EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG Wahyu Manggaring Tyas1), Drs. Suwarno Winarno 2), Dra. Arbaiyah Prantiasih, M.Si3) Jurusan Hukum dan kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Indonesia Jalan Semarang No.5 Malang, 65144 E-mail: [email protected] Abstrak : Pelaksanaan sistem among dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang melalui nilai-nilai K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Ada beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk budi pekerti tersebut: Berjabat dan cium tangan; hormat bendera dan berdoa sebelum memulai pelajaran; perilaku guru atau pamong pada saat berada diluar maupun di dalam kelas; siswa diwajibkan sholat dhuhur dan jum’atan. Keefektivitas sistem among dalam pembentukan budi pekerti di SMA Taman Madya Kota malang terfokus pada slogan K3TS, yaitu ketertiban; kedisiplinan; kejujuran; tanggung jawab dan taqwa; sopan santun cukup efektiv. Hal ini tergambar dari temuan penelitian dan pengetahuan yang diterapkan guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk budi pekerti siswa melalui triologi pendidikan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Keefektivitasan diukur melalui wujud perilaku yang telah dilakukan oleh siswa pada saat mereka telah mampu untuk ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan) nilai-nilai budi pekerti K3TS yang ditanamkan. Hambatan yang dihadapi diantaranya hambatan dari keuarga; pengaruh buruk dari lingkungan; kepribadian siswa. Dalam hal ini di dalam lingkungan tri pusat pendidikan masih diperlukan adanya sikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Upaya yang di lakukan SMA Taman Madya Kota Malang untuk membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among diantaranya tidak berlakunya surat izin; ekstrakurikuler; poster kata-kata bijak; buku tata tertib; pendidikan budi pekerti. Kata Kunci : Sistem Among, Budi Pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan. Pada hakikatnya fungsi pendidikan nasional menurut UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 Pasal 3, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kesuma dkk, 2012:6). Guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari peserta didik di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa. Hal ini sesuai dengan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional R.M.Suwardi Suryaningrat atau yang biasa dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, menurut beliau pendidikan adalah “ daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya” (Tim LKM UNJ, 2011:78). Yang kemudian pemikiran tersebut dituangkan dalam tujuan pendidikan di perguruan Tamansiswa ialah membangun manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya (Rahardjo, 2009:63). Seorang guru atau pamong berkewajiban mengajar dan mendidik “Mengajar” berarti memberi ilmu pengetahuan, menuntun pemikiran serta melatih kecakapan atau kepandaian anak didik agar nantinya menjadi orang yang berpengetahuan dan cerdas. “Mendidik” berarti menuntun tumbuhnya budi pekerti dalam hidup anak didik, agar mereka nantinya menjadi manusia yang berkepribadian beradab dan susila. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Soeratman, 1985:77-78), adab atau keluhuran budi manusia itu menunjukkan sifat batinnya manusia (misalnya keinsyafan tentang kesucian, kemerdekaan, keadilan, ketuhanan, cinta kasih, kesetiaan, kesenian, ketertiban, kedamaian, kesosialan, dan sebagainya), sedang kesusilaan atau ketulusan itu menunjukkan sifat hidup lahirnya manusia yang serba halus dan indah (kebudayaan). Bagi Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai perjuangan. Senada dengan pernyataan di atas dikutip dalam Rahardjo (2009:63), Tamansiswa bersifat antiintelektualisme, artinya, siapa pun tidak boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan asas keseimbangan Antara intelektualitas di satu sisi dan personalitas di sisi lain. Tujuannya agar kecerdasan dan kepribadian setiap anak didik berkembang secara seimbang. Pemikiran Ki Hajar Dewantara (dalam Soeratman, 1985:79), guru atau pamong dalam melaksanakan tugasnya, mengajar dan mendidik haruslah memberi tuntunan dan menyokong pada anak-anak agar dapat tumbuh dan berkembang berdasarkan kekuatan sendiri. Cara mengajar dan mendidik dengan menggunakan alat perintah, paksaan dengan hukuman seperti yang dipakai dalam pendidikan di masa dahulu hendaknya dihindari. Semboyan yang digunakan untuk melaksanakan metode ini adalah Tut Wuri Handayani, artinya