BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam membawa suatu perubahan pada sebuah bangsa, pendidikan tinggi menjadi salah satu pilar penting. Dunia pendidikan tinggi tidak hanya dapat menjadi sarana bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, tetapi proses pembelajaran di kampus juga diharapkan dapat menjadi wahana yang sangat penting untuk merubah pola pikir masyarakat sipil yang demokratis. Dalam rangka persaingan global dan berbagai tantangan baik pada tingkat nasional maupun internasional, kebijakan dalam bidang pendidikan tinggi harus dapat merespon hal tersebut. Kebutuhan terhadap lulusan perguruan tinggi yang mampu bersaing dalam iklim kompetisi bisnis yang semakin kompleks, merupakan konsekuensi logis dari timbulnya persaingan di tingkat lokal maupun global. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berarti setiap warga negara berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan dipercaya sebagai alat strategis meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan, manusia menjadi cerdas, memiliki kemampuan atau skill, sikap hidup yang baik, sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat. Pendidikan menjadi investasi yang memberi keuntungan social dan personal yang menjadikan bangsa bermartabat dan individunya menjadi manusia yang memiliki derajat.1 Menurut UNESCO (United 1 Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi pendidikan. 2010 hal. 1 1 2 Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun untuk masa depan, yakni: (1) learning to know (penguasaan yang dalam dan luas pada bidang ilmu tertentu), (2) learning to do (belajar untuk mengaplikasikan ilmu, berkerjasama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi, belajar berkarya atau mengaplikasikan ilmu yang didapat oleh siswa), (3) learning to be (belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama), (4) learning to live together (belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah dan nilai-nilai agamanya).2 Menjadi orang yang terdidik itu sangat penting. Secara umum pendidikan memiliki arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri bagi tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan formal sekarang ini menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan terutama untuk tingkat pendidikan tinggi dan itu juga menjadi kebutuhan kaum muda. Di tambah lagi sekarang ini tuntutan dunia kerja menuntut pendidikan tinggi atau lulus sarjana. Kaum muda saat ini semakin sadar akan pentingnya pendidikan sehingga dapat kita lihat dari tahun ketahun minat untuk memasuki perguruan tinggi meningkat mulai umur 19-24 tahun3, ini membuktikan bahwa kaum muda sudah 2 Eko Triyanto, Sri Anita dan Nunuk Suryani. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas. Jurnal Teknologi Pendidikan UNS Vol 1, No. 2. 2013 hal 227 3 Badan Pusat Statistik. Indikator Pendidikan. Diakses pada tanggal 07 Juni 2014 dari website http://www.bps.go.id/tab_sub/IndikatorPendidikan 1994‐2013 3 sadar akan pentingnya ilmu, ilmu pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat urgent dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Sehingga suatu bangsa atau negara dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dengan bangsa atau negara lain. Secara teoritis, pendidikan yang tinggi punya tujuan buat mendidik mahasiswa dengan ilmu-ilmu dasar atau keahlian yang memadai sekaligus membantu mengenal “dunia nyata”, baik melalu program terintegrasi (dalam kelas, penelitian, skripsi) atau dalam bentuk field experience (kerja praktek/ magang).4 Perguruan tinggi memberikan gelar untuk mahasiswanya, dan berorientasi pada pembentukan insan yang profesional dan memiliki standar ilmu yang cukup. Bagi mereka yang memasuki perguruan tinggi memiliki berbagai macam motivasi. Motivasi mencari ilmu pengetahuan, bisa jadi adalah alasan yang sudah usang. Alasan utama bagi sebagian besar dari mereka adalah untuk memudahkan mencari pekerjaan.5 Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka pekerjaan akan lebih mudah didapatkan dan memiliki posisi yang berbeda dengan orang yang tidak mendapatkan ijazah pendidikan tinggi. Persaingan di dunia kerja saat ini memang sangat ketat terutama di kota-kota besar. Tidak ada cara lain kecuali membekali diri dengan belajar sebaik-baiknya agar memiliki ijazah pendidikan formal yang baik, paham mengenai bidang pendidikan dan keterampilan yang lebih dibutuhkan pasar kerja, mengasah keterampilan dan potensi-potensi unik yang dimilki. Ijazah 4 Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. 2012. Jakarta. Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/ 17624/ 5 Anjar and Steven. Motivasiholic. Jakarta: Grasindo. 2006 hal 100 4 pendidikan tinggi pun menjadi suatu pertimbangan dalam merekut karyawan dan menentukan posisi jabatan. Gejala diatas ditangkap oleh universitas-universitas, terutama di kota-kota besar. Untuk melakukan kegiatan promosi guna menarik minat para calon mahasiswa. Mereka berusaha menginformasikan keunggulan-keunggulan yang mereka miliki melalui kegiatan promosi yang bersifat persuasif. Dewasa ini, persaingan antar universitas semakin atraktif. Pemasaran untuk lembaga pendidikan mutlak diperlukan. Perguruan tinggi sebagai lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (mahasiswa), karena pendidikan merupakan proses sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran jasa pendidikan untuk memenangkan kompetisi antar perguruan tinggi serta untuk meningkatkan akselerasi peningkatan kualitas dan profesionalisme manajemen perguruan tinggi. Dengan tetap menjaga kualitas perguruan tinggi tidak hanya memberikan program pendidikan yang sesuai, dosen yang kompeten dengan kebutuhan perkembangan globalisasi saat ini, mereka juga memikirkan sisi dari para calon yang ingin bergabung di tempat mereka. Salah satu contoh biaya menjadi satu permasalahan yang sering kali menjadi hambatan, dengan promosi penjualan berupa pembayaran dengan sistem cicilan, calon mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan akademis tanpa tersandung masalah biaya. Sebagian besar keluarga-keluarga terutama mereka yang tinggal di kotakota besar ikut mendorong anak-anak mereka dan kaum muda di dekat mereka untuk melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. Tujuan keluarga- 5 keluarga untuk menyekolahkan anak mereka ke tinggkat pendidikan tinggi adalah untuk meningkatkan kualitas sehingga dapat menghadapi persaingan di dunia kerja maupun bisnis yang semakin ketat. Oleh karena sebuah tanggung jawab maka keluarga menjadi salah satu motivasi yang mempengaruhi seseorang memiliki sebuah keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sebagai seorang mahasiswa. Prabowo6 dalam artikel yang ditulisnya mengatakan pada saat ini keinginan kaum muda menjadi mahasiswa sedikit bergeser seperti yang kebanyakan ditampilkan di media yang mendefinisikan mahasiswa sebagai gaya hidup kaum muda yang dicirikan sebagai kaum yang bergaya hidup berbeda dari yang lainnya, belajar sebagai sebuah gaya hidup. Gaya hidup tersebut bisa dipengaruhi oleh perkembangan jaman saat ini yang berkembang secara pesat. Perkembangan jaman yang berkembang pesat menimbulkan sebuah fenomena baru dimana kaum muda dengan gaya hidupnya, memulai dengan aktivitasnya yang beragam, penggunaan teknologi, dan cara mereka berkomunikasi. Prabowo kembali dalam artikelnya menuliskan anak muda dengan perubahan luar biasa ini adalah sebagian kelompok yang juga tengah menikmati pendidikan, yakni para mahasiswa di perguruan tinggi.7 Kaum muda sebagai bagian dari masyarakat sudah tentu tidak luput berkontribusi dalam kondisi masyarakat yang terus bergerak maju, teknologi semakin berkembang dan kehidupan pun turut mengimbangi kemajuan tersebut. Kelompok kaum muda saling berhubungan, mereka bersosialisasi, baik dengan lingkungan maupun bersama komunitasnya. 6 Prof. Harjanto Prabowo. Belajar Sebagai Gaya Hidup Mahasiswa (2013, 10 Juli). Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://edukasi.kompas.com/read/07/10/1419229/ 7 Ibid. 6 Mereka juga bergerak dengan mobilitas tinggi. Mereka bahkan belajar di luar kampus dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih mereka dapat melakukan kegiatan belajar bahkan di luar kampus. Perubahan-perubahan yang terjadi secara otomatis ikut merubah gaya hidup. Sangatlah menarik apabila gaya hidup yang sedang dijalankan oleh mahasiswa dapat menyatu dengan aktivitas perkuliahan, mendukung cita-cita mereka untuk lulus dari perguruan tinggi dengan kualitas yang optimal. Perguruan tinggi dengan kampusnya harus mampu merespons hal itu. Bila tidak, maka kampus akan menjadi tempat yang ditinggalkan, menjadi tempat terpisah dengan keseharian mahasiswa. Universitas harus mampu memadukan konteks pembelajaran yang berjalan secara cermat antara kuliah dan kehidupan sehari-hari, hingga pada saat mahasiswa berada di luar Universitas pun nuansa akademik itu tetap dapat diperoleh oleh para mahasiswa. Maka dari itu, perubahan gaya hidup, termasuk di dalamnya perubahan dalam cara mempelajari segala sesuatu, memang memaksa kampus untuk melakukan reposisi diri agar sanggup menjadi tempat yang mengakomodasi mahasiswa dalam mengekspresikan dirinya, menikmati gaya hidupnya, sekaligus di dalamnya melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam jurnal Sahrazad8 gaya hidup dan motivasi berprestasi sangat penting dalam kemajuan prestasi seseorang, setelah melakukan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya hidup dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap 8 Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526 7 prestasi akademik. Kemudian jurnal Sawaji, Hamzah dan Taba9 menyatakan bahwa variabel motivasi dengan variabel pegambilan keputusan menunjukkan bahwa variabel motivasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel pengambilan keputusan. Dikemukakan bahwa motivasi adalah salah satu variabel yang penting yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku mencapai keinginan dan kebutuhannya. Motivasi dan gaya hidup dari kedua jurnal ini jelas sekali menunjukkan adanya pengaruh terhadap keputusan pembelian. Saat ini khususnya di Jakarta banyak sekali yang melanjutkan kuliah sambil bekerja, persaingan yang begitu ketat dalam situasi ekonomi yang tidak menentu mungkinkah ini berhubungan dengan motivasi dan gaya hidup? Mereka berusaha mengembangkan potensi dirinya dengan mengambil jalur bekerja sambil kuliah. Untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi sambil bekerja tentu harus menjatuhkan pilihan pada salah satu perguruan tinggi yang menurutnya mampu menjadikannya mahasiswa yang berilmu dan mampu mengasah keterampilan yang dimilikinya sehingga siap menghadapi persaingan didunia kerja yang semakin ketat. Banyak Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan proses pembelajarannya diperuntukan bagi karyawan. Kuliah karyawan atau Program Kelas Karyawan (PKK) bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak mempunyai waktu luang mengikuti proses pembelajaran atau pendidikan pada hari kerja karena sibuk dengan bekerja sebagai karyawan. Kuliah karyawan memiliki beberapa kelebihan kepada mahasiswa, yaitu: Waktu kuliah tidak menggangu 9 Jamaluddin Sawaji, Dabir Hamzah dan Idrus Taba. Pengambilan Keputusan Mahasiswa Dalam Memilih Perguruan Tinggi Swasta Di Sulawesi Selatan. 2010. Diakses pada tanggal 18 Desember 2014 dari website: http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/93eafc626f884778a6b78f77c1832b. pdf. 8 kegiatan bekerja sebagai karyawan dapat belajar melalui jarak jauh dengan system yang dikenal, e-learning jadi mahasiswa dapat melakukan kegiatan belajarnya tanpa harus datang ke kampus. Meskipun tetap ada saat-saat tertentu mahasiswa harus hadir melakukan tatap muka. Salah satu universitas yang menjawab kebutuhan ini adalah Universitas Mercu Buana yang bertujuan memberi kesempatan kepada seluruh masyarakat yang mempunyai waktu sangat terbatas pada hari kerja untuk melanjutkan pendidikannya (yang berkualitas) ke jenjang yang lebih tinggi. Lulusan di persiapkan menjadi Sarjana dan Magister sesuai dengan jurusan / program studinya, yang dapat mengembangkan jati dirinya dengan bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, sehingga mampu menyelesaikan persoalan dan mengembangkan ilmu.10 Universitas Mercu Buana memiliki kredibilitas yang sudah tidak diragukan lagi dengan menduduki peringkat 18 sebagai Universitas terbaik di Indonesia11 mampu menghadirkan sebuah program pendidikan yang dapat menjawab kebutuhan kaum muda khususnya di Jakarta. Hal ini sangat menarik bagi penulis, maka penulis akan melakukan penelitian dengan populasi dan sampel yang akan diambil oleh penulis adalah mahasiswa aktif yang telah mengikuti sistem belajar mengajar di Universitas Mercu Buana khususnya program kelas karyawan di Menteng. Meimilih kampus Menteng karena secara letak yang berada ditengah kota memiliki “prestige” dan dikhususkan untuk Program Kelas Karyawan saja. Dari 10 Universitas Mercu Buana. Profil – Tujuan. Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://kk.mercubuana.ac.id/ page_view.php?idpage=3/ 11 Kopertis12. Peringkat Perguruan Tinggi Versi Webometrics. 2014. Diakses pada tanggal 08 Juni 2014 dari website http://www.kopertis12.or.id/2014/02/11/ peringkat‐perguruan‐tinggi‐versi‐ webometrics‐edisi‐januari‐2014.html/ 9 apa yang penulis paparkan maka tema yang akan diangkat adalah pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Studi kasus dilakukan pada mahasiswa kelas PKK Universitas Mercu Buana - Menteng. 1.2. Perumusan Masalah Memperhatikan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa? 1.3. Tujuan Penelitian Dari apa yang menjadi rumusan permasalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat disiplin ilmu pengtahuan khususnya bidang Komunikasi Pemasaran Jasa Pendidikan, Prilaku konsumen (Consumer behavior) dengan bukti-bukti empiris pada penelitan ini diharapkan menjadi referensi teroritis dan empiris atau masukan bagi penelitipeneliti lain yang ingin mengukur tentang prilaku konsumen. 10 1.4.2. Manfaat Praktis a. Universitas Mercu Buana Penelitian ini dapat berguna bagi Universitas Mercu Buana sebagai informasi untuk menentukan kebijakan dalam pemberian pelayanan jasa pendidikan yang dapat semakin dikembangkan dan meningkatkan profesionalisme serta daya saing bagi univ ersitas yang menyediakan kelas Program Kelas Karyawan (PKK). b. Divisi Marketing Universitas Mercu Buana Sebagai divisi marketing yang terdapat dalam Universitas Mercu Buana diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi dalam menentukan strategi promosi pemasaran yang lebih berkembang dan cara-cara marketing yang lebih efektif. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Pemasaran Komunikasi merupakan hal yang mendasar dan penting dalam hubungan apapun. Membangun dan mengelola hubungan dengan konsumen dan pelanggan memiliki pengaruh langsung pada komunikasi pemasaran. Komunikasi pemasaran (marketing communication) membantu mendefinisikan hubungan produsen dengan konsumen tidak hanya pesan yang dipertukarkan tetapi juga pilihan media dan kesempatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan mereka. Alma12 dalam bukunya menulis perguruan tinggi swasta yang ingin sukses untuk masa depan, dalam menghadapi bagaimana mencari jumlah mahasiswa yang dikehendaki harus mempraktekkan komunikasi pemasaran secara terintegrasi. Alma13 juga mengutip Chapman: “As a solution to this enrollment problem, many universities have begun to turn to marketing approaches and technigues to help strengthen and more fully understand the demand side of the enrollment picture.” 2.1.1. Pengertian Marketing Communication Di dalam bukunya Kotler14 mengatakan: “Marketing communication are the means by which firms attempt to inform, persuade, and remind consumers directly or inderectly about the products and brands they sell. In a sense, marketing communications represent the voice of the company and its brands; they a means by which the firm can establish a dialogue and build relationship with consumers.” 12 Prof. Dr. H.Buchari Alma, dan Dr. Ratih Hurriyati, M.Si. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. 2008 hal. 43 13 Ibid. 14 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Marketing Management, 14th edition. 2011 hal. 476 11 12 Komunikasi pemasaran merupakan sarana perusahaan untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual. Dengan kata lain, komunikasi pemasaran mewakili perusahaan dan brand itu sendiri; dimana komunikasi pemasaran menjadi sarana perusahaan untuk membangun dialog dan hubungan dengan para konsumen. Marketing communication juga dapat dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan pesan pada konsumen dengan menggunakan berbagai media.15 Chris16 menulis dalam perencanaan marketing communication mengandung tiga unsur: tools (alat), media dan messages (pesan). Lihat gambar 2.1. Tools utama marketing communication: iklan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), public relations, penjualan langsung (direct marketing), penjualan personal (personal selling)17. Selain itu ada media atau sarana dimana pesan iklan dan komunikasi pemasaran disampaikan. Alat dan media memiliki karakteristik dan pencapian gol yang berbeda. Perguruan tinggi harus tahu bagaimana menggunakan iklan, promosi penjualan, publisitas, penjualan langsung dan penjualan personal untuk mengkomunikasikan suatu produk jasa pendidikannya beserta nilainya kepada calon mahasiswa sesuai dengan target yang ingin di tuju. Bentuk komunikasi yang disusun harus inovatif dan estetis sehingga lebih mudah diingat dan memiliki pembeda dengan bentuk promosi lainnya. Setelah itu pelanggan harus merasa feel good sehingga dapat menimbulkan pikiran dan opini yang positif. 15 John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal. 5 Chris Fill. Marketing Communicatioan Interactivity, Communitive, and Content, 5th edition. 2009 hal. 19 ‐ 23 17 Ibid. 483‐655 16 13 Tools Media The Marketing Communication Mix Messages Sumber: Chris Fill (2010, 19) Gambar 2.1 A traditional model of the marketing communication mix. Soemanagara18 dalam bukunya mengatakan Marketing Communicatioan bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen. 1. Tahap perubahan pengetahuan, dimana konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk atau jasa, untuk apa produk atau jasa diciptakan, dan ditujukan kepada siapa. Pada tahap ini pesan komunikasi baik verbal maupun nonverbal diarahkan pada pembombastisan informasi tentang perguruan tinggi. 2. Tahap perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur, disebut tricomponent attitude changes oleh Schiffman dan Kanuk yang menunjukkan bahwa tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu: cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini menunjukkan adanya 18 John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal 59‐60 14 kecenderungan perubahan (cognition, affection, dan conation) maka mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap. 3. Tahap perubahan perilaku, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk atau jasa lain dan terbiasa menggunakannya. Di tahap ini pesan bertujuan untuk menunjukkan alasan mengapa perguruan tinggi ini adalah terbaik jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya dan menimbulkan emosi terhadap brand. Agar tujuan dari komunikasi pemasaran yang dilakukan tercapai, universitas selaku penyedia jasa pendidikan harus dapat melihat perilaku dari konsumen yang menjadi target sehingga dapat mengetahui apa yang sesungguhnya sedang dibutuhkan ataupun untuk menentukan strategi pemasaran yang sesuai dengan permintaan pasar sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat di tangkap oleh para calon mahasiswa dan terjadi perubahan perilaku yang pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan oleh universitas. 2.2. Jasa 2.2.1. Pengertian Jasa Menurut Kotler dan Keller pengertian jasa adalah sebuah aktivitas yang diasosiasikan dengan elemen intangibility (tidak berwujud), dimana didalamnya terjadi interaksi antara pelanggan dengan penyedia jasa tetapi tidak berakibat terhadap suatu kepemilikan.19 Di dalam buku lain Kotler dan Armstrong 19 Philip Kotler Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 14. 2011 hal.356 15 “service is an activity, benefit, or satisfaction offered for sale that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything”.20 Yang berarti jasa adalah semua kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang dapat ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tak berwujud (intangible) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Berdasarkan pada dua definisi diatas dapat dikatakan bahwa jasa merupakan aktivitas ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau kontruksi, yang umumnya dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai tambah bagi konsumen. Karakteristik jasa berbeda dengan produk barang (fisik). Kotler dan Armstrong21 membagi Empat karakteristik jasa berdasarkan gambar 2.2 : Intangibility Inseparability Service cannot be seen, tasted, felt, heard, or smelled before purchase Services cannot be separated from their providers. SERVICE Variability Perishability Quality of services depends on who provides them and when, where, and how Services cannot be stored for later sale or use Sumber: Kotler & Armstrong (2012,237) Gambar 2.2 Four Service Characteristic 20 Philip Kotler dan Gary Armstrong. Principles of Marketing. 2012 hal. 224. Ibid. Hal 236‐237 21 16 1. Jasa tak berwujud (service intangibility) berarti bahwa jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. 2. Jasa tak terpisahkan (service inseparability) berarti bahwa jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, tanpa mempedulikan apakah penyedia jasa itu orang atau mesin. 3. Variabilitas jasa (service variability) berarti bahwa kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakan jasa itu dan kapan, dimana, dan bagaimana jasa itu disediakan. 4. Jasa dapat musnah (service perishability) berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan beberapa saat kemudian. Menurut Alma22 pada dasarnya jasa pendidikan adalah sesuatu yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain yang sifatnya tidak berwujud dan tidak memiliki dampak perpindahan hak milik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan karakteristik jasa yang perlu dipertimbangkan dalam merancang program pemasarannya. Jasa Pendidikan secara umum memiliki karakteristik utama sebagai breikut23: a. Tidak berwujud (Intangibility), jasa tidak berwujud seperti produk fisik, yang menyebabkan pengguna jasa pendidikan tidak dapat melihat, mencium, mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka mengkonsumsinya (menjadi subsistem lembaga pendidikan). Untuk menekan ketidakpastian, pengguna jasa pendidikan akan mencari tanda 22 Prof. dr. H.Buchari Alma, dan Dr. Ratih Hurriyati, M.Si. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan. 2008 hal. 173‐174 23 Ibid. 17 atau informasi tentang kualitas jasa tersebut. Tanda maupun informasi dapat diperoleh atas dasar letak lokasi lembaga pendidikan, lembaga pendidikan penyelenggara, peralatan dan alat komunikasi yang digunakan, serta besarnya biaya yang ditetapkan. Beberapa hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon pengguna jasa pendidikan adalah: a. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud. b. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga pendidikan). c. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan (education brand name). d. Memakai nama seseorang yang sudah dikenal untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. b. Tidak terpisah (Inseparability), jasa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu lembaga pendidikan yang menyediakan jasa tersebut. Artinya, jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara serempak (simultan) pada waktu yang sama. Jika peserta didik membeli jasa maka akan berhadapan langsung dengan penyedia jasa pendidikan. Dengan demikian, jasa lebih diutamakan penjualannya secara langsung dengan skala operasi yang terbatas. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi bekerja dalam kelompok yang lebih besar, 18 bekerja lebih cepat, atau melatih para penyaji jasa agar mereka mampu membina kepercayaan pelanggannya (peserta didik). c. Bervariasi (Variability), jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized out-put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Ada 3 faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa: 1. Partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa 2. Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan 3. Beban kerja perusahaan. d. Perishability jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Apabila diperhatikan batasan dan karakteristik yang diutarakan diatas, ternyata dunia pendidikan merupakan bagian dari batasan tersebut. Dengan demikian lembaga pendidikan merupakan termasuk dalam katagori sebagai lembaga pemberi jasa para konsumen, dalam hal ini siswa dan orang tua siswa. Mereka inilah yang berhak memberikan penilaian bermutu tidaknya keluaran (output) suatu lembaga pendidikan. 