s_sej_053944_BAB II

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika tinjauan pustaka dalam skripsi ini akan disajikan secara tematis
berdasarkan beberapa pokok bahasan tiap sub-bab. Terdapat tiga sub-bab dalam skripsi ini
yaitu; Pertama, mengenai pembahasan konsep-konsep sumber hukum dalam Agama Islam
secara umum. Kedua, pembahasan mengenai madzab-madzab dalam Islam. Ketiga,
pembahasan mengenai biografi Imam Ahmad bin Hanbal. Diharapkan dengan membagi
menjadi tiga sub bab tersebut penyusunan skripsi ini menjadi lebih spesifik dan tematis.
2.1. Sumber rujukan untuk pembahasan konsep-konsep hukum dalam Agama Islam
secara umum
Dalam pembahasan sub bab ini terdapat dua jenis sumber yang digunakan.
Sumber pertama merupakan hasil karya Imam Ahmad itu sendiri dan sumber kedua
adalah sumber yang berasal dari ilmuan lain yang membahas mengenai konsep-konsep
hukum dalam Agama Islam secara umum.
Adapun mengenai karya Imam Ahmad bin Hanbal yang menjelaskan
pemikirannya terhadap konsep-konsep hukum dalam Agama Islam secara umum adalah
Kitab Ushulus Sunnah. Kitab ini pada mulanya merupakan kutipan berbagai pernyataan
Imam Ahmad yang terdapat dalam Kitab Thabaqat al Hanabilah (jilid ke 1 halaman
241) karya Al Qadhi Abu Ya'la al-Hanbali dan Kitab Syarhu Ushuli I'tiqad Ahlis
Sunnah karya Al Lalika'i (jilid ke 1 halaman 156). Berbagai pernyataan Imam Ahmad
tersebut kemudian dikumpulkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam
satu manuskrip dan dipublikasikan pada majalah Mujahid nomor 28/29 bulan Sya’ban-
- 11 -
Ramadhan 1411 Hijriyah (Maret-April 1991 Masehi). Hal ini sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Walid bin Muhammad Nubaih (2008: 18) dalam Muqaddimah Kitab
Ushulus Sunnah cetakan tahun 2008.
Terjemahan Kitab Ushulus Sunnah ini menjelaskan mengenai Pokok-Pokok
Sunnah menurut Imam Ahmad bin Hanbal. Adapun Sunnah yang dimaksud dalam kitab
ini adalah pokok-pokok keyakinan dalam Agama Islam secara keseluruhan seperti
kedudukan al Qur'an, as Sunnah, ijma', qiyas hingga berbagai keyakinan mengenai
ru'ya (melihat) Tuhan di Hari Kiamat, iman kepada takdir baik dan buruk. Dalam
menjelaskan setiap konsep tersebut kitab terjemahan ini dalam pembahasannya dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama berupa pernyataan Imam Ahmad bin Hanbal dan
bagian setelahnya berupa penjelasan terhadap pernyataan tersebut.
Pada penjelasan Kitab terjemahan Ushulus Sunnah, Walid bin Muhammad
Nubaih mengutip berbagai ayat al Qur'an, hadits hingga berbagai pernyataan dalam
kitab-kitab klasik lainnya yang berhubungan dengan penjelasan konsep yang
dipaparkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Kutipan tersebut tentunya berasal dari
berbagai ulama yang bermadzab Hanbali. Diantara berbagai kitab klasik yang dijadikan
rujukan sebagai penjelasan tersebut seperti Kitab Aqidah As Salaf Ashabul Hadits karya
Imam Ismail bin Abdurahman Ash-Shabuni, As Sunnah karya Al Lalika'i dan Asy
Syarii'ah karya Al Aajurri.
Sumber kedua setelah Kitab terjemahan Ushulus Sunnah adalah Kitab Az
Zuhd. Dalam kitab ini Imam Ahmad bin Hanbal memaparkan berbagai kisah, sikap
maupun pernyataan yang berkaitan dengan konsep zuhud dalam Agama Islam. Setelah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi Kitab Az Zuhd ini
diberikan bab tambahan di bagian awal kitab. Bab tambahan tersebut berupa penjelasan
mengenai konsep zuhud dan biografi singkat Imam Ahmad bin Hanbal yang dikutip
- 12 -
dari berbagai kitab klasik lainnya seperti Kitabuz-Zuhd karya Imam Waki' al Jarrah,
Majmu' Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Al Bidayah wa Nihayah
karya Ibnu Katsir.
