kliping

advertisement
KANTOR KOMUNIKASI UNIVERSITASINDONESIA
KLIPING
KLASIF'IKASI
TEMA
SURATKABAR/MAJALAH
: UniversitasIndonesia- Penulis
: UrgensiPemasaranPolitik
: Kompas
Hari SabtuTanggal30BulanJuli Tahun2012 Halaman7 Kolom 1-3
RINGKASAN :
Menurut Pengajar Program PascasarjanaKomunikasi FISIP UI Ummi Salamah
perilaku politik dan kandidat di kancah politik Indonesia masih terpaku pada tahap
orientasi penjualan. Oleh karena itu biaya pemasaran politik di Indonesia
membutuhkanbiaya relatif besar terutama menjelang pemilihan. Sedangkanmenurut
Ummi yang lebih diperlukan adalah membangun karakteristik sesuai harapan pasar.
Partai Politik dan Kandidat harus meracik pola kampanye yang dapat menjawab
kebutuhanpemilih san target pasaryang lebih luas.
CATATAN:
h.
l
l
(IrgensiPemasarnnPolittk
OIeh UMMI
iayapolitik tinggi
ternyata banyak
kasusnya.Termasuk di antaranya rencana
salah satu partai politik
baru memodali calon legislatifnya Rp 5 miliar-Rp
1Omiliar per orang dan
bagaimana partai politik
menjadikan kadernya sebagai mesin uang.
Jelaslahbahwapartai politik
ataupun kandidatnya membutuhkan biaya relatif besar, terutama menjelang pemilihan. Taktik
klasik yang marak pada pemilu
dan pilkada era pemilihan langsung adalah membanjiri daerah
pemilihan dengan spanduk dan
memasang iklan di media massa
yang semua memakan biaya.
Ketergantungan partai politik
dan kandidat pada pola pembiayaan tinggi untuk mendapatkan pemilih menunjukkan belum
untuk
strategi
memadainya
membangun konstituen.
Seperti diketahui, produk politik yang meliputi partai politik,
kandidat, program, dan kebijakan
merupakan produk yang abstrak
dan tidak kasatmata. Produk ini
juga padat dengan nilai-nilai dan
janji yang baru dirasakirn manfaatnya jmgka panjang. Dalam
dikotomi barang danjasa, produk
politik lebih menyerupai jasa sehingga pengemasannya menjadi
sangat berbeda dengan barang
seperti sabun.
Langkah partai politik dan
kandidat juga menunjukkan kegagapan dalam beradaptasi dengan perubahan. Kondisi politik
Indonesia yang sudah sangatterbuka ditambah dengan kondisi
partai-partai yang. secara ideologis kebijakan hampir mirip menuntut organisasi partai politik
untuk berubah dan meredefinisi
hrrbungan dengan sumber daya
utamany4 yaitu kandidat dan
anggota partai.
politik
Pemasaran
Jawaban dari permasalahan di
atas sebenarnya adalah pema-
SALAMAH
Dalam praktikny4 pemasaran
produk politik berbeda dengan
produk komersial karena selain
memenuhi kebutuhan konsumen, produk politik juga harus
memberikan visi yang mengarahkan pemilih.
Keberhasilan dari pemasaran
politik dicatat Lees-Marshment
(200I) setelah mengamati perkembanganPartaiBuruhlnggris.
Tahun 1983, partai ini lebih berorientasi pada produk dan empat
tahun kemudian kepada penjualan. Kedua praktik politik ini
belum berorientasi kepada pemilih yang mampu menentukan
kemenanganataukekalahanpar-
pol ataukandidat.
Setelah mengubah praktiknya
menjadi pemasaran politi\ tahun 1997 Partai Buruh memenangi pemilihan dan mengantarkan Tony Blair menjadi perdana menteri Inggris.
Orientasi kepadaproduk menjadikan pemilih sebagai target
propaganda dari partai politik
Penekanan pada ideologi mendorong partai politik memanfaatkan setiap kesempatan sebagai
sarana indoktrinasi pemilih. Sementara orientasi kepada penjualan menjadikan media sebagai
sentral dalam kampanye.
Pada tahap penjuala4 riset
dan segmentasi dilakukan untuk
membangun pesan yang mengikat konten ik]an. Namun, tahapan ini masih bersifat satu
arah karena tidak diiringi upaya
serius untuk menguji kembali ke.
sesuaianstrategi.
Pemasaran politik lebih berorientasi pada pasar atau pemilih. Proses yang dijalani juga
lebih panjang dan rumit karena
mewajibkan setiap tahap diuji
ulang agar sesuai kebutuhan pasar. Riset digunakan tidak hanya
untuk mengetahui gejala di permukaan, tetapi juga masuk lebih
dalam pada kebutuhan, motif,
dan konstruksi lain yang mampu
memberikan msr?ftf lebih kaya
terkait perilaku pemilih. Hasilnya adalah masukan untuk menyusun program dan kebijakan
serta posr?ronrngproduk politik
sehingga strategi yang disusun
masih terpaku pada tahap orientasi kepada penjualan. Polling
kini memang menjadi menu wajibbagiparpoldankandidatyang
akan mengikuti pemilihan, tetapi
aplikasinya masih terbatas untuk
memeriksa faktor terkait tahapan kampanye, yaitu popularitas,
favorabilitas, dan elelitabilitas
produk
Saat ini belum ada produk
politik di Indonesia yang secara
sadar membangun karalrteristik
sesuai harapan pasar. Hal ini terlihat dari pesan-pesanpara politisi dalam pemilu atau pilkada
yangcenderung seragam.
r
r
Membangunkonstituen
Kesadaran membangun, memelihara apalagi memperluas
konstituen relatif masih terbatas
jika origntasi penjualan masih
menjadi moda dominan. Untuk
itu, perlu perubahan mendasar.
Kegiatan yang semula lebih banyak dilakukan di bagian depan
(finnt office) harus ditarik ke bagian belakang (back office). Artny4
partai politik dan kandidat harus
meracik pola kampanye yang dapat me4jawab kebutuhan bukan
hanya pemilih, melainkan juga target pasar)langlebih luas,mulai dari
anggota dan ormas yang berafiIiasi
dengan partai politik, penyumbang
dan4 media mass4 dan pembentuk opini publik
Di sinilah pengembangan
sumber daya manupia menjadi
penting dalam orgalisasi partai
politik Caranya dengan menempatkan orang-orang yang terampil sebagai pengUrus ataupun
kandidat. Kerja politi\ termasuk
riset, dapat dilakukan secara internal untuk mengurangi biaya.
Output dari riset mendalam
adalah strategi dan taktik yang
tepat dan mampu menjawab persoalan. Dengan demikian, sumber daya dapat dihemat selain
mengurangi bah aya mor al (moral
hazar{ dari politik biaya tinggi
yang selama ini ditakutkan.
Demokrasi akan berkualitas jika para politisi memiliki keterampilan menjalankannya. Demo krasi tanpa keterampilan politik
hanya melah irkan anarki.
Download