2.2.2. Bauran Pemasaran Jasa Pendidikan Pemasaran jasa memerlukan lebih dari sekedar pemasaran eksternal tradisional yang menggunakan 4P tapi juga membutuhkan pemasaran internal dan pemasaran interaktif. Pemasaran Internal (internal marketing) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh universitas untuk melatih dan memotivasi para dosen dan 19 karyawannya agar melayani mahasiswa dengan baik. Pemasaran eksternal (external marketing), adalah pekerjaan yang dilakukan Universitas untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa kepada mahasiswa. Pemasaran interaktif (interactive marketing) adalah keahlian dalam melayani konsumen. Kotler & Armstrong24 menyatakan bahwa “internal marketing means that the sevice firm must orient and motivate its customer-contact employees and supporting sevice people to work as team to provide customer satisfaction.” Tujuan yang hendak dicapai dari pemasaran internal ini adalah memberikan kepuasan dan motivasi kepada para dosen dan karyawan universitas untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi mahasiswa. Intercative marketing means that service quality depend heavily on the quality of the buyer-seller interaction during the service encounter. Dalam hal ini dosen maupun para karyawan sebagai bagian dari proses penyajian jasa berkewajiban untuk memenuhi janji yang telah ditetapkan oleh universitas kepada mahasiswa. Oleh karena itu, sikap, kemampuan, dan integritas dosen dan karyawan akan mempengaruhi keberhasilan menjalin relasi antara universitas, dosen, karyawan dan mahasiswa. Kesadaran pentingnya pemasaran interaktif ini dilandasi bahwa dalam jasa, peranan manusia (dosen, karyawan dan mahasiswa) sangat dominan dalam menentukan kualitas jasa. Bauran pemasaran jasa adalah elemen-elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam melakukan komunikasi dengan konsumen dan akan dipakai untuk memuaskan konsumen. Bauran pemasaran jasa merupakan 24 Philip Kotler dan Gery Armstrong. Principles of Marketing. 2012 hal 241 20 unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran yang efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bauran pemasaran jasa menurut Zeithaml, Bitner dan Gremler25 dibagi menjadi 2: a. Traditional Marketing Mix terdiri atas 4Ps yaitu: Product, Place, Promotion, and Price. Elemen-elemen ini muncul sebagai variabel keputusan inti dalam konsep pemasaran dan marketing mix. Area kunci keputusan strategi untuk 4P dapat kita lihat melalui tabel 2.1. Pengelolaan yang cermat dari produk, tempat, promosi, dan harga penting dalam menentukan keberhasilan pemasaran jasa. b. Expanded Mix for Services terdiri dari 3P merupakan tambahan seperti yang dapat dilihat pada table 2.1. 1) Orang atau partisipan (People) adalah semua prilaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli termasuk yang dalam elemen ini adalah personal perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. 2) Sarana fisik (Physical Evidence) merupakan suatu hal yang secara nyata turut memepengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk dalam sarana fisik antara lain, lingkungan fisik yang 25 Valerie A Zaithaml, Mary Jo Bitner dan Dwayne D Gremler. Services Marketing, 6th editon. 2013 hal. 25‐26. 21 meliputi bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan pelayanan. 3) Proses (Process) adalah semua prosedur actual, mekanisme, dan aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Tabel 2.1 Expended Marketing Mix for Services Product Place Promotion Price Physical good features Quality level Accessories Packaging Warranties Product lines branding Channel type Exposure Intermediaries Outlet lovations Transportation Storage Managing channelss Promotion blend Salespeople Selection Training Incentives Advertising Media types Types of ads Sales promotion Publicity Internet/Web strategy Flexibility Price level Terms Differentiation Discounts Allowances People Employees Recruiting Training Motivativation Rewards Teamwork Customers Education Training Physical Evidence Facility design Equipment Signage Employee dress Web pages Other tangibles Reports Business cards Statements Guarantees Process Flow of activities Standardized Customizes Number of steps Simple Complex Customer involvement Sumber: Zeithaml, Bitner & Gremler (2013,25) Jasa biasanya diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan maka pelanggan tentu hadir saat proses jasa tersebut dilakukan, interaksi secara langsung dengan petugas jasanya dan secara nyata menjadi bagian dari proses produksi jasa tersebut. Karena jasa tidak terlihat (intangible), konsumen akan mencari hal-hal nyata 22 (tangible) yang dapat membantu mereka semakin mengerti akan konsep jasa yang ditawarkan. 2.3. Perilaku Konsumen Tujuan dari komunikasi pemasaran adalah perubahan perilaku konsumen dimana konsumen melakukan perubahan perilaku (behavior) yang diakibatkan oleh pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).26 Melakukan pembelian atau tidak membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Model perilaku konsumen ditandai adanya interaksi pemasar dengan konsumen. Komponen pusat yaitu pembuatan konsumen yang terdiri dari proses merasakan dan mengevaluasi informasi produk, mempertimbangkan bagaimana alternatif dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada akhirnya memutuskan produk apa yang akan dibeli. Dalam buku Mowen dan Minor27 mengutip pernyataan Theodore Levit, konsep pemasaran (marketing concept) mewujudkan: “pandangan bahwa industry merupakan sebuah proses yang memuaskan konsumen, bukan proses memproduksi barang. Sebuah industri dimulai dari konsumen dan kebutuhannya, bukan dari hak paten, bahan baku, atau menjual keterampilan.” Setelah kita memehami bahwa sebuah organisasi hanya dapat muncul selama organisasi itu memenuhi pertukaran kebutuhan dan keinginan rekanan (seperti, konsumen), studi perilaku konsumen akan menjadi bagian yang penting dalam melakukan bisnis. 26 27 John E Kennedy dan RD Soemanagara. Marketing Communicatioan. 2010 hal. 5 John C.Mowen dan M. Minor. Perilaku Konsumen Jilid 1, edisi kelima (terjemahan). 2002 hal. 6 23 Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.28 Menurut Kotler dan Keller dialih bahasakan Benyamin Molan memberikan pengertian mengenai perilaku konsumen sebagai berikut: “Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan dan mendisposisikan barang atau jasa, gagasan atau pengalaman yang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.”29 Pengertian perilaku konsumen (consumer behavior) adalah studi dari individu, kelompok, atau organisasi dan proses yang mereka gunakan untuk memilih, mengamankan, menggunakan, menempatkan produk, pelayanan, pengalaman atau ide untuk memuaskan kemauan dan dampak dari proses ini kepada konsumen dan masyarakat.30 Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia dilahirkan dan dikembangkan. Berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi keputusan dalam tahap pembelian. Kegiatan pemasaran perusahaan dapat berhasil bila perusahaan mengetahui dan memahami factor-faktor yang dapat memepengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Menurut Schiffman dan kanuk,31 factor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2: 28 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 23 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 12. 2007 hal. 213 30 Hawkins, dkk. Consumer Behavior: Building Marketing Strategy, 10th Edition. 2007 hal. 6 31 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483‐484 29 24 Tabel. 2.2 A Model of Consumer Decision Making External Influences Marketing efforts • Products Input • Promotions • price • Distributio nchannels Socio-cultural Environment • Family • informal sources • Other non-commercial sources • social class • Culture and sub-cultures Consumer Decision Making • Need Psychology • Motivation • Perception • Learning • Personality • Attitudes Recognition Process • Prepurchase Search • Evaluation of Alternatives Experience Postdecision Behavior Output Purchase • Trial • Repeat Purchase Postpurchase Evaluation Sumber: Schiffman & kanuk (2010, 483) 25 Penjelasan Tabel 2.2: a. Faktor eksternal (External Influences), tahap ini mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk yang terdiri dari dua sumber informasi utama: a. Upaya pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (Firm’s Marketing effort) yang mengambil strategi marketing mix32 diantaranya: 1. The Product (Produk), yaitu, fitur, desain, merek, dan kemasan sebuah barang atau jasa yang ditawarkan, bersama dengan imbalan pasca pembelian seperti kebijakan jaminan dan pengembalian. 2. The Price (Harga), (daftar harga, termasuk diskon, tunjangan, dan metode pembayaran). 3. The Place (Tempat), (distribusi produk atau jasa melalui toko dan nonstore outlets). 4. Promotion (Promosi), (iklan, promosi penjualan, public relation, dan personal selling untuk membangun kesadaran dan permintaan barang atau jasa). b. Pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (Sociocultural Environment) diantaranya: 32 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 28. 26 1. Keluarga Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang saling berpengaruh. Menurut Schiffman dan Kanuk33 keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dihubungkan dengan ikatan darah, perkawinan atau ikatan adopsi dan tinggal bersama. Ada tiga tipe keluarga diantaranya, nunclear family terdiri dari suami, istri dan anak satu atau lebih; extended family terdiri nunclear family ditambah dengan kakek dan nenek yang tinggal dalam satu rumah; single parent family keluarga yang telah berpisah dengan pasangannya didalam rumah terdiri dari satu orang tua setidaknya dengan satu anak. 2. Kelompok acuan Kelompok acuan adalah setiap orang atau kelompok yang dianggap sebagai dasar perbandingan atau rujukan bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap umum atau khusus, atau pedoman khusu bagi perilaku.34 Belch dan Belch,35 merumuskan bahwa “reference group is a group whose presumed perspectives or values are being used by an individual as the basis for his or her judgments, opinions, and actions.” Kelompok acuan adalah kelompok yang memberikan pendapat 33 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 318‐320. L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 7th edition. 2008 hal. 292. 35 George E. Belch & Michael A. Belch. Advertising and Promotion: An Integrated. Marketing Communication Perspective, 7th edition. 2007 hal. 128. 34 27 dan penilaian yang menajadi saran bagi individu dalam mengambil keputusan, opini, dan tindakan. 3. Sumber informasi nonkomersial Sumber informasi nonkomersial adalah informasi tentang suatu produk yang tidak ditujukan untuk secara langsung dapat mempengaruhi konsumen tentang suatu produk. 4. Kelas sosial Kelas sosial adalah pembagian anggota masyarakat ke dalam hirarki kelas status yang berbeda, sehingga anggota dari setiap kelas memiliki status yang relatif sama dan anggota dari kelas yang lain memiliki status yang lebih tinggi atau lebih rendah.36 5. Kebudayaan dan sub-budaya. Kebudayaan sebagai keseluruhan dari apa yang diyakini, nilainilai dan adat istiadat yang berfungsi mengarahkan perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu.37 Sub-budaya merupakan kelompok budaya yang sudah ada sebagai segmen masyarakat yang teridentifikasi lebih besar, lebih kompleks. b. Faktor Internal atau psikologi konsumen adalah factor yang berasal dari dalam diri individu yang mempunyai pengaruh sangat penting terhadap proses pengambilan keputusan individu. Pengaruh yang dimaksud adalah berkaitan dengan penilaian individu terhadap 36 37 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 338 Ibid. Hal. 366 28 alternative-alternatif yang tersedia yang mengarahkan seseorang untuk mengambil keputusan pembelian suatu barang. Faktor psikologis tersebut terdiri dari: 1. Motivation (Motivasi) Motivasi adalah kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang membuat mereka untuk bertindak.38 2. Perception (Persepsi) Persepsi merupakan proses dimana seorang individu menyeleksi, mengatur, dan manafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Dapat dijelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia yang terdapat disekeliling kita.”39 3. Learning (Pembelajaran) Pembelajaran sebagai proses dimana individu menyangkut pembelian (purchase), memperoleh pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) yang kemudian akan terlihat pada perilakunya pada masa yang akan datang.40 4. Personality (Kepribadian) Kepribadian dapat didefinisikan sebagai karakteristik psikologis batin dimana menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang merespon lingkungannya.41 Dalam hal ini gaya hidup termasuk 38 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 106 Ibid. Hal. 175 40 Ibid. Hal. 210 41 Ibid. Hal. 136 39 29 didalamnya, pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. 42 5. Attitude (Sikap) Sikap adalah predisposisi yang dipelajari untuk memiliki secara konsisten cara menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap objek tertentu.43 2.3.1 Motivasi Motivasi menurut Schiffman dan Kanuk44 merupakan kekuatan pendorong yang dihasilkan oleh keadaan tegang, yang ada sebagai akibat dari kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu secara sadar maupun tidak sadar berusaha untuk mengurangi ketegangannya dengan cara memenuhi kebutuhan mereka yang belum terpenuhi. Tujuan specifik yang ingin dicapai konsumen dan program tindakan yang mereka ambil untuk mencapai tujuan ini dipilih berdasarkan karakteristik kepribadian, persepsi, pembelajaran dan pengalaman sebelumnya dan sikap mereka. Gambar 2.3 memperlihatkan model proses motivasi. 