BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Dalam membawa suatu perubahan pada sebuah bangsa, pendidikan tinggi
menjadi salah satu pilar penting. Dunia pendidikan tinggi tidak hanya dapat menjadi
sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, tetapi proses pembelajaran
di kampus juga diharapkan dapat menjadi wahana yang sangat penting untuk
merubah pola pikir masyarakat sipil yang demokratis. Dalam rangka persaingan
global dan berbagai tantangan baik pada tingkat nasional maupun internasional,
kebijakan dalam bidang pendidikan tinggi harus dapat merespon hal tersebut.
Kebutuhan terhadap lulusan perguruan tinggi yang mampu bersaing dalam iklim
kompetisi bisnis yang semakin kompleks, merupakan konsekuensi logis dari
timbulnya persaingan di tingkat lokal maupun global.
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, berarti setiap warga negara berhak mendapat dan berharap untuk selalu
berkembang dalam pendidikan. Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis
meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia menjadi cerdas,
memiliki kemampuan atau skill, sikap hidup yang baik, sehingga dapat bergaul
dengan baik di masyarakat. Pendidikan menjadi investasi yang memberi
keuntungan social dan personal yang menjadikan bangsa bermartabat dan
individunya menjadi manusia yang memiliki derajat.1 Menurut UNESCO (United
1
Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi pendidikan. 2010 hal. 1 1 2 Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) dalam upaya
meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan
baik untuk masa sekarang maupun untuk masa depan, yakni: (1) learning to know
(penguasaan yang dalam dan luas pada bidang ilmu tertentu), (2) learning to do
(belajar untuk mengaplikasikan ilmu, berkerjasama dalam team, belajar
memecahkan
masalah
dalam
berbagai
situasi,
belajar
berkarya
atau
mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh siswa), (3) learning to be (belajar untuk
dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan
bersama), (4) learning to live together (belajar memahami dan menghargai orang
lain, sejarah dan nilai-nilai agamanya).2 Menjadi orang yang terdidik itu sangat
penting. Secara umum pendidikan memiliki arti suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri bagi tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan.
Pendidikan formal sekarang ini menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan
terutama untuk tingkat pendidikan tinggi dan itu juga menjadi kebutuhan kaum
muda. Di tambah lagi sekarang ini tuntutan dunia kerja menuntut pendidikan tinggi
atau lulus sarjana. Kaum muda saat ini semakin sadar akan pentingnya pendidikan
sehingga dapat kita lihat dari tahun ketahun minat untuk memasuki perguruan tinggi
meningkat mulai umur 19-24 tahun3, ini membuktikan bahwa kaum muda sudah
2
Eko Triyanto, Sri Anita dan Nunuk Suryani. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas. Jurnal Teknologi Pendidikan UNS Vol 1, No. 2. 2013 hal 227 3
Badan Pusat Statistik. Indikator Pendidikan. Diakses pada tanggal 07 Juni 2014 dari website http://www.bps.go.id/tab_sub/IndikatorPendidikan 1994‐2013 3 sadar akan pentingnya ilmu, ilmu pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat
urgent dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Sehingga suatu bangsa atau
negara dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing dengan bangsa atau negara lain. Secara teoritis, pendidikan yang tinggi
punya tujuan buat mendidik mahasiswa dengan ilmu-ilmu dasar atau keahlian yang
memadai sekaligus membantu mengenal “dunia nyata”, baik melalu program
terintegrasi (dalam kelas, penelitian, skripsi) atau dalam bentuk field experience
(kerja praktek/ magang).4 Perguruan tinggi memberikan gelar untuk mahasiswanya,
dan berorientasi pada pembentukan insan yang profesional dan memiliki standar
ilmu yang cukup.
Bagi mereka yang memasuki perguruan tinggi memiliki berbagai macam
motivasi. Motivasi mencari ilmu pengetahuan, bisa jadi adalah alasan yang sudah
usang. Alasan utama bagi sebagian besar dari mereka adalah untuk memudahkan
mencari pekerjaan.5 Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pekerjaan akan
lebih mudah didapatkan dan memiliki posisi yang berbeda dengan orang yang tidak
mendapatkan ijazah pendidikan tinggi. Persaingan di dunia kerja saat ini memang
sangat ketat terutama di kota-kota besar. Tidak ada cara lain kecuali membekali diri
dengan belajar sebaik-baiknya agar memiliki ijazah pendidikan formal yang baik,
paham mengenai bidang pendidikan dan keterampilan yang lebih dibutuhkan pasar
kerja, mengasah keterampilan dan potensi-potensi unik yang dimilki. Ijazah
4
Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. 2012. Jakarta. Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/ 17624/ 5
Anjar and Steven. Motivasiholic. Jakarta: Grasindo. 2006 hal 100 4 pendidikan tinggi pun menjadi suatu pertimbangan dalam merekut karyawan dan
menentukan posisi jabatan.
Gejala diatas ditangkap oleh universitas-universitas, terutama di kota-kota
besar. Untuk melakukan kegiatan promosi guna menarik minat para calon
mahasiswa. Mereka berusaha menginformasikan keunggulan-keunggulan yang
mereka miliki melalui kegiatan promosi yang bersifat persuasif. Dewasa ini,
persaingan antar universitas semakin atraktif. Pemasaran untuk lembaga
pendidikan mutlak diperlukan. Perguruan tinggi sebagai lembaga penyedia jasa
pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan (mahasiswa), karena pendidikan merupakan proses sirkuler yang saling
mempengaruhi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran
jasa pendidikan untuk memenangkan kompetisi antar perguruan tinggi serta untuk
meningkatkan akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme manajemen
perguruan tinggi. Dengan tetap menjaga kualitas perguruan tinggi tidak hanya
memberikan program pendidikan yang sesuai, dosen yang kompeten dengan
kebutuhan perkembangan globalisasi saat ini, mereka juga memikirkan sisi dari
para calon yang ingin bergabung di tempat mereka. Salah satu contoh biaya menjadi
satu permasalahan yang sering kali menjadi hambatan, dengan promosi penjualan
berupa pembayaran dengan sistem cicilan, calon mahasiswa dapat meningkatkan
kemampuan akademis tanpa tersandung masalah biaya.
Sebagian besar keluarga-keluarga terutama mereka yang tinggal di kotakota besar ikut mendorong anak-anak mereka dan kaum muda di dekat mereka
untuk melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Tujuan keluarga-
5 keluarga untuk menyekolahkan anak mereka ke tinggkat pendidikan tinggi adalah
untuk meningkatkan kualitas sehingga dapat menghadapi persaingan di dunia kerja
maupun bisnis yang semakin ketat. Oleh karena sebuah tanggung jawab maka
keluarga menjadi salah satu motivasi yang mempengaruhi seseorang memiliki
sebuah keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sebagai seorang
mahasiswa. Prabowo6 dalam artikel yang ditulisnya mengatakan pada saat ini
keinginan kaum muda menjadi mahasiswa sedikit bergeser seperti yang
kebanyakan ditampilkan di media yang mendefinisikan mahasiswa sebagai gaya
hidup kaum muda yang dicirikan sebagai kaum yang bergaya hidup berbeda dari
yang lainnya, belajar sebagai sebuah gaya hidup. Gaya hidup tersebut bisa
dipengaruhi oleh perkembangan jaman saat ini yang berkembang secara pesat.
Perkembangan jaman yang berkembang pesat menimbulkan sebuah
fenomena baru dimana kaum muda dengan gaya hidupnya, memulai dengan
aktivitasnya
yang
beragam,
penggunaan
teknologi,
dan
cara
mereka
berkomunikasi. Prabowo kembali dalam artikelnya menuliskan anak muda dengan
perubahan luar biasa ini adalah sebagian kelompok yang juga tengah menikmati
pendidikan, yakni para mahasiswa di perguruan tinggi.7 Kaum muda sebagai bagian
dari masyarakat sudah tentu tidak luput berkontribusi dalam kondisi masyarakat
yang terus bergerak maju, teknologi semakin berkembang dan kehidupan pun turut
mengimbangi kemajuan tersebut. Kelompok kaum muda saling berhubungan,
mereka bersosialisasi, baik dengan lingkungan maupun bersama komunitasnya.
6
Prof. Harjanto Prabowo. Belajar Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa (2013, 10 Juli). Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://edukasi.kompas.com/read/07/10/1419229/ 7
Ibid. 6 Mereka juga bergerak dengan mobilitas tinggi. Mereka bahkan belajar di luar
kampus dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih mereka dapat
melakukan kegiatan belajar bahkan di luar kampus. Perubahan-perubahan yang
terjadi secara otomatis ikut merubah gaya hidup. Sangatlah menarik apabila gaya
hidup yang sedang dijalankan oleh mahasiswa dapat menyatu dengan aktivitas
perkuliahan, mendukung cita-cita mereka untuk lulus dari perguruan tinggi dengan
kualitas yang optimal. Perguruan tinggi dengan kampusnya harus mampu
merespons hal itu. Bila tidak, maka kampus akan menjadi tempat yang
ditinggalkan, menjadi tempat terpisah dengan keseharian mahasiswa.
Universitas harus mampu memadukan konteks pembelajaran yang berjalan
secara cermat antara kuliah dan kehidupan sehari-hari, hingga pada saat mahasiswa
berada di luar Universitas pun nuansa akademik itu tetap dapat diperoleh oleh para
mahasiswa. Maka dari itu, perubahan gaya hidup, termasuk di dalamnya perubahan
dalam cara mempelajari segala sesuatu, memang memaksa kampus untuk
melakukan reposisi diri agar sanggup menjadi tempat yang mengakomodasi
mahasiswa dalam mengekspresikan dirinya, menikmati gaya hidupnya, sekaligus
di dalamnya melakukan kegiatan pembelajaran.
Dalam jurnal Sahrazad8 gaya hidup dan motivasi berprestasi sangat penting
dalam kemajuan prestasi seseorang, setelah melakukan penelitian dapat ditarik
kesimpulan bahwa gaya hidup dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap
8
Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526 7 prestasi akademik. Kemudian jurnal Sawaji, Hamzah dan Taba9 menyatakan bahwa
variabel motivasi dengan variabel pegambilan keputusan menunjukkan bahwa
variabel motivasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel
pengambilan keputusan. Dikemukakan bahwa motivasi adalah salah satu variabel
yang penting yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku mencapai
keinginan dan kebutuhannya. Motivasi dan gaya hidup dari kedua jurnal ini jelas
sekali menunjukkan adanya pengaruh terhadap keputusan pembelian. Saat ini
khususnya di Jakarta banyak sekali yang melanjutkan kuliah sambil bekerja,
persaingan yang begitu ketat dalam situasi ekonomi yang tidak menentu
mungkinkah ini berhubungan dengan motivasi dan gaya hidup? Mereka berusaha
mengembangkan potensi dirinya dengan mengambil jalur bekerja sambil kuliah.
Untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi sambil bekerja tentu harus menjatuhkan
pilihan pada salah satu perguruan tinggi yang menurutnya mampu menjadikannya
mahasiswa yang berilmu dan mampu mengasah keterampilan yang dimilikinya
sehingga siap menghadapi persaingan didunia kerja yang semakin ketat.
Banyak Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan proses pembelajarannya
diperuntukan bagi karyawan. Kuliah karyawan atau Program Kelas Karyawan
(PKK) bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak
mempunyai waktu luang mengikuti proses pembelajaran atau pendidikan pada hari
kerja karena sibuk dengan bekerja sebagai karyawan. Kuliah karyawan memiliki
beberapa kelebihan kepada mahasiswa, yaitu: Waktu kuliah tidak menggangu
9
Jamaluddin Sawaji, Dabir Hamzah dan Idrus Taba. Pengambilan Keputusan Mahasiswa Dalam Memilih Perguruan Tinggi Swasta Di Sulawesi Selatan. 2010. Diakses pada tanggal 18 Desember 2014 dari website: http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/93eafc626f884778a6b78f77c1832b. pdf. 8 kegiatan bekerja sebagai karyawan dapat belajar melalui jarak jauh dengan system
yang dikenal, e-learning jadi mahasiswa dapat melakukan kegiatan belajarnya tanpa
harus datang ke kampus. Meskipun tetap ada saat-saat tertentu mahasiswa harus
hadir melakukan tatap muka. Salah satu universitas yang menjawab kebutuhan ini
adalah Universitas Mercu Buana yang bertujuan memberi kesempatan kepada
seluruh masyarakat yang mempunyai waktu sangat terbatas pada hari kerja untuk
melanjutkan pendidikannya (yang berkualitas) ke jenjang yang lebih tinggi.
