Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

advertisement
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION)
PADA MATERI RAMBATAN KALOR
Patrycya Radzumawarni, Marmi Sudarmi, Diane Noviandini
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Sains dan Matematika - Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak
Berdasarkan pengalaman mengajar, ditemukan bahwa banyak anak –anak yang menunjukkan sifat individual. Hal
ini disebabkan metode mengajar yang kegiatannya berpusat pada guru (teacher oriented), dan siswa hanya
sebagai pendengar sehingga tidak memungkinkan siswa berinteraksi dengan temannya, atau pun dengan gurunya.
Selain itu sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab mengapa kerjasama
antar siswa tersebut tidak ada. Siswa cenderung individualis dalam belajar, berkompetisi satu sama lain untuk
mendapatkan ranking tertinggi di kelas. Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu suatu metode pembelajaran
yang bisa mengajarkan siswa bekerjasama, salah satunya adalah metode Pembelajaran Kooperatif. Tujuan
penelitian ini adalah merancang sebuah RPP dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
(Team Assisted Individualisation) pada materi Rambatan kalor serta menguji coba RPP yang telah dirancang.
Metode penelitian ini menggunakan PTK, model guru sebagai peneliti. Pengumpulan data kerjasama siswa dengan
menggunakan lembar observasi, tes tertulis secara individu untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
pemahaman siswa, serta kuisioner untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang
diterapkan. Hasil penelitian bahwa, RPP yang dibuat dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team
Assisted Individualisation) dapat diimplementasikan dengan baik dan dapat melatih siswa bekerjasama.
Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif,TAI(team Assisted Individualisation ), Rambatan Kalor
1.1 Pendahuluan
Berdasarkan pengalaman mengajar dilapangan, ditemukan banyak anak – anak yang menunjukkan
sifat individual. Hal ini disebabkan metode mengajar guru, dimana semua kegiatan berpusat pada guru
(teacher oriented), dan siswa hanya sebagai pendengar sehingga tidak ada interaksi antar siswa. Selain
dari pada itu, sistem ranking yang di terapkan di sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab, siswa
cenderung untuk berkompetisi satu sama lain sehingga kerjasama antar siswa itu kurang. Siswa lebih
bersifat mementingkan diri sendiri dibandingkan bekerjasama dengan temannya demi memperoleh
nilai yang setinggi-tingginya dan mendapatkan ranking yang tertinggi. Sistem seperti ini dapat
menimbulkan persaingan yang tidak sehat didalam kelas. Mengingat pentingnya kerjasama tersebut
dalam pembelajaran, maka perlu suatu metode pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam bekerjasama.
Salah satu metode yang dapat digunakan agar siswa dapat bekerjasama adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization). Ada beberapa macam tipe
metode Pembelajaran Kooperatif yang telah dibuat, diantaranya Kancing gemerincing (Lidia Mila), Dua
tinggal, Dua tamu (Emelia Maylani), STAD (Stevanus F.Lendu), Jigsaw (Daud M. Dasalaku), dan lain – lain.
Tujuan penelitian ini adalah membuat sebuah RPP dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
TAI (Team Assisted Individualization) dengan lengkap dan jelas serta menguji coba RPP apakah dengan
tipe ini siswa lebih aktif dalam bekerjasama atau tidak.
2. Kajian Teori
2.1 Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
Adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Model pembelajaran cooperative learning adalah salah
satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented)
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran
Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan (heterogen)(Anita Lie . hal
29)[1]. Dalam pembelajaran cooperative learning, peran guru sebagai fasilitator, moderator, organisator
dan mediator terlihat jelas. Ada beberapa pendapat yang mendukung model pembelajaran kerjasama
dalam dunia pendidikan diantaranya adalah falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang menjadikan kerjasama sebagai kebutuhan yang sangat penting
artinya bagi kelangsungan hidup (Anita Lie hal 28)[2]. Kindsvatter dkk, belajar bersama mempunyai
tujuan yaitu, dapat meningkatkan hasil belajar siswa lewat kerjasama kelompok yang memungkinkan
siswa belajar satu sama lain, dapat membantu siswa yang lemah, dengan belajar bersama hubungan
antar siswa makin akrab dan kerjasama antara mereka lebih baik. Karena keberhasilan kelompok sangat
tergantung pada usaha setiap anggotanya[3].