Kitab Az Zuhd Imam karya Ahmad bin Hanbal ini berisikan ucapan Rasulullah
Shalallahu'alaihi wa Salam, Para Sahabat Rasulullah, para Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in
hingga ucapan para Imam di masa Imam Ahmad. Meskipun demikian, pembahasan
dalam Kitab Az Zuhd ini sepenuhnya didominasi oleh ucapan Rasulullah dan Para
Sahabatnya. Adapun pembahasan kitab ini yang berhubungan dengan konsep al Qur'an,
as Sunnah, ijma' dan qiyas tidak begitu banyak. Salah satunya seperti ucapan Umar bin
Khattab dari Ibnu Syihab bahwa al Qur'an merupakan kalam Allah (Ahmad bin Hanbal,
2000: 40).
Dalam Kitab terjemahan Ushulus Sunnah dan Az Zuhd ini tidak dijelaskan
mengenai latar balakang Imam Ahmad bin Hanbal menyusun kedua kitab tersebut.
Kalau pun ada hanya terbatas pada penjelasan mengenai biografi singkat Imam Ahmad
bin Hanbal sebelum bagian pembahasan. Hal seperti ini sedikit berbeda pada karya
Imam Ahmad bin Hanbal yang lain khususnya kitab Al Musnad.
Al Musnad merupakan kitab ketiga Imam Ahmad bin Hanbal yang digunakan
sebagai sumber dalam skripsi ini. Kitab tersebut berisi kurang lebih 27.000 hadits Nabi
Muhammad Shalallahu alaihi wa Salam dan 10.000 diantaranya merupakan hadits yang
diriwayatkan kembali secara berulang. Al Musnad merupakan hasil seleksi Imam
Ahmad bin Hanbal dari 750.000 hadits yang telah berhasil dihimpun oleh beliau. Hal
tersebut sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Moenawar Khalil (1977: 286).
Kitab al Musnad karya Imam Ahmad bin Hanbal ini sudah banyak diteliti oleh
berbagai ulama lain khususnya yang bermadzab Hanbali seperti Imam Ibnul Jauzy,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Imam As-Suyuthi. Menurut Imam Ibnul Jauzy kitab
- 13 -
al Musnad terdapat lima belas hadits yang dianggap maudhu (palsu). (Moenawar
Khalil, 1977: 284).
Selain itu, kitab Al Musnad ini dijadikan sumber referensi
pernyataan yang dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal pada Kitab terjemahan
Ushulus Sunnah.
Sumber keempat dari Karya Imam Ahmad bin Hanbal adalah Kitab Ar Radd
'ala Az Zindiqah wa Jahmiyyah. Kitab ini disusun sebagai bentuk bantahan Imam
Ahmad terhadap keyakinan paham Jahmiyyah dan sebagian pemahaman yang dianggap
salah terhadap tafsir ayat-ayat al Qur'an dalam Islam. Dalam kitab ini Imam Ahmad
berusaha memaparkan berbagai pemahaman yang salah terhadap ayat-ayat al Qur'an
beserta dengan penjelasan yang sesungguhnya mengenai hal tersebut.
Ayat-ayat al Qur'an yang berhubungan dengan kedudukan al Qur'an sebagai
Kalam (perkataan) Allah, nama dan sifat Allah dijadikan sebagai pembahasan utama
oleh Imam Ahmad dalam kitab ini. Adapun hal yang berhubungan dengan pembahasan
skripsi ini adalah berbagai pernyataan Imam Ahmad mengenai al Qur'an dan tafsiran
ayat-ayat yang menjelaskan kedudukan al Qur'an dalam Islam. Meskipun demikian
dalam kitab ini banyak didominasi oleh ayat-ayat al Qur'an yang ditafsirkan kembali
dengan ayat al Qur'an. Misalnya ketika Imam Ahmad menafsirkan ayat "Wajah-wajah
(orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah
mereka
melihat"(al Qur'an Surat al Qiyamah ayat 22-23). Menurut Imam Ahmad (2002: 90)
ayat tersebut menjelaskan mengenai keadaan penghuni surga ketika melihat wajah
Allah, hal ini sebagaimana pada ayat "Apakah kamu tidak melihat (penciptaan)
Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang" (al Qur'an Surat al Furqan
ayat 45). Menurut Imam Ahmad pandangan
manusia ketika melihat Tuhannya di
akhirat adalah pandangan dengan menggunakan kedua matanya sebagaimana manusia
dapat meihat bayang-bayang. Kitab Ar Radd 'ala Al Zindiqah wa Jahmiyyah ini
- 14 -
merupakan sumber yang dijadikan sebagai acuan khususnya pada pembahasan
mengenai kedudukan al Qur'an menurut Imam Ahmad bin Hanbal.