mendorong anak didik untuk membiasakan diri mencari dan belajar sendiri. Guru atau pamong mengikuti di belakang dan memberi pengaruh, bertugas mengamati dengan segala perhatian; pertolongan diberikan apabila di perlukan. Dengan menggunakan metode among, yang berarti membimbing anak dengan penuh kecintaan dan mendahulukan kepentingan anak maka anak dapat berkembang menurut kodratnya. Bakatnya dapat berkembang dan hubungan pamong bersama murid-muridnya adalah seperti keluarga. Dikutip dalam Rahardjo (2009:72), yang dipakai sebagai alat pendidikan yaitu pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapat tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut kodratnya sendiri itulah yang dinamakan Among Methode. Ditinjau dari tujuan pendidikan nasional serta pembelajaran menggunakan sistem among yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara sangat tepat apabila diterapkan di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran yang menjadi media pengembangan dan pembentuk watak bangsa yang paling urgensi. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Kansil,1997:vii). Menurut, Zuriah (2012:134) pada hakikatnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk menyiapkan para siswa nantinya sebagai warga masyarakat sekaligus sebagai warga negara yang baik. Di samping itu, Pendidikan Kewarganegaraan juga dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan, dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan untuk menjadi warga negara yang baik dan dapat diandalkan. Sehubungan dengan tujuan pendidikan nasional, maka pembelajaran PKn pada jenjang pendidikan dasar dan menengah secara konseptual mengandung komitmen utama dalam pencapaian dimensi tujuan pengembangan kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa. Muatan bahan ajar budi pekerti dikembangkan berdasarkan model pengintegrasian budi pekerti ke dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu dengan memadukan nilai-nilai budi pekerti dalam setiap pokok bahasan Pendidikan Kewarganegaraan dan dipilih yang relevan seiring pertumbuhan dan perkembangan watak sekaligus kepribadian peseta didik. Namun sangat disayangkan ketika sistem Among ini hanya diterapkan pada sekolah perguruan Tamansiswa, masih banyak sekolahsekolah di Indonesia ini yang menggunakan paksaan, perintah, serta hukuman untuk membuat siswanya merubah sikap dan perilaku mereka. Salah satu sekolah perguruan Tamansiswa yang ada di kota Malang sampai saat ini adalah SMA Taman Madya. Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian di SMA Taman Madya kota Malang. Hal ini dikarenakan SMA tersebut merupakan satu-satunya SMA perguruan Taman siswa yang ada di kota Malang dan sekolah yang menerapkan sistem among di dalam proses pembelajarannya, seiring dengan berkembang serta adanya perubahan kurikulum-kurikulum baru sistem among tetap menjadi landasan dasar di SMA Taman Madya kota Malang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Sistem Among Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Membentuk Budi Pekerti Siswa Di Sma Taman Madya Kota Malang”. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan mengenai efektifitas sistem Among dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya membentuk budi pekerti siswa di SMA Taman Madya Malang. Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsi mengenai suatu masalah yang diteliti dan hasil dari pengamatan digambarkan dengan menggunakan narasi kata-kata. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna tingkah laku dari suatu peristiwa dan interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut prespektif penelitian sendiri. Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut; (1) Wawancara; (2) Observasi Partisipatif; (3) Studi Dokumentasi. Analisis Data terdiri dari reduksi data, Penyajian Data mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. HASIL A. Pelaksanaan Sistem Among Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Nilai-nilai yang diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang adalah meliputi K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, Adapun penarikan kesimpulan / verifikasi data, kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Adalah engan cara pengecekan keabsahan temuan diperlukan beberapa tindakan agar dapat memberikan tingkatan kepercayaan mengenai hasil laporan penelitian. Berikut ini langkah-langkah dalam pengecekan keabsahan data ialah: Ketekunan pengamatan, Triangulasi Untuk itu peneliti dapat