nama pegawai dan diatas saku kiri terdapat logo baru PT. Kereta Api Indonesia (persero). Perubahan ini, menurut Ibu Neneng Ratnadewi selaku Manajer Organization Development, diharapkan dapat memberikan suasana dan semangat baru bagi karyawan seiring perubahan budaya perusahaan. Symbol-simbol yang terdapat dalam seragam karyawan PT. Kereta Api Indonesia (persero), selain berfungsi sebagai identitas yang membedakan dengan perusahaan lain. Dalam lingkup internal perusahaan pun terdapat identitas yang membedakan. Karena sebagai organisasi formal yang terstruktur, perusahaan pasti memiliki struktur jabatan yang membedakan karyawan satu dengan lainnya. Perbedaan terdapat pada atribut jabatan yang tertera di seragam kerja. Perbedaan tersebut disimbolkan dengan warna garis pada pinggiran nama karyawan yang tertera di seragam. berikut penjelasannya : - Direksi Komisaris : Warna garis kuning - EVP/VP/GM/SM : Warna garis Merah - Manager : Warna garis Hijau - JM/Assman/ SS/S/JS : Warna garis Biru - Pelaksana : Warna garis Hitam - PPWT : Warna garis Putih 83 Perbedaan warna pada garis pinggiran nama tersebut merupakan symbol dari tingkat jabatan dari masing-masing karyawan. Jadi, meskipun cara berpakaian dari karyawan PT. Kereta Api Indonesia (persero) seragam, tetap terdapat symbol yang membedakan tingkat wewenang dalam perusahaan. Selain symbol yang membedakan tingkat jabatan, terdapat symbol lainnya yang membedakan status karyawan PT. Kereta Api Indonesia (persero), yaitu emblem yang menempel di bahu sebelah kiri seragam. Emblem tersebut menandakan daerah kerja karyawan. PT. Kereta Api Indonesia (persero) sebagai penyelenggara tunggal perkeretaapian di Indonesia, memiliki Daerah Operasional diseluruh Indonesia. Seperti Daop I berada di Jakarta, Daop II untuk Bandung, dan Daerah opersaional lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Emblem tersebut berfungsi untuk mengidentifikasi daerah kerja karyawan. 4.3.4 Ritual Perusahaan Ritual adalah serangkaian aktivitas berulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai kunci organisasi. ( Robbins, 2008 : 275 ). Ritual berkaitan dengan rutinitasrutinitas yang dilakukan oleh anggota dalam organisasi/perusahaan. Dalam implementasinya, ritual dapat dijadikan sebagai salah satu media sosialisasi budaya perusahaan kepada karyawan, dengan menanamkan nilai-nilai perusahaan melalui rutinitas-rutinitas yang dilakukan. Kegiatan ritual merupakan proses meningkatkan perasaan secara kolektif sehingga tercipta suatu situasi dimana individu-individu kehilangan individualitasnya, meningkatkan kekompakannya, serta tercipta solidaritas yang kuat diantara seluruh karyawan agar mereka berhasil mencapai tujuan perusahaan. 84 Ritual-ritual yang terdapat dalam suatu organisasi/perusahaan biasanya didasarkan pada karakteristik dan budaya perusahaan/organisasi tersebut. Organisasi/perusahaan yang sangat formal, penuh dengan birokrasi, kaku biasanya ritual-ritual yang dilakukan masih dalam koridor keformalan. Artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan sangat terstruktur, protokoler,dikoordinasikan secara formal dan masih berhubungan dengan rutinitas pekerjaaan. Sangat jarang terdapat ritual-ritual yang sifatnya informal. Menurut Poerwanto, secara umum ritual perusahaan dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu melalui struktur dan nonstruktur. Struktur menjadi media sosialisasi formal, biasanya berkaitan dengan rutinitas-rutinitas dalam lingkup pekerjaan. Seperti briefing, rapat harian, rapat mingguan, dan kegiatan lainnya.( poerwanto, 2008:58). Biasanya ritual-ritual yang dilakukan masih dalam koridor keformalan. Artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan sangat terstruktur, protokoler,dikoordinasikan secara formal dan masih berhubungan dengan rutinitas pekerjaaan. Sedangkan Ritual nostruktural sifatnya lebih informal. Kegiatan rutin nonstructural adalah serangkaian kegiatan yang berulang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman individu terhadap nilai-nilaiutama perusahaan dan kebersamaan. Banyak perusahaan melakukan kegiatan rutin untuk meningkatkan kebersamaan para karyawan. (poerwanto, 2008:60). Dari hasil wawancara dengan karyawan Divisi Humas Daop II, ritual –ritual yang biasa dilakukan di PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung sejauh ini masih berkaitan dengan ritual-ritual dalam konteks pekerjaaan, seperti briefing, upacara pembinaan yang diadakan setiap tanggal 17, rapat harian maupun rapat mingguan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan diluar pekerjaan antara lain senam pagi, kegiatan olahraga futsal dan perayaan hari-hari besar agama seperti Idul fitri dan Hari Natal. Kegiatan nonstructural di PT. Kereta Api Indonesia (pesero) Daop II Bandung saat ini masih berdasarkan inisiatif sendiri. Artinya 85 bukan kegiatan yang dikoordinir oleh perusahaan. contoh dalam divisi Humas terdapat ritual penyambutan karyawan baru Humas dengan makan bersama satu divisi dan biaya ditanggung oleh karyawan baru tersebut. Menurut mereka itu