e-Jurnal Manajemen dan Bisnis - Repository

advertisement
ISSN 2355 0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis diterbitkan oleh Program Studi Strata Satu Manajemen IKPIA
Perbanas (Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perhimpunan Bank Umum
Nasional), dengan frekuensi terbit dua kali setahun.
Penasihat Dewan Redaksi
Rektor IKPIA Perbanas
Pembantu Rektor Bidang Akademik IKPIA Perbanas
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis IKPIA Perbanas
Ketua Dewan Redaksi
Hedwigis Esti R., S.E., M.E.
Wakil Ketua Dewan Redaksi
Dra. L. Listijowati Hadinugroho, M.M.
Editor
Dr. Iskandar Rangkuti
Dr. Aviliani, S.E., M.M.
Dr. Endri, S.E., M.A.
Zaenal Abidin S.E., M.B.M., Ph.D.
Dr. Umbas Krisnanto, S.E., M.M.
Dr. Steph Subanidja, S.E., M.B.A.
Adi Susilo Jahja, S.E., M.M.
Dyah Nirmalawati T., S.E., M.Si.
Penyunting Pelaksana
Rushadi, S.E., M.Si.
Nicodemus Simu, S.E., M.M.
Mustanwir Zuhri, S.E., M.M.
Sekretariat Editing
Suharyanto, S.Kom., M.M.
Sunarto, S.E., M.M.
Sekretariat Administrasi
Agustina Ninawati, B.Sc.
Rini Hidayati, S.E.
Iyat, S.E.
Editorial Office:
Redaksi Jurnal Manajemen dan Bisnis
Kampus Perbanas Institute, Gedung Unit V Lantai 2
Jl. Perbanas Karet Kuningan Setiabudi, Jakarta 12940 Indonesia
Phone: 62-21-5252533, 5222501-04, ext 5201 5203
Fax: 62-21-5228460, 5222645
Email : [email protected]
http://www.perbanasinstitute.ac.id
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis
e-Journal of Management and Business
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013
Kata Pengantar
DAMPAK KUALITAS PELAYANAN DAN ORIENTASI PELANGGAN
TERHADAP LOYALITAS DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING PADA PENGGUNA KARTU KREDIT BCA
Sri Wahyuni & Pranoto
ANALISIS DAMPAK STOCK SPLITTERHADAP HARGA, VOLUME DAN
KEPUTUSAN INVESTASI PADA SAHAM
Selamet Riyadi & Selvi Andreva
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA BANK MUAMALAT
INDONESIA
Puji Hadiyati & Riski Aditya Baskara
PENGARUH KETERLIBATAN KERJA TERHADAPKINERJA PEGAWAI
PADA PT SEASCAPE SURVEYS INDONESIA
Siti Safaria & Anastasia Saras Yunastiwi
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO
(DPR)
Henny Ritha & Eko Koestiyanto
PENGARUH SUKU BUNGA ACUAN BANK INDONESIA DAN INFLASI
TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Agus Salim & Luciana Chrisnawati
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan
rahmatNya Electronic Journal Manajemen dan Bisnis edisi perdana akan diterbitkan.
Jurnal ini memuat tulisan ilmiah hasil penelitian atau hasil kajian ilmiah mengenai
manajemen dan bisnis.
Electronic Journal Manajemen dan Bisnis ini direncanakan dapat terbit berkala 2 kali
dalam setahun. Dalam edisi perdana ini, menyajikan sebanyak 6 (enam) tulisan yang
mencakup bidang: manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia,
perbankan syariah dan ekonomi makro
Semoga E-jurnal Manajemen dan Bisnis ini dapat menambah dan melengkapi
diseminasi hasil-hasil penelitian dan kajian ilmiah di bidang Manajemen dan Bisnis.
Jakarta, Oktober 2013
Pemimpin Redaksi
ISSN 2355-0244
iii
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ………………………………………………......
iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
iv
DAMPAK KUALITAS PELAYANAN DAN ORIENTASI
PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS DENGAN KEPUASAN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGGUNA
KARTU KREDIT BCA
Sri Wahyuni & Pranoto………………………………………………………..
1
ANALISIS DAMPAK STOCK SPLITTERHADAP HARGA,
VOLUME DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA SAHAM
Selamet Riyadi & Selvi Andreva ………………………………………….
24
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA BANK MUAMALAT
INDONESIA
Puji Hadiyati & Riski Aditya Baskara……………………………………..
48
PENGARUH KETERLIBATAN KERJA TERHADAPKINERJA
PEGAWAI PADA PT SEASCAPE SURVEYS INDONESIA
Siti Safaria & Anastasia Saras Yunastiwi………………………………….
62
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND
PAYOUT RATIO (DPR)
Henny Ritha & Eko Koestiyanto……………………………………………
79
PENGARUH SUKU BUNGA ACUAN BANK INDONESIA DAN
INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Agus Salim & Luciana Chrisnawati ……………………………………….
94
iv
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
PELAYANAN DAN ORIENTASI PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS
DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA
PENGGUNA KARTU KREDIT BCA
Sri Wahyuni
*)
Pranoto
**)
ABFII Perbanas Jakarta
ABSTRACT
This study aimed to analyze the effect of service quality, customer orientation, and
customer satisfaction on customer loyalty BCA credit card users in Supermall
Karawaci Tangerang. Total sample of 110 respondents. The method of data analysis is
linear regression models. The estimation technique of Structural Equation Model
(SEM). Result of analysis show that (1) on the goodness of fit test shows that models fit
for use, (2) on the hypothesis test there are 4 accepted hypothesis that the first, second,
third and fifth, (3) customer satisfaction variables as an intervening variable on the
relationship service quality and customer orientation towards the customer loyalty.
From the result of analysis, it can be recommended that the BCA should pay
attention to the good quality of service and customer orientation in order to increase
customer satisfaction and ultimately increases customer loyalty on all products issued
by BCA. When all the wishes and expectations of customers are met, the customer will
be satisfied and become loyal to the BCA.
Keywords: Service Quality, Customer Orientation, Customer Satisfaction, Customer
Loyalty, BCA Credit Card Customers
*) Dosen ABFII Perbanas Jakarta
**) Alumni ABFII Perbanas Jakarta
ISSN 2355-0244
1
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
PENDAHULUAN
Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran perbankan. Fungsi yang penting
dan strategis perlu pengelolaan bank secara professional, efektif, efesien, dan
mendukung terselenggaranya proses perekonomian dalam berbagai sektornya secara
baik dan sehat. Seiring bertambah tingginya kebutuhan dan semakin konsumtif dalam
berbelanja tentunya perusahaan perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki
peranan yang sangat penting. Hal ini merupakan peluang bagi perbankan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Industri perbankan sebaiknya juga melakukan upaya pengenalan terhadap produkproduknya (termasuk kartu kredit). Kartu kredit merupakan sebuah alat pembayaran
berupa kartu yang tertera nama dan tanda tangan pemilik serta dapat digunakan untuk
membayar barang yang dibeli dengan dana yang dipinjamkan oleh suatu lembaga di
tempat-tempat yang bersedia menerima pembayaran tanpa harus mengeluarkan uang
tunai. Dengan kata lain, kartu kredit diciptakan untuk memudahkan nasabah dalan
berbelanja. Saat ini, semakin banyak bank yang mengeluarkan produk kartu kredit
sehingga persaingan antar kartu kredit semakin ketat (Imawan & Sucento 2009).
Persaingan yang memanas di industri perbankan penerbit kartu kredit digunakan
untuk menguji kadar loyalitas nasabah bank-bank.
Untuk menciptakan loyalitas perusahaan perbankan harus memperhatikan
kepuasan pelanggan, dengan memberikan kepuasan, pelanggan akan terus
menggunakan jasa perusahaan. Loyalitas dapat berfungsi sebagai penghambat
pelanggan untuk berpindah kepada bank yang lain.
Kompetisi di bisnis kartu kredit makin ketat. Saat ini beberapa bank berlomba
meluncurkan varian kartu kreditnya untuk menjadi yang terbaik. Meningkatnya
jumlah kartu kredit dari tahun 2006 sampai juli 2012 hingga mencapai 15,3 juta kartu
kredit yang beredar, peningkatan jumlah kartu diikuti dengan peningkatan nilai
transaksi kartu kredit, namun jumlah (volume) transaksi di juli 2012 mengalami
penurunan dari tahun 2011 yang mencapai 205 juta transaksi. Berikut ini adalah
perkembangan jumlah kartu, jumlah transaksi dan nilai transaksi kartu kredit:
2
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 1
Jumlah Kartu, Jumlah Transaksi dan Nilai Transaksi
Tahun
Jumlah Kartu
Jumlah Transaksi
2006
2007
2008
8.215.923
9.148.104
11.548.318
107.918.543
124.488.918
161.346.501
Nilai Transaksi
(Juta)
53.839.505
69.304.597
103.468.544
2009
12.259.295
177.817.542
132.651.567
2010
13.574.673
194.675.233
158.687.057
2011
14.785.382
205.303.560
178.160.763
Juli 2012
15.300.000
195.000.000
183.000.000
Sumber: Infobank (2012)
Fenomena tersebut merupakan tantangan bagi bisnis kartu kredit untuk dapat
mempertahankan loyalitas pelanggan, dengan loyalitas suatu bisnis akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Loyalitas pelanggan dapat dibangun dengan meningkatkan kepuasan, dengan
adanya kepuasan diharapkan pelanggan bersedia melakukan pembelian ulang serta
akan melakukan rekomendasi. Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa kepuasan
merupakan reaksi perilaku pelanggan sesudah pembelian terhadap apa yang sudah
dibelinya. Kepuasan pelanggan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk
pembelian ulang atau pembelian yang sifatnya terus-menerus terhadap jasa yang sama
serta mampu mempengaruhi pelanggan lain atau pihak luar untuk ikut serta dalam
pembelian jasa tersebut.
Akbar dan
Pervesz (2009) menemukan bahwa variable kepuasan pelanggan
memberikan efek positif dan signifikan terhadap loyalitas. Dan kepuasan pelanggan
merupakan variable moderator yang sangat penting antara kualitas pelayanan yang
dirasakan dan loyalitas pelanggan. Fujun Lai et al (2009) mengemukakan bahwa
kepuasan pelanggan secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi
loyalitas pelanggan dan dapat memainkan peran mediasi yang penting. Berbeda dengan
hasil penelitian Sondoh (2007) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan negative
dan signifikan antara kepuasan dan loyalitas pelanggan. Menurut beliau, bahwa tidak
ISSN 2355-0244
3
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
semua pelanggan yang mendapatkan kepuasan akan menunjukkan adanya pengaruh
yang tinggi terhadap loyalitas.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas layanan
dan orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan sebagai variabel antara
selanjutnya menguji variabel-variabel tersebut dengan loyalitas pelanggan kartu kredit
BCA
KAJIAN LITERATUR
Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pelanggan
Pelayanan secara umum ialah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang
lain disertai kemudahan–kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka.
Sehingga pelayanan merupakan suatu bentuk prosedur yang diberikan dalam upayanya
memberikan kesenangan–kesenangan kepada orang lain dalam hal ini kepada
pelanggan (Kotler 2002).
Menurut
Zeithamal et al (1996), kualitas pelayanan merupakan salah satu
variabel yang menentukan kepuasan pelanggan disamping harga, situasi dan faktor
personal. Sumarwan (2004), teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan atau
ketidakpuasan konsumen terbentuk adalah the expectancy disconfirmation model, yang
mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak
dari perbandingan antara harapan
konsumen sebelum pembelian dengan yang
sesungguhnya, diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Berdasarkan
uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 :
Semakin baik kualitas pelayanan, maka semakin tinggi kepuasan
pelanggan kartu kredit BCA
Hubungan Orientasi Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan
Narver dan Slater dalam Masri, (2009), orientasi pelanggan adalah pemahaman
yang cukup memahami pembelinya, untuk menciptakan suatu nilai lebih terhadap
mereka secara terus menerus, tidak hanya untuk saat ini tetapi sepanjang waktu sebagai
subjek bagi dinamisasi internal dan pasar.
Sejalan dengan Kim dan Cha (2002)
mengemukakan bahwa perusahaan yang mengadopsi perspektif orientasi pelanggan
lebih memungkinkan untuk memberikan kualitas, berkontribusi bagi kepuasan
4
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
pelanggan dan mempertahankan tujuan organisasi secara efisien dan efektif
dibandingkan dengan para pesaing. Kepuasan pelanggan menurut Brown (2002) adalah
suatu kondisi dimana suatu kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap
produk dan jasa. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2 :
Semakin tinggi orientasi pelanggan, maka semakin tinggi kepuasan
pelanggan kartu kredit BCA
Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas Pelanggan
Kualitas pelayanan memberikan kontribusi bagi penciptaan diferensiasi,
positioning dan strategi bersaing setiap organisasi pemasaran baik perusahaan
manufaktur maupun penyedia jasa. Kualitas pelayanan ditentukan oleh proses interaksi
dan komunikasi yang berlangsung selama proses penyampaian jasa (Chang dan Chen,
1998). Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa, pelanggan lah yang
menilai tingkat kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan mempunyai kepentingan untuk mempertahankan kesetiaan pelanggan
karena konsumen yang loyal merupakan keberlanjutan dari penjualan produk
perusahaan. Tjiptono (2000) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan adalah komitmen
pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sikap positif dan
tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Sedangkan Dick dan Basu (1994)
berargumen bahwa loyalitas pelanggan dipandang sebagai kekuatan hubungan antara
sikap relatif(relative attitude) individu dan pembelian ulang (repeat patronage).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 :
Semakin baik kualitas pelayanan, maka semakin tinggi loyalitas
pelanggan kartu kredit BCA
Hubungan Orientasi Pelanggan dengan Loyalitas Pelanggan
Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan dapat mengungguli para pesaingnya
dengan mengantisipasi dan mengembangkan kebutuhan dari konsumen dan
memberikan respon melalui barang dan jasa yang secara konsisten memiliki nilai yang
superior dan memberikan kepuasan yang tinggi kepada konsumen (Sinkula et al,
ISSN 2355-0244
5
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
1997). Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan menjalankan strategi
pemasaran yang menghasilkan kinerja yang memuaskan para pelanggannya (Brady dan
Cronin, 2001). Pelanggan yang meresa puas karena harapan atau ekspektasinya sudah
dipenuhi perusahaan, kemungkinan akan menunjukkan kesetiannya pada produk/jasa
dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi
pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Berdasarkan
uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 :
Semakin tinggi orientasi pelanggan, maka semakin tinggi loyalitas
pelanggan kartu kredit BCA
Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Loyalitas Pelanggan
Lupiyoadi (2001) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan reaksi perilaku
pelanggan sesudah melakukan pembelian terhadap apa yang sudah dibelinya.
Kepuasan pelanggan juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan untuk
pembelian ulang atau pembelian yang sifatnya terus-menerus terhadap jasa yang sama
serta mampu mempengaruhi pelanggan lain atau pihak luar untuk ikut serta dalam
pembelian jasa tersebut. Hasil penelitian Dong et al., (2011) tentang bentuk hubungan
fungsional antara kepuasan dan loyalitas menyimpukan bahwa pengaruh kepuasan
pelanggan pada loyalitas tidaklah selalu linier dalam semua keadaan, bentuk fungsional
dari pengaruh kepuasan pada loyalitas bervariasi diseluruh segmen pada tiap kategori
produk dan variabel ekonomi dan demografi pelanggan, yaitu berbentuk linier, kuadrat
dan kubik.