Lulusan di persiapkan menjadi Sarjana dan Magister sesuai dengan jurusan /
program studinya, yang dapat mengembangkan jati dirinya dengan bekal ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, sehingga mampu menyelesaikan persoalan dan
mengembangkan ilmu.10
Universitas Mercu Buana memiliki kredibilitas yang sudah tidak diragukan
lagi dengan menduduki peringkat 18 sebagai Universitas terbaik di Indonesia11
mampu menghadirkan sebuah program pendidikan yang dapat menjawab
kebutuhan kaum muda khususnya di Jakarta. Hal ini sangat menarik bagi penulis,
maka penulis akan melakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang akan
diambil oleh penulis adalah mahasiswa aktif yang telah mengikuti sistem belajar
mengajar di Universitas Mercu Buana khususnya program kelas karyawan di
Menteng. Meimilih kampus Menteng karena secara letak yang berada ditengah kota
memiliki “prestige” dan dikhususkan untuk Program Kelas Karyawan saja. Dari
10
Universitas Mercu Buana. Profil – Tujuan. Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://kk.mercubuana.ac.id/ page_view.php?idpage=3/ 11
Kopertis12. Peringkat Perguruan Tinggi Versi Webometrics. 2014. Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://www.kopertis12.or.id/2014/02/11/ peringkat‐perguruan‐tinggi‐versi‐
webometrics‐edisi‐januari‐2014.html/ 9 apa yang penulis paparkan maka tema yang akan diangkat adalah pengaruh
motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Studi kasus
dilakukan pada mahasiswa kelas PKK Universitas Mercu Buana - Menteng.
1.2.
Perumusan Masalah
Memperhatikan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah terdapat
pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa?
1.3.
Tujuan Penelitian
Dari apa yang menjadi rumusan permasalah di atas maka yang menjadi
tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengaruh motivasi
dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat disiplin ilmu
pengtahuan khususnya bidang Komunikasi Pemasaran Jasa Pendidikan, Prilaku
konsumen (Consumer behavior) dengan bukti-bukti empiris pada penelitan ini
diharapkan menjadi referensi teroritis dan empiris atau masukan bagi penelitipeneliti lain yang ingin mengukur tentang prilaku konsumen.
10 1.4.2. Manfaat Praktis
a.
Universitas Mercu Buana
Penelitian ini dapat berguna bagi Universitas Mercu Buana sebagai
informasi untuk menentukan kebijakan dalam pemberian pelayanan
jasa pendidikan yang dapat semakin dikembangkan dan meningkatkan
profesionalisme serta daya saing bagi univ
ersitas yang menyediakan kelas Program Kelas Karyawan (PKK).
b.
Divisi Marketing Universitas Mercu Buana
Sebagai divisi marketing yang terdapat dalam Universitas Mercu Buana
diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi dalam menentukan
strategi promosi pemasaran yang lebih berkembang dan cara-cara
marketing yang lebih efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi merupakan hal yang mendasar dan penting dalam hubungan
apapun. Membangun dan mengelola hubungan dengan konsumen dan pelanggan
memiliki pengaruh langsung pada komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran
(marketing communication) membantu mendefinisikan hubungan produsen dengan
konsumen tidak hanya pesan yang dipertukarkan tetapi juga pilihan media dan
kesempatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan mereka. Alma12 dalam
bukunya menulis perguruan tinggi swasta yang ingin sukses untuk masa depan,
dalam menghadapi bagaimana mencari jumlah mahasiswa yang dikehendaki harus
mempraktekkan komunikasi pemasaran secara terintegrasi. Alma13 juga mengutip
Chapman:
“As a solution to this enrollment problem, many universities have begun to turn to
marketing approaches and technigues to help strengthen and more fully understand
the demand side of the enrollment picture.”
2.1.1. Pengertian Marketing Communication
Di dalam bukunya Kotler14 mengatakan:
“Marketing communication are the means by which firms attempt to inform,
persuade, and remind consumers directly or inderectly about the products and
brands they sell. In a sense, marketing communications represent the voice of the
company and its brands; they a means by which the firm can establish a dialogue
and build relationship with consumers.”
12
Prof. Dr. H.Buchari Alma, dan Dr. Ratih Hurriyati, M.Si. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. 2008 hal. 43 13
Ibid. 14
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Marketing Management, 14th edition. 2011 hal. 476 11 12 Komunikasi pemasaran merupakan sarana perusahaan untuk menginformasikan,
membujuk dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung
tentang produk dan merek yang mereka jual. Dengan kata lain, komunikasi
pemasaran mewakili perusahaan dan brand itu sendiri; dimana komunikasi
pemasaran menjadi sarana perusahaan untuk membangun dialog dan hubungan
dengan para konsumen. Marketing communication juga dapat dinyatakan sebagai
kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen
dengan menggunakan berbagai media.15 Chris16 menulis dalam perencanaan
marketing communication mengandung tiga unsur: tools (alat), media dan messages
(pesan). Lihat gambar 2.1. Tools utama marketing communication: iklan
(advertising), promosi penjualan (sales promotion), public relations, penjualan
langsung (direct marketing), penjualan personal (personal selling)17. Selain itu ada
media atau sarana dimana pesan iklan dan komunikasi pemasaran disampaikan.
Alat dan media memiliki karakteristik dan pencapian gol yang berbeda. Perguruan
tinggi harus tahu bagaimana menggunakan iklan, promosi penjualan, publisitas,
penjualan langsung dan penjualan personal untuk mengkomunikasikan suatu
produk jasa pendidikannya beserta nilainya kepada calon mahasiswa sesuai dengan
target yang ingin di tuju. Bentuk komunikasi yang disusun harus inovatif dan estetis
sehingga lebih mudah diingat dan memiliki pembeda dengan bentuk promosi
lainnya. Setelah itu pelanggan harus merasa feel good sehingga dapat menimbulkan
pikiran dan opini yang positif.
15
John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal. 5 Chris Fill. Marketing Communicatioan Interactivity, Communitive, and Content, 5th edition. 2009 hal. 19 ‐ 23 17
Ibid. 483‐655 16
13 Tools
Media
The Marketing
Communication Mix
Messages
Sumber: Chris Fill (2010, 19)
Gambar 2.1 A traditional model of the marketing communication mix.
Soemanagara18 dalam bukunya mengatakan Marketing Communicatioan
bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen.
1. Tahap perubahan pengetahuan, dimana konsumen mengetahui
keberadaan sebuah produk atau jasa, untuk apa produk atau jasa
diciptakan, dan ditujukan kepada siapa. Pada tahap ini pesan komunikasi
baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada pembombastisan
informasi tentang perguruan tinggi.
2. Tahap perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur, disebut
tricomponent attitude changes oleh Schiffman dan Kanuk yang
menunjukkan bahwa tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga
komponen yaitu: cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan
conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini menunjukkan adanya
18
John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal 59‐60 14 kecenderungan perubahan (cognition, affection, dan conation) maka
mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap.
3. Tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih
pada produk atau jasa lain dan terbiasa menggunakannya. Di tahap ini
pesan bertujuan untuk menunjukkan alasan mengapa perguruan tinggi
ini adalah terbaik jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya
dan menimbulkan emosi terhadap brand.
Agar tujuan dari komunikasi pemasaran yang dilakukan tercapai,
universitas selaku penyedia jasa pendidikan harus dapat melihat perilaku dari
konsumen yang menjadi target sehingga dapat mengetahui apa yang sesungguhnya
sedang dibutuhkan ataupun untuk menentukan strategi pemasaran yang sesuai
dengan permintaan pasar sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat di
tangkap oleh para calon mahasiswa dan terjadi perubahan perilaku yang pada
akhirnya
memutuskan
untuk
mengikuti
proses
belajar
mengajar
yang
diselenggarakan oleh universitas.
2.2.
Jasa
2.2.1. Pengertian Jasa
Menurut Kotler dan Keller pengertian jasa adalah sebuah aktivitas yang
diasosiasikan dengan elemen intangibility (tidak berwujud), dimana didalamnya
terjadi interaksi antara pelanggan dengan penyedia jasa tetapi tidak berakibat
terhadap suatu kepemilikan.19 Di dalam buku lain Kotler dan Armstrong
19
Philip Kotler Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 14. 2011 hal.356 15 “service is an activity, benefit, or satisfaction offered for sale that is
essentially intangible and does not result in the ownership of anything”.20
Yang berarti jasa adalah semua kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang dapat
ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tak berwujud
(intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Berdasarkan pada dua
definisi diatas dapat dikatakan bahwa jasa merupakan aktivitas ekonomi yang
hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau kontruksi, yang umumnya dihasilkan
dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah bagi konsumen.
Karakteristik jasa berbeda dengan produk barang (fisik). Kotler dan Armstrong21
membagi Empat karakteristik jasa berdasarkan gambar 2.2 :
Intangibility
Inseparability
Service cannot be seen, tasted, felt, heard, or smelled before purchase
Services cannot be separated from their providers.
SERVICE
Variability
Perishability
Quality of services depends on who provides them and when, where, and how
Services cannot be stored for later sale or use
Sumber: Kotler & Armstrong (2012,237)
Gambar 2.2
Four Service Characteristic
20
Philip Kotler dan Gary Armstrong. Principles of Marketing. 2012 hal. 224. Ibid. Hal 236‐237 21
16 1. Jasa tak berwujud (service intangibility) berarti bahwa jasa tidak dapat
dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli.
2. Jasa tak terpisahkan (service inseparability) berarti bahwa jasa tidak
dapat dipisahkan dari penyedianya, tanpa mempedulikan apakah
penyedia jasa itu orang atau mesin.
3. Variabilitas jasa (service variability) berarti bahwa kualitas jasa
bergantung pada siapa yang menyediakan jasa itu dan kapan, dimana,
dan bagaimana jasa itu disediakan.
4. Jasa dapat musnah (service perishability) berarti bahwa jasa tidak dapat
disimpan untuk dijual atau digunakan beberapa saat kemudian.
Menurut Alma22 pada dasarnya jasa pendidikan adalah sesuatu yang
diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain yang sifatnya tidak berwujud dan tidak
memiliki dampak perpindahan hak milik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
karakteristik jasa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang program
pemasarannya. Jasa Pendidikan secara umum memiliki karakteristik utama sebagai
breikut23:
a. Tidak berwujud (Intangibility), jasa tidak berwujud seperti produk
fisik, yang menyebabkan pengguna jasa pendidikan tidak dapat melihat,
mencium, mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka
mengkonsumsinya (menjadi subsistem lembaga pendidikan). Untuk
menekan ketidakpastian, pengguna jasa pendidikan akan mencari tanda
22
Prof. dr. H.Buchari Alma, dan Dr. Ratih Hurriyati, M.Si. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. 2008 hal. 173‐174 23
Ibid. 17 atau informasi tentang kualitas jasa tersebut. Tanda maupun informasi
dapat diperoleh atas dasar letak lokasi lembaga pendidikan, lembaga
pendidikan penyelenggara, peralatan dan alat komunikasi yang
digunakan, serta besarnya biaya yang ditetapkan. Beberapa hal yang
akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon
pengguna jasa pendidikan adalah:
a. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi
berwujud.
b. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga
pendidikan).
c. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga
pendidikan (education brand name).
d. Memakai nama seseorang yang sudah dikenal untuk meningkatkan
kepercayaan konsumen.
b. Tidak terpisah (Inseparability), jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan
dari sumbernya, yaitu lembaga pendidikan yang menyediakan jasa
tersebut. Artinya, jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara
serempak (simultan) pada waktu yang sama. Jika peserta didik membeli
jasa maka akan berhadapan langsung dengan penyedia jasa pendidikan.
Dengan demikian, jasa lebih diutamakan penjualannya secara langsung
dengan skala operasi yang terbatas. Oleh karena itu, lembaga pendidikan
dapat menggunakan strategi bekerja dalam kelompok yang lebih besar,
18 bekerja lebih cepat, atau melatih para penyaji jasa agar mereka mampu
membina kepercayaan pelanggannya (peserta didik).
c. Bervariasi (Variability), jasa bersifat sangat variabel karena merupakan
nonstandardized out-put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan
jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
Ada 3 faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa:
1. Partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa
2. Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan
3. Beban kerja perusahaan.
d. Perishability jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak
dapat disimpan. Apabila diperhatikan batasan dan karakteristik yang
diutarakan diatas, ternyata dunia pendidikan merupakan bagian dari
batasan tersebut. Dengan demikian lembaga pendidikan merupakan
termasuk dalam katagori sebagai lembaga pemberi jasa para konsumen,
dalam hal ini siswa dan orang tua siswa. Mereka inilah yang berhak
memberikan penilaian bermutu tidaknya keluaran (output) suatu
lembaga pendidikan.
2.2.2. Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan
Pemasaran jasa memerlukan lebih dari sekedar pemasaran eksternal
tradisional yang menggunakan 4P tapi juga membutuhkan pemasaran internal dan
pemasaran interaktif. Pemasaran Internal (internal marketing) adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh universitas untuk melatih dan memotivasi para dosen dan
19 karyawannya agar melayani mahasiswa dengan baik. Pemasaran eksternal (external
marketing), adalah pekerjaan yang dilakukan Universitas untuk menyiapkan,
menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa kepada mahasiswa.
Pemasaran interaktif (interactive marketing) adalah keahlian dalam melayani
konsumen. Kotler & Armstrong24 menyatakan bahwa
“internal marketing means that the sevice firm must orient and motivate its
customer-contact employees and supporting sevice people to work as team to
provide customer satisfaction.”