Setelah memaparkan beberapa sumber karya Imam Ahmad maka pada
pembahasan berikutnya akan dipaparkan sumber jenis kedua yaitu sumber yang berasal
dari ilmuan lain yang membahas mengenai konsep-konsep hukum dalam Agama Islam
secara umum. Adapun yang termasuk pada kategori tersebut adalah Buku Dirasah
Islamiyah Bagian Ilmu Fiqh karya Mahdjudin, buku Kaidah-Kaidah Hukum Islam
(Ilmu Ushul Fiqh) karya Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Buku Panduan Hukum Islam
(terjemahan I'lamul Muwaqiqien) karya Ibnu Qoyyim dan Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam
Bidang Fikih Islam karya Muhammad Amin dan artikel Hukum Islam: Hakikat dan
Tujuan Pemberlakuan karya Saidurrahman. Selain itu terdapat pula sumber buku
berbahasa arab seperti kitab Masail 'ala Imam Ahmad karya Imam Abu Dawud As
Sijistany, kitab Syarh Ushulus Sunnah karya Syaikh Rabi' bin Hadi al Makhdali.
Adapun buku yang berjudul Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqh karya
Mahdjudin berisi mengenai penjelasan pengertian berbagai konsep sumber hukum
dalam Agama Islam secara umum mencakup al Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas.
Adapun yang menjadi keunggulan buku Dirasah Islamiyah Bagian Ilmu Fiqh karya
Mahdjudin ini adalah penjelasannya yang begitu jelas dan singkat.
Pada penjelasannya mengenai konsep-konsep tersebut penulis menjelaskannya
secara lughat (etimologi) dan secara istilah (terminologi). Misalnya ketika menjelaskan
pengetian al Qur'an, penulis menjelaskan "Kata Qur'an berasal dari kata kerja Bahasa
Arab ُ◌ ‫( ◌َ ي ْق َر أ‬yaqra), ‫( قر ًءا‬qur'an) , menjadi َ‫( قرأ‬qara'a) atauً ‫( قِراء ة‬qiraa'atan) lalu
berubah menjadi ‫( قُرآ نًا‬qur'aanan)". (Mahdjudin, 1995: 59). Adapun dalam
penjelasannya secara istilah (terminologi) Mahdjudin mengutip pendapat beberapa
- 15 -
ulama seperti Az Zarqany, Muhammad Al Khudhory dan Abu Zahrah. Misalnya ketika
menjelaskan kata Qur'an, yaitu:
Al Qur'anul karim ialah suatu kitab yang dijadikan oleh Allah sebagai penutup
dari semua kitab yang diturunkan atas Nabi sebagai penutup dari semua Nabi
dengan membawa agama yang bersifat umum dan kekal yang menjadi penutup
dari semua agama (Az Zarqany dalam Mahdjudin, 1995: 59).
Sumber lain yang digunakan untuk pembahasan konsep-konsep sumber
hukum dalam Agama Islam secara umum adalah buku Kaidah-Kaidah Hukum Islam
(Ilmu Ushul Fiqh) karya Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf. Sesuai dengan judulnya,
buku ini memaparkan berbagai konsep yang berkaitan dengan ilmu Ushul Fiqh
khususnya konsep sumber hukum dalam Agama Islam. Misalnya ketika menjelaskan
konsep al Qur'an sebagai sumber hukum, Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf membaginya
menjadi lima sub bab yaitu keistimewaannya, kehujjahannya, segi kemukjizatannya,
macam-macam hukumnya dan makna (dalalah) ayat-ayat yang Qoth'i atau pun yang
Zhanni. Begitu pula ketika menjelaskan konsep lainnya maka penulis tetap membaginya
menjadi lima sub bab.
Dibandingkan dengan karya Mahdjudin penjelasan konsep-konsep sumber
hukum dalam Agama Islam yang dipaparkan pada Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf
lebih spesifik dan tematis. Prof. Dr. Abdul Wahhab Khallaf membagi pembahasan satu
konsep sumber hukum ke dalam lima sub bab sedangkan Mahdjudin hanya terbatas
pada tiga sampai empat sub bab. Meskipun demikian, sub bab yang dipaparkan oleh
Mahdjudin tersebut hanya terbatas pada pengertian, macam-macam dan kedudukan
konsep tersebut.