Sedangkan penelitian Seiders et al., (2005) menyebutkan bahwa bentuk
fungsional dari kepuasan pelanggan pada loyalitas adalah linier untuk kategori produk,
karakter pasar, variabel ekonomi dan demografi pelanggan sebagai faktor moderasinya.
Berdasarkan uraian dan research gap di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H5 :
Semakin tinggi kepuasan pelanggan, maka semakin tinggi loyalitas
pelanggan kartu kredit BCA
6
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
MODEL PENELITIAN
Model penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada
hipotesis-hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut merupakan model
penelitian pada penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna kartu kredit BCA. Pengambilan
sampel dalam penelitian dengan tehnik proposive sampling. Sampel dalam penelitian
ini adalah pengguna kartu kredit BCA yang berkunjung dan berbelanja di Supermall
Karawaci Tangerang berjumlah 110 responden (Roscoe ,1982) dalam Sugiyono (2009)
bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian kausal adalah antara 30 sampai
dengan 500.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
daftar
pertanyaan/kuesioner. Kuesioner disebarkan kepada pengguna kartu kredit BCA yang
berbelanja di Supermall Karawaci yang berisi pertanyaan tertutup. Pertanyaan dalam
angket tertutup dibuat menggunakan skala likert dengan memberi nilai 1 sampai
dengan 7 (Sekaran, 2006). Responden memberikan jawaban paling tinggi dengan nilai
7 dan jawaban yang paling rendah dengan nilai 1.
ISSN 2355-0244
7
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Uji Validitas
Singarimbun dan Effendi (2008), menyatakan bahwa validitas merupakan suatu
alat yang mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas tiap butir, dilakukan
dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir (Sugiyono, 2009). Dalam Sugiyono (2009) dikemukakkan bahwa item yang
mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total), serta korelasi yang tinggi,
menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi.
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien korelasi (r
hitung) dengan nilai r tabel untuk derajat kebebasan (df) yaitu n – 2, dimana n adalah
jumlah sampel pada tingkat signifikansi 5 persen. Apabila nilai r hitung hasilnya positif
dan lebih besar dari r tabel, maka akan dapat dinyatakan bahwa item pertanyaan
tersebut telah valid.
Uji Reliabilitas Instrument
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur konsistensi internal dari indikatorindikator sebuah variabel bentukan yang menunjukkan derajad sampai dimana masingmasing indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentukan yang umum. Metode
yang digunakan untuk pengujian reliabilitas adalah koefisien Alpha Cronbachyang
menurut Freidenberg (1995) dalam Purwoto & Wahyuni (2009). Nilai reliabilitas dari
semua variabel diatas 0,6 dan hasil pegujian reliabilitas pada semua variabel ini
dinyatakan reliabel.
Definisi Operasional Variabel
Tabel 2
Hubungan, Dimensi, Variabel dan Indikator
No.
1.
Variabel
Kualitas
Layanan (X1)
Dimensi
1.
2.
3.
8
Indikator
Tangibles
1. meliputi fasilitas
(bukti
fisik, perlengkapan,
langsung)
pegawai dan sarana
Reliability
komunikasi
(keandalan)
2. kemampuan
Responsivenes
memberikan
s (daya
pelayanan yang
Skala
Sumber
Interval
Tjiptono
(2003)
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
tanggap)
Assurance
(jaminan)
5. Emphaty
(perhatian)
4.
2.
Orientasi
Pelanggan
(X2)
1.
2.
Nilai
persepsi
pelanggan
Penilaian
produk
3.
Kepuasan
Pelanggan
(Y)
1. Fungsi produk
2. Kesesuaian
Produk
4.
Loyalitas
Pelanggan
(Z)
1. Repeat
2. Retention
3. Referral
ISSN 2355-0244
memuaskan
3. membantu
konsumen dan
memberikan dengan
tanggap
4. mencakup
kemampuan yang
baik dimiliki para
staf
5. melakukan
komunikasi yang
baik dan memahami
kebutuhan
konsumen
1. Metode
Kerekayasaan
Industri
2. Estimasi Nilai
Pelanggan
3. Pendekatan
Dekomposisi
4. Pendekatan
Komposisional
5. Urgensi Peringkat
1. Produk berfungsi
lebih baik dari
yang diharapkan
2. Produk berfungsi
seperti yang
diharapkan
3. Produk berfungsi
lebih buruk dari
yang diharapkam
1. konsumen
mekakukan
pembelian ulang
produk secara
teratur
2. Konsumen tidak
terpengaruh jasa
oleh pihak lain
3. Menyebarkan
informasi puas atau
tidaknya terhadap
sutu produk
Interval
Boyd,
Walker
Dan
Larrence
(1999)
Interval
Sumarwan
(2004)
Interval
Tjiptono
(2000)
9
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Metode Analisis
Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas atau
hubungan atau pengaruh dan untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka teknik
analisis yang digunakan adalah SEM. Penggunaan metode analisis SEM karena SEM
dapat mengidentifikasi dimensi-dimensi dari sebuah konstruk dan pada saat yang sama
mampu mengukur pengaruh atau derajat hubungan antar faktor yang telah
diidentifikasikan dimensi-dimensinya (Ferdinand, 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel
Sebelum model dianalisis dengan analisis SEM, perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas variabel terlebih dahulu. Berdasarkan output uji validitas, diketahui bahwa
nilai r hitung pada masing-masing indicator lebih besar dari r tabel (0,1576) sehingga
dapat disimpulkan bahwa masing-masing indicator tersebut adalah valid.
Sedangkan berdasarkan output uji reliabilitas, nilai cronbach’s alpha untuk
indikator kualitas layanan, orientasi pelanggan, kepuasan pelanggan dan orientasi
pelanggan masing-masing sebesar 0,729 ; 0,766 ; 0,847 dan 0,821. Dimana nilai alpha
tersebut lebih besar dari 0,6 sehingga disimpulkan bahwa variabel adalah reliable.
Hasil Analisis Structural Equation Model
Analisis SEM dimaksudkan untuk menguji model dan hipotesis dalam penelitian
ini. Pengujian model dalam Structural Equation Model dilakukan dengan pengujian
antara lain uji asumsi seperti uji kesesuaian model, normalitas, outlier, dan
multikolinearitas, dan uji kausalita.
10
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Gambar 1
Pengujian Structural Equation Model
e1
1.68
1
x1
.33
e2
1.62
1
x3
.55
1
e4
KL
.85
1
e3
FULL MODEL
.36
1.54
x2
.69
.69
.49
1.00
x4
e16
1
.62
x5
e11
1
e12
e13
e14
e6
.27
1
.84
1
1.01
1
e7
.86
1.33
1.05
1
x9
.90
e10
.51
x19
1.16
1.15
1.00
LP
1
Z2
1
.47
x15
.31
Z1
.08
.41
1.48
x8
.88
x14
x18
KP
.86
1.17
x7
1
e8
e9
e15
x6
x17
.44
1.33
x13
1
1
.93
1
.46
e19
1
1.00 1.04
.87
x12
.49
.07
x16
x11
.70
1.43
.42
e18
1
.40
.32
.45
1
1
e5
.63
e17
OP
1.00
1
x10
UJI MODEL:
chi-squares=153.600
prob=.317
GFI=.874
AGFI=.835
TLI=.986
CFI=.988
RMSEA=.022
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)
Berdasarkan output uji normalitas, berikut ini:
Tabel 3
Hasil Uji Kelayakan Full Model
Kriteria
Chi-Square
Probability
GFI
AGFI
TLI
CFI
RMSEA
Cut of Value
χ2 dengan df : 146; p : 5% adalah 185,8
≥ 0,05
≥ 0,90
≥ 0,90
≥ 0,95
≥ 0,95
≤ 0,08
Hasil
149,963
0,317
0,874
0,835
0,986
0,988
0,022
Evaluasi
Baik
Baik
Marginal
Marginal
Baik
Baik
Baik
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
Hasil perhitungan uji chi-square pada full model memperoleh nilai sebesar 149,963
masih di bawah chi-square tabel dengan derajat kebebasan pada tingkat signifikansi 5
persen sebesar 185,8. Nilai probabilitas sebesar 0,317 di atas 0,05 yang merupakan
nilai probabilitas yang disyaratkan. Nilai GFI dan AGFI sebesar 0,874 dan 0,835 dapat
diterima secara marginal, sehingga masih bisa dikatakan model fit. Nilai TLI sebesar
0,986 lebih besar dari 0,95 yang merupakan nilai TLI yang disyaratkan. Nilai CFI
ISSN 2355-0244
11
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
sebesar 0,988 lebih besar dari 0,95 yan merupakan nilai CFI yang disyaratkan. Dan
nilai RMSEA yang termasuk dalam kriteria baik sehingga hasil tersebut menunjukkan
bahwa konstruk memenuhi kriteria model fit (Goodness of-Fit Indices).
2.
Evaluasi Normalitas Data
Analisis normalitas dilakukan dengan melihat nilai CR untuk multivariate dengan
rentang ± 2,58 pada tingkat signifikansi 1persen.
Tabel 4
Normalitas Data
Variable
x10
x9
x6
x16
x19
x18
x17
x11
x12
x13
x14
x15
x7
x8
x1
x2
x3
x4
x5
Multivariate
min
2.000
3.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
3.000
3.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
3.000
3.000
max
7.000
7.000
7.000
6.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
7.000
6.000
7.000
7.000
7.000
7.000
6.000
6.000
7.000
skew
-.364
-.018
-.048
.204
.106
.389
.254
.336
.188
-.001
.258
.117
-.148
-.293
-.202
-.457
-.020
-.138
-.406
c.r.
-1.557
-.075
-.205
.872
.452
1.666
1.088
1.438
.804
-.004
1.105
.501
-.633
-1.255
-.865
-1.957
-.087
-.592
-1.737
kurtosis
-.669
-.789
-.716
-.703
-1.007
-.418
-.260
-.679
-.738
-.474
-.029
-.159
-.830
-.622
-1.161
-.160
-.928
-.756
-.447
-4.897
c.r.
-1.432
-1.688
-1.534
-1.504
-2.156
-.894
-.556
-1.454
-1.581
-1.015
-.061
-.340
-1.777
-1.332
-2.485
-.343
-1.986
-1.619
-.957
-.909
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan critical ratio sebesar ± 2,58 pada
tingkat signifikansi 0,01 (1 persen) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
data yang menyimpang. Uji normalitas data untuk setiap terbukti normal. Begitu pula
secara multivariate, tampak bahwa nilai c.r sebesar 0,45 tidak melebihi kriteria yang
disyaratkan yaitu ± 2,58.
12
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
3. Evaluasi Outlier
Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel-variabel
kombinasi (Hair, et.al., 2010). Adapun outlier dapat dievaluasi dengan dua cara,
yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers
(Hair, et.al., 2010). Berikut ini adalah hasil pengujian univariate outlier.
Tabel 5
Uji Univariate Outlier
N
Zscore(x1)
Zscore(x2)
Zscore(x3)
Zscore(x4)
Zscore(x5)
Zscore(x6)
Zscore(x7)
Zscore(x8)
Zscore(x9)
Zscore(x10)
Zscore(x11)
Zscore(x12)
Zscore(x13)
Zscore(x14)
Zscore(x15)
Zscore(x16)
Zscore(x17)
Zscore(x18)
Zscore(x19)
Valid N (listwise)
Minimum Maximum Mean
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
110
-1.69474
-2.69740
-2.33758
-2.10634
-2.06787
-2.60984
-2.30345
-2.43036
-1.79716
-2.82300
-1.79335
-1.54081
-1.74376
-2.70116
-2.55808
-1.74134
-1.62615
-1.32826
-1.53124
1.37140
1.86743
1.74391
1.40423
1.94033
1.58727
1.46708
1.31389
1.65590
1.51401
2.47192
2.12382
2.35482
2.64286
1.83862
1.88989
2.57282
2.91908
1.69551
.0000000
.0000000
-1.4163238E-16
-2.8920127E-15
.0000000
.0000000
.0000000
.0000000
-1.6682420E-16
-2.5701351E-15
.0000000
.0000000
.0000000
-1.0315455E-15
.0000000
.0000000
-1.2182964E-15
.0000000
-1.4117812E-15
Std. Deviation
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
1.00000000
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
ISSN 2355-0244
13
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Dari uji univariate outlier diketahui bahwa pada data tidak terdapat outlier,
terlihat nilai Zscore yang tidak lebih besar ± 3,00. Selanjutnya adalah evaluasi
multivariate outliers. Uji mahalnobis distance digunakan untuk melihat ada tidaknya
outlier secara multivariate. Mahalnobis distance dihitung berdasarkan nilai chi-square
pada derajat bebas sebesar 19 (indikator variabel) pada tingkat P < 0,001 adalah 43,82
(berdasarkan tabel distribusi chi-square). Sedangkan dari hasil pengolahan data
diketahui bahwa nilai mahalnobis distance tidak ada yang lebih besar dari 43,82
sehingga tidak terdapat data outlier secara multivariate.
4.
Evaluasi Multicolinearity dan Singularity
Pengujian data selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat multikolineritas
dan singularitas dalam kombinasi-kombinasi variabel. Adanya multikolineritas dan
singularitas dapat diketahui melalui nilai VIF dan nilai tolerance. Nilai cut off yang
biasa dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance yang
kurang dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih dari 10, berarti model yang tidak terdapat
adanya gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi
(Ghozali, 2009).
Tabel 6
Evaluasi Multicolinearity dengan Variabel Dependen Kepuasan Pelanggan
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
KL
.993
1.007
OP
.993
1.007
Dependent variabel: Kepuasan Pelanggan
14
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 7
Evaluasi Multicolinearity dengan Variabel Dependen Loyalitas Pelanggan
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
KL
.943
1.061
OP
KP
.993
.893
1.061
1.120
Dependent variabel: Kepuasan Pelanggan
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
Dari hasil pengujian multi- colinearity dan singularity yang disajikan dalam tabel
6 dan 7 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model penelitian.
5. Uji Kausalitas
Setelah melakukan penilaian-penilaian terhadap asumsi-asumsi yang ada pada
SEM, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengujian
hipotesis sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Pengujian Hipotesis
KP <--KP <--LP <--LP <--LP <---
KL
OP
KP
OP
KL
Estimate S.E.
.320 .144
.305 .144
.511 .138
.078 .145
.399 .159
C.R.
2.224
2.122
3.700
.540
2.502
P
.026
.034
***
.589
.012
Label
par_17
par_19
par_18
par_20
par_21
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
Hipotesis 1 adanya pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan nilai CR (Critical Ratio) sebesar
2,224 dengan probabilitas sebesar 0,026. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05
disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu variabel kualitas layanan terbukti
ISSN 2355-0244
15
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil ini mendukung penelitian
dari Zeithamal et al (1996), Tat et, al (2011) yang mengemukakan bahwa kualitas
pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Hipotesis 2 adanya pengaruh orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan nilai CR (Critical Ratio) sebesar
2,122 dengan probabilitas sebesar 0,034. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05
disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima yaitu variabel orientasi pelanggan terbukti
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil ini tidak mendukung
penelitian dari Kansperger and Kunz (2005) yang mengemukakan bahwa orientasi
pelanggan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Hipotesis 3 adanya pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan nilai CR (Critical Ratio) sebesar
2,502 dengan probabilitas sebesar 0,012. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05
disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima yaitu variabel kualitas layanan terbukti
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini tidak
konsisten
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Retnowati
(2008)
yang
mengemukakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan
terhadap loyalitas pelanggan.