adalah cara untuk menjalin keakraban sehingga dapat menciptakan iklim yang konsusif dalam bekerja. Ritual yang dilakukan biasanya mengandung simbol yang memiliki makna serta fungsi. Menurut mereka rutinitas-rutinitas seperti briefing, upacara pembinaan dan rapat, sangat penting untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan para karyawan serta memelihara integritas karyawan. sedangkan kegiatan diluar jam kerja sperti senam pagi, perayaan hari besar agama dan futsal mampu meningkatkan kebersamaan antar karyawan. Perubahan budaya perusahaan dengan mengedepankan nilai integritas harus diikuti dengan upaya-upaya untuk menanamkannya kepada seluruh karyawan. bukan hanya ritual yang berkaitan dengan pekerjaan, tetapi diluar itu. Perusahaan dapat mengkomunikasikan nilai-nilai perusahaan melalui penambahan kegiatan-kegiatan yang sifatnya informal dan jauh dari rutinitas pekerjaan yang melelahkan. Hal ini juga disadari oleh perusahaan, seperti yang diungkapkan oleh Manajer Humas PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung Bambang S. Prayitno ‖ memang sementara ini tidak ada kegiatan seperti itu, tetapi kita sedang proses untuk menuju kesana, karena sebetulnya sangat perlu kegiatan bersama diluar jam kerjaseperti itu. Karena kebersamaan itu sangat penting‖. Rutinitas nonstructural membantu karyawan meningkatkan perasaan berharga serta menjadi kontrak psikologi, yaitu suatu kesepakatan tidak tertulis yang menentukan apa yang menjadi harapan perusahaan dari karyawan, dan sebaliknya. Kegiatan olahraga atau berlibur bersama dengan keluarga atau pemberian penghargaan secara periodic yang dipublikasikan secara umum merupakan salah satu bentuk dari kegiatan rutin nonstructural yang akan membentuk ikatan sosial dan kontrak psikologis.(poerwanto, 2008:61). 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berkaitan dengan hasil penelitian mengenai Budaya Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung dalam membangun kinerja karyawan. 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang telah penulis uraikan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Budaya Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level values ditinjau dari kedisiplinan karyawan, adanya peningkatan seiring dengan semakin tegas dan konsistennya pemberlakuan sistem reward dan punishment. Dalam hal kebebasan berinovasi, perusahaan mendorong karyawannya untuk terus berinovasi dengan sikap terbuka terhadap ide-ide atau gagasan yang diberikan oleh karyawan, perusahaan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang memberikan ide-ide inovatif untuk kemajuan perusahaan. kemudian sistem imbalan yang diberikan perusahaan bagi karyawan yang berprestasi berupa perjalanan studi banding ke Cina, ditanggung biaya untuk naik haji, promosi jabatan, dan bentuk tunjangan-tunjangan. Namun masih ada senioritas dalam menempuh jenjang karir. Kemudian pelayanan terhadap konsumen didasarkan pada 5 nilai utama perusahaan yaitu integritas, professional, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima. 87 2. Budaya Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level artefacts, terdapat perubahan pada logo perusahaan dari segi visual dan makna. Integritas dan inovasi menjadi nilai utama perusahaan yang di komunikasikan melalui logo perusahaan. adapun slogan perusahaan saat ini ―Anda Adalah Prioritas Kami‖ yang merepresentasikan perubahan budaya perusahaan PT. Kereta Api Indonesia(persero) menjadi consumer oriented. Kemudian dari segi cara berpakaian menggunakan seragam sebagai identitas perusahaan yang melambangkan kesetaraan dan kebersamaan dengan meminimalisir simbol yang membedakan hierarkis jabatan. Perbedaan tingkat jabatan hanya disimbolkan dengan warna garis disekitar nama karyawan yang tertera di seragam. Kemudian terkait ritual-ritual yang dilakukan perusahaan, mayoritas ritual bersifat formal, seperti briefing, rapat mingguan, upacara pembinaan yang dilakukan setiap tanggal 17. Sedangkan ritual yang bersifat informal antara lain, senam pagi, kegiatan olahraga futsal antar divisi, dan perayaan hari besar agama. 5.2 SARAN Adapun saran-saran yang penulis berikan terhadap hasil analisis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Budaya organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level values dalam penerapannya sudah cukup baik, dengan penerapan kedisiplinan yang tegas dan konsisten, memberikan kebebasan bagi karyawan untuk berinovasi, namun dalam sistem imbalan, nilai-nilai senioritas dalam menempuh jenjang karir harus diubah dengan kebijakan yang menjunjung tinggi profesionalisme. Dengan mengukur kemampuan karyawan bukan hanya berdasarkan pengalaman atau lamanya kerja, tapi pertimbangkan juga kompetensi dan prestasi karyawan. karena akan berpotensi mengurangi motivasi karyawan dalam berprestasi. 