Tujuan yang hendak dicapai dari pemasaran internal ini adalah memberikan
kepuasan dan motivasi kepada para dosen dan karyawan universitas untuk
memberikan pelayanan yang terbaik bagi mahasiswa. Intercative marketing means
that service quality depend heavily on the quality of the buyer-seller interaction
during the service encounter. Dalam hal ini dosen maupun para karyawan sebagai
bagian dari proses penyajian jasa berkewajiban untuk memenuhi janji yang telah
ditetapkan oleh universitas kepada mahasiswa. Oleh karena itu, sikap, kemampuan,
dan integritas dosen dan karyawan akan mempengaruhi keberhasilan menjalin
relasi antara universitas, dosen, karyawan dan mahasiswa. Kesadaran pentingnya
pemasaran interaktif ini dilandasi bahwa dalam jasa, peranan manusia (dosen,
karyawan dan mahasiswa) sangat dominan dalam menentukan kualitas jasa.
Bauran pemasaran jasa adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang
dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen
dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen. Bauran pemasaran jasa merupakan
24
Philip Kotler dan Gery Armstrong. Principles of Marketing. 2012 hal 241 20 unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan
dengan tepat sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran yang efektif,
sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bauran pemasaran jasa
menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler25 dibagi menjadi 2:
a. Traditional Marketing Mix terdiri atas 4Ps yaitu: Product, Place,
Promotion, and Price. Elemen-elemen ini muncul sebagai variabel
keputusan inti dalam konsep pemasaran dan marketing mix. Area kunci
keputusan strategi untuk 4P dapat kita lihat melalui tabel 2.1.
Pengelolaan yang cermat dari produk, tempat, promosi, dan harga
penting dalam menentukan keberhasilan pemasaran jasa.
b. Expanded Mix for Services terdiri dari 3P merupakan tambahan seperti
yang dapat dilihat pada table 2.1.
1) Orang atau partisipan (People) adalah semua prilaku yang
memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi
persepsi pembeli termasuk yang dalam elemen ini adalah personal
perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam lingkungan jasa.
2) Sarana fisik (Physical Evidence) merupakan suatu hal yang secara
nyata turut memepengaruhi keputusan konsumen untuk membeli
dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang
termasuk dalam sarana fisik antara lain, lingkungan fisik yang
25
Valerie A Zaithaml, Mary Jo Bitner dan Dwayne D Gremler. Services Marketing, 6th editon. 2013 hal. 25‐26. 21 meliputi bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan
barang-barang lainnya yang disatukan dengan pelayanan.
3) Proses (Process) adalah semua prosedur actual, mekanisme, dan
aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa.
Tabel 2.1
Expended Marketing Mix for Services
Product
Place
Promotion
Price
Physical good features
Quality level
Accessories
Packaging
Warranties
Product lines
branding
Channel type
Exposure
Intermediaries
Outlet lovations
Transportation
Storage
Managing channelss
Promotion blend
Salespeople
Selection
Training
Incentives
Advertising
Media types
Types of ads
Sales promotion
Publicity
Internet/Web strategy
Flexibility
Price level
Terms
Differentiation
Discounts
Allowances
People
Employees
Recruiting
Training
Motivativation
Rewards
Teamwork
Customers
Education
Training
Physical Evidence
Facility design
Equipment
Signage
Employee dress
Web pages
Other tangibles
Reports
Business cards
Statements
Guarantees
Process
Flow of activities
Standardized
Customizes
Number of steps
Simple
Complex
Customer involvement
Sumber: Zeithaml, Bitner & Gremler (2013,25)
Jasa biasanya diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan maka pelanggan
tentu hadir saat proses jasa tersebut dilakukan, interaksi secara langsung dengan
petugas jasanya dan secara nyata menjadi bagian dari proses produksi jasa tersebut.
Karena jasa tidak terlihat (intangible), konsumen akan mencari hal-hal nyata
22 (tangible) yang dapat membantu mereka semakin mengerti akan konsep jasa yang
ditawarkan.
2.3.
Perilaku Konsumen
Tujuan dari komunikasi pemasaran adalah perubahan perilaku konsumen
dimana konsumen melakukan perubahan perilaku (behavior) yang diakibatkan oleh
pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).26 Melakukan pembelian atau tidak
membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Model perilaku konsumen ditandai
adanya interaksi pemasar dengan konsumen. Komponen pusat yaitu pembuatan
konsumen yang terdiri dari proses merasakan dan mengevaluasi informasi produk,
mempertimbangkan bagaimana alternatif dapat memenuhi kebutuhan konsumen,
dan pada akhirnya memutuskan produk apa yang akan dibeli.
Dalam buku Mowen dan Minor27 mengutip pernyataan Theodore Levit,
konsep pemasaran (marketing concept) mewujudkan: “pandangan bahwa industry
merupakan sebuah proses yang memuaskan konsumen, bukan proses memproduksi
barang. Sebuah industri dimulai dari konsumen dan kebutuhannya, bukan dari hak
paten, bahan baku, atau menjual keterampilan.” Setelah kita memehami bahwa
sebuah organisasi hanya dapat muncul selama organisasi itu memenuhi pertukaran
kebutuhan dan keinginan rekanan (seperti, konsumen), studi perilaku konsumen
akan menjadi bagian yang penting dalam melakukan bisnis.
26
27
John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal. 5 John C.Mowen dan M. Minor. Perilaku Konsumen Jilid 1, edisi kelima (terjemahan). 2002 hal. 6 23 Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka
harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.28 Menurut Kotler dan Keller
dialih bahasakan Benyamin Molan memberikan pengertian mengenai perilaku
konsumen sebagai berikut: “Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara
individu, kelompok dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan dan
mendisposisikan barang atau jasa, gagasan atau pengalaman yang memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka.”29 Pengertian perilaku konsumen (consumer
behavior) adalah studi dari individu, kelompok, atau organisasi dan proses yang
mereka gunakan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, menempatkan
produk, pelayanan, pengalaman atau ide untuk memuaskan kemauan dan dampak
dari proses ini kepada konsumen dan masyarakat.30 Perilaku konsumen sangat
dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia dilahirkan dan
dikembangkan. Berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan
yang berbeda ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi keputusan dalam tahap
pembelian.
Kegiatan pemasaran perusahaan dapat berhasil bila perusahaan mengetahui
dan memahami factor-faktor yang dapat memepengaruhi pengambilan keputusan
konsumen. Menurut Schiffman dan kanuk,31 factor-faktor tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.2:
28
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 23 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 12. 2007 hal. 213 30
Hawkins, dkk. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy, 10th Edition. 2007 hal. 6 31
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483‐484 29
24 Tabel. 2.2
A Model of Consumer Decision Making
External Influences
Marketing efforts
• Products
Input
• Promotions
• price
• Distributio nchannels
Socio-cultural Environment
• Family
• informal sources
• Other non-commercial
sources
• social class
• Culture and sub-cultures
Consumer Decision Making
• Need
Psychology
• Motivation
• Perception
• Learning
• Personality
• Attitudes
Recognition
Process
• Prepurchase
Search
• Evaluation of
Alternatives
Experience
Postdecision Behavior
Output Purchase
• Trial
• Repeat Purchase
Postpurchase
Evaluation
Sumber: Schiffman & kanuk (2010, 483)
25 Penjelasan Tabel 2.2:
a. Faktor eksternal (External Influences), tahap ini mempengaruhi
pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk yang terdiri dari
dua sumber informasi utama:
a. Upaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (Firm’s
Marketing effort) yang mengambil strategi marketing mix32
diantaranya:
1. The Product (Produk), yaitu, fitur, desain, merek, dan kemasan
sebuah barang atau jasa yang ditawarkan, bersama dengan
imbalan pasca pembelian seperti kebijakan jaminan dan
pengembalian.
2. The Price (Harga), (daftar harga, termasuk diskon, tunjangan,
dan metode pembayaran).
3. The Place (Tempat), (distribusi produk atau jasa melalui toko
dan nonstore outlets).
4. Promotion (Promosi), (iklan, promosi penjualan, public relation,
dan personal selling untuk membangun kesadaran dan
permintaan barang atau jasa).
b. Pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (Sociocultural
Environment) diantaranya:
32
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 28. 26 1. Keluarga
Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang saling
berpengaruh. Menurut Schiffman dan Kanuk33 keluarga adalah
suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
dihubungkan dengan ikatan darah, perkawinan atau ikatan
adopsi dan tinggal bersama. Ada tiga tipe keluarga diantaranya,
nunclear family terdiri dari suami, istri dan anak satu atau lebih;
extended family terdiri nunclear family ditambah dengan kakek
dan nenek yang tinggal dalam satu rumah; single parent family
keluarga yang telah berpisah dengan pasangannya didalam
rumah terdiri dari satu orang tua setidaknya dengan satu anak.
2. Kelompok acuan
Kelompok acuan adalah setiap orang atau kelompok yang
dianggap sebagai dasar perbandingan atau rujukan bagi
seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap umum atau
khusus, atau pedoman khusu bagi perilaku.34 Belch dan Belch,35
merumuskan bahwa “reference group is a group whose
presumed perspectives or values are being used by an individual
as the basis for his or her judgments, opinions, and actions.”
Kelompok acuan adalah kelompok yang memberikan pendapat
33
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 318‐320. L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 7th edition. 2008 hal. 292. 35
George E. Belch & Michael A. Belch. Advertising and Promotion: An Integrated. Marketing Communication Perspective, 7th edition. 2007 hal. 128. 34
27 dan penilaian yang menajadi saran bagi individu dalam
mengambil keputusan, opini, dan tindakan.
3. Sumber informasi nonkomersial
Sumber informasi nonkomersial adalah informasi tentang suatu
produk yang tidak ditujukan untuk secara langsung dapat
mempengaruhi konsumen tentang suatu produk.
4. Kelas sosial
Kelas sosial adalah pembagian anggota masyarakat ke dalam
hirarki kelas status yang berbeda, sehingga anggota dari setiap
kelas memiliki status yang relatif sama dan anggota dari kelas
yang lain memiliki status yang lebih tinggi atau lebih rendah.36
5. Kebudayaan dan sub-budaya.
Kebudayaan sebagai keseluruhan dari apa yang diyakini, nilainilai dan adat istiadat yang berfungsi mengarahkan perilaku
konsumen dari anggota masyarakat tertentu.37 Sub-budaya
merupakan kelompok budaya yang sudah ada sebagai segmen
masyarakat yang teridentifikasi lebih besar, lebih kompleks.
b. Faktor Internal atau psikologi konsumen adalah factor yang berasal
dari dalam diri individu yang mempunyai pengaruh sangat penting
terhadap proses pengambilan keputusan individu. Pengaruh yang
dimaksud adalah berkaitan dengan penilaian individu terhadap
36
37
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 338 Ibid. Hal. 366 28 alternative-alternatif yang tersedia yang mengarahkan seseorang untuk
mengambil keputusan pembelian suatu barang. Faktor psikologis
tersebut terdiri dari:
1. Motivation (Motivasi)
Motivasi adalah kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang
membuat mereka untuk bertindak.38
2. Perception (Persepsi)
Persepsi merupakan proses dimana seorang individu menyeleksi,
mengatur, dan manafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti
dan masuk akal mengenai dunia. Dapat dijelaskan sebagai
“bagaimana kita melihat dunia yang terdapat disekeliling kita.”39
3. Learning (Pembelajaran)
Pembelajaran sebagai proses dimana individu menyangkut
pembelian (purchase), memperoleh pengetahuan (knowledge), dan
pengalaman (experience) yang kemudian akan terlihat pada
perilakunya pada masa yang akan datang.40
4. Personality (Kepribadian)
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai karakteristik psikologis
batin dimana menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang
merespon lingkungannya.41 Dalam hal ini gaya hidup termasuk
38
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 106 Ibid. Hal. 175 40
Ibid. Hal. 210 41
Ibid. Hal. 136 39
29 didalamnya, pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan
dalam aktivitas, minat, dan opininya. 42
5. Attitude (Sikap)
Sikap adalah predisposisi yang dipelajari untuk memiliki secara
konsisten cara menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap
objek tertentu.43
2.3.1
Motivasi
Motivasi menurut Schiffman dan Kanuk44 merupakan kekuatan pendorong
yang dihasilkan oleh keadaan tegang, yang ada sebagai akibat dari kebutuhan yang
tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tidak sadar berusaha untuk
mengurangi ketegangannya dengan cara memenuhi kebutuhan mereka yang belum
terpenuhi. Tujuan specifik yang ingin dicapai konsumen dan program tindakan
yang mereka ambil untuk mencapai tujuan ini dipilih berdasarkan karakteristik
kepribadian, persepsi, pembelajaran dan pengalaman sebelumnya dan sikap
mereka. Gambar 2.3 memperlihatkan model proses motivasi.
42
Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 167 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 246 44
Ibid. Hal. 106‐107 43
30 Personality
Percetion
Learning
Attitudes
Unfulfilled Needs,
Wants, and Desiers
Tension
Drive
Behavior
Goals or Need
Fulfillment
Tension Reduction
Sumber: Schiffman & Kanuk (2010,107)
Gambar 2.3 Model of the Motivation Process
Berdasarkan model proses motivasi diketahui bahwa motivasi muncul
karena adanya kebutuhan, keinginan dan hasrat yang belum terpenuhi kemudian
untuk mengurangi rasa ketegangannya itu mucul suatu dorongan dalam diri
individu baik secara sadar maupun tidak sadar untuk bertindak guna memunuhi
kebutuhan atau mencapai tujuannya didasari personality, persepsi, pembelajaran
dan sikap dari masing-masing individu dengan demikian terjadi pengurangan
keteganan. Maka dapat disimpulkan bahwa proses motivasi yang muncul dari
dalam diri individu itu dipengaruhi oleh kebutuhannya yang belum terpenuhi dan
hal tersebut memicu para individu untuk berusaha memenuhi kebutuhannya.
