6 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Sinyal ( Signaling Theory) Teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar
diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk
(Hartono, 2005). Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar
dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas
buruk (Mengginson dalam Hartono, 2005).
Teori Signalling berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan
perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai
informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman
yang
dilakukan
oleh
suatu
emiten.
Pengumuman
ini
nantinya
dapat
mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan
pengumuman (Suwardjono,2005).
Perusahaan yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan
berita tersebut terhadap para investor (Ross dalam Mamduh Hanafi ,2004). Pada
penelitian ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal
dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal ini
tidak bisa ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk karena perusahaan
berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan
keuangannya. Pada penelitian ini sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang
6
7
berkualitas baik dianggap sebagai berita baik (good news) sedangkan sinyal yang
diberikan oleh perusahaan yang berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk
(bad news).
B. Laporan Keuangan
Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau
laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan
yang bersangkutan. Menurut PSAK No.1 (2009 : 09) laporan keuangan adalah
“suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas.” Sedangkan menurut Sofyan, (2007 : 201) mengemukakan bahwa:
“laporan keuangan merupakan output dan hasil dari proses akuntansi yang
menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam
proses pengambilan keputusan.” Jadi laporan keuangan adalah hasil akhir dari
serangkaian proses akuntansi yang meliputi laporan posisi keuangan, laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, catatan dan laporan lain yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan.
Dengan kata lain laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Menurut PSAK (2009 : 1.2) komponen laporan keuangan yang lengkap
adalah :
a. Laporan posisi keungan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
8
d. Laporan arus kas selama periode
e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
penting dan informasi penjelasan lain, dan
f. Laporn posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara
restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
C. Laba
1.
Pengertian laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba
secara operasional adalah perbedaan antara pendapatan yng direalisasi yang
timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan
pendapatan tersebut. Menurut Kuswadi (2008 : 36) menyatakan bahwa ”Laba
adalah pendapatan dikurangi seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang
telah dikeluarkan. Pengeluaran atau pengorbanan yang dimaksud umumnya
dikategorikan sebagai beban atau biaya”.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa laba berasal dari
semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha dan akan
mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu dan laba di dapat
dari selisih antara pendapatan dengan beban, apabila pendapatan lebih besar
dari pada beban maka perusahaan akan mendapatkan laba apabila terjadi
sebaliknya maka perusahaan mendapatkan rugi.
Bagi para pemegang saham dan kreditur, laporan laba rugi merupakan
suatu informasi yang dapat bermanfaat sebagai suatu ukuran keberhasilan
suatu usaha, penilaian atas kinerja manajemen dalam suatu perusahaan untuk
mengelola sumber daya perusahaan yang telah ada, sebagai dasar untuk
9
membuat peramalan-peramalan dimasa yang akan datang, sebagai dasar untuk
memprediksi kemampuan menghasilkan laba.
2.
Jenis – Jenis Laba
Laba yang diperoleh oleh perusahaan dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu laba kotor dan laba bersih. Dalam menyajikan laporan rugi laba akan
terlihat pengklasifikasian dalam pengukuran laba adalah sebagai berikut:
a.
Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan
harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor. Hasil laba bersih
belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu.
b.
Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan
sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.
c.
Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahaan
secara keseluruhan sebelum pajak perseroan yaitu perolehan dari laba
operasi dikurangi atau ditambah.
d.
Laba bersih setelah potongan pajak yaitu laba bersih setelah ditambah
atau dikurangi dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurangi
laba perseroan.
3.
Laba Bersih
Menurut Hamsen dan Mowen (2009 : 803) menyatakan bahwa laba
bersih adalah pendapatan bersih yang telah dikurangi biaya dan pajak. Laba
bersih menunjukkan penilaian yang relevan bagi seorang investor untuk
menilai efektifitas manajemen dan kebijakan pembayaran deviden yang akan
diterima sebagai keuntungan dari penanaman saham hal ini sesuai dengan
10
teori keuangan yang menyatakan bahwa laba bersih digunakan sebagai ukuran
jumlah maksimal dana yang akan dibagikan sebagai deviden. Laba bersih
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba bersih yang telah disesuaikan
dengan pendapatan lain-lain dan pajak.
