EMBOLI AIR KETUBAN Oleh Rio Insan Riady 2007730105 Dokter Pembimbing : dr. H. M. Natsir Nugroho, Sp. OG Cairan Amnion Sejak awal kehamilan cairan amnion telah dibentuk Cairan amnion merupakan pelindung & bantalan untuk proteksi dan menunjang pertumbuhan Cairan amnion mengandung banyak sel janin misalnya lanugo, verniks kaseosa, mekonium Volume cairan amnion pada kehamilan aterm rata-rata adalah 800 ml, cairan amnion mempunyai pH 7,2 dan massa jenis 1,008 Setelah 20 minggu produksi cairan berasal dari urin janin. Sebelumnya, cairan amnion juga banyak berasal dari rembesan kulit, selaput amnion dan plasenta, diperkirakan 500 ml/hari Definisi Sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan syok Epidemiologi Kondisi ini amat jarang 1 : 8000 1 : 30.000 dan sampai saat ini mortalitas maternal dalam waktu 30 menit mencapai angka 85%. Meskipun telah diadakan perbaikan sarana ICU dan pemahaman mengenai hal hal yang dapat menurunkan mortalitas, kejadian ini masih tetap merupakan penyebab kematian ke III di Negara berkembang Faktor Resiko Multipara Solusio plasenta IUFD Partus presipitatus Terminasi kehamilan Trauma abdomen Versi luar Amniosentesis Patofisiologi Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan : Kegagalan perfusi secara masif Bronchospasme Renjatan (Syok) Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada vena endoservikalis selama dilatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah. Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain itu, jika cairan amnion tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung & paru-paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya cairan amnion di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun akibat iskemia miokardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan pernafasan. Ibu yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang ditandai dengan perdarahan besar dengan atonia uteri dan Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC) Masalah koagulasi sekunder dapat terjadi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal. Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi intravaskuler. Secara sederhana, Emboli Air Ketuban bisa dijelaskan sebagai berikut : Saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah Pada giliran berikutnya, air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru- paru ibu. Jika sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paruparu Gambaran Klinik Umumnya terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air ketuban harus pertama kali dipikirkan pada ibu hamil yang tiba tiba mengalami kolaps. Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala & tanda yang bervariasi, namun umumnya gejala & tanda yang terlihat segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir persalinan, pasien batuk batuk, sesak , terengah engah dan kadang terjadi henti jantung (cardiac arrest) Sesak napas yang tiba-tiba, didahului dengan mengigil yang diikuti dyspnea, vomitus , gelisah , disertai penurunan tekanan darah yang cepat atau hipotensi serta denyut nadi yang lemah dan cepat Sianosis, edema paru dan relaksasi otot rahim dengan perdarahan post-partum Diagnosis 1. Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun. 2. Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular cairan amninon. 3. Gambaran koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk pecahan fibrin, menunjukkan DIC 4. EKG dapat memperlihatkan acute right heart failure 5. Urin output dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat. 6. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan. Diagnosa pasti dibuat postmortem dan dijumpai adanya epitel skaumosa janin dalam vaskularisasi paru. Konfirmasi pada pasien yang berhasil selamat adalah dengan adanya epitel skuamosa dalam bronchus atau sampel darah yang berasal dari ventrikel kanan Tatalaksana Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dengan infus Dopamin dan mengatasi DIC dengan fresh frozen plasma Resusitasi cairan Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis Aminofilin IV untuk mengurangi bronkospasme Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin Segera rawat di ICU Persalinan pervaginam lebih aman daripada Sectio sesarea jika bayi belum lahir