Selain beberapa sumber yang telah disebutkan sebelumnya terdapat pula
sumber lainnya yang berbahasa arab. Sumber-sumber tersebut merupakan karya ilmiah
berbagai ulama lain yang mengkaji pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal mencakup al
- 16 -
Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas. Diantaranya adalah kitab Masail 'ala Imam Ahmad
karya Imam Abu Dawud As-Sijistaniy dan kitab Syarh Ushulus Sunnah karya Syaikh
Rabi' bin Hadi al Makhdali. Sumber tersebut berasal dari generasi yang satu jaman
dengan Imam Ahmad maupun dari generasi sekarang.
Kitab Masail 'ala Imam Ahmad
karya Imam Abu Dawud As- Sijistany
merupakan sumber yang berasal dari generasi yang sama dengan Imam Ahmad. Hal ini
dikarenakan kitab tersebut merupakan hasil tanya jawab antara Imam Ahmad bin
Hanbal terhadap berbagai pertanyaan yang diriwayatkan langsung oleh muridnya yaitu
Imam Abu Dawud As-Sijistany. Adapun kitab yang digunakan pada skripsi ini adalah
kitab yang telah dicetak ulang kembali pada tahun 1999 oleh penerbit Maktabah Ibnu
Taimiyyah.
Masail 'ala Imam Ahmad merupakan kitab yang disusun tematis seperti
berbagai kitab fiqh pada umumnya yang berisi tentang
pembahasan cara bersuci
(thaharah), sholat, zakat hingga penjelasan mengenai kedudukan hadits. Adapun
pembahasan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini adalah pada bab hadits. Pada
bagian tersebut Imam Ahmad menjelaskan mengenai hadits mencakup kedudukannya,
tafsiran dan keadaan para periwayatnya. Misalnya salah satu pernyataan Imam Ahmad
(dalam As-Sijistany, 1999: 385); "... janganlah engkau mendengarkan hadits dari Ismail
kecuali Ibnu 'Uyainah".
Kitab Masail 'ala Imam Ahmad lebih banyak mengemukakan permasalahan
yang berkaitan dengan hadits. Hal ini berbeda dengan Buku Panduan Hukum Islam
(terjemahan I'lamul Muwaqiqien) karya yang lebih banyak mengemukakan mengenai
ushul fiqh khususnya pada madzab Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Ibnu Qoyyim
dalam kitabnya tersebut menjelaskan mengenai berbagai konsep fiqh seperti halal,
haram, makruh dan kedudukan al Qur'an, Sunnah, Ijma serta Qiyas.
- 17 -
Adapun sumber lainnya adalah kitab Syarh Ushulus Sunnah karya Syaikh
Rabi' bin Hadi al Makhdali. Kitab ini merupakan penjelasan salah satu ulama Saudi
Arabia tersebut terhadap berbagai pernyataan Imam Ahmad bin Hanbal pada kitab
Ushulus Sunnah. Dalam kitab ini Syaikh Rabi' menjelaskan berbagai pernyataan Imam
Ahmad disertai dengan berbagai kutipan al Qur'an dan Hadits. Misalnya ketika
menjelaskan pernyataan Imam Ahmad; "pokok Sunnah menurut kami adalah berpegang
teguh pada jalan hidup para sahabat Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam dan
menjadikan mereka sebagai teladan" maka Syaikh Rabi' (2005: 5) menyatakan bahwa
hal ini sebagaimana pada hadits "Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku
dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah
dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diadaadakan". Hadits tersebut terdapat dalam al Musnad Imam Ahmad khususnya pada
Hadits Irbadh bin Sariyyah nomor 17.079.
Pada kedua sumber buku karya Ibnul Qoyyim dan Syaikh Rabi' di atas
terdapat beberapa hal yang dianggap kurang dalam pembahasannya. Adapun yang
pertama adalah penggunaan beberapa istilah khusus yang hanya digunakan oleh para
ulama Madzab Hanbali seperti Syaikhul Islam dan Syaikh. Bagi pembaca khususnya
selain Madzab Hanbali tentunya akan
merasa heran terhadap kedua pernyataan
tersebut. Siapakah yang dimaksud oleh penulis kitab tersebut. Syaikhul Islam yang
dimaksud adalah Abul Abbas, Ahmad Taqiyuddin bin Taiymiah al Hirani (661-728
Hijriyah) atau dikenal dengan nama Ibnu Taimiyyah. Sedangkan Syaikh yang dimaksud
adalah Abu Muhammad Abdulah bin Qudamah al Maqdisi (meninggal tahun 620
Hijriyah) atau dikenal dengan nama Ibnu Qudamah. Hal ini sebagaimana yang
dijelaskan oleh Wahbah az Zuhayly (2005: 73).