42 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 167 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 246 44 Ibid. Hal. 106‐107 43 30 Personality Percetion Learning Attitudes Unfulfilled Needs, Wants, and Desiers Tension Drive Behavior Goals or Need Fulfillment Tension Reduction Sumber: Schiffman & Kanuk (2010,107) Gambar 2.3 Model of the Motivation Process Berdasarkan model proses motivasi diketahui bahwa motivasi muncul karena adanya kebutuhan, keinginan dan hasrat yang belum terpenuhi kemudian untuk mengurangi rasa ketegangannya itu mucul suatu dorongan dalam diri individu baik secara sadar maupun tidak sadar untuk bertindak guna memunuhi kebutuhan atau mencapai tujuannya didasari personality, persepsi, pembelajaran dan sikap dari masing-masing individu dengan demikian terjadi pengurangan keteganan. Maka dapat disimpulkan bahwa proses motivasi yang muncul dari dalam diri individu itu dipengaruhi oleh kebutuhannya yang belum terpenuhi dan hal tersebut memicu para individu untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. David McClelland45 dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan 45 S.P. Robbins. Psikologi organisasi, edisi 8. Jakarta: Prenhallindo. 2001 hal. 173 31 situasi serta peluang yang tersedia. McClelland menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”: 1. Motivasi untuk berprestasi (n-Ach) Dorongan untuk menjadi yang terbaik, untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan untuk berjuang demi kesuksesan. 2. Motivasi untuk berkuasa (n-Pow) Motivasi untuk membuat orang-orang lain berprilaku dengan cara-cara yang kita kehendaki, tidak ada atau sedikit kemungkinan mereka dapat berperilaku lain. 3. Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-Affil) Keinginan untuk memiliki hubungan-hubungan persahabatan atau hubungan-hubungan antar manusia secara dekat. Beberapa orang selalu memiliki dorongan kuat untuk berhasil, terus berjuang untuk keberhasilan pribadinya daripada mengharapkan penghargaan untuk keberhasilannya itu. Mereka mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu secara lebih baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Dorongan ini disebut kebutuhan akan prestasi. Individu dengan motivasi pencapaian tinggi lebih menyukai situasi-situasi yang memiliki tanggung jawab pribadi, umpan balik dan resiko tingkat menengah. Mereka menghindari apa yang mereka anggap sebagai tugas yang sangat mudah atau sangat sulit. Mereka lebih menyukai tugas-tugas dengan tingkat kesulitan menengah. 32 Motivasi akan kekuasaan adalah keinginan untuk memiliki dampak, pengaruh dan kontrol terhadap orang-orang lain. Orang-orang dengan kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi selalu menikmati tugas-tugas untuk mempengaruhi orang-orang lain, lebih menyukai ditempatkan dalam situasi kompetitif, berorientasi status dan cenderung lebih memperlihatkan prestige dan pengaruh terhadap orang-orang lain daripada hasil kerja yang efektif. kebutuhan akan kelompok pertemanan merupakan keinginan untuk disukai dan diterima oleh orang lain. Orang-orang dengan kebutuhan akan pertemanan yang tinggi selalu berjuang untuk persahabatan, lebih menyukai situasi-situasi yang kooperatif daripada yang kompetitif serta keinginan untuk memiliki hubunganhubungan yang penuh, saling pengertian dan saling menguntungkan. Menurut Mowen dan Minor46 terdapat lima dimensi penggerak motivasi, dimensi tersebut adalah: 1. Rangsangan, baik dari dalam maupun luar konsumen untuk mengubah suasana dan selanjutnya karena terjadinya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan actual maka akan menimbulkan kebutuhan. 2. Pengenalan kebutuhan, yang terdiri dari kebutuhan ekspresif yaitu keinginan untuk memenuhi persyaratan sosial dan estetika dalam rangka pemeliharaan konsep diri seseorang dan kebutuhan utilitarian yaitu keinginan untuk emneyelesaikan masalah yang mendasar. 46 John C.Mowen dan M. Minor. Perilaku Konsumen Jilid 1, edisi kelima (terjemahan). 2002 hal. 206‐207 33 3. Dorongan, yaitu factor yang membentuk keadaan afektif (emosi dan psikologis lainnya) yang mempengaruhi tingkat keterlibatan seseorang. 4. Perilaku berdasarkan tujuan, merupakan tindakan seseorang yang dilakukan untuk meringankan keadaan atau kebutuhan (proses kesadaran konsumen). 5. Insentif konsumen misalnya produk, jasa, informasi, dan bahkan orang lain yang diperkirakan konsumen akan memuaskan kebutuhan. 2.3.2. Gaya Hidup Tidak hanya motivasi tapi pengaruh internal atau psikologi lain yang turut mempengaruhi keputusan pembelian yang menarik penulis adalah gaya hidup. Gaya hidup menurut Kotler47 adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions).”48 Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri 47 48 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 167 Assael, H. 1984. Consumer Behavior and Marketing Action, 2nd edition. Hal. 252 34 sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Mowen dan Minor,49 gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Jushermi50 menulis dalam jurnalnya faktorfaktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. Psikografik (Psychographic) menurut Kotler adalah ilmu tentang pengukuran dan pengelompokkan gaya hidup konsumen.51 Sedangkan psikografik menurut Sumarwan adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar.52 Psikografik berarti menggambarkan (graph) psikologis konsumen (psyco). Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, interest, opinions), yaitu pengukuran kegiatan, minat dan pendapat konsumen. Psikografik memuat beberapa pernyataan yang menggambarkan kegiatan, minat dan pendapat 49 Mowen, John C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Hal 282 Jushermi. 2013. Analiss Segmentasi Gaya Hidup pada Mahasiswa Jurusan Manajemen S1 Fakultas Ekonomi Universitas Riau, jurnal ekonomi vol. 21. hal. 4 51 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 225‐226 52 Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen. Hal 58 50 35 konsumen.53 Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya, seperti yang dinyatakan oleh Kotler bahwa psikografik senantiasa menjadi metodologi yang valid dan bernilai bagi banyak pemasar.54 Solomon dalam Sumarwan55 menjelaskan studi psikografik dalam beberapa bentuk seperti diuraikan berikut: 1. Profil gaya hidup (a lifestyle profile), yang menganalisis beberapa karakteristik yang membedakan antara pemakai dan bukan pemakai suatu produk atau jasa. 2. Profil produk spesifik (a product-specific profile) mengidentifikasi kelompok sasaran kemudian membuat profil konsumen tersebut berdasarkan dimensi produk yang relevan. 3. Studi yang menggunakan kepribadian ciri sebagai faktor yang menjelaskan, menganalisis kaitan beberapa variabel dengan kepribadian ciri, misalnya kepribadian ciri yang mana yang sangat terkait dengan konsumen yang sangat memperhatikan masalah lingkungan. 4. Segmentasi gaya hidup (a general lifestyle segmentation), membuat pengelompokkan responden berdasarkan kesamaan preferensinya. 5. Segmentasi produk spesifik, adalah studi yang mengelompokkan konsumen berdasarkan kesamaan produk atau jasa yang dikonsumsinya. 53 Listyorini, Sari. 2012. Analisis Faktor‐Faktor Gaya Hidup dan Pengaruhnya Terhadap Pembelian Rumah Sehat Sederhana, Jurnal Administrasi Bisnis Vol. I Nomor 1. 54 Kotler, Philip, Kevin Lane Keller. 2011. Marketing Management, Edisi 14. Hal. 226 55 Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta. Hal 59 36 Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok gaya hidup konsumen. Sebuah gaya hidup biasanya juga mencerminkan sikap individu, nilai-nilai atau pandangan dunia. Oleh karena itu, gaya hidup adalah sarana untuk menempa suatu kesadaran diri untuk menciptakan budaya dan simbol-simbol yang beresonansi dengan identitas pribadi. Dimana pada akhirnya konsumen akan melakukan suatu keputusan pembelian sesuai dengan apa yang telah menempanya dan mempengaruhinya. 2.4 Keputusan Pembelian Pengambilan keputusan ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti56. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta subjek harus membuat prediksi dan memilih salah satu diantara dua pilihan. Menurut Setiadi57 pengambilan keputusan juga dapat diartikan sebagai proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah salah satu pilihan (choice) yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. 56 57 Suharnan. Psikologi kognitif. 2005 hal. 23 N.J. Setiadi. Perilaku Konsumen. 2008 hal. 415 37 Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk58 menyatakan bahwa keputusan membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memlih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan individu dalam pemilihan alternarif perilaku yang sesuai dari dua alternarif perilaku atau lebih dan dianggap sebagai tindakan yang paling tepat dalam membeli dengan terlebih dahulu melalui tahapan proses pengambilan keputusan. Adapun tahap-tahap pengambilan keputusan konsumen menurut Schiffman dan kanuk59 yang dapat dilihat dalam Model Keputusan Konsumen yaitu” a. Pencarian kebutuhan (need recognition) terjadi ketika seseorang berhadapan dengan masalah. Contoh Lydia seorang lulusan SMU melamar disebuah perusahaan asing yang memberikan peluang bagi orang-orang untuk berkarir di tempat mereka. Setelah selesai melalui beberapa test psikotes dan lulus giliran menuju tahap terakhir yaitu interview dengan keputusan akhirnya perusahaan tidak dapat menerima dia saat ini dan menganjurkannya untuk mengambil kuliah sebagai sebuah pertimbangan dan syarat dari posisi yang dilamarnya. Hal ini membuat Lidya berpikir ternyata 58 LG Schiffman dan Lesley I Kanuk . Consumer Behavior Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 478 59 LG Schiffman dan Lesley I Kanuk . Consumer Behavior Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483‐488 38 untuk dapat diterima diperusahaan dengan posisi yang di inginkan membutuhkan sebuah peningkatan kualitas diri yaitu melalui akademik ke tingkat perguruan tinggi. b. Pencarian sebelum membeli (purchase search) Pencarian pra pembelian dimulai ketika konsumen merasakan kebutuhan yang mungkin dipenuhi oleh pembelian dan konsumsi produk. Ingatan pengalaman masa lalu (diambil dari penyimpanan memori jangka panjang) mungkin memberikan konsumen informasi yang cukup untuk membuat pilihan. c. Evaluasi alternatif (evaluation of alternatives) Proses pengambilan keputusan berhubungan dengan Experience, dan bidang psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan tingkah laku). Ketika mengevaluasi alternatif potensial, konsumen cenderung menggunakan dua jenis informasi: pertama, “daftar” merek dari yang mereka renacanakan sebagai pilihan mereka dan kedua kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi setiap merek. Membuat pilihan dari semua sampel brand merupakan karakter manusia dalam membantu menyederhanakan proses pengambilan keputusan. d. Keputusan pembelian terkait erat dengan dua aktivitas keputusan: pertama perilaku pembelian, dimana konsumen membuat tiga jenis pembelian yaitu pembelian percobaan, pembelian berulang, dan pembelian komitmen jangka panjang. Kedua evaluasi pasca 39 pembelian sebagai konsumen menggunakan produk, terutama selama pembelian percobaan mereka memperjelas apa yang menjadi harapan mereka. Ada tiga kemungkinan dari evaluasi tersebut: 1. Sebenarnya kecocokan harapan, mengarah pada perasaan netral; 2. Melebihi harapan, menyebabkan apa yang disebut sebagai harapan diskonfirmasi positif; 3. Dibawah harapan atau ekspektasi, menyebabkan harapan diskonfirmasi negative dan ketidakpuasan. Apa yang digambarkan oleh Schiffman & Kanuk mengenai keputusan pembelian tidak jauh berbeda dengan tahapan-tahapan pengambilan keputusan Kotler & keller seperti pada gambar 2.4 berikut ini. Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Membeli Sumber: Kotler & Keller, 2011 Perilaku sesudah membeli Gambar 2.4 Tahap-tahap Keputusan Pembelian Kotler dan Keller60 menjelaskan dalam melaksanakan suatu proses pengambilan keputusan pembelian, biasanya konsumen akan melalui beberapa tahap yaitu: tahap pengenalan, kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli dan perilaku setelah membeli. Proses pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell dan Miniard dalam Ginting dan Sianturi61 pada jurnal yang berjudul pengambilan keputusan pembelian ditinjau dari gaya hidup value minded meliputi 5 tahapan, yaitu: 60 61 Philip Kotler Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran, Edisi 14. 2011 hal. 166 Jaya E.D.Ginting dan B.O. Sianturi Pengambilan keputusan membeli ditinjau dari gaya hidup value‐minded. Jurnal Psikologia Vol. 1.Medan. 2005 40 1. Pengenalan Kebutuhan Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebgai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan dnegan keadaan sebenarnya yang akan membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. 