D. Arus Kas
1. Pengertian Arus Kas
”Laporan arus kas adalah suatu laporan yang bertujuan untuk memberikan
informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara
kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Menurut Harahap
(2007:243).
Pengertian arus kas menurut Sofyan (2004 : 257), yaitu :
Arus kas merupakan suatu laporan yang memberikan informasi yang
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu dengan mengklasifikasikan transaksi pada
kegiatan operasi, pembiayaan dan investasi.
Sedangkan, Laporan arus kas menurut Kieso et.al (2008:321) :
“Laporan arus kas adalah laporan penerimaan kas, pembayaran kas, dan
perubahan berih pada kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investigasi,
dan pendanaan selama satu periode”.
Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan.
Nilai pasar (market value) dari perusahaan, merupakan nilai sekarang (present
value) dari aliran-aliran kas (cash flows) masa datang. Arus kas merupakan
salah satu indikator nilai pasar perusahaan. Artinya perusahaan yang
11
mempunyai arus kas yang tinggi berarti mempunyai nilai pasar yang tinggi.
Nilai pasar yang tinggi ini akan mendorong investor untuk tertarik berinvestasi
pada saham perusahaan itu. Tentu saja ini akan meningkatkan harga saham
perusahaan.
Perhatian utama investor dari laporan arus kas ini adalah kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
arus
kas
bersih
untuk
menjamin
kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan perusahaan menghasilkan
deviden. Namun pada kenyataannya, para investor pada umumnya lebih
tertarik pada prestasi perusahaan yang diukur atas dasar akuntansi akrual dan
belum menganalisa laporan arus kas.
Arus kas masuk (cash inflows) merupakan penerimaan kas yang berasal
dari kegiatan rutin perusahaan misalnya penjualan tunai, penerimaan piutang
maupun penerimaan kas yang bersifat tidak rutin misalnya penyertaan modal,
penjualan saham, penjualan aktiva perusahaan. Arus kas keluar (cash out
flows) adalah pengeluaran yang bersifat
kontinyu,
seperti
pembayaran
bunga, dividen dan pembayaran pajak.
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro, sedangkan
setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid,
berjangka pendek, dan dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Arus kas berlangsung terus menerus selama perusahaan menjalankan
kegiatannya. Agar kas ini mudah dibaca dan dipahami, maka informasi
arus kas tersebut dibuat dalam bentuk laporan yang disebut Laporan Arus
12
Kas (statement of cash flows), sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi
para investor dan kreditur dalam menganalisa arus kas. Aktivitas
membagi laporan arus kas adalah kegiatan operasi kegiatan investasi,
yang
dan
kegiatan pendanaan. Ketiga aktivitas ini memberikan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas
tersebut terhadap keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(2009) paragraph 1, yaitu :
Setiap perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan
persyaratan dalam pernyataan ini dan menyajikan laporan tersebut
sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan
untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Sebuah laporan arus kas akan disajikan setiap periode akuntansi dimana
hasil-hasil operasi disajikan. Dengan membandingkan laporan arus kas dari
beberapa perusahaan dalam beberapa periode, maka dapat digunakan untuk
menilai kemungkinan arus kas di masa yang akan datang dan juga
memprediksi kemungkinan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Apabila digunakan bersama dengan laporan keuangan lainnya, seperti
neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas menurut PSAK
No. 2 (2009) paragraph 3, memiliki kegunaan yaitu :
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para
pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan
nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai
perusahaan.
13
Tujuan laporan arus kas, menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 2 (2009) paragraph 1 adalah :
Memberi informasi historis mengenai perubahan arus kas dan setara kas
dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan
arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan
(financing) selama suatu periode akuntansi.