David McClelland45 dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation
Theory digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam
penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu
mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan
dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan
45
S.P. Robbins. Psikologi organisasi, edisi 8. Jakarta: Prenhallindo. 2001 hal. 173 31 situasi serta peluang yang tersedia. McClelland menjelaskan tiga jenis motivasi,
yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:
1. Motivasi untuk berprestasi (n-Ach)
Dorongan untuk menjadi yang terbaik, untuk mencapai keberhasilan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan untuk berjuang demi
kesuksesan.
2. Motivasi untuk berkuasa (n-Pow)
Motivasi untuk membuat orang-orang lain berprilaku dengan cara-cara
yang kita kehendaki, tidak ada atau sedikit kemungkinan mereka dapat
berperilaku lain.
3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-Affil)
Keinginan untuk memiliki hubungan-hubungan persahabatan atau
hubungan-hubungan antar manusia secara dekat.
Beberapa orang selalu memiliki dorongan kuat untuk berhasil, terus
berjuang untuk keberhasilan pribadinya daripada mengharapkan penghargaan
untuk keberhasilannya itu. Mereka mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu
secara lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya.
Dorongan ini disebut kebutuhan akan prestasi. Individu dengan motivasi
pencapaian tinggi lebih menyukai situasi-situasi yang memiliki tanggung jawab
pribadi, umpan balik dan resiko tingkat menengah. Mereka menghindari apa yang
mereka anggap sebagai tugas yang sangat mudah atau sangat sulit. Mereka lebih
menyukai tugas-tugas dengan tingkat kesulitan menengah.
32 Motivasi akan kekuasaan adalah keinginan untuk memiliki dampak,
pengaruh dan kontrol terhadap orang-orang lain. Orang-orang dengan kebutuhan
akan kekuasaan yang tinggi selalu menikmati tugas-tugas untuk mempengaruhi
orang-orang lain, lebih menyukai ditempatkan dalam situasi kompetitif,
berorientasi status dan cenderung lebih memperlihatkan prestige dan pengaruh
terhadap orang-orang lain daripada hasil kerja yang efektif.
kebutuhan akan kelompok pertemanan merupakan keinginan untuk disukai
dan diterima oleh orang lain. Orang-orang dengan kebutuhan akan pertemanan yang
tinggi selalu berjuang untuk persahabatan, lebih menyukai situasi-situasi yang
kooperatif daripada yang kompetitif serta keinginan untuk memiliki hubunganhubungan yang penuh, saling pengertian dan saling menguntungkan.
Menurut Mowen dan Minor46 terdapat lima dimensi penggerak motivasi,
dimensi tersebut adalah:
1. Rangsangan, baik dari dalam maupun luar konsumen untuk mengubah
suasana dan selanjutnya karena terjadinya perbedaan antara keadaan
yang diinginkan dengan keadaan actual maka akan menimbulkan
kebutuhan.
2. Pengenalan kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan ekspresif yaitu
keinginan untuk memenuhi persyaratan sosial dan estetika dalam rangka
pemeliharaan konsep diri seseorang dan kebutuhan utilitarian yaitu
keinginan untuk emneyelesaikan masalah yang mendasar.
46
John C.Mowen dan M. Minor. Perilaku Konsumen Jilid 1, edisi kelima (terjemahan). 2002 hal. 206‐207 33 3. Dorongan, yaitu factor yang membentuk keadaan afektif (emosi dan
psikologis lainnya) yang mempengaruhi tingkat keterlibatan seseorang.
4. Perilaku berdasarkan tujuan, merupakan tindakan seseorang yang
dilakukan untuk meringankan keadaan atau kebutuhan (proses
kesadaran konsumen).
5. Insentif konsumen misalnya produk, jasa, informasi, dan bahkan orang
lain yang diperkirakan konsumen akan memuaskan kebutuhan.
2.3.2. Gaya Hidup
Tidak hanya motivasi tapi pengaruh internal atau psikologi lain yang turut
mempengaruhi keputusan pembelian yang menarik penulis adalah gaya hidup.
Gaya hidup menurut Kotler47 adalah pola hidup seseorang di dunia yang
diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya
hidup juga menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi
di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah
“A mode of living that is identified by how people spend their time
(activities), what they consider important in their environment (interest), and what
they think of themselves and the world around them (opinions).”48
Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan
bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang
pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri
47
48
Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 167 Assael, H. 1984. Consumer Behavior and Marketing Action, 2nd edition. Hal. 252 34 sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Mowen dan Minor,49 gaya
hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan
uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang
dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya
dan bagaimana mengalokasikan waktu. Jushermi50 menulis dalam jurnalnya faktorfaktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara
demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat
pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor
psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik
konsumen. Psikografik (Psychographic) menurut Kotler adalah ilmu tentang
pengukuran dan pengelompokkan gaya hidup konsumen.51 Sedangkan psikografik
menurut Sumarwan adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang
memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang
sangat besar.52 Psikografik berarti menggambarkan (graph) psikologis konsumen
(psyco). Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan
demografik konsumen.
Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, interest,
opinions), yaitu pengukuran kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Psikografik
memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan kegiatan, minat dan pendapat
49
Mowen, John C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Hal 282 Jushermi. 2013. Analiss Segmentasi Gaya Hidup pada Mahasiswa Jurusan Manajemen S1 Fakultas Ekonomi Universitas Riau, jurnal ekonomi vol. 21. hal. 4 51
Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 225‐226 52
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen. Hal 58 50
35 konsumen.53
Pendekatan
psikografik
sering
dipakai
produsen
dalam
mempromosikan produknya, seperti yang dinyatakan oleh Kotler bahwa
psikografik senantiasa menjadi metodologi yang valid dan bernilai bagi banyak
pemasar.54 Solomon dalam Sumarwan55 menjelaskan studi psikografik dalam
beberapa bentuk seperti diuraikan berikut:
1.
Profil gaya hidup (a lifestyle profile), yang menganalisis beberapa
karakteristik yang membedakan antara pemakai dan bukan pemakai
suatu produk atau jasa.
2.
Profil produk spesifik (a product-specific profile) mengidentifikasi
kelompok sasaran kemudian membuat profil konsumen tersebut
berdasarkan dimensi produk yang relevan.
3.
Studi yang menggunakan kepribadian ciri sebagai faktor yang
menjelaskan,
menganalisis
kaitan
beberapa
variabel
dengan
kepribadian ciri, misalnya kepribadian ciri yang mana yang sangat
terkait dengan konsumen yang sangat memperhatikan masalah
lingkungan.
4.
Segmentasi gaya hidup (a general lifestyle segmentation), membuat
pengelompokkan responden berdasarkan kesamaan preferensinya.
5.
Segmentasi produk spesifik, adalah studi yang mengelompokkan
konsumen
berdasarkan
kesamaan
produk
atau
jasa
yang
dikonsumsinya.
53
Listyorini, Sari. 2012. Analisis Faktor‐Faktor Gaya Hidup dan Pengaruhnya Terhadap Pembelian Rumah Sehat Sederhana, Jurnal Administrasi Bisnis Vol. I Nomor 1. 54
Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 226 55
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta. Hal 59 36 Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang
sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan
lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok
gaya hidup konsumen. Sebuah gaya hidup biasanya juga mencerminkan sikap
individu, nilai-nilai atau pandangan dunia. Oleh karena itu, gaya hidup
adalah sarana untuk menempa suatu kesadaran diri untuk menciptakan budaya dan
simbol-simbol yang beresonansi dengan identitas pribadi. Dimana pada akhirnya
konsumen akan melakukan suatu keputusan pembelian sesuai dengan apa yang
telah menempanya dan mempengaruhinya.
2.4
Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan ialah proses memilih atau menentukan berbagai
kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti56. Pembuatan keputusan
terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta subjek harus membuat prediksi dan
memilih salah satu diantara dua pilihan. Menurut Setiadi57 pengambilan keputusan
juga dapat diartikan sebagai proses pengintegrasian yang mengkombinasikan
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative dan memilih
salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah salah satu
pilihan (choice) yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku.
56
57
Suharnan. Psikologi kognitif. 2005 hal. 23 N.J. Setiadi. Perilaku Konsumen. 2008 hal. 415 37 Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk58 menyatakan bahwa keputusan
membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara membeli atau tidak
membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memlih membelanjakan
barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan
proses mengambil keputusan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli merupakan
kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternarif
perilaku yang sesuai dari dua alternarif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai
tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan
proses pengambilan keputusan. Adapun tahap-tahap pengambilan keputusan
konsumen menurut Schiffman dan kanuk59 yang dapat dilihat dalam Model
Keputusan Konsumen yaitu”
a. Pencarian kebutuhan (need recognition) terjadi ketika seseorang
berhadapan dengan masalah. Contoh Lydia seorang lulusan SMU
melamar disebuah perusahaan asing yang memberikan peluang bagi
orang-orang untuk berkarir di tempat mereka. Setelah selesai
melalui beberapa test psikotes dan lulus giliran menuju tahap
terakhir yaitu interview dengan keputusan akhirnya perusahaan
tidak dapat menerima dia saat ini dan menganjurkannya untuk
mengambil kuliah sebagai sebuah pertimbangan dan syarat dari
posisi yang dilamarnya. Hal ini membuat Lidya berpikir ternyata
58
LG Schiffman dan Lesley I Kanuk . Consumer Behavior Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 478 59
LG Schiffman dan Lesley I Kanuk . Consumer Behavior Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483‐488 38 untuk dapat diterima diperusahaan dengan posisi yang di inginkan
membutuhkan sebuah peningkatan kualitas diri yaitu melalui
akademik ke tingkat perguruan tinggi.
b. Pencarian sebelum membeli (purchase search)
Pencarian pra pembelian dimulai ketika konsumen merasakan
kebutuhan yang mungkin dipenuhi oleh pembelian dan konsumsi
produk. Ingatan pengalaman masa lalu (diambil dari penyimpanan
memori jangka panjang) mungkin memberikan konsumen informasi
yang cukup untuk membuat pilihan.
c. Evaluasi alternatif (evaluation of alternatives)
Proses pengambilan keputusan berhubungan dengan Experience,
dan
bidang
psikologis
(motivasi,
persepsi,
pembelajaran,
kepribadian dan tingkah laku). Ketika mengevaluasi alternatif
potensial, konsumen cenderung menggunakan dua jenis informasi:
pertama, “daftar” merek dari yang mereka renacanakan sebagai
pilihan mereka dan kedua kriteria yang akan digunakan untuk
mengevaluasi setiap merek. Membuat pilihan dari semua sampel
brand
merupakan
karakter
manusia
dalam
membantu
menyederhanakan proses pengambilan keputusan.
d. Keputusan pembelian terkait erat dengan dua aktivitas keputusan:
pertama perilaku pembelian, dimana konsumen membuat tiga jenis
pembelian yaitu pembelian percobaan, pembelian berulang, dan
pembelian komitmen jangka panjang. Kedua evaluasi pasca
39 pembelian sebagai konsumen menggunakan produk, terutama
selama pembelian percobaan mereka memperjelas apa yang menjadi
harapan mereka. Ada tiga kemungkinan dari evaluasi tersebut: 1.
Sebenarnya kecocokan harapan, mengarah pada perasaan netral; 2.
Melebihi harapan, menyebabkan apa yang disebut sebagai harapan
diskonfirmasi positif; 3. Dibawah harapan atau ekspektasi,
menyebabkan harapan diskonfirmasi negative dan ketidakpuasan.
Apa yang digambarkan oleh Schiffman & Kanuk mengenai keputusan
pembelian tidak jauh berbeda dengan tahapan-tahapan pengambilan keputusan
Kotler & keller seperti pada gambar 2.4 berikut ini.
Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Membeli Sumber: Kotler & Keller, 2011
Perilaku sesudah membeli
Gambar 2.4 Tahap-tahap Keputusan Pembelian
Kotler dan Keller60 menjelaskan dalam melaksanakan suatu proses
pengambilan keputusan pembelian, biasanya konsumen akan melalui beberapa
tahap yaitu: tahap pengenalan, kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan membeli dan perilaku setelah membeli. Proses pengambilan keputusan
menurut Engel, Blackwell dan Miniard dalam Ginting dan Sianturi61 pada jurnal
yang berjudul pengambilan keputusan pembelian ditinjau dari gaya hidup value
minded meliputi 5 tahapan, yaitu:
60
61
Philip Kotler Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 14. 2011 hal. 166 Jaya E.D.Ginting dan B.O. Sianturi Pengambilan keputusan membeli ditinjau dari gaya hidup value‐minded. Jurnal Psikologia Vol. 1.Medan. 2005 40 1.
Pengenalan Kebutuhan
Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan
yang didefinisikan sebgai perbedaan atau ketidaksesuaian antara
keadaan yang diinginkan dnegan keadaan sebenarnya yang akan
membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.
2.
Pencarian Informasi
Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya adalah pencarian internal ke
memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika
pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal, maka proses
pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam
menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Informasi tersebut dapat
berupa:
3.

