BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistematika tinjauan pustaka dalam skripsi ini akan disajikan secara tematis berdasarkan beberapa pokok bahasan tiap sub-bab. Terdapat tiga sub-bab dalam skripsi ini yaitu; Pertama, mengenai pembahasan konsep-konsep sumber hukum dalam Agama Islam secara umum. Kedua, pembahasan mengenai madzab-madzab dalam Islam. Ketiga, pembahasan mengenai biografi Imam Ahmad bin Hanbal. Diharapkan dengan membagi menjadi tiga sub bab tersebut penyusunan skripsi ini menjadi lebih spesifik dan tematis. 2.1. Sumber rujukan untuk pembahasan konsep-konsep hukum dalam Agama Islam secara umum Dalam pembahasan sub bab ini terdapat dua jenis sumber yang digunakan. Sumber pertama merupakan hasil karya Imam Ahmad itu sendiri dan sumber kedua adalah sumber yang berasal dari ilmuan lain yang membahas mengenai konsep-konsep hukum dalam Agama Islam secara umum. Adapun mengenai karya Imam Ahmad bin Hanbal yang menjelaskan pemikirannya terhadap konsep-konsep hukum dalam Agama Islam secara umum adalah Kitab Ushulus Sunnah. Kitab ini pada mulanya merupakan kutipan berbagai pernyataan Imam Ahmad yang terdapat dalam Kitab Thabaqat al Hanabilah (jilid ke 1 halaman 241) karya Al Qadhi Abu Ya'la al-Hanbali dan Kitab Syarhu Ushuli I'tiqad Ahlis Sunnah karya Al Lalika'i (jilid ke 1 halaman 156). Berbagai pernyataan Imam Ahmad tersebut kemudian dikumpulkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam satu manuskrip dan dipublikasikan pada majalah Mujahid nomor 28/29 bulan Sya’ban- - 11 - Ramadhan 1411 Hijriyah (Maret-April 1991 Masehi). Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Walid bin Muhammad Nubaih (2008: 18) dalam Muqaddimah Kitab Ushulus Sunnah cetakan tahun 2008. Terjemahan Kitab Ushulus Sunnah ini menjelaskan mengenai Pokok-Pokok Sunnah menurut Imam Ahmad bin Hanbal. Adapun Sunnah yang dimaksud dalam kitab ini adalah pokok-pokok keyakinan dalam Agama Islam secara keseluruhan seperti kedudukan al Qur'an, as Sunnah, ijma', qiyas hingga berbagai keyakinan mengenai ru'ya (melihat) Tuhan di Hari Kiamat, iman kepada takdir baik dan buruk. Dalam menjelaskan setiap konsep tersebut kitab terjemahan ini dalam pembahasannya dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berupa pernyataan Imam Ahmad bin Hanbal dan bagian setelahnya berupa penjelasan terhadap pernyataan tersebut. Pada penjelasan Kitab terjemahan Ushulus Sunnah, Walid bin Muhammad Nubaih mengutip berbagai ayat al Qur'an, hadits hingga berbagai pernyataan dalam kitab-kitab klasik lainnya yang berhubungan dengan penjelasan konsep yang dipaparkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Kutipan tersebut tentunya berasal dari berbagai ulama yang bermadzab Hanbali. Diantara berbagai kitab klasik yang dijadikan rujukan sebagai penjelasan tersebut seperti Kitab Aqidah As Salaf Ashabul Hadits karya Imam Ismail bin Abdurahman Ash-Shabuni, As Sunnah karya Al Lalika'i dan Asy Syarii'ah karya Al Aajurri. Sumber kedua setelah Kitab terjemahan Ushulus Sunnah adalah Kitab Az Zuhd. Dalam kitab ini Imam Ahmad bin Hanbal memaparkan berbagai kisah, sikap maupun pernyataan yang berkaitan dengan konsep zuhud dalam Agama Islam. Setelah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi Kitab Az Zuhd ini diberikan bab tambahan di bagian awal kitab. Bab tambahan tersebut berupa penjelasan mengenai konsep zuhud dan biografi singkat Imam Ahmad bin Hanbal yang dikutip - 12 - dari berbagai kitab klasik lainnya seperti Kitabuz-Zuhd karya Imam Waki' al Jarrah, Majmu' Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Al Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir. Kitab Az Zuhd Imam karya Ahmad bin Hanbal ini berisikan