BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Mengginson dalam Hartono, 2005). Teori Signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman (Suwardjono,2005). Perusahaan yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor (Ross dalam Mamduh Hanafi ,2004). Pada penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal ini tidak bisa ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk karena perusahaan berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Pada penelitian ini sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang 6 7 berkualitas baik dianggap sebagai berita baik (good news) sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk (bad news). B. Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. Menurut PSAK No.1 (2009 : 09) laporan keuangan adalah “suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.” Sedangkan menurut Sofyan, (2007 : 201) mengemukakan bahwa: “laporan keuangan merupakan output dan hasil dari proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan.” Jadi laporan keuangan adalah hasil akhir dari serangkaian proses akuntansi yang meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, catatan dan laporan lain yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Dengan kata lain laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut PSAK (2009 : 1.2) komponen laporan keuangan yang lengkap adalah : a. Laporan posisi keungan pada akhir periode b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode c. Laporan perubahan ekuitas selama periode 8 d. Laporan arus kas selama periode e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, dan f. Laporn posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. C. Laba 1. Pengertian laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional adalah perbedaan antara pendapatan yng direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Menurut Kuswadi (2008 : 36) menyatakan bahwa ”Laba adalah pendapatan dikurangi seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang telah dikeluarkan. Pengeluaran atau pengorbanan yang dimaksud umumnya dikategorikan sebagai beban atau biaya”. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi. Bagi para pemegang saham dan kreditur, laporan laba rugi merupakan suatu informasi yang dapat bermanfaat sebagai suatu ukuran keberhasilan suatu usaha, penilaian atas kinerja manajemen dalam suatu perusahaan untuk mengelola sumber daya perusahaan yang telah ada, sebagai dasar untuk 9 membuat peramalan-peramalan dimasa yang akan datang, sebagai dasar untuk memprediksi kemampuan menghasilkan laba. 2. Jenis – Jenis Laba Laba yang diperoleh oleh perusahaan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu laba kotor dan laba bersih. Dalam menyajikan laporan rugi laba akan terlihat pengklasifikasian dalam pengukuran laba adalah sebagai berikut: a. Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor. Hasil laba bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu. b. Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum. c. Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum pajak perseroan yaitu perolehan dari laba operasi dikurangi atau ditambah. d. Laba bersih setelah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi laba perseroan. 3. Laba Bersih Menurut Hamsen dan Mowen (2009 : 803) menyatakan bahwa laba bersih adalah pendapatan bersih yang telah dikurangi biaya dan pajak. Laba bersih menunjukkan penilaian yang relevan bagi seorang investor untuk menilai efektifitas manajemen dan kebijakan pembayaran deviden yang akan diterima sebagai keuntungan dari penanaman saham hal ini sesuai dengan 10 teori keuangan yang menyatakan bahwa laba bersih digunakan sebagai ukuran jumlah maksimal dana yang akan dibagikan sebagai deviden. Laba bersih yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih yang telah disesuaikan dengan pendapatan lain-lain dan pajak. D. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas ”Laporan arus kas adalah suatu laporan yang bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Menurut Harahap (2007:243). Pengertian arus kas menurut Sofyan (2004 : 257), yaitu : Arus kas merupakan suatu laporan yang memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi. Sedangkan, Laporan arus kas menurut Kieso et.al (2008:321) : “Laporan arus kas adalah laporan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan berih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investigasi, dan pendanaan selama satu periode”. Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Nilai pasar (market value) dari perusahaan, merupakan nilai sekarang (present value) dari aliran-aliran kas (cash flows) masa datang. Arus kas merupakan salah satu indikator nilai pasar perusahaan. Artinya perusahaan yang 11 mempunyai arus kas yang tinggi berarti mempunyai nilai pasar yang tinggi. Nilai pasar yang tinggi ini akan mendorong investor untuk tertarik berinvestasi pada saham perusahaan itu. Tentu saja ini akan meningkatkan harga saham perusahaan. Perhatian utama investor dari laporan arus kas ini adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan perusahaan menghasilkan deviden. Namun pada kenyataannya, para investor pada umumnya lebih tertarik pada prestasi perusahaan yang diukur atas dasar akuntansi akrual dan belum menganalisa laporan arus kas. Arus kas masuk (cash inflows) merupakan penerimaan kas yang berasal dari kegiatan rutin perusahaan misalnya penjualan tunai, penerimaan piutang maupun penerimaan kas yang bersifat tidak rutin misalnya penyertaan modal, penjualan saham, penjualan aktiva perusahaan. Arus kas keluar (cash out flows) adalah pengeluaran yang bersifat kontinyu, seperti pembayaran bunga, dividen dan pembayaran pajak. Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro, sedangkan setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek, dan dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Arus kas berlangsung terus menerus selama perusahaan menjalankan kegiatannya. Agar kas ini mudah dibaca dan dipahami, maka informasi arus kas tersebut dibuat dalam bentuk laporan yang disebut Laporan Arus 12 Kas (statement of cash flows), sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi para investor dan kreditur dalam menganalisa arus kas. Aktivitas membagi laporan arus kas adalah kegiatan operasi kegiatan investasi, yang dan kegiatan pendanaan. Ketiga aktivitas ini memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (2009) paragraph 1, yaitu : Setiap perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Sebuah laporan arus kas akan disajikan setiap periode akuntansi dimana hasil-hasil operasi disajikan. Dengan membandingkan laporan arus kas dari beberapa perusahaan dalam beberapa periode, maka dapat digunakan untuk menilai kemungkinan arus kas di masa yang akan datang dan juga memprediksi kemungkinan perusahaan dalam menghasilkan laba. Apabila digunakan bersama dengan laporan keuangan lainnya, seperti neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas menurut PSAK No. 2 (2009) paragraph 3, memiliki kegunaan yaitu : Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. 13 Tujuan laporan arus kas, menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (2009) paragraph 1 adalah : Memberi informasi historis mengenai perubahan arus kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi. 2. Komponen Arus Kas a. Arus kas dari aktivitas operasi (operating activities) Menurut Desi dan Vera (2005) dalam Kieso et.al (2008 : 324), “aktivitas operasi mencangkup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapat dan beban”. Pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih. Termasuk diantaranya adalah : 1) Menjual barang (jasa). 2) Pembelian barang (jasa) dari pemasok (supplier) dan, 3) Membayar beban operasi ( gaji, sewa, asuransi, dll). b. Arus kas dari aktivitas investasi (investing activities) Menurut PSAK No. 2 (2009) paragraph 5, definisi “aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas”. Yang termasuk dalam aktivitas investasi adalah : 1) Memperoleh dan menjual investasi dan asset tetap. 14 2) Meminjam uang dan menagih pinjaman. 3) Membeli atau menjual anak perusahaan. c. Arus kas dari aktivitas pendanaan (financing actrivities) Menurut PSAK No. 2 (2009) paragraph 5, definisi “akitivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan”. Arus kas dari aktivitas pendanaaan berhubungan dengan pengelolaan sumber dana perusahaan. Aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang sifatnya tidak rutin sehingga terkadang dapat melonjak jumlahnya secara drastis. Yang termasuk dalam aktivitas pendanaan yaitu : 1) Memperoleh kas dari penerbitan utang dan membayar jumlah dipinjam dan, 2) Memperoleh kas dari pemegang saham dan memberikan pengembalian atas investasi pemegang saham. 3. Metode Penyajian Pelaporan Arus Kas Ada metode penyajian laporan arus kas untuk kegiatan operasi, yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Kedua metode ini menghasilkan subtotal yang sama untuk kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. a. Metode langsung (direct method) Menurut Sofyan (2004 : 264), menyatakan bahwa : 15 Pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompokkelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi secara lengkap (gross), tanpa melihat laba/rugi dan dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode langsung adalah metode yang sederhana, yang hanya terdiri atas arus kas operasi yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas. Pada metode langsung, rekening penghasilan dan biaya dengan basis akrual dikonversikan menjadi penghasilan dan biaya dengan basis kas. Arus kas dari aktivitas operasi dihitung dari jumlah pendapatan (penghasilan) dan beban (biaya), disesuaikan dengan perubahan rekening aktiva atau utang lancar yang berkaitan. Cara yang paling efisien untuk menerapkan metode langsung adalah dengan menganalisis pos-pos yang dilaporkan pada laporan laba rugi. Metode langsung menunjukkan yang lebih konsisten dengan tujuan laporan arus kas. b. Metode tidak langsung (indirect method) Menurut Sofyan (2004 : 264), menyatakan bahwa : Dalam metode tidak langsung penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turn pos aktiva lancar dan hutang lancar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan metode ini, laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan 16 kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan di masa depan, dan unsur-unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. Metode tidak langsung sangat banyak diterapkan dengan alasan, lebih mudah dan lebih sedikit mengeluarkan biaya dalam menyusunnya serta metode ini berfokus pada pembedaan antara laba bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Bila menggunakan metode tidak langsung, dalam