Sumber pribadi seperti opini dan

Sikap dari teman, kenalan dan keluarga,

Sumber bebas seperti kelompok

Konsumen dan badan pemerintah

Sumber pemasaran seperti karyawan

Penjualan dan iklan

Sumber pengalaman langsung seperti mencoba langsung jasa
Evaluasi Alternatif
Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif
terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi
pilihan serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan.
41 4.
Pembelian
Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah
dipilih.
5.
Konsumsi
Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian.
Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau
menggunakan jasa.
2.5
Hipotesis
Penelitian ini menyelidiki keputusan menjadi mahasiswa yang merupakan
variabel dependen. Adapun variabel independennya adalah pengaruh motivasi dan
gaya hidup. Berdasarkan uraian teori motivasi, dan gaya hidup dengan keputusan
pembelian, maka dapat disusun hipotesa penelitian sebagai berikut:
Hipotesa Utama untuk menjawab tujuan penelitian, sebagai berikut:
H1 :
Ada pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi
mahasiswa.
Ho :
Tidak ada pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan
menjadi mahasiswa.
Untuk menjawab Hipotesa utama tersebut maka dibagi kembali menjadi
beberapa variabel, sbb:
a. Ha : Ada pengaruh antara motivasi terhadap keputusan menjadi
mahasiswa .
42 Ho : Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap keputusan menjadi
mahasiswa.
b. Ha : Ada pengaruh antara gaya hidup terhadap keputusan menjadi
mahasiswa.
Ho : Tidak ada pengaruh antara gaya hidup terhadap keputusan menjadi
mahasiswa.
c. Ha : Ada pengaruh antara motivasi terhadap gaya hidup.
Ho : Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap gaya hidup.
Gambar 2.5 Pengaruh Motivasi dan Gaya Hidup terhadap Keputusan
Manjadi Mahasiswa
MOTIVASI KEPUTUSAN MENJADI MAHASISWA GAYA HIDUP Sumber: Pengolahan data primer, 2015
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis sesuai dengan tujuan
penelitian, maka peneliti menggunakan metode penelitian eksplanatif dengan
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono metode eksplanatif adalah metode
explanatory survey merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi
besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data yang diambil dari sampel
populasi tersebut, sehingga ditemukan dekripsi dan hubungan-hubungan antar
Variabel.62 Sedangkan metode kuantitatif masih menurut Sugiono merupakan
metode penelitian berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
peneliltian, analisis data bersifat kuantitatif atu statistik, dengan tujuan menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.63 Tujuan dari metode eksplanatif kuantitatif ini
yaitu membuat uraian yang sistematis mengenai fakta-fakta dari objek yang diteliti
kemudian menggabungkan hubungan antar variabel yang telibat didalamnya.
62
63
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2008 hal. 1 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2010 hal. 8 43 44 3.2
Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan
dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan mencoba menganalisis
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Berdasarkan informasi tersebut,
maka penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan
bantuan kuesioner, dimana respondennya adalah mahasiswa kelas PKK Universitas
Mercu Buana – Menteng, Jakarta Pusat.
Penelitian ini digunakan untuk menguji variabel X1, X2 terhadap Y yang
diteliti. Kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional,
empiris dan sistematis guna memperoleh data-data tepat sehingga dapat dijadikan
sebagai sebuah informasi yang penting dan berguna dalam proses penyusunan suatu
penelitian. Data yang dibutuhkan merupakan data yang sesuai dengan masalahmasalah yang ada dan dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan
dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang
telah dipelajari, jadi dari data tersebut ditarik kesimpulan. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam
suatu ruang lingkup, dan waktu yang sudah ditentukan. Menurut Sugiyono Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
45 dan kemudian ditarik kesimpulannya.64 Dengan kata lain data ini merupakan
totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas
dan lengkap yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah para mahasiswa kelas
PKK angkatan 2011 sampai dengan 2013.
Tabel 3.1
Daftar Mahasiswa Aktif Kelas PKK UMB - Menteng
No.
1
2
3
4
Fakultas
Ilmu Komunikasi
Ilmu Ekonomi & Bisnis
Ilmu Komputer
Pasca Sarjana
Jumlah
Tahun
angkatan
2011
Jumlah siswa
171
2012
232
2013
219
2011
169
2012
329
2013
507
2011
79
2012
138
2013
175
2011
217
2012
456
2013
460
3152
Sumber: Pengolahan data primer
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi.65 Sebagai sumber data sampel dianggap penting untuk
mendukung penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah Insidental
64
65
Jonathan Sarwono. Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Jakarta. 2010 hal. 35 Kasmadi dan Nia Siti Sunariahi. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Jakarta. 2013 hal 66 46 sampling / nonprobability sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data.66 Sampel penelitian adalah para mahasiswa angkatan
tahun 2011 sampai dengan 2013. Angkatan ini dipilih karena mereka tergolong
telah melakukan aktivitas pemilihan perguruan tinggi. Merujuk pada Suharsimi
Arikunto67 mengemukakan, apabila subjek populasi lebih dari 100, maka sampel
dapat diambil antara 10% sampai 15%.
Tabel 3.2 Perolehan Sampel
Sampel
No.
Fakultas
Populasi
Terjangkau
Perhitungan
Jumlah
Sampel
Pembulatan
1
Ilmu Komunikasi
171
171/3152 x 315
17.1
18
232
232/3152 x 315
23.2
24
219
219/3152 x 315
21.2
22
169
169/3152 x 315
16.9
17
329
329/3152 x 315
32.9
33
507
507/3152 x 315
50.1
51
79
79/3152 x 315
7.9
8
138
138/3152 x 315
13.8
14
175
175/3152 x 315
17.5
18
217
217/3152 x 315
21.7
22
456
456/3152 x 315
45.6
46
460
460/3152 x 315
45.9
46
2
3
4
Ilmu Ekonomi
Ilmu Komputer
Pasca Sarjana
Jumlah
3152
318
Sumber: Pengolahan data primer
66
67
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2011 hal. 67 Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. 2006 hal 131 47 Dari jumlah populasi di Universitas Mercu Buana Menteng jakarta pusat
adalah 3152 orang maka perolehan sampel di atas sebanyak 318 orang. Kemudian
dari jumlah sampel yang didapat diberikan kuesioner yang akan diisi oleh masingmasing responden untuk memperoleh validitas data.
3.4
Definisi Konsep & Operasionalisasi Konsep
3.4.1 Definisi Konsep
Berdasarkan teori-teori yang diuraikan pada bab sebelumnya, definisi
koseptual dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
a. Motivasi merupakan bagian yang mendorong seorang calon mahasiswa
untuk meningkatkan kualitas diri dan menyadari betapa pentingnya
sebuah pendidikan. Dorongan ini dapat timbul dari faktor internal
maupun faktor eksternal, sebagai sebuah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Dorongan berprestasi, dorongan berkuasa dan dorongan berafiliasi
atau bersahabat.
b. Gaya hidup menjadi seorang sarjana memiliki status yang berbeda.
Mahasiswa menghabiskan waktu, kesenangan dan memiliki opini
pentingnya sebuah penghargaan yaitu gelar sebagai sarjana. Membuat
mereka menjadi lebih percaya diri dalam lingkungan sosialnya.
c.
Keputusan menjadi Mahasiswa melalui sebuah proses mengetahui apa
yang menjadi kebutuhan, mendapatkan informasi, mengevaluasi pilihan
alternatif hingga pada akhir melakukan pembelian, mahasiswa
memutuskan untuk kuliah.
48 3.4.2 Operasionalisasi Konsep
Dalam penelitian ini perlu diketahui operasional konsep dari setiap variabel
untuk menghindari ketidak jelasan arti variabel-variabel yang akan diteliti.
Operasional konsep dari variabel-variabe1 (tabel 3.3) tersebut dinyatakan sebagai
berikut:
1. Motivasi (variabel X1)
2. Gaya hidup (variabel X2)
3. Keputusan menjadi Mahasiswa (variabel Y1)
Tabel 3.3
Operasional Konsep
Konsep
Variabel
Perilaku Konsumen
Motivasi
Gaya hidup
Keputusan
Pembelian
Dimensi
 Dorongan menjadi yang terbaik
 Dorongan mencapai
n-Ach
keberhasilan
 Dorongan berjuang untuk
sukses.
Dorongan untuk menduduki posisi
n-Pow
penting dalam pekerjaan
Dorongan untuk menjalin
n-Affil
hubungan sosial dan bersahabat
Menghabiskan waktu untuk
Activity
menjalankan yang disukai
 Tertarik untuk kuliah sambil
Interest
kerja.
 Pengunaan system digital
Menjadi Sarjana menambah rasa
Opinion
percaya diri dalam lingkungan
sosial
 Kemudahan memperoleh
Evaluation of
informasi.
alternative
 Melakukan evaluasi terhadap
alternative yang ada.
Memutuskan untuk melakukan
Purchase
pembelian.
Sumber: Pengolahan data primer
Indikator
Skala
pengungkuran
Linkert
Linkert
Linkert
Linkert
Linkert
Linkert
Linkert
Linkert
49 3.5
Validasi dan Reliabilitas
3.5.1 Uji Validasi
Validasi adalah derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti,68 sedangkan
Simamora berpendapat bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dianggap valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan.69 Pengujian validitas digunakan untuk mengukur
setiap butir pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner digunakan analisa item,
yaitu mengkorelasikan skor setiap butir item dengan skor totalnya, dengan rumus
korelasi Product Moment Pearson dengan Level signifikasi 5% = 0,05.70
3.5.2
Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono71 Realibilitas adalah derajat konsistensi dan stabilitas
data atau temuan. Simamora72 berpendapat bahwa, reliabilitas adalah tingkat
keandalan kuesioner. Kuesioner yang reliabel atau handal kuesioner yang apabila
dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan
data yang sama. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika perhitungan validitas lebih
besar dari nilai kritisnya pada taraf signifikan 0,05 (a = 5%) dan dengan
menggunakan uji Cronbach Alpha, suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60.
68
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. 2008 hal 455. B. Simamora. Riset pemasaran. Jakarta. 2004 hal 172. 70
Ibid. 180 71
Sugiyono, op.cit., 456. 72
Simamora, op.cit., 171. 69
50 3.6
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan oleh peneliti merupakan data yang
bersifat kuantitatif karena dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan nilai
terhadap besaran atas variabel yang mewakilinya. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.
3.6.1 Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti.
Sugiono menyatakan bahwa: “Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data”73. Data primer yang diperoleh dengan
cara menggunakan angket dengan para mahasiswa kelas PKK Universitas Mercu
Buana - Menteng, Jakarta pusat. Fakultas Ilmu Komunikasi, Ekonomi & Bisnis,
Ilmu Komputer dan Pasca Sarjana angkatan tahun 2011–2013 yang tercatat sebagai
mahasiswa aktif.
3.6.2 Data Sekunder
Menurut Sugiono pengertian dari data sekunder adalah “Sumber data yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
atau lewat dokumen”74. Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data,
tabel-tabel, diagram-diagram atau mengenai topik penelitian. Data ini merupakan
data yang berhubungan secara langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan
73
74
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. 2010 hal. 137. Ibid. 51 bersumber dari Universitas Mercu Buana yaitu, gambaran umum objek penelitian,
visi dan misi, struktur organisasi, data mahasiswa aktif kelas karyawan kampus B
Menteng 2011-2013. Hasil searching di internet menenai artikel-artikel, dan jurnal
yang digunakan peneliti sebagai bahan penelitian yang dilakukan.
3.7
Tekhnik Analisa Data
Berdasarkan jenis data yang telah diperoleh pada penelitian ini maka teknik
atau analisa data yang dipergunakan adalah data kuantitatif yaitu dengan mengolah
dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk dipresentasikan hasil perolehan
data kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik eksplanasi dan presentasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan:
a.
Editing
Editing yaitu menggedit jawaban bila mana ada para mahasiswa yang
mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti terlewatkan dengan kata lain
jawaban yang diberikan tidak lengkap. Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan
tertulis yang memerlukan tanggapan baik kesesuaian maupun ketidaksesuaian dari
sikap testi75. Dalam hal ini, peneliti memberikan kuesioner kepada 318 responden
dari Universitas Mercu Buana Menteng Jakarta Pusat.
b.
Coding
Coding adalah upaya memilah-milah setiap satuan data ke dalam bagian-
bagian yang memiliki kesamaan.76 Dalam penelitian ini Pengukuran tingkat
75
76
Kasmadi dan Sunariah Nia Siti. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. 2013 hal 70. Rahmadi dan Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) Bandung: Remaja Rosda Karya. 2011 hl. 288 52 persetujuan menggunakan skala yang dikembangkan dari skala Likert yang
merupakan skala interval.77 Skala dalam penelitian ini menggunakan 5 poin skala
yang diberikan bobot nilai, seperti dalam tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Skala Likert
Jawaban
Nilai
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Netral
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Sumber: Sekaran, 2006
c.
Analisis Statistik
Annalisis statistik dibagi menjadi beberapa tahap yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Sebelum menyebarkan kuesioner yang sesungguhnya peneliti terlebih
dahulu melakukan analisis validitas. Dengan menggunakan rumus korelasi
product moment dibantu dengan program Spss 17.0. Pernyataan dinyatakan
valid dengan cara membandingkan r (korelasi) hitung dengan r tabel dimana
r tabel dari signifikansi 5% dan jumlah responden (n) 25 orang yaitu: 0.396.