88 2. Budaya organisasi PT. Kereta Api Indonesia (persero) Daerah Operasional II Bandung pada level artefacts sebagai manifestasi dari nilai-nilai perusahaan sudah cukup baik. Dengan merubah logo, slogan, dan seragam perusahaan telah menegaskan semangat perubahan menuju arah yang lebih baik kepada seluruh stakeholders. namun, perusahaan harus lebih memperkaya ritual-ritual baik sifatnya formal maupun informal sebagai sarana dalam menanamkan dan memelihara nilai-nilai perusahaan. sehingga karyawan senantiasa memegang teguh nilai-nilai perusahaan. 89 DAFTAR PUSTAKA Ayatullah, Aswad, Ishak, dan Faiz. 2003. Komunikasi dan Organisasi. Yogyakarta : Unit Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah. Gana, Frans. 2004. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi sebagai Determinan Inovasi Organisasi. Usahawan No. 05, Th. XXXIII, Mei Kasali, Rhenald. 2005. Change! manajemen perubahan dan harapan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005 . Perilaku dan Budaya Organisasi .Bandung : PT. Refika Aditama Miller, Katherine. 2003. Organizational Communication : Approaches and processes. (3rd ed). Belmont, California:Wadsworth/Thomson Learning. Moeljono, Djokosantoso. 2005. Cultured! Budaya organisasi dalam tantangan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Moeljono, Djokosantoso. 2006. Good Corporate Culture sebagai Good Corporate Governance. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Muhammad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Naina, Akhmadsyah dan M Alwi Dahlan. (2008). Manusia Komunikasi, Komunikasi Manusia : 75 tahun M. Alwi Dahlan. Jakarta:Kompas 90 Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Pace, R Wayne dan Don F. Faules. 2001. Komunikasi Organisasi ( terjemahan ). Bandung : Rosdakarya. Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Poerwanto. 2008. Budaya Perusahaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Riani, A.L. 2011. Budaya Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu Robbins, Stephen P .2002. Perilaku Organisasi:Konsep Kontroversi, aplikasi, Ed Indonesia. Jakarta: Prenhallindo Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi edisi 10. Jakarta : PT. Indeks Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi edisi 12. Jakarta : Salemba Empat Schein, H, Edgar. 2001. Organizational Culture and Leadership. San Francisco: Oxford Jossey-Bass Publisher Schein, Edgar H. 2004. Organizational Culture and Leadership, 3rd edition. John Wiley & sons Inc. Siagian, Prof. Dr. Sondang P. M.P.A, 2002, Sistem Informasi Manajemen, Edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta : Bandung 91 Sutrisno Edy, (2010), Budaya Organisasi, Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Tika, Moh. Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara. Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Wibowo. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi : Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta : Salemba Empat Sumber Lain: http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi http://tekno.kompas.com/read/2012/08/03/15451315/Sistem.Tiket.PT.KAI.Jadi.Finalis.Kompetisi .TI.Asia www.kereta-api.co.id 92 Lampiran 1 Hasil Wawancara Nama : Neneng Ratnadewi Jabatan : Manajer Organization Development PT. Kereta Api Indonesia (persero) kantor pusat 1. Dari informasi yang saya dapat, bahwa PT. Kereta Api Indonesia saat ini mengubah budaya perusahaan, apa benar demikian? kapan tepatnya perubahan tersebut ? ya benar, kami saat ini sedang dalam masa transisi ya, dengan mengubah budaya perusahaan dari product oriented menjadi consumer oriented. Perubahan ini dicanangkan tepatnya pada perayaan ulang tahun perusahaan tanggal 28 September 2011. 2. Apa faktor yang mendasari perubahan budaya di PT kereta api indonesia ? Karena saat ini persaingan dari moda transportasi lain yang sangat kompetitif ya, contohnya seperti industry penerbangan yang ongkosnya semakin murah. Oleh karena itu perusahaan merasa perlu untuk mengubah budaya perusahaan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang terus berkembang. Sehingga perusahaan harus menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis saat ini, jadi kita sering merubah/mengembangkan organisasi, dengan menambah, mengurangi maupun menggabungkan. Salah satu kebijakan kita adalah dengan mengubah porsi angkutan kita. Dulu kita membagi porsi angkutan penumpang 60 % dan barang 40% . sedangkan sekarang, seiring dengan perubahan budaya yang terjadi, kami membagi porsi angkutan menjadi 40 % untuk angkutan penumpang dan 60% untuk angkutan barang. Sekarang kita menyediakan angkutan batu bara dan peti kemas di Sumatera. Kemudian kita juga membentuk direktorat komersial untuk mengembangkan sayap bisnis, seperti mengelola asset perusahaan. jadi keuntungan kita selain dari angkutan penumpang dan barang juga dari sewa asset tanah dan bangunan yang dimiliki oleh perusahaan. 