TAI (Team Assisted Individualization)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Robert E Slavin pada tahun 1985. Tipe
ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual(Robert E
Slavin, Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik, hal 191, tahun 2009). Tipe ini dirancang untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya lebih
banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Tipe ini dapat digunakan pada semua jenis mata
pelajaran. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran
yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk
didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Kelebihan metode ini diantaranya
adalah agar siswa lebih aktif dalam setiap pembelajaran baik yang bersifat individu maupun kelompok,
bagaimana cara bekerjasama dalam kelompok, belajar bertanggung jawab, berani mengemukakan
pendapat. Dengan metode ini setiap siswa bertanggung jawab atas jawaban keseluruhan. Model
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar secara
individu, kemudian hasilnya dibawa ke dalam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 siswa secara
heterogen dan bekerja sama untuk mengungkapkan pendapat serta bertanggung jawab atas hasil akhir
dari kelompok tersebut.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi untuk dipelajari siswa secara individu.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri
dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap
anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan
pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
2.2 Rambatan Kalor
Perpindahan Kalor adalah suatu proses perpindahan energi panas dari satu zat ke zat lain,
terjadi bila dua benda atau lebih terjadi kontak termal maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang
bertemperatur lebih tinggi ke benda yang bertemperatur lebih rendah, hingga tercapainya
kesetimbangan termal. Kalor dapat berpindah melalui suatu zat perantara maupun tanpa zat perantara,
zat perantara yang dapat menghantarkan kalor disebut dengan konduktor, sedangkan yang sulit
menghantarkan kalor disebut dengan isolator.
a. Konduksi
Gambar 1. Memanaskan batang besi
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat
tersebut. Perpindahan kalor secara konduksi biasa terjadi pada zat padat karena partikel – partikel
dalam zat padat tidak dapat berpindah saat kalor merambat.
b. Konveksi
Gambar 2. Memanaskan air
Gambar 3. Kotak konveksi udara
Adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
Perpindahan kalor secara konveksi terjadi pada zat cair dan gas, jika zat cair dan gas dipanaskan, partikel
– partikelnya akan merenggang sehingga massa jenisnya mengecil. Akibatnya zat cair / gas yang
dipanaskan akan bergerak keatas, dan tempat yang ditinggalkan akan segara diisi noleh zat cair / gas
yang lebih dingin dan lebih rapat. Dengan demikian pada pemanasan zat cair dan gas partikikel –
partikelnya akan berpindah keatas setelah menyerap kalor.
c. Radiasi
Gambar 4. Panas Matahari
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Saat kita berada ditengah
lapangan pada siang hari, panas Matahari dapat kita rasakan langsung dikulit. Meskipun antara
Matahari dan Bumi, terdapat ruang hampa udara, panas matahari dapat merambat sampai ke Bumi.
Jadi, Panas Matahari merambat dari Matahari ke Bumi tanpa bantuan zat perantara. Peristiwa ini
disebut dengan peristiwa Radiasi.
3.1 Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sampel
yang digunakan adalah siswa SMP Lab Satya Wacana kelas VII sebanyak 19 siswa.
3.2 Prosedur penelitian
1. Tahap persiapan
Membuat / menyiapkan instrumen – instrumen penelitian yang diperlukan berupa RPP, soal tes, lembar
observasi, kuisioner
2. Tahap Tindakan
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat dengan metode kooperatif tipe TAI (Team
Assisted Individualisation) mulai dari motivasi sampai dengan tahap evaluasi dan pemberian kuisioner.
3. Tahap Observasi
Mengamati aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak pada saat diskusi, yang dilakukan oleh obsever.
4. Tahap Refleksi
Dalam tahap refleksi yang dilakukan adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan dan observasi
dikumpulkan, di nilai hasil test siswa kemudian dianalisis. Dari hasil refleksi ini dilihat apakah metode
yang disampaikan berhasil atau tidak. Penelitian dikatakan berhasil apa bila 80 % siswa telah melakukan
kegiatan yang dilakukan dalam kelompok, 80 % siswa memperoleh nilai minimal 80.
3.3. Instrumen Penelitian
1. RPP, yang dibuat dengan metode kooperatif tipe TAI yang dibuat dengan langkah – langkah
a. Demonstrasi
b. Kuis (Tes I)
c. Diskusi kelompok
d. Pemantapan, berupa simulasi dari ketiga rambatan kalor
e. Kuis (Tes II)
2. Soal Kuis, yang akan diberikan untuk kuis I dan II, dimana soal tes I dan tes II sama.
3. Lembar observasi, digunakan untuk kegiatan dalam kelompok yang akan diisi oleh obsever.
4. Lembar kuisioner, untuk mengetahui tanggapan siswa tentang metode pembelajaran yang digunakan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Saat diskusi kelompok, obsever mengisi lembar observasi untuk mengamati aktivitas yang dilakukan
siswa dalam kelompok, yang meliputi, mencocokkan jawaban dengan teman, membetulkan yang salah,
memberikan saran, aktif menjawab pertanyaan teman, menjelaskan yang salah / benar, mengemukakan
pendapat.
2. Pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dan pada saat diskusi, diperoleh dari hasil kuis
2.
3. Setelah kegiatan belajar mengajar dan tes 2, siswa diminta untuk mengisi lembar kuisioner untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan.
3.5 Teknik Analisa Data
Data – data saat KBM, akan dianalisa secara kualitatif. Dari data hasil observasi, kegiatan yang
dilakukan siswa dalam kelompok, di analisa secara kuantitatif, dihitung prosentase keberhasilan :
Prosentase aktivitas yang dilakukan =
× 100 %
Dengan kriteria keberhasilan, 80 % siswa melakukan kegiatan dalam point diskusi.