Kriteria valid atau tidak, harus membandingkan nilai r hitung pada tiap-tiap
pernyataan harus lebih besar dari r tabel (P01 r hitung > r tabel),
selengkapnya dapat kita lihat pada tabel 3.5 berikut:
77
Uma Sekaran. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4. 2006 hal. 6 53 Tabel 3.5
Uji Validitas
Pernyataan
r hitung
r tabel
Keterangan
P01
P02
P03
P04
P05
P06
P07
P08
P09
P10
P11
P12
P13
P14
P15
0.510
0.434
0.433
0.478
0.528
0.553
0.636
0.645
0.650
0.691
0.649
0.463
0.562
0.496
0.620
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
0.396
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber: Pengolahan dengan SPSS 17.0
2. Uji Reabilitas
Selain dilakukan uji validitas, instrument penelitian yang berupa kuesioner
juga diuji reliabilitasnya. Hasil uji reliabilitas dapat dikatakan reliabel jika
perhitungan validitas lebih besar dari nilai kritisnya pada taraf signifikan
0,05 (a = 5%) dan dengan menggunakan uji Cronbach Alpha, suatu variabel
dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Dari tabel
perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS 17. 0 dapat diketahui
bahwa nilai Cronbanh’s Alpha sebesar 0.897. Dikatakan reliabel karena
nilainya lebih besar dari 0.60 (0.897 > 0.60).
54 Tabel 3.6 Uji Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.888
15
Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0
3. Uji Korelasi dan Regresi
Kemudian langkah berikutnya adalah menggunakan korelasi pearson
product moment untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Kemudian untuk
mencari besarnya hubungan dan kontribusi dua variable bebas atau lebih
secara simultan (bersama-sama) dengan varibel terikat digunakan analisis
multiple correlation.78
Rumus Korelasi Ganda:
R yx1x2 
ryx2 1  ryx2 2  2 ryx1 ryx2 rx1x2
1  rx21x2
dimana :
R yx1x2
= nilai koefisien korelasi ganda antara varabel X1 dan X2
r yx1
= koefisien korelasi X1 terhadap Y
r yx2
= koefisien korelasi X2 terhadap Y
rx1x2
= koefisien korelasi X1 terhadap X2
Korelasi bilangan yang menyatakan kuat dan rendah hubungan disebut
koefisien hubungan atau koefisien korelasi. Koefisien korelasi itu berkisar antara -
78
Riduwan dan H. Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, cet. I, Bandung. 2007 hal. 348 55 0.00 dan +1.00 (korelasi positif) dan atau diantara 0.00 sampai - 1.00 (korelasi
negative), tergantung pada arah hubungan positif atau negatif. Koefisien yang
bertanda positif menunjukkan bahwa arah korelasi tersebut positif, dan koefisien
bertanda negative menunjukkan arah korelasi yang negative. Sedangkan koefisien
yang bernilai 0.00 menunjukkan tidak adanya korelasi antara variabel X dan Y.
Bila mana dua variabel mempunyai keofisien korelasi, sebesar +1.00 maka
berarti bahwa dua variabel tersebut mempunyai korelasi positif yang sempurna.
Sebaliknya bilamana dua variabel tersebut mempunyai koefisien korelasi -1.00,
maka berarti dua variabel tersebut memiliki korelasi negatif yang sempurna.
Korelasi yang sempurna semacam itu sangat jarang sekali dijumpai dalam praktik
penyelidikan / penelitian. Korelasi antara dua variabel pada umumnya akan berkisar
antara +1.00 sampai dengan -1.00 seperti terdapat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Acuan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199
Sangat Rendah
0.20 – 0.399
Rendah
0.40 – 0.599
Sedang
0.60 – 0.799
Kuat
0.80 – 1.000
Sangat Kuat
Sumber: Kasmadi dan Sunariah (2013, 89)
Karena peneliti menggunakan variabel independen lebih dari satu dengan
satu variabel dependen maka menurut Trihendradi79 dilakukan uji regresi linear
berganda untuk meramalkan suatu variabel dependen (keputusan menjadi
79
C. Trihendradi. Step By Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Adi. 2009 hal. 212 56 mahasiswa) berdasar atau lebih variabel independen (motivasi dan gaya hidup),
dalam suatu persamaan linear. Rumus persamaan regresi ganda, sebagai berikut:
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn
Y
= Variabel terikat
a
= Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi
X1, X2 = variabel bebas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Setelah melalui persiapan pendirian dan studi kelayakan, dengan Nomor :
010/KET/YMB/VI/85 tanggal 12 Juni 1985, Yayasan mengajukan permohonan
izin mendirikan Universitas Mercu Buana (UMB) kepada Kopertis Wilayah III.
Berdasarkan surat Nomor : 15/KOP.III/S.VI/85 yang ditandatangani oleh Prof. Dr.
Boesjra Zahir (almarhum), pada tanggal 18 Juni 1985, Kopertis Wilayah III
menyetujui dan memberikan izin "Operasional" kepada Universitas Mercu Buana.
Pada tanggal 22 Oktober 1985 Universitas Mercu Buana secara resmi dinyatakan
berdiri, dengan Fakultas dan Jurusan sebagai berikut:
1. Fakultas Tehnik, Jurusan Teknik Arsitektur dan Jurusan Teknik Sipil.
2. Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Agrobisnis) dan
Jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi).
3. Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen dan Jurusan Akuntansi.
Jumlah mahsiswa pada tahun pertama tersebut sebanyak 118 orang. Satu
tahun kemudian, berdasarkan hasil eveluasi Kopertis Wilayah III, keenam jurusan
yang ada memperoleh Status "Terdaftar" dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
melalui Surat Keputusan Nomor: 0507/1986. Dalam rangka memenuhi tuntutan
perkembangan pendidikan di masyarakat, dengan izin "Operasional" dari Kopertis
Wilayah III Nomor: 12/Kop.III/S.VI/86 tanggal 5 Juni 1986, pada tahun akademik
1986/1987 Fakultas Teknik membuka Jurusan Teknik Mesin dan Fakultas
57 58 Pertanian membuka Jurusan Mekanisasi Pertanian. Selanjutnya pada tahun
akademik 1987/1988, Fakultas Teknik membuka Jurusan Teknik Elektro.
Memasuki tahun akademik 1988/1989 terjadi perkembangan baru di Universitas
Mercu Buana. Berdasarkan usulan Ketua Yayasan Menara Bhakti dengan
persetujuan Kopertis Wilayah III, Akademi Wiraswasta Dewantara dinyatakan
bergabung kedalam Universitas Mercu Buana. Pendidikan akademi tersebut
menjadi Program D3 Manajemen Perusahaan di bawah Fakultas Ekonomi dengan
status "Terdaftar".
Akhirnya, berkat kesungguhan tersebut serta bimbingan Kopertis Wilayah
III, maka pada 28 April 1992 dengan SK Dirjen Dikti Nomor : 163/DIKTI/Kep/
1992 seluruh jurusan di Universitas Mercu Buana memperoleh Status
"Disamakan". Dalam Mengantisipasi SK Mendikbud Nomor : 0686/U/1991 yang
mensyaratkan di setiap Universitas minimal terdiri dari 3 Fakultas Eksakta dan 2
Fakultas Sosial, maka melalui berbagai persiapan yang didahului dengan studi
kelayakan, Universitas Mercu Buana mengembangkan fakultas dan jurusan baru.
Pada tahun akademik 1994/1995 Universitas Mercu Buana telah mempunyai 5
fakultas dengan 13 jurusan, tahun 2000/2001 telah dibuka Jurusan Teknik Industri
dibawah Fakultas Teknologi Industri berdasarkan keputusan Dirjen Dikti
Depdiknas RI No. 290/DIKTI/Kep/2000 dengan status "Terdaftar".Pada Tahun
2002 Universitas Mercu Buana membuka program kelas karyawan untuk angkatan
pertama dan terus berkembang hingga saat ini. Saat ini Universitas Mercu Buana
telah memiliki 4 kampus diantaranya: Kampus A yang berlokasi di jalan Raya
Meruya Selatan – Jakarta Barat, Kampus B yang berlokasi di jalan Menteng Raya
59 – Jakarta Pusat, Kampus C yang berlokasi di jalan Margonda Raya – Depok, dan
Kampus D yang berlokasi di jalan Raya Keranggan – Bekasi.
Universitas Mercu Buana memiliki Visi dan Misi sebagaimana dijelaskan
berikut:
a. Visi Universitas Mercu Buana
Menjadi universitas unggul dan terkemuka untuk menghasilkan tenaga
professional yang memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat dalam persaingan
global.
b. Misi Universitas Mercu Buana
Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dan menciptakan serta menerapkan keunggulan akademik untuk
menghasilkan tenaga professional dan lulusan yang memenuhi standar kualitas
kerja yang disyaratkan.Menerapkan manajemen pendidikan tinggi yang efektif dan
efisien dan mengembangkan jaringan kerjasama dengan industri dan kemitraan
yang berkelanjutan sebagai respon atas perubahan arus dan daya saing global.
Mengembangkan kompetensi dan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan
etika professional kepada para mahasiswa dan staf yang memberikan
kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas hidup.
Universitas Mercu Buana melakukan kegiatan marketing dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Memiliki
integritas (kesamaan
antara pikiran, perkataan dan
perbuatan, kejujuran, kerja keras, kedisiplinan, iklas, bertanggung
jawab), serta menerapkan etika etika profesi dalam menjalankan tugas
60 serta tanggung jawab dalam dunia kerja khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
2. Memiliki pengetahuan dan kemampuan sebagai komunikator /
fasilitator / mediator serta inovator/kreator di bidang komunikasi dengan
3. memanfaat-kan teknologi informasi serta menggunakan bahasa Inggris.
4. Memiliki pengetahuan, kemampuan serta perilaku kerja yang gigih
(tidak mudah menyerah), tuntas, membangun kerjasama tim, untuk
mengelola dan memproduksi program-program komunikasi dengan
mengembangkan wawasan dan kajian budaya / kearifan lokal.
5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan berfikir analitis, kritis untuk
melakukan kajian/penelitian dalam bidang komunikasi dalam rangka
memperkaya/ mengembangkan teori, metode dan model komunikasi.
6. Memiliki : jiwa enterpreneurship, sifat terbuka, kreatif, inovatif dan
adaptif, dan keinginan untuk belajar sepanjang hayat, di bidang
komunikasi.
7. Memiliki kemampuan akademik yang baik untuk meneruskan ke
jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi (Strata – 2 dan Strata – 3)
di bidang Ilmu Komunikasi.
4.2.
Hasil Penelitian
Dalam hasil penelitian ini peneliti akan menguraikan data hasil penelitian
berdasarkan rumusan masalah yaitu pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap
keputusan menjadi mahasiswa. Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik
61 menyebarkan kuesioner disebarkan oleh peneliti pada mahasiswa kelas karyawan
Universita Mercu Buana – Menteng. Para responden ini diharuskan menjawab tiga
pertanyaan sebelum melanjutkan ke pernyataan berikutnya yang merupakan focus
penelitian peneliti yang terdiri 3 bagian besar yaitu motivasi, gaya hidup, dan
keputusan menjadi mahasiswa yang dipecah menjadi beberapa pertanyaan total
pertanyaan ada 15 pernyataan.
4.2.1. Data Responden
Data responden yang dikumpulkan oleh peneliti terdiri dari jurusan dan
tahun masuk dan merupakan mahasiswa aktif di Universitas Mercu Buana –
Menteng, responden dipilih berdasarkan aksidental namun tetap sesuai dengan
jumlah yang ditetapkan sesuai dengan perhitungan perolehan sampel yang terdapat
dalam Bab III, selanjutnya dapat di lihat pada tabel 4.1.
Table 4.1
Data Responden
No.
1
2
3
4
Fakultas
Ilmu Komunikasi
Ilmu Ekonomi
Ilmu Komputer
Pasca Sarjana
Jumlah
Tahun Angkatan
Jumlah Responden
2011
18
2012
24
2013
22
2011
17
2012
33
2013
51
2011
8
2012
14
2013
18
2011
22
2012
46
2013
46
318
Sumber : Pengolahan diperoleh dari perhitungan sampel pada bab III hl. 46
62 4.2.2. Variabel X1 - Motivasi
Setelah mengisi data responden maka selanjutnya responden diminta untuk
memberikan pendapatnya yang berhubungan dengan variabel independen yaitu
variabel X1 - motivasi untuk mengetahui apakah mereka memiliki pandangan yang
sama dengan peneliti. Adapun pernyataan yang berkenaan dengan variabel motivasi
ada 6 (enam) pernyataan, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 4.2
Kuliah penting bagi logika saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Netral
14
4.4
4.4
4.4
Setuju
147
46.2
46.2
50.6
Sangat setuju
157
49.4
49.4
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 1
Berdasarkan tabel 4.2 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban netral 14 orang (4.4%), yang memilih jawaban setuju 147 orang
(46.2%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 157 orang (49.4%).