2.
Komponen Arus Kas
a. Arus kas dari aktivitas operasi (operating activities)
Menurut Desi dan Vera (2005) dalam Kieso et.al (2008 : 324),
“aktivitas operasi mencangkup pengaruh kas dari transaksi yang
menghasilkan pendapat dan beban”. Pendapatan dan beban yang
kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih. Termasuk
diantaranya adalah :
1) Menjual barang (jasa).
2) Pembelian barang (jasa) dari pemasok (supplier) dan,
3) Membayar beban operasi ( gaji, sewa, asuransi, dll).
b. Arus kas dari aktivitas investasi (investing activities)
Menurut PSAK No. 2 (2009) paragraph 5, definisi “aktivitas
investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas”. Yang termasuk dalam
aktivitas investasi adalah :
1)
Memperoleh dan menjual investasi dan asset tetap.
14
2)
Meminjam uang dan menagih pinjaman.
3)
Membeli atau menjual anak perusahaan.
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan (financing actrivities)
Menurut PSAK No. 2 (2009) paragraph 5, definisi “akitivitas
pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan”. Arus kas dari
aktivitas pendanaaan berhubungan dengan pengelolaan sumber dana
perusahaan. Aktivitas pendanaan merupakan aktivitas yang sifatnya tidak
rutin sehingga terkadang dapat melonjak jumlahnya secara drastis. Yang
termasuk dalam aktivitas pendanaan yaitu :
1)
Memperoleh kas dari penerbitan utang dan membayar
jumlah dipinjam dan,
2)
Memperoleh kas dari pemegang saham dan memberikan
pengembalian atas investasi pemegang saham.
3.
Metode Penyajian Pelaporan Arus Kas
Ada metode penyajian laporan arus kas untuk kegiatan operasi, yaitu
metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect
method). Kedua metode ini menghasilkan subtotal yang sama untuk kegiatan
operasi, investasi, dan pendanaan.
a. Metode langsung (direct method)
Menurut Sofyan (2004 : 264), menyatakan bahwa :
15
Pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompokkelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan
operasi secara lengkap (gross), tanpa melihat laba/rugi dan
dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode langsung adalah metode
yang sederhana, yang hanya terdiri atas arus kas operasi yang
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Pada metode langsung, rekening penghasilan dan biaya
dengan basis akrual dikonversikan menjadi penghasilan dan biaya
dengan basis kas. Arus kas dari aktivitas operasi dihitung dari jumlah
pendapatan (penghasilan) dan beban (biaya), disesuaikan dengan
perubahan rekening aktiva atau utang lancar yang berkaitan. Cara yang
paling efisien untuk menerapkan metode langsung adalah dengan
menganalisis pos-pos yang dilaporkan pada laporan laba rugi. Metode
langsung menunjukkan yang lebih konsisten dengan tujuan laporan arus
kas.
b. Metode tidak langsung (indirect method)
Menurut Sofyan (2004 : 264), menyatakan bahwa :
Dalam metode tidak langsung penyajiannya dimulai dari laba
rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau
mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi
kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turn pos aktiva
lancar dan hutang lancar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan metode ini, laba atau rugi
bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan
16
kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas
untuk operasi di masa lalu dan di masa depan, dan unsur-unsur
penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi dan
pendanaan. Metode tidak langsung sangat banyak diterapkan dengan
alasan, lebih mudah dan lebih sedikit mengeluarkan biaya dalam
menyusunnya serta metode ini berfokus pada pembedaan antara laba
bersih dan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Bila menggunakan
metode tidak langsung, dalam melaporkan aktivitas laba, laba bersih
disesuaikan dengan perkiraan yang termasuk dalam laporan laba rugi
yang tidak menghasilkan arus kas masuk atau arus kas keluar.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan arus kas operasi sebagai
salah satu indikator variabel karena arus kas operasi merupakan arus kas yang
berasal dari aktivitas utama perusahaan yang berkaitan dengan laporan labarugi.