Hipotesis 4 adanya pengaruh orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai CR (Critical Ratio)
sebesar 0,54 dengan probabilitas sebesar 0,589. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05
bahwa hipotesis keempat ditolak yaitu variabel orientasi pelanggan terbukti
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2008) yang menyatakan orientasi layanan
berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
Hipotesis 5 adanya pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai CR (Critical Ratio)
sebesar 3,7 dengan probabilitas sebesar 0,001. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05
disimpulkan bahwa hipotesis kelima diterima yaitu variabel kepuasan pelanggan
terbukti berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lupiyoadi (2001), Imawan dan
16
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Sucento (2009) yang mengemukakan kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap
kualitas pelayanan.
6.
Persamaan Model Struktural
Berikut ini adalah hasil nilai hubungan kausalitas (β) variabel dan nilai
residu/error (e):
Tabel 9
Uji kausalitas Variabel dan Nilai Residu (Z)
KP
KP
LP
LP
LP
<--<--<--<--<---
Estimate
.258
.263
.450
.059
.284
KL
OP
KP
OP
KL
Variabel
Estimate
z1
0,466
0,439
z2
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat disusun persamaan regresi, sebagai
berikut:
KP
= 0,258KL + 0,263OP + 0,466(i)
LP
= 0,284KL + 0,059OP + 0,45KP + 0,439(ii)
7.
Analisis Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh
Total Model Penelitian
Tabel 10
Standardized Direct Effect Model Penelitian
KP
LP
OP
.263
.059
KL
.258
.284
KP
.000
.450
LP
.000
.000
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
ISSN 2355-0244
17
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 10 diatas menunjukkan pengaruh langsung kualitas layanan terhadap
kepuasan pelanggan sebesar 0,258, sedangkan pengaruh kualitas layanan terhadap
loyalitas pelanggan sebesar 0,284. Nilai pengaruh langsung kualitas layanan terhadap
kepuasan pelanggan dan loyalitas layanan, secara statistik adalah signifikan,
Pengaruh langsung orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan sebesar
0,263 namun pengaruh langsung orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan
secara statistik tidak signifikan. Dan pengaruh langsung kepuasan pelanggan terhadap
loyalitas pelanggan sebesar 0,45 (secara statistic signifikan).
Tabel 11
Standardized Indirect Effect Model Penelitian
KP
LP
OP
.000
.118
KL
.000
.116
KP
.000
.000
LP
.000
.000
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
Tabel 11 diatas menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung kualitas layanan
terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,116, dan pengaruh tidak langsung orientasi
pelanggan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,118. Nilai pengaruh tidak langsung
kualitas layanan dan orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan melalui
kepuasan pelanggan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan dan orientasi
pelanggan memiliki pengaruh tidak langsung untuk meningkatkan loyalitas pelanggan
melalui kepuasan pelanggan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan
terbukti sebagai variabel intervening.
Tabel 12
Standardized Total Effect Model Penelitian
KP
LP
OP
.263
.177
KL
.258
.400
KP
.000
.450
LP
.000
.000
Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013
18
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 12 diatas menunjukkan pengaruh total dari orientasi pelanggan terhadap
kepuasan pelanggan sebesar 0,263, pengaruh total orientasi pelanggan terhadap
loyalitas pelanggan sebesar 0,177. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi pelanggan
mempunyai kontribusi positif terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan.
Pengaruh total dari kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,258,
pengaruh total kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,4. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas layanan mempunyai kontribusi positif terhadap kepuasan
pelanggan dan loyalitas pelanggan. Dan pengaruh total kepuasan kerja terhadap
loyalitas pelanggan sebesar 0,45, hal ini menujukkan bahwa kepuasan pelanggan
memiliki kontribusi positif terhadap loyalitas pelanggan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat disajikan dalam penelitian ini adalah, Pertama.
kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, hasil ini
didukung penelitian Zeithamal et al (1996), Tat et, al (2011). Kedua, orientasi
pelanggan berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan pelanggan, hasil ini tidak
mendukung penelitian Kansperger and Kunz (2005) yang mengemukakan bahwa
orientasi pelanggan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.
Ketiga, kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan,
hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Retnowati (2008) yang mengemukakan
bahwa kualitas layanan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap loyalitas
pelanggan. Keempat, orientasi pelanggan berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap loyalitas pelanggan, hasil ini konsisten dengan penelitian Astuti (2008).
Kelima, kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan,
hasil ini konsisten dengan penelitian Lupiyoadi (2001), Imawan dan Sucento (2009).
Keenam, perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada
perbedaan model penelitian, perbedaan penggunaan variabel dan perbedaan objek
penelitian. Ketujuh, variabel kepuasan pelanggan terbukti sebagai variabel intervening,
yang memediasi pengaruh kepuasan pelanggan dan orientasi pelanggan terhadap
loyalitas pelanggan.
ISSN 2355-0244
19
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Saran
Disarankan dalam penelitian ini, Pertama sebaiknya penelitian berikutnya
menggunakan pertanyaan terbuka sehingga dapat lebih mendalam dalam wawancara
pada responden. Kedua untuk dapat mengeneralisasi loyalitas pelanggan kartu kredit
BCA sebaiknya pengguna kartu kredit BCA diberikan kesempatan yang sama sebagai
responden dalam penelitian ini.
20
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
DAFTAR PUSTAKA
Widhy Tri Astuti.2008.“Hubungan Kausal Kualitas Layanan, Loyalitas dan Komitmen
Nasabah pada Bank-bank Top Brand 2007”.Jurnal Keuangan dan
Perbankan.Vol. 12 No.2 296 -307
Brady, Micheal K, and Cronin Jr., J. Joseph 2001.”Some New Thoughs On
Conceptualizing Perceived Service Quality: A Hierarchical Approach”.Journal
of Marketing Vol 56 (July) pp 34-49
Brown, G.2002.“Brand loyalty fact or fiction”.Advertising Age.Vol. 9 (June)
Chang, T.Z and Chen,S.J.1998.”Market Orientation Service Quality and Business
Profitability: A Conceptual Model and Empirical Evidence”.Journal of
Service Marketing Vol 12 No 4 pp 246-264
Dick, Alan S. &Basu Kunal.1994.”Customer Loyalty : Toward an Integrated
Conceptual Framework.”Journal of the Academy of Marketing Science Vol
22: 99-113
Dong,
S,
et,
al.2011.”Functional
form
of
the
Satisfaction-Loyalty
Relationship”.International Journal of Research in Makerting
Augusty Ferdimand. 2006, Structural Equation Modeling dalam Penelitian
Manajemen Edisi 4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang
Fujun Lai, Mitch Grifin and Barry J.Babin.2009.”How quality, value, image and
satisfaction create loyalty at a Chinese telecom”.Journal of Business Research
Vol 6 No 2 pp 980-986
Imam Ghozali.2009.Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
BP-UNDIP:Semarang
ISSN 2355-0244
21
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Hair,
Joseph
F.,
William
J.
Black,
Barry
J.
Babin
dan
Rolph
E.
Anderson.2010.Multivariate Data Analysis. A Global Perspective.New
Jersey: Pearson Prentice Hall
Imawan,Zera N & Sucento.2009.’Analisa Kepuasan Pelanggan atas Kualitas
Pelayanan Jasa pada Pemegang Kartu Kredit Everyday Bank Mandiri di
Jakarta”.Journal of Business Strategi and Execution Vol. 1 No. 2: 387 – 400.
Infobank.Juli 2012
Kantspenger, Roland and Kunz, Werner H. 2005.”Managing Overall Service Quality
in Customer Care Centres: Empirical Findings of a Multi-Perspective
Approach”.International Journal of Service Industry Management Vol 16
No 2 pp 135-151
Kim, W. G. and Cha,Y..2002.”Antecedents and Consequences of Relationship Quality
in Hotel Industry”.Hospitally Management Vol 21 No 3 pp 321-338
Kotler, Philip.2002.Manajemen Pemasaran.Jakarta: Pearson Education Asia dan
Prenhallindo.
Muh. Masri.2009.”Analisis Pengaruh Orientasi Pelanggaan Terhadap Orientasi Pasar
Pada Industri Meubel di Kabupaten Muna”.Jurnal Manejemen dan
Kewirausahaan Vol. 2, No.2: 41-51.
Rambat Lupiyoadi.2001.Manajemen Pemasaran Jasa.Jakarta: Salemba Empat.
Mohammad Muzahir Akbar and Noorjahan Parvez.2009.”Impact of Service
Quality,Trust, and Customer Satisfaction on Customer Loyalty.ABAC.Dhaka
Bangladesh
Agus Purwoto & Sri Wahyuni.2009. Modul Laboraturium Statistik. Jakarta: ABFII
Perbanas Press
Nova Retnowati. 2008.”Pengaruh Kualitas Layanan, Orientasi Layanan, Strategi
Harga terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi terhadap Pelanggan
22
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Jasa Transportasi Kereta Api Eksekutip)”.Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 7
No.1: 134-150
Seiders, K, et al.2005.“Do satisfied Customer Buy More? Examining Moderating
Influences in a Retailing Context”.American Marketing Association
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 2008.Metode Penelitian Survai. Edisi
Revisi.Jakarta: LP3ES
Sinkula, James M, Wiliam E. Baker, Noordewier.1997.”A Framework for Market
Based
Organizational
Learning:
Linking
values
Knowledge
and
Behaviour”.Journal of The Academy of Marketing Science Vol 25 pp 305318
Sondoh, Stephen L, Maznah Wan Omar dkk.2007.”The Effect of Brand Image on
Overall Satisfaction and Loyalty Intention in the Context of Color
Cosmetic”.Asian Academy of Management Journal.Vol 12(1) pp 83-107
Sugiyono.2009.Metode Penelitian Bisnis.Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Penerbit
Alfabeta
Ujang Sumarwan.2004.Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam
Pemasaran.Bogor: Ghalia Indonesia.
Tat et al.2011.“Cunsomer Purchase Intention in Fast Food Restaurants:An Emperical
Study on Undergraduate Student”.The Special Issue on Contemporary Issues
in Business and Economics
Fandy Tjiptono. 2000.Manajemen Jasa.Yogyakarta: Andi Offset.
Uma
Sekaran.2006.Metodologi Penelitian
untuk
Bisnis”.(terjemahan).Jakarta:
Salemba Empat
Zeithaml el al.1996.“Measuring The Quality of Relationship In Customer Service : An
Empirical Study”.European Journal of Marketing
ISSN 2355-0244
23
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
ANALISIS DAMPAK STOCK SPLIT TERHADAP HARGA, VOLUME DAN
KEPUTUSAN INVESTASI PADA SAHAM
Selamet Riyadi
Selvi Andrefa
Institute Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas
ABSTRACT
Tujuan dari paper ini adalah untuk melihat bagaimana stock split yang dilakukan
oleh perusahaan berdampak pada harga, volume dan keputusan investasi investor pada
saham perusahaan. Apakah stock split yang dilakukan perusahaan hanya sebuah
kosmetika saham (tindakan yang tidak memiliki nilai ekonomis) atau memang sebuah
tindakan korporasi perusahaan yang menggambarkan bahwa perusahaan memiliki
perkembangan kearah yang lebih baik lagi. Sampel penelitian adalah PT Unilever
Indonesia, Tbk. (UNVR), sebagai salah satu emiten yang bergerak di bidang bisnis
produksi dan distribusi barang konsumsi, UNVR telah listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan termasuk sebagai salah satu dari sedikit saham yang tangguh di tengah krisis
global tahun 2008. Studi ini menggunakan data kuantitatif yang dikumpulkan dalam
bentuk angka atau bilangan dari laporan keuangan dan website resmi juga
menggunakan aplikasi tambahan seperti HOTS milik PT.E-trading Sekuritas,
sedangkan data kualitatif dikumpulkan dari hasil kuesioner yang disebar kepada para
investor retail. Hasil penelitian tersebut menunjukkan saham UNVR terus meningkat
dari tahun 2004 hingga tahun 2011. Hal itu ditunjukkan oleh peningkatan nilai tambah
pasar untuk pemegang saham (market value added/MVA) terhadap nilai buku (Book
Value/BV) di atas 1.000% sejak 2004 dan selalu positif, dari studi ini pertama
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham saat sebelum dan sesudah
stock split, pada kedua menunjukkan terdapat perbedaan volume pada saat sebelum dan
sesudah stock split, dan ketiga menunjukkan terdapat perbedaan ketertarikan
berinvestasi pada saham perusahaan. Dari hasil ketiga pengujian hipotesis tersebut
dapat terlihat bahwa kegiatan stock split yang dilakukan perusahaan memiliki dampak
positif terhadap tingkat harga, volume dan keputusan investasi investor pada saham
perusahaan.
Kata kunci: stock split, harga saham, volume perdagangan dan T-Test
24
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
PENDAHULUAN
Pada zaman sekarang banyak cara berinvestasi yang dapat dilakukan oleh
masyarakat di Indonesia, salah satu diantaranya adalah dengan berinvestasi atau
menanamkan modalnya pada saham di pasar modal. Untuk mengatasi permasalahan
dimana terjadi krisis keuangan atau masa surut keuangan, maka setiap individu atau
pun badan usaha memerlukan cara atau strategi investasi yang baik agar dapat selalu
bertahan walaupun sedang dalam keadaan krisis keuangan.
Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrument keuangan jangka panjang yang biasa diperjual belikan, baik dalam bentuk
utang maupun modal sendiri (Darmadji:2001). Pasar Modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah
melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan
lainnya. Dengan membeli saham, para pemodal berharap untuk menerima dividen
(pembagian laba) setiap tahun dan keuntungan (capital gains) pada saat sahamnya
dijual kembali.
Pasar Modal di Indonesia mulai aktif sejak 1977, pada awalnya di Indonesia
terdapat dua bursa saham yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya
(BES). Kemudian pada akhir 2007 demi efisiensi pemerintah menggabungkan kedua
bursa ini menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI), yang terus berkembang seiring dengan
bertambahnya usia, dan keadaanpun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin
banyak diminati investor. Semakin banyaknya tanggapan publik dan selalu
bertambahnya perusahaan yang Go Public adalah wujud dari kemajuan Bursa Efek.
Dibandingkan dengan situasi bursa efek pada sekitar 10 tahun yang lalu, keadaan saat
ini memang telah jauh berbeda.
Dalam Bursa efek hanya perusahaan (perseroan) yang sehat dan berprestasi
sajalah yang diijinkan menjual sahamnya di pasar modal (go public) untuk melidungi
para pemodalnya. Tandelilin (2001:45), pasar modal secara umum diartikan sebagai
pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak. Bentuk
konkritnya yaitu produk yang diperjual belikan di pasar modal berupa lembar suratsurat berharga di bursa efek.
ISSN 2355-0244
25
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Objek penelitian ini adalah salah satu perusahaan yang memproduksi produk
perawatan untuk rumah dan pribadi (Home & Personal Care) serta makanan dan
minuman (Food & Beverages), pada saat terjadi krisispun harga sahamnya stabil. PT
Unilever Indonesia, Tbk. (UNVR) berdiri pada tahun 1933, tepat 10 tahun setelah
berdiri di China, UNVR merupakan emiten yang bergerak di bisnis distribusi barang
konsumsi (consumer goods). Saham UNVR telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan termasuk sebagai salah satu saham yang tangguh di tengah krisis global tahun
2008. Harga saham UNVR mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari saat
dinyatakan listing hingga saat ini, tetapi peningkatan harga saham yang ada tidak
diikuti oleh peningkatan nilai transaksi pada saham tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa kurang likuidnya saham UNVR di BEI. Berdasarkan hal tersebut UNVR
melakuakan tindakan korporasi berupa untuk menanggulanginya yaitu stock split
(pemecahan saham).
