MODUL KOMPETENSI ANESTHESIA CRISIS MANAGEMENT IGN Mahaalit Aribawa Tjokorda Gde Agung Senapathi I Made Gede Widnyana FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI UNIVERSITAS UDAYANA 2016 ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI BAB 1 CARDIAC ARREST Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan penatalaksanaan terhadap pasien yang mengalami Cardiac Arrest yang meliputi cara melakukan pijat jantung, ventilasi dan monitoring output jantung, serta memeriksa kemungkinan terjadinya kejadian cardiac arrest berulang. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Menguasai penanganan shockable cardiac arrest 2. Mengetahui beberapa penyebab cardiac arrrest berulang (reversible cardiac arrest) seperti 6H (Hipoksia, hipovolemia, hipotermia, hypoglycemia, asidosis ( H+) dan hipo/hiperkalemia) dan 4T (Tension pneumothorax, Tamponade jantung, Tromboemboli, Toxins) Kognitif 1. Mampu menjelaskan penyebab reversible cardiac arrest 2. Mampu menjelaskan algoritma penanganan cardiac arrest Shockable berserta tindakan defibrilasi 3. Mampu menjelaskan efek kerja, mekanisme, dan patofisiologi defibrilasi 4. Mampu menjelaskan kapan waktu, mekanisme dan dosis shock pada defibrilasi 5. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat dalam resusitasi 6. Mampu menjelaskan perubahan irama jantung yang terekam dengan AED/EKG 7. Mampu menjelaskan evaluasi berupa pengecekan nadi pada akhir siklus 8. Mampu menjelaskan cara mencegah dan menangani komplikasinya akibat kompresi luar jantung Psikomotor 1. Mampu menjaga sterilitas dan memakai APD yang tepat untuk mencegah penularan 2. Mampu memakai obat resusitasi dengan cara pemberian yang benar. 3. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat resusitasi yang akan dipakai dengan dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan. 4. Mampu melakukan pijat jantung/kompresi dada secara tepat dengan kompresi minimal sebanyak 100 kali/menit dengan minimal interupsi. 5. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat pijat jantung yang tidak adekuat ataupun yang terlampau kuat (fraktur costae, dkk) ataupun ventilasi yang kurang maksimal Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kemungkinan dan prognosa yang terjadi 2. Mampu menjelaskan kepada sejawat tentang alur dan siapa yang menguasai jalan nafas, melakukan kompresi, melakukan defibrilasi, menjadi notulen dan siapa yang menjadi leader. 3. Mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait proses resusitasi, terutama apabila penolong lelah serta evaluasi jumlah obat yang telah masuk. 4. Mampu membagi tugas sesuai kompetensinya Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu menjamin ketersediaan dan sterilitas serta alat pelindung diri yang akan dipakai dengan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan. BAB 2 UNSHOCKABLE CARDIAC ARREST Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan penatalaksanaan terhadap pasien yang mengalami Cardiac Arrest yang Unshockable meliputi cara melakukan pijat jantung, ventilasi dan monitoring output jantung, serta memeriksa kemungkinan terjadinya kejadian cardiac arrest berulang (Reversible). Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk 1. Menguasai penanganan cardiac arrest Unshockable 2. Mengetahui beberapa penyebab cardiac arrrest berulang (reversible cardiac arrest) seperti 6H(Hipoksia, hipovolemia, hipotermia, hypoglycemia, asidosis ( H+) dan hipo/hiperkalemia) dan 4T (Tension pneumothorax, Tamponade jantung, Tromboemboli, Toxins) Kognitif 1. Mampu menjelaskan penyebab reversible cardiac arrest 2. Mampu menjelaskan algoritma penangaanan unshockable cardiac arrest 3. Mampu menjelaskan perubahan irama jantung pada EKG 4. Mampu menjelaskan bagaimana melakukan kompresi jantung luar yang benar 5. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat dalam resusitasi 6. Mampu menjelaskan evaluasi berupa pengecekan nadi pada akhir siklus dan pertimbangan pemasangan pacemaker pada asistole dengan gelombang P 7. Mampu mengenali tanda-tanda ROSC dan melakukan protocol penanganan pasca ROSC Psikomotor 1. Mampu menjaga sterilitas dan memakai APD yang tepat untuk mencegah penularan 2. Mampu memakai obat resusitasi dengan cara pemberian yang benar. 3. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat resusitasi yang akan dipakai dengan dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan. 4. Mampu melakukan pijat jantung/kompresi dada secara tepat dengan kompresi minimal sebanyak 100-120kali/menit dengan minimal interupsi. 5. Mampu mengenali tanda-tanda klinis bila terjadi ROSC dan penanganan pasca ROSC 6. Mampu mengenali perubahan irama jika berubah menjadi Shockable Cardiac arrest maka segera melakukan algoritma Shockable Cardiac Arrest dan mempersiapkan defibrilasi. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kemungkinan dan prognosa yang terjadi 2. Mampu menjelaskan kepada sejawat tentang alur dan siapa yang menghandle airway, melakukan kompresi, melakukan defibrilasi, menjadi notulen dan siapa yang menjadi leader. 3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait perpindahan siapa yang bergantian menolong apabila penolong lelah serta evaluasi jumlah obat yang telah masuk. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu menjamin ketersediaan dan sterilitas serta alat pelindung diri yang akan dipakai dengan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan. BAB 3 BANTUAN HIDUP LANJUT PADA PEDIATRI Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan bantuan hidup lanjutan pada pasien pediatri yang membutuhkan pertolongan bantuan hidup lanjutan, pemberian tindakan awal berupa resusitasi jantung paru, yang meliputi tatakelola jalan napas, ventilasi, dan sirkulasi, serta dengan pemberian obat-obatan emergensi. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Melakukan tindakan bantuan hidup lanjut (BHL) atau Advanced Pediatric Life Support (APLS) untuk pasien pediatri yang memiliki indikasi untuk mendapat pertolongan. Kognitif 1. Memiliki kemampuan menjelaskan tentang mekanisme henti jantung pada pasien anak dengan patofisiologi yang mendasarinya. 2. Mampu menjelaskan etiologi henti jantung yang membuat seorang pasien pediatri harus mendapatkan pertolongan berupa tindakan bantuan hidup lanjutan. 3. Mampu menjelaskan bahwa sebelum dilakukan bantuan hidup lanjutan, seorang dokter spesialis anestesi harus mampu melakukan tindakan bantuan hidup dasar dengan baik dan benar meliputi pengenalan pasien pediatri tidak sadar, tatacara pemanggilan bantuan (call for help), tatakelola jalan napas, ventilasi jalan napas, dan kompresi jantung dengan benar menurut American Heart Association (AHA) 2015. 