ucapan Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Salam, Para Sahabat Rasulullah, para Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in hingga ucapan para Imam di masa Imam Ahmad. Meskipun demikian, pembahasan dalam Kitab Az Zuhd ini sepenuhnya didominasi oleh ucapan Rasulullah dan Para Sahabatnya. Adapun pembahasan kitab ini yang berhubungan dengan konsep al Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas tidak begitu banyak. Salah satunya seperti ucapan Umar bin Khattab dari Ibnu Syihab bahwa al Qur'an merupakan kalam Allah (Ahmad bin Hanbal, 2000: 40). Dalam Kitab terjemahan Ushulus Sunnah dan Az Zuhd ini tidak dijelaskan mengenai latar balakang Imam Ahmad bin Hanbal menyusun kedua kitab tersebut. Kalau pun ada hanya terbatas pada penjelasan mengenai biografi singkat Imam Ahmad bin Hanbal sebelum bagian pembahasan. Hal seperti ini sedikit berbeda pada karya Imam Ahmad bin Hanbal yang lain khususnya kitab Al Musnad. Al Musnad merupakan kitab ketiga Imam Ahmad bin Hanbal yang digunakan sebagai sumber dalam skripsi ini. Kitab tersebut berisi kurang lebih 27.000 hadits Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa Salam dan 10.000 diantaranya merupakan hadits yang diriwayatkan kembali secara berulang. Al Musnad merupakan hasil seleksi Imam Ahmad bin Hanbal dari 750.000 hadits yang telah berhasil dihimpun oleh beliau. Hal tersebut sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Moenawar Khalil (1977: 286). Kitab al Musnad karya Imam Ahmad bin Hanbal ini sudah banyak diteliti oleh berbagai ulama lain khususnya yang bermadzab Hanbali seperti Imam Ibnul Jauzy, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam As-Suyuthi. Menurut Imam Ibnul Jauzy kitab - 13 - al Musnad terdapat lima belas hadits yang dianggap maudhu (palsu). (Moenawar Khalil, 1977: 284). Selain itu, kitab Al Musnad ini dijadikan sumber referensi pernyataan yang dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal pada Kitab terjemahan Ushulus Sunnah. Sumber keempat dari Karya Imam Ahmad bin Hanbal adalah Kitab Ar Radd 'ala Az Zindiqah wa Jahmiyyah. Kitab ini disusun sebagai bentuk bantahan Imam Ahmad terhadap keyakinan paham Jahmiyyah dan sebagian pemahaman yang dianggap salah terhadap tafsir ayat-ayat al Qur'an dalam Islam. Dalam kitab ini Imam Ahmad berusaha memaparkan berbagai pemahaman yang salah terhadap ayat-ayat al Qur'an beserta dengan penjelasan yang sesungguhnya mengenai hal tersebut. Ayat-ayat al Qur'an yang berhubungan dengan kedudukan al Qur'an sebagai Kalam (perkataan) Allah, nama dan sifat Allah dijadikan sebagai pembahasan utama oleh Imam Ahmad dalam kitab ini. Adapun hal yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini adalah berbagai pernyataan Imam Ahmad mengenai al Qur'an dan tafsiran ayat-ayat yang menjelaskan kedudukan al Qur'an dalam Islam. Meskipun demikian dalam kitab ini banyak didominasi oleh ayat-ayat al Qur'an yang ditafsirkan kembali dengan ayat al Qur'an. Misalnya ketika Imam Ahmad menafsirkan ayat "Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat"(al Qur'an Surat al Qiyamah ayat 22-23). Menurut Imam Ahmad (2002: 90) ayat tersebut menjelaskan mengenai keadaan penghuni surga ketika melihat wajah Allah, hal ini sebagaimana pada ayat "Apakah kamu tidak melihat (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang" (al Qur'an Surat al Furqan ayat 45). Menurut Imam Ahmad pandangan manusia ketika melihat Tuhannya di akhirat adalah pandangan dengan menggunakan kedua matanya sebagaimana manusia dapat meihat bayang-bayang. Kitab Ar Radd 'ala Al Zindiqah wa Jahmiyyah ini - 14 - merupakan sumber yang dijadikan sebagai acuan khususnya pada pembahasan mengenai kedudukan al Qur'an