melaporkan aktivitas laba, laba bersih disesuaikan dengan perkiraan yang termasuk dalam laporan laba rugi yang tidak menghasilkan arus kas masuk atau arus kas keluar. Dalam penelitian ini penulis menggunakan arus kas operasi sebagai salah satu indikator variabel karena arus kas operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktivitas utama perusahaan yang berkaitan dengan laporan labarugi. E. Size Perusahaan Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dari beberapa variabel. Brigham dan Houston (2001: 119) mendefinisikan : Size atau ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan merupakan karakteristik suatau perusahaan dalam hubungannya dengan struktrur perusahaan. Sedangkan, Menurut Suwito dan Herawaty (2005), menyatakan bahwa : Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang mengklasifikasi besar kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara seperti total aktiva, log 17 size, nilai pasar saham dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan terbagi kedalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, menengah, dan kecil. Ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar dalam laporan tahunan. Manajemen khawatir mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggung jawaban sosialnya. Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud, dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar. Size perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar aktiva atau semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar makro semakin besar pula dikenal dalam masyarakat. F. Saham Menurut Rusdin (2008 : 65-74), “saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.” Pengertian saham menurut Tandelilin (2010 : 18), adalah : Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset – aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban 18 perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda kepemilikan modal atau penyertaan modal pada suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegang saham atas deviden yang diambil dari laba berjalan perusahaan dan selisih kenaikan harga saham (capital gain) dan hak lainnya menurut besar kecilnya modal yang disetor. Saham diukur berdasarkan jumlah lembarnya yang merupakan kepemilikan. Saham memiliki hak dan keistimewaan tertentu yang hanya dapat dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan, dan ketentuan hukum pemerintah untuk meyakinkan batasan-batasan atau variasi dari hak dan keistimewaan standar. Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis, yaitu: a. Saham Biasa (common stocks), menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:12), yaitu: “Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaantersebut dilikuidasi.” Saham biasa ini merupakan saham yang paling banyakdikenal dan diperdagangkan di pasar. Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham biasanya memiliki hak yaitu: 1. Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin perusahaannya. Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto 19 dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau tindakantindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham. 2. Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained earning) merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen. 3. Hak Preemtive - Hak preemtive (preetive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya persentase kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak preemtive memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah. b. Saham Preferen (preferred stocks), menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:12), yaitu: “Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bisa juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.” Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar dividen. Perbedaan 20 saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu klaim atas laba dan aktiva, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa. Bebarapa karakteristik saham preferen adalah sebagai berikut: 1) Preferen terhadap dividen - Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa. - Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahuntahun sebelumnya yang belum dibayarkan, dan dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. 2) Preferen pada waktu likuidasi Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat kumulatif. G. Harga Saham Harga saham menurut Susanto (2002:12) yaitu, “harga yang ditentukan secara kontinu”. Sedangkan menurut Sartono (2001:70), “harga pasar terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal”. 21 Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang tersedia dikeluarkan untuk memperoleh kepemilikan atau suatu saham. Penilaian atas harga saham menurut Sawidji (2002:45), terdiri dari : a. Harga nominal, yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. b. Harga perdana, yaitu harga sebelum saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. c. Harga pasar, yaitu harga jual dari investor yang satu dengan yang lain. d. Harga pembukuan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. e. Harga penutupan, yaitu harga yang diminta penjual dan pembeli pada saat akhir di bursa. f. Harga tertinggi, yaitu harga paling tinggi yang terjadi pada hari di bursa itu, tetapi lazim juga dipakai istilah harga tertinggi, untuk menentukan harga tertinggi yang terjadi pada waktu tertentu dalam kurun waktu sebulan atau setahun, tergantung keperluan. g. Harga terendah, yaitu harga yang paling terendah yang terjadi pada hari di bursa itu. Penggunaannya sama dengan harga tertinggi, bisa untuk transaksi harian, bulanan dan tahunan. h. Harga rata-rata, yaitu harga perata-rataan dari harga tertinggi dan harga terendah. Harga ini juga bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan dan tahunan. Harga saham mengalami perubahan naik turun dari satu waktu ke waktu yang lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga saham akan cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. H. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Poppy Dian Indira Kusuma (2005) dengan judul penelitian Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi. Penelitian menggunakan periode 1995 – 2000 pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil 22 penelitian diperoleh bahwa laba tidak berpengaruh terhadap return saham, sedangkan arus kas operasional berpengaruh terhadap return saham. Ninna Daniati dan suhairi (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor dan Size perusahaan terhadap Expected Return Saham pada industri Textile dan automotive yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian diperoleh bahwa arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap Expected Return Saham; arus Kas Investasi berpengaruh negatif terhadap Expected Return Saham; Laba Kotor berpengaruh positif terhadap Expected Return Saham; dan Size berpengaruh positif terrhadap Expected Return Saham. Penelitian Vicky octavia (2008), menunjukan bahwa total arus kas dan Laba akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan laba akuntansi dan total arus kas secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Erangga Kus Adiwarman (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia ( BEI ). Hasil penelitian di peroleh bahwa variabel arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap expected return saham, variabel arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap expected return saham, variabel arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap expected return saham, variabel laba kotor berpengaruh terhadap expected return saham, variabel size perusahaan berpengaruh terhadap expected return saham, dan untuk hasil uji F, 23 arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, laba kotor dan size perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap expected return saham. Fani Nurul Riski (2013), meneliti tentang Analisis Pengaruh Total Arus Kas dan Laba Bersih Terhadap Return Saham ( Studi Pada Perusahaan LQ-45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: variabel total arus kas berpengaruh terhadap return saham, variabel laba bersih berpengaruh terhadap return saham. untuk hasil uji f,variabel total arus kas dan laba bersih secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham. I. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen 1. Hubungan Laba Bersih Terhadap Harga Saham Laba adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan yang untuk perusahaan pemanufakturan, mulai dari tahap ketika bahan baku masuk pabrik, diolah, dan hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokan sebagai cost barang terjual. Lebih lanjut dikatakan bahwa para investor, kreditor dan yang lainnya sering menggunakan laporan pendapatan dan informasi mengenai laba dan komponen-komponennya dalam bermacam-macam cara dan tujuan untuk menaksir prospek mereka untuk aliran kas dari investasi dalam pinjaman untuk usaha. Perhitungan laba rugi penting karena menyediakan informasi 24 kepada investor dan kreditor yang membantu mereka untuk meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Perhitungan rugi laba membantu pemakai laporan keuangan meramalkan arus kas masa depan. Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan prospek yang baik, maka sahamnya akan diminati investor dan harganya meningkat. Laba bersih perusahaan mendapatkan perhatian lebih banyak daripada bagian laba dalam laporan keuangan. Hal ini karena laba bersih mengukur kemampuan usaha untuk menghasilkan laba dan menjawab pertanyaan bagaimana keberhasilan perusahaan dalam mengelola usahanya. Secara teori, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return saham yang diperoleh. 2. Hubungan Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Arus Kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan kas yang dapat digunakan untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Sehingga arus kas aktivitas operasi dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi perusahaan. 25 Secara teori, semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin rendah arus kas operasional perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return saham. 3. Hubungan Size Perusahaan Terhadap Harga Saham Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani:2005). Secara teori, semakin besar size perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin kecil size perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return saham. 26 J. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Kerangka penelitian dari pola hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut : Laba Bersih X1 Arus Kas Operasi Harga Saham X2 Y Size Perusahaan X3 Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.1 Kerangka Penelitian