4. Memiliki kemampuan menjelaskan langkah bantuan hidup lanjutan setelah tim medis reaksi cepat datang dengan alat yang lebih lengkap, meliputi tindakan intubasi, ventilasi positif, perekaman dan membaca gelombang ekg, mampu membedakan dan menjelaskan gelombang ekg emergensi yang berupa irama shockable (ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi) maupun nonshockable (irama asistol dan PEA), serta mampu menjelaskan tatakelola terapi defibrilasi bila pasien merupakan indikasi. 5. Mampu menjelaskan obat-obatan emergensi sesuai indikasi yang harus diberikan pada pasien bila terjadi perubahan irama / aritmia mengancam jiwa. 6. Mampu menjelaskan langkah-langkah resusitasi jantung paru pada bantuan hidup lanjutan pada pasien pediatri. 7. Mampu menjelaskan penyebab henti jantung berulang yang meliputi 6 H dan 4 T. 8. Mampu menjelaskan indikasi dan tatacara penggunaan DC shock untuk terapi defibrilasi. 9. Mampu menjelaskan tindakan yang harus dilakukan setelah penderita mengalami keadaan ROSC (Return of Spontan Circulation). Psikomotor 1. Mampu melakukan cek nadi pada pasien pediatri dengan kegawatdaruratan berupa henti napas dan henti sirkulasi, dengan batasan: memeriksa pada lokasi pembuluh arteri besar di arteri carotid dan arteri brachialis, dalam waktu kurang dari 10 detik. 2. Mampu memeriksa kesadaran pasien pediatri dengan menggunakan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive) dengan memanggil dan menepuk sisi badan pasien. 3. Mampu membuat keputusan sebelum 10 detik akan status pasien, apakah jatuh dalam keadaan tidak sadar, yang berarti harus segera mengaktifkan sistem code blue dan melakukan bantuan hidup dasar, atau tidak perlu aktivasi code blue dengan pertimbangan keadaan pasien yang mendasarinya. 4. Mampu melakukan pemanggilan bantuan / call for help yang merupakan aktivasi sistem code blue. 5. Mampu melakukan tindakan pengamanan jalan napas berupa head tilt, chin lift dan jaw thrust bila dicurigai ada trauma servikal. 6. Mampu melakukan tindakan kompresi jantung, dimana pada bayi / neonatus, yang berusia kurang dari 12 bulan, kompresi dilakukan dengan dua tangan maupun satu tangan; kedua tangan memegang dinding dada dan pada bagian depan kedua ibu jari saling bertemu di bagian tengah sternum untuk melakukan kompresi. Pada balita dapat dilakukan dengan meletakkan dasar telapak tangan bagian proksimal pada bagian tengah dada, 2 jari di atas processus xyphoideus, atau 1 jari di bawah linea yang menghubungkan kedua papilla mammae pasien pediatri. Pada anak yang lebih besar dilakukan dengan cara seperti pada pasien dewasa. 7. Kompresi dan ventilasi dilakukan dengan perbandingan 30:2, dengan terapi oksigen 100% menggunakan alat yang ada meliputi sungkup / ventilasi dengan balon mengembang sendiri, ataupun dengan tindakan pengamanan jalan napas secara definitif, yaitu intubasi. 8. Mampu melakukan cek nadi dan irama setiap dua menit atau lima siklus resusitasi jantung paru. 9. Mampu mempersiapkan dan melakukan tindakan intubasi pada pasien pediatri yang dilakukan tindakan resusitasi jantung paru pada bantuan hidup lanjut. 10. Mampu mempersiapkan dan melakukan pemberian obat-obatan emergensi sesuai indikasi, dengan cara melakukan monitoring irama ekg yang ada pada monitor, terutama adrenalin dengan dosis 10 mikrogram/kgBB secara intravena maapun intraosseus bila tidak tersedia jalur intravena. Pemberian adrenalin dapat diulang setiap 3-5 menit selama belum ada respon dan irama ekg masih merupakan irama shockable dengan klinis tidak ada nadi. 11. Mampu mempersiapkan dan menggunakan DC shock pada irama jantung shockable, mensett besar kekuatan sebesar 4 Joule/kgBB dengan menggunakan pedal yang sesuai dengan pasien pediatri. Hubungan Komunikasi 1. Mampu melakukan komunikasi dengan petugas media penolong dengan cara meminta bantuan secara tegas dan jelas untuk aktivasi code blue. 2. Mampu mengkoordinasikan tim medis yang ada saat melakukan tindakan resusitasi. 3. Mampu bertindak sebagai leader dalam tim medis agar resusitasi bantuan hidup lanjut pada pasien pediatri dapat berlangsung secara efektif. 4. Mampu membuat keputusan dan mendelegasikan penugasan pada petugas medis lain untuk menjamin kerjasama dan irama kerja tim medis reaksi cepat. 5. Mampu memberikan penjelasan secara singkat dan jelas pada orang tua / keluarga pasien atau orang yang bertanggung jawab / wali pasien tentang kondisi pasien dan tindakan resusitasi yang dilakukan untuk mendapatkan informed consent dengan tidak mengabaikan tindakan emergensi yang harus segera dilakukan pada pasien. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku di lingkungan rumah sakit. 2. Mampu bekerja dengan mengutamakan aspek tanggung jawab, empati, dan kolaborasi dengan tim bantuan medis baik medis maupun paramedis. 3. Mampu melakukan tindakan menghormati hak dan kewajiban pasien serta menjunjung tinggi pentingnya informed consent dalam setiap tindakan medis yang dilakukan pada pasien. BAB 4 KEGAWAT DARURATAN ISKEMIA-INFARK MIOKARD INTRA OPERATIF. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan tindakan dalam menangani kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif secara baik dan benar. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk mengenali dan melakukan penanganan secara spesifik terhadap kejadian iskemia miokard intraoperatif Kognitif: 1. Mampu mengenali faktor resiko terjadinya iskemia-infrak miokard intraoperative 2. Mampu mengenali tanda tanda iskemia-infark miokard intraoperatif 3. Mampu menjelaskan mekanisme terjadinya iskemia miokard dan akibatnya 4. Menguasai farmakologi obat obat darurat dan life saving. 5. Mampu menjelaskan mekanisme kerja dan sifat obat obat darurat dan life saving. 6. Mampu menjelaskan mekanisme kerja jantung. 7. Mampu memberikan penanganan yang tepat pada kejadian infark miokard intraoperative. Psikomotor 1. Mampu menjelaskan perubahan fisiologi dan akibat yang terjadi pada iskemia miokard Dapat mengenali terjadinya iskemia miokard intraoperatif 2. Dapat melakukan tindakan life saving dalam menangani kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif. 3. Mampu menyiapkan obat obat yang diperlukan secara cepat dan tepat 4. Mampu meminimalkan faktor resiko yang memperberat iskemia miokard intraoperative 5. Mampu melakukan tindakan yang harus dilakukan dalam menangani kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu bekerjasama dan komunikasi yang baik dengan sejawat terkait dalam menangani kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif. 2. Mampu bekerjasama dan komunikasi yang baik dalam kelompok / tim terkait dalam menangani kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif. 3. Mampu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kegawat daruratan iskemia miokard intra operatif dan resiko yang terjadi. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara baik dan benar. 2. Mampu bekerja secara individu atau dalam kelompok secara baik dan benar. 