melakukan dengan jalan: (a) mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, (b) mengeceknya dengan berbagai sumber data, (c) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi Serta adanya Tahap-tahap Penelitian, penelitian kualitatif adapun tahapan-tahapan melakukan penelitian sebagai berikut, tahap pra lapangan, yaitu : menyusun rencana penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. Dan tahap pelaksanaan lapangan yaitu, tahap pengumpulan data, penyusunan data, tahap analisis data, tahap penyelesaian. tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Ada beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk budi pekerti tersebut, diantaranya: (a) Berjabat dan cium tangan; (b) hormat bendera dan berdoa sebelum memulai pelajaran; (c) perilaku guru atau pamong pada saat berada diluar maupun di dalam kelas; (d) siswa diwajibkan sholat dhuhur dan jum’atan. Strategi ini dilaksanakan tidak terlepas dari konsep pendidikan yang digunakan di perguruan Tamansiswa, yaitu menggunakan sistem among. Artinya dilaksanakan menggunakan metode mendidik yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan kemerdekaan dengan kodrat alam. Dilaksanakan dengan kasih sayang sesama, saling menghormari dan menghargai adanya perbedaan, tolong menolong, demokratis, dan membangun kesatuan dan persatuan. Sistem among dilaksanakan secara Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Ketika dapat mengenali karakter dari masing-masing siswa guru di depan memberi contoh tingkah laku yang baik untuk ditiru. Di pertengahan memberi semangat pada saat siswa mulai menerapkan perilaku yang baik, menjalankan hal yang baik mereka di dorong untuk diberi semangat agar terus melakukan hal yang benar tersebut. Di belakang memberi dukungan untuk terus berbudi pekerti yang luhur. B. Efektivitas Sistem Among Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kefektivitasan penerapan sistem among pada pembelajaran kewarganegaraan dalam upaya membentuk budi pekerti siswa di SMA Taman Madya Kota Malang, yaitu dengan menanamkan nilai nilai K3TS (ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawa dan taqwa, sopan santun). (a). Ketertiban, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban cukup efektiv, hal ini terlihat yang telah menunjukkan perilaku yang dirapkan melalui triologi dari guru, yaitu siswa ngerti, ngrasa, nglakoni; (b.) Kedisiplinan, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban sangat efektiv. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan perilaku siswa di SMA Taman Madya Kota Malang, siswa Ngrasa (memahami) bahwa ketidak disiplinan telah merugikan mereka; (c.) Kejujuran, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan kejujuran cukup efektiv. Hal ini tergambar dari kejujuran siswa di SMA Taman Madya terhadap guru dalam segala masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini guru melaksanakan triologi pendidikan Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ditengah-tengah guru memberikan semangat dan dorongan terhadap siswanya; (d.) Tanggung Jawab dan Taqwa, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan tanggung jawab dan taqwa sangat efektiv. Hal ini tergambar siswa Nglakoni (melakukan) triologi pendidikan yang telah diterapkan oleh guru ketika guru melaksanakan Ing Ngarsa Sung Tulada; (e). Sopan Santun, dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan perilaku sopan santun sangat efektiv. Dikarenakan siswa siswi dan seluruh warga SMA Taman Madya Kota Malang Nglakoni (melakukan) 3S, yaitu senyum, sapa, salam. C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Sistem Among Ada beberapa hambatan yang dihadapi SMA Taman Madya Kota Malang dalam upaya membentuk budi pekerti siswa pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mealaui penerapan sistem among, akan diuraikan sebagai berikut, hambatan dari keluarga, pengaruh buruk dari lingkungan, kepribadian siswa. D. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan PEMBAHASAN A. Gambaran Pelaksanaan Sistem Among Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Membentuk Budi Pekerti Siswa Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian, dapat dijelaskan bahwa Pelaksanaan sistem among dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang melalui nilai-nilai K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Ada beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk budi pekerti tersebut, diantaranya: (a) Berjabat Tangan dan Penyambutan Siswa, dari strategi ini siswa ditanamkan nilai budi pekerti yang mencerminkan perilaku sopan santun dan mencontohkan siswa untuk disiplin waktu supaya tidak datang terlambat ke sekolah. Sistem among yang Nampak adalah Ing Ngarsa Sung Tulada dan Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tulada yaitu guru memberikan teladan dengan guru hadir lebih pagi ke Kewarganegaraan Sistem Among Melalui Ada beberapa upaya yang dilakukan SMA Taman Madya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among yaitu, tidak berlakunya surat izin, kegiatan ekstrakurikuler, buku tata tertib, poster kata-kata bijak, pendidikan budi pekerti. sekolah untuk menyambut siswa, sehingga memberikan teladan supaya siswa mencontoh perilaku guru tersebut. Tut Wuri Handayani, yaitu guru memberikan dukungan apabila siswa berbuat sopan santun dan disiplin waktu. Apabila terlambat mereka akan di dukung dengan adanya poin di dalam buku tata tertib berupa poin agar mereka tidak mengulangi perbuatannya. (b) Hormat Bendera Dan Berdoa Sebelum Memulai Kegiatan Belajar, nilai-nilai budi pekerti yang ditanamkan dari kegiatan hormat bendera adalah bagaimana siswa diajarkan untuk mencintai tanah airnya, bangsa, dan negara sedangkan berdoa sebelum memulai pembelajaran adalah wujud dari rasa tanggung jawab dan taqwa siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari kedua kegiatan tersebut maka dapat tercipta perilaku tertib dari siswa. Mencerminkan tertib dalam tingkah laku membiasakan hormat bendera dan berdoa menjadikan siswa tertib berfikir, yaitu berfikir positif dalam melakukan segala kegiatan. Sistem among yang diterapkan adalah Ing Ngarso Sung Tulada adalah guru di depan memberikan teladan yang baik kepada siswa dengan menanamkan rasa mencintai tanah air dan tanggung jawab dengan taqwa terhadap Tuhannya. (c) Perilaku guru di luar dan di dalam kelas, perilaku guru di dalam maupun di luar pembelajaran tetaplah dengan melaksanakan sistem among Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. (d) Sholat dhuhur dan jum’at berjamaah, kegiatan sholat berjamaah ini menanamkan perilaku disiplin waktu juga taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disiplin waktu yang ditanamkan ketika siswa harus dapat membagi waktu mereka Antara kegiatan belajar mengajar, sholat, dan bermain. Triologi yang diterapkan pada kegiatan ini adalah Ing Ngarsa Sung Tulada, adalah guru memberikan tauladan kepada siswa untuk sholat berjamaah, tidak hanya memberikan perintah melainkan juga melaksanakannya. Pelaksanaan triologi Tut Wuri Handayani adalah terlihat pada saat guru menegur siswa yang tidak melaksanakan sholat berjamaah dengan melaporkannya pada buku tata tertib mendapatkan poin pelanggaran. B. Efektivitas Sistem Among Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Upaya Membentuk Budi Pekerti Siswa Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian di SMA Taman Madya Kota malang di dalam pembentukan budi pekerti terfokus pada slogan K3TS, yaitu (a) ketertiban; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban cukup efektiv, hal ini terlihat dari perilaku anak-anak di sekolahan baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran telah menunjukkan perilaku yang dirapkan melalui triologi dari guru, yaitu siswa ngerti, ngrasa, nglakoni. Ngerti (mengerti) dengan apa yang contohkan oleh guru untuk berperilaku tertib, Ngrasa (merasa) siswa merasa bahwa ia perlu melakukan perbuatan tersebut, Nglakoni (melakukan) apa yang mereka anggap benar dan tepat. Ditunjukkan dengan siswa yang menjadi tertib dalam perbuatan, tertib berbicara, tertib berpakaian, mereka mampu untuk berpikiran positif. Yang semula mereka sering melakukan pelanggaran seragam yang dikenakan sekarang menjadi berkurang, tertib dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Telah tertanamnya pada siswa semboyan Ajining Diri Gumantung Saka Lati, Ajining Raga Gumantung Saka Busana yang mulai diterapkan oleh siswa di dalam kehidupan seharihari. Dalam ketertiban siswa selalu diajarkan berfikiran positif dan berkemauan luhur, karena dengan berfikir positif diharapkan adanya perbuatan-perbuatan yang baik, benar, adil, dan indah. (b) kedisiplinan; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan ketertiban sangat efektiv. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan perilaku siswa di SMA Taman Madya Kota Malang, siswa Ngrasa (memahami) bahwa ketidak disiplinan telah merugikan mereka. Siswa yang semula bermasalah dengan pembelajaran di sekolah, siswa yang sering terlambat, siswa yang suka membolos menjadi berkurang dengan diterapkannya sistem among dengan pelaksanaan Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Guru sebagai tauladan ditunjukkan dengan disiplin waktu datang lebih awal untuk menyambut siswanya, siswa diberikan dukungan untuk dapat membagi waktu mereka dicari masalah dan solusi, serta adanya hukuman yang bersifat mendidik. Sistem among sangat efektif dalam upaya membentuk budi pekerti siswa, tidak sedikit siswa pindahan dari sekolahan lain yang semula suka membolos membuat ulah sekarang menjadi anak yang disiplin. (c) kejujuran; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan kejujuran cukup efektiv. Hal ini tergambar dari kejujuran siswa di SMA Taman Madya terhadap guru dalam segala masalah yang mereka hadapi. Dalam hal ini guru melaksanakan triologi pendidikan Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ditengah-tengah guru memberikan semangat dan dorongan terhadap siswanya. Guru membimbing siswa dengan kasih sayang, menyentuh hati siswa menanamkan perilaku jujur. Kebebasan anak lebih diutamakan karena mereka mempunyai hak lahir dan batin membuka hati siswa sehingga siswa mampu Ngerti (mengetahui) bahwa niat guru ingin membuka hati mereka untuk berbuat jujur, Ngrasa (merasakan) bahwa pentingnya berbuat jujur bagi kehidupan mereka, Nglakoni (melakukan) bahwa mereka sadar untuk melakukan kejujuran di dalam hal apapun. Baik dalam proses pembelajaran, di lingkungan mereka tinggal dan dimanapun mereka berada saat itu untuk berbuat jujur karena dengan kejujuran hati menjadi tenang, ketika hati tenang maka mampu berfikir positif dan pastilah melakukan perbuatan yang luhur. (d) tanggung jawab dan taqwa; Keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan tanggung jawab dan taqwa sangat efektiv. Hal ini tergambar siswa Nglakoni (melakukan) triologi pendidikan yang telah diterapkan oleh guru ketika guru melaksanakan Ing Ngarsa Sung Tulada, di depan guru memberikan contoh bagaimana mereka bertanggung jawab atas hidupnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan bertaqwa. Secara vertikal melalui berdoa dan beribadah siswa telah menerapkannya dengan tertib dalam kehidupan sehari-hari. Yang semula tidak menjalankan sholat sekarang menjadi rajin sholat dengan pendekatan sistem among yang diterapkan. Sedangkan tanggung jawab secara horizontal adalah dengan mereka dapat melakukan interaksi dengan seluruh warga sekolah tanpa memandang kelas, murid, guru ataupun kepala sekolah. (e) sopan santun, keefektivitasan sistem among pada pembelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan dalam upaya membentuk budi pekerti yang mencerminkan perilaku sopan santun sangat efektiv. Dikarenakan siswa siswi dan seluruh warga SMA Taman Madya Kota Malang Nglakoni (melakukan) 3S, yaitu senyum, sapa, salam ketika bertemu baik dengan guru, siswa dan orang lain. Ini merupakan pelaksanaan triologi pendidikan Ing Ngarsa Sung Tulada, dimana guru memberikan contoh budi pekerti yang luhur dengan perbuatan yang didasari nilai norma dan moral yang etis (sopan) dan estetis (indah) serta menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian efektivitas yang diuraikan di atas dalam setiap nilai budi pekerti yang ditanamkan supaya berjalan dengan efektiv dilaksanakan dengan menerapkan triologi pendidikan, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani yang mempunyai arti bahwa seorang guru harus dapat menjadi teladan (panutan) anak didiknya. Seorang guru harus dapat memotivasi anak didiknya agar bisa bekerja dengan baik. Seorang guru (pemimpin) harus dapat mengawasi pekerjaan anak atau peserta didik supaya memperoleh hasil optimal (Soesilo, 2005:300). C. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Sistem Among Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian ada beberapa hambatan yang dihadapi SMA Taman Madya Kota Malang dalam membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem amon, diantaranya (a) hambatan dari keuarga; Sistem Ing Ngarso Sung Tulada juga dibutuhkan siswa ketika di rumah, hal ini terlihat dari latar belakang keluarga yang bermasalah akan membentuk budi pekerti yang kurang baik pada siswa, begitu juga sebaliknya dengan latar belakang keluarga yang baik dan penuh perhatian kepada ankanya maka membentuk budi pekerti yang baik, semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas. (b) pengaruh buruk dari lingkungan; Lingkungan merupakan tempat bergaul anak-anak ketika mereka berada di luar sekolah. Lingkungan juga