93 3. Jadi perubahan tersebut karena faktor bisnis ? bukan sebagai usaha untuk meningkatkan pelayanan ? Oh tidak hanya bisnis, kita juga fokus di perbaikan pelayanan. Kita punya 5 nilai utama. Pertama integritas, dimana karyawan ditekankan untuk bertindak jujur, kalau dulu masih sering terjadi fiktif-fiktif/penggelapan, kalau sekarang mulai diberantas. Salah satu caranya adalah dengan memberikan uang representative/ tunjangan-tunjangan untuk mencegah terjadinya kecurangan-kecurangan tersebut.. kemudian professional, karyawan dituntut untuk bekerja secara professional. Contohnya pegawai saat ini dikenakan biaya kalau naik kereta dan memprioritaskan pelanggan dulu. Kemudian keselamatan ditingkatkan, dengan dibentuknya banyak polsus, kemudian perbaikan sarana dan prasarananya. Kemudian inovasi, dengan pengembangan-pengembangan di segala bidang. Contohnya di bidang SDM, dengan pengembangan teknologi sekarang menggunakan sistem komputerisasi SAP. Kemudian PELAYANAN PRIMA, pelayanan prima ini tidaka hanya berlaku untuk front officer, tetapi seluruh bidang harus melayani dengan baik. Istilahnya kita dapat makan dari pelanggan. 4. siapa yang mencetuskan perubahan budaya tersebut ? Apakah berdasarkan keputusan seluruh direksi perusahaan ? Awalnya sih dari manajemen ya, khususnya bagian SDM yang menyatakan bahwa budaya kita harus berubah. Kemudian kami menggandeng pihak konsultan untuk mengelolanya. Kemudian dilempar kembali kepada seluruh pegawai untuk menentukan perubahan seperti apa yang diinginkan. Caranya dengan mengumpulkan seluruh pegawai untuk menentukan nilai-nilai utama perusahaan, jadi seperti proses polling. Seluruh karyawan ikut mengusulkan dan diputuskan berdasarkan prosentase yang terbanyak dan hasilnya adalah 5 nilai utama, yaitu : Integritas Professional, Keselamatan, Inovasi, dan Pelayanan Prima. Sedangkan untuk perubahan budaya yang sifatnya identitas seperti Logo, sloan dan lagu disayembarakan kepada masyarakat. Tujuannya agar terbuka dan lebih mendekatkan diri kepada masyarakat serta menjaring ide-ide yang lebihi kreatif. 5. sebagai perusahaan BUMN, Apakah ada peran pemerintah dalam perubahan budaya tersebut ? Tidak ada sih, paling hanya bentuk dorongan-dorongan saja bahwa kita harus berubah menjadi perusahaan yang profitable. Meskipun BUMN kita juga harus untung. Ditambah lagi peran Dirut baru yaitu pa Jonan yang memberikan pengaruh yang signifikan dalam perubahan perusahaan kearah yang lebih baik. 94 6. Sejauh mana perubahan tersebut mempengaruhi nilai-nilai perusahaan ? dalam hal apa saja ? Sangat mempengaruhi ya, karena perubahan budaya berarti juga perubahan pada cara berpikir dan berperilaku, jadi perlu suatu set pedoman yang dijadikan pegangan bagi karyawan. nilai perusahaan saat ini dinyatakan dalam 5 nilai utama perusahaan, yaitu integritas, professional, inovasi, keselamatan, dan pelayanan prima. Dari kelima nilai tersebut, nilai integritas yang paling ditekankan kepada karyawan. 7. sebagai perusahaan yang berbasis teknologi, sejauh mana pihak perusahaan mendorong karyawannya untuk berinovasi ? dalam hal apa saja ? dan upaya seperti apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendorong semangat inovasi ? tentu kita sangat mendorong karyawan untuk terus berinovasi dalam berbagai lini, karena itu menjadi salah satu nilai utama perusahaan dan menjadi bagian dari semangat perubahaan. Karena bagaimanapun kita harus terus melakukan terobosan-terobosan yang bermanfaat bagi kelansungan perusahaan dan tentunya konsumen kami. Upaya yang kami lakukan biasanya dengan memberikan reward bagi karyawan yang membuat terobosanterobosan inovatif. 8. artefak merupakan ekspresi dari nilai-nilai prusahaan yang dapat berfungsi sebagai identitas perusahaan sekaligus sebagai alat pemelihara nilai-nilai perusahaan. adakah perubahan ? dalam hal apa saja ? ya, dengan perubahan budaya ini, kita juga merubah logo perusahaan, slogan, dan lagu/mars perusahaan serta yang terbaru kita juga mengubah seragam kita. 9. apa tujuan dari perubahan logo perusahaan ? pada intinya kita ingin adanya suatu perubahan kearah yang lebih baik. Dan perubahan logo ini digunakan sebagai symbol dari perubahan tersebut. 10. Apa yang membedakan logo sebelumnya dengan logo sekarang ? baik dari segi visual maupun maknanya Jauh berbeda yah, dari segi visual kita masih pake symbol garis hanya bentuknya saja yang berbeda. Nanti bisa dilihat. Untuk maknanya nilai-nilai integritas dan inovasi yang disimbolkan dengan gambar panah dan garis biru menjadi pembeda dari logo sebelumnya. 11. Apa tujuan dari perubahan Slogan perusahaan dan apa makna nya ? Saat ini kan perusahaan kita berorientasi pada konsumen (consumer oriented), jadi slogan tersebut digunakan untuk menegaskan hal itu. Bahwa perusahaan memprioritaskan kepuasan konsumen dengan memberikan pelayanan yang prima. 95 12. Apa tujuan dari perubahan pakaian seragam perusahaan? Sama halnya dengan perubahan pada logo dan slogan. Perubahan ini ditujukan untuk memberikan suasana baru dan sebagai bagian dari semangat perubahan. 13. Apa perubahan yang membedakan pakaian sebelumnya dengan yang sekarang? Yang paling jelas terlihat sih dari segi penggunaan warna yah, dulu seragam kita dominasi warna biru, saat ini kita pake warna putih. 