E. Size Perusahaan
Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dari beberapa variabel. Brigham dan
Houston (2001: 119) mendefinisikan :
Size atau ukuran perusahaan sebagai rata-rata total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun, ukuran perusahaan
merupakan karakteristik suatau perusahaan dalam hubungannya dengan
struktrur perusahaan.
Sedangkan, Menurut Suwito dan Herawaty (2005), menyatakan bahwa :
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang mengklasifikasi besar
kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara seperti total aktiva, log
17
size, nilai pasar saham dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan
terbagi kedalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, menengah, dan kecil.
Ada dugaan bahwa perusahaan yang kecil akan mengungkapkan lebih
rendah kualitasnya dibanding perusahaan besar. Hal ini karena ketiadaan sumber
daya dan dana yang cukup besar dalam laporan tahunan. Manajemen khawatir
mengungkapkan lebih banyak akan membahayakan posisi perusahaan terhadap
kompetitor lain. Ketersediaan sumber daya dan dana membuat perusahaan merasa
perlu membiayai penyediaan informasi untuk pertanggung jawaban sosialnya.
Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud,
dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar.
Size perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar aktiva atau semakin banyak modal yang ditanam, semakin
banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar makro semakin besar pula dikenal dalam masyarakat.
F. Saham
Menurut Rusdin (2008 : 65-74), “saham merupakan sertifikat yang
menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki
hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.”
Pengertian saham menurut Tandelilin (2010 : 18), adalah :
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset – aset perusahaan
yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka
investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
18
perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup
populer diperjualbelikan di pasar modal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda kepemilikan modal
atau penyertaan modal pada suatu perusahaan yang memberikan hak kepada
pemegang saham atas deviden yang diambil dari laba berjalan perusahaan dan
selisih kenaikan harga saham (capital gain) dan hak lainnya menurut besar
kecilnya modal yang disetor. Saham diukur berdasarkan jumlah lembarnya yang
merupakan kepemilikan. Saham memiliki hak dan keistimewaan tertentu yang
hanya dapat dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan, dan
ketentuan hukum pemerintah untuk meyakinkan batasan-batasan atau variasi dari
hak dan keistimewaan standar.
Berdasarkan hak kepemilikannya, maka saham dapat dibagi 2 jenis, yaitu:
a. Saham Biasa (common stocks), menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:12),
yaitu: “Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior
dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan
apabila perusahaantersebut dilikuidasi.”
Saham biasa ini merupakan saham yang paling banyakdikenal dan
diperdagangkan di pasar. Sebagai pemilik perusahaan pemegang saham
biasanya memiliki hak yaitu:
1. Hak Kontrol - Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memilih
dewan direksi. Hal ini berarti bahwa pemegang saham mempunyai hak
untuk mengontrol siapa saja yang akan memimpin perusahaannya.
Pemegang saham dapat melakukan hak kontrolnya dalam bentuk memveto
19
dalam pemilihan direksi di rapat tahunan pemegang saham atau tindakantindakan yang membutuhkan persetujuan pemegang saham.
2. Hak menerima Pembagian Keuntungan - Sebagai pemilik perusahaan,
pemegang saham biasa berhak mendapatkan bagian dari keuntungan
perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, tetapi sebagian laba akan
ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang ditahan ini (retained
earning) merupakan sumber dana intern perusahaan sedangkan laba yang
tidak ditahan diberikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen.