Stock split (pemecahan saham) merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan go public untuk menaikan jumlah saham yang beredar, dimana aktivitas
tersebut biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan
mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Pengumuman stock split
dianggap sebagai informasi yang cukup berarti bagi para investor dalam rangka
pengambilan keputusan, karena dengan stock split maka harga saham akan menjadi
rendah dan mudah terjangkau oleh investor kecil. Hal ini akan menimbulkan
permintaan saham yang meningkat dan saham akan menjadi lebih likuid.
Menurut Susiyanto (2004) pemecahan saham (stock split) dapat di definisikan
sebagai aksi emiten yang dilakukan dengan memecah nilai nominal saham menjadi
nominal yang lebih kecil sesuai dengan ratio stock split yang ditentukan. Dimana
perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan penambahan jumlah lembar
saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor atau tidak
akan mengurangi atau membuat harga saham menjadi lebih rendah dari sebelumnya,
membentuk harga saham menjadi lebih wajar dan meningkatkan likuiditas saham di
pasar modal.
Setelah melakukan stock split pada tahun 2000 dan 2003, kinerja saham UNVR
terus meningkat dari tahun 2004 hingga saat ini. Hal itu ditunjukkan oleh peningkatan
26
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
nilai tambah pasar untuk pemegang saham (market value added/MVA) terhadap nilai
buku (Book Value/BV) di atas 1.000% sejak 2004 dan selalu positif. MVA/BV adalah
selisih antara harga saham perusahaan dan nilai buku. Nilai MVA/BV yang positif
memberikan indikasi UNVR mampu memberikan nilai tambah terhadap nilai bukunya.
Semakin tinggi nilai MVA, hal ini memiliki nilai positif bagi para investor saham
UNVR. Sejak 1 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2008, saham UNVR mampu
menghasilkan return 9,56% di tengah penurunan IHSG sebesar 53,99 persen. Hal ini
dapat menunjukkan bahwa saham UNVR termasuk salah satu pilihan favorit para
investor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak stock split terhadap harga,
volume dan keputusan investasi yang akan dilakukan investor, sedangkan penelitian
sebelumnya hanya menganalisis pengaruh stcok split terhadap harga saham pada
perusahaan yang go public (Fortuna :2010) dan Mila (2010) penelitian mengenai
analisis pengaruh stock split terhadap volume perdagangan saham dan abnormal return
saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI.
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis aksi korporasi yang
dilakukan PT Unilever Indonesia, Tbk. yaitu stock split (pemecahan saham) pada 6
November 2000 dan 3 September 2003 serta bagaimana dampaknya terhadap harga,
volume dan keputusan investasi para investor pada saham perusahaan. Studi ini terdiri
dari pendahuluan, kajian literatur, metode penelitian, analisis hasil penelitian,
kesimpulan dan saran.
KAJIAN LITERATUR
Pasar Modal
Pengertian pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di
bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar (Kep. Menkeu
RI No. 1548/KMK/90). Sedangkan menurut UU Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
diartikan sebagai, “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal juga diartikan
ISSN 2355-0244
27
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
sebagai suatu tempat dimana berbagai pihak, khususnya perusahaan, dapat menjual
saham (stock) dan juga obligasi (bond) yang dimiliki dengan tujuan untuk
menghimpun dana dari masyarakat luas (investor) yang nantinya dana tersebut dapat
dipergunakan sebagai tambahan dana bagi perusahaan ataupun untuk memperkuat dana
perusahaan (Irham & Yovi : 2011:41). Pasar modal merupakan suatu sarana bagi
perusahaan untuk dapat meningkatkan kebutuhan dana dalam jangka panjang dengan
cara menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Selain itu, pasar modal juga dapat
menjadi sarana tidak langsung dalam pengukur kualitas manajemen perusahaan,
dimana jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen dapat tercermin pada
harga surat berharga yang turun (Jogiyanto :2010:29).
Jadi pada hakekatnya pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan yang
memperdagangkan surat-surat berharga dalam jangka panjang seperti saham, obligasi,
reksadana dan produk-produk pasar modal lainnya. Pasar modal merupakan tempat
investasi yang sangat menarik bagi para investor atau pemodal karena dapat
memberikan tingkat hasil dan likuiditas yang sangat tinggi dan dapat diperjualbelikan
setiap saat, sehingga investor dapat dengan mudah melakukan penjualan aset apabila
sedang membutuhkan dana yang sifatnya segera.
Pengertian Saham
Setiap saham yang diperdagangkan di pasar modal memiliki 3 jenis nilai yang
melekat pada suatu perusahaan go-public (Mangasa, 2010:20). Nilai dari saham
tersebut perlu diperhatikan investor karena akan sangat membantu dalam
mempertimbangkan untuk melakukan investasi saham di pasar modal yaitu, a) Nilai
nominal merupakan nilai yang tertera pada saham, yang diperoleh dari hasil
perhitungan, total modal perusahaan : jumlah saham yang beredar. Jika perusahaan X
memiliki modal disetor Rp10 Miliar, dan merencanakan nilai atau harga nominal
saham sebesar Rp1.000,00 maka saham yang diterbitkan adalah Rp10 Miliar :
Rp1.000,00 = 10 juta lembar saham. b) Nilai Wajar Saham adalah nilai yang diberikan
oleh para investor atau analis pasar modal terhadap setiap saham yang diperdagangkan
di bursa efek dengan berpedoman kepada masing-masing industri dari setiap
perusahaan tersebut dan penggunaan metode-metode perhitungan nilai/harga saham
28
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
yang berlaku umum seperti tingkat pertumbuhan laba perusahaan, price to book value
(PBV), dan lainnya. c) Nilai Pasar adalah nilai yang diperdagangkan di bursa efek. .
Pengertian Stock Split
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi lebih kecil yang
bertujuan agar harga saham dapat lebih rendah dan jumlah saham yang beredar
menjadi lebih banyak, sehingga investor lebih mudah untuk melakukan pembelian atau
agar transaksi saham tersebut lebih likuid (Simatupang 2010 : 121). Menurut Irham
dan Yovi (2009:106), “Stock split adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan
mengurangi nilai nominal saham”. Jogiyanto (2010:561) menyatakan tentang
pemecahan saham sebagai berikut, “Pemecahan saham (stock split) adalah memecah
selembar saham menjadi n lembar saham (banyak lembar saham)”. Stock split
merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh pihak perusahaan atau emiten dengan
melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal perlembar saham. Dengan dilakukan stock split diharapkan jumlah saham yang beredar
akan meningkatkan proporsional dengan penurunan nilai nominal saham (lebih likuid)
sehingga dapat memungkinkan para investor retail untuk membeli saham tersebut.
Pada dasarnya ada 2 jenis stock split yang dapat dilakukan (Chotyahani: 2010),
yaitu pemecahan saham naik (split up) dan pemecahan saham turun (split down).
Pemecahan saham naik atau split up, yaitu: Penurunan nilai nominal per-lembar saham
yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya, 2:1,
3:1, 4:1 dan lain-lain. Stock split dengan split factor 2:1 (two-for-one) maksudnya
adalah 2 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 1 saham
lama (lembar sebelum pemecahan saham). Stock split dengan split factor 3:1
maksudnya adalah 3 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar
dengan 1 saham lama (lembar sebelum pemecahan) dan seterusnya. Sedangkan
Pemecahan saham turun atau split down, yaitu: Peningkatan nilai nominal per-lembar
saham dan mengurangi jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya dengan split
faktor 1:2, 1:3, 1:4 dan lain-lain. Stock split dengan split faktor 1:2 maksudnya adalah
1 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 2 lembar saham
lama (lembar sebelum pemecahan). Stock split dengan split factor 1:3 maksudnya
ISSN 2355-0244
29
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
adalah 1 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 3
lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan) dan seterusnya.
Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan Margareta (2004) menghasilkan kesimpulan terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap volume saham dan abnormal return pada saat
sebelum dan sesudah stock split.
Hasil pengujian Margaret juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
Ayu (2010) yang menemukan adanya perbedaan rata-rata aktivitas perdagangan
volume saham setelah peristiwa pemecahan saham. Tetapi pada penelitian mengenai
abnormal return sebelum dan sesudah stock split bertolak belakang karena pada
penelitian Ayu tidak ditemukannya perbedaan atau pengaruh rata-rata abnormal return
sebelum dan sesudah stock split.
Pengujian Arfianto (2005) menunjukkan bahwa stock split mempunyai pengaruh
yang positif terhadap pendapatan investor di pasar modal, sedangkan
Fortuna
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penurunan rata-rata harga pasar saham
relatif perusahaan sampel sebelum dan sesudah stock split.
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan hasil dari pengujian
yang telah dilakukan, seperti bedanya sampel perusahaan jenis apa yang diambil,
perbedaan data yang diambil dari perusahaan tersebut serta kemungkinan terjadinya
eror atau kesalahan saat pengolahan data. Melihat kondisi tersebut pada penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji ulang tentang dampak stock split terhadap harga saham,
volume saham dan keputusan investasi para investor yang pengambilan datanya akan
lebih difokuskan pada satu perusahaan yaitu PT Unilever Indonesia, Tbk. yang telah
melakukam stock split dua kali pada tahun 2000 dan 2003.
Dengan melihat prospek usaha dan citra perusahaan yang terus membaik dari
tahun ketahun, diharapkan hasil penelitian pada perusahaan ini dapat melengkapi
penelitian-penelitian yang terdahulu. Selain itu, pada penelitian ini Peneliti juga akan
melihat bagaimana keputusan investasi para investor terhadap saham perusahaan pada
saat sebelum dan sesudah stock spliti.
30
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
METODE PENELITIAN
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari
hasil kuesioner kepada pihak unilever dan investor melalui pialang efek dan data
sekunder berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data documenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan, berupa informasi
tentang fluktuasi harga dan volume saham UNVR di pasar modal dan laporan keuangan
PT Unilever Indonesia,Tbk.
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Suatu instrument yang dikatakan valid adalah instrumen yang dapat mengukur
variabel yang diteliti secara tepat atau terdapat kecocokan antara apa yang diukur
dengan tujuan pengukuran. Pengukuran validitas penelitian menggunakan korelasi
product moment, dimana nilai R dapat dilihat dari tabel R product moment dengan
menggunakan nilai atau taraf signifikansi 0,05. Sebagai pengambilan keputusan jika
nilai Rhitung kurang dari nilai Rtabel maka pertanyaan digugurkan (tidak valid). Namun
jika nilai Rhitung lebih besar dari nilai Rtabel maka daftar pertanyaan tidak ada yang gugur
(data valid) dan dapat disertakan dalam analisa berikutnya. Uji Reliabilitas adalah
untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten atas suatu
kuesioner dalam penelitian ini dengan menggunakan instrumen Cronbach’s Alpha.
Adapun dasar kriteria penilaian pada uji reliabilitas menurut Trihendradi
(2011:211) : a) Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari signifikansi 60% atau 0,6
maka kuesioner tersebut reliable; b) Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari
signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliable.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada hipotesis pertama dan kedua adalah
pengujian T-Test untuk sampel berhubungan (Paired Sample), yaitu uji beda rata-rata
dua sampel (T-Test) dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori (Erwan dan Dyah,
2011:156), yaitu T-test untuk Sampel Bebas (Independent Sample) dan T-test untuk
sampel berpasangan (T-test Paired Sample). T-test untuk Sampel Bebas (Independent
ISSN 2355-0244
31
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Sample) digunakan untuk data sampel yang tidak saling berhubungan, misalnya priawanita. Saat melakukan pengujian hipotesis dengan T-test Paired Sample, terlebih
dahulu ditentukan nilai signifikan atau tingkat kepercayaan sebesar 5% (0,05), nilai
signifikan ini telah default jika menggunakan program SPSS (Singgih, 2010:278).
Pengambilan keputusan untuk uji hipotesis dengan metode T-test Paired Sample adalah
diterima jika nilai signifikan (sig.) yang dihasilkan dalam tabel output T-test Paired
Sample lebih dari 0,05 ( > 0,05). Sedangkan jika nilai signifikan (sig.) pada tabel
kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka hasilnya ditolak.
Uji Kruskal Wallis
Pada hipotesis ketiga Penulis melakukan uji kruskal wallis dari hasil kuisioner
yang telah disebarkan. Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik yang digunakan
untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data sampel. Uji Kruskal-Wallis
digunakan ketika asumsi ANOVA tidak terpenuhi (Singgih, 2010:387). ANOVA
adalah teknik analisis data statistik yang digunakan ketika kelompok-kelompok
variabel bebas lebih dari dua. Pada ANOVA, kita asumsikan bahwa distribusi dari
masing-masing kelompok harus terdistribusi secara normal. Dalam uji Kruskal-Wallis,
tidak diperlukan asumsi tersebut, sehingga uji Kruskal-Wallis adalah uji distribusi
bebas (Singgih, 2010:367). Uji Kruskal Wallis harus memenuhi asumsi berikut ini:
1. Sampel ditarik dari populasi secara acak
2. Kasus masing-masing kelompok independen
3. Skala pengukuran yang digunakan biasanya ordinal
Statistik uji Kruskal Wallis menggunakan nilai distribusi Chi-kuadrat dengan
derajat bebas adalah k-1 dengan jumlah sample harus lebih dari 5. Jika nilai uji Kruskal
Wallis lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat tabel, maka hipotesis null diterima, berarti
sampel berasal dari populasi yang sama, demikian pula sebaliknya.
Jenis jawaban dari pertanyaan kuisioner dibuat dengan metode Skala Likert, yaitu
skala yang digunakan untuk mengukur opini atau persepsi responden berdasarkan
tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan, skala yang dikembangkan oleh Rensis Likert
ini biasanya memiliki 5 atau 7 kategori peringkat dari sangat tidak setuju hingga sangat
setuju dan data yang dihasilkan dari instrument penelitian berskala Likert merupakan
32
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
data ordinal (Erwan dan Dyah, 2011:63). Pada penelitian ini, dalam lembar kuisioner
yang diberikan kepada responden Penulis menggunakan 5 kategori jawaban yang
terdiri dari sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju.
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Dalam perkembangannya, Perusahaan. hingga saat ini telah melakukan
pemecahan saham (stock split) sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada tanggal 6 November
2000 dan 3 September 2003. Karena itu, perhitungan atau uji T-Test Paired Sample
terhadap harga saham dilakukan dua kali yaitu untuk data harga saham sebelum dan
sesudah stock split pada tahun 2000 dan 2003.
Bagian pertama akan dimulai dengan pengujian T-Test Paired Sample untuk data
harga saham UNVR pada saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split
pada tahun 2000. Setelah itu, pengujian dilanjutkan dengan data harga saham UNVR
pada saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split pada tahun 2003. Data
harga saham tersebut diperoleh melalui program Hots e-Trading yang telah diolah dan
disederhanakan, diolah dengan uji T-Test Paired Sample. Saat melakukan pengujian
hipotesis dengan T-test Paired Sample, terlebih dahulu ditentukan nilai signifikan atau
tingkat kepercayaan sebesar 5% (0,05), nilai signifikan ini telah default jika
menggunakan program SPSS (Singgih, 2010:278).
Tabel 1
Hasil Uji T-Test Paired Sample Harga Saham Tahun 2000
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
sebelum
116,983.3333
30 22,922.46426
4,185.05025
sesudah
147,530.0000
30 14,870.33961
2,714.94015
Sumber : Output Program SPSS Versi 16
Hasil pengujian dari tabel bagian pertama ini (Paired Samples Statistics)
menerangkan bahwa rata-rata harga saham saat sebelum terjadi stock split adalah
Rp116.983,33 sedangkan setelah terjadi stock split rata-rata harga saham adalah
ISSN 2355-0244
33
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Rp147.530,00. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi kenaikan rata-rata harga saham
setelah stock split yang disebabkan oleh meningkatnya persentase portofolio saham
UNVR ditangan para investor. Semakin meningkatnya demand atas saham UNVR
dapat membawa harga saham UNVR ketingkat yang lebih tinggi.