14. adakah ketentuan-ketentuan yang mengatur cara berpakaian bagi karyawan ? adakah perbedaan cara berpakaian diantara karyawan? Untuk aturan berpakaian kita memakai seragam dari hari senin sampai kamis dan untuk hari jumat kita biasanya memakai batik. Untuk perbedaanya hanya pada atribut. Setiap tingkat jabatan memiliki perbedaaan warna garis pada pinggiran nama yang tertera di seragam sebagai symbol yang membedakan tingkatan jabatan. Kemudian emblem yang menunjukkan daerah kerja. 15. Untuk lagu perusahaan, dalam moment apa saja lagu tersebut dinyanyikan Momen menyanyikan lagu biasanya pada saat acara pelantikan, upacara pembinaan, dan kegiatan seminar. Dulu sih biasanya lagu diputar ketika jam pulang kerja. Jadi begitu pintu dibuka, lagu diputar secara serentak. Tapi Sekarang itu jam kerja tidak terbatas, rata- rata kita bekerja diatas jam kerja. Jadi momen itu hilang. 16. adakah bentuk promosi atau sosialisasi dari perubahan identitas tersebut ? tidak ada bentuk promosi yang khusus sih, paling sosialisasi aja kepada masyarakat untuk memberitahukan bahwa terjadi perubahan di tubuh perusahaan. logo dipasang di kereta api, stasiun, bahkan di marchendase seperti gelas, payung, tas, topi, asbak dan tempattempat strategis lainnya sebagai sarana untuk mensosialisasikan identitas baru perusahaan kepada masyarakat. 17. Pertanyaan terakhir, beberapa waktu yang lalu PT. Kereta Api Indonesia (persero) mendapat penghargaan sebagai BUMN terbaik, menurut Anda seberapa besar pengaruh Budaya Organisasi ? Sangat besar ya, selain itu peran pemimpin juga sangat penting. saat ini dibawah kepemimpinan pa Jonan perusahaan terus berkembang kearah yang lebih baik. Selain itu latar belakang pa Jonan yang bisa dikatakan sebagai ―orang luar‖ dari industry perkeretaapian menjadi nilai lebih. Karena pemimpin-pemimpin sebelumnya selalu dari kalangan perusahaan. Dengan latar belakang professional di perusahaan swasta 96 Lampiran 2 Hasil Wawancara Nama : Bambang S. Prayitno Jabatan : Manajer Humas PT. Kereta Api Indonesia Daop II Bandung 1. Apa faktor yang mendasari perubahan budaya di PT. Kereta Api Indonesia? kita memenuhi tuntutan zaman dan tuntutan pasar, terlebih lagi perubahan-perubahan ini juga terkait dengan kebijakan direksi dalam hal ini direktur utama yang baru. Secara signifikan memberikan perubahan disini. Kurang lebih 4 tahun kita banyak melakukan perubahan-perubahan terkait dengan perkembangan kebutuhan pasar dan lainnya. 2. Jadi perubahan tersebut dikarenakan faktor bisnis ? bukan peningkatan pelayanan ? Karena ini kan perusahaan jasa, bagaimanapun kita juga dituntut harus, walaupun BUMN tapi kita juga dipastikan harus untung. Terus kita sudah mandiri, harus dikelola dengan professional, akhirnya kita harus mengikuti selera pasar dan mengikuti permintaan. Itu kuncinya. 3. Menurut anda, seberapa penting perubahan ini bagi perusahaan ? Perubahan sangat penting, karena kereta api itu merupakan angkutan yang multisegment, karena menjangkau segmentasi bawah, menengah, atas. Perusahaan saat ini tengah berada pada masa transformasi budaya, dan Alhamdulillah 4 tahun ini kita sudah keliatan perubahan yang signifikan. Kita lari kencang . kita lakukan perubahan ini bersama, artinya kita tidak bisa merubah ini sendiri, apabila karyawannya sendiri tidak mau merubah. 4. Dengan perubahan ini tentu akan mengubah nilai-nilai perusahaan, apa saja nilainilai perusahaan yang berlaku saat ini ? Kita memiliki 5 nilai utama, yaitu integritas, professional, keselamatan, inovasi, dan pelayanan prima. Dari kelima nilai tersebut, integritas menjadi paling utama. Artinya kita memang dituntut untuk menjadi seorang karyawan yang baik. Selain itu perubahan 97 budaya juga telah mengubah visi dan misi perusahaan dan 4 pilar utama perusahaan yaitu keselamatan, tepat waktu, pelayanan, dan kenyamanan 5. Kedisiplinan merupakan kontrol terhadap karyawan agar selalu selaras dengan aturan-aturan dan nilai-nilai yang berlaku di perusahaan, sejauh mana perusahaan menerapkan kedisiplinan terhadap karyawan ? upaya-upaya apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kedisiplinan pegawai ? Kitasudah punya aturan-aturan yang jelas mengatur bagaimana karyawan bertindak dan berperilaku dalam kaitannya dengan masalah disiplin pekerjaan maupun kode etik dalam berperilaku, ini kan tinggal masalah bagaimana penerapannya saja dimana kita harus tegas dan konsisten. Hal ini yang selalu ditingkatkan. Disamping kita juga menerapkan punishment bagi karyawan yang melanggar aturan-aturan yang berlaku. Mulai dari teguran verbal sampai pemberhentian karyawan. ini juga berlaku bagi karyawan yang melanggar nilai-nilai perusahaan. Kedisiplinan juga kami terapkan kepada masyarakat, khususnya pengguna jasa kereta api dengan merubah perilaku masyarakat agar mau mengikuti aturan-aturan di pt.kereta api. Sebagai perusahaan jasa, perusahaan juga harus menyesuaikan budaya mereka dengan pihak eksternal, yaitu konsumen yang beragam. Yang paling sulit kita melihat hal ini terkait dengan latar belakang budaya setiap daerah yang berbeda-beda. Tapi untuk kebaikan saya rasa semuanya bisa dilakukan. 