BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis menunjukkan, dari rata-rata luas kumbung 105 m2, dengan 8700 baglog, jika melakukan investasi menggunakan modal sendiri diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 34.741.711,34, nilai Internal Rate of Return (IRR) 57,66 persen, nilai Net B/C ratio sebesar 2,70, payback period sebesar 2,40 tahun, dan nilai BEP sebesar 3.427,32 kg/tahun. Jika melakukan investasi menggunakan pinjaman modal sebesar Rp 10.000.000,- dari bank, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 34.897.671,34, nilai Internal Rate of Return (IRR) 84,65 persen, nilai Net B/C ratio sebesar 3,64, payback period sebesar 2,05 tahun, dan nilai BEP sebesar 3.911,61 kg/tahun. Perhitungan kriteria kelayakan investasi menunjukkan bahwa nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari nilai discount rate yang berlaku yaitu 14 persen, nilai Net B/C ratio lebih besar dari satu, payback period lebih singkat daripada umur ekonomis usaha, dan produksi per tahun yang lebih besar daripada nilai BEP, menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih di Kabupaten Karanganyar layak secara finansial untuk dijalankan. 2. Analisis sensitivitas dengan pendekatan nilai pengganti (switching value) yang dilakukan pada usaha budidaya jamur tiram putih di Kabupaten Karanganyar 62 menunjukkan bahwa untuk investasi menggunakan modal sendiri, nilai persentase maksimum penurunan harga jamur tiram putih segar yaitu sebesar 14,81 persen, persentase maksimum kenaikan biaya operasional sebesar 19,43 persen, dan penurunan maksimum harga jamur tiram putih dan kenaikan maksimum biaya operasional secara simultan adalah sebesar 8,41 persen. Untuk investasi menggunakan pinjaman modal sebesar Rp 10.000.000,- dari bank menunjukkan bahwa penurunan maksimum harga jual jamur tiram putih segar yang masih dapat ditolerir adalah sebesar 14,88 persen, sedangkan kenaikan maksimum biaya variabel yang masih dapat ditolerir adalah sebesar 19,51 persen. Penurunan maksimum harga jamur tiram putih dan kenaikan maksimum biaya operasional secara simultan adalah sebesar 8,44 persen. Jika terjadi penurunan harga jual jamur tiram putih segar atau terjadi kenaikan biaya variabel lebih besar dari nilai tersebut, maka pelaku usaha budidaya jamur tiram putih akan mengalami kerugian. B. Saran Berdasarkan hasil analisis penelitian, saran yang dapat dijadikan rekomendasi bagi pelaku usaha budidaya jamur tiram di Kabupaten Karanganyar, yaitu: 1. Pelaku usaha budidaya jamur tiram putih yang terkendala keterbatasan modal bisa meminjam uang ke bank atau lembaga keuangan lainnya sebagai modal karena berdasarkan nilai IRR hasil analisis kelayakan menunjukkan nilai yang lebih besar dari suku bunga yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa usaha 63 budidaya jamur tiram putih mampu untuk mengembalikan uang pinjaman dari bank ataupun lembaga keuangan lainnya. 2. Pelaku usaha budidaya jamur tiram putih harus memperhatikan kapasitas produksi minimal sesuai titik impas atau break even point, yaitu sebesar 3.427,32 kg/tahun untuk investasi menggunakan modal sendiri, dan sebesar 3.911,61 kg/tahun untuk investasi menggunakan pinjaman modal dari bank agar pelaku usaha tidak mengalami kerugian. Jika kapasitas produksi kurang dari titik impas, maka sebaiknya pelaku usaha ataupun penanam modal memilih untuk tidak melanjutkan rencana usaha. 64