menurut Imam Ahmad bin Hanbal. Setelah memaparkan beberapa sumber karya Imam Ahmad maka pada pembahasan berikutnya akan dipaparkan sumber jenis kedua yaitu sumber yang berasal dari ilmuan lain yang membahas mengenai konsep-konsep hukum dalam Agama Islam secara umum. Adapun yang termasuk pada kategori tersebut adalah Buku Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqh karya Mahdjudin, buku Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh) karya Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Buku Panduan Hukum Islam (terjemahan I'lamul Muwaqiqien) karya Ibnu Qoyyim dan Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fikih Islam karya Muhammad Amin dan artikel Hukum Islam: Hakikat dan Tujuan Pemberlakuan karya Saidurrahman. Selain itu terdapat pula sumber buku berbahasa arab seperti kitab Masail 'ala Imam Ahmad karya Imam Abu Dawud As Sijistany, kitab Syarh Ushulus Sunnah karya Syaikh Rabi' bin Hadi al Makhdali. Adapun buku yang berjudul Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqh karya Mahdjudin berisi mengenai penjelasan pengertian berbagai konsep sumber hukum dalam Agama Islam secara umum mencakup al Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas. Adapun yang menjadi keunggulan buku Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqh karya Mahdjudin ini adalah penjelasannya yang begitu jelas dan singkat. Pada penjelasannya mengenai konsep-konsep tersebut penulis menjelaskannya secara lughat (etimologi) dan secara istilah (terminologi). Misalnya ketika menjelaskan pengetian al Qur'an, penulis menjelaskan "Kata Qur'an berasal dari kata kerja Bahasa Arab ُ◌ ( ◌َ ي ْق َر أyaqra), ( قر ًءاqur'an) , menjadi َ( قرأqara'a) atauً ( قِراء ةqiraa'atan) lalu berubah menjadi ( قُرآ نًاqur'aanan)". (Mahdjudin, 1995: 59). Adapun dalam penjelasannya secara istilah (terminologi) Mahdjudin mengutip pendapat beberapa - 15 - ulama seperti Az Zarqany, Muhammad Al Khudhory dan Abu Zahrah. Misalnya ketika menjelaskan kata Qur'an, yaitu: Al Qur'anul karim ialah suatu kitab yang dijadikan oleh Allah sebagai penutup dari semua kitab yang diturunkan atas Nabi sebagai penutup dari semua Nabi dengan membawa agama yang bersifat umum dan kekal yang menjadi penutup dari semua agama (Az Zarqany dalam Mahdjudin, 1995: 59). Sumber lain yang digunakan untuk pembahasan konsep-konsep sumber hukum dalam Agama Islam secara umum adalah buku Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh) karya Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf. Sesuai dengan judulnya, buku ini memaparkan berbagai konsep yang berkaitan dengan ilmu Ushul Fiqh khususnya konsep sumber hukum dalam Agama Islam. Misalnya ketika menjelaskan konsep al Qur'an sebagai sumber hukum, Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf membaginya menjadi lima sub bab yaitu keistimewaannya, kehujjahannya, segi kemukjizatannya, macam-macam hukumnya dan makna (dalalah) ayat-ayat yang Qoth'i atau pun yang Zhanni. Begitu pula ketika menjelaskan konsep lainnya maka penulis tetap membaginya menjadi lima sub bab. Dibandingkan dengan karya Mahdjudin penjelasan konsep-konsep sumber hukum dalam Agama Islam yang dipaparkan pada Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf lebih spesifik dan tematis. Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf membagi pembahasan satu konsep sumber hukum ke dalam lima sub bab sedangkan Mahdjudin hanya terbatas pada tiga sampai empat sub bab. Meskipun demikian, sub bab yang dipaparkan oleh Mahdjudin tersebut hanya terbatas pada pengertian, macam-macam dan kedudukan konsep tersebut. Selain beberapa sumber yang telah disebutkan sebelumnya terdapat pula sumber lainnya yang berbahasa arab. Sumber-sumber tersebut merupakan karya ilmiah berbagai ulama lain yang mengkaji pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal mencakup al - 16 - Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas. Diantaranya adalah kitab Masail 'ala Imam Ahmad karya Imam Abu Dawud As-Sijistaniy dan kitab Syarh Ushulus Sunnah karya Syaikh Rabi' bin Hadi al Makhdali. Sumber tersebut berasal dari generasi yang satu jaman dengan Imam Ahmad maupun dari generasi sekarang. Kitab Masail 'ala Imam Ahmad karya Imam Abu Dawud As- Sijistany merupakan sumber yang berasal dari generasi yang sama dengan Imam Ahmad. Hal ini dikarenakan kitab tersebut merupakan hasil tanya jawab antara Imam Ahmad bin Hanbal terhadap berbagai pertanyaan yang diriwayatkan langsung oleh muridnya yaitu Imam Abu Dawud As-Sijistany. Adapun kitab yang digunakan pada skripsi ini adalah kitab yang telah dicetak ulang kembali pada tahun 1999 oleh penerbit Maktabah Ibnu Taimiyyah. Masail 'ala Imam Ahmad merupakan kitab yang disusun tematis seperti berbagai kitab fiqh pada umumnya yang berisi tentang pembahasan cara bersuci (thaharah), sholat, zakat hingga penjelasan mengenai kedudukan hadits. Adapun pembahasan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini adalah pada bab hadits. Pada bagian tersebut Imam Ahmad menjelaskan mengenai hadits mencakup kedudukannya, tafsiran dan keadaan para periwayatnya. Misalnya salah satu pernyataan Imam Ahmad (dalam As-Sijistany, 1999: 385); "... janganlah engkau mendengarkan hadits dari Ismail kecuali Ibnu 'Uyainah". Kitab Masail 'ala Imam Ahmad lebih banyak mengemukakan permasalahan yang berkaitan dengan hadits. Hal ini berbeda dengan Buku Panduan Hukum Islam (terjemahan I'lamul Muwaqiqien) karya yang lebih banyak mengemukakan mengenai ushul fiqh khususnya pada madzab Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ibnu Qoyyim dalam kitabnya tersebut menjelaskan mengenai berbagai konsep fiqh seperti halal, haram, makruh dan kedudukan al Qur'an, Sunnah, Ijma serta Qiyas. - 17 - Adapun sumber lainnya adalah kitab Syarh Ushulus Sunnah karya Syaikh Rabi' bin Hadi al Makhdali. Kitab ini merupakan penjelasan salah satu ulama Saudi Arabia tersebut terhadap berbagai pernyataan Imam Ahmad bin Hanbal pada kitab Ushulus Sunnah. Dalam kitab ini Syaikh Rabi' menjelaskan berbagai pernyataan Imam Ahmad disertai dengan berbagai kutipan al Qur'an dan Hadits. Misalnya ketika menjelaskan pernyataan Imam Ahmad; "pokok Sunnah menurut kami adalah berpegang teguh pada jalan hidup para sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam dan menjadikan mereka sebagai teladan" maka Syaikh Rabi' (2005: 5) menyatakan bahwa hal ini sebagaimana pada hadits "Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diadaadakan". Hadits tersebut terdapat dalam al Musnad Imam Ahmad khususnya pada Hadits Irbadh bin Sariyyah nomor 17.079. Pada kedua sumber buku karya Ibnul Qoyyim dan Syaikh Rabi' di atas terdapat beberapa hal yang dianggap kurang dalam pembahasannya. Adapun yang pertama adalah penggunaan beberapa istilah khusus yang hanya digunakan oleh para ulama Madzab Hanbali seperti Syaikhul Islam dan Syaikh. Bagi pembaca khususnya selain Madzab Hanbali tentunya akan merasa heran terhadap kedua pernyataan tersebut. Siapakah yang dimaksud oleh penulis kitab tersebut. Syaikhul Islam yang dimaksud adalah Abul Abbas, Ahmad Taqiyuddin bin Taiymiah al Hirani (661-728 Hijriyah) atau dikenal dengan nama Ibnu Taimiyyah. Sedangkan Syaikh yang dimaksud adalah Abu Muhammad Abdulah bin Qudamah al Maqdisi (meninggal tahun 620 Hijriyah) atau dikenal dengan nama Ibnu Qudamah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Wahbah az Zuhayly (2005: 73). - 18 - Nama Ibnu