merupakan tripusat pendidikan, pendidikan non formal dilakukan dimasyarakat. Apabila anak menerapkan dalam lingkungan masyarakat yang tepat maka budi pekerti yang mereka dapatkan adalah budi peketi yang luhur begitu juga sebaliknya. Lingkungan yang paling cepat merubah pola hidup mereka adalah pada saat mereka bergaul dengan teman sebaya, teman yang salah akan membawa dampak buruk seperti berkata-kata kotor, merokok dan geng motor. Hal ini dikarenakan pihak sekolah maupun orang tua sulit untuk memantau siapa saja teman mereka saat berada di luar lingkungan rumah maupun di luar lingkungan sekolah. (c) kepribadian siswa; kepribadian mempunyai unsur karakter atau watak yang tumbuh dari dari sumber pengaruh yang terpisah-pisah dan dimiliki oleh seseorang dari pertumbuhannya yang bebas. Perkembangan kepribadian berlangsung dalam suatu pola perilaku di mana masing-masing watak berperan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Bahwa kepribadian siswa membawa watak atau karakter, sifat yang berbeda beda. Dari temuan penelitian yang telah diuraikan bahwa faktor penghambat pembentukan budi pekerti dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among diantaranya adalah tripusat pendidikan yang dikutip dalam Soenarno (2005:12), tripusat adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang mengharmoniskan tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. D. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Membentuk Budi Pekerti Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Sistem Among Di SMA Taman Madya Kota Malang Berdasarkan temuan penelitian peneliti memaparkan upaya yang di lakukan SMA Taman Madya Kota Malang untuk membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among diantaranya, (a) tidak berlakunya surat izin; hubungan baik Antara sekolahan dan keluarga adalah bekal utama yang digunakan sebagai upaya untuk mengatasi hambatan dalam upaya membentuk budi pekerti siswa melalui sistem among. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dari keluarga adalah dengan tidak berlakunya surat izin bagi siswa yang tidak masuk sekolah, keterangan bahwa siswa tidak mengikuti pelajaran harus datang dari pemberitahuan orang tua masing-masing siswa. (b) kegiatan ekstrakurikuler; upaya lain yang dilakukan sekolah adalah dengan membuat siswa sibuk di sekolahan, menyediakan tempat aspirasi bagi mereka untuk menyalurkan bakat dan minat setelah selesai kegiatan belajar mengajar. Dari hasil observasi peneliti menyebutkan bahwa siswa yang terlibat aktif dalam ektrakurikuler maka akan semakin sedikit waktu yang mereka gunakan untuk bermain di luar dan akan mereka habiskan dengan hal-hal yang positif. (c) poster kata-kata bijak; Poster kata-kata bijak yang dipasang disetiap sudut sekolahan diharapkan bukan hanya sekedar tulisan melainkan juga dapat dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari siswa baik di dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah keluarga, masyarakat. paya yang dilakukan adalah untuk mengingatkan siswa akan budi pekerti yang luhur, dan setiap saat dapat mereka ketahui di lingkungan sekolah. Kata-kata tersebut mengandung arti bahwa mereka harus berperilaku yang mencerminkan budi pekerti luhur yang diharapkan dapat ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan) mereka laksanakan di dalam kehidupan sehari-hari. (d) buku tata tertib; cara yang dilakukan sekolah untuk mengetahui setiap perubahan budi pekerti siswa secara bertahan adalah dengan buku tata tertib, hal ini adalah upaya yang dilakukan untuk memonitoring ketertiban dan pelanggaran siswa, dari hasil buku tata tertib sangat efektiv digunakan sebagai upaya untuk mengatasi pembentukan budi pekerti siswa dalam hal ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), nglakoni (melakukan). Setiap siswa melakukan pelanggaran dapat dipantau bahwa mereka belum mengetahui, merasa, dan melakukan budi pekerti yang ditanamkan oleh guru. Dengan demikian guru dan orang tua menjadi tahu perubahan perilaku siswa setiap waktu apakah mereka semakin berperilaku buruk dan tidak tertib atau sebalinya perilaku mereka semakin menunjukkan ketertiban dan budi pekerti yang luhur. (e) pendidikan budi pekerti; upaya yang terakhir yang dilakukan sekolah adalah adanya pendidikan budi pekerti yang diadakan setiap satu tahun sekali yang dibimbing oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat Menghasilkan jiwa yang baik dan pekerti yang baik mampu mempertajam daya cipta, rasa, dan karsa sehingga menciptakan