3. Hak Preemtive - Hak preemtive (preetive right) merupakan hak untuk
mendapatkan persentase kepemilikan yang sama jika perusahaan
mengeluarkan tambahan lembar saham. Jika perusahaan mengeluarkan
tambahan lembar saham yang beredar akan lebih banyak dan akibatnya
persentase kepemilikan saham yang lama akan turun. Hak preemtive
memberi prioritas kepada pemegang saham lama untuk membeli tambahan
saham baru, sehingga persentase kepemilikan tidak berubah.
b. Saham Preferen (preferred stocks), menurut Fakhruddin dan Hadianto
(2001:12), yaitu: “Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara
obligasi dan saham biasa karena bisa menghasilkan pendapatan tetap, tetapi
bisa juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.”
Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu
mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang
tertulis di atas lembaran saham tersebut dan membayar dividen. Perbedaan
20
saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal yaitu klaim atas laba dan
aktiva, dividen tetap selama masa berlaku dari saham, mewakili hak tebus dan
dapat ditukar dengan saham biasa.
Bebarapa
karakteristik
saham
preferen
adalah
sebagai
berikut:
1) Preferen terhadap dividen
-
Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen
terlebih dahulu dibandingkan pemegang saham biasa.
-
Saham preferen umumnya memberikan hak dividen kumulatif, yaitu
memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahuntahun sebelumnya yang belum dibayarkan, dan dibayarkan sebelum
pemegang saham biasa menerima dividennya.
2) Preferen pada waktu likuidasi
Saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan
dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi
likuidasi. Besarnya hak atas aktiva adalah sebesar nilai nominal saham
preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayarkan jika bersifat
kumulatif.
G. Harga Saham
Harga saham menurut Susanto (2002:12) yaitu, “harga yang ditentukan
secara kontinu”. Sedangkan menurut Sartono (2001:70), “harga pasar terbentuk
melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal”.
21
Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang tersedia dikeluarkan
untuk memperoleh kepemilikan atau suatu saham.
Penilaian atas harga saham menurut Sawidji (2002:45), terdiri dari :
a. Harga nominal, yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai
setiap lembar saham yang dikeluarkannya.
b. Harga perdana, yaitu harga sebelum saham tersebut dicatatkan di
Bursa Efek Indonesia.
c. Harga pasar, yaitu harga jual dari investor yang satu dengan yang lain.
d. Harga pembukuan, yaitu harga yang diminta oleh penjual atau pembeli
pada saat jam bursa dibuka.
e. Harga penutupan, yaitu harga yang diminta penjual dan pembeli pada
saat akhir di bursa.
f. Harga tertinggi, yaitu harga paling tinggi yang terjadi pada hari di
bursa itu, tetapi lazim juga dipakai istilah harga tertinggi, untuk
menentukan harga tertinggi yang terjadi pada waktu tertentu dalam
kurun waktu sebulan atau setahun, tergantung keperluan.
g. Harga terendah, yaitu harga yang paling terendah yang terjadi pada
hari di bursa itu. Penggunaannya sama dengan harga tertinggi, bisa
untuk transaksi harian, bulanan dan tahunan.
h. Harga rata-rata, yaitu harga perata-rataan dari harga tertinggi dan harga
terendah. Harga ini juga bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan
dan tahunan.
Harga saham mengalami perubahan naik turun dari satu waktu ke waktu
yang lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan
penawaran. Apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga
saham akan cenderung naik. Sebaliknya, apabila kelebihan penawaran, maka
harga saham cenderung turun.
H. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Poppy Dian Indira Kusuma (2005) dengan judul penelitian
Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi. Penelitian
menggunakan periode 1995 – 2000 pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Hasil
22
penelitian diperoleh bahwa laba tidak berpengaruh terhadap return saham,
sedangkan arus kas operasional berpengaruh terhadap return saham.
Ninna Daniati dan suhairi (2006) dengan judul penelitian Pengaruh
Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor dan Size perusahaan
terhadap Expected Return Saham pada industri Textile dan automotive yang
terdaftar di BEI. Hasil penelitian diperoleh bahwa arus kas operasi tidak
berpengaruh terhadap Expected Return Saham; arus Kas Investasi berpengaruh
negatif terhadap Expected Return Saham; Laba Kotor berpengaruh positif
terhadap Expected Return Saham; dan Size berpengaruh positif terrhadap
Expected Return Saham.