3. Mampu berkomunikasi dengan baik antar rekan sejawat dan keluarga pasien. BAB 5 PERDARAHAN MASIF INTRAOPERATIF Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menangani perdarahan masif yang terjadi intraoperatif Tujuan pembelajaran khusus Kognitif Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu untuk memanggil bantuan dan menginformasikan masalah yang ada 2. Memahami langkah langkah basic life support dan advance life support 3. Memahami kerjasama tim dan pendelegasian tugas untuk menangani krisis 4. Memahami teknik dan cara mengetahui volume sirkulasi dan memahami teknik untuk mempertahankan volume sirkulasi. 5. Memahami terapi cairan pada perdarahan masif 6. Mengetahui indikasi dan pilihan transfusi komponen darah 7. Memahami protokol transfuse masif 8. Mengetahui monitoring klinis dan pemeriksaan penunjang untuk memantau perbaikan pasien 9. Mampu berkomunikasi dengan petugas kamar operasi, paramedis, petugas laboratorium, bank darah dan ICU untuk penanganan pasien kritis. 10. Mengetahui resiko dan komplikasi lanjutan akibat perdarahan massif dan akibat terapinya. Psikomotor 1. Mampu memanggil bantuan, berkomunikasi dengan efektif dan mendelegasikan tugas 2. Mampu menguasai basic life support dan advance life support 3. Mampu melakukan pemasangan IVFD bore besar, CVC, arteri line 4. Mampu melakukan terapi cairan dan komponen darah. 5. Mampu mengkondisikan suasana kamar operasi agar dihangatkan, komunikasi dengan operator, melakukan pemeriksaan penunjang 6. Mampu berkoordinasi dengan petugas kamar operasi, laboratorium dan ICU untuk penanganan pasien kritis akibat perdaraham massif intraoperative 7. Mampu melakukan terapi komponen darah dan protokol transfusi masif untuk menghindari terjadinya medical bleeding Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu berkomunikasi meminta bantuan dan dengan petugas paramedis dan operator untuk kegawatan akibat perdarahan masif intraoperatif 2. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan kepada sejawat operator untuk menghentikan sumber perdarahan. 3. Mampu berkomunikasi dengan efektif dengan petugas kamar operasi, laboratorium, bank darah dan ICU untuk kegawatan pasien dengan perdarahan masif intraoperatif Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien, cepat dan tepat. 2. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing. 3. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang kondisi pasien sesuai hak pasien BAB 6 PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan kemampuan menangani kasus kegawatan berupa syok anafilatik. Tujuan Pembelajaran Khusus Kognitif Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Memahami etiologi syok anafilaktik. 2. Mengidentifikasi bahan-bahan alergen (baik obat maupun alat) yang sering menyebabkan reaksi anafilaktik terutama di ruang operasi. 3. Memahami patofisiologi reaksi anafilaktik. 4. Memahami gejala dan tanda yang muncul pada reaksi anafilaktik. 5. Memahami algoritma penanganan reaksi anafilaktik. 6. Memahami farmakologi obat-obatan yang digunakan dalam penanganan reaksi anafilaktik. Psikomotor Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Melakukan penanganan syok anafilaktik secara sistematis 2. Melakukan pengamanan jalan nafas pada pasien dengan reaksi anafilaktik. 3. Memasang akses intravena perifer dan sentral. 4. Mampu melakukan post-resuscitation care pada pasien reaksi anafilaktik. Komunikasi dan Hubungan Interpersonal Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mempu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang kondisi pasien serta kemungkinan dilakukannya pemeriksaan tambahan atau prosedur invasif bila diperlukan. 2. Mampu memberikan penjelasan dan melaporkan kondisi pasien kepada sejawat atau senior serta memberikan usulan pemeriksaan tambahan, terapi, dan upaya optimalisasi kondisi pasien. 3. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang rasa tidak nyaman yang dapat timbul. Profesionalisme Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien. 2. Memiliki kemampuan mengkoordinasi dan memimpin sebuah tim yang terdiri dan dokter dan paramedis dalam menangani pasien syok anafilaktik. 3. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain dan paramedis atas dasar menghargai kompetensi masing-masing. 4. Mampu memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi medis dan hak-hak pasien. BAB 7 PENANGANAN REAKSI TRANFUSI HAEMOLITIK Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan penanganan Haemolytic transfusion reaction secara baik dan benar Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mampu mengidentifikasi Tanda-tanda dari Reaksi transfusi hemolitik 2. Mampu mengidentifikasi Tanda-tanda klinis dari Reaksi transfusi hemolitik pada pasien yang teranestesi 3. Mengetahui diagnosis banding dari Reaksi transfusi hemolitik 4. Mampu menjelaskan urutan penatalaksanaan dan penanganan Reaksi transfusi hemolitik 5. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat pemberian transfusi. 6. Mampu menjelaskan faktor-faktor patofisiologi yang terjadi akibat pemberian transfusi 7. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat untuk menangani reaksi transfusi hemolitik Psikomotor 1. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya reaksi reaksi transfusi hemolitik 2. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya reaksi reaksi transfusi hemolitik pada pasien yang teranestesi 3. Mampu melakukan penatalaksanaan dan penanganan reaksi transfusi hemolitik 4. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi pada reaksi transfusi hemolitik Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang efek yang ditimbulkan akibat dari adanya reaksi Haemolytic transfusion 2. Mampu delegasikan tugas pada masing-masing personel bila terjadi reaksi Haemolytic transfusion. 3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait bila timbul efek samping dan gejala reaksi Haemolytic transfusion serta bekerja sama mengatasi komplikasinya. 4. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien pada penanganan reaksi Haemolytic transfusion 2. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing. 3. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang kondisi pasien sesuai hak pasien BAB 8 EMBOLI UDARA Tujuan Pembelajaran Umum Setelah melalui sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu mengelola pasien dengan kegawatan emboli udara. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah melalui sesi ini peserta didik akan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk 1. Mengetahui gejala atau tanda-tanda pasien yang mengalami emboli udara, serta mampu mengelola pasien dengan baik dan benar. Kognitif 1. Mampu mengetahui pasien-pasien yang memiliki resiko terjadinya emboli udara serta mengetahui cara-cara mencegah terjadinya emboli udara. 2. Mampu mengetahui gejala dan tanda pasien dengan emboli udara 3. Mampu mengetahui tahapan-tahapan dalam menangani pasien dengan emboli udara. 