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
sebelum & sesudah
Correlation
30
Sig.
-.638
.000
Sumber : Output Program SPSS Versi 16
Bagian kedua output adalah tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara
kedua variabel menghasilkan angka -0,638 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,000 yang
kurang dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara harga
saham sebelum dan sesudah stock split adalah sangat erat dan benar-benar
berhubungan dengan nyata.
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean
Pair 1 sebelum sesudah
-30,546.66667
Std. Deviation
Std. Error
Mean
34,369.18962 6,274.92681
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower
-43,380.33299
Upper
t
Sig.
(2df tailed)
-17,713.00035 -4.868 29
Sumber : sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16
Pada tabel ketiga ini terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada harga saham
UNVR sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai
probabilitas (sig.) yang dihasilkan adalah 0,000 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham yang dihasilkan pada
saat sebelum dan sesudah stock split pada tahun 2000. Hasil pengolahan data dengan
uji T-Test Paired Sample, mendapatkan output sebagai berikut:
34
ISSN 2355-0244
.000
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 2
Hasil Uji T-Test Paired Sample Harga Saham Tahun 2003
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Error
Mean
Std. Deviation
sebelum
22,861.6667
30
3,624.83491
661.80128
sesudah
34,583.3333
30
2,204.35827
402.45892
Sumber : data diolah dengan Program SPSS Versi 16
Hasil pengujian dari tabel bagian pertama (Paired Samples Statistics)
menerangkan bahwa rata-rata harga saham saat sebelum terjadi stock split adalah
Rp22.861,67 sedangkan setelah terjadi stock split rata-rata harga saham menjadi
Rp34.583,33. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi kenaikan rata-rata harga saham
setelah stock split yang disebabkan oleh meningkatnya persentase portofolio saham
UNVR ditangan para investor. Semakin meningkatnya demand atas saham UNVR
dapat membawa harga saham UNVR ketingkat yang lebih tinggi.
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
sebelum & sesudah
Correlation
30
-.734
Sig.
.000
Sumber : Output Program SPSS Versi 16
Bagian kedua output adalah tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara
kedua variabel menghasilkan angka -0,734 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,000 yang
kurang dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara harga
saham sebelum dan sesudah stock split adalah sangat erat dan benar-benar
berhubungan dengan nyata.
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean
Std.
Deviation
95% Confidence Interval of
the Difference
Std. Error
Mean
Lower
Upper
t
Sig.
(2df tailed)
Pair 1 sebelum -11,721.66667 5,452.59640 995.50335
-9,685.63371 -11.775 29
sesudah
13,757.69962
Sumber : Output Program SPSS Versi 16
ISSN 2355-0244
35
.000
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel ketiga ini terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada harga saham UNVR
sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai probabilitas
(sig.) yang dihasilkan adalah 0,000 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham yang dihasilkan pada saat
sebelum dan sesudah stock split pada tahun 2003.
Bagian pertama akan dimulai dengan pengujian T-Test Paired Sample untuk
volume saham UNVR saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split
tahun 2000. Setelah itu, pada bagian kedua pengujian akan dilanjutkan dengan volume
saham UNVR pada saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split pada
tahun 2003. Data volume saham diperoleh melalui program Hots e-Trading yang telah
diolah dan disederhanakan. Seperti halnya pada analisis pertama, saat melakukan
pengujian dengan T-test Paired Sample, terlebih dahulu ditentukan nilai signifikan atau
tingkat kepercayaan sebesar 5% (0,05), nilai signifikan ini telah default jika
menggunakan program SPSS (Singgih, 2010:278), didapat output sebagai berikut :
Tabel 5
Hasil Uji T-Test Paired Sample Volume Saham Tahun 2000
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
sebelum
56.63
30
64.313
11.742
sesudah
101.93
30
86.734
15.835
Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16
Hasil pengujian dari tabel Paired Samples Statistics menerangkan bahwa rata-rata
volume saham saat sebelum terjadi stock split adalah 56,63 sedangkan setelah terjadi
stock split rata-rata volume saham menjadi 101,93.
Paired Samples Correlations
N
Pair 1
sebelum & sesudah
Correlation
30
.295
Sig.
.114
Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16
36
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Bagian kedua output adalah tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara
kedua variabel menghasilkan angka 0,295 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,114 yang
lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara volume
saham sebelum dan sesudah stock split adalah tidak erat dan tidak berhubungan dengan
nyata.
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean
Pair 1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean Lower Upper
t
df
sebelum -45.297
91.497
16.705 -79.462 -11.131 -2.712
sesudah
Sumber: Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16
Sig. (2tailed)
29
.011
Pada tabel ini dapat terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada volume saham UNVR
sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai probabilitas
(sig.) yang dihasilkan adalah 0,011 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan volume saham pada saat sebelum dan sesudah
stock split pada tahun 2000. Berdasarkan Paired Sample T-Test dan didapat output
sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Uji T-Test Paired Sample Volume Saham Tahun 2003
Paired Samples Statistics
Mean
Pair 1
sebelum
1007.23
N
Std. Deviation Std. Error Mean
30
578.107
sesudah
2373.77
30
1454.779
Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16
105.547
265.605
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel Paired Samples Statistics diatas menerangkan
bahwa rata-rata volume saham saat sebelum terjadi stock split adalah 1007,23
sedangkan setelah terjadi stock split rata-rata volume saham menjadi 2373,77.
ISSN 2355-0244
37
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Paired Samples Correlations
N
Correlation
Sig.
Pair 1 sebelum & sesudah
30
-.038
.842
Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16
Pada tabel output kedua, tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara kedua
variabel menghasilkan angka -0,38 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,842 yang lebih
besar dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara volume
saham sebelum dan sesudah stock split adalah tidak erat dan tidak berhubungan dengan
nyata.
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean
Std.
Deviation
Pair 1
sebelum -1.367E3
1585.654
sesudah
Sumber: Output Program SPSS Versi 16
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
289.499 -1958.626 -774.440
t
Sig. (2df tailed)
-4.720 29
Dari tabel di atas dapat terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada volume saham
UNVR sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai
probabilitas (sig.) yang dihasilkan adalah 0,000 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan volume saham pada saat sebelum dan
sesudah stock split pada tahun 2003.
Analisis yang ketiga atau yang terakhir adalah pengujian mengenai dampak stock
split terhadap keputusan berinvestasi para investor pada saat sebelum dan sesudah
stock split. Pada pengujian validitas dan realibilitas sebelumnya, data penelitian telah
dinyatakan valid dan reliabel. Pada pengujian Kruskal Wallis test, penelitian dilakukan
dengan membagi responden ke dalam 3 kelompok yang ditunjukkan pada tabel 7
dibawah ini:
38
ISSN 2355-0244
.000
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 4
Analisa rank responden
Ranks
Atribut
Skor_Responden
N
Mean Rank
1.00
9
11.50
2.00
17
16.85
3.00
21
35.14
Total
47
Sumber: Sumber data diolah dengan SPSS Versi 16
Keterangan atribut:
1
= Keputusan responden berinvestasi dengan mengabaikan stock split
2
= Keputusan responden berinvestasi dengan tidak mengetahui stock split
3
= Keputusan responden berinvestasi dengan mengetahui stock split
Berdasarkan tabel 7 di atas, maka dapat diketahui bahwa responden yang
mengambil keputusan berinvestasi dengan mengabaikan stock split sebanyak 9 orang
dengan mean rank 11.50, kemudian responden yang mengambil keputusan
berinvestasi, namun tidak mengetahui stock split perusahaan di tahun sebelumnya
sebanyak 17 orang dengan mean rank 16.85. Adapun mayoritas responden mengambil
keputusan investasi setelah mengetahui adanya stock split yang dilakukan perusahaan
sebanyak 21 orang dengan mean rank 35.14.
Statistik uji Kruskal Wallis menggunakan nilai distribusi Chi-kuadrat dengan
derajat bebas adalah k-1 dengan jumlah sampel harus lebih dari 5. Jika nilai uji Kruskal
Wallis lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat tabel, berarti tidak ada pengaruh, berarti
sampel berasal dari populasi yang sama, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan SPSS versi 16.0, diperoleh hasil sebagai berikut:
ISSN 2355-0244
39
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 8
Chi-Square
Test Statisticsa,b
Skor_Responden
Chi-Square
26.156
df
2
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Atribut
Sumber: Sumber data diolah dengan program SPSS Versi 16
Nilai p-value sebesar 0,000 < nilai kritis 0,05, karena itu terlihat bahwa terdapat
cukup bukti dimana terdapat perbedaan dari ketiga kelompok responden dalam
mengambil keputusan investasi. Chi-square test bernilai positif, dimana skor tertinggi
dalam kelompok merupakan kelompok responden yang berinvestasi setelah
mengetahui stock split. Jadi dapat diinterpretasikan bahwa stock split yang dilakukan
perusahaan berdampak positif pada keputusan investasi para investor. Sehingga
kesimpulan untuk analisis ketiga adalah terdapat perbedaan ketertarikan berinvestasi
pada saham UNVR. saat sebelum dan sesudah stock split.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan uji penelitian dengan Paired Sample T-Test yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan harga saham antara
sebelum dengan sesudah stock split yang dilakukan manajemen Perusahaan pada tahun
2000 dan 2003. Kesimpulan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Harsoni (2004) dan Fortuna (2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kenaikan rata-rata harga pasar saham relatif perusahaan sampel
sebelum dan sesudah stock split. Serta pemecahan saham memberikan pengaruh
terhadap kenaikan dan penurunan harga saham.
Pemecahan saham merupakan salah satu bentuk corporate action yang dilakukan
perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah transaksi perdagangan saham
baik itu dari segi volume dan frekuensinya, dengan adanya permecahan saham maka
40
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
akan menurunkan harga saham yang beredar di masyarakat, sehingga setelah itu
diharapkan dapat kembali meningkatkan daya tarik investor dan pada akhirnya harga
saham yang diperdagangkan akan semakin meningkat.
Corporate action mengenai pemecahan saham sering dikaitkan dengan Signaling
Theory yang menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal yang informatif
kepada investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dengan
adanya pandangan seperti itu, maka bila dikaitkan dengan timbulnya perbedaan atau
kenaikan harga saham akibat kegiatan stock split sangatlah wajar karena hal tersebut
menandakan bahwa kegiatan pemecahan saham yang dilakukan perusahaan dinilai
investor sebagai perkembangan perusahaan ke arah yang lebih baik lagi.
Hasil uji penelitian kedua mengenai volume saham didapatkan hasil yaitu terdapat
perbedaan aktivitas volume saham saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil
pengujian ini didukung dengan hasil pengujian yang dilakukan oleh Mila (2010) yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan setelah
peristiwa pemecahan saham.
Faktor penyebab terjadinya perbedaan aktivitas volume saat sebelum dan setelah
stock split antara lain adalah reaksi pasar yang cukup tajam, dimana setiap investor
yang melihat peluang investasi yang baik saat stock split terjadi karena harga saham
jadi lebih terjangkau dan tingkat likuiditas semakin membaik. Setiap investor tentu
ingin melakukan investasi dengan saham/asset portofolio yang bersifat likuid sehingga
akan lebih mudah untuk mencairkan dana portofolionya kapanpun disaat mereka
membutuhkan dana yang sifatnya segera.
Hasil dari pengujian ke 3 dengan menggunakan uji Kruskal Wallis menyatakan
bahwa terdapat dampak yang positif dari stock split yang dilakukan perusahaan
terhadap ketertarikan berinvestasi investor pada saham UNVR. Hal ini berarti terdapat
perbedaan ketertarikan berinvestasi pada saham perusahaan pada saat sebelum dan
sesudah stock split. Adanya perbedaan ketertarikan dalam keputusan berinvesasi para
investor pada saham UNVR saat sebelum dan sesudah stock split dapat disebabkan
oleh perubahan dari return didapat dan resiko yang dihadapi oleh para investor saat
terjadi stock split.
ISSN 2355-0244
41
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pada analisis pertama didapatkan hasil, terdapat perbedaan tingkat harga saham pada
saat sebelum dan sesudah stock split. Pada data sekunder yang didapatkan Peneliti
melalui Hots E-Trading, pada saat 30 minggu sebelum pelaksanaan stock split tahun
2000, saham UNVR berada pada level harga Rp77.000,00 dan tepat sebelum stock split
berada dikisaran harga Rp148.000,00. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun berita
tentang stock split belum dikeluarkan oleh emiten namun rumor yang beredar di pasar
saham sangat cepat menyebar diantara para trader, sehingga harga saham UNVR terus
meningkat hingga naik 100%. Sedangkan setelah pelaksanaan stock split harga saham
UNVR cenderung bergerak stabil sehingga 30 minggu kemudian hanya memperoleh
gain sekitar 15 persen yakni dari level harga Rp14.000,00 ke level Rp16.250,00.
Begitu juga dengan pelaksanaan stock split pada tahun 2003, saat 30 minggu
sebelum stock split harga saham UNVR ada di level Rp19.500,00 dan tepat sebelum
stock split saham UNVR naik hingga level Rp.27.800,00. Hal ini menandakan bahwa
saham UNVR mengalami kenaikan hingga 35 persen. Namun setelah pelaksanaan
stock split kembali saham UNVR bergerak cukup stabil dari level harga Rp3.450,00
hinga 30 minggu kemudian ada di level harga Rp3.550,00. Dari kedua peristiwa
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham pada
saat sebelum dan sesudah stock split. Hal ini menandakan bahwa stock split
memberikan dampak positif terhadap kenaikan tingkat harga saham UNVR.
Pada analisis kedua didapatkan hasil terdapat perbedaan volume saham pada saat
sebelum dan sesudah stock split. Melalui studi ini diketahui bahwa aksi stock split turut
mempengaruhi tingkat likuiditas perdagangan saham jika dipantau berdasarkan tingkat
peredaran saham pada periode 2000 dan 2003. Pada saat 30 Minggu sebelum stock
split pada tahun 2000 jumlah saham UNVR yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia sejumlah 1.699 lot namun 30 minggu setelah aksi stock split memperlihatkan
dampak yang signifikan terhadap volume perdagangan saham UNVR yakni 30.579 lot
(jika dibandingkan dalam kondisi sebelum stock split sudah meningkat 100 persen
menjadi 3.057,9 lot) saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
42
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Hasil analisis lainnya yaitu 30 Minggu sebelum stock split pada tahun 2003
jumlah saham UNVR yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sejumlah 30.217
lot namun 30 minggu setelah aksi stock split memperlihatkan dampak yang signifikan
terhadap volume perdagangan saham UNVR yakni 712.130 lot (jika dibandingkan
dalam kondisi sbelum stock split sudah meningkat 100% menjadi 71.213 lot) saham
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Hal itu menunjukkan ketertarikan
berinvestasi terhadap saham UNVR turut meningkat setelah aksi stock split dan turut
mempengaruhi volatilitas harga saham UNVR. Dengan adanya aksi stock split semakin
banyak investor kelas retailer yang tertarik untuk menanamkan sebagian investasinya
di saham UNVR. Dari peristiwa stock split pada tahun 2000 dan 2003 dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan volume saham pada saat sebelum dan sesudah
stock split. Hal ini menandakan bahwa stock split memberikan dampak positif terhadap
meningkatnya volume saham UNVR yang diperdagangkan di BEI.