- 18 -
Nama Ibnu Taimiyah dalam Madzab Hanbali merupakan salah satu nama dari
berbagai ulama yang mengembangkan madzab tersebut. Dalam skripsi ini pun
digunakan pula sumber yang mengkaji pemikiran Ibnu Taimiyyah khususnya yang
berhubungan dengan sumber hukum dalam Agama Islam. Adapun sumber tersebut
adalah Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fikih Islam karya Muhammad Amin.
Buku Ijtihad Ibn Taimiyyah dalam Bidang Fikih Islam karya Muhammad
Amin menjelaskan berbagai hasil ijtihad Ibnu Taimiyyah dalam berbagai perkara
seperti tidak ada ketentuan jarak dan waktu untuk mengerjakan shalat qashar dan
berbuka bagi musafir serta bolehnya mengangkat beberapa orang khalifah dalam dunia
Islam. Meskipun demikian, Muhammad Amin menyertakan pula penjelasan mengenai
berbagai persamaan pemikiran konsep sumber hukum antara Ibnu Taimiyyah dengan
Imam Ahmad bin Hanbal. Hal ini sebagaiamana diterangkan sebagai berikut:
Kesamaan ushul fiqh Ibnu Taimiyyah dengan Ahmad bin Hanbal yang
sesungguhnya terletak pada kesamaan sikap antara keduanya dalam menerima
hadits sebanyak mungkin, di samping memandang atsar as-sahabah dan fatwa
tabi'in sebagai salah satu dalil hukum mereka (Muhammad Amin, 191: 138).
Berbagai sumber lainnya yang mengkaji pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal
mencakup konsep al Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas masih cukup banyak namun
peranannya tidak sebesar dibandingkan berbagai sumber yang
telah disebutkan
sebelumnya. Selain itu pemikiran Imam Ahmad tersebut biasanya terdapat pada
berbagai karya tulis yang membahas mengenai aqidah dalam Agama Islam.
Diantaranya adalah Pokok-pokok Keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah karya Imam
Ibnu Qudamah, dan Aqidah Salaf Ashabul Hadits karya Imam Ismail bin Abdurrahman
Ash-Shabuni.
- 19 -
2.2 Sumber rujukan untuk pembahasan perkembangan madzab-madzab dalam Agama
Islam
Adapun yang menjadi kekurangan pada beberapa sumber yang telah
dipaparkan sebelumnya adalah tidak adanya penjelasan lebih lanjut mengenai
perbedaan ataupun persamaan pandangan keempat Imam Madzab (Imam Hanafi, Imam
Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad) mengenai sumber hukum Agama Islam.
Berbagai sumber tersebut hanya menjelaskan secara umum mengenai pengertian dan
penjelasan konsep al Qur'an, as Sunnah, ijma' dan qiyas. Padahal pada setiap Imam
Madzab tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dalam metode pengambilan hukum
(istinbath) dalam menghadapi peristiwa yang terjadi. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Siradjuddin 'Abbas (1972: 97).
Dalam menanggulangi kekurangan kedua sumber sebelumnya maka
digunakan beberapa sumber lain khususnya yang mengkaji perkembangan madzab
dalam Agama Islam. Beberapa sumber yang termasuk pada kategori ini diantaranya
adalah Buku Madzab Syafi'i karya Abbas Siradjuddin ', Biography Empat Serangkai
Imam Madzab (Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil, Biografi
Imam-Imam Empat Mazhab; Hanafi, Maliki, Syafe’i dan Hambali karya Ahmad AsySyurbasi, Cita Humanisme Islam karya George Makdisi, Artikel Tarikh Tasyri': Sejarah
Perkembangan Mazhab karya Munawar Khalil,
Sumber yang pertama akan dibahas pada sub bab ini adalah Buku Madzab
Syafi'i karya Siradjuddin 'Abbas. Meskipun berjudul Madzab Syafi'i, ternyata dalam
pembahasannya buku tersebut menjelaskan persamaan dan perbedaan yang terdapat
pada Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. Keempat Imam
Madzab tersebut memposisikan al Qur'an dan Hadits sebagai sumber pertama tetapi
terdapat perbedaan dalam menjalankan ijtihad.
- 20 -
Siradjuddin 'Abbas dalam bukunya tersebut membandingkan dalil-dalil hukum
menurut keempat imam madzab tersebut dalam bentuk bagan berikut:
1. Madzab Hanafi
Qias
Qur'an
hadits
Ijma
sahabat
istih
-san
2. Madzab Maliki
Qur'an
Ijma
Amalan
orang
madinah
hadits
Qias
Mashalih
Mursalah
3. Madzab Syafi'i
Qur'an
hadits
Ijma
Para
imam
Qias
4. Madzab Hanbali
Qur'an
Ijma
sahabat
hadits
Qias
Dikutip dari Siradjuddin 'Abbas:1972: 102.