6. Apa saja bentuk sanksi dan reward bagi karyawan ? Reward biasanya berupa promosi kerja dan yang terkini, pegawai yang berprestasi bisa melakukan perjalanan studi banding ke luar negeri ( China). China dipilih karena saat ini kemajuan dinegara tersebut sangat pesat, khususnya dunia perkereta apiaanya. Untuk punishment mulai dari teguran verbal, tertulis sampai penurunan pangkat. Tergantung dari jenis pelanggaran. 7. Inovasi menjadi salah satu nilai utama perusahaan saat ini, nah Seberapa besar dorongan dari perusahaan kepada karyawan untuk terus berinovasi ? dalam hal apa saja fokus inovasi yang dilakukan perusahaan? Yah, inovasi itu sangat penting ya, karena saat ini inovasi merupakan kunci daya saing. Jadi kita tentu mendorong karyawan untuk terus berinovasi. Kita sering mengadakan semacam pelombaan inovasi di lingkup perusahaan dan memberikan penghargaan untuk inovasi terbaik. Itu salah satu bentuk dukungan terhadap pengembangan inovasi. Pada dasarnya kita itu perusahaan jasa, jadi inovasi-inovasi yang kita kembangkan berkaitan dengan bagaimana kita memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. contohnya 98 sistem pembelian tiket, kita punya rail card, online, itu kan bentuk inovasi yang memberikan kemudahan kepada konsumen. 8. Nilai-nilai apa saja yang ditanamkan perusahaan kepada karyawan dalam melayani konsumen ? Pada intinya, output dari perubahan ini adalah pelayanan jasa. Dimana Semua karyawan dalam melayani konsumen harus berpegang pada prinsip nilai-nilai utama perusahaan yaitu integritas, professional, inovasi, keselamatan, dan pelayanan prima. contohnya untuk petugas front liner kita punya prinsip 7S ya, senyum, sapa, salam, sopan, santun, semangat, setiap hari. 9. Apa yang menjadi filosofi perusahaan ? Pada prinsipnya kita perusahaan angkutan. Perusahaan angkutan kan pada dasarnya adalah mengankut manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain 10. Adakah Ritual –ritual yang dilakukan perusahaan ? Salah satunya perayaan ulang tahun perusahaan, kegiatan tersbut dapat dikatakan sebagai kegiatan-kegiatan untuk memelihara nilai-nilai perjuangan didalam perusahaan itu sendiri. Kenapa kita melakukan itu, karena bagaimanapun kita tidak harus selalu melihat kedepan, kita juga bisa melihat kebelakang, ternyata kita sudah jauh berkembang kedepan, makanya kita merayakan ulang tahun, dan doa bersama. Kemudian kita juga sering melakukan kegiatan-kegiatan perayaan agama. 11. Adakah kegiatan-kegiatan perusahaan diluar jam kerja ? Memang sementara ini tidak ada kegiatan seperti itu, tetapi kita sedang proses untuk menuju kesana, karena sebetulnya sangat perlu kegiatan bersama diluar jam kerjaseperti itu. Karena kebersamaan itu sangat penting. Tapi untuk kami divisi humas, kita terkadang mengadakan kegiatan bersama seperti makan siang bersama. 12. Baru-baru ini PT. Kereta Api Indonesia baru dapat penghargaan, menurut anda sejauh mana peran budaya perusahaan ? Sebetulnya penghargaan tersebut bukan tujuan perusahaan, pada dasarnya itu merupakan hasil penilaian dari orang lain, konsumen khususnya bahwa memang ada perubahanperubahan yang signifikan kearah yang lebih baik. Proses ini memang sangat sulit, sampai saat ini kita masih menuju kearah kesempurnaan. Menambah kapasitas tempat duduk, memberlakukan larangan merokok, sistem boarding merupakan salah satu proses yang cukup mendasar untuk melakukan perubahan. 99 Lampiran 3 Hasil Wawancara Nama : Rusen Ahmad Jabatan : Staf Humas PT. KAI Daop II Bandung 1. Bentuk sanksi seperti apa yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang melanggar aturan ? Sanksi verbal, tertulis, sampai dengan pemberhentian. Tergantung jenis pelanggarannya 2. apakah penerapan sanksi yang diberikan oleh perusahaan sudah cukup tegas dan konsisten ?apa indikatornya ? mulai tegas sih, artinya ada peningkatan dibanding sebelumnya. Ya sekarang udah ga ada kompromi lagi ya. Lupa absen saja, kita dianggap ga datang dan langsung dikasih teguran tertulis. 3. dengan perubahan budaya perusahaan yang terjadi, adakah perbedaan dalam penerapan kedisiplinan ? Terasa, karena saat ini kita benar-benar menerapkan reward dan punishmen secara tegas dan konsisten, salah satunya saat ini kedatangan dan kepulangan karyawan sangat diawasi betul dengan absensi dan karyawan yang telat langsung diberi teguran tertulis. 4. Menurut Anda, secara umum apakah peraturan yang berlaku dalam perusahaan ini sudah terlaksana dengan baik ? sudah 5. Sebagai salah satu nilai utama perusahaan, Apakah perusahaan terbuka terhadap ide-ide/gagasan baru yang disampaikan oleh karyawan ? Sangat terbuka, biasanya kita ada semacam kontes ide untuk menjaring ide dari karyawan. 6. Adakah bentuk penghargaan terhadap karyawan yang memberikan ide/gagasan inovatif ? Biasanya diberikan penghargaan khusus. 