Menggembalakan Jemaat yang Terluka Written by Akmal Thursday, 08 March 2012 02:01 - Last Updated Thursday, 08 March 2012 02:11 Oleh Daniel Ronda Menjadi gembala jemaat itu tidak mudah, karena berhadapan dengan relasi antar manusia. Dan bila relasi itu tidak terjadi dengan baik maka akan terjadi salah pengertian dan tidak sedikit berakhir dengan konflik. Entah mengapa, ada gembala yang senang terus memelihara konflik dalam pelayanannya sehingga jemaat menjadi terluka. Ini perlu kajian khusus soal karakter gembala. Ada saja gembala yang selalu buat masalah. Misalnya melontarkan kemarahan lewat mimbar, adanya berbagai penyalahgunaan kekuasaan, menjadi otoriter, kinerja yang sangat minim alias malas, melakukan pelayanan di luar jemaatnya lebih banyak daripada di jemaat sendiri. Bahkan ada yang melakukan berbagai skandal baik keuangan maupun seks yang menyebabkan jemaat tidak percaya lagi dengan gembalanya. Akhirnya jemaat sudah kehilangan kepercayaan karena gembala tidak lagi dapat menjadi model yang baik sebagai gembala. Walaupun gembala baru datang mengganti, ternyata tidak mudah menggembalakan jemaat yang sudah terluka. Ini dikarenakan ketidakpercayaan yang muncul. Ini membuat gembala baru mengalami kebingungan tentang bagaimana menolong jemaat yang sudah terluka seperti ini? Gembala baru diharapkan tidak datang dengan menerapkan berbagai program baru dalam jemaat. Yang harus dilakukan gembala adalah membangun kepercayaan dan menyembuhkan jemaat. Caranya adalah melakukan perkunjungan ke jemaat satu persatu (jika memungkinkan) atau kepada majelis dan tokoh-tokoh gereja. Gembala perlu menjadi pendamping yang sedia mendengarkan keluhan mereka selama ini dan mendoakan agar mereka tetap memiliki iman yang baik. Proses mendengarkan keluhan jemaat akan menyembuhkan jemaat sekaligus menjadi alat evaluasi bagi gembala sebelum menyusun program. Pendampingan ini membutuhkan paling tidak 6 bulan sehingga jemaat dapat dipulihkan. Dalam mendengarkan, gembala tidak ikut menyalahkan gembala lama karena semua manusia ada kelemahannya. Gembala mengingatkan jemaat untuk melupakan masa lalu sambil menatap ke depan serta membiarkan Tuhan yang mengadili yang bersalah. Jadi gembala harus punya perspektif penyembuhan (therapeutic perspectives). Pada saat yang sama gembala diharapkan melanjutkan saja program yang sudah ada sambil meningkatkan kualitasnya. Jadi jangan merombak dengan program yang baru. Jangan membuat yang baru karena belum adanya kepercayaan jemaat akibat luka dan trauma masa lalu. Jadi meningkatkan kualitas pelaksanaan program yang ada adalah hal bijak yang dilakukan gembala. Misalnya, ibadah jemaat ditingkatkan kualitas musiknya, buletin gereja, dan program internal lainnya. Dengan meningkatkan mutu layanan akan meningkatkan kepercayaan gembala yang baru. Jadi singkirkan dulu pembuatan program-program besar dan berbagai rencana strategis lainnya. 1/2 Menggembalakan Jemaat yang Terluka Written by Akmal Thursday, 08 March 2012 02:01 - Last Updated Thursday, 08 March 2012 02:11 Hal-hal yang perlu dihindari jika menghadapi jemaat yang luka: pertama, jangan agresif. Gembala diharapkan tidak menunjukkan agresivitasnya dengan mau segera memperbaiki. Sikap agresif malah akan dicurigai ada apanya. Jadilah pendamping dan pendengar yang baik dengan aktif mendatangi mereka. Ingat bahwa ada juga pendukung gembala lama yang masih tinggal, walaupun mungkin sedikit. Mereka ini berpotensi mengacaukan keadaan jika gembala baru tidak hati-hati. Kesalahan yang dilakukan gembala bisa diterima dalam situasi normal. Tapi dalam keadaan terluka, kesalahan sedikit saja bisa menghancurkan pelayanan gembala baru. Jadi setiap gembala perlu berhati-hati dalam berkata-kata, bersikap dan bertindak. Kedua, jangan buru-buru minta fasilitas. Biasanya gembala yang baru datang memerlukan berbagai kebutuhan terutama peralatan rumah tangga. Cukup katakan agar mereka menyiapkan kedatangan gembala dengan perabotan yang cukup. Jangan menuntut macam-macam dulu, biarkan terjadi secara bertahap. Buat prestasi sebelum meminta fasilitas. Menggembalakan jemaat yang terluka tidak mudah, tapi bisa. Tugas gembala baru adalah menghantarkan jemaat kepada pemulihan mereka kepada Kristus dan semangat dalam melayani Tuhan. Tidak ada tugas mulia daripada seorang gembala yang membawa jemaatnya kembali kepada visi dan agenda Tuhan bagi gereja dan dunia. Intinya prioritas pertama gembala dalam menggembalakan jemaat yang terluka adalah menciptakan komunitas yang saling mengasihi, saling mempedulikan di mana setiap orang merasa dihargai dan dipedulikan. Walaupun mungkin ini membutuhkan waktu dan tidak serta merta pulih. Tapi bersama Tuhan Yesus sang Gembala Agung, pasti bisa! (Beberapa ide diambil dari K. Wayne Day, “Leading in a Wounded Church”, 24 Oktober 2007 di Jurnal Elektronik “Leading Ideas”). 2/2