Adapun kekurangan yang terdapat pada buku Madzab Syafi'i karya
Siradjuddin 'Abbas adalah subjektifitas penulis terhadap Madzab Syafi'i
- 21 -
yang
berlebihan. Meskipun pembahasan Siradjuddin 'Abbas mencakup keempat madzab di
atas ternyata pernyataan beliau terlihat tidak konsisten. Hal ini tampak pada salah satu
pernyataan Siradjuddin 'Abbas dalam salah satu kesimpulannya mengenai perbandingan
madzab; "Madzab Imam Syafi'i lebih agung walaupun dibandingkan dengan ketiga
madzab lainnya"(Siradjuddin 'Abbas,1972: 104).
Sumber berikutnya adalah buku Biography Empat Serangkai Imam Madzab
(Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil dan Buku Biografi ImamImam Empat Mazhab; Hanafi, Maliki, Syafe’i dan Hambali karya Ahmad AsySyurbasi. Kedua buku ini sesuai dengan judulnya berusaha memaparkan biografi
keempat Imam Madzab sejak masa kecil hingga masa wafatnya beserta kontribusi yang
telah dihasilkan melalui karya-karya tulisnya. Selain itu pada kedua buku ini dipaparkan
pula perkembangan keempat madzab tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebarannya.
Adapun yang membedakan kedua buku tersebut adalah sumber
yang
digunakan dan kesimpulan yang dipaparkan. Pada buku Biography Empat Serangkai
Imam Madzab (Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil lebih banyak
menggunakan kitab-kitab klasik sebagai sumber rujukannya seperti al-I'tishom karya
Imam Syatibhi, al Qaulul Mufid karya Imam Muhammad bin 'Ali asy-Syaukani dan
Muqadimmah karya Ibnu Khaldun. Meskipun demikian hal tersebut tidak mengurangi
pembahasan yang ada pada buku ini. Bahkan buku Biography Empat Serangkai Imam
Madzab (Hanafy-Maliky-Syafi'iy-Hanbaly) karya Munawar Khalil cenderung lebih
bersifat spesifik karena dalam kesimpulannya dapat mengungkapkan berbagai faktor
penyebaran suatu madzab. Misalnya ketika Munawar Khalil mengemukakan faktor
utama yang mendorong penyebaran Madzab Hanafy:
- 22 -
Setelah Mesir jatuh ke tangan kekuasaan Bangsa Turki, maka kedudukan
qadhi dan kehakiman diserahkan kepada ulama yang bermadzab Hanafy.
Karena Mahdzab Hanafy menjadi madzab resmi Kerajaan Utsmaniyyah dan
bagi segenap pembesar negara ( Munawar Khalil, 1977: 78)
Sumber berikutnya adalah buku Cita Humanisme Islam karya George Makdisi
dan buku the History of Arabs karya Phillip K. Hitti. Kedua tersebut sama halnya
dengan karya Munawar Khalil menggunakan sumber-sumber yang berasal dari kitabkitab klasik para ilmuan Islam seperti Muqadimmah karya Ibnu Khaldun, al Milal wa
Nihal karya Imam Syahrahstani dan Tarikh
karya Ibnu Asakir. Adapun yang
membedakan keduanya dengan karya Munawar Khalil adalah Phillip K. Hitti lebih
mengedepankan perkembangan kajian hukum dan etika dalam Islam sedangkan George
Makdisi lebih mengedepankan perkembangan Madzab Syafi'i dan Madzab Hanbali.
George Makdisi menyamakan lahirnya madzab dalam Islam dengan madzab
yang ada pada kristen dan disebut sebagai gerakan skolastik. Disebut sebagai gerakan
skolastik karena (pemikiran madzab-madzab tersebut) diajarkan di sekolah-sekolah dan
di berbagai universitas yang baru di bangun, khususnya di Paris. (George Makdisi,
2000: 25). Hal ini dianggap sama dengan metode yang dipakai pada pendidikan Islam
tradsional berupa madrasah dan hukum sebagai objek kajiannya. Selain itu George
Makdisi mencoba memaparkan latar belakang perkembangan madzab dalam Islam.