Pada analisis ketiga didapatkan hasil, terdapat perbedaan ketertarikan berinvestasi
pada saham PT Unilever Indonesia, Tbk. saat sebelum dan sesudah stock split. Pada
penelitian data primer Penulis melihat bahwa ketertarikan investor pada saham UNVR
setelah stock split terdapat sinyal yang kuat, dimana para investor menyambut baik
untuk berinvestasi saham UNVR setelah stock split. Berdasarkan penelitian hipotesis 3,
diketahui bahwa responden yang mengambil keputusan berinvestasi dengan
mengabaikan stock split sebanyak 9 orang dengan mean rank 11.50, kemudian
responden yang mengambil keputusan berinvestasi namun tidak mengetahui stock split
perusahaan di tahun sebelumnya sebanyak 17 orang dengan mean rank 16.85. Adapun
mayoritas responen mengambil keputusan investasi setelah mengetahui adanya stock
split yang dilakukan perusahaan sebanyak 21 orang dengan mean rank 35.14.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
ketertarikan berinvestasi pada saham PT Unilever Indonesia, Tbk. saat sebelum dan
sesudah stock split.
Dalam melakukan keputusan investasi pada saham, para investor sebaiknya
memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan atau emiten,
karena daya tangkap informasi bagi masing-masing investor sangat mempengaruhi
kinerja return investasi. Para investor juga harus memiliki pergaulan dan komunikasi
ISSN 2355-0244
43
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
yang luas terhadap banyak kalangan. Sehingga dapat mempunyai banyak pertimbangan
dan saran atas suatu investasi. Selain itu, investor hendaknya mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal sepeti faktor ekonomi dan politik, kondisi pasar, karena hal ini
secara tidak langsung akan mempengaruhi harga saham.
Dengan banyaknya rumor dan informasi yang beredar diantara para investor
seperti melalui berita-berita di internet, diharapkan para investor tidak mudah percaya
begitu saja dan hanya mendengarkan informasi resmi dari emiten yang bersangkutan.
Sehingga para investor atau trader akan terlindungi dari resiko kerugian akibat rumor
atau berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk penelitian yang akan datang diharapkan peneliti dapat menguji variabelvariabel lain yang juga terkena dampak dari kegiatan stock split yang dilakukan
perusahaan, seperti dividen dan laba dengan memperpanjang periode pengamatan yang
akan lebih mencerminkan reaksi pasar serta menggunakan metode yang berbeda.
44
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Oky. (2005). Dampak Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Pendapatan
Investor Di Pasar Modal. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: ABFII Perbanas.
Agus Purwanto, Erwan & Ratih Sulistyastuti, Dyah. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Yogyakarta:
Gava Media.
Cynthia. (2010). Analisis Perbedaan Volume Perdagangan dan Return Saham Sebelum
dan Sesudah Kebijakan Pemecahan Saham Pada BEI Tahun 2005-2008. Skripsi
tidak diterbitkan. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Darmadji, Tjiptono. (2001). Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: PT Salemba Emban
Patria.
Darmadji, Tjiptono & Fakhrudin, Hendy. (2008). Pasar Modal di Indonesia Pendekatan
Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (Edisi
kedua). Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.
Fahmi, Irham & Lavianti Hadi, Yovi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi
(Teori dan Tanya Jawab). Bandung: CV Alfabeta.
Fortuna, Chotyahani Hasna Rizka. (2010). Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi
Diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Gaol, Chr. Jimmy L. (2008). Sistem Informasi Manajemen : Pemahaman dan Aplikasi.
Jakarta: PT Grasindo.
Halim, Abdul. (2005). Analisis Investasi. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat.
ISSN 2355-0244
45
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Hamzah, Amir. (2006). Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah
Reverse Stock Split di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi diterbitkan. Sumatra
Selatan: Program Studi Magister Manajemen
Hariyani, Iswi & Serfianto D.P., R. (2010). Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal.
Jakarta: Transmedia Pustaka.
Harsoni K., Margareta. (2004). Pengaruh stock split terhadap likuiditas perdagangan
saham dan pendapatan saham.
Hartono, Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga.
Yogyakarta: Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
-------------------------. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketujuh.
Yogyakarta: Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada.
Husnan, Suad. (2003). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
-------------------. (2005). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Kuncoro, Mudrajad. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3. Jakarta:
Erlangga.
Marwata. (2001). Kinerja Keuangan, Harga Saham dan Pemecahan Saham. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia, Volume 4, No.2.
Mila W., I Gusti Ayu. (2010). Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split)
Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham pada
Perusahaan yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2009. Skripsi diterbitkan.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
46
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Raco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Santoso, Singgih. (2010). Mastering SPSS 18. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Simatupang, Mangasa. (2010). Pengetahuan Praktis Investasi Saham dan Reksa Dana.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Susiyanto, Fendi M. 23 April 2004. Penggabungan dan Pemecahan Saham,
Konsolidasi Saham Sektor Perbankan. http://www.kompas.com. Halaman 1-5.
HU
UH
Jakarta.
Syafitri, Khairani. (2001). Pengaruh Stock Split Terhadap Return Saham. Skripsi tidak
diterbitkan. Depok: Program Studi Magister Manajemen FEUI.
Tandelilin, Eduardus. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
-----------------------------. (2010). Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). Edisi
Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Trihendradi, C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan
SPSS 19. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Zed, Mestika. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Susiyanto, 2004
Keputusan menteri keuangan RI No.1548/KMK/90
Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
ISSN 2355-0244
47
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA BANK MUAMALAT
INDONESIA
Puji Hadiyati
Perbanas Institute
email: [email protected]
Riski Aditya Baskara
ABSTRACT
This research aims at analyzing the impact of non-performing financing of
mudharabah and musyarakah financing in Muamalat Indonesia Bank either in partial
or simultaneously. The data used in this research are secondary data compiled from
the Muamalat Indonesia Bank’s quarterly financial statements within 2006-2010
periods. Data analysis method used is multiple linear regression with hypotheses
examination as of t test, F test, and Adjusted R Square. The findings in partial is that
non performing financing of mudharabah financing has negative impact and
significant to profitability rate with the score of t test (-3,146) t table < (-2,1098),
whereas non performing financing of musyarakah financing does not have significant
impact to profitability rate with the score t test (-1,119) > t table (-2,1098), so that
simultaneously non performing financing of mudharabah and musyarakah has
significant impact to Muamalat Indonesia Bank’s profitability with the score of F test
(7,298) > F table (3,5915) and the independent variables contribution to profitability
is 39,9 percent.
Keywords: non performing financing, mudharabah financing, musyarakah financing,
profitability.
48
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
PENDAHULUAN
Pengesahan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan
diberlakukannya kebijakan Spin Off telah mendorong bertambahnya jumlah Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari bertambahnya jumlah
BUS yang semula hanya 3 (tiga) sampai tahun 2008, menjadi 11 (sebelas) pada akhir
tahun 2010. Kondisi tersebut membawa konsekuensi pada semakin tajamnya
persaingan di antara BUS. Persaingan yang semakin tajam menuntut suatu keputusan
yang tepat dalam menjalankan usaha. Selain itu keputusan yang tepat harus didukung
oleh perencanaan yang baik sebagai dasar operasional dan pencapaian profit yang
diharapkan. Dalam rangka mengoptimalkan profitabilitasnya, bank akan berusaha
meningkatkan pengumpulan dana dari sumber dana yang tersedia. Upaya peningkatan
profitabilitas juga harus disertai dengan upaya peningkatan kualitas penyaluran aktiva
produktif. Salah satu bentuk penyaluran dana perbankan syariah adalah melalui
pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat.
Pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah hampir 80 persen menggunakan
skema murabahah dengan prinsip jual beli. Dominasi produk pembiayaan dengan pola
jual-beli ini antara lain disebabkan risiko yang dihadapi bank syariah lebih kecil
dibandingkan risiko pada skim pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah dan
musyarakah. Tingginya tingkat risiko yang dihasilkan oleh pembiayaan dengan skema
mudharabah atau musyarakah dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah atau non
performing financing (NPF) bagi bank syariah. Menurut data dari Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia, rasio NPF bank-bank syariah mencapai 5,14
persen pada kuartal pertama 2009. Angka itu melewati ambang batas maksimal
pembiayaan bermasalah yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar lima persen, dan
mengindikasikan adanya potensi pembiayaan bermasalah. Tingginya tingkat kegagalan
dalam pembiayaan bermasalah akan berdampak negatif bagi pihak bank, antara lain
berupa hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang
disalurkan, dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank berupa penurunan dalam
perolehan laba.
Kemampuan bank syariah dalam menghasilkan profit menjadi indikator penting
keberlanjutan entitas bisnis dan kemampuan bersaing bank syariah dalam jangka
ISSN 2355-0244
49
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
panjang. Keuntungan yang layak diperlukan setiap bank guna menarik minat para
pemilik dana untuk menitipkan uang mereka di bank. Keuntungan juga diperlukan
untuk mendanai perluasan usaha serta membiayai usaha peningkatan mutu jasa.
Semuanya itu hanya mungkin dijalankan dengan baik apabila bank dapat menghasilkan
keuntungan yang memadai salah satunya melalui sistem pembiayaan bagi hasil yang
tidak bermasalah. Penelitian ini bertujuan mengestimasi dan menganalisis pengaruh
tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas PT Bank
Muamalat Tbk periode tahun 2006-2010.
TINJAUAN LITERATUR
Pengertian pembiayaan menurut Muhammad (2002) adalah financing atau
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri atau dilakukan oleh orang lain. Tujuan alokasi dana untuk mencapai
tingkat profitabilitas yang cukup dan risiko yang rendah, serta mempertahankan
kepercayaan masyarakat dengan menjaga posisi likuiditas tetap aman. Sedangkan
menurut
Siamat
(2005)
penyaluran
pembiayaan
merupakan
kegiatan
yang
mendominasi pengalokasian dana bank, dengan nilai antara 70 persen sampai dengan
80 persen dari volume usaha bank. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sumber
pendapatan utama bank berasal dari kegiatan penyaluran pembiayaan baik dalam
bentuk bagi hasil, mark up, maupun pendapatan sewa. Seluruh pendapatan yang
diperoleh dari pembiayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas bank
yang tercermin dari perolehan laba yang optimal.
Menurut Karim (2008) berdasarkan tujuannya jenis-jenis pembiayaan syariah
dapat dibedakan menjadi pembiayaan modal kerja syariah, pembiayaan investasi
syariah, dan pembiayaan konsumtif syariah. Akad atau prinsip yang menjadi dasar
operasional bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan digolongkan menjadi 4 jenis,
yaitu prinsip jual beli (terdiri dari murabahah, salam dan istishna), prinsip bagi hasil
(terdiri dari mudharabah dan musyarakah), perinsip sewa (ijarah dan ijarah
muntahhiyah bittamlik), serta akad pelengkap (kafalah, rahn, qardh, wakalah dan
50
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
hiwalah). Statistik Bank Indonesia menggambarkan bahwa pola utama pembiayaan
yang mendominasi bank syariah di Indonesia adalah prinsip jual beli dan bagi hasil.
Antonio (2005) mengemukakan bahwa secara umum prinsip bagi hasil dalam
perbankan syariah dapat dilakukan dalam 4 akad utama, yaitu (1) musyarakah, (2)
mudharabah, (3) muzara’ah dan (4) musaqah.
Pembiayaan Mudharabah
Menurut Karim (2010:204) pembiayaan mudharabah adalah bentuk kontrak
antara dua pihak, dimana pihak pertama berperan sebagai pemilik modal dan
mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu pelaksana
usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung. Sedangkan menurut Sudarsono
(2008:76) pembiayaan mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak, dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal sedangkan pihak kedua
(mudharib) menjadi pengelola.
Manfaat Pembiayaan mudharabah bagi pemilik modal maupun pengelola usaha
dikemukakan Antonio (2005:97) adalah sebagai berikut: 1) bank akan menikmati
peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah meningkat; 2) bank tidak
berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi
disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread; 3) pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan
cash flow usaha nasabah sehingga tidak memberatkan usaha nasabah; 4) bank akan
selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan
karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan; 5)
prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana
bank akan menagih penerima pembiayaan suatu jumlah bunga tetap berapapun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.
Pembiayaan Musyarakah
Karim (2010:102) menyatakan bahwa pembiayaan musyarakah adalah semua
bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersamasama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak
ISSN 2355-0244
51
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
berwujud. Sudarsono (2008:74) menjelaskan pembiayaan musyarakah adalah kerja
sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai kesepakatan.
Menurut Antonio (2005:93) terdapat beberapa manfaat pada pembiayaan
musyarakah baik bagi pihak bank maupun nasabah, antara lain: 1) bank akan
menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan nasabah
meningkat; 2) bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha
bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; 3) pengembalian
pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow usaha nasabah sehingga tidak
memberatkan usaha nasabah; 4) bank akan selektif dan hati-hati mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
Pembiayaan Bermasalah atau Non performing financing (NPF)
Non performing financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah merupakan salah
satu indikator kunci untuk menilai kinerja bank. Menurut Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan bahwa kredit atau
pembiayaan bermasalah adalah kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunganya telah lewat 90 hari setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya
secara tepat waktu sangat diragukan. NPF secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu
kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi
kewajiban minimal yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk dilunasi
atau bahkan tidak dapat ditagih.
Menurut Siamat (2005) pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan yang bersifat internal dan atau
karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali nasabah peminjam. Menurut
Mahmoedin (2004:52) non performing financing pada dasarnya disebabkan oleh faktor
intern dan ekstern. Faktor internal dapat berupa ketidakmampuan dalam mengelola
usaha (mismanagement) dan terjadi pemanfaatan dana yang tidak sesuai dengan tujuan
52
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
pemberian pembiayaan (side streaming). Sedangkan faktor eksternal lebih disebabkan
oleh kondisi makro seperti inflasi, fluktuasi harga dan nilai tukar mata uang asing, serta
kondisi industri yang tidak berkembang saat ini (sunset industry). Kedua faktor
tersebut tidak dapat dihindari mengingat adanya kepentingan yang saling berkaitan
sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank.
Tingkat NPF Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah
Setiap pembiayaan memiliki risiko yang dihadapi oleh pihak bank maupun
nasabah. Menurut Antonio (2005:94) terdapat risiko dalam pembiayaan mudharabah
dan pembiayaan musyarakah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan yang
relatif tinggi, yaitu sebagai berikut; 1) side streaming, yaitu nasabah yang
menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak; 2) lalai dan
kesalahan yang disengaja; 3) penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila
nasabahnya tidak jujur.
Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah hasil akhir dari
sebuah kebijakan dan keputusan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio
yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna
dalam menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas
akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada
hasil-hasil operasi.
Pengertian profitabilitas menurut Mahmoedin (2002:20) adalah laba atau profit
merupakan selisih lebih antara pendapatan di atas biaya dalam suatu periode, dan
disebut rugi apabila terjadi sebaliknya. Definisi profitabilitas menurut Harahap
(2007:241) adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan
bukan kegiatan utama entitas dan dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi
entitas selama satu tahun periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi
dan pemilik.
Dari pengertian yang telah diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa
profitabilitas merupakan selisih antara pemasukan (pendapatan operasional) dengan
ISSN 2355-0244
53
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
pengeluaran (beban operasi), sehingga laba atau profit perusahaan dalam hal ini dapat
dijadikan sebagai ukuran dari efisiensi dan efektivitas dalam sebuah unit kerja.
Indikator profitabilitas dalam penelitian ini digunakan Return On Asset (ROA) yang
mengukur kemampuan bank untuk memperoleh laba dari asset yang dimilikinya.