Dari tes 2, yaitu pemahaman siswa dianalisa secara kuantitatif, dihitung prosentase keberhasilannya :
Prosentase tingkat keberhasilan =
× 100 %
Dengan Kriteria keberhasilan , 80 % siswa memperoleh minimal nilai 80.
Kuisioner yang diisi siswa tentang metode pembelajaran yang digunakan dianalisa secara kualitatif.
Kemudian data dari seluruhnya, lembar observasi, tes dan kuisioner akan dianalisa secara deskriptif
kualitatif.
3.6. DATA DAN ANALISA
3.6.1 DATA SIKLUS I
Guru menyampaikan materi, mengimplementasikan RPP yang dibuat dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) pada materi rambatan kalor. Materi
rambatan kalor ini sudah pernah dipelajari sebelumnya.
Setelah menyampaikan materi, guru memberikan secara tertulis tes I kepada siswa secara
individu, tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan. Setelah siswa melakukan tes I, siswa dibagi dalam beberapa kelompok, di dalam
kelompok, siswa melakukan diskusi tentang jawaban dari tes yang telah dikerjakan, setiap siswa
memeriksa jawaban teman, membetulkan jawaban yang salah, dan lain –lain. Karena metode
Pembelajaran Kooperatif lebih menekankan pada kerjasama, maka yang lebih dinilai dari kerja
kelompok ini adalah dari aspek afektif / sikap yang dilakukan siswa dalam kerja kelompok / diskusi. Hasil
yang diperoleh dari kerja kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
No
Tabel 1: Data distribusi kegiatan siswa Siklus I
Kode
Jenis Aktivitas Siswa
Siswa
A
B
C
D
1
AH
√
√
√
√
2
SMM
√
√
√
√
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
YTK
FTF
CCP
EAK
RPFP
KGS
FSW
FRSP
GPO
MH
RSP
VT
PS
YCA
HRRP
MVIR
FYS
Jumlah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
13
11
12
(%)
68,42
57,89
63,15
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan :
√
√
√
√
E
√
F
√
5
83,33
√
6
100
3
1
5
5
5
2
3
2
3
4
3
2
2
3
4
2
1
50
16,66
83,33
83,33
83,33
33,33
50
33,33
50
66,66
50
33,33
33,33
50
66,66
33,33
16,66
53.50
54,38
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah Aktiviyas
yang Diikuti
Siswa
Jumlah
%
√
√
√
11
4
10
57,89
21,05
52,63
(A) Mencocokkan jawaban dengan teman
(B) Membetulkan yang salah
(C) Memberikan Saran
(D) Aktif menjawab pertanyaan teman
(E) Menjelaskan yang salah / benar
(F) Mengemukakan Pendapat
3.6.2 Analisa Setiap Anak untuk kegiatan diskusi :
AH
= Dari semua aktivitas yang dilakukan siswa hanya (E) menjelaskan yang Salah / benar, yang
tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang memahami materi yang disampaikan karena siswa
ini saat guru menyampaikan materi, banyak bermain, sehingga saat berdiskusi tidak bisa
menjelaskan kepadateman - temannya.
SMM = Semua aktivitas di lakukan, ini berarti siswa ini cukup aktif dalam berdiskusi. karena siswa ini
sehari – hari merupakan anak yang aktif dikelas.
YTK
= Dari semua aktivitas yang dilakukan siswa, point B(membetulkan yang salah), E(menjelaskan
yang salah / benar), dan F (mengemukakan pendapat) yang tidak dilakukan. Ini menunjukkan
bahwa siswa ini kurang memahami materi yang disampaikan, karena saat diskusi malah
bermain dengan temannya yang berbeda kelompok. Seharusnya saat diskusi merupakan
kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya tentang materi yang disampaikan agar lebih
baik.
FTF
= Dari semua Jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point A(mencocokkan jawaban dengan
teman) yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa siswa ini tidak serius dalam berdiskusi, karena
siswa ini tidak suka jika teman satu kelompoknya, bukan teman bermainnya. Padahal dalam
kegiatan diskusi, siswa mendapat kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya terhadap
materi yang disampaikan.
CCP
= Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point E (menjelaskan yang salah /
benar) yang tidak di lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa, siswa ini sudah cukup aktif dalam
diskusi, akan tetapi siswa ini tidak suka membagikan pengetahuannya dengan teman yang lain,
EAK
= Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point E (menjelaskan yang salah /
benar) yang tidak di lakukan. Ini menunjukkan bahwa, siswa ini aktif dalam diskusi, karena
sehari – harinya merupakan anak yang aktif didalam kelas, akan tetapi siswa ini sebenarnya
tidak suka bekerja kelompok, karena tidak mau membagikan pengetahuannya kepada teman –
temannya.
RPFP
= Dari semua jenis aktivitas siswa yang dilakukan, hanya point E (menjelaskan yang salah /
benar) yang tidak dilakukan. Ini berarti siswa ini aktif dalam diskusi, akan tetapi pada saat guru
menyampaikan materi, tidak serius, ribut, keluar masuk kelas, sehingga pada waktu diskusi,
tidak dapat menjelaskan kepada teman – temannya.