fikiran positif, berperasaan indah, dan berkemauan luhur. Visi pendidikan budi pekerti dalam lingkup Pedidikan Kewarganegaraan ialah mewujudkan proses pengembangan budi pekerti siswa yang terarah kepada kemampuan berfikir rasional, memiliki kesadaran moral, berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas perilakunya berdasarkan hak dan kewajiban warga negara yang pada gilirannya mampu bekerja sama dengan anggota masyarakat lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan sistem among dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diterapkan di SMA Taman Madya Kota Malang melalui nilai-nilai K3TS, yaitu ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggungjawab dan taqwa serta sopan santun. Untuk dapat membentuk budi pekerti pada siswa menggunakan beberapa strategi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan , diantaranya: (a) Berjabat dan cium tangan; (b) hormat bendera dan berdoa sebelum memulai pelajaran; (c) perilaku guru atau pamong pada saat berada diluar maupun di dalam kelas; (d) siswa diwajibkan sholat dhuhur dan jum’atan. Penerapan tersebut tidak terlepas dari sistem among diterapkan secara Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. 2. Efektivitas sistem among dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk perilaku K3TS (ketertiban, kedisiplinan, kejujuran, tanggung jawab dan taqwa, sopan santun) cukup efektiv. Hal ini tergambar dari temuan penelitian dan pengetahuan yang diterapkan guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membentuk budi pekerti siswa melalui triologi pendidikan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. Keefektivitasanan diukur melalui wujud perilaku yang telah dilakukan oleh siswa pada saat mereka telah mampu untuk ngerti (mengetahui), ngrasa (memahami), dan nglakoni (melakukan) nilai-nilai budi pekerti K3TS yang ditanamkan. 3. hambatan yang dihadapi SMA Taman Madya Kota Malang dalam membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem amon, diantaranya (a) hambatan dari keuarga; (b) pengaruh buruk dari lingkungan; (c) kepribadian siswa. hambataanhambatan yang dihadapi dalam upaya membentuk budi pekerti siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among adalah berasal dari faktor keluarga, lingkungan, dan kepribadian siswa oleh karena itu ketiga tri pusat pendidikan haruslah berjalan singkron, karena ketiga lingkungan ini menjadi pengaruh yang sangat besar terhadap setiap perubahan perilaku siswa. dalam hal ini di dalam lingkungan tri pusat pendidikan masih diperlukan adanya sikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani. 4. upaya yang di lakukan SMA Taman Madya Kota Malang untuk membentuk budi pekerti siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui sistem among diantaranya (a) tidak berlakunya surat izin; (b) kegiatan ekstrakurikuler; (c) poster katakata bijak; (d) buku tata tertib; (e) pendidikan budi pekerti. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti memiliki saran sebagai berikut: Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti maka ada beberapa saran dalam penerapan sistem among dalam upaya membentuk budi pekerti dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Taman Madya KotaMalang, diantaranya adalah mengadakan kerjasama dengan lingkungan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah agar perilaku anak ketika bergaul dengan teman sepermaianan mereka mudah dipantau. Lebih sering diadakan pendidikan budi pekerti sehingga guru lebih melakukan pendekatan dan mengetahui tingkat perkembangan perilaku siswa, serta menyentuh hati nurani siswa untuk selalu berbudi pekerti luhur. DAFTAR RUJUKAN Kansil. 1997. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMU Kelas 2. Jakarta: Erlangga. Kesuma, Dharma., Triatna, Cepi. & Permana, Johar. 2012. Pendidikan Karakter: kajian teori dan praktik di sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahardjo, Suparto. 2009. Ki Hajar Dewantara: Biografi Singkat. Yogyakarta: Garasi. Soenarno., Rayan, Rais. & Pranoto Sugiyono. 2005. Pendidikan Ketamansiswaan untuk Siswa Taman Madya/Karya. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. Soeratman, Darsiti. 1985. Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Buku Terpadu. Zuriah, Nurul. 2011. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan. Jakarta: Bumi Askara. Tim Kreatif LKM UNJ. 2011. Restorasi Pendidikan Indonesia: Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis Budaya (Safa, Aziz). Jogjakarta: ArRuzz Media.