Saksi ahli, fakta - Jaminan Sosial Indonesia

advertisement
WWW.JAMSOSINDONESIA.COM
Oka Mahendra/Saksi Ahli (Ahli Hukum Jaminan Sosial dari Konsultan Martabat)
-27 April 2011-, Membuktikan: “Presiden tidak melaksanakan UU SJSN adalah
melanggar hak konstitusional warga Negara, melanggar sumpah jabatan, yaitu
menjalankan UU dengan selurus-lurusnya. Presiden juga telah melanggar
kewajibannya yang diatur oleh Konstitusi Negara, yaitu membentuk UndangUndang dengan persetujuan DPR dan menetapkan peraturan pemerintah untuk
menjalankan UU sebagaimana mestinya, karenanya dapat dituntut
pertanggungjawabannya secara konstitusional atas perbuatan melawan hukum”.
Yanuar Rizky/Saksi Ahli ( Pengamat Ekonomi Pasar Modal )
-20 April 2011-, Membuktikan: “Pemerintah tidak menjalankan SJSN, hal ini
memposisikan APBN berada dalam zona nyaman. Meskipun terjadi PHK masal,
banyak warga negara menderita sakit, atau bencana sosial yang lain, namun
tidak akan berpengaruh terhadap APBN.”
“Pemerintah yang menjalankan SJSN, dinilai lebih konkrit. Pemerintah akan
fokus menanggulangi pengangguran, meningkatkan derajat kesehatan warga
Negara, karenanya kewajiban membayar premi berkurang, dengan demikian
beban APBN akan berkurang.
Faisal H. Basri/Saksi Ahli (Ekonom, Dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia )
-13 April 2011-, Membuktikan: “Implementasi SJSN bukanlah pilihan, melainkan
amanat Konstitusi, dan prasyarat bagi negara yang menganut sistem mekanisme
pasar.”
“Ibarat dua sisi mata logam. Sistem pasar harus disertai implementasi SJSN
untuk jaring pengaman sosial. Melaksanakkan sistem pasar tanpa SJSN berarti,
Pemerintah membiarkan rakyat menjadi mangsa mekanisme pasar yang kejam.”
WWW.JAMSOSINDONESIA.COM
SAKSI
WWW.JAMSOSINDONESIA.COM
Rieke Dyah Pitaloka/Saksi Fakta (Anggota DPR Komisi IX Pansus RUU BPJS)
-6 April 2011-, Membuktikan: “Pemerintah enggan menyelesaikan RUU BPJS.
Sejak pembentukan Pansus RUU BPJS (31/8/2010) dan enam rapat kerja DPR
dengan Pemerintah yang berlangsung sejak 7/10/2010, DPR dan Pemerintah
gagal mencapai kesepakatan atas sifat UU BPJS, apakah menetapkan atau
menetapkan dan mengatur. Pembahasan terhenti sejak 9 Februari 2011. RUU
BPJS terancam tidak dapat disahkan tahun ini, padahal UU BPJS adalah prioritas
program legislasi nasional tahun 2010 dan dilanjutkan kembali hingga 2011”,
Dokter Marius Wijayanta/Saksi Ahli (Aktifis Pemberdayaan Konsumen
Indonesia)
-6 April 2011–, Membuktikan: “Jamkesmas adalah program bantuan sosial
kadang bisa ada, kadang bisa juga tidak ada (temporer), dan jumlah pesertanya
bergantung dengan definisi kemiskinan yang digunakan”
“Dalam jamkesmas regulator merangkap sebagai operator. Penelitian saya
menyimpulkan banyak terjadi pelanggaran dalam pelaksanaannya. Hal ini sudah
saya laporkan ke Depkes, namun tidak mendapat respon”.
Prof.Dr.dr Hasbullah Thabrani/ Saksi Fakta (Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat UI)
-23 Maret 2011-, Membuktikan: “Salah satu fungsi SJSN, adalah menjadi
instrument investasi manusia sejak dini. Jika Pemerintah melaksanakan SJSN,
maka ada Jaminan lahirnya generesi Indonesia yang cerdas dan berdayasaing di
masa yang akan datang. Namun sebaliknya, jika Pemerintah tidak segera
melaksanakan SJSN, maka akan lahir generasi yang lemah dan bermental
pengemis.”
WWW.JAMSOSINDONESIA.COM
SAKSI
WWW.JAMSOSINDONESIA.COM
Abdul Gofur/Saksi Fakta (Peneliti, Organisasi Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat
Indonesia)
-9 Maret 2011-, Membuktikan: “Negara mampu menjalankan SJSN, sebagai
ilustrasi Jika negara membayarkan premi sebesar Rp. 15.000,-/penduduk
penerima jamkesmas sebanyak 74,6 juta jiwa, ditambah 134,9 juta jiwa yang
tidak terlindungi, maka dibutuhkan anggaran Rp. 38,034 triliun atau 3,80 % dari
APBN. Bahkan andaikata Negara menjamin semua penduduk, hanya dibutuhkan
anggaran sekitar Rp.41,4 Triliyun atau 4,14% dari anggaran APBN, atau masih
dibawah amanat UU kesehatan sebesar 5%.”
Dr. H. Sulastomo, MPH., AAK / Saksi Fakta ( Mantan Ketua Tim Perumus SJSN )
-16 Maret 2011-, Membuktikan: “Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah
pilar negara kesejahteraan, tidak sekedar bermakna sebagai proteksi sosial dari
kelahiran hingga kematian, akan tetapi juga sebagai potensi kekuatan ekonomi
yang sangat besar”
“Belajar dari Malaysia, negara ini memiliki dana Jaminan sosial tenaga kerja lebih
dari Rp. 1.000,- trilliun hasil dari mobilisasai dana pekerja yang pesertanya lebih
kecil dari peserta PT. (Persero) Jamsostek”
Emir Sundoro, dr., SpOT (Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi RSCM
Jakarta)
-23 Februari 2011-, Membuktikan: “Masyarakat miskin menghadapai hambatan
dalam akses kesehatan. Dalam kasus kecelakaan tulang, ada tiga prinsip
penanganan: penyelamatan nyawa, ketersediaan alat, dan waktu sangat penting.
Prakteknya, masyarakat miskin tidak mampu membayar karena alatnya sangat
mahal, mereka harus mengurus surat miskin terlebih dahulu, untuk mendapat
Jaminan dari pemerintah, sehingga berakibat penanganan menjadi terlambat
dan tidak jarang, harus berakhir dengan amputasi”.
WWW.JAMSOSINDONESIA.COM
SAKSI
Download