KGS
= Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point C (memberikan saran), dan F
(mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif dalam diskusi.
Padahal saat diskusi merupakan tempat untuk melatih siswa agar berani memberikan saran,
mengemukakan pendapat.
FSW
=Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, point C (memberikan saran), D (aktif
menjawab pertanyaan teman), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa ini masih kurang aktif dalam diskusi. Padahal pada waktu diskusi
merupakan kesempatan untuk memperbaiki pemahamannya tentang materi yang telah
disampaikan.
FRSP
= Dari semua jenis aktivitas yang dilakukan siswa, hanya point D (aktif menjawab pertanyaan
teman), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Ini berarti siswa ini kurang aktif dalam
diskusi. Padahal diskusi merupakan tempat untuk memperdalam pemahamannya terhadap
materi yang disampaikan.
GPO
= Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa , point A (mencocokkan jawaban dengan
teman), B (membetulkan yang salah), D (aktif menjawab pertanyaan teman) yang di lakukan,
sedangkan kegiatan lainnya tidak dilakukan dalam berdiskusi, ini berarti siswa ini masih
kurang aktif .karena siswa ini pemalu, sehingga tidak berani untuk berpendapat, dan
menganggap penjelasan dari temannya yang lain sudah lebih baik dibandingkan pendapatnya.
Padahal saat diskusi merupan tempat untuk melatih siswa untuk lebih aktif.
MH
= Dari semua jenis aktivitas siswa yang di lakukan, point E (menjelaskan yang salah / benar), F
(mengemukakan pendapat) yang tidak dilakukan. Ini berarti bahwa siswa ini sudah cukup aktif
dalam kegiatan diskusi. Siswa ini pendiam, jadi hanya menjawab pertanyaan temannya yang
lain seperlunya saja. Jika tidak ada teman yang bertanya dia diam saja.
RSP
= Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, point B (membetulkan yang salah), C
(memberikan saran), dan D (aktif menjawab pertanyaan teman) yang dilakukan. Ini berarti
siswa ini kurang aktif saat diskusi. Aktivitas lain tidak di lakukan, karena saat diskusi hanya
mendengarkan teman yang lain,sibuk sendiri membetulkan jawabannya sendiri.
VT
= Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point B (membetulkan yang salah), dan
point E (menjelaskan yang salah / benar) yang dilakukan, sedangkan yang lainnya tidak. Ini
menunjukkan bahwa siswa ini kurang aktif dalam diskusi. Karena siswa ini sangat pendiam,
padahal dalam diskusi setiap anak diberi kesempatan agar lebih aktif.
PS
= Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan
teman), dan point E (menjelaskan yang salah / benar) yang dilakukan, sedangkan aktivitas lain
tidak diikuti. Ini berarti bahwa anak ini masih kurang aktif dalam diskusi, karena siswa ini lebih
suka belajar secara individu. Padahal diskusi merupakan tempat unuk melatih diri untuk
bekerjasama.
YCA
= Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, point A (mencocokkan jawaban dengan
teman), C (memberikan saran), F (mengemukakan pendapat) yang dilakukan. Sedangkan
aktivitas lain tidak dilakukan, ini menunjukkan bahwa, siswa ini masih kurang aktif dalam
diskusi. karena siswa ini, tidak suka satu kelompok dengan teman - teman yang bukan teman
dekatnya, sehingga tidak betul – betul melakukan diskusi.
HRRP = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban
dengan teman), dan point E (aktif menjawab pertanyaan teman) yang tidak dilakukan. Ini
menunjukkan bahwa siswa ini masih kurang serius dalam diskusi. Siswa ini pemalu, tidak diberi
kesempatan oleh teman yang lain. Seharusnya pada saat diskusi, setiap siswa diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, memberikan saran dan lain sebagainya.
MVIR = Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A(mencocokkan jawaban dengan
teman), dan point B (membetulkan yang salah) yang dilakukan, sedangkan yang lainnya tidak
dilakukan. Ini berarti siswa ini tidak serius dalam diskusi. Karena teman satu kelompoknya
adalah bukan teman mainnya didalam kelas. saat diskusi, sibuk sendiri, waktunya banyak main
– main.
FYS
= Dari semua jenis aktivitas yang di lakukan siswa, hanya point A (mencocokkan jawaban dengan
teman) yang dilakukan, sedangkan aktivitas yang lainnya tidak dilakukan. Ini menunjukkan
bahwa siswa ini tidak serius dalam diskusi, karena siswa ini tidak suka berteman satu kelompok
jika bukan teman dekatnya atau teman mainnya, sehingga tidak serius saat diskusi.