100 7. Menurut anda, apakah perusahaan selama ini sudah memperlakukan karyawan sebagai asset penting perusahaan ? apa indikatornya ? Sudah. Pemberian penghargaan.. itu kan salah satu bentuk apresiasi dari perusahaan kepada karyawan ya. 8. Bentuk penghargaan seperti apa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang memiliki prestasi kerja ? Yang terbaru sih diberikan kesempatan untuk studi banding ke cina atau diberikan biaya naik haji 9. Apa sih kriteria dari pemberian penghargaan bagi karyawan berprestasi itu? Ya.. berprestasi dalam artian berdasarkan tugasnya, misalnya kondektur yang secara konsisten mampu menurunkan penumpang tidak bertiket, pedagang asongan, pasti diberikan penghargaan. Prosesi penyerahan penghargaan biasanya dilakukan pada saat upacara pembinaan tiap tanggal 17, atau pada saat upacara pelantikan 10. Adakah nilai-nilai senioritas di perusahaan ini ? contohnya ? Masih. Yang paling terasa sih dalam hal kesempatan promosi jabatan masih berdasarkan lama bekerja bukan prestasi. 11. Nilai-nilai apa yang ditanamkan perusahaan kepada karyawan dalam melayani konsumen ? 5 nilai utama : integritas, professional, keselamatan, inovasi, pelayanan prima. 12. Berbicara mengenai logo perusahaan apa makna yang terkandung dalam logo perusahaan ? Inovasi dan pelayanan 13. Apa fungsi logo menurut Anda ? sebagai identitas kami 14. Adakah ritual-ritual khusus di perusahaan ? bisa disebutkan contohnya ? ada, briefing, rapat mingguan, upacara pembinaan karyawan setiap tanggal 17, upacara pelantikan jabatan, senam pagi setiap hari jumat, perayaan hari ulang tahun perusahaan, perayaan hari besar agama 15. Menurut anda apa makna dari kegiatan tersebut ? Kebersamaan, kedisiplinan, koordinasi 16. Adakah bentuk kegiatan bersama diluar jam kerja ? Ada sih kadang-kadang kegiatan outbond, tapi itu masih berkaitan dengan program peningkatan disiplin dan tidak secara rutin diadakan. Sedangkan untuk kegiatan rutin sih paling kegiatan olahraga seperti futsal antar divisi. Tapi kadang-kadang ada juga sih kegiatan kaya makan bareng keluarga satu divisi humas gitu, tapi ga rutin, Cuma inisiatif aja. Dan itu biasanya datang dari inisiatif pa manajer. 101 17. Menurut anda, apa manfaat dari kegiatan tersebut ? Kedisiplinan dan kebersamaan antar karyawan 18. Apa slogan PT. Kereta Api Indonesia saat ini ? Anda adalah prioritas kami 19. Menurut anda, apa makna dari slogan tersebut ? Customer oriented / menempatkan pelanggan sebagai prioritas perusahaan 20. Menurut anda apa fungsi dari slogan tersebut ? Merepresentasikan filosofi perusahaan 21. Untuk cara berpakaian, apa ketentuan perusahaan ? kita pake seragam yang disediakan perusahaan dari hari senin sampai kamis, dan untuk hari jumat pake batik. Tapi itu tidak diwajibkan. 22. Adakah perbedaan jenis pakaian dalam masing-masing jabatan? Paling perbedaan pada atribut aja yang membedakan tingkat jabatan 23. Menurut anda apa makna dari penggunaan pakaian seragam ? Kesetaraan, disamping sebagai identitas perusahaan tentunya. 102 Lampiran 4 Hasil Wawancara Nama : Arie Septian Nugraha Jabatan : Staf divisi Humas 1. filosofi apa yang ditanamkan perusahaan kepada karyawan? Lakukan pekerjaan sesuai dengan aturan 2. Bentuk sanksi seperti apa yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang melanggar aturan ? Sanksi yang diberikan bertahap, dari sanksi ringan, sedang, hingga berat sesuai dengan bentuk kesalahan 3. apakah penerapan sanksi yang diberikan oleh perusahaan sudah cukup tegas dan konsisten ? sudah dijalankan sanksi tegas dari perusahaan bagi karyawan yang melanggar disiplin 4. dengan perubahan budaya perusahaan yang terjadi, adakah perbedaan dalam penerapan kedisiplinan ? ada peningkatan. 5. Menurut Anda, secara umum apakah peraturan yang berlaku dalam perusahaan ini sudah terlaksana dengan baik ? Peraturan perusahaan sudah mulai membaik dan dilaksanakan atas profesi masingmasing. 6. Sebagai salah satu nilai utama perusahaan, Apakah perusahaan terbuka terhadap ide-ide/gagasan baru yang disampaikan oleh karyawan ? Perusahaan terbuka dalam menanggapi ide-ide karyawan demi kemajuan perusahaan. 7. Lalu apa langkah selanjutnya dari perusahaan dalam mengimplementasikan ide-ide yang diberikan karyawan ? Biasanya diseleksi untuk menentukan skala prioritas dari ide-ide yang bisa di implementasikan. 103 8. Adakah bentuk penghargaan terhadap karyawan yang memberikan ide/gagasan inovatif ? Ada, tapi tidak semua ide yang diberikan oleh karyawan mendapat penghargaan. Ada kriteria-kriteria khusus 9. Menurut anda, apakah perusahaan selama ini sudah memperlakukan karyawan sebagai asset penting perusahaan ? apa indikatornya ? Sudah mulai menuju kearah sana. 10. Bentuk penghargaan seperti apa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang memiliki prestasi kerja ? Promosi kerja jabatan 11. Adakah nilai-nilai senioritas di perusahaan ini ? contohnya ? Masih terdapat nilai-nilai senioritas dalam menempuh jenjang karir 12. Nilai-nilai apa yang ditanamkan perusahaan kepada karyawan dalam melayani konsumen ? Kepedulian terhadap pengguna jasa Kereta Api yang resmi 13. Berbicara mengenai logo perusahaan apa makna yang terkandung dalam logo perusahaan ? Melambangkan gerakan yang dinamis 14. Apa fungsi logo menurut Anda ? Sebagai identitas perusahaan yang membedakan dengan perusahaan lain 15. Adakah ritual-ritual khusus di perusahaan ? bisa disebutkan contohnya ? ada, briefing, rapat mingguan, upacara pelantikan jabatan, upacara pemberian penghargaan karyawan terbaik, olahraga senam, perayaan hari ulang tahun perusahaan, perayaan hari besar agama 16. Menurut anda apa makna dari kegiatan tersebut ? Kebersamaan diantara karyawan 17. Adakah bentuk kegiatan bersama diluar jam kerja ? Ada sih, tapi masih berdasarkan inisiatif masing-masing karyawan atau divisi masingmasing. bukan acara yang digelar oleh pihak perusahaan. contohnya kalau di divisi humas ini kita biasa mengadakan ritual penyambutan kalau ada karyawan baru humas, kita ngadain makan bersama dan karyawan baru itu yang traktir. Itu aja sih dan kadangkadang kita makan siang bersama satu divisi. 