2. Pencarian Informasi Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya adalah pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal, maka proses pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Informasi tersebut dapat berupa: 3. Sumber pribadi seperti opini dan Sikap dari teman, kenalan dan keluarga, Sumber bebas seperti kelompok Konsumen dan badan pemerintah Sumber pemasaran seperti karyawan Penjualan dan iklan Sumber pengalaman langsung seperti mencoba langsung jasa Evaluasi Alternatif Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi pilihan serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan. 41 4. Pembelian Konsumen melakukan pembelian berdasarkan alternatif yang telah dipilih. 5. Konsumsi Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian. Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau menggunakan jasa. 2.5 Hipotesis Penelitian ini menyelidiki keputusan menjadi mahasiswa yang merupakan variabel dependen. Adapun variabel independennya adalah pengaruh motivasi dan gaya hidup. Berdasarkan uraian teori motivasi, dan gaya hidup dengan keputusan pembelian, maka dapat disusun hipotesa penelitian sebagai berikut: Hipotesa Utama untuk menjawab tujuan penelitian, sebagai berikut: H1 : Ada pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Ho : Tidak ada pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Untuk menjawab Hipotesa utama tersebut maka dibagi kembali menjadi beberapa variabel, sbb: a. Ha : Ada pengaruh antara motivasi terhadap keputusan menjadi mahasiswa . 42 Ho : Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap keputusan menjadi mahasiswa. b. Ha : Ada pengaruh antara gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Ho : Tidak ada pengaruh antara gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. c. Ha : Ada pengaruh antara motivasi terhadap gaya hidup. Ho : Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap gaya hidup. Gambar 2.5 Pengaruh Motivasi dan Gaya Hidup terhadap Keputusan Manjadi Mahasiswa MOTIVASI KEPUTUSAN MENJADI MAHASISWA GAYA HIDUP Sumber: Pengolahan data primer, 2015 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh penulis sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti menggunakan metode penelitian eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono metode eksplanatif adalah metode explanatory survey merupakan metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data yang diambil dari sampel populasi tersebut, sehingga ditemukan dekripsi dan hubungan-hubungan antar Variabel.62 Sedangkan metode kuantitatif masih menurut Sugiono merupakan metode penelitian berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument peneliltian, analisis data bersifat kuantitatif atu statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.63 Tujuan dari metode eksplanatif kuantitatif ini yaitu membuat uraian yang sistematis mengenai fakta-fakta dari objek yang diteliti kemudian menggabungkan hubungan antar variabel yang telibat didalamnya. 62 63 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2008 hal. 1 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2010 hal. 8 43 44 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Berdasarkan informasi tersebut, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode survei dengan bantuan kuesioner, dimana respondennya adalah mahasiswa kelas PKK Universitas Mercu Buana – Menteng, Jakarta Pusat. Penelitian ini digunakan untuk menguji variabel X1, X2 terhadap Y yang diteliti. Kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris dan sistematis guna memperoleh data-data tepat sehingga dapat dijadikan sebagai sebuah informasi yang penting dan berguna dalam proses penyusunan suatu penelitian. Data yang dibutuhkan merupakan data yang sesuai dengan masalahmasalah yang ada dan dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut ditarik kesimpulan. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup, dan waktu yang sudah ditentukan. Menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari 45 dan kemudian ditarik kesimpulannya.64 Dengan kata lain data ini merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi penelitian ini adalah para mahasiswa kelas PKK angkatan 2011 sampai dengan 2013. Tabel 3.1 Daftar Mahasiswa Aktif Kelas PKK UMB - Menteng No. 1 2 3 4 Fakultas Ilmu Komunikasi Ilmu Ekonomi & Bisnis Ilmu Komputer Pasca Sarjana Jumlah Tahun angkatan 2011 Jumlah siswa 171 2012 232 2013 219 2011 169 2012 329 2013 507 2011 79 2012 138 2013 175 2011 217 2012 456 2013 460 3152 Sumber: Pengolahan data primer 3.3.2 Sampel Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.65 Sebagai sumber data sampel dianggap penting untuk mendukung penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah Insidental 64 65 Jonathan Sarwono. Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Jakarta. 2010 hal. 35 Kasmadi dan Nia Siti Sunariahi. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Jakarta. 2013 hal 66 46 sampling / nonprobability sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.66 Sampel penelitian adalah para mahasiswa angkatan tahun 2011 sampai dengan 2013. Angkatan ini dipilih karena mereka tergolong telah melakukan aktivitas pemilihan perguruan tinggi. Merujuk pada Suharsimi Arikunto67 mengemukakan, apabila subjek populasi lebih dari 100, maka sampel dapat diambil antara 10% sampai 15%. Tabel 3.2 Perolehan Sampel Sampel No. Fakultas Populasi Terjangkau Perhitungan Jumlah Sampel Pembulatan 1 Ilmu Komunikasi 171 171/3152 x 315 17.1 18 232 232/3152 x 315 23.2 24 219 219/3152 x 315 21.2 22 169 169/3152 x 315 16.9 17 329 329/3152 x 315 32.9 33 507 507/3152 x 315 50.1 51 79 79/3152 x 315 7.9 8 138 138/3152 x 315 13.8 14 175 175/3152 x 315 17.5 18 217 217/3152 x 315 21.7 22 456 456/3152 x 315 45.6 46 460 460/3152 x 315 45.9 46 2 3 4 Ilmu Ekonomi Ilmu Komputer Pasca Sarjana Jumlah 3152 318 Sumber: Pengolahan data primer 66 67 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2011 hal. 67 Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. 2006 hal 131 47 Dari jumlah populasi di Universitas Mercu Buana Menteng jakarta pusat adalah 3152 orang maka perolehan sampel di atas sebanyak 318 orang. Kemudian dari jumlah sampel yang didapat diberikan kuesioner yang akan diisi oleh masingmasing responden untuk memperoleh validitas data. 3.4 Definisi Konsep & Operasionalisasi Konsep 3.4.1 Definisi Konsep Berdasarkan teori-teori yang diuraikan pada bab sebelumnya, definisi koseptual dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Motivasi merupakan bagian yang mendorong seorang calon mahasiswa untuk meningkatkan kualitas diri dan menyadari betapa pentingnya sebuah pendidikan. Dorongan ini dapat timbul dari faktor internal maupun faktor eksternal, sebagai sebuah kebutuhan akan aktualisasi diri. Dorongan berprestasi, dorongan berkuasa dan dorongan berafiliasi atau bersahabat. b. Gaya hidup menjadi seorang sarjana memiliki status yang berbeda. Mahasiswa menghabiskan waktu, kesenangan dan memiliki opini pentingnya sebuah penghargaan yaitu gelar sebagai sarjana. Membuat mereka menjadi lebih percaya diri dalam lingkungan sosialnya. c. Keputusan menjadi Mahasiswa melalui sebuah proses mengetahui apa yang menjadi kebutuhan, mendapatkan informasi, mengevaluasi pilihan alternatif hingga pada akhir melakukan pembelian, mahasiswa memutuskan untuk kuliah. 48 3.4.2 Operasionalisasi Konsep Dalam penelitian ini perlu diketahui operasional konsep dari setiap variabel untuk menghindari ketidak jelasan arti variabel-variabel yang akan diteliti. Operasional konsep dari variabel-variabe1 (tabel 3.3) tersebut dinyatakan sebagai berikut: 1. Motivasi (variabel X1) 2. Gaya hidup (variabel X2) 3. Keputusan menjadi Mahasiswa (variabel Y1) Tabel 3.3 Operasional Konsep Konsep Variabel Perilaku Konsumen Motivasi Gaya hidup Keputusan Pembelian Dimensi Dorongan menjadi yang terbaik Dorongan mencapai n-Ach keberhasilan Dorongan berjuang untuk sukses. Dorongan untuk menduduki posisi n-Pow penting dalam pekerjaan Dorongan untuk menjalin n-Affil hubungan sosial dan bersahabat Menghabiskan waktu untuk Activity menjalankan yang disukai Tertarik untuk kuliah sambil Interest kerja. Pengunaan system digital Menjadi Sarjana menambah rasa Opinion percaya diri dalam lingkungan sosial Kemudahan memperoleh Evaluation of informasi. alternative Melakukan evaluasi terhadap alternative yang ada. Memutuskan untuk melakukan Purchase pembelian. Sumber: Pengolahan data primer Indikator Skala pengungkuran Linkert Linkert Linkert Linkert Linkert Linkert Linkert Linkert 49 3.5 Validasi dan Reliabilitas 3.5.1 Uji Validasi Validasi adalah derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti,68 sedangkan Simamora berpendapat bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.69 Pengujian validitas digunakan untuk mengukur setiap butir pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner digunakan analisa item, yaitu mengkorelasikan skor setiap butir item dengan skor totalnya, dengan rumus korelasi Product Moment Pearson dengan Level signifikasi 5% = 0,05.70 3.5.2 Uji Reliabilitas Menurut Sugiyono71 Realibilitas adalah derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Simamora72 berpendapat bahwa, reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner. Kuesioner yang reliabel atau handal kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Instrumen dapat dikatakan reliabel jika perhitungan validitas lebih besar dari nilai kritisnya pada taraf signifikan 0,05 (a = 5%) dan dengan menggunakan uji Cronbach Alpha, suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. 68 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. 2008 hal 455. B. Simamora. Riset pemasaran. Jakarta. 2004 hal 172. 70 Ibid. 180 71 Sugiyono, op.cit., 456. 72 Simamora, op.cit., 171. 69 50 3.6 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang digunakan oleh peneliti merupakan data yang bersifat kuantitatif karena dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap besaran atas variabel yang mewakilinya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. 3.6.1 Data Primer Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Sugiono menyatakan bahwa: “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”73. Data primer yang diperoleh dengan cara menggunakan angket dengan para mahasiswa kelas PKK Universitas Mercu Buana - Menteng, Jakarta pusat. Fakultas Ilmu Komunikasi, Ekonomi & Bisnis, Ilmu Komputer dan Pasca Sarjana angkatan tahun 2011–2013 yang tercatat sebagai mahasiswa aktif. 3.6.2 Data Sekunder Menurut Sugiono pengertian dari data sekunder adalah “Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang atau lewat dokumen”74. Data sekunder antara lain disajikan dalam bentuk data-data, tabel-tabel, diagram-diagram atau mengenai topik penelitian. Data ini merupakan data yang berhubungan secara langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan 73 74 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. 2010 hal. 137. Ibid. 51 bersumber dari Universitas Mercu Buana yaitu, gambaran umum objek penelitian, visi dan misi, struktur organisasi, data mahasiswa aktif kelas karyawan kampus B Menteng 2011-2013. Hasil searching di internet menenai artikel-artikel, dan jurnal yang digunakan peneliti sebagai bahan penelitian yang dilakukan. 3.7 Tekhnik Analisa Data Berdasarkan jenis data yang telah diperoleh pada penelitian ini maka teknik atau analisa data yang dipergunakan adalah data kuantitatif yaitu dengan mengolah dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk dipresentasikan hasil perolehan data kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik eksplanasi dan presentasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan: a. Editing Editing yaitu menggedit jawaban bila mana ada para mahasiswa yang mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti terlewatkan dengan kata lain jawaban yang diberikan tidak lengkap. Kuesioner/angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang memerlukan tanggapan baik kesesuaian maupun ketidaksesuaian dari sikap testi75. Dalam hal ini, peneliti memberikan kuesioner kepada 318 responden dari Universitas Mercu Buana Menteng Jakarta Pusat. b. Coding Coding adalah upaya memilah-milah setiap satuan data ke dalam bagian- bagian yang memiliki kesamaan.76 Dalam penelitian ini Pengukuran tingkat 75 76 Kasmadi dan Sunariah Nia Siti. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. 2013 hal 70. Rahmadi dan Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) Bandung: Remaja Rosda Karya. 