3.6.3 Analisa Setiap Kegiatan Yang Diikuti Siswa
a. Mencocokkan Jawaban dengan Teman
Berdasarkan tabel 1, untuk Point A, tentang aktivitas siswa dalam mencocokkan jawaban
dengan teman, sebesar 68,4 % siswa aktif melakukan kegiatan ini, dan sebanyak 31,57 % siswa
yang masih kurang aktif dalam melakukannya. Beberapa siswa tidak melakukannya, karena
setiap siswa merasa bahwa jawabanyalah yang sudah benar, jadi tidak perlu untuk
mencocokkan jawaban teman.
a. Membetulkan Yang Salah
Berdasarkan tabel 1, untuk Point B, tentang Membetulkan yang salah, sebesar 57, 89 % siswa
aktif melakukan kegiatan ini, sebanyak 42,11 % siswa yang masih kurang aktif dalam melakukan
kegiatan ini. Karena, beberapa siswa menganggap bahwa point ini, hanya dianggap sekedar
saling melihat jawabannya dengan temannya yang lain, apakah sama atau tidak, jika sama tidak
jadi masalah, dan jika beda siswa tersebut akan mempertahankan jawabannya, dan
mengganggap jawabannyalah yang tepat / benar. Tidak berusaha bertanya kepada temannya
mengapa bisa pekerjaannya beda dengan temannya.
b. Memberikan Saran
Berdasarkan tabel 1, untuk Point C, tentang Memberikan Saran, sebesar 63,15 % siswa aktif
melakukan kegiatan ini, sisanya yaitu sebanyak 36,86 % siswa yang masih kurang aktif
melakukan kegiatan. Karena keberanian setiap siswa untuk memberikan saran masih sangat
kurang, di dominasi oleh temannya yang lain, merasa bahwa temannya yang lain sudah lebih
baik dari dia, dan pada akhirnya menganggap bahwa saran temannyalah yang lebih baik
dibandingkan sarannya.
c. Aktif Menjawab Pertanyaan Teman
Berdasarkan tabel 1, untuk Point D, tentang Aktif menjawab pertanyaan teman, sebesar 57,89 %
siswa aktif melakukan kegiatan ini, dan sebanyak 42,11 % siswa yang kurang aktif dalam
melakukan kegiatan. Karena tidak semua siswa bisa bekerja kelompok dengan baik meskipun
dalam satu kelas, tidak mau menjawab pertanyaan teman yang kira – kira bukan teman
dekatnya , pertanyaannya dianggap tidak penting, tidak bermanfaat.
d. Menjelaskan Yang Salah / Benar
Berdasarkan tabel 1, untuk Point E, tentang Menjelaskan Yang Salah/ Benar, sebesar 21.05 %
siswa aktif melakukan kegiatan ini,dan sebanyak 78,95 % siswa yang kurang aktif. Karena,
beberapa siswa kurang serius saat diskusi, beberapa siswa sibuk sendiri, sehingga siswa
tersebut tidak tahu apa yang akan dijelaskan kepada temannya.
e. Mengemukakan Pendapat
Berdasarkan tabel diatas, untuk Point F, tentang mengemukakan pendapat, sebesar 52,63 %
siswa aktif mengikuti kegiatan ini, sebanyak 47,37 % siswa yang kurang aktif dalam melakukan
kegiatan ini. Karena beberapa siswa, tidak memberi kesempatan kepada yang lain, sehingga
kesempatan setiap anak untuk mengemukakan pendapat itu tidak ada, karena merasa tidak
diberi kesempatan, maka beberapa siswa ini memilih untuk diam dan tidak melakukannya.
Setelah diskusi, dilakukan pemantapan yaitu berupa simulasi dari ketiga rambatan kalor,
kemudian dilakukan evaluasi berbentuk tes yaitu tes II, yang dikerjakan secara individu. Tujuannya
adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan setelah mereka kerja
kelompok / diskusi. Hasil Tes II yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Tes Siswa Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Rata –
rata
Kode
Siswa
AH
SMM
YTK
FTF
CCP
EAK
RPFP
KGS
FSW
FRSP
GPO
MH
RSP
VT
PS
YCA
HRRP
MVIR
FYS
Hasil Tes Siklus
I
70
85
60
70
90
85
90
70
70
75
70
95
80
70
80
70
60
70
70
75,26
3.6.4 Analisa Hasil Tes Siklus I
Dari tabel 2 (hasil tes) diperoleh bahwa, siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 7 orang
siswa, sehingga prosentase keberhasilan dari siswa yang memahami materi dapat diperoleh sebesar
36,84 %, dihitung dengan perhitungan :
× 100 = 36,84 %.
3.6.5 Analisa Seluruh Siklus I
Dari kegiatan diskusi, karena kecilnya peran serta siswa dala kegiatan ini, disebabkan karena
waktu yang di gunakan untuk menyampaikan materi terlalu lama, yaitu ± 3 × 45 menit, kemudian kuis I ±
30 menit. Sehingga saat kegiatan diskusi, siswa merasa jenuh dan bosan, tidak semangat untuk
melakukannya. Selain dari pada itu, peneliti tidak memberikan rambu – rambu kepada siswa, tidak
mendapat arahan. Jadi siswa kurang jelas kegiatan apa saja yang harus dilakukan saat diskusi. Untuk itu,
penelitian ini harus diulang, sampai target yang diinginkan tercapai.