4. Mampu mengetahui dan mengerjakan tindakan-tindakan penanganan pasien dengan kegawatan emboli udara. Psikomotor 1. Mampu mempersiapkan alat-alat dan teknik-teknik pencegahan terjadinya emboli udara. 2. Mampu identifikasi dan deteksi dini tanda tanda emboli udara 3. Mampu mengerjakan tahapan-tahapan penanganan emboli udara. 4. Mampu mengerjakan tindakan-tindakan dalam usaha menangani emboli udara. Komunikasi/hubungan interpersonal 1. Mampu berkomunikasi dengan pasien dan keluarga dalam menjelaskan kemungkinan kejadian emboli udara dan penanganannya 2. Mampu berkomunikasi dengan operator dalam upaya mencegah dan menangani kejadian emboli udara. 3. Mampu berkomunikasi dengan tim medis dalam menangani kegawatan emboli udara. Profesionalism 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien 2. Mampu menjadi leader dalam merencanakan, menangani dan berkomunikasi dengan pasien, tim medis dan operator bedah pada kasus emboli udara. BAB 9 KESULITAN VENTILASI SUNGKUP MUKA Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan kemampuan menangani kasus kesulitan ventilasi sungkup muka. Tujuan Pembelajaran Khusus Kognitif Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Memahami kriteria kesulitan ventilasi sungkup muka. 2. Memahami algoritma penanganan kesulitan ventilasi sungkup muka. 3. Memahami optimalisasi ventilasi. 4. Memahami tanda – tanda laryngeal spasm atau elevated airway pressure 5. Memahami penggunaan LMA. Psikomotor Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu menyatakan kondisi kesulitan ventilasi 2. Mampu mengikuti algoritma kesulitan ventilasi 3. Mampu melakukan sistem pemanggilan bantuan, mengkomunikasikan permasalahan dan mendelegasikan masalah. 4. Mampu melakukan optimalisasi ventilasi, pemasangan LMA, intubasi pipa trakeal. 5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi algoritma kesulitan ventilasi sungkup muka Komunikasi dan Hubungan Interpersonal Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mempu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang kondisi pasien serta kemungkinan dilakukannya pemeriksaan tambahan atau prosedur invasif bila diperlukan. 2. Mampu memberikan penjelasan dan melaporkan kondisi pasien kepada sejawat atau senior serta memberikan usulan pemeriksaan tambahan, terapi, dan upaya optimalisasi kondisi pasien. 3. Mampu memberikan kepercayaan pada pasien tentang rasa tidak nyaman yang dapat timbul. Profesionalisme Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien. 2. Memiliki kemampuan mengkoordinasi dan memimpin sebuah tim yang terdiri dan dokter dan paramedis dalam menangani kesulitan ventilasi sungkup muka. 3. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain dan paramedis atas dasar menghargai kompetensi masing-masing. 4. Mampu memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang kondisi medis dan hak-hak pasien. BAB 10 KESULITAN INTUBASI YANG TIDAK TERDUGA (Unexpected Difficult Intubation) Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan anestesia emergensi berupa bantuan hidup lanjutan pada pasien pediatri yang pengenalan pasien pediatri yang membutuhkan pertolongan bantuan hidup lanjutan, pemberian tindakan awal berupa resusitasi jantung paru, yang meliputi tatakelola jalan napas, ventilasi, dan sirkulasi, serta dengan pemberian obat-obatan emergensi. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Melakukan tindakan pada pasien dengan kesulitan intubasi yang tidak terduga dengan menerapkan protokol Can Not Intubated Can Not Oxygenated (CICO) Kognitif 1. Mampu melakukan penilaian jalan nafas. 2. Mampu menjelaskan tatakelola persiapan pasien sebelum dilakukan tindakan intubasi, yang meliputi observasi klinis pasien dan kemungkinan penyulit yang ada. 3. Mampu menjelaskan penyebab dari kesulitan intubasi yang tidak terduga serta prosedur yang dapat dilakukan secara sistematis untuk mengatasi kondisi kesulitan intubasi yang tidak terduga. 4. Memahami algoritma can not intubated can not oxygenated (cico) 5. Mampu menjelaskan alat dan teknik yang digunakan untuk mengatasi keadaan kesulitan intubasi yang tidak terduga. Psikomotor 1. Mampu melakukan tindakan preoksigenasi sebelum tindakan induksi 2. Mampu melakukan persiapan tindakan intubasi dan antisipasi bila didapat keadaan kesulitan intubasi yang tidak terduga, 3. Mampu mengenali dan melakukan tindakan bila terdapat penyulit berupa tidak bisa melakukan bag dan mask, yang dilakukan dengan cara: membangunkan pasien jika memungkinkan, maupun menggunakan LMA sebagai alat penyelamat intubasi. 4. Mampu mengenali dan melakukan tindakan bila terdapat penyulit berupa tidak dapat diintubasi, dengan cara membangunkan pasien jika memungkinkan, melakukan bag mask ventilasi, maupun menggunakan LMA sebagai alat penyelamat. 5. Jika langkah-langkah di atas tidak berhasil dilakukan, maka dapat dilakukan respon emergensi CICO (can not intubated can not oxygenated). 6. Mampu mengkoordinasikan dengan penolong lain untuk selalu mencatat waktu dan kadar saturasi perifer / SpO2. 7. Mampu melakukan insersi LMA setelah diberikan obat pelumpuh otot dengan pengawasan jalan napas dan saturasi. 8. Sebagai tindakan terakhir life saving, harus mampu melakukan cricotiroidotomi Hubungan Komunikasi 1. Mampu melakukan komunikasi dan koordinasi dengan petugas tim medis lain untuk mempersiapkan alat dan obat yang berguna saat tindakan. 2. Melakukan koordinasi dengan petugas pencatat waktu dan saturasi perifer agar didapatkan pengawasan tindakan dalam upaya pertolongan jalan napas pada pasien dengan kesulitan intubasyang tidak terduga. 3. Mampu menjelaskan pada keluarga / wali / pihak yang bertanggung jawab terhadap pasien tentang keadaan yang terjadi dan tindakan yang akan diberikan pada pasien untuk mendapatkan informed consent dengan tidak mengabaikan aspek emergensinya. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku di lingkungan rumah sakit. 2. Mampu bekerja dengan mengutamakan aspek tanggung jawab, empati, dan kolaborasi dengan tim bantuan medis baik medis maupun paramedis. 3. Mampu melakukan tindakan menghormati hak dan kewajiban pasien serta menjunjung tinggi pentingnya informed consent dalam setiap tindakan medis yang dilakukan pada pasien. BAB 11 CAN’T INTUBATE CAN’T OXYGENATE (CICO) Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan kemampuan menangani kasus can’t intubate can’t ventilate (tidak dapat diintubasi, tidak dapat diventilasi). Tujuan Pembelajaran Khusus Kognitif Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu identifikasi dan menyatakan situasi sebagai CICV 2. Memahami kriteria dan guideline penanganan can’t intubate can’t ventilate. 3. Memahami langkah-langkah dalam melakukan cannula cricothyroidotomy dan evaluasi keberhasilan. 