Taimiyah dalam Madzab Hanbali merupakan salah satu nama dari berbagai ulama yang mengembangkan madzab tersebut. Dalam skripsi ini pun digunakan pula sumber yang mengkaji pemikiran Ibnu Taimiyyah khususnya yang berhubungan dengan sumber hukum dalam Agama Islam. Adapun sumber tersebut adalah Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fikih Islam karya Muhammad Amin. Buku Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fikih Islam karya Muhammad Amin menjelaskan berbagai hasil ijtihad Ibnu Taimiyyah dalam berbagai perkara seperti tidak ada ketentuan jarak dan waktu untuk mengerjakan shalat qashar dan berbuka bagi musafir serta bolehnya mengangkat beberapa orang khalifah dalam dunia Islam. Meskipun demikian, Muhammad Amin menyertakan pula penjelasan mengenai berbagai persamaan pemikiran konsep sumber hukum antara Ibnu Taimiyyah dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Hal ini sebagaiamana diterangkan sebagai berikut: Kesamaan ushul fiqh Ibnu Taimiyyah dengan Ahmad bin Hanbal yang sesungguhnya terletak pada kesamaan sikap antara keduanya dalam menerima hadits sebanyak mungkin, di samping memandang atsar as-sahabah dan fatwa tabi'in sebagai salah satu dalil hukum mereka (Muhammad Amin, 191: 138). Berbagai sumber lainnya yang mengkaji pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal mencakup konsep al Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas masih cukup banyak namun peranannya tidak sebesar dibandingkan berbagai sumber yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu pemikiran Imam Ahmad tersebut biasanya terdapat pada berbagai karya tulis yang membahas mengenai aqidah dalam Agama Islam. Diantaranya adalah Pokok-pokok Keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah karya Imam Ibnu Qudamah, dan Aqidah Salaf Ashabul Hadits karya Imam Ismail bin Abdurrahman Ash-Shabuni. - 19 - 2.2 Sumber rujukan untuk pembahasan perkembangan madzab-madzab dalam Agama Islam Adapun yang menjadi kekurangan pada beberapa sumber yang telah dipaparkan sebelumnya adalah tidak adanya penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan ataupun persamaan pandangan keempat Imam Madzab (Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad) mengenai sumber hukum Agama Islam. Berbagai sumber tersebut hanya menjelaskan secara umum mengenai pengertian dan penjelasan konsep al Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas. Padahal pada setiap Imam Madzab tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dalam metode pengambilan hukum (istinbath) dalam menghadapi peristiwa yang terjadi. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Siradjuddin 'Abbas (1972: 97). Dalam menanggulangi kekurangan kedua sumber sebelumnya maka digunakan beberapa sumber lain khususnya yang mengkaji perkembangan madzab dalam Agama Islam. Beberapa sumber yang termasuk pada kategori ini diantaranya adalah Buku Madzab Syafi'i karya Abbas Siradjuddin ', Biography Empat Serangkai Imam Madzab (Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil, Biografi Imam-Imam Empat Mazhab; Hanafi, Maliki, Syafe’i dan Hambali karya Ahmad AsySyurbasi, Cita Humanisme Islam karya George Makdisi, Artikel Tarikh Tasyri': Sejarah Perkembangan Mazhab karya Munawar Khalil, Sumber yang pertama akan dibahas pada sub bab ini adalah Buku Madzab Syafi'i karya Siradjuddin 'Abbas. Meskipun berjudul Madzab Syafi'i, ternyata dalam pembahasannya buku tersebut menjelaskan persamaan dan perbedaan yang terdapat pada Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. Keempat Imam Madzab tersebut memposisikan al Qur'an dan Hadits sebagai sumber pertama tetapi terdapat perbedaan dalam menjalankan ijtihad. - 20 - Siradjuddin 'Abbas