Adapun pembahasan yang dipaparkan oleh Phillip K. Hitti bersifat deskripsi
mengenai karakteristik yang ada pada berbagai madzab melalui hukum-hukum yang
telah dihasilkan. Misalnya ketika memaparkan lahirnya Madzab Syafi'y; "antara
Madzab Irak yang liberal dan Madzab Madinnah yang konservatif, muncul madzab lain
yang mengklaim telah membangun jalan tengah: menerima pemikiran spekulatif dengan
catatan tertentu". (Philip K. Hitti, 2000:499). Selain itu penulis berusaha memaparkan
- 23 -
pengaruh hukum Romawi-Byzantium terhadap sistem Hukum Islam khususnya di
Suriah, Palestina dan Mesir.
George Makdisi lebih banyak membandingkan madzab dalam Islam dengan
madzab dalam agama kristen bahkan agama yahudi. Misalnya ketika penulis
memaparkan mengenai konsep ijazah (akta mengajar)
yang berlaku pada madzab
sunni. Menurut George Makdisi hal tersebut tidak dapat diberlakukan di agama kristen
yang mengakui institusi gereja sebagai otoritas tertinggi dan tradisi yahudi yang
mengakui Gaon. (Makdisi: 2000: 64). Karya George Makdisi digunakan sebagai
komparasi terhadap penjelasan konsep hukum dan perkembangan madzab dengan
agama lain di luar Islam. Adapun karya Phillip K. Hitti sama halnya dengan sumber
lainnya digunakan sebagai sumber referensi bagi perkembangan madzab dalam Agama
Islam.
Sumber lainnya adaah artikel dari internet yang berjudul Tarikh Tasyri':
Sejarah Perkembangan Mazhab karya Munawar Khalil. Artikel berusaha memaparkan
mengenai sejarah madzab-madzab dalam Islam dan faktor-faktor yang mempegaruhi
kemunculannya. Munawar Khalil menolak argumen kaum orientalis yang mengatakan
bahwa hukum Islam berkembang dan terpengruhi oleh Hukum Romawi seperti yang
telah diungkapkan oleh Phillip K. Hitti sebelumnya. Ia memaparkan bahwa terdapat
faktor-faktor intern dalam Agama Islam yang mengakibatkan munculnya berbagai
madzab dalam Hukum Islam.
Salah satu faktor tersebut adalah semakin meluasnya wilayah kekuasaan
Islam. Hal ini tentunya mengakibatkan Hukum Islam menghadapi berbagai macam
masyarakat yang berbeda-beda tradisinya. Maka dibutuhkan penyelesaian masalah
hukum yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Selain itu dalam pembahasan
- 24 -
selanjutnya Munawar Khalil hanya membahas tiga madzab dalam Islam; Hanafi Maliki
dan Syafi'i.
Terdapat suatu peretanyaan ketika membaca artikel ini. Mengapa Munawar
Khalil tidak membahas Madzab Hanbali. Padahal sebelum membahas Madzab Hanafi
penulis mengemukakan bahwa terdapat empat madzab pada kalangan Sunni; Hanafi
Maliki Syafi'i dan Hanbali. (Munawar Khalil, 2008:
http://moenawar.multiply.com/journal/item/12/TARIKH_TASYRI_Sejarah_perkemban
gan_mazhab_). Hal inilah yang menjadi kekurangan dalam artikel ini.
Pada sisi lain, artikel ini hanya memaparkan bahwa hukum dalam Agama
Islam berasal dari al Qur'an, Hadist dan pendapat-pendapat para ulama yang dinamakan
dengan ijtihad yang berasal dari mazhab mereka sendiri tanpa menjelaskan latar
belakang penetapan hal tersebut. Meskipun demikian artikel ini berfungsi sebagai
pembanding bagi sumber lainnya khususnya yang membahas mengenai perkembangan
madzab dalam Agama Islam.
2.3. Sumber rujukan untuk pembahasan mengenai biografi Imam Ahmad bin Hanbal
Telah terdapat beberapa karya ilmiah yang mengkaji biografi Imam Ahmad
bin Hanbal, baik yang terdapat dalam bahasa Indonesia, Inggris maupun Arab. Adapun
sumber yang menggunakan bahasa Indonesia mengenai biografi Imam Ahmad bin
Hanbal pada umumnya berada dalam buku yang membahas mengenai perkembangan
madzab dalam Islam dan telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya. Sumber lainnya
yang menggunakan bahasa arab seperti Mawaidz Imam Ahmad bin Hanbal karya
Sholeh Asy-Syamiy, Min 'Alam al Mujaddidin karya Sholeh bin Fauzan bin Abdul
Fauzan, Siyar 'Alamin an Nubala karya Imam Adz-Dzahabi, Al Mihnah ‘alal Imam
- 25 -
Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal karya Imam Abu Muhammad Abdul Ghaniy AlMaqdisy Tarikh Khulafa' karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi.