Penelitian Vicky octavia (2008), menunjukan bahwa total arus kas dan Laba
akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap harga saham,
sedangkan laba akuntansi dan total arus kas secara bersama-sama berpengaruh
terhadap harga saham.
Erangga Kus Adiwarman (2012) dengan judul penelitian Pengaruh
Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Dan Size
Perusahaan Terhadap Expected Return Saham Pada Perusahaan Makanan dan
Minuman di Bursa Efek Indonesia ( BEI ). Hasil penelitian di peroleh bahwa
variabel arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap expected return saham,
variabel arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap expected return saham,
variabel arus kas pendanaan tidak berpengaruh terhadap expected return saham,
variabel laba kotor berpengaruh terhadap expected return saham, variabel size
perusahaan berpengaruh terhadap expected return saham, dan untuk hasil uji F,
23
arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, laba kotor dan size
perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap expected return
saham.
Fani Nurul Riski (2013), meneliti tentang Analisis Pengaruh Total Arus Kas
dan Laba Bersih Terhadap Return Saham ( Studi Pada Perusahaan LQ-45 Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: variabel
total arus kas berpengaruh terhadap return saham, variabel laba bersih
berpengaruh terhadap return saham. untuk hasil uji f,variabel total arus kas dan
laba bersih secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham.
I. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
1. Hubungan Laba Bersih Terhadap Harga Saham
Laba adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan cost
barang terjual. Cost barang terjual adalah semua biaya yang dikorbankan yang
untuk perusahaan pemanufakturan, mulai dari tahap ketika bahan baku masuk
pabrik, diolah, dan hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang
berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokan sebagai cost
barang terjual.
Lebih lanjut dikatakan bahwa para investor, kreditor dan yang lainnya
sering menggunakan laporan pendapatan dan informasi mengenai laba dan
komponen-komponennya dalam bermacam-macam cara dan tujuan untuk
menaksir prospek mereka untuk aliran kas dari investasi dalam pinjaman
untuk usaha. Perhitungan laba rugi penting karena menyediakan informasi
24
kepada investor dan kreditor yang membantu mereka untuk meramalkan
jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Perhitungan rugi
laba membantu pemakai laporan keuangan meramalkan arus kas masa depan.
Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan prospek yang baik,
maka sahamnya akan diminati investor dan harganya meningkat. Laba bersih
perusahaan mendapatkan perhatian lebih banyak daripada bagian laba dalam
laporan keuangan. Hal ini karena laba bersih mengukur kemampuan usaha
untuk menghasilkan laba dan menjawab pertanyaan bagaimana keberhasilan
perusahaan dalam mengelola usahanya.
Secara teori, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka
semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga
semakin besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin
kecil laba yang diperoleh perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga
dan return saham yang diperoleh.
2. Hubungan Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham
Arus Kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan kas yang dapat
digunakan untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Sehingga arus kas aktivitas
operasi dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi perusahaan.
25
Secara teori, semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka
semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga
semakin besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin
rendah arus kas operasional perusahaan maka semakin kecil kepercayaan
investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan
return saham.
3. Hubungan Size Perusahaan Terhadap Harga Saham
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,
penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini
arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa
perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani:2005).
Secara teori, semakin besar size perusahaan yang dimiliki oleh
perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di
perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai harga dan return saham. Dan
sebaliknya, semakin kecil size perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan
maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut,
sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return saham.
26
J. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan
teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.
Kerangka penelitian dari pola hubungan antar variabel dapat digambarkan
sebagai berikut :
Laba Bersih
X1
Arus Kas Operasi
Harga Saham
X2
Y
Size Perusahaan
X3
Variabel Independen
Variabel Dependen
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Download