Tabel 4.3
Kuliah penting bagi penambahan skill/keterampilan saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak setuju
15
4.7
4.7
4.7
Netral
48
15.1
15.1
19.8
Setuju
142
44.7
44.7
64.5
Sangat setuju
113
35.5
35.5
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.2
Berdasarkan tabel 4.3 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 15 orang (4.7%), yang memilih jawaban netral 48
63 orang (15.1%), yang memilih jawaban setuju 142 orang (44.7%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 113 orang (35.5%).
Tabel 4.4
Demi peningkatan karir ditempat kerja, kuliah sambil bekerja
Frequency Percent Valid Percent
Valid Tidak setuju
Netral
Cumulative
Percent
19
6.0
6.0
6.0
49
15.4
15.4
21.4
Setuju
146
45.9
45.9
67.3
Sangat setuju
104
32.7
32.7
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.3
Berdasarkan tabel 4.4 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 19 orang (6.0%), yang memilih jawaban netral 49
orang (15.4%), yang memilih jawaban setuju 146 orang (45.9%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 104 orang (32.7%).
Tabel 4.5
Memperoleh gelar sarjana menambah income saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak setuju
16
5.0
5.0
5.0
Netral
66
20.8
20.8
25.8
Setuju
109
34.3
34.3
60.1
Sangat setuju
127
39.9
39.9
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.4
Berdasarkan tabel 4.5 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 16 orang (5%), yang memilih jawaban netral 66 orang
(20.8%), yang memilih jawaban setuju 109 orang (34.3%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 127 orang (39.9%).
64 Tabel 4.6
Dengan mendapat gelar sarjana saya mendapat jabatan
Frequency Percent Valid Percent
Valid Tidak setuju
Netral
Cumulative
Percent
22
6.9
6.9
6.9
74
23.3
23.3
30.2
Setuju
106
33.3
33.3
63.5
Sangat setuju
116
36.5
36.5
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.5
Berdasarkan tabel 4.6 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 22 orang (22%), yang memilih jawaban netral 74
orang (23.3%), yang memilih jawaban setuju 106 orang (33.3%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 116 orang (36.5%).
Tabel 4.7
Kuliah sambil bekerja memperluas pergaulan dan relasi
Frequency Percent Valid Percent
Valid Sangat tidak setuju
Cumulative
Percent
2
.6
.6
.6
Netral
9
2.8
2.8
3.5
Setuju
75
23.6
23.6
27.0
Sangat setuju
232
73.0
73.0
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 6
Berdasarkan tabel 4.7 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban sangat tidak setuju 2 orang (0.6%), yang memilih jawaban netral
9 orang (2.8%), yang memilih jawaban setuju 75 orang (23.6%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 232 orang (73.0%).
65 4.2.3
Variabel X2 - Gaya Hidup
Selanjutnya variabel independen lain yaitu variabel X2 - Gaya Hidup
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah gaya hidup menjadi pengaruh
bagi para mahasiswa dalam mengambil keputusan menjadi mahasiswa kelas
karyawan Universitas Mercu Buana. Maka peneliti membuat beberapa pernyataan
sesuai dengan operasional konsep. Pernyataan di bagi menjadi 4 (empat) nomor,
selengkapnya dapat di lihat pada tabel-tabel di bawah:
Tabel 4.8
Kuliah sambil bekerja membuat aktivitas hidup berkualitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat tidak setuju
1
.3
.3
.3
Tidak setuju
6
1.9
1.9
2.2
Netral
27
8.5
8.5
10.7
Setuju
109
34.3
34.3
45.0
Sangat setuju
175
55.0
55.0
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 7
Berdasarkan tabel 4.8 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban sangat tidak setuju 1 orang (0.3%), yang memilih jawaban tidak
setuju 6 orang (1.9%), yang memilih netral 27 orang (8.5%), yang memilih jawaban
setuju 109 orang (34.3%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 175
orang (55.0%).
66 Tabel 4.9
Mencari Universitas yang memiliki program kelas karyawan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak setuju
5
1.6
1.6
1.6
Netral
74
23.3
23.3
24.8
Setuju
132
41.5
41.5
66.4
Sangat setuju
107
33.6
33.6
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 8
Berdasarkan tabel 4.9 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 5 orang (1.6%), yang memilih jawaban netral 74
orang (23.3%), yang memilih jawaban setuju 132 orang (41.5%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 107 orang (33.6%).
Tabel 4.10
Senang kuliah dengan menggunakan sistem e-learning
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak setuju
34
10.7
10.7
10.7
Netral
89
28.0
28.0
38.7
Setuju
130
40.9
40.9
79.6
65
20.4
20.4
100.0
318
100.0
100.0
Sangat setuju
Total
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 9
Berdasarkan tabel 4.10 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 34 orang (10.7%), yang memilih jawaban netral 89
orang (28%), yang memilih jawaban setuju 130 orang (40.9%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 65 orang (20.4%).
67 Tabel 4.11
Menjadi sarjana menambah kepercayaan diri dalam lingkungan
sosial
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak setuju
3
.9
.9
.9
Netral
78
24.5
24.5
25.5
Setuju
118
37.1
37.1
62.6
Sangat setuju
119
37.4
37.4
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 10
Berdasarkan tabel 4.11 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 3 orang (0.9%), yang memilih jawaban netral 78
orang (24.5%), yang memilih jawaban setuju 118 orang (37.1%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 119 orang (37.4%).
4.2.4
Variabel Y - Keputusan menjadi Mahasiswa
Keputusan menjadi mahasiswa merupakan saat dimana seseorang
melakukan evaluasi hingga pada akhirnya eksekusi atau memutuskan universitas
apa yang hendak di tujunya. Maka penulis memberikan 5 (lima) nomor pernyataan
yang bersangkutan dengan Universitas Mercu Buana - Menteng yang membuat
responden melakukan keputusan menajadi mahasiswa. Tentu ada point-point yang
telah disuaikan dengan operasinal konsep yang dibuat oleh peneliti. Point yang
mendorong para responden yang pada akhirnya memilih Universitas Mercu Buana
- Menteng bukan universitas lainnya. Selngkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel di
bawah ini, untuk mengetahui apakah responden memiliki pendapat yang sama
dengan peneliti:
68 Tabel 4.12
Mudah mendapatkan informasi mengenai UMB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak setuju
10
3.1
3.1
3.1
Netral
116
36.5
36.5
39.6
Setuju
142
44.7
44.7
84.3
50
15.7
15.7
100.0
318
100.0
100.0
Sangat setuju
Total
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.11
Berdasarkan tabel 4.12 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 10 orang (3.1%), yang memilih jawaban netral 116
orang (36.5%), yang memilih jawaban setuju 142 orang (44.7%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 50 orang (15.7%).
Tabel 4.13
Biaya kuliah di UMB dengan sistem cicilan lebih terjangkau
Frequency Percent Valid Percent
Valid Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Cumulative
Percent
6
1.9
1.9
1.9
21
6.6
6.6
8.5
Netral
104
32.7
32.7
41.2
Setuju
125
39.3
39.3
80.5
62
19.5
19.5
100.0
318
100.0
100.0
Sangat setuju
Total
Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.12
Berdasarkan tabel 4.13 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban sangat tidak setuju 6 orang (1.9%), yang memilih jawaban tidak
setuju 21 orang (6.6%), yang memilih jawaban netral 104 orang (32.7%), yang
memilih jawaban setuju 125 orang (39.3%), sedangkan yang memilih jawaban
sangat setuju 62 orang (19.5%).
69 Tabel 4.14
UMB menjadi tujuan utama setelah membandingkan dengan
universitas lain
Cumulative
Percent
Frequency Percent Valid Percent
Valid Tidak setuju
5
1.6
1.6
1.6
Netral
111
34.9
34.9
36.5
Setuju
174
54.7
54.7
91.2
28
8.8
8.8
100.0
318
100.0
100.0
Sangat setuju
Total
Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.13
Berdasarkan tabel 4.14 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban tidak setuju 5 orang (1.6%), yang memilih jawaban netral 111
orang (34.9%), yang memilih jawaban setuju 174 orang (54.7%), sedangkan yang
memilih jawaban sangat setuju 28 orang (8.8%).
Tabel 4.15
Letak yang strategis dan dipinggir jalan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat tidak setuju
3
.9
.9
.9
Tidak setuju
3
.9
.9
1.9
Netral
77
24.2
24.2
26.1
Setuju
118
37.1
37.1
63.2
Sangat setuju
117
36.8
36.8
100.0
Total
318
100.0
100.0
Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.14
Berdasarkan tabel 4.15 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang
memilih jawaban sangat tidak setuju 3 orang (0.9%), yang memilih jawaban tidak
setuju 3 orang (0.9%), yang memilih jawaban netral 77 orang (24.2%), yang
70 memilih jawaban setuju 118 orang (37.1%), sedangkan yang memilih jawaban
sangat setuju 117 orang (36.8%).
Tabel 4.16
Kegiatan promosi yang dilakukan UMB berhasil membuat saya tertarik
kuliah di tempat ini.
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat tidak setuju
8
2.5
2.5
2.5
Tidak setuju
29
9.1
9.1
11.6
Netral
127
39.9
39.9
51.6
Setuju
120
37.7
37.7
89.3
34
10.7
10.7
100.0
318
100.0
100.0
Sangat setuju
Total
Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no15
Berdasarkan tabel 4.16 memperlihatkan bahwa yang memilih jawaban sangat tidak
setuju 8 orang (2.5%), yang memilih jawaban tidak setuju 29 orang (9.1%), yang
memilih jawaban netral 128 orang (40.3%), yang memilih jawaban setuju 119 orang
(37.4%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 34 orang (10.7%).
4.2.5. Hasil Analisis Statistik
Uji statistik, menggunakan analisi korelasi dan regresi. Analisa ini
mendapatkan nantinya suatu angka yang dinamakan Koefisien korelasi, untuk
melihat hubungan antar variabel dan menjawab hipotesa yang telah diutarakan pada
Bab II (lihat hal. 41).
71 4.2.5.1 Uji Korelasi Bivariat
a.
Motivasi dengan Gaya hidup
1.
Menentukan Ho dan Ha
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan
gaya hidup
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan gaya
hidup
2.
Kriteria pengujian
Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak
3.
Kesimpulan
a.
Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01
menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang
signifikan antara motivasi dengan gaya hidup.
b.
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara Motivasi dengan
Gaya hidup dapat dilihat pada tabel 4.17 menghasilkan
koefisien korelasi 0.396 artinya memiliki hubungann positif.
c.
Diperoleh nilai korelasi antara motivasi dengan gaya hidup
sebesar 0.396. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval
koefisien korelasi dari Kasmadi maka nilai 0.396 berada pada
interval 0.20-0.399 artinya hubungan antara motivasi dengan
gaya hidup memiliki tingkat hubungan rendah.
72 b. Motivasi dengan Keputusan menjadi Mahasiswa
1.
Menentukan Ho dan Ha
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan
keputusan pembelian
Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara motivasi dengan
keputusan pembelian.
2.
Kriteria pengujian
Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak
3.
Kesimpulan
a.
Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01
menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang
signifikan antara motivasi dengan keputusan menjadi
mahasiswa.
b.
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara Motivasi dengan
keputusan menjadi mahasiswa hidup dapat dilihat pada tabel
4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.433 artinya memiliki
hubungan yang positif.
c.
Diperoleh nilai korelasi antara Motivasi dengan keputusan
menjadi mahasiswa sebesar 0.433. Jika diinterpretasikan
kedalam tabel interval koefisien korelasi dari Kasmadi maka
nilai 0.433 berada pada interval 0.30-0.499 artinya hubungan
73 antara Motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa
memiliki tingkat hubungan sedang.
c.
Gaya hidup dengan Keputusan menjadi Mahasiswa
1.
Menentukan Ho dan Ha
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan
keputusan pembelian
Ha: Ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan
keputusan pembelian
2.
Kriteria pengujian
Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak
3.
Kesimpulan
a.
Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01
menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang
signifikan antara gaya hidup dengan keputusan menjadi
mahasiswa.
b.
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara Gaya hidup dengan
keputusan menjadi mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.17
menghasilkan koefisien korelasi 0.431 artinya memiliki
hubungan yang positif.
c.
Diperoleh nilai korelasi antara gaya hidup dengan keputusan
menjadi mahasiswa sebesar 0.431. Jika diinterpretasikan
kedalam tabel interval koefisien korelasi dari Kasmadi maka
74 nilai 0.431 berada pada interval 0.30-0.499 artinya hubungan
antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa
memiliki tingkat hubungan sedang.
Tabel 4.17 Tabel Korelasi Bivariat
Correlations
Total
Motivasi
Total Motivasi
Pearson
Correlation
Total Gaya
Hidup
.396**
.433**
.000
.000
318
1
318
.431**
.000
318
.433**
318
.431**
.000
318
1
.000
318
.000
318
318
1
Sig. (2-tailed)
Total Gaya Hidup
Total Keputusan
Pembelian
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Total
Keputusan
Pembelian
318
.396**
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0
Gambar 4.1 Analisa Korelasi motivasi dan gaya hidup dengan keputusan
menjadi mahasiswa
Motivasi
Keputusan menjadi
Mahasiswa
Gaya hidup
Sumber: Pengolahan data primer, 2015
75 4.2.5.2 Uji Korelasi Partial
Berikut merupakan hasil dari uji korelasi partial dengan bantuan SPSS 17.0.