Karena standar nilai dan aktivitas yang harus dilakukan siswa tidak mencapai target, maka
penelitian ini dikatakan gagal dan harus diulang, sampai target yang diinginkan tercapai yaitu 80 % siswa
mendapatkan nilai 80 dan 80 % siswa melakukan setiap kegiatan pada saat diskusi.
3.7. DATA SIKLUS II
Karena dalam siklus I belum mencapai target yang diharapkan, maka dilakukan siklus II. Sebagai
refleksi dari siklus I yang tidak mencapai target,maka penelitian pada siklus II ada beberapa hal yang
dilakukan yaitu, guru tidak lagi memberikan materi dari awal, melainkan garis besar materi, karena
mereka masih memiliki catatan untuk dipelajari kembali. Selain daripada itu, saat diskusi setiap
kelompok diarahkan dengan pertanyaan – pertanyaan penggiring berupa rambu – rambu. Jadi pada
saat diskusi, tugas setiap siswa menjadi lebih jelas, apa yang harus mereka lakukan didalam kelompok.
Adapun jenis rambu – rambu yang diberikan kepada setiap kelompok adalah sebagai berikut.
Rambu – rambu yang harus dilakukan oleh siswa didalam kelompok
a. Mencocokkan jawaban dengan teman
(setiap siswa mencocokkan jawaban temannya satu sama lain didalam kelompok)
b. Membetulkan yang salah
(setiap siswa membetulkan jawabannya sendiri jika ada jawabannya yang salah,)
c. Memberikan saran
(setiap siswa diberi kesempatan untuk memberikan saran kepada teman-temannya dalam satu
kelompok)
d. Aktif menjawab pertanyaan teman
(didalam kelompok, siswa saling bertanya dan menjawab pertanyaan dari teman dalam
kelompok masing – masing )
e. Menjelaskan yang salah / benar
(jika ada jawaban teman dalam kelompok yang salah, maka teman kelompoknya menjelaskan
salahnya dimana, kemudian menjelaskan yang benar bagaimana)
f. Mengemukakan pendapat
(dalam kelompok setiap siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, tidak
hanya salah satu siswa saja yang terus menerus mengemukakan pendapatnya)
Tabel 3: data diskusi siswa Siklus II
KODE
SISWA
Jenis Aktivitas Siswa
Jumlah Aktivitas
yang diikuti siswa
A
B
C
D
E
F
AH
√
√
√
√
√
√
6 = 100%
GPO
CCP
EAK
FSW
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
5 = 83,3 %
5 = 83,3 %
5 = 83,3 %
6 = 100 %
√
√
√
√
√
√
FYS
FRSP
FTF
KGS
MH
MVIR
PS
RSP
RPFP
SMM
VT
YTK
YCA
HRRP
Jumlah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
19=
100 %
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
19 =
100 %
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
12=
63,15 %
√
√
√
√
√
√
√
16=
84,21 %
√
√
√
√
√
17=
89,47 %
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
16=
84,21 %
4 = 66,6 %
5 = 83,3 %
5 = 83,3 %
5 = 83,3 %
5 = 83,3 %
4 = 66,6 %
5 = 83,3 %
5 = 83,3 %
6 = 100 %
6 = 100 %
6 = 100 %
6 = 100 %
5 = 83,3 %
5 = 83,3 %
Rata – rata 86,84
Keterangan :
(A)Mencocokkan jawaban dengan teman
(B)Membetulkan yang salah
(C)Memberikan Saran
(D)Aktif menjawab pertanyaan teman
(E)Menjelaskan yang salah / benar
(F)Mengemukakan Pendapat
3.7.1 Analisa kegiatan yang dilakukan siswa pada Siklus II:
a. Mencocokkan Jawaban dengan teman
Sebanyak 100 % siswa melakukan kegiatan mencocokkan jawaban dengan teman (A ). Dengan
adanya rambu – rambu yang diberikan pada setiap kelompok aktivitas ini berhasil karena, setiap
siswa tidak lagi menganggap bahwa jawabannyalah yang paling benar, dan jawaban temannya
yang salah, melainkan saling mencocokkan, menyesuaikan, jika jawabanya salah segera
memperbaikinya.
b. Membetulkan yang Salah
Sebanyak 19 orang siswa melakukan kegiatan Membetulkan yang Salah (B), dari seluruh siswa
19. Atau sebesar 100 % siswa melakukan kegiatan ini. Siswa terlihat lebih aktif melakukan
kegiatan ini, karena pada saat diskusi, siswa diberi rambu- rambu yang lebih jelas untuk tugas
yang harus mereka lakukan disaat diskusi. Dengan adanya rambu - rambu tersebut, siswa mau
tidak mau harus dipaksa melakukannya,tidak hanya sekedar saling melihat jawaban mereka
saja.