Kajian Penelitian Sebelumnya
Keterkaitan antara risiko dalam pembiayaan yang berkolerasi dengan NPF dan
berpengaruh terhadap naik turunnya profitabilitas bank syariah sudah banyak
dilakukan. Sri (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat risiko
pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas bank syariah pada Bank Muamalat
Indonesia Tbk. Hasil penelitian diperoleh bahwa risiko pembiayaan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas Bank. Besarnya pengaruh tingkat
risiko pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas bank syariah dengan asumsi variabel
lain konstan adalah sebesar 75,39 persen sedangkan sisanya sebesar 24,61 persen
adalah pengaruh faktor-faktor lain.
Bustomi (2005) meneliti pengaruh kredit bermasalah terhadap tingkat
profitabilitas bank pada bank konvensional yang telah go public. Hasil uji t
menunjukkan nilai -1,771 > -2,021 atau t-hitung > t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kredit bermasalah tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat profitabilitas
bank.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Firdaus (2008) mengenai pengaruh risiko
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank
syariah. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisa regresi simultan dan
parsial. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara bersama-sama risiko pembiayaan
mudharabah
dan
pembiayaan
musyarakah
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas bank syariah. Sedangkan secara parsial terdapat pengaruh negatif
signifikan risiko pembiayaan mudharabah maupun pembiayaan musyarakah terhadap
profitabilitas bank syariah.
Fiswara (2008) meneliti pengaruh tingkat non performing financing pembiayaan
mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (Return on
Assets) pada Bank Syariah Mandiri. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel non
54
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah memiliki
hubungan yang positif dengan profitabilitas dan memiliki keeratan hubungan yang
kuat. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat non performing
financing
pembiayaan
mudharabah
dan
pembiayaan
musyarakah
terhadap
profitabilitas. Pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel non performing
financing pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang positif dengan
profitabilitas dan memiliki keeratan hubungan rendah atau lemah.
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ho1
:
Tidak ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mudharabah terhadap
profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia.
Ha1 : Ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas
pada Bank Muamalat Indonesia.
Ho2
:
Tidak ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan musyarakah terhadap
profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia.
Ha2 : Ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas
pada Bank Muamalat Indonesia.
Ho3: Tidak ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mmudharabah dan pembiayaan
musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia.
Ha3 : Ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia.
METODE PENELITIAN
Data dan Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah salah satu Bank Umum
Syariah (BUS) yang beroperasi di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan triwulanan Bank Muamalat Indonesia selama 5
tahun terhitung mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari
website Bank Muamalat Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
yaitu sampel purposif (purposive sampling), di mana sampel yang dipilih secara cermat
dengan mengambil objek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri yang spesifik.
ISSN 2355-0244
55
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Model dan Variabel Penelitian
Analisis regresi dilakukan untuk mencari seberapa besar pengaruh sebuah variabel
dengan variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pembiayaan
mudharabah dan musyarakah, sedangkan variabel dependennya adalah profitabilitas.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya merupakan variabel numerik, karena variabel
bebas yang digunakan lebih dari satu variabel, maka digunakan model regresi
berganda, dengan model persamaan regresinya:
Y = α + β1 X1 t + β2 X2 + µt
.......................................................................................................
1)
Dimana:
Y
= Profitabilitas
α
= Intercept
β 1-2
= Konstanta
X1
= Non Performing Financing Pembiayaan Mudharabah
X2
= Non Performing Financing Pembiayaan Musyarakah
µ
= Error/sesatan
Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah uji t untuk uji hipotesis
secara parsial dan uji F untuk uji hipotesis secara simultan. Untuk melihat besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan koefisien determinasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Estimasi Regresi Linear Berganda
Persamaan regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda, diperoleh nilainilai koefisien regresi untuk tingkat NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah dan tingkat profitabilitas sebagai berikut:
56
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 2
Koefisien Regresi Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
3.508
.396
X1
-.316
.100
X2
-.049
.044
1(Constant)
Coefficients
Beta
T
Sig.
8.869
.000
-.587
-3.146
.006
-.209
-1.119
.279
a. Dependent Variable: Y (Tingkat Profitabilitas)
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh persamaan regresi linier berganda
adalah Y = 3,508 – 0,316 X1 – 0,049 X2. Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan
bahwa konstanta sebesar 3,508 diartikan sebagai tingkat profitabilitas ketika variabel
independen yaitu tingkat NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah
adalah nol. Nilai koefisien regresi sebesar - 0,316 menyatakan bahwa setiap
peningkatan NPF pembiayaan mudharabah sebesar 1 persen akan mengurangi profit
sebesar - 0,316 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan. Serta koefisien regresi
sebesar - 0,049 menyatakan bahwa setiap peningkatan NPF pembiayaan musyarakah
sebesar 1 persen akan mengurangi profit sebesar - 0,049 persen dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan.
Hasil Uji Parsial (uji t)
Berdasarkan hasil uji parsial variabel NPF pembiayaan mudharabah terhadap
profitabilitas diperoleh - t
hitung
<-t
tabel
(-3,146 < -2,1098), maka Ho1 ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel NPF pembiayaan mudharabah berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas.
Pengujian pengaruh variabel NPF pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas
diperoleh - t hitung > - t tabel (-1,119 > -2,1098), maka Ho2 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel NPF pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh siginifikan terhadap
profitabilitas.
ISSN 2355-0244
57
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Uji Hipotesis Simultan
Berdasarkan hasil uji simultan pengaruh variabel NPF pembiayaan mudharabah
dan musyarakah terhadap profitabilitas diperoleh F
hitung
> F tabel (7,298 > 3,590), maka
Ho3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel NPF pembiayaan
mudharabah
dan
pembiayaan
musyarakah
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas.
Koefisien Determinasi
Hasil perhitungan koefisien determinasi menjelaskan keeratan hubungan antara
variabel pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah dengan variabel
tingkat profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan nilai koefisien
korelasi berganda adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Koefisien Korelasi Multiple
Model Summary
Model
1
R
.680a
R Square
.462
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.399
.67992
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Mudharabah
Dikaitkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini
memiliki persamaan tetapi ada juga yang bertolak belakang. Penelitian yang dilakukan
Bustomi hasil estimasinya tidak sejalan dengan penelitian ini, yaitu tingkat kredit
bermasalah tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat profitabilitas bank. Sedangkan
hasil penelitian ini NPF pembiayaan mudharabah dan musyarakah berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap profitabilitas.
Penelitian yang dilakukan Firdaus menunjukkan terdapat pengaruh risiko
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank
syariah, sebagian sejalan dengan yang dihasilkan penelitian ini, yaitu hasil regresi
58
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
menunjukkan jika varibel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas bank syariah, sedangkan secara parsial terdapat perbedaan.
Dalam penelitian Firdaus secara parsial terdapat pengaruh negatif yang signifikan
risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas
bank syariah, sedangkan dalam penelitian penulis hanya NPF pembiayaan mudharabah
yang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Perbedaan lainnya terletak pada objek
yang diteliti, yaitu penelitian Firdaus memakai objek Bank Umum Syariah, sedangkan
penulis hanya studi kasus pada salah satu Bank Umum Syariah, dalam hal ini Bank
Muamalat Indonesia Tbk. Selain itu variabel independen pada penelitian Firdaus
adalah risiko pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan dalam penelitian
penulis adalah NPF pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Namun demikian,
risiko dalam pembiayaan bagi hasil tersebut memiliki keterkaitan dengan pembiayaan
bermasalah (non performing financing).
Hasil penelitian Fiswara Ho ditolak maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah terhadap profitabilitas. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan penulis, dimana terdapat pengaruh signifikan antara non performing
financing
pembiayaan
mudharabah
dan
pembiayaan
musyarakah
terhadap
profitabilitas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Bank Muamalat Indonesia selama periode tahun
2006-2010, secara parsial NPF pembiayaan mudharabah berpengaruh siginifikan
terhadap profitabilitas, sedangkan NPF pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas. Adapun pengaruh NPF pembiayaan mudharabah
terhadap tingkat profitabilitas adalah negatif. Secara bersama-sama NPF pembiayaan
mudharabah dan NPF pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap
tingkat profitabilitas Bank Muamalat Indonesia selama periode penelitian.
ISSN 2355-0244
59
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Rekomendasi
Meskipun hasil penelitian mampu membuktikan adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap
tingkat profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, bukan berarti pihak bank tidak lagi
memfokuskan perhatian kepada pengelolaan produk pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah. Sebaliknya, pihak bank harus lebih meningkatkan
pengelolaan terhadap dua pembiayaan bagi hasil tersebut mengingat kedua jenis
produk pembiayaan ini merupakan ciri khas produk pembiayaan bank syariah, karena
prinsip bagi hasil yang digunakan akan langsung menyentuh sektor riil. Peningkatan
kualitas pengelolaan pembiayaan ini dapat dilakukan melalui:
1) Pemberian pembiayaan kepada nasabah sebaiknya dilakukan secara disiplin
dan sesuai prosedur yang ada dan memberikan sanksi yang tegas kepada para
karyawan yang lalai dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan kepada
nasabah sehingga pembiayaan bermasalah dapat diminimalisasi.
2) Penyusunan kebijakan pembiayaan yang komprehensif dan jelas dengan
memperhitungkan berbagai macam faktor dan kriteria yang menentukan mutu
kebijakan tersebut terutama pada pemberian pembiayaan mudharabah dan
musyarakah.
60
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2005. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani bekerjasama dengan Tazkia Cendekia.
Brigham Eugene, F. & Houston. 2006. Dasar–Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Bustomi, Ahmad. 2005. “Pengaruh kredit bermasalah terhadap tingkat profitabilitas
bank, studi kasus bank konvensional yang telah go public”.
Firdaus, Hamdi. 2008. “Pengaruh risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan
musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah”.
Fiswara. 2008. Pengaruh tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah
dan pembiayaan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (Return on Assets)
pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri)”.
Harahap, Sofyan S. 2008. Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta:
Pustaka Quantum.
Mahmoedin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Muhammad. 2005. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kelima. Jakarta:
Lembaga Penerbit FE UI.
Sri, Maryana Rina. 2005. “Pengaruh tingkat risiko pembiayaan terhadap tingkat
profitabilitas bank syariah, penelitian pada Bank Muamalat Indonesia Tbk”.
Sudarsono, Hari. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: EKONISIA.
UU Perbankan No. 21 tahun 2008
Website Bank Muamalat Indonesia. www.muamalatbank.com
ISSN 2355-0244
61
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
PENGARUH KETERLIBATAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PADA PT SEASCAPE SURVEYS INDONESIA
Siti Safaria
[email protected]
HU
UH
Anastasia Saras Yunastiwi
ABSTRACT
Human resources has a major role in every activity of the company. Although
supported by infrastructure and sufficient sources of funding, but without the support
of qualified human resources activities of the company will not be resolved properly.
The purpose of the study analyzes the effect of work engagement to employee
performance, associative type of research. The data obtained by researchers is the raw
data that must be processed, the processing of data performed using SPSS 17 software.
The sampling technique used in this study was purposive sampling technique. Slovin
formula based on the population of 55 (fifty- five) the error rate (e) by 10 percent the
number of samples of this study is 35 (thirty five) employees. The results of the
calculation with a value of 16,632 t table based on a value of t = 2.035 ± 5 percent this
means is greater than the value ttable, then the decision is to reject H0. The significance
of the rejection of H0 is no influence between work engagement to employee
performance PT Seascape Surveys Indonesia. It is known that the p-value of 0.000 t
statistic that is worth less than 5 percent so that it can be said that the X variable
(work engagement) significantly affects the Y variable (performance). PT Seascape
Surveys Indonesia. Recommendations are given to further research are: Researchers
further in the future need to examine other variables that affect performance beyond
that have been meticulous eg Leadership, Motivation, Organizational culture, need to
examine with a larger sample size.
Keywords: job involvement, performance, job
62
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Pendahuluan
Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan.
Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana dan sumber dana yang cukup, tetapi
tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal kegiatan perusahaan tidak akan
terselesaikan dengan baik..Diperkuat yang dikemukakan oleh Terrence deal dan Alan
Kennedy dalam Wibisono (2011:139) mengatakan bahwa untuk menciptakan
perusahaan yang memiliki kinerja tinggi perlu dibangun budaya yang kuat dan terpadu
dari berbagai cara agar tercipta hasil yang luar biasa .Perusahaan akan dapat bersaing
dan bertahan dalam kondisi persaingan yang semakin global dan intens, jika para
eksekutif organisasi dalam mengelola organisasinya memperhatikan pemangku
kepentingan dari berbagai kepentingan yang berbeda atau saling berlawanan. Berarti
adanya pergeseran hubungan perusahaan dengan berbagai pihak berkepentingan
tersebut
menjadi semakin kompleks dan membutuhkan pengelolaan yang sangat
berbeda dibandingkan dengan pengelolaan perusahaan 10 tahun yang lalu.
Menurut Robbins (2006:94) dalam suatu perusahaan ataupun suatu organisasi, Job
involvement itu timbul sebagai respon terhadap suatu pekerjaan atau situasi tertentu
dalam lingkungan kerja. Dengan kata lain suatu jenis pekerjaan atau situasi dalam
lingkungan kerja akan mempengaruhi orang tersebut makin terlibat atau tidak dalam
pekerjaannya. Dalam hal ini yaitu keterkaitan seseorang dalam pekerjaan diluar dari
pekerjaan yang sebenarnya ditanggung.
Penelitian Ammir Ali (2007) memupuk tingkat keterlibatan kerja tinggi antara
karyawan dapat menjadi efektif untuk meningkatkan kedua bentuk kinerja serta
mendorong lebih positif sikap dan perilaku. Sharagay and Ahearon (2011) menyatakan
hubungan antara
keterlibatan kerja
dan individu secara batin mendalam dan
kompleks, baik berjalan dengan cara mencapai nilai pekerjaan
yang merupakan
sumber penghasilan. Bekerja merupakan bagian dari individu antara lain citra diri, dan
karena itu keterlibatan kerja adalah sarana penting untuk memuaskan kebutuhan yang
mendalam dan memungkinkan melalui ekspresi diri.
Mahfuz Judeh (2009) menunjukkan bahwa kedua keterlibatan karyawan dan
efektivitas kerja tim berada pada tingkat tinggi menghasilkan yang cukup tinggi. Selain
itu, temuan penelitian mengungkapkan dampak yang signifikan dari keterlibatan
ISSN 2355-0244
63
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
karyawan pada efektivitas kerja tim. Pada saat yang sama hasil menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap keterlibatan karyawan karena jenis
kelamin atau status perkawinan, sementara peserta secara signifikan berbeda dalam hal
tingkat pendidikan
Dalam Paul F. Rotenberrydan Philip J. Moberg (2011),juga menemukan bahwa
hubungan antara keterlibatan kerja dan baik dalam peran-kinerja OCBOs yang
dimoderatori oleh keanggotaan kelompok etnis guru dan nilai-nilai budaya. Secara
khusus, dampak dari keterlibatan kerja di dalam-peran kinerja adalah negatif untuk
orang Yahudi Israel namun positif bagi orang Arab Israel.Cohen(2006) dalam Paul
menemukan bahwa keterlibatan kerjapositif dipengaruhi-peran kinerja dan OCBOs,..
