5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi atau Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan (cognitive) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahawa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu b) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus c) Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d) Trial, orang mulai mencoba perilaku baru e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Universitas Sumatera Utara 6 2.1.2 Tingkat pengetahuan Dari teori Bloom yang dikutip dari Benjamin Bloom (1956) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. a) Tahu (know) b) Memahami (comperhension) c) Aplikasi (application) d) Analisis (analysis) e) Sintesis (synthesis) f) Evaluasi (evaluation) 2.2. Infeksi Menular Seksual 2.2.1 Definisi Infeksi Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS) disebut juga sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam bahasa Inggris Sexually Transmitted Disease (STDs).Sexually Transmitted Infection (STI) atau Venereal Disease (VD).Pengertian daripada IMS adalah infeksi yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual dari salah satu pasangan yang sudah terinfeksi IMS.Namun istilah ini hanya merujuk pada penyakit yang muncul pada alat kelamin.(Ditgen PPM & PL,2008). IMS adalah suatu gangguan atau penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah gonore,sifilis, dan herpes.(Zohra dkk , 2009) Universitas Sumatera Utara 7 2.2.2 Epidemiologi Infeksi Menular Seksual IMS adalah suatu masalah medis,sosial dan budaya yang serius di Indonesia,tetapi sulit untuk mendapatkan data populasi berdasarkan prevalensi dan insidensi dari kasus tersebut. Pada penelitiaan kebanyakan menunjukkan bahwa infeksi gonore adalah infeksi menular seksual yang sering ditemukan yaitu sebanyak 57,7% dari semua kasus IMS (Hamzah dkk , 2007 ; Mitaart dkk , 2006 ; Ramsi dkk , 2009) diikuti dengan non-gonokokal uretritis bervariasi antara 24 dan 54%, dan kandidiasis (23%) serta trikomoniasis,sifilis dan herpes genital sebanyak 74% (Daili dkk , 2007; Hamzah dkk , 2007;Mitaart dkk , 2006). Ada penelitian menunjukkan bahwa kasus IMS yang paling banyak terjadi di rumah sakit umum adalah non-spesifik uretritis/ non-spesifik infeksi genital (NSU/NSGI) (36,6%) diikuti dengan kandidiasis (22%) dan trikomoniasis (10,3%). Selain itu,data dari rumah sakit pendidikan menunjukkan bahwa prevalensi gonore dan NSU/NSGI lebih tinggi dari rumah sakit umum (Daili dkk , 2007). 2.2.3 Penularan Infeksi Menular Seksual Menurut Karang Taruna (2001), sesuai dengan sebutannya cara penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat melahirkan atau setelah lahir, melalui transfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah, melalui penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan IMS adalah : 1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom). 2. Ganti-ganti pasangan seks. 3. Prostitusi. 4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka dibanding epitel dinding vagina. Universitas Sumatera Utara 8 5. Penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita IMS (Hutagalung, 2002). 2.2.4 Gejala Klinis Infeksi Menular Seksual Sindrom utama IMS adalah: • Duh tubuh uretra • Ulkus genital • Pembengkakan inguinal (bubo, yang merupakan pembengkakan di selangkangan) • Pembengkakan skrotum • Keputihan • Nyeri perut bagian bawah • Infeksi mata neonatal (konjungtivitis pada bayi baru lahir). 2.2.5 Jenis-jenis penyakit yang disebabkan infeksi menular seksual. A. Gonore Gonore disebut juga dengan kencing nanah yang disebabkan oleh kuman Gonokokus atau neisseria yang tergolong dalam bakteri diplokokus. Gonore selain ditularkan dengan cara berhubungan seksual, juga dapat ditularkan melalui barang perantara yang sudah dipakai oleh penderita, seperti misalnya pakaian dalam, handuk dan sebagainya. Gonore dapat mengenai laki-laki maupun perempuan, terutama pada kelompok dewasa muda di seluruh dunia. Pasien yang tidak diobati selama berbulan-bulan bisa menularkan kepada orang lain. Umumnya seseorang yang terkena Gonore akan terkena Klamidia secara bersamaan.Gonore akan menimbulkan gejala umum atau khusus setelah terinfeksi selama 2-7 hari. Gejala umumnya antara lain adalah nyeri, gatal, panas saat buang air kecil. Pada laki-laki dan perempuan infeksi ini bisa tanpa gejala, namun umumnya baik perempuan maupun laki-laki gejala yang umum terjadi adalah tampak cairan berupa nanah kental pada kemaluan, atau ada perasaan tidak enak ketika buang air kecil.Bila melakukan seks anal maka akan keluar cairan yang sama Universitas Sumatera Utara 9 dari dubur. Jika melakukan oral seks (melalui mulut) maka Gonore akan menginfeksi kerongkongan. Gejala kronis yang jarang terjadi dari Gonore ini adalah mandul. Bayi yang baru lahir dan terinfeksi Gonore akan menunjukkan gejala seperti mata merah dan bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah lahir , mata itu akan mengeluarkan cairan yang kental. Apabila tidak diterapi , maka akan terjadi kebutaan pada si bayi. Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa pasti dapat dilakukan pewarnaan gramstrain atau dengan pembiakan (kultur). B. Trikomoniasis Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh jenis protozoa atau penyakit parasit bersel tunggal yang disebut Trichomonas Vaginalis sering menyerang bagian bawah traktus urogenitalis yakni saluran alat kemih/kelamin baik pria maupun wanita sehingga sering disebut pula infeksi trichomonas vaginalis. Infeksi ini dapat menyebabkan gejala seperti gatal-gatal, nyeri saat buang air kecil, dan peradangan pada vagina sehingga mengeluarkan banyak cairan vagina berwarna kuning dan berbau tidak enak, tetapi umumnya tidak menimbulkan komplikasi yang berat.Dalam skala kecil biasanya menunjukkan gejala berupa peradangan saluran kencing, tetapi umumnya tidak memiliki gejala.Pengobatan dapat diberikan metronidazol oral. C. Sifilis Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.Hal ini sering disebut "peniru hebat" karena begitu banyak tanda-tanda dan gejala yang bisa dibedakan dari penyakit lainnya.Biasanya terdapat edema vulva generalisata unilateral yang cukup besar.Chancre dimulai sebagai makula kemerahan yang tidak nyeri, yang kemudian menjadi papula.Permukaan erosi sehingga timbul ulkus dengan tepi yang berbatas jelas, bulat dan teratur. Dasarnya terlihat jaringan granulasi yang bersih, dengan warna merah yang suram, walaupun ada kemungkinan terdapat keropeng kekuningan yang kemudian mengering sebagai scab.Jika tidak diobati lesi biasanya memerlukan Universitas Sumatera Utara 10 waktu satu atau dua bulan untuk sembuh.Biasanya tidak terdapat nyeri kecuali bila terdapat infeksi sekunder yang bermakna. Manifestasi sekunder dari sifilis adalah generalisata tetapi dapat termasuk daerah kemerahan pada vulva atau ulkus yang berkaitan dengan bercak kulit berwarna merah mawar yang umum.Lesi seperti ini harus selalu dicurigai. Diagnosis sebaiknya ditegakkan dengan pemeriksaan langsung yaitu lapangan pandang gelap (dark field) menggunakan mikroskopi dan melakukan hecokan pada dasar chancre dan ditemukan bakteri Spiroketa sebelum mendapat pengobatan. Walaupun demikian, kasus yang mencurigakan sebaiknya dirujuk ke klinik penyakit kulit dan kelamin karena diagnosa yang tepat sangat penting. Dalam diagnosa banding harus dipikirkan lesi granulomatosa yang jaranggranuloma venereum atau limfogranuloma inguinale. Herpes vulva dengan inflamasi berat dan papula yang memecah menjadi ulkus, jarang menyerupai sifilis. D. Klamidia Klamidia trakomatis adalah bakteri obligat intraseluler yang menginfeksi uretra dan servik.Servik adalah tempat yang paling sering terinfeksi dengan Klamidia trakomatis.Klamidia bukan merupakan penyebab vaginitis, tetapi dapat mengerosi daerah servik, sehingga menyebabkan keluarnya cairan mukopurulen.Cairan ini mungkin dianggap pasien berasal dari vagina.Neonatus yang lahir dari wanita yang terinfeksi dengan Klamidia memiliki risiko untuk terjadinya inclusion conjungtivitis saat persalinan. 25 sampai dengan 50% dari bayi yang terpapar akan terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelah lahir, dan 10 sampai dengan 20 % akan berlanjut ke pneumonia dalam 3 sampai 4 bulan setelah lahir jika tidak diobati dengan segera. Infeksi Klamidia pada awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur, ketuban pecah dini. Meningkatnya angka kejadian dalam jangka waktu panjang seperti endometritis yang terjadi setelah persalinan pervaginam dan infeksi panggul yang berat setelah operasi sesar dapat terjadi ketika infeksi Klamidia didiagnosis pada pemeriksaan prenatal awal.Pada Universitas Sumatera Utara 11 wanita yang tidak hamil dapat menyebabkan mukopurulen servisitis, endometitis, salpingitis akut, infertilitas, dan kehamilan ektopik. Faktor risiko untuk infeksi klamidia pada wanita hamil usia dibawah 25 tahun, riwayat penyakit infeksi menular seksual dan pasangan lebih dari satu. Manifestasi klinik untuk infeksi klamidia pada perempuan dapat berupa sindroma urethral akut, uretritis, bartolinitis, servisitis, infeksi saluran genital bagian atas (endometritis, salfingo-oophoritis, atau penyakit radang panggul), perihepatitis (sindroma Fitz-Hugh-Curtis) dan arthritis.Kehamilan ektopik juga dapat terjadi oleh karena infeksi klamidia, yang biasanya didahului dengan penyakit radang panggul. Universitas Sumatera Utara