4. Memahami langkah-langkah dalam melakukan surgical cricothyroidotomy. Psikomotor Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu melakukan cannula cricothyroidotomy dan evaluasi keberhasilan. 2. Mampu melakukan surgical cricothyroidotomy. Komunikasi dan Hubungan Interpersonal Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mempu menjelaskan kepada keluarga pasien tentang kondisi pasien serta tindakan yang harus dilakukan segera. 2. Mampu memberikan penjelasan dan melaporkan kondisi pasien dan tindakan yang harus dilakukan segera kepada sejawat. 3. Mampu memberikan kepercayaan pada sejawat dan keluarga pasien tentang tindakan yang dilakukan. Profesionalisme Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mampu bekerja sesuai prosedur. 2. Memiliki kemampuan mengkoordinasi dan memimpin sebuah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis dalam menangani kasus can’t intubate can’t ventilate. 3. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain dan paramedis atas dasar menghargai kompetensi masing-masing. 4. Mampu memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi medis dan hakhak pasien. BAB 12 LARINGOSPASME Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu menangani kejadian laringospasme pada pasien dewasa dan pediatri secara baik dan benar. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mampu menjelaskan triple airway maneuver, CPAP (Continous Airway Positive Pressure), pemasangan airway device (contoh OPA (Guedel)) dan pemasangan pipa Orotracheal sesuai prosedur. 2. Mampu menjelaskan farmakologi dari obat-obatan yang dipakai. Psikomotor 1. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat anestesi yang akan digunakan sesuai indikasi dan kebutuhan. 2. Mampu meenyiapkan peralatan yang berhubungan dengan pemeliharaan airway seusai dengan prosedur. 3. Mampu melakukan triple airway maneuver, CPAP (Continous Airway Positive Pressure), pemasangan airway device (contoh OPA (Guedel)) dan pemasangan pipa Orotracheal sesuai prosedur. 4. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat pemberian obat-obatan anestesi. Komunikasi interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien resiko kejadian laringospasme sehubungan dengan prosedur tindakan anestesi serta prosedur yang dilakukan bila terjadi. 2. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkatit bila mengalami kejadian laringospasme dan cara mengatasi kejadian tersebut. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standa prosedur secara efisien. 2. Mampu menjaga ketersediaan dan sterilitas perlengkapan penunjang, seperti peralatan airway, obat-obatan sesuai indikasi dan kebutuhan. BAB 13 Peningkatan Tekanan Jalan Nafas Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan kemapuan tentang pengelolaan kasus kasus mengenai pengelolaaan maasalah jalan nafas pada pasien yang telah dilakukan anestesi umum yang berkaitan dengan peningkatan tekanan jalan nafas. Selain itu peserta didik juga diharapkan peserta didik dan juga diharapkan untuk dapat mengatasi dan dapat melakukan tindakan dari permasalahan jalan nafas pada pasien. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mampu mengetahui alat advance jalan nafas. 2. Mampu menjelaskan mekanisme kerja dan sifat obat anestesi umum. 3. Mampu menjelaskan faktor-faktor patofisiologi yang mempengaruhi kerja obat anestesi umum. 4. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat anestesi umum. 5. Mampu menjelaskan mekanisme terjadinya permasalahan jalan nafas atas pada pasien yang terintubasi. Psikomotor 1. Mampu menyelesaikan permasalahan untuk permasalahan jalan nafas pasien yang sudah dilakukan anestesi umum. 2. Mampu memakai obat anestesi umum dengan cara pemberian yang benar. 3. Mampu mengevaluasi alat alat jalan nafas dengan baik, sirkuit, dan mesin jalan nafas. 4. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya hambatan sensorik dan motorik saat obat anestesi lokal mulai bekerja atau akan habis. 5. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan tanda tanda monitoring dengan cepat untuk permasalahan peningkatan tekanan jalan nafas atas pada pasien yang telah dilakukan anestesi umum 6. Mampu mencegah dari komplikasi yang terjadi akibat peningkatan tekanan jalan nafas atas. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator mengenai kondisi yang terjadi serta menyampaikan rencana tindakan yang akan dilakukan. 2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator mengenai keputusan untuk melanjutkan tindakan atau menunda tindakan operasi. 3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan tenaga medis untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan jalan nafas pada pasien yang telah dilakukan anestesi umum . Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu bekerja dengan holistic dan mampu mengetahui penyebab masalah dan nyelesaikan permasalahan dengan baik. BAB 14 BRONKOSPASME BERAT Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan mengenai pengertian, tanda – tanda severe bronchospasme, tahapan penenganan dan obat-obatan dan dosis obat yang di berikan. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mengetahui penanganan severe bronchospasme Kognitif 1. Mampu menjelaskan tentang tanda – tanda broncospasme berat. 2. Mampu menjelaskan mengenai tahap – tahap penanganan severe brnkospasme. 3. Mampu menjelaskan penanganan severe bronkospasme. 4. Mampu menjelaskan tentang cara pemberian cairan yang tepat. 5. Mampu menjelaskan tentang obat-obatan yang di berikan. 6. Mampu menjelaskan farmakologi obat yang di berikan. 7. Mampu menjelaskan tentang penanganan bronchospasme pada saat durante anestesi. 8. Mampu menjelaskan pemberian cairan untuk penanganan severe bronchospasme. Psikomotor 1. Mampu memilih dan memminta bantuan saat terjadi bronchospasme. 2. Mampu melaksanakan tahapan dalam penenganan severe bronchospasme. 3. Mampu menjelaskan mengenai penempatan tube dan posisi. 4. Mampu mengenali tanda-tanda bronchospasme. 5. Mampu melaksanakan pemberian cairan yang di berikaan saat terjadi bronchospasme. 6. Mampu menjelaskan obat – obatan yang di gunakan saat terjadi bronchospasme 7. Mampu menjelaskan pertimbangan terapi menggunakan hidrocortison dan aminophilin 8 Mampu menjelaskan dosis obat yang di gunakan. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan tentang permasalahan yang terjadi pada bronchospasme 2. Mampu menjelaskan tentang tahap- tahapan mengenai penanganan severe bronchospasme. 3. Mampu mengkomunikasikan mengenai tanda – tanda bronchospasme 4. Mampu menjelaskan tentang obat dan dosis obat yang di berikan 5. Mampu menjelaskan tentang cara pemberian cairan. 6. Mampu menjelaskan tentang pemberian cairan yang tepat pada penanganan severe bronchospasme 7. Mampu menjelaskan mengenai penanganan bronchospasme saat durante operasi 8. Mampu menjelaskan mengenai pemeriksaan laboratorium yang di perlukan dalam menagani severe bronchospasme Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu menjamin dalam penanganan manajemen penanganan severe bronchospasme. 