c. Memberikan Saran
Sebanyak 12 orang siswa melakukan kegiatan membetulkan yang salah (C), dari seluruh siswa 19
orang. Atau sebesar 63,15 % siswa melakukan kegiatan ini. Untuk aktivitas ini, jumlah siswa yang
melakukan kegiatan ini masih tetap, karena masih ada beberapa siswa yang masih
mendominasi, sehingga teman – temannya mengganggap bahwa, sarannya sama dengan
temannya, atau saran apa yang mau dikeluarkan, sudah diwakilkan oleh temannya.
d. Aktif menjawab pertanyaan teman
Sebanyak 16 orang siswa melakukan kegiatan aktif menjawab pertanyaan teman (D), dari
seluruh siswa 19 orang. Atau sebesar 84,21 % siswa melakukan kegiatan ini. Dengan adanya
rambu- rambu, setiap siswa mulai bisa bekerja kelompok, tidak memilih-milih teman, tidak
didominasi oleh temannya yang lain,
e. Menjelaskan yang salah / benar
sebanyak 17 orang siswa melakukan kegiatan menjelaskan yang salah / benar (E), dari seluruh
siswa 19 orang. Atau sebesar 89,47 % siswa melakukan kegiatan ini. Aktivitas ini berhasil, karena
dengan adanya rambu – rambu, siswa tidak lagi sibuk sendiri saat diskusi. Siswa harus
melakukan apa yang ada pada rambu – rambu, sehingga setiap siswa bisa menjelaskkan kepada
teman-temannya. Tidak lagi banyak main – main didalam kelompok.
f. Mengemukakan Pendapat
Sebanyak 16 orang anak yang melakukan kegiatan mengemukakan pendapat (F), dari 19 orang
siswa. Atau sebesar 84,21 % siswa melakukannya. Aktivitas ini berhasil karena, dengan adanya
rambu – rambu yang diberikan pada setiap kelompok, setiap siswa mendapat kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya, tidak terlalu didominasi oleh temannya yang lain.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Tabel 4. Hasil Tes Siswa Siklus II
Kode Siswa
Hasil tes Siklus II
AH
85
SMM
80
YTK
80
FTF
70
CCP
90
EAK
80
RPFP
80
KGS
95
FSW
85
FRSP
95
GPO
80
MH
80
RSP
85
VT
90
PS
85
YCA
80
17
18
19
Rata - rata
HRRP
MVIR
FYS
85
75
60
82,10
3.7.2 Analisa Hasil Tes Siklus II
Dari tabel 4 di atas, siswa yang memperoleh nilai 80 sebanyak 16 siswa, sehingga prosentase
keberhasilan dari siswa yang memahami materi dapat diperoleh sebesar 84,21 % dengan prosentase
bahwa sebesar 84,21 % , dihitung dengan perhitungan
× 100%.
3.7.2 Analisa Seluruh Siklus II
Dari kegiatan diskusi diperoleh prosentase keterlibatan siswa sebesar 86,84 %, dan untuk hasil
tes diperoleh prosentase sebesar 84,21 %. Prosentase ini meningkat karena, ada petunjuk berbentuk
rambu – rambu yang diberikan kepada siswa saat diskusi kelompok, jadi tugas yang harus dilakukan oleh
setiap siswa pada saat diskusi menjadi lebih jelas. Selain dari pada itu, waktu yang diperlukan lebih
singkat. Dengan ini, penelitian pada siklus II ini dinyatakan berhasil karena telah mencapai target
keberhasilan.
Tabel 5. Hasil kuisioner siswa tentang metode pembelajaran yang disampaikan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan
Setelah melakukan diskusi, apakah pemahaman anda tentang
materi yang disampaikan menjadi lebih baik atau tidak ?
Apakah kamu lebih mudah belajar secara individu ?
Apakah kamu lebih mudah belajar secara kelompok?
Apakah dengan kerja kelompok anda merasa lebih aktif ?
Apakah dengan kerja kelompok anda merasa termotivasi untuk
memberikan saran?
Apakah dengan belajar kelompok anda merasa termotivasi
untuk mengemukakan pendapat ?
Apakah dengan kerja kelompok anda merasa termotivasi
untukmembantu teman?
Apakah dengan belajar kelompok anda merasa berani
mengemukakan pendapat ?
Apakah anda merasa nyaman dengan metode pembelajaran
yang disampaikan?
Apakah motode pelajaran yang diterapkan melatih anda
untukbertanggung jawab?
Ya
17
Tidak
2
4
13
16
12
15
6
3
7
15
4
17
2
15
4
15
4
15
4
3.8 Analisa Kuisioner
1. Sebanyak 89,47 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih asyik dan lebih mudah, sangat
fokus / mementingkan diskusi untuk materi, lebih mengerti materinya, yang kurang
dimengerti menjadi lebih mengerti, lebih lengkap, semakin jelas. Hal ini menun jukkan
bahwa dengan menggunakan metode ini, pemahaman siswa pada materi yang disampaikan
menjadi lebih baik.