dalam bukunya tersebut membandingkan dalil-dalil hukum menurut keempat imam madzab tersebut dalam bentuk bagan berikut: 1. Madzab Hanafi Qias Qur'an hadits Ijma sahabat istih -san 2. Madzab Maliki Qur'an Ijma Amalan orang madinah hadits Qias Mashalih Mursalah 3. Madzab Syafi'i Qur'an hadits Ijma Para imam Qias 4. Madzab Hanbali Qur'an Ijma sahabat hadits Qias Dikutip dari Siradjuddin 'Abbas:1972: 102. Adapun kekurangan yang terdapat pada buku Madzab Syafi'i karya Siradjuddin 'Abbas adalah subjektifitas penulis terhadap Madzab Syafi'i - 21 - yang berlebihan. Meskipun pembahasan Siradjuddin 'Abbas mencakup keempat madzab di atas ternyata pernyataan beliau terlihat tidak konsisten. Hal ini tampak pada salah satu pernyataan Siradjuddin 'Abbas dalam salah satu kesimpulannya mengenai perbandingan madzab; "Madzab Imam Syafi'i lebih agung walaupun dibandingkan dengan ketiga madzab lainnya"(Siradjuddin 'Abbas,1972: 104). Sumber berikutnya adalah buku Biography Empat Serangkai Imam Madzab (Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil dan Buku Biografi ImamImam Empat Mazhab; Hanafi, Maliki, Syafe’i dan Hambali karya Ahmad AsySyurbasi. Kedua buku ini sesuai dengan judulnya berusaha memaparkan biografi keempat Imam Madzab sejak masa kecil hingga masa wafatnya beserta kontribusi yang telah dihasilkan melalui karya-karya tulisnya. Selain itu pada kedua buku ini dipaparkan pula perkembangan keempat madzab tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebarannya. Adapun yang membedakan kedua buku tersebut adalah sumber yang digunakan dan kesimpulan yang dipaparkan. Pada buku Biography Empat Serangkai Imam Madzab (Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil lebih banyak menggunakan kitab-kitab klasik sebagai sumber rujukannya seperti al-I'tishom karya Imam Syatibhi, al Qaulul Mufid karya Imam Muhammad bin 'Ali asy-Syaukani dan Muqadimmah karya Ibnu Khaldun. Meskipun demikian hal tersebut tidak mengurangi pembahasan yang ada pada buku ini. Bahkan buku Biography Empat Serangkai Imam Madzab (Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil cenderung lebih bersifat spesifik karena dalam kesimpulannya dapat mengungkapkan berbagai faktor penyebaran suatu madzab. Misalnya ketika Munawar Khalil mengemukakan faktor utama yang mendorong penyebaran Madzab Hanafy: - 22 - Setelah Mesir jatuh ke tangan kekuasaan Bangsa Turki, maka kedudukan qadhi dan kehakiman diserahkan kepada ulama yang bermadzab Hanafy. Karena Mahdzab Hanafy menjadi madzab resmi Kerajaan Utsmaniyyah dan bagi segenap pembesar negara ( Munawar Khalil, 1977: 78) Sumber berikutnya adalah buku Cita Humanisme Islam karya George Makdisi dan buku the History of Arabs karya Phillip K. Hitti. Kedua tersebut sama halnya dengan karya Munawar Khalil menggunakan sumber-sumber yang berasal dari kitabkitab klasik para ilmuan Islam seperti Muqadimmah karya Ibnu Khaldun, al Milal wa Nihal karya Imam Syahrahstani dan Tarikh karya Ibnu Asakir. Adapun yang membedakan keduanya dengan karya Munawar Khalil adalah Phillip K. Hitti lebih mengedepankan perkembangan kajian hukum dan etika dalam Islam sedangkan George Makdisi lebih mengedepankan perkembangan Madzab Syafi'i dan Madzab Hanbali. George Makdisi menyamakan lahirnya madzab dalam Islam dengan madzab yang ada pada kristen dan disebut sebagai gerakan skolastik. Disebut sebagai gerakan skolastik karena (pemikiran madzab-madzab tersebut) diajarkan di sekolah-sekolah dan di berbagai universitas yang baru di bangun, khususnya di Paris. (George Makdisi, 2000: 25). Hal ini dianggap sama dengan metode yang dipakai pada pendidikan Islam tradsional berupa madrasah dan hukum sebagai objek kajiannya. Selain itu George