3. Mampu melakukan tindakan penanganan apabila terjadi bronchospasme 4. Mampu menjelaskan cara dan tahap peneganan bronchospasme. 5. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedic dan tenaga medis lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing. 6. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga nya tentang kondisi pasien sesuai hak pasien. BAB 15 ASPIRASI TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini diharapkan para peserta didik memiliki pengetahuan dan pengetahuan tentang pengelolaan kasus aspirasi saat pelaksanaan tindakan anestesi. Selain itu peserta didik juga diharapkan untuk mengetahui dan mampu mengelola komplikasi yang dapat terjadi pada kasus aspirasi serta perawatan paska manajemen kasus aspirasi. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS: Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mampu menjelaskan mengenai kondisi serta patofisiologi dari kejadian aspirasi 2. Memahami resiko dan akibat aspirasi 3. Memahami mengenai tata laksana pada pasien aspirasi 4. Memahami manajemen terapi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien aspirasi Psikomotor 1. Mampu melakukan tindakan resusitasi pada pasien aspirasi 2. Mampu memimpin dan membagi peran dalam melakukan upaya resusitasi pada pasien aspirasi 3. Mampu melakukan upaya mengamankan jalan nafas sebagai bagian dari upaya resusitasi 4. Mampu melakukan perawatan secara menyeluruh pada pasien paska aspirasi Komunikasi / hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan pada teman sejawat operator mengenai kondisi yang terjadi serta menyampaikan rencana tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya resusitasi 2. Mampu memutuskan dan menjelaskan pada teman sejawat rencana melanjutkan tindakan operasi atau menunda tindakan operasi. 3. Mampu menjelaskan pada teman sejawat operator mengenai rencana perawatan dan tindakan yang akan dilakukan paska kejadian aspirasi 4. Mampu menjelaskan pada pasien dan atau keluarga mengenai kondisi yang terjadi, upaya yang sudah dilakukan, serta rencana tindakan serta intervensi paska kejadian aspirasi. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur yang telah ada dengan efisien 2. Mampu bekerja dengan holistik tanpa melewati batasan kompetensi bagian anestesi BAB 16 TOTAL SPINAL ANESTESI TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini diharapkan para peserta didik memiliki pengetahuan dan pengetahuan tentang pengelolaan kasus total spinal anestesi saat pelaksanaan tindakan anestesi. Selain itu peserta didik juga diharapkan untuk mengetahui dan mampu mengelola komplikasi yang dapat terjadi pada kasus total spinal anestesi serta perawatan paska manajemen kasus total spinal anestesi. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS: Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mampu menjelaskan mengenai kondisi serta patofisiologi dari kejadian total spinal anestesi 2. Memahami mengenai tata laksana pada pasien total spinal anestesi 3. Memahami manajemen terapi jangka pendek dan jangka panjang pada pasien total spinal anestesi 4. Mampu membuat diferensial diagnosa pada kasus total spinal anestesi, sehingga dapat mempertimbangkan strategi tata laksana yang lebih komprehensif. 5. Mampu memutuskan dengan tepat, kapan tindakan CPR harus dimulai 6. Mengetahui strategi resusitasi intra uterine 7. Mengetahui farmakologi obat – obat darurat secara menyeluruh. Psikomotor 1. Mampu melakukan tindakan resusitasi sesuai protokol CAB serta intervensi lanjutan secara simultan 2. Mampu memimpin dan membagi peran dalam melakukan upaya resusitasi pada pasien total spinal anestesi 3. Mampu melakukan pencatatan waktu dan kronologis kejadian dengan baik 4. Mampu memberikan obat-obat darurat dengan baik dan tepat 5. Mampu melakukan manajemen jalan nafas dengan baik Komunikasi / hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan pada teman sejawat operator mengenai kondisi yang terjadi serta menyampaikan rencana tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya resusitasi 2. Mampu untuk meminta pertolongan saat terjadi kejadian total spinal anestesi 3. Mampu menjelaskan pada penolong lain dengan singkat dan jelas mengenai kondisi yang terjadi serta rencana tindakan yang akan dilakukan 4. Mampu mendelegasikan tugas dengan baik pada penolong lain 5. Mampu menjelaskan pada pasien dan atau keluarga mengenai kondisi yang terjadi, upaya yang sudah dilakukan, serta rencana tindakan serta intervensi paska kejadian total spinal anestesi. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur yang telah ada dengan efisien 2. Mampu bekerja dengan holistik tanpa melewati batasan kompetensi bagian anestesi BAB 17 PERDARAHAN PASCA PERSALINAN TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti sesi ini diharapkan para peserta didik memiliki pengetahuan dan pengetahuan tentang pengelolaan kasus perdarahan pasca persalinan. Selain itu peserta didik juga diharapkan untuk mengetahui dan mampu mengelola komplikasi yang dapat terjadi pada kasus perdarahan pasca persalinan. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS: Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mampu menjelaskan mengenai kondisi serta patofisiologi dari kejadian perdarahan pasca persalinan 2. Mampu menjelaskan mengenai langkah-langkah penanganan perdarahan pasca persalinan Psikomotor 1. Mampu melaklukan intervensi medis dalam penanganan peradarahan pasca persalinan 2. Mampu melakukan terapi cairan dan transfuse darah dalam rangka penanganan perdarahan pasca persalinan Komunikasi / hubungan interpersonal 1. Mampu melakukan komunikasi efektif dengan semua tim saat terjadi kegawatan dalam penanganan perdarahan pasac persalinan 2. Mampu memutuskan dan menjelaskan pada teman sejawat rencana tindakan surgical dalam penanganan perdarahan pasca persalinan 3. Mampu menjelaskan pada teman sejawat operator mengenai kemungkinan rencana perawatan medis dan intensif pasien dengan perdarahan pasca persalinan 4. Mampu menjelaskan pada pasien dan atau keluarga mengenai kondisi yang terjadi, upaya yang sudah dilakukan, serta rencana tindakan serta intervensi paska kejadian perdarahan pasca persalinan. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sama dengan tim secara efektif dan efisien 2. Mampu menjamin keamanan diri dan lingkungan sekitar saat prosedur penanganan pasien dengan perdarahan pasca persalinan BAB 18 KOLAPS MATERNAL Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengenali secara menyeluruh keadaan kolaps pada maternal, mampu mendefinisikan tentang kolaps maternal, mampu mengetahui penyebab penyebab terjadinya kolas maternal, melakukan penanganan secara komprehensif pada kondisi kolaps maternal, mengetahui farmakologi dan farmakodinamik obat obat yang digunakan untuk penanganan kolaps maternal. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mampu menjelaskan secara rinci definisi kolaps maternal 2. Mampu menjelaskan dan mengenali tanda tanda dan gejala klinis kolaps maternal 3. Mampu menjelaskan dan mengetahui kemungkinan penyebab penyebab terjadinya kondisi kolaps maternal Psikomotor 1. Mampu melakukan penanganan secara komprehensif kondisi kolaps maternal, dimulai dari mendelegasikan, memanggil bantuan segera, melakukan protocol tindakan penanganan syok, protocol tindakan penanganan henti jantung 2. Mampu mengerjakan tindakan kegawatdaruratan jalan napas, melakukan tindakan laringoskopi intubasi 3. Mampu berkoordinasi dengan pihak lain dengan menelpon ekstension sesuai kebutuhan yang diperlukan Komunikasi / Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien dan tindakan kegawatdaruratan yang dikerjakan 2. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait pada penanganan kondisi kolaps maternal Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu bekerjasama dengan sejawat operator dan tenaga medis terkait dengan tindakan penanganan kondisi kolaps maternal BAB 19 RESUSITASI NEONATUS DAN BAYI BARU LAHIR Tujuan pembelajaran umum Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik mampu mengetahui serta menjelaskan penanganan resusitasi pada neonates dan bayi baru lahir, peserta didik juga diharapkan mampu menentukan tanda-tanda bayi dalam keadaan hipoksia menentukan afgar score bayi. Mampu memeberikan pertolongan pertama pada obstruksi jalan npas bayi, keadaan hipotermia serta resusitasi kondisi neonates. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki kemampuan untuk: I. Memahami anatomi bayi baru lahir II. Menguasai Fisiologi bayi baru lahir III. Memahami Patofisiologi bayi baru lahir Kognitif 1. Mampu menjelaskan kondisi klinis bayi baru lahir dan keadaan hipoksia serta hipotermia. 2. Mampu menjelaskan dan menangani kondisi bayi baru lahir berupa penanganan hipotermia dan pembersihan jalan napas. 3. Mampu menjelaskan tanda-tanda afiksa, keadaan henti napas dan henti jantung pada bayi baru lahir, neonatus. 4. Mampu menjelaskan tentang resusitasi neonates dan newborn life support. Psikomotor 1. Mampu menjelaskan klinis bayi baru lahir dan menentukan kondisi pasien. 2. Mampu mengenali adanya tanda-tanda hipotermia dan obstruksi jalan napas, melakukan penanganan jalan napas dengan suction dan pemberian oksigenasi 3. Mampu mengenali terjadinya henti jantung ataupun bradikardia pada bayi dengan pencegahan hipotermia, pemberian suplemen oksigen dan obat-obatan emergency.. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang konndisi bayi baru lahir, tanda-tanda obstruksi napas, tanda-tanda hipoksi, hipotermia dan henti jantung.. 2. Mampu berkomunikasi yang baik dengan sejawat di bidang lain dalam penanganan bayi hipotermia, obstruksi jalan napas, afiksia dan henti jantung, sehingga tindakan yang dilakukan dapat diberikan secara simultan. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu menjamin adanya kecukupan informasi dan edukasi tentang resusitasi neonates dan support life pada newborn baby. IV. Melakukan assesment bayi baru lahir dalam keadaan hipotermia dan afiksia, Memahami Protokol resusitasi bayi baru lahir Kognitif 1. Mampu menjelaskan cara assesment dan reassesment pada bayi dan neonates, kondisi hipotermia denganmembersihkan kondisi bayi dan memberikan selimut untuk menghindari hipotermia, 2. Mampu menjelaskan tindakan yang dilakukan saat resusitasi neonates dan bantuan byi baru lahir 3. Mampu melakukan assessment awal pada bayi afiksia, melakukan tindakan pembersihan jalan napas, dan pemberian supplement oksigen yang dapat berupa bagging ataupun tindakan invasive intubasi . Psikomotor 1. Mampu melakukan assesment dan reassesment pada bayi baru lahir pada kondisi pasien dengan afgar score, hipotermia dan hipoksia serta henti jantung. 2. Mampu melakukan penilaian elemen inti dari initial assesment. 3. Mampu mengenali dan melakukan assesment resusitasi pada neonates dan bayi baru lahir dengan menghindari hipotermia, suction dan pemberian supplement oksigen serta pemberian obat-obat emergency. 4. Mampu melalukan pembersihan jalan napas, dengan suction, pemberian suplemen oksigenasi dengan sungkup dan pemasangan LMA dan intubasi. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi bayi baru lahir adanya kondisi hipotermi, hipoksia. 2. Mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang kondisi bayi yang mengalami hipoksia hipotermia dan memberikan tindakan resusitasi pada bayi yang afiksia, memberikan bantuan napas dan tindakan intubasi . 3. Mampu berkomunikasi yang baik dan efektif dengan sejawat lain yang merawat bersama keluarga pasien ( neonates dan bayi baru lahir ) assessment awal bayi yang baru lahir kondisi klinis bayi dengan hipotermia, hipoksia serta henti jantung, mampu mengkoordinasi tindakan resusitasi di bidang jalan napas dan bantuan pijat jantung serta penggunaan obat emergency. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai prosedur dengan efisien. 4. Mampu melakukan assesment dan reassesment kondisi bayi baru lahir adanya kondisi hipotermi, hipoksia. 2. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedik dan tenaga medis lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing serta membagi peran dalam tindakan resusitasi. 3. Mampu memahami, memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarganya tentang kondisi pasien serta tindakan yang dilakukan resusitasi neonates dan bayi baru lahir. BAB 20 TOKSISITAS SISTEMIK ANESTESI LOKAL Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan penanganan toksisitas anestesi lokal meliputi pengamanan jalan nafas, pengamanan akses intravena, penanganan kejang dan protocol aritmia serta pemberian intralipid yang secara baik dan benar untuk stabilisasi hemodinamik. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Menguasai penanganan toksisitas obat anestesi lokal Kognitif 1. Mampu menjelaskan mekanisme kerja dan sifat obat anestesi lokal. 2. Mampu menjelaskan jenis-jenis serabut syaraf yang dihambat serta jenis hambatan motorik dan sensorik yang dihasilkan dan cara pengecekkannya. 3. Mampu menjelaskan faktor-faktor patofisiologi yang mempengaruhi toksisitas anestesi lokal. 4. Mampu menjelaskan dosis, dosis maksimum, mula kerja, masa kerja, cara pemberian masing-masing obat anestesi lokal. 5. Mampu menjelaskan patofisiologi toksisitas yang dapat ditimbulkan obat anestesi lokal beserta tanda-tanda klinisnya 6. Mampu penjelaskan prosedur penanganan toksisitas sistemik anestesi lokal. Psikomotor 1. Mampu memilih dan mempersiapkan jenis obat anastesi lokal yang akan dipakai dengan dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan. 2. Mampu menjaga sterilitas dan melakukan penyimpanan obat regimen intralipid dengan baik dan benar. 