2. Sebanyak 21,05 % siswa menjawab ya dengan alasan, karena susah, jika tidak tahu, tidak
ada teman yang mau ditanyai untuk membantu, tidak bisa bekerja sama. Ini menunjukkan
bahwa siswa harus bisa bekerjasama, tidak hanya individu saja.
3. Sebanyak 68,42 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih mudah, bisa berdiskusi, lebih
mudah,bisa mengemukakan pendapat, lebih gampang mengerjakan tugas, dapat saling
membantu. Hal ini menunjukkan kerjasama antar siswa sangat penting.
4. Sebanyak 84,21 % siswa menjawab ya dengan alasan, bisa mengemukakan pendapat, bisa
membantu teman, bisa bertukar pendapat. Ini menunjukkan bahwa dengan metode ini,
siswa dapat lebih aktif dalam kelompok.
5. Sebanyak 63,15 % siswa menjawab ya dengan alasan, dalam kelompok perlu kerjasama, bisa
belajar dengan teman, bisa memberi saran satu sama lain. Dengan ini menunjukkan bahwa,
siswa berani untuk memberikan saran, melatih siswa untuk lebih aktif.
6. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih berani, bisa menerima pendapat
orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diskusi diperlukan kerjasama, saling
menghargai,
7. Sebanyak 89,47 % orang siswa menjawab ya dengan alasan, untuk memberikan saran pada
teman, karena bersifat baik, teman yang tidak tahu menjadi tahu. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam bekerjasama perlu saling membantu, tidak egois, mau berbagi
8. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, karena melatih diri untuk berani. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan kerjasama, dapat melatih siswa untuk lebih berani
mengeluarkan pendapatnya, setiap siswa diberi kesempatan, tidak didominasi oleh teman
yang satu saja, serta belajar untuk menerima pendapat orang lain
9. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, banyak praktikum, belajarnya santai.
Hal ini menunjukkan bahwa, dengan metode yang digunakan tidak membuat siswa merasa
tegang dalam belajar, siswa bisa meikmati pembelajaran dan memahami materi yang yang
disampaikan.
10. Sebanyak 78,94 % siswa menjawab ya dengan alasan, lebih percaya diri, karena apa yang
diperbuat bisa dipertanggung jawabkan, tidak main – main. Hal ini menunjukkan bahwa,
dengan metode ini melatih siswa untuk bertanggungjawab atas apa yang telahdiperbuat,
tidak lepas tangan begitu saja.
Dari kuisioner tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, dapat
disimpulkan bahwa, siswa senang belajar kelompok , siswa lebih aktif dalam bekerjasama,
pemahaman siswa tentang materi yang digunakan menjadi lebih baik, dapat meningkatkan
kerjasama antar siswa. Siswa bisa belajar kelompok, saling membantu,serta melatih siswa untuk
bertanggung jawab
4. Kesimpulan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebuah RPP dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualisation) dapat
dirancang lebih jelas dan lengkap, dapat diimplementasikan dengan baik dan berhasil membuat siswa
bekerjasama. Dari penelitian ini, sebesar 86,84 % siswa aktif melakukan kegiatan saat diskusi atau
bekerjasama. Siswa mau mencocokkan jawaban dengan teman, mau membetulkan yang salah, berani
memberikan saran, aktif menjawab pertanyaan teman,mau menjelaskan yang salah / benar, berani
mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode ini, pemahaman siswa tentang materi yang
disampaikan menjadi lebih baik. Siswa merasa senang dengan metode yang digunakan, karena
mengajarkan pada siswa untuk bisa bekerjasama, saling membantu, berani mengemukakan pendapat,
bertanggung jawab, dengan bekerjasama pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan lebih
mudah.
5. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk itu bila mau menggunakan metode
pembelajaran Kooperatif, sebaiknya RPP yang telah dirancang diujicoba terlebih dahulu, agar RPP yang
akan diimplementasikan tersebut alokasi waktu yang akan digunakan dapat diatur. Untuk kegiatan
diskusi kelompok, jangan hanya sekedar membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa
untuk bekerjasama atau diskusi, sebaiknya siswa diarahkan dengan pertanyaan – pertanyaan penggiring
atau rambu – rambu, agar siswa tahu apa yang harus dilakukan didalam diskusi.
Daftar Pustaka
1. Pustaka Aditama. Sains FISIKA. Surakarta
2. Sukardi.2003.Metodologi Penelitian tindakan Kopetensi dan Praktiknya. Yogyakarta bumi Aksara
3. Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
4. Etsa Indra Irawan.2008. IPA Fisika Billingual Untuk SMP/ MTs.kelas VII.penerbit Yrama Widya.Bandung
5. Slavin L Robert, 2009 Cooverative Learning.Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media, penerbit Nusa Media
Ujung Berung, Bandung
6. Lie, Anita, 2008 Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang – Ruang Kelas.
Grasindo, Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta.
7. Halliday dan Resnick, FISIKA JILID 1 EDISI KETIGA.Penerbit Erlangga. Jakarta
8. Meda. IPA Terpadu SMP Kelas VII. Penerbit CV Meda Sejati. Semarang
Download