2011 hl. 288 52 persetujuan menggunakan skala yang dikembangkan dari skala Likert yang merupakan skala interval.77 Skala dalam penelitian ini menggunakan 5 poin skala yang diberikan bobot nilai, seperti dalam tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4 Skala Likert Jawaban Nilai Sangat Setuju 5 Setuju 4 Netral 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: Sekaran, 2006 c. Analisis Statistik Annalisis statistik dibagi menjadi beberapa tahap yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Validitas Sebelum menyebarkan kuesioner yang sesungguhnya peneliti terlebih dahulu melakukan analisis validitas. Dengan menggunakan rumus korelasi product moment dibantu dengan program Spss 17.0. Pernyataan dinyatakan valid dengan cara membandingkan r (korelasi) hitung dengan r tabel dimana r tabel dari signifikansi 5% dan jumlah responden (n) 25 orang yaitu: 0.396. Kriteria valid atau tidak, harus membandingkan nilai r hitung pada tiap-tiap pernyataan harus lebih besar dari r tabel (P01 r hitung > r tabel), selengkapnya dapat kita lihat pada tabel 3.5 berikut: 77 Uma Sekaran. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4. 2006 hal. 6 53 Tabel 3.5 Uji Validitas Pernyataan r hitung r tabel Keterangan P01 P02 P03 P04 P05 P06 P07 P08 P09 P10 P11 P12 P13 P14 P15 0.510 0.434 0.433 0.478 0.528 0.553 0.636 0.645 0.650 0.691 0.649 0.463 0.562 0.496 0.620 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 0.396 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber: Pengolahan dengan SPSS 17.0 2. Uji Reabilitas Selain dilakukan uji validitas, instrument penelitian yang berupa kuesioner juga diuji reliabilitasnya. Hasil uji reliabilitas dapat dikatakan reliabel jika perhitungan validitas lebih besar dari nilai kritisnya pada taraf signifikan 0,05 (a = 5%) dan dengan menggunakan uji Cronbach Alpha, suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Dari tabel perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS 17. 0 dapat diketahui bahwa nilai Cronbanh’s Alpha sebesar 0.897. Dikatakan reliabel karena nilainya lebih besar dari 0.60 (0.897 > 0.60). 54 Tabel 3.6 Uji Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .888 15 Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0 3. Uji Korelasi dan Regresi Kemudian langkah berikutnya adalah menggunakan korelasi pearson product moment untuk mengetahui derajat hubungan dan kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Kemudian untuk mencari besarnya hubungan dan kontribusi dua variable bebas atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan varibel terikat digunakan analisis multiple correlation.78 Rumus Korelasi Ganda: R yx1x2 ryx2 1 ryx2 2 2 ryx1 ryx2 rx1x2 1 rx21x2 dimana : R yx1x2 = nilai koefisien korelasi ganda antara varabel X1 dan X2 r yx1 = koefisien korelasi X1 terhadap Y r yx2 = koefisien korelasi X2 terhadap Y rx1x2 = koefisien korelasi X1 terhadap X2 Korelasi bilangan yang menyatakan kuat dan rendah hubungan disebut koefisien hubungan atau koefisien korelasi. Koefisien korelasi itu berkisar antara - 78 Riduwan dan H. Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis, cet. I, Bandung. 2007 hal. 348 55 0.00 dan +1.00 (korelasi positif) dan atau diantara 0.00 sampai - 1.00 (korelasi negative), tergantung pada arah hubungan positif atau negatif. Koefisien yang bertanda positif menunjukkan bahwa arah korelasi tersebut positif, dan koefisien bertanda negative menunjukkan arah korelasi yang negative. Sedangkan koefisien yang bernilai 0.00 menunjukkan tidak adanya korelasi antara variabel X dan Y. Bila mana dua variabel mempunyai keofisien korelasi, sebesar +1.00 maka berarti bahwa dua variabel tersebut mempunyai korelasi positif yang sempurna. Sebaliknya bilamana dua variabel tersebut mempunyai koefisien korelasi -1.00, maka berarti dua variabel tersebut memiliki korelasi negatif yang sempurna. Korelasi yang sempurna semacam itu sangat jarang sekali dijumpai dalam praktik penyelidikan / penelitian. Korelasi antara dua variabel pada umumnya akan berkisar antara +1.00 sampai dengan -1.00 seperti terdapat pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Acuan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat Kuat Sumber: Kasmadi dan Sunariah (2013, 89) Karena peneliti menggunakan variabel independen lebih dari satu dengan satu variabel dependen maka menurut Trihendradi79 dilakukan uji regresi linear berganda untuk meramalkan suatu variabel dependen (keputusan menjadi 79 C. Trihendradi. Step By Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Adi. 2009 hal. 212 56 mahasiswa) berdasar atau lebih variabel independen (motivasi dan gaya hidup), dalam suatu persamaan linear. Rumus persamaan regresi ganda, sebagai berikut: Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn Y = Variabel terikat a = Konstanta b1, b2 = Koefisien regresi X1, X2 = variabel bebas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Setelah melalui persiapan pendirian dan studi kelayakan, dengan Nomor : 010/KET/YMB/VI/85 tanggal 12 Juni 1985, Yayasan mengajukan permohonan izin mendirikan Universitas Mercu Buana (UMB) kepada Kopertis Wilayah III. Berdasarkan surat Nomor : 15/KOP.III/S.VI/85 yang ditandatangani oleh Prof. Dr. Boesjra Zahir (almarhum), pada tanggal 18 Juni 1985, Kopertis Wilayah III menyetujui dan memberikan izin "Operasional" kepada Universitas Mercu Buana. Pada tanggal 22 Oktober 1985 Universitas Mercu Buana secara resmi dinyatakan berdiri, dengan Fakultas dan Jurusan sebagai berikut: 1. Fakultas Tehnik, Jurusan Teknik Arsitektur dan Jurusan Teknik Sipil. 2. Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Agrobisnis) dan Jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi). 3. Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen dan Jurusan Akuntansi. Jumlah mahsiswa pada tahun pertama tersebut sebanyak 118 orang. Satu tahun kemudian, berdasarkan hasil eveluasi Kopertis Wilayah III, keenam jurusan yang ada memperoleh Status "Terdaftar" dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Surat Keputusan Nomor: 0507/1986. Dalam rangka memenuhi tuntutan perkembangan pendidikan di masyarakat, dengan izin "Operasional" dari Kopertis Wilayah III Nomor: 12/Kop.III/S.VI/86 tanggal 5 Juni 1986, pada tahun akademik 1986/1987 Fakultas Teknik membuka Jurusan Teknik Mesin dan Fakultas 57 58 Pertanian membuka Jurusan Mekanisasi Pertanian. Selanjutnya pada tahun akademik 1987/1988, Fakultas Teknik membuka Jurusan Teknik Elektro. Memasuki tahun akademik 1988/1989 terjadi perkembangan baru di Universitas Mercu Buana. Berdasarkan usulan Ketua Yayasan Menara Bhakti dengan persetujuan Kopertis Wilayah III, Akademi Wiraswasta Dewantara dinyatakan bergabung kedalam Universitas Mercu Buana. Pendidikan akademi tersebut menjadi Program D3 Manajemen Perusahaan di bawah Fakultas Ekonomi dengan status "Terdaftar". Akhirnya, berkat kesungguhan tersebut serta bimbingan Kopertis Wilayah III, maka pada 28 April 1992 dengan SK Dirjen Dikti Nomor : 163/DIKTI/Kep/ 1992 seluruh jurusan di Universitas Mercu Buana memperoleh Status "Disamakan". Dalam Mengantisipasi SK Mendikbud Nomor : 0686/U/1991 yang mensyaratkan di setiap Universitas minimal terdiri dari 3 Fakultas Eksakta dan 2 Fakultas Sosial, maka melalui berbagai persiapan yang didahului dengan studi kelayakan, Universitas Mercu Buana mengembangkan fakultas dan jurusan baru. Pada tahun akademik 1994/1995 Universitas Mercu Buana telah mempunyai 5 fakultas dengan 13 jurusan, tahun 2000/2001 telah dibuka Jurusan Teknik Industri dibawah Fakultas Teknologi Industri berdasarkan keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 290/DIKTI/Kep/2000 dengan status "Terdaftar".Pada Tahun 2002 Universitas Mercu Buana membuka program kelas karyawan untuk angkatan pertama dan terus berkembang hingga saat ini. Saat ini Universitas Mercu Buana telah memiliki 4 kampus diantaranya: Kampus A yang berlokasi di jalan Raya Meruya Selatan – Jakarta Barat, Kampus B yang berlokasi di jalan Menteng Raya 59 – Jakarta Pusat, Kampus C yang berlokasi di jalan Margonda Raya – Depok, dan Kampus D yang berlokasi di jalan Raya Keranggan – Bekasi. Universitas Mercu Buana memiliki Visi dan Misi sebagaimana dijelaskan berikut: a. Visi Universitas Mercu Buana Menjadi universitas unggul dan terkemuka untuk menghasilkan tenaga professional yang memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat dalam persaingan global. b. Misi Universitas Mercu Buana Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan menciptakan serta menerapkan keunggulan akademik untuk menghasilkan tenaga professional dan lulusan yang memenuhi standar kualitas kerja yang disyaratkan.Menerapkan manajemen pendidikan tinggi yang efektif dan efisien dan mengembangkan jaringan kerjasama dengan industri dan kemitraan yang berkelanjutan sebagai respon atas perubahan arus dan daya saing global. Mengembangkan kompetensi dan menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan etika professional kepada para mahasiswa dan staf yang memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas hidup. Universitas Mercu Buana melakukan kegiatan marketing dengan tujuan sebagai berikut: 1. Memiliki integritas (kesamaan antara pikiran, perkataan dan perbuatan, kejujuran, kerja keras, kedisiplinan, iklas, bertanggung jawab), serta menerapkan etika etika profesi dalam menjalankan tugas 60 serta tanggung jawab dalam dunia kerja khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2. Memiliki pengetahuan dan kemampuan sebagai komunikator / fasilitator / mediator serta inovator/kreator di bidang komunikasi dengan 3. memanfaat-kan teknologi informasi serta menggunakan bahasa Inggris. 4. Memiliki pengetahuan, kemampuan serta perilaku kerja yang gigih (tidak mudah menyerah), tuntas, membangun kerjasama tim, untuk mengelola dan memproduksi program-program komunikasi dengan mengembangkan wawasan dan kajian budaya / kearifan lokal. 5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan berfikir analitis, kritis untuk melakukan kajian/penelitian dalam bidang komunikasi dalam rangka memperkaya/ mengembangkan teori, metode dan model komunikasi. 6. Memiliki : jiwa enterpreneurship, sifat terbuka, kreatif, inovatif dan adaptif, dan keinginan untuk belajar sepanjang hayat, di bidang komunikasi. 7. Memiliki kemampuan akademik yang baik untuk meneruskan ke jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi (Strata – 2 dan Strata – 3) di bidang Ilmu Komunikasi. 4.2. Hasil Penelitian Dalam hasil penelitian ini peneliti akan menguraikan data hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yaitu pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik 61 menyebarkan kuesioner disebarkan oleh peneliti pada mahasiswa kelas karyawan Universita Mercu Buana – Menteng. Para responden ini diharuskan menjawab tiga pertanyaan sebelum melanjutkan ke pernyataan berikutnya yang merupakan focus penelitian peneliti yang terdiri 3 bagian besar yaitu motivasi, gaya hidup, dan keputusan menjadi mahasiswa yang dipecah menjadi beberapa pertanyaan total pertanyaan ada 15 pernyataan. 4.2.1. Data Responden Data responden yang dikumpulkan oleh peneliti terdiri dari jurusan dan tahun masuk dan merupakan mahasiswa aktif di Universitas Mercu Buana – Menteng, responden dipilih berdasarkan aksidental namun tetap sesuai dengan jumlah yang ditetapkan sesuai dengan perhitungan perolehan sampel yang terdapat dalam Bab III, selanjutnya dapat di lihat pada tabel 4.1. Table 4.1 Data Responden No. 1 2 3 4 Fakultas Ilmu Komunikasi Ilmu Ekonomi Ilmu Komputer Pasca Sarjana Jumlah Tahun Angkatan Jumlah Responden 2011 18 2012 24 2013 22 2011 17 2012 33 2013 51 2011 8 2012 14 2013 18 2011 22 2012 46 2013 46 318 Sumber : Pengolahan diperoleh dari perhitungan sampel pada bab III hl. 46 62 4.2.2. Variabel X1 - Motivasi Setelah mengisi data responden maka selanjutnya responden diminta untuk memberikan pendapatnya yang berhubungan dengan variabel independen yaitu variabel X1 - motivasi untuk mengetahui apakah mereka memiliki pandangan yang sama dengan peneliti. Adapun pernyataan yang berkenaan dengan variabel motivasi ada 6 (enam) pernyataan, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut: Table 4.2 Kuliah penting bagi logika saya Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Netral 14 4.4 4.4 4.4 Setuju 147 46.2 46.2 50.6 Sangat setuju 157 49.4 49.4 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 1 Berdasarkan tabel 4.2 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban netral 14 orang (4.4%), yang memilih jawaban setuju 147 orang (46.2%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 157 orang (49.4%). Tabel 4.3 Kuliah penting bagi penambahan skill/keterampilan saya Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak setuju 15 4.7 4.7 4.7 Netral 48 15.1 15.1 19.8 Setuju 142 44.7 44.7 64.5 Sangat setuju 113 35.5 35.5 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.2 Berdasarkan tabel 4.3 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 15 orang (4.7%), yang memilih jawaban netral 48 63 orang (15.1%), yang memilih jawaban setuju 142 orang (44.7%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 113 orang (35.5%). Tabel 4.4 Demi peningkatan karir ditempat kerja, kuliah sambil bekerja Frequency Percent Valid Percent Valid Tidak setuju Netral Cumulative Percent 19 6.0 6.0 6.0 49 15.4 15.4 21.4 Setuju 146 45.9 45.9 67.3 Sangat setuju 104 32.7 32.7 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.3 Berdasarkan tabel 4.4 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 19 orang (6.0%), yang memilih jawaban netral 49 orang (15.4%), yang memilih jawaban setuju 146 orang (45.9%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 104 orang (32.7%). Tabel 4.5 Memperoleh gelar sarjana menambah income saya Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak setuju 16 5.0 5.0 5.0 Netral 66 20.8 20.8 25.8 Setuju 109 34.3 34.3 60.1 Sangat setuju 127 39.9 39.9 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.4 Berdasarkan tabel 4.5 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 16 orang (5%), yang memilih jawaban netral 66 orang (20.8%), yang memilih jawaban setuju 109 orang (34.3%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 127 orang (39.9%). 