Sumber berikutnya adalah buku yang berjudul Mawaidz Imam Ahmad bin
Hanbal karya Sholeh Asy-Syamiy. Buku ini sesuai dengan judulnya membahas
mengenai berbagai nasihat-nasihat Imam Ahmad kepada orang-orang di sekitarnya
seperti anaknya Abdullah bin Ahmad hingga gurunya sendiri yaitu Imam Syafi'i.
Meskipun demikian Sholeh Asy-Syamiy membahas biografi singkat Imam Ahmad dan
peranannya ketika masa mihnah (ujian) pada kekhalifahan Abbasiyyah.
Sumber berikutnya adalah buku Min 'Alam al Mujaddidin karya Sholeh bin
Fauzan bin Abdul Fauzan. Sama halnya dengan sumber sebelumnya, buku ini
memaparkan mengenai biografi singkat Imam Ahmad bin Hanbal. Hingga sumber
referansinya buku Mawaidz Imam Ahmad bin Hanbal karya Sholeh Asy-Syamiy dan
buku Min 'Alam al Mujaddidin karya Sholeh bin Fauzan bin Abdul Fauzan banyak
mengutip dari kitab Manaqib Imam Ahmad
karya Ibnul Jauzy. Adapun yang
membedakannya adalah jika karya Sholeh Asy-Syamiy lebih menekankan kepada
berbagai nasehat Imam Ahmad sedangkan karya Sholeh bin Fauzan bin Abdul Fauzan
lebih menekankan pada peranan Imam Ahmad sebagai pembaharu dalam agama Islam.
Adapun jika dilihat dari segi jiwa jaman maka, berbagai sumber yang telah
disebutkan sebelumnya tidak banyak dikemukakan mengenai latar belakang dan jiwa
jaman yang berkembang pada masa Imam Ahmad. Padahal jiwa jaman merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang.
Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Gazalba (1981:147) bahwa; "Sejarah berhubungan dengan jawaban
yang diberikan orang besar atas tantangan masyarakat kebudayaan atau jamannya ...".
Dalam rangka mengkaji latar belakang dan jiwa jaman yang berkembang pada
masa Imam Ahmad maka digunakanlah sumber lainnya yaitu Siyar 'Alamin an Nubala
- 26 -
karya Imam Adz-Dzahabi dan Tarikh Khulafa' karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan
Al Mihnah ‘alal Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal karya Imam Abu Muhammad
Abdul Ghaniy Al-Maqdisy. Kitab Siyar 'Alamin an Nubala merupakan kumpulan
biografi berbagai tokoh dalam Agama Islam mencakup biografi Rasulullah
Shalallahu'alaihi wa salam, para Sahabatnya, para ulama, para khalifah hingga masa
Imam Adz-Dzahaby.
Siyar 'Alamin an Nubala merupakan kitab klasik yang menjelaskan biografi
Imam Ahmad bin Hanbal secara detail mulai dari nasab, keadaan fisik hingga berbagai
kebiasaannya. Imam Adz-Dzahaby membagi biografi Imam Ahmad menjadi beberapa
bagian yaitu: masa menuntut ilmu, masa mihnah (ujian) pada masa Kekhalifahan alMa'mun, masa mihnah (ujian) pada masa Kekhalifahan al-Watsiq dan pada masa
Kekhalifahan al-Mutawakkil. Hal ini pun serupa dengan Kitab Al Mihnah ‘alal Imam
Ahlus Sunnah Ahmad bin Hanbal karya Imam Abu Muhammad Abdul Ghaniy AlMaqdisy dan kitab Mawaidz Imam Ahmad karya Sholih Ahmad As-Syamiy.
Adapun Tarikh Khulafa' merupakan biografi khusus para Khalifah Islam sejak
kepemimpinan Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam hingga akhir dari Dinasti
Abbasiyyah. Imam Suyuthi tidak menyebutkan secara langsung biografi Imam Ahmad
bin Hanbal. Penulis hanya terbatas pada peranan Imam Ahmad pada masa-masa mihnah
(ujian) sejak Kekhalifahan al-Ma'mun hingga Kekhalifahan al-Mutawakkil. Persamaan
pada keempat sumber tersebut adalah hanya terbatas pada berbagai pernyataan Imam
Ahmad mengenai konsep al Qur'an.
- 27 -
Download