Makdisi mencoba memaparkan latar belakang perkembangan madzab dalam Islam. Adapun pembahasan yang dipaparkan oleh Phillip K. Hitti bersifat deskripsi mengenai karakteristik yang ada pada berbagai madzab melalui hukum-hukum yang telah dihasilkan. Misalnya ketika memaparkan lahirnya Madzab Syafi'y; "antara Madzab Irak yang liberal dan Madzab Madinnah yang konservatif, muncul madzab lain yang mengklaim telah membangun jalan tengah: menerima pemikiran spekulatif dengan catatan tertentu". (Philip K. Hitti, 2000:499). Selain itu penulis berusaha memaparkan - 23 - pengaruh hukum Romawi-Byzantium terhadap sistem Hukum Islam khususnya di Suriah, Palestina dan Mesir. George Makdisi lebih banyak membandingkan madzab dalam Islam dengan madzab dalam agama kristen bahkan agama yahudi. Misalnya ketika penulis memaparkan mengenai konsep ijazah (akta mengajar) yang berlaku pada madzab sunni. Menurut George Makdisi hal tersebut tidak dapat diberlakukan di agama kristen yang mengakui institusi gereja sebagai otoritas tertinggi dan tradisi yahudi yang mengakui Gaon. (Makdisi: 2000: 64). Karya George Makdisi digunakan sebagai komparasi terhadap penjelasan konsep hukum dan perkembangan madzab dengan agama lain di luar Islam. Adapun karya Phillip K. Hitti sama halnya dengan sumber lainnya digunakan sebagai sumber referensi bagi perkembangan madzab dalam Agama Islam. Sumber lainnya adaah artikel dari internet yang berjudul Tarikh Tasyri': Sejarah Perkembangan Mazhab karya Munawar Khalil. Artikel berusaha memaparkan mengenai sejarah madzab-madzab dalam Islam dan faktor-faktor yang mempegaruhi kemunculannya. Munawar Khalil menolak argumen kaum orientalis yang mengatakan bahwa hukum Islam berkembang dan terpengruhi oleh Hukum Romawi seperti yang telah diungkapkan oleh Phillip K. Hitti sebelumnya. Ia memaparkan bahwa terdapat faktor-faktor intern dalam Agama Islam yang mengakibatkan munculnya berbagai madzab dalam Hukum Islam. Salah satu faktor tersebut adalah semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tentunya mengakibatkan Hukum Islam menghadapi berbagai macam masyarakat yang berbeda-beda tradisinya. Maka dibutuhkan penyelesaian masalah hukum yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Selain itu dalam pembahasan - 24 - selanjutnya Munawar Khalil hanya membahas tiga madzab dalam Islam; Hanafi Maliki dan Syafi'i. Terdapat suatu peretanyaan ketika membaca artikel ini. Mengapa Munawar Khalil tidak membahas Madzab Hanbali. Padahal sebelum membahas Madzab Hanafi penulis mengemukakan bahwa terdapat empat madzab pada kalangan Sunni; Hanafi Maliki Syafi'i dan Hanbali. (Munawar Khalil, 2008: http://moenawar.multiply.com/journal/item/12/TARIKH_TASYRI_Sejarah_perkemban gan_mazhab_). Hal inilah yang menjadi kekurangan dalam artikel ini. Pada sisi lain, artikel ini hanya memaparkan bahwa hukum dalam Agama Islam berasal dari al Qur'an, Hadist dan pendapat-pendapat para ulama yang dinamakan dengan ijtihad yang berasal dari mazhab mereka sendiri tanpa menjelaskan latar belakang penetapan hal tersebut. Meskipun demikian artikel ini berfungsi sebagai pembanding bagi sumber lainnya khususnya yang membahas mengenai perkembangan madzab dalam Agama Islam. 