Aplikasi Model Renko Untuk Memprediksi Pola

advertisement
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap pola pengendapan lumpur aktif menjelaskan
adanya pengaruh perlakuan pengonsentrasian terhadap pola pengendapan.
Semakin tinggi konsentrasi awal lumpur maka semakin sulit lumpur mengendap.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada konsentrasi yang tinggi (> 4000 mg/l) ruang
antar partikel lebih sempit, hal ini menyebabkan antar partikel sering terjadi
kontak. Akibat saling kontak terbentuk lapisan-lapisan lumpur dimana lapisan
lumpur
paling bawah menahan lapisan di atasnya sehingga kecepatannya
berkurang.
Hasil penelitian mengidentifikasi tiga kondisi perlakuan yaitu kondisi 1,2,
dan 3 mempunyai pola pengendapan yang berbeda. Perbedaan terjadi karena
nilai SVI (Sludge Volume Index) yang berbeda pada tiap kondisi. Berdasarkan
karakteristik flok yang berbeda pada masing-masing kondisi, hasil penelitian juga
mampu mengidentifikasi tiga karakteristik zona pengendapan (Jenskins,1993)
yaitu zona normal ; zona antara ; dan zona bulking dengan nilai SVI secara
berurutan sebagai berikut :75 ml/g;122.5 ml/g ;dan 169.5 ml/g. Zona
pengendapan ini memperlihatkan pola pengendapan yang khas sehingga bisa
dijadikan acuan untuk menilai kualitas pengendapan. Semakin tinggi nilai SVI
maka kecepatan pengendapan semakin rendah. Kecepatan pengendapan
terhambat karena ketidakseimbangan proses bioflokulasi yang terjadi dalam
sistem. Identifikasi terhadap ketiga zona tersebut mempermudah penanganan
masalah bulking dan carry over melalui penyesuaian parameter pengendapan
yang lebih terukur.
Hasil verifikasi model menggunakan paket program simulasi pola
pengendapan lumpur aktif dengan software Mathlab 7.01, diperoleh model
pengendapan untuk tiga kondisi yang berbeda dengan nilai parameter berikut ini:
kondisi 1 ( α :0.00392; β :-0.3345; C:2.8e-04), kondisi 2 ( α :0.00067; β :-0.4276;
C:9.56e-04) dan zona bulking ( α :0.00075; β :-0.7003; C:9.91e-04). Hasil verifikasi
memperlihatkan tiap kondisi mempunyai nilai parameter model yang berbeda.
Hal ini menjelaskan adanya pengaruh pengonsentrasian terhadap parameter
model.
Hasil verifikasi model terhadap zona pengendapan lumpur aktif diperoleh
nilai parameter model secara berurutan sebagai berikut : zona normal
66
( α :0.0039; β :-0.3345; C:2.8e-04), zona antara ( α :0.0028; β :-0.2100; C:2.5e-04)
dan zona bulking ( α :0.0018; β :-0.3580; C:2.9e-04). Hasil ini memperlihatkan tiap
zona mempunyai nilai parameter model yang berbeda. Hal ini menjelaskan
adanya pengaruh nilai SVI terhadap parameter model.
Hasil validasi model dengan menggunakan rangkaian data baru
berdasarkan nilai MSE (Mean Square Error) terhadap ketiga kondisi diperoleh
persentase tingkat kesalahan yang kurang dari 2.0 %. Dengan demikian
disimpulkan model dianggap valid dan layak digunakan untuk mengambarkan
kondisi pola pengendapan lumpur aktif.
Hasil validasi model berdasarkan nilai MSE yang dihasilkan untuk setiap
zona pengendapan mempunyai persentase rata-rata tingkat kesalahan dibawah
5.0 %. Nilai tersebut masih sangat kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa
model valid dan mempunyai keandalan yang tinggi untuk menjelaskan zona
pengendapan yang terjadi. Hasil validasi pada berbagai kondisi dan zona
pengendapan di atas menjelaskan model yang dihasilkan valid dan layak untuk
memprediksi pola pengendapan lumpur aktif di sedimentasi akhir.
V.2. Saran
1. Perlu dilakukan kajian lanjutan untuk seluruh unit sistem lumpur aktif
sehingga mampu mewakili kondisi sistem secara lebih lengkap.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai komposisi lumpur aktif lokal
Indonesia dengan membandingkan jenis lumpur aktif di industri lain.
67
Download