3. Mampu mengenali tanda-tanda klinis dan melakukan pemeriksaan adanya gejala toksisitas anestesi lokal 4. Mampu mengenali tanda-tanda klinis bila terjadi efek samping dan toksisitas akibat pemberian obat anestesi lokal. 5. Mampu memakai regimen obat intralipid dengan cara pemberian yang benar 6. Mampu mencegah dan mengatasi komplikasi yang terjadi akibat toksisitas obat anestesi local meliputi kejadian henti nafas dan henti jantung, kejang, aritmia, dan mempertimbangkan tindakan untuk mempertahankan kestabilan hemodinamik. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien tentang efek yang ditimbulkan regimen obat untuk mengatasi toksisitas anestesi lokal dan resiko yang dapat timbul dari pemberiannya. 2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator tentang manfaat serta efek samping dan komplikasi yang dapat timbul dari setiap penanganan toksisitas obat anestesi local diantaranya penanganan henti nafas dan jantung, penanganan kejang dan pemberian intralipid 3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis yang terkait bila timbul dari setiap tindakan penanganan terhadap toksisitas obat anestesi lokal. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu menjamin ketersediaan dan sterilitas jenis obat untuk memangani toksisitas obat anastesi lokal yang akan dipakai dengan dosis, konsentrasi dan pengenceran, penambahan adjuvan yang sesuai dengan indikasi dan kebutuhan. BAB 21 HIPERKALEMIA Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan mengenai hiperkalemia, penyebab hiperkalemia, gejala klinis hiperkalemia, pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa hiperkalemia dan penanganan hiperkalemia. Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: Kognitif 1. Mengevaluasi pasien dengan hiperkalemia dan mengetahui penyebab-penyebab hiperkalemia. 2. Mengetahui gejala klinis hiperkalemia. 3. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa hiperkalemia. 4.Mengetahui penanganan hiperkalemia. Psikomotor 1. Mampu menegakkan diagnosa hiperkalemia. 2. Mampu melakukan penanganan hiperkalemia. Komunikasi/Hubungan Interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai hiperkalemia dan penanganannya. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. BAB 22 HIPERTERMIA MALIGNA Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda kemungkinan terjadinya hipertermia maligna, dan mampu menangani hipertermia maligna sesuai langkahlangkah yang tersedia. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: I. Memiliki pengetahuan tentang hipertermia maligna. Kognitif 1. Mampu menjelaskan tanda klinis hipertermia maligna. 2. Mampu menjelaskan patofisiologi hipertermia maligna. 3. Mampu menjelaskan penanganan terhadap hipertermia maligna. 4. Mempu menjelaskan farmakologi obat yang digunakan untuk hipertermia maligna. Psikomotor 1. Mampu mendeteksi tanda-tanda hipertermia maligna. 2. Mampu melakukan tindakan penanganan hipertermia maligna sesuai langkah-langkah yang ada. 3. Mampu memutuskan tindakan yang harus segera diambil Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien tentang hipertermia maligna dan bahaya yang ditimbulkan. 2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator tentang tanda-tanda dan bahaya hipertermia maligna. 3. Mampu berkomunikasi dengan sejawat operator dan tenaga medis lainnya yang terkait bahwa apabila timbul bahaya hipertermia maligna, agar dapat bekerja sama mengatasinya. II. Melakukan penanganan hipertermia maligna. Kognitif 1. Mampu menjelaskan tentang penanganan hipertermia maligna. 2. Mampu menjelaskan persiapan yang dibutuhkan. 3. Mampu menjelaskan langkah-langkah penanganan hipertermia maligna. Psikomotor 1. Mampu melakukan evaluasi terhadap tanda-tanda kemungkinan terjadinya hipertermia maligna. 2. Mampu melakukan tindakan penanganan hipertermia maligna sesuai langkah-langkah yang ada. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang penanganan hipertermia maligna. 2. Mampu menjelaskan kepada sejawat operator tentang penanganan hipertermia maligna. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. BAB 23 Cek list Terminal event “10 T” Tujuan pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan dan mampu melakukan diagnosis adanya 10 kriteria terminal Tujuan Khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan memahami : 1. Permasalahan pada T1 yakni Tube adalah penanganan jalan nafas, adanya obstruksi, diskoneksi, penyempitan dan gangguan (disrupsi) 2. Permasalahan pada T2 yakni adanya perdarahan massif 3. Permasalahan pada T3 yakni henti jantung oleh karena adanya reaksi anafilaksis 4. Permasalahan pada T4 yakni penyakit jantung utama 5. Permasalahan pada T5 yakni adanya trauma atau pembedahan 6. Permasalahan pada T6 yakni tension pneumothoraks 7. Permasalahan pada T7 yakni adanya thrombus di jantung, emboli paru, cairan amnion, emboli udara atau lemak 8. Permasalahan pada T8 yakni adanya toxic dari obat-obatan, elektrolit, dan perburukan metabolik 9. Permasalahan pada T9 yakni adanya gangguan spinal total 10. Permasalahan pada T10 yakni adanya SOL yang meningkatkan tekanan intracranial. BAB 24 CEK LIST MESIN ANESTESI Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memiliki pengetahuan mengenai pengecekan mesin anestesi Tujuan pembelajaran khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk: 1. Mengetahui pengecekan mesin anestesi beserta kemungkinan yang bisa terjadi Kognitif 1. Mampu menjelaskan tentang cara cara pengecekan mesin anestesi. 2. Mampu menjelaskan mengenai langkah-langkah pengecekan mesin anestesi. 3. Mampu menjelaskan tentang masalah masalah yang mungkin timbul pada mesin anestesi. 4. Mampu menjelaskan penanganan masalah yang mungkin timbul pada mesin anestesi. Psikomotor 1. Mampu melakukan pengecekan mesin anestesi dengan benar. 2. Mampu melaksanakan langkah-langkah pengecekan mesin anestesi. 3. Mampu mengenali masalah yang muncul pada mesin anestesi. 4. Mampu menangani masalah yang muncul pada mesin anestesi. Komunikasi/Hubungan interpersonal 1. Mampu menjelaskan tentang tata cara pengecekan mesin anestesi 2. Mampu menjelaskan tentang langkah-langkah pengecekan mesin anestesi. 3. Mampu mengkomunikasikan mengenai langkah pengecekan mesin anestesi 4. Mampu menjelaskan tentang masalah yang mungkin timbul pada mesin anestesi. 5. Mampu menjelaskan tentang penanganan masalah yang mungkin timbul pada mesin anestesi. Profesionalisme 1. Mampu bekerja sesuai standar prosedur secara efisien. 2. Mampu menjamin dalam pengecekan mesin anestesi. 3. Mampu melakukan tindakan penanganan apabila terjadi permasalahan pada mesin anestesi 4. Mampu menjelaskan cara dan tahap penanganan masalah yang muncul pada mesin anestesi. 5. Mampu berinteraksi dengan sejawat lain maupun tenaga paramedic dan tenaga medis lain atas dasar menghargai kompetensi masing-masing.