Apabila salah satu variabel independen di kontrol, untuk lebih jelas dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.18 Korelasi Gaya Hidup dengan Keputusan menjadi Mahasiswa
dikontrol Motivasi
Total Gaya Total Keputusan
Hidup
Pembelian
Control Variables
Total
Motivasi
Total Gaya Hidup
Total Keputusan
Pembelian
Correlation
1.000
.314
Significance (2tailed)
.
.000
df
0
315
Correlation
.314
1.000
Significance (2tailed)
.000
.
df
315
0
Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0
Berdasarkan hasil analisis output SPSS 17.0 pada tabel 4.18, diperoleh
koefisien korelasi parsial antara gaya hidup terhadap keputusan pembelian, bila
variabel motivasi dikontrol diperoleh sebesar 0.314.
Hubungan gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol
Motivasi:
1.
Menentukan Ho dan Ha
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan ketika hubungan gaya hidup
dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi.
Ha: Ada hubungan yang signifikan ketika hubungan gaya hidup dengan
keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi.
76 2.
Kriteria pengujian
Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak 3.
Kesimpulan
a.
Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan
Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan ketika gaya hidup
dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi.
b.
Berdasarkan hasil analisis korelasi ketika korelasi gaya hidup
dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi dapat
dilihat pada tabel 4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.314
adalah positif.
c.
Diperoleh nilai korelasi gaya hidup dengan keputusan menjadi
mahasiswa dikontrol motivasi sebesar 0.314. Jika diinterpretasikan
kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai
0.314 berada pada interval 0.20-0.399 artinya ketika korelasi gaya
hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi
memiliki tingkat hubungan rendah.
Gambar 4.2 Motivasi dikontrol hubungan gaya hidup dengan
keputusan menjadi mahasiswa
r = 0.431
r = 0.314
Gaya hidup
Motivasi
Sumber: Pengolahan data primer, 2015
Keputusan menjadi
Mahasiwa
77 Berdasarkan hasil analisis output SPSS 17.0 pada tabel 4.19, diperoleh
koefisien korelasi parsial antara motivasi terhadap keputusan pembelian, bila
variabel gaya hidup dikontrol diperoleh sebesar 0.316.
Tabel 4.19 Korelasi Motivasi dengan Keputusan menjadi Mahasiswa
dikontrol Gaya Hidup
Total
Motivasi
Control Variables
Total Gaya
Hidup
Total Motivasi Correlation
Total
Keputusan
Pembelian
Total Keputusan
Pembelian
1.000
.316
Significance (2tailed)
.
.000
df
0
315
Correlation
.316
1.000
Significance (2tailed)
.000
.
df
315
0
Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0
Korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup
1.
Menentukan Ho dan Ha
Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan ketika korelasi motivasi
dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup.
Ha: Ada hubungan yang signifikan ketika ketika korelasi motivasi
dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup.
2.
Kriteria pengujian
Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak 3.
Kesimpulan
78 a.
Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan
Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi
dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup.
b.
Berdasarkan hasil analisis korelasi ketika korelasi motivasi dengan
keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup dapat dilihat
pada tabel 4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.316 adalah
positif.
c.
Diperoleh nilai ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi
mahasiswa dikontrol gaya hidup sebesar 0.316. Jika di interpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka
nilai 0.316 berada pada interval 0.20-0.399 artinya ketika korelasi
motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya
hidup memiliki tingkat hubungan rendah.
Gambar 4.3 Korelasi Motivasi dengan Keputusan menjadi
Mahasiswa dikontrol Gaya Hidup
r = 0.433
r = 0.316
Motivasi
Gaya Hidup
Sumber: Pengolahan data primer, 2015
Keputusan menjadi
Mahasiwa
79 4.2.5.3 Uji Regresi Berganda
Analisis regresi adalah teknik analisis untuk mengetahui bagaimana variabel
kriteria (Y) dapat diprediksi melalui variabel predictor (X). Regresi berganda
didasarkan pada hubungan 3 variabel yakni dua variabel bebas dan satu variabel
terikat.80 Dapat kita lihat hasil dari persamaan regresi seperti dalam tabel 4.20,
berikut:
Tabel 4.20 Persamaan Regresi
Model Summary
Model
R
.505a
1
Adjusted R
Square
R Square
.255
Std. Error of the
Estimate
.250
2.323
a. Predictors: (Constant), Total Gaya Hidup, Total Motivasi
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Regression
df
Mean Square
580.835
2
290.417
Residual
1700.124
315
5.397
Total
2280.959
317
F
53.809
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Total Gaya Hidup, Total Motivasi
b. Dependent Variable: Total Keputusan Pembelian
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
4.833
1.356
Total Motivasi
.295
.052
Total Gaya Hidup
.392
.069
Beta
t
Sig.
3.565
.000
.299
5.624
.000
.303
5.692
.000
a. Dependent Variable: Total Keputusan Pembelian
Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0
80
Kasmadi., Sunariah, Nia Siti. 2013.Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Hal. 122 80 Dengan alat bantu program SPSS 17.0, dapat dilihat dari tabel koefisien
regresi diperoleh nilai komponen a = 4.833, dan nilai komponen b1 = 0.295, dan b2
= 0.392. Nilai a merupakan besarnya nilai Y apabila nilai X1 dan X2 = 0, sedangkan
nilai b adalah nilai koefisien regresi Keputusan menjadi Mahasiswa (Y) atas
Motivasi (X1) dan Gaya Hidup (X2). Berdasarkan hasil dari perhitungan regresi
ganda maka diperoleh persamaan regresi sebagaimana dirangkum dalam tabel 4.20
Hal ini menggambarkan hubungan Motivasi (X1) dan Gaya Hidup (X2) dengan
Keputusan menjadi Mahasiswa (Y). Konstanta pada kolom B = 4.833, Motivasi
(X1) = 0.295, dan Gaya Hidup (X2) = 0.392.
Tabel 4.21 Per. Regresi Motivasi, dan Gaya Hidup dengan Keputusan
menjadi mahasiswa
a
3.176
b1
0.120
b2
0.142
Pers. Regresi Ganda
Ŷ = 4.833 + 0.295 + 0.392
Sumber: Pengolahan data primer, 2015
4.3.
Pembahasan
Hasil penelitian mengenai pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap
keputusan menjadi mahasiswa akan dibahas dengan instrument penelitian yang
telah ditetapkan. Sebagai hasil penelitian, setelah dilakukan analisa data dengan
menggunakan metode statistic maka dapat didikripsikan hasil penelitian tersebut
sebagai berikut:
1.
Korelasi antara motivasi dengan gaya hidup berdasarkan hasil
penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada
hubungan yang signifikan antara motivasi dengan gaya hidup. Hasil
81 koefisiensi korelasi 0.396 artinya memiliki hubungan yang positif. Jika
di interpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi
maka nilai 0.396 berada pada interval 0.20-0.399 berarti hubungan
antara motivasi dengan gaya hidup memiliki tingkat hubungan rendah.
Dalam jurnalnya Sahrazad pun telah melakukan penelitian bahwa
motivasi memiliki hubungan dengan gaya hidup.81
2.
Korelasi antara motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa
berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho
ditolak artinya ada hubungan yang signifikan. Hasil koefisien korelasi
0.433 berarti memiliki hubungan positif. Jika diinterpretasikan kedalam
tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.433 berada
pada interval 0.30-0.499 artinya hubungan antara motivasi dengan
keputusan menjadi mahasiswa memiliki tingkat hubungan sedang. Hal
ini sehubungan schiffman dan kanuk jelas sekali tergambar dalam
proses keputusan pembelian dimana motivasi menjadi salah satu
pengaruh keputusan dari pembelian.82
3.
Korelasi antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa
berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho
ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan
keputusan menjadi mahasiswa. Hasil koefisien korelasi 0.431 berarti
81
Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526 82
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483 82 memiliki hubungan positif. Jika diinterpretasikan kedalam tabel
interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.431 berada pada
interval 0.30-0.499 artinya hubungan antara gaya hidup dengan
keputusan menjadi mahasiswa memiliki tingkat hubungan sedang.
Tidak jauh berbeda gaya hidup memiliki pengaruh dengan keputusan
pembelian digambarkan oleh Schiffman menjadi bagian dari proses
pengambilan keputusan terdapat dalam bagian dari kepribadian.83
4.
Ketika korelasi gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa di
kontrol motivasi berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01
menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan ketika
gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi.
Hasil koefisien korelasi 0.314 ketika korelasi gaya hidup terhadap
keputusan menjadi mahasiswa di kontrol motivasi adalah positif. Jika
diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi
maka nilai 0.314 berada pada interval 0.20-0.399 berarti memiliki
tingkat hubungan rendah. Dilihat dari korelasi antara motivasi dan
keputusan menjadi mahasiswa bernilai r = 0.433, maka gaya hidup
bukan menjadi factor utama pengaruh motivasi terhadap keputusan
menjadi mahasiswa. Dapat dikatakan hanya sebagai faktor pengganggu
hubungan atau pengaruh. Dengan kata lain gaya hidup dapat dibuang
saja dalam hubungan tersebut. 84
83
84
L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483 Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. 83 5.
Ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa
dikontrol gaya hidup berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas <
0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan
antara motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya
hidup. Hasil koefisien korelasi 0.316 berarti korelasi motivasi dengan
keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup adalah positif. Jika
diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi
maka nilai 0.316 berada pada interval 0.20-0.399 berarti memiliki
tingkat hubungan rendah. Dilihat dari korelasi antara gaya hidup dan
keputusan menjadi mahasiswa bernilai r = 0.431, maka motivasi bukan
menjadi factor utama pengaruh motivasi terhadap keputusan menjadi
mahasiswa. Dapat dikatakan hanya sebagai faktor pengganggu
hubungan atau pengaruh. Dengan kata lain gaya hidup dapat dibuang
saja dalam hubungan tersebut. 85
6.
Setalah dilakukan uji korelasi bevariat dan partial motivasi dan gaya
hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa didapatkan hasil analisis
statistik dengan uji regresi berganda bahwa R Squere 0.255 atau sebesar
25.5% sedangkan presentasi selebihnya di pengaruhi oleh variabel lain
diluar dari penelitian ini.
Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526 85
Ibid. BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan:
1. Menjawab tujuan dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh motivasi dan gaya hidup yang positif dan signifikan terhadap
keputusan menjadi mahasiswa Universitas Mercu Buana.
2. Hasil penelitian menujukkan bahwa ketika salah satu variabel
independen dikontrol motivasi dan gaya hidup bukanlah faktor untama
yang mempengaruhi keputusan menjadi mahasiswa di Universitas
Mercu Buana kelas PKK - Menteng. Secara parsial motivasi dan gaya
hidup memiliki pengaruh rendah terhadap variabel keputusan menjadi
mahasiswa.
3. Hasil analisis statistik dengan uji regresi berganda dari uji motivasi dan
gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa didapatkan motivasi
dan gaya hidup memiliki pengaruh sebesar 25.5% sedangkan presentasi
selebihnya di pengaruhi oleh variabel lain diluar dari penelitian ini.
84 85 5.2
Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas dapat dikemukakan beberapa saran
yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan maupun pihak-pihak lain. Adapun
saran-saran yang diberikan diantaranya:
1. Bahwa motivasi yang menjadi hubungan yang kuat dengan keputusan
menjadi mahasiswa, maka motivasi harus di kelola sejak SMA, artinya
Universitas Mercu Buana harus memelihara motivasi itu sejak ketika
masih di bangku SMA. UMB dapat melakukan kunjungan dengan
menerapkan kegiatan komunikasi pemasaran di SMA-SMA dengan
mengadakan event, membagikan flyer atau brosur, dan lain sebagainya
dan memberikan informasi yang dapat menstimuli motivasi mereka.
2. Hendaknya semua variabel dalam perilaku konsumen pada penelitian ini
dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi Universitas
dalam merancang dan menentukan kebijakan komunikasi pemasaran
yang efektif dan efisien.
3. Universitas harus meningkatkan fasilitas kampus yang dapat
mendukung kegiatan belajar mengajar seperti penggunaan elearning
yang lebih menarik dan atraktif, ruang kelas yang lebih nyaman dan
bersih, lingkungan kampus yang bersih dan tertata dengan rapi, sehingga
para mahasiswa merasa nyaman dan bangga terhadap almamaternya
yang dengan sendirinya akan merekomendasikan kampusnya kepada
orang-orang lain. Yang tidak kalah penting Universitas juga harus
meningkatkan kualitas para pengajar yang dapat menghasilkan system
86 belajar mengajar yang memiliki manfaat sesuai dengan apa yang
menjadi visi dan misi serta memberikan ilmu yang sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menghadapi dunia pekerjaan
dan dapat diterapkan dalam dunia pekerjaan mereka. Universitas juga
harus melatih para staf dan karyawan lainnya dalam melayani
mahasiswa sehingga mahasiswa terbantu dan merasa nyaman dalam
mengurus hal-hal yang berhubungan dengan administrasi perkuliahan.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dikembangkan lagi penelitian yang
serupa karena penelitian ini hanya sebatas pada tiga variabel pengaruh
motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa.
Sehingga perlu diadakan penelitian variabel-variabel lain untuk
melengkapi penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat berguna sebagai
wacana pengetahuan bagi pembaca. 86
86
Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526 
Download