64 Tabel 4.6 Dengan mendapat gelar sarjana saya mendapat jabatan Frequency Percent Valid Percent Valid Tidak setuju Netral Cumulative Percent 22 6.9 6.9 6.9 74 23.3 23.3 30.2 Setuju 106 33.3 33.3 63.5 Sangat setuju 116 36.5 36.5 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.5 Berdasarkan tabel 4.6 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 22 orang (22%), yang memilih jawaban netral 74 orang (23.3%), yang memilih jawaban setuju 106 orang (33.3%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 116 orang (36.5%). Tabel 4.7 Kuliah sambil bekerja memperluas pergaulan dan relasi Frequency Percent Valid Percent Valid Sangat tidak setuju Cumulative Percent 2 .6 .6 .6 Netral 9 2.8 2.8 3.5 Setuju 75 23.6 23.6 27.0 Sangat setuju 232 73.0 73.0 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 6 Berdasarkan tabel 4.7 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban sangat tidak setuju 2 orang (0.6%), yang memilih jawaban netral 9 orang (2.8%), yang memilih jawaban setuju 75 orang (23.6%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 232 orang (73.0%). 65 4.2.3 Variabel X2 - Gaya Hidup Selanjutnya variabel independen lain yaitu variabel X2 - Gaya Hidup penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah gaya hidup menjadi pengaruh bagi para mahasiswa dalam mengambil keputusan menjadi mahasiswa kelas karyawan Universitas Mercu Buana. Maka peneliti membuat beberapa pernyataan sesuai dengan operasional konsep. Pernyataan di bagi menjadi 4 (empat) nomor, selengkapnya dapat di lihat pada tabel-tabel di bawah: Tabel 4.8 Kuliah sambil bekerja membuat aktivitas hidup berkualitas Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat tidak setuju 1 .3 .3 .3 Tidak setuju 6 1.9 1.9 2.2 Netral 27 8.5 8.5 10.7 Setuju 109 34.3 34.3 45.0 Sangat setuju 175 55.0 55.0 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 7 Berdasarkan tabel 4.8 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban sangat tidak setuju 1 orang (0.3%), yang memilih jawaban tidak setuju 6 orang (1.9%), yang memilih netral 27 orang (8.5%), yang memilih jawaban setuju 109 orang (34.3%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 175 orang (55.0%). 66 Tabel 4.9 Mencari Universitas yang memiliki program kelas karyawan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak setuju 5 1.6 1.6 1.6 Netral 74 23.3 23.3 24.8 Setuju 132 41.5 41.5 66.4 Sangat setuju 107 33.6 33.6 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 8 Berdasarkan tabel 4.9 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 5 orang (1.6%), yang memilih jawaban netral 74 orang (23.3%), yang memilih jawaban setuju 132 orang (41.5%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 107 orang (33.6%). Tabel 4.10 Senang kuliah dengan menggunakan sistem e-learning Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak setuju 34 10.7 10.7 10.7 Netral 89 28.0 28.0 38.7 Setuju 130 40.9 40.9 79.6 65 20.4 20.4 100.0 318 100.0 100.0 Sangat setuju Total Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 9 Berdasarkan tabel 4.10 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 34 orang (10.7%), yang memilih jawaban netral 89 orang (28%), yang memilih jawaban setuju 130 orang (40.9%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 65 orang (20.4%). 67 Tabel 4.11 Menjadi sarjana menambah kepercayaan diri dalam lingkungan sosial Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak setuju 3 .9 .9 .9 Netral 78 24.5 24.5 25.5 Setuju 118 37.1 37.1 62.6 Sangat setuju 119 37.4 37.4 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no. 10 Berdasarkan tabel 4.11 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 3 orang (0.9%), yang memilih jawaban netral 78 orang (24.5%), yang memilih jawaban setuju 118 orang (37.1%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 119 orang (37.4%). 4.2.4 Variabel Y - Keputusan menjadi Mahasiswa Keputusan menjadi mahasiswa merupakan saat dimana seseorang melakukan evaluasi hingga pada akhirnya eksekusi atau memutuskan universitas apa yang hendak di tujunya. Maka penulis memberikan 5 (lima) nomor pernyataan yang bersangkutan dengan Universitas Mercu Buana - Menteng yang membuat responden melakukan keputusan menajadi mahasiswa. Tentu ada point-point yang telah disuaikan dengan operasinal konsep yang dibuat oleh peneliti. Point yang mendorong para responden yang pada akhirnya memilih Universitas Mercu Buana - Menteng bukan universitas lainnya. Selngkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini, untuk mengetahui apakah responden memiliki pendapat yang sama dengan peneliti: 68 Tabel 4.12 Mudah mendapatkan informasi mengenai UMB Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tidak setuju 10 3.1 3.1 3.1 Netral 116 36.5 36.5 39.6 Setuju 142 44.7 44.7 84.3 50 15.7 15.7 100.0 318 100.0 100.0 Sangat setuju Total Sumber: Pengolahan data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.11 Berdasarkan tabel 4.12 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 10 orang (3.1%), yang memilih jawaban netral 116 orang (36.5%), yang memilih jawaban setuju 142 orang (44.7%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 50 orang (15.7%). Tabel 4.13 Biaya kuliah di UMB dengan sistem cicilan lebih terjangkau Frequency Percent Valid Percent Valid Sangat tidak setuju Tidak setuju Cumulative Percent 6 1.9 1.9 1.9 21 6.6 6.6 8.5 Netral 104 32.7 32.7 41.2 Setuju 125 39.3 39.3 80.5 62 19.5 19.5 100.0 318 100.0 100.0 Sangat setuju Total Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.12 Berdasarkan tabel 4.13 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban sangat tidak setuju 6 orang (1.9%), yang memilih jawaban tidak setuju 21 orang (6.6%), yang memilih jawaban netral 104 orang (32.7%), yang memilih jawaban setuju 125 orang (39.3%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 62 orang (19.5%). 69 Tabel 4.14 UMB menjadi tujuan utama setelah membandingkan dengan universitas lain Cumulative Percent Frequency Percent Valid Percent Valid Tidak setuju 5 1.6 1.6 1.6 Netral 111 34.9 34.9 36.5 Setuju 174 54.7 54.7 91.2 28 8.8 8.8 100.0 318 100.0 100.0 Sangat setuju Total Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.13 Berdasarkan tabel 4.14 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban tidak setuju 5 orang (1.6%), yang memilih jawaban netral 111 orang (34.9%), yang memilih jawaban setuju 174 orang (54.7%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 28 orang (8.8%). Tabel 4.15 Letak yang strategis dan dipinggir jalan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat tidak setuju 3 .9 .9 .9 Tidak setuju 3 .9 .9 1.9 Netral 77 24.2 24.2 26.1 Setuju 118 37.1 37.1 63.2 Sangat setuju 117 36.8 36.8 100.0 Total 318 100.0 100.0 Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no.14 Berdasarkan tabel 4.15 memperlihatkan bahwa frekuensi jawaban responden yang memilih jawaban sangat tidak setuju 3 orang (0.9%), yang memilih jawaban tidak setuju 3 orang (0.9%), yang memilih jawaban netral 77 orang (24.2%), yang 70 memilih jawaban setuju 118 orang (37.1%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 117 orang (36.8%). Tabel 4.16 Kegiatan promosi yang dilakukan UMB berhasil membuat saya tertarik kuliah di tempat ini. Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Sangat tidak setuju 8 2.5 2.5 2.5 Tidak setuju 29 9.1 9.1 11.6 Netral 127 39.9 39.9 51.6 Setuju 120 37.7 37.7 89.3 34 10.7 10.7 100.0 318 100.0 100.0 Sangat setuju Total Sumber: Pengolaha data dengan SPSS 17.00 dari Kuesioner no15 Berdasarkan tabel 4.16 memperlihatkan bahwa yang memilih jawaban sangat tidak setuju 8 orang (2.5%), yang memilih jawaban tidak setuju 29 orang (9.1%), yang memilih jawaban netral 128 orang (40.3%), yang memilih jawaban setuju 119 orang (37.4%), sedangkan yang memilih jawaban sangat setuju 34 orang (10.7%). 4.2.5. Hasil Analisis Statistik Uji statistik, menggunakan analisi korelasi dan regresi. Analisa ini mendapatkan nantinya suatu angka yang dinamakan Koefisien korelasi, untuk melihat hubungan antar variabel dan menjawab hipotesa yang telah diutarakan pada Bab II (lihat hal. 41). 71 4.2.5.1 Uji Korelasi Bivariat a. Motivasi dengan Gaya hidup 1. Menentukan Ho dan Ha Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan gaya hidup Ha: Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan gaya hidup 2. Kriteria pengujian Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak 3. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan gaya hidup. b. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara Motivasi dengan Gaya hidup dapat dilihat pada tabel 4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.396 artinya memiliki hubungann positif. c. Diperoleh nilai korelasi antara motivasi dengan gaya hidup sebesar 0.396. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari Kasmadi maka nilai 0.396 berada pada interval 0.20-0.399 artinya hubungan antara motivasi dengan gaya hidup memiliki tingkat hubungan rendah. 72 b. Motivasi dengan Keputusan menjadi Mahasiswa 1. Menentukan Ho dan Ha Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan keputusan pembelian Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara motivasi dengan keputusan pembelian. 2. Kriteria pengujian Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak 3. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa. b. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara Motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa hidup dapat dilihat pada tabel 4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.433 artinya memiliki hubungan yang positif. c. Diperoleh nilai korelasi antara Motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa sebesar 0.433. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari Kasmadi maka nilai 0.433 berada pada interval 0.30-0.499 artinya hubungan 73 antara Motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa memiliki tingkat hubungan sedang. c. Gaya hidup dengan Keputusan menjadi Mahasiswa 1. Menentukan Ho dan Ha Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan keputusan pembelian Ha: Ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan keputusan pembelian 2. Kriteria pengujian Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak 3. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa. b. Berdasarkan hasil analisis korelasi antara Gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dapat dilihat pada tabel 4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.431 artinya memiliki hubungan yang positif. c. Diperoleh nilai korelasi antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa sebesar 0.431. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari Kasmadi maka 74 nilai 0.431 berada pada interval 0.30-0.499 artinya hubungan antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa memiliki tingkat hubungan sedang. Tabel 4.17 Tabel Korelasi Bivariat Correlations Total Motivasi Total Motivasi Pearson Correlation Total Gaya Hidup .396** .433** .000 .000 318 1 318 .431** .000 318 .433** 318 .431** .000 318 1 .000 318 .000 318 318 1 Sig. (2-tailed) Total Gaya Hidup Total Keputusan Pembelian N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Total Keputusan Pembelian 318 .396** **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0 Gambar 4.1 Analisa Korelasi motivasi dan gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa Motivasi Keputusan menjadi Mahasiswa Gaya hidup Sumber: Pengolahan data primer, 2015 75 4.2.5.2 Uji Korelasi Partial Berikut merupakan hasil dari uji korelasi partial dengan bantuan SPSS 17.0. Apabila salah satu variabel independen di kontrol, untuk lebih jelas dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.18 Korelasi Gaya Hidup dengan Keputusan menjadi Mahasiswa dikontrol Motivasi Total Gaya Total Keputusan Hidup Pembelian Control Variables Total Motivasi Total Gaya Hidup Total Keputusan Pembelian Correlation 1.000 .314 Significance (2tailed) . .000 df 0 315 Correlation .314 1.000 Significance (2tailed) .000 . df 315 0 Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0 Berdasarkan hasil analisis output SPSS 17.0 pada tabel 4.18, diperoleh koefisien korelasi parsial antara gaya hidup terhadap keputusan pembelian, bila variabel motivasi dikontrol diperoleh sebesar 0.314. Hubungan gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol Motivasi: 1. Menentukan Ho dan Ha Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan ketika hubungan gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi. Ha: Ada hubungan yang signifikan ketika hubungan gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi. 76 2. Kriteria pengujian Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak 3. Kesimpulan a. Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan ketika gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi. b. Berdasarkan hasil analisis korelasi ketika korelasi gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi dapat dilihat pada tabel 4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.314 adalah positif. c. Diperoleh nilai korelasi gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi sebesar 0.314. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.314 berada pada interval 0.20-0.399 artinya ketika korelasi gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi memiliki tingkat hubungan rendah. Gambar 4.2 Motivasi dikontrol hubungan gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa r = 0.431 r = 0.314 Gaya hidup Motivasi Sumber: Pengolahan data primer, 2015 Keputusan menjadi Mahasiwa 77 Berdasarkan hasil analisis output SPSS 17.0 pada tabel 4.19, diperoleh koefisien korelasi parsial antara motivasi terhadap keputusan pembelian, bila variabel gaya hidup dikontrol diperoleh sebesar 0.316. Tabel 4.19 Korelasi Motivasi dengan Keputusan menjadi Mahasiswa dikontrol Gaya Hidup Total Motivasi Control Variables Total Gaya Hidup Total Motivasi Correlation Total Keputusan Pembelian Total Keputusan Pembelian 1.000 .316 Significance (2tailed) . .000 df 0 315 Correlation .316 1.000 Significance (2tailed) .000 . df 315 0 Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0 Korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup 1. Menentukan Ho dan Ha Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup. Ha: Ada hubungan yang signifikan ketika ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup. 2. Kriteria pengujian Jika probabilitas > 0.01 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0.01 maka Ho ditolak 3. Kesimpulan 78 a. Berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup. b. Berdasarkan hasil analisis korelasi ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup dapat dilihat pada tabel 4.17 menghasilkan koefisien korelasi 0.316 adalah positif. c. Diperoleh nilai ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup sebesar 0.316. Jika di interpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.316 berada pada interval 0.20-0.399 artinya ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup memiliki tingkat hubungan rendah. Gambar 4.3 Korelasi Motivasi dengan Keputusan menjadi Mahasiswa dikontrol Gaya Hidup r = 0.433 r = 0.316 Motivasi Gaya Hidup Sumber: Pengolahan data primer, 2015 Keputusan menjadi Mahasiwa 79 4.2.5.3 Uji Regresi Berganda Analisis regresi adalah teknik analisis untuk mengetahui bagaimana variabel kriteria (Y) dapat diprediksi melalui variabel predictor (X). Regresi berganda didasarkan pada hubungan 3 variabel yakni dua variabel bebas dan satu variabel terikat.80 Dapat kita lihat hasil dari persamaan regresi seperti dalam tabel 4.20, berikut: Tabel 4.20 Persamaan Regresi Model Summary Model R .505a 1 Adjusted R Square R Square .255 Std. Error of the Estimate .250 2.323 a. Predictors: (Constant), Total Gaya Hidup, Total Motivasi ANOVAb Model 1 Sum of Squares Regression df Mean Square 580.835 2 290.417 Residual 1700.124 315 5.397 Total 2280.959 317 F 53.809 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), Total Gaya Hidup, Total Motivasi b. Dependent Variable: Total Keputusan Pembelian Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Standardized Coefficients Std. Error 4.833 1.356 Total Motivasi .295 .052 Total Gaya Hidup .392 .069 Beta t Sig. 3.565 .000 .299 5.624 .000 .303 5.692 .000 a. Dependent Variable: Total Keputusan Pembelian Sumber: Pengolahan data dari SPSS 17.0 80 Kasmadi., Sunariah, Nia Siti. 2013.Panduan Modern Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Hal. 122 80 Dengan alat bantu program SPSS 17.0, dapat dilihat dari tabel koefisien regresi diperoleh nilai komponen a = 4.833, dan nilai komponen b1 = 0.295, dan b2 = 0.392. Nilai a merupakan besarnya nilai Y apabila nilai X1 dan X2 = 0, sedangkan nilai b adalah nilai koefisien regresi Keputusan menjadi Mahasiswa (Y) atas Motivasi (X1) dan Gaya Hidup (X2). Berdasarkan hasil dari perhitungan regresi ganda maka diperoleh persamaan regresi sebagaimana dirangkum dalam tabel 4.20 Hal ini menggambarkan hubungan Motivasi (X1) dan Gaya Hidup (X2) dengan Keputusan menjadi Mahasiswa (Y). Konstanta pada kolom B = 4.833, Motivasi (X1) = 0.295, dan Gaya Hidup (X2) = 0.392. Tabel 4.21 Per. Regresi Motivasi, dan Gaya Hidup dengan Keputusan menjadi mahasiswa a 3.176 b1 0.120 b2 0.142 Pers. Regresi Ganda Ŷ = 4.833 + 0.295 + 0.392 Sumber: Pengolahan data primer, 2015 4.3. Pembahasan Hasil penelitian mengenai pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa akan dibahas dengan instrument penelitian yang telah ditetapkan. Sebagai hasil penelitian, setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan metode statistic maka dapat didikripsikan hasil penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Korelasi antara motivasi dengan gaya hidup berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan gaya hidup. Hasil 81 koefisiensi korelasi 0.396 artinya memiliki hubungan yang positif. Jika di interpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.396 berada pada interval 0.20-0.399 berarti hubungan antara motivasi dengan gaya hidup memiliki tingkat hubungan rendah. Dalam jurnalnya Sahrazad pun telah melakukan penelitian bahwa motivasi memiliki hubungan dengan gaya hidup.81 2. Korelasi antara motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan. Hasil koefisien korelasi 0.433 berarti memiliki hubungan positif. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.433 berada pada interval 0.30-0.499 artinya hubungan antara motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa memiliki tingkat hubungan sedang. Hal ini sehubungan schiffman dan kanuk jelas sekali tergambar dalam proses keputusan pembelian dimana motivasi menjadi salah satu pengaruh keputusan dari pembelian.82 3. Korelasi antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa. Hasil koefisien korelasi 0.431 berarti 81 Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526 82 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483 82 memiliki hubungan positif. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.431 berada pada interval 0.30-0.499 artinya hubungan antara gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa memiliki tingkat hubungan sedang. Tidak jauh berbeda gaya hidup memiliki pengaruh dengan keputusan pembelian digambarkan oleh Schiffman menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan terdapat dalam bagian dari kepribadian.83 4. Ketika korelasi gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa di kontrol motivasi berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan ketika gaya hidup dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol motivasi. Hasil koefisien korelasi 0.314 ketika korelasi gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa di kontrol motivasi adalah positif. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.314 berada pada interval 0.20-0.399 berarti memiliki tingkat hubungan rendah. Dilihat dari korelasi antara motivasi dan keputusan menjadi mahasiswa bernilai r = 0.433, maka gaya hidup bukan menjadi factor utama pengaruh motivasi terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Dapat dikatakan hanya sebagai faktor pengganggu hubungan atau pengaruh. Dengan kata lain gaya hidup dapat dibuang saja dalam hubungan tersebut. 84 83 84 L.G. Schiffman dan Lesley l Kanuk. Consumer Behavior, 10th edition. 2010 hal. 483 Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. 83 5. Ketika korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup berdasarkan hasil penelitian nilai probabilitas < 0.01 menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup. Hasil koefisien korelasi 0.316 berarti korelasi motivasi dengan keputusan menjadi mahasiswa dikontrol gaya hidup adalah positif. Jika diinterpretasikan kedalam tabel interval koefisien korelasi dari kasmadi maka nilai 0.316 berada pada interval 0.20-0.399 berarti memiliki tingkat hubungan rendah. Dilihat dari korelasi antara gaya hidup dan keputusan menjadi mahasiswa bernilai r = 0.431, maka motivasi bukan menjadi factor utama pengaruh motivasi terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Dapat dikatakan hanya sebagai faktor pengganggu hubungan atau pengaruh. Dengan kata lain gaya hidup dapat dibuang saja dalam hubungan tersebut. 85 6. Setalah dilakukan uji korelasi bevariat dan partial motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa didapatkan hasil analisis statistik dengan uji regresi berganda bahwa R Squere 0.255 atau sebesar 25.5% sedangkan presentasi selebihnya di pengaruhi oleh variabel lain diluar dari penelitian ini. Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526 85 Ibid. BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan: 1. Menjawab tujuan dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh motivasi dan gaya hidup yang positif dan signifikan terhadap keputusan menjadi mahasiswa Universitas Mercu Buana. 2. Hasil penelitian menujukkan bahwa ketika salah satu variabel independen dikontrol motivasi dan gaya hidup bukanlah faktor untama yang mempengaruhi keputusan menjadi mahasiswa di Universitas Mercu Buana kelas PKK - Menteng. Secara parsial motivasi dan gaya hidup memiliki pengaruh rendah terhadap variabel keputusan menjadi mahasiswa. 3. Hasil analisis statistik dengan uji regresi berganda dari uji motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa didapatkan motivasi dan gaya hidup memiliki pengaruh sebesar 25.5% sedangkan presentasi selebihnya di pengaruhi oleh variabel lain diluar dari penelitian ini. 84 85 5.2 Saran Berdasarkan dari kesimpulan diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi perusahaan maupun pihak-pihak lain. Adapun saran-saran yang diberikan diantaranya: 1. Bahwa motivasi yang menjadi hubungan yang kuat dengan keputusan menjadi mahasiswa, maka motivasi harus di kelola sejak SMA, artinya Universitas Mercu Buana harus memelihara motivasi itu sejak ketika masih di bangku SMA. UMB dapat melakukan kunjungan dengan menerapkan kegiatan komunikasi pemasaran di SMA-SMA dengan mengadakan event, membagikan flyer atau brosur, dan lain sebagainya dan memberikan informasi yang dapat menstimuli motivasi mereka. 2. Hendaknya semua variabel dalam perilaku konsumen pada penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi Universitas dalam merancang dan menentukan kebijakan komunikasi pemasaran yang efektif dan efisien. 3. Universitas harus meningkatkan fasilitas kampus yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar seperti penggunaan elearning yang lebih menarik dan atraktif, ruang kelas yang lebih nyaman dan bersih, lingkungan kampus yang bersih dan tertata dengan rapi, sehingga para mahasiswa merasa nyaman dan bangga terhadap almamaternya yang dengan sendirinya akan merekomendasikan kampusnya kepada orang-orang lain. Yang tidak kalah penting Universitas juga harus meningkatkan kualitas para pengajar yang dapat menghasilkan system 86 belajar mengajar yang memiliki manfaat sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi serta memberikan ilmu yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menghadapi dunia pekerjaan dan dapat diterapkan dalam dunia pekerjaan mereka. Universitas juga harus melatih para staf dan karyawan lainnya dalam melayani mahasiswa sehingga mahasiswa terbantu dan merasa nyaman dalam mengurus hal-hal yang berhubungan dengan administrasi perkuliahan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya dikembangkan lagi penelitian yang serupa karena penelitian ini hanya sebatas pada tiga variabel pengaruh motivasi dan gaya hidup terhadap keputusan menjadi mahasiswa. Sehingga perlu diadakan penelitian variabel-variabel lain untuk melengkapi penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat berguna sebagai wacana pengetahuan bagi pembaca. 86 86 Sara Sahrazad. Gaya Hidup Dan Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Terhadap Prestasi Akademik Guru Yang Menjadi Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Jurnal Psikologi. 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2014 dari website: http:// repository.uksw. edu/handle/123456789/1526