18. Menurut anda, apa manfaat dari kegiatan tersebut ? Menjalin keakraban antar sesama karyawan 104 19. Apa slogan PT. Kereta Api Indonesia saat ini ? Anda adalah prioritas kami 20. Menurut anda, apa makna dari slogan tersebut ? Memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan haknya kepada pemakai jasa kereta api yang resmi 21. Menurut anda apa fungsi dari slogan tersebut ? Sebagai pemacu semangat kerja kami untuk memberikan pelayanan yang terbaik. 22. Untuk cara berpakaian, apa ketentuan perusahaan ? Seragam dinas dan pakaian batik (bebas) 23. Adakah perbedaan jenis pakaian dalam masing-masing jabatan? Perbedaannya terletak pada atribut jabatan 24. Menurut anda apa makna dari penggunaan pakaian seragam ? Keseragaman dan kebersamaan 105 Lampiran 5 Hasil Wawancara Nama : Erta Wardana Jabatan : asisten manajer Humas Daop II Bandung 1. filosofi apa yang ditanamkan perusahaan kepada karyawan? Lakukan pekerjaan sesuai dengan aturan yang berlaku 2. Bentuk sanksi seperti apa yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang melanggar aturan ? Sanksi diberikan secara berjenjang, mulai sanksi ringan, sedang sampai berat. 3. apakah penerapan sanksi yang diberikan oleh perusahaan sudah cukup tegas dan konsisten ? tegas dan konsisten untuk menentukan reward dan punishment 4. dengan perubahan budaya perusahaan yang terjadi, adakah perbedaan dalam penerapan kedisiplinan ? kedisiplinan merupakan nilai yang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Jadi ada atau tidak ada perubahan, kedisiplinan selalu dijunjung tinggi. 5. Menurut Anda, secara umum apakah peraturan yang berlaku dalam perusahaan ini sudah terlaksana dengan baik ? Sudah, karena semuanya sudah diatur dalam peraturan tertulis perusahaan dan ada punishment bagi yang melanggar 6. Sebagai salah satu nilai utama perusahaan, Apakah perusahaan terbuka terhadap ide-ide/gagasan baru yang disampaikan oleh karyawan ? Terbuka dan terseleksi. 7. Adakah bentuk penghargaan terhadap karyawan yang memberikan ide/gagasan inovatif ? Promosi jabatan sampai dengan penghargaan bagi karyawan teladan 8. Menurut anda, apakah perusahaan selama ini sudah memperlakukan karyawan sebagai asset penting perusahaan ? apa indikatornya ? 106 Sudah, karena terjamin dalam surat kesepakatan bersama antara manajemen dengan pekerja. 9. Bentuk penghargaan seperti apa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang memiliki prestasi kerja ? Promosi dan perjalanan dinas untuk belajar di dalam dan luar negeri 10. Adakah nilai-nilai senioritas di perusahaan ini ? contohnya ? Ya, dalam promosi jabatan 11. Nilai-nilai apa yang ditanamkan perusahaan kepada karyawan dalam melayani konsumen ? Mempertahankan mutu pelayanan dan mengurangi keluhan pelanggan 12. Berbicara mengenai logo perusahaan apa makna yang terkandung dalam logo perusahaan ? Integritas, dinamis, dan fleksibel 13. Apa fungsi logo menurut Anda ? Merepresentasikan nila utama perusahaan dan sebagai identitas 14. Adakah ritual-ritual khusus di perusahaan ? bisa disebutkan contohnya ? Briefing, rapat mingguan, olahraga, pelantikan jabatan, even/perayaan nasional dan keagamaan. 15. Menurut anda apa makna dari kegiatan tersebut ? Integritas, kedisiplinan 16. Adakah bentuk kegiatan bersama diluar jam kerja ? Tidak ada. kebanyakan kegiatan-kegiatan bersama masih berkaitan dengan pekerjaan. 17. Apa slogan PT. Kereta Api Indonesia saat ini ? Anda adalah prioritas kami 18. Menurut anda, apa makna dari slogan tersebut ? Memprioritaskan kepuasan konsumen 19. Menurut anda apa fungsi dari slogan tersebut ? Motivasi bagi kami untuk selalu memprioritaskan kepuasan konsumen kami 20. Untuk cara berpakaian, apa ketentuan perusahaan ? Seragam dan hari jumat pakai batik berdasarkan inisiatif dari masing-masing karyawan 21. Adakah perbedaan jenis pakaian dalam masing-masing jabatan? Perbedaannya terletak pada name tag yang bergaris dengan warna yang berbeda sesuai dengan tingkat jabatan 107 Lampiran 6 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Alifikri Ahmad TTL : Bandung, 08 May 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Jl. Sumbersari No. 55 Bandung RIWAYAT PENDIDIKAN 1. S1 Bidang Kajian Ilmu Manajemen Komunikasi FIKOM UNISBA 2008-2013 2. SMU Negeri 25 Bandung 2007-2008 3. SMU Negeri 1 Sukabumi 2005-2007 4. SLTP Negeri 5 Sukabumi 2002-2005 5. SD Negeri Baros IV Sukabumi 1996-2002 108