2.3. Sumber rujukan untuk pembahasan mengenai biografi Imam Ahmad bin Hanbal Telah terdapat beberapa karya ilmiah yang mengkaji biografi Imam Ahmad bin Hanbal, baik yang terdapat dalam bahasa Indonesia, Inggris maupun Arab. Adapun sumber yang menggunakan bahasa Indonesia mengenai biografi Imam Ahmad bin Hanbal pada umumnya berada dalam buku yang membahas mengenai perkembangan madzab dalam Islam dan telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya. Sumber lainnya yang menggunakan bahasa arab seperti Mawaidz Imam Ahmad bin Hanbal karya Sholeh Asy-Syamiy, Min 'Alam al Mujaddidin karya Sholeh bin Fauzan bin Abdul Fauzan, Siyar 'Alamin an Nubala karya Imam Adz-Dzahabi, Al Mihnah ‘alal Imam - 25 - Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal karya Imam Abu Muhammad Abdul Ghaniy AlMaqdisy Tarikh Khulafa' karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Sumber berikutnya adalah buku yang berjudul Mawaidz Imam Ahmad bin Hanbal karya Sholeh Asy-Syamiy. Buku ini sesuai dengan judulnya membahas mengenai berbagai nasihat-nasihat Imam Ahmad kepada orang-orang di sekitarnya seperti anaknya Abdullah bin Ahmad hingga gurunya sendiri yaitu Imam Syafi'i. Meskipun demikian Sholeh Asy-Syamiy membahas biografi singkat Imam Ahmad dan peranannya ketika masa mihnah (ujian) pada kekhalifahan Abbasiyyah. Sumber berikutnya adalah buku Min 'Alam al Mujaddidin karya Sholeh bin Fauzan bin Abdul Fauzan. Sama halnya dengan sumber sebelumnya, buku ini memaparkan mengenai biografi singkat Imam Ahmad bin Hanbal. Hingga sumber referansinya buku Mawaidz Imam Ahmad bin Hanbal karya Sholeh Asy-Syamiy dan buku Min 'Alam al Mujaddidin karya Sholeh bin Fauzan bin Abdul Fauzan banyak mengutip dari kitab Manaqib Imam Ahmad karya Ibnul Jauzy. Adapun yang membedakannya adalah jika karya Sholeh Asy-Syamiy lebih menekankan kepada berbagai nasehat Imam Ahmad sedangkan karya Sholeh bin Fauzan bin Abdul Fauzan lebih menekankan pada peranan Imam Ahmad sebagai pembaharu dalam agama Islam. Adapun jika dilihat dari segi jiwa jaman maka, berbagai sumber yang telah disebutkan sebelumnya tidak banyak dikemukakan mengenai latar belakang dan jiwa jaman yang berkembang pada masa Imam Ahmad. Padahal jiwa jaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Gazalba (1981:147) bahwa; "Sejarah berhubungan dengan jawaban yang diberikan orang besar atas tantangan masyarakat kebudayaan atau jamannya ...". Dalam rangka mengkaji latar belakang dan jiwa jaman yang berkembang pada masa Imam Ahmad maka digunakanlah sumber lainnya yaitu Siyar 'Alamin an Nubala - 26 - karya Imam Adz-Dzahabi dan Tarikh Khulafa' karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan Al Mihnah ‘alal Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal karya Imam Abu Muhammad Abdul Ghaniy Al-Maqdisy. Kitab Siyar 'Alamin an Nubala merupakan kumpulan biografi berbagai tokoh dalam Agama Islam mencakup biografi Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam, para Sahabatnya, para ulama, para khalifah hingga masa Imam Adz-Dzahaby. Siyar 'Alamin an Nubala merupakan kitab klasik yang menjelaskan biografi Imam Ahmad bin Hanbal secara detail mulai dari nasab, keadaan fisik hingga berbagai kebiasaannya. Imam Adz-Dzahaby membagi biografi Imam Ahmad menjadi beberapa bagian yaitu: masa menuntut ilmu, masa mihnah (ujian) pada masa Kekhalifahan alMa'mun, masa mihnah (ujian) pada masa Kekhalifahan al-Watsiq dan pada masa Kekhalifahan al-Mutawakkil. Hal ini pun serupa dengan Kitab Al Mihnah ‘alal Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal karya Imam Abu Muhammad Abdul Ghaniy AlMaqdisy dan kitab Mawaidz Imam Ahmad karya Sholih Ahmad As-Syamiy. Adapun Tarikh Khulafa' merupakan biografi khusus para Khalifah Islam sejak kepemimpinan Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam hingga akhir dari Dinasti Abbasiyyah. Imam Suyuthi tidak menyebutkan secara langsung biografi Imam Ahmad bin Hanbal. Penulis hanya terbatas pada peranan Imam Ahmad pada masa-masa mihnah (ujian) sejak Kekhalifahan al-Ma'mun hingga Kekhalifahan al-Mutawakkil. Persamaan pada keempat sumber tersebut adalah hanya terbatas pada berbagai pernyataan Imam Ahmad mengenai konsep al Qur'an. - 27 -