Menurut Kanungo & Morrow dalam Silawati (2005:9) pengertian secara umum
job involvement didefinisikan sebagai kekusyukan secara psikologis pada aktivitas
kerja.Definisi job involvement menurut Lodahl dan Kejner dalam Silawati (2005:37),
adalah sebagai derajat kepentingan dari kerja seseorang dalam gambaran
dirinya.Sedangkan
Allport adalah sebagai derajat partisipasi karyawan di dalam
pekerjaannya dan mendapatkan prestis, kehormatan, otonomi dan harga diri. Menurut
Pfeffer dalam Silawati (2005:10) bahwa keterlibatan kerja dipertimbangkan oleh
banyak peneliti menjadi faktor penentu utama dari keefektifan organisasi.
Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tersebut tidak hanya berupa
material.tetapi juga bersifat nonmaterial seperti kebanggaan dan kepuasan kerja.
Menurut Moeheriono (2009:61) kinerjaadalah sebagai hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masingmasing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Sesuai dengan yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian menganalis pengaruh
keterlibatan kerja terhadap kinerja pegawai, Sedangkan kemanfaatan penelitian
mengembangkan pengetahuan tentang kinerja dari pegawai yang tidak terlepas peran
keterlibatan kerja sehingga lebih produktif.
Menurut Rivai (2005:14) pengertian kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas
64
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama. Sedangkan menurut Hersey and Blanchard dalam Rivai (2005:15) kinerja
adalah:“Suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan, seseoraug harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu.Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk
mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan
dan bagaimana mengerjakannya.”Ada tiga alasan pokok perlunya mengadakan
penilaian terhadap kinerja karyawan, yaitu:
pertama untuk mendorong perilaku
yang baik atau memperbaiki serta mengikis kinerja (prestasi) di bawah standar. Orangorang yang memilikikinerja baik mengharapkan imbalan, walau sekedar pujian.Kedua
memuaskan rasa ingin tahu karyawan tentang seberapa baik kinerja karyawan.Setiap
orang memiliki dorongan ilmiah untuk ingin mengetahui seberapa cocok seseorang
dengan organisasi tempat orang tersebut bekerja. Seorang karyawan iuungkin tidak
suka dinilai, tetapi dorongan untuk mengetahui
hasil penilaian ternyata sangat
kuat.Ketiga memberikan landasan yang kuat bagi pengambilan keputusan selanjutnya
sehubungan dengan karir seorang karyawan. Hal-hal seperti kenaikan gaji.promosi,
pemindahan atau pemberhentian dapat ditangani dengan lebih baik bila karyawan telah
mengetahui kemungkinan itu sebelumnya.
Menurut Mathis dan Jackson (2001:82) banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja dari tenaga kerja, yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima,
keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.
Ada tiga elemen untuk mengetahui tentang jenis performance yang dibutuhkan para
tenaga kerja untuk suatu organisasi agar dapat berhasil, yaitu (1) produktivitas adalah
ukuran kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, (2) kualitas
adalah suatu perasaan kebanggaan atas keahlian, pelatihan yang baik, dan
ketidaksediaan untuk mentoleransi keterlambatan, dan (3) pelayanan.
Menurut
Mangkunegara (2005:14-15) kinerja
dipengaruhi oleh tiga faktor
pertama.faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang,
dan demografi.kedua Faktor psikologis yang terdiri dan persepsi, sikap (attitude),
ISSN 2355-0244
65
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
kepribadian (personality), pembelajaran, dan motivasi.Ketiga faktor organisasi yang
terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur.danjob design .A. Dale
Timple, dalam Mangkunegara faktor-faktor yang mempengaruhi performance
seseorang terdiri dari : Faktor internal (dispositional) faktor yang dihubungkan
dengan sifat-sifat seseorang. .
Faktor eksternal faktor faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan.seperti perilaku, sikap, dan tindakantindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Menurut Mangkunegara (2005:16-17).faktor penentu prestasi kerja individu dalam
organisasi adalah faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individuSecara
psikologis.individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi
antara fungsi psikis dan fisiknya. Konsentrasi yang baik merupakan modal utama
individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal
dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan
organisasi.Faktor Lingkungankerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola
komunikasi kerja efektif hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis,
peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
Untuk mendapatkan informasi atas performance pegawai, maka ada beberapa
pihak baik itu perorangan ataupun kelompok yang biasanya melakukan penilaian atas
performance karyawan / pegawai. Menurut Robbins (2006:687), pihak yang dapat
melakukan penilaian performance karyawan, yaitu: Atasan LangsungSekitar 96% dari
semua evalusi performance pada tingkat bawah dan menengah dan organisasi
dijalankan oleh atasan langsung karyawan itu karena atasan langsung yang
rnemberikan pekerjaan dan paling tahu kinerja karyawannya.Penilaian kinerja yang
dilakukan oleh rekan sekerja dilaksanakan dengan pertimbangan :Rekan sekerja dekat
dengan tindakan.
menyeluruh
Interaksi sehari-hari memberikan kepada karyawan pandangan
terhadap
performance
seseorang
karyawan
dalam
pekerjaan.
Menggunakan rekan sekerja sebagai penilai menghasilkan sejumlah penilaian yang
independen.Evaluasi ini cenderung mengurangi kedefensifan para karyawan mengenai
proses penilaian, dan evaluasi iui merupakan sarana yang unggul untuk merangsang
66
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
pembahasan performance karyawan dan atasan.Penilaian performance karyawan oleh
bawahan langsung dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci mengenai perilaku
seorang atasan karena lazimnya penilai mempunyai kontak yang sering dengan yang
dinilai. Pendekatan menyeruluh: 360 derajat.Penilaian kinerja karyawan dilakukan
oleh atasan, pelanggan, rekan kerja dan bawahan. Penilaian kinerja ini cocok di dalam
organisasi yang memperkenalkan tim.
Menurut Rivai (2005:77) untuk mengetahui performance karyawan dalam
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab karyawan maka perlu
dilakukan penilaian terhadap performance karyawan. Penilaian performance bertujuan
untuk menilai seberapa baik karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dan apa yang
harus mereka lakukan untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Ini dilaksanakan
dengan menunjuk pada isi pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang mereka
harapkan untuk mencapai setiap aspek dari pekerjaan mereka. Isi dari suatu pekerjaan
merupakan dasar tetap untuk perumusan sasaran yang akan dicapai dan suatu tugas
utama yang dapat dirumuskan sebagai target kuantitas, standar performance suatu
tugas atau proyek tertentu untuk diselesaikan Dimensi yang dipergunakan di dalam
melakukan penilaian performance karyawan adalah
sebagai berikut :Pemahaman
terhadap tugas,Pengetahuan atas pekerjaan, kejelasan pengetahuan atas tanggung jawab
pekerjaan yang menjadi tugas karyawan.Perencanaan dan organisasi
Membuat
rencana pekerjaan meliputi jadwal dan urutan pekerjaan, sehingga tercapai efisiensi
dan efektivitas.Kualitas kerja Terdiri dari mutu pekerjaan, ketelitian dan ketepatan
pekerjaan..Kuantitas kerja Adalah jumlah pekerjaan yang dihasilkan dibandingkan
dengan waktu yang digunakanDisiplin
Kepraktisan dalam bekerja sehingga
pekerjaannya mendekati standar performance.Tanggung jawabKebijakan naruliah dan
kemampuan
menyimpulkan
tercapai.Komunikasikemampuan
lain.Kerjasama
tugas
berhubungan
sehingga
secara
tujuan
lisan
organisasi
dengan
orang
Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan sikap yang
konstruktif dalam tim.Kehadiran dalam rapatKemampunan dan kekutsertaan
(partisipasi) dalam rapat berupa pendapat atau ide.Kehandalan Kemampuan mengelola
proyek, baik membina tim, membuat jadwal kerja, anggaran dan menciptakan
hubungan
baik
ISSN 2355-0244
antar
karyawan.KepernimpinanKemampuan
mengarahkan
dan
67
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
membimbing bawahan, sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas.InisiatifKeinginan
dan kemampuan memperbaiki diri sendiri dengan studi lanjutan atau kursus
tertentuBerdasarkan teori tentang performance tersebut, maka dalam penelitian ini
dimensi performance yang akan dipakai adalah dimensi kuantitas kerja, kualitas kerja,
kerja sama, pemahaman terhadap tugas, inisiatif disiplin dan kehandalan.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg
(2007),. Hasil penelitiannya.“Hasil penelitian menunjukkan bahwa Job Involvement
dari karyawan mempengaruhi Performance dari Supervisor.”Selanjutnya penelitian
dilakukan oleh P Hsing-chan Tseng, Xin-zong Huang, dan Chang Jung pada tahun
2009.Hasil penelitiannya menunjukkan dalam sebuahlingkungan kerja yang tajam
kompetitif, sangat sulit bagi orang luar tahu mengenai seberapa besar tekanan dari
pekerjaan setiap karyawan yang harus dihadapi sehari-hari. optimisme kehidupan
salesman asuransi dapat diubah menjadi sikap yang lebih baik terhadap pekerjaan di
bawah tekanan kinerja dan bekerja untuk mencapai performance penjualan yang baik.
Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan kerja mempengaruhikinerja.
kerangka pemikiran
Kinerja (Y)
KUANTITAS KERJA
KUALITAS KERJA
KERJSAMA
PEMAHAMNA
TERHADAP TUGAS
INISATIF
DISIPLIN
Rivai (2005:77)
KENADALAN
Keterlibatan Kerja
(X)
EMOTIONAL
COGNITIVE
BEHAVIOR
Yoshimura, Atsuko
(1996175- 184) ,
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka Peneliti dapat mengajukan
perumusan hipotesis
dalam
penelitian ini
Diduga tidak ada pengaruh antara
keterlibatan kerja terhadap kinerja .
Menurut Sugiyono (2004:11) jenis penelitian asosiatif merupakan model
penelitian yang di gunakan untuk mengetahui pengaruh antar dua variabel atau lebih,
68
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
di mana variabel bebas (independent variable) mempengaruhi variabel tidak bebas
(dependent variable).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling . Artinya responden (subjek) yang dipilih secara sengaja dengan
karakteristik tertentu
yang diyakini
representatif terhadap populasi penelitian.
Berdasarkan rumus Slovin untuk jumlah populasi 55 (lima puluh lima) orang pegawai
lapangan PT Seascape Surveys Indonesia sebagai
responden, dengan
tingkat
kesalahan (e) sebesar 10 % maka jumlah sampel penelitian ini adalah 35 (tiga puluh
lima) orang pegawai lapangan PT Seascape Surveys Indonesia sebagai responden
Definisi konseptual penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu:Variabel X
(keterlibatan kerja) menurut Robbins (2006:94) keterlibatan kerja mempunyai definisi
yaitu derajat dimana orang dikenal dari pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya,
dan menganggap prestasinya penting untuk harga diri.Variabel Y (kinerja)Menurut
Rivai (2005:14) kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Defenisi operasional variabel dalam penelitian . keterlibatan kerja yaitu derajat
dimana orang dikenal dari pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya, dan
menganggap prestasinya penting untuk harga diri.Indikator terdiri dari: a) Emotional
job involvement, b) Cognitive
job involvement, c) Behavioral job involvement
dengan menggnakan skala likert .Variabel terikat kinerjayaitu hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil
kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
disepakati bersama Indikator terdiri dari : a) Kuantitas kerja, b)Kualitas kerja, c)Kerja
sama, d)Pemahaman terhadap tugas, e)Inisiatif, f)Disiplin, g)Kehandalandengan
menggnakan skala likert
ISSN 2355-0244
69
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Metode Pengolahan Data
Setelah terkumpulnya data dari penelitian maka data tersebut nantinya akan masuk
proses pengolahan data. Data yang diperoleh peneliti merupakan data mentah yang
harus diolah, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS
17(Statistical Package for the Social Sciences) Untuk memperoleh jawaban dari
responden, maka dikemukakan pernyataan-pernyataan tentang Job Involvement dan
Performance yang jawabannya disediakan berupa SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS
(Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju), atau STS (Sangat Tidak Setuju) untuk
dipilih.Jawaban dari pernyataan yang diajukan kepada responden dihitung dengan
menggunakan Skala Likert yang mempunyai nilai dari sangat positif sampai negatif,
dengan nilai sebagai berikut :
Tabel 1
Pengelompokan Berdasarkan Metode Skala Likert
Penilaian
Sangat Setuju (SS)
Bobot
Bobot nilai 5
Setuju (S)
Bobot nilai 4
Kurang Setuju (KS)
Bobot nilai 3
Tidak Setuju (TS)
Bobot nilai 2
Sangat Tidak Setuju (STS)
Bobot nilai 1
Sumber : Sugiyono (2008: 94)
Dari hasil uji validitas tentang penilaian Responden atas variabel X dan Y, dapat
disimpulkan variabel X dan Y adalah valid karena semua pernyataan variabel X dan
Y memiliki nilai r hitung yang lebih besar dari nilai r
tabel
. Dari hasil uji reliabilitas
variabel X diperoleh nilai alpha sebesar 0,949. Karena nilai Cronbach’s Alpha ( )pada
variabel X () tersebut lebih besar dari 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel.
Dari hasil uji reliabilitas variabel Y diperoleh nilai alpha sebesar 0,964. Karena nilai
Cronbach’s Alpha ( )pada variabel Y (tersebut lebih besar dari 0,60 maka variabel
tersebut dikatakan reliabel.
70
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 2
Tabel Penilaian Interval
Bobot
Penilaian
147 – 175
Sangat Tinggi (ST)
119 – 146
Tinggi (T)
91 – 118
Cukup Tinggi (CT)
63 – 90
Rendah (R)
35 – 62
Sangat Rendah (SR)
Sumber: Data diolah Peneliti (2012)
Hasil Penelitian
Jadi hasil yang didapat dari 35 responden Kesimpulannya adalah sebanyak 60%
responden berusia 26 sampai 35 tahun.sebanyak 71,43% tingkat pendidikan terakhir
responden adalah S-1.Sebanyak 54,28% responden memiliki masa kerja kurang dari 5
tahun.
Nilai total rekapitulasi hasil kuesioner variabel X
nilai rata-rata
adalah sebesar 1843.
rekapitulasi hasil kuesioner variabel X adalah sebesar:
Dan
= 153,58
(kategori Sangat Tinggi), artinya Job Involvement pegawai PT Seascape Surveys
Indonesia adalah Sangat Tinggi.
Tabel 3
Rekapitulasi hasil perhitungan variable keterlibatan kerja
No
1
2
3
4
5
6
7
PERNYATAAN
Kepuasan utama dalam hidup saya berasal dari
pekerjaan saya.
Saya sungguh-sungguh tertarik dengan pekerjaan
saya ini.
Saya mencintai pekerjaan Saya dengan segenap hati
Saya berpartisipasi aktif bekerja di PT Seascape
Surveys Indonesia dengan segenap hati.
Saya merasa senang apabila rekan kerja, atasan atau
bawahan memuji kinerja saya yang baik.
Ada suatu dorongan dalam tim kerja yang membuat
saya ingin memberikan yang terbaik.
Saya mau melakukan apa yang tidak menjadi tugas
saya demi kepentingan perusahaan ini.
ISSN 2355-0244
NILAI
KETERANGAN
151
Sangat Tinggi
159
Sangat Tinggi
149
Sangat Tinggi
153
Sangat Tinggi
157
Sangat Tinggi
154
Sangat Tinggi
159
Sangat Tinggi
71
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
8
Saya bersedia datang lebih awal di tempat kerja
untuk memastikan segalanya siap.
9
Saya lembur guna menyelesaikan tugas-tugas yang
sedang saya kerjakan.
Saya bersedia mencurahkan usaha-usaha yang
melebihi kondisi normal yang diharapkan untuk
membantu tim kerja saya menjadi sukses.
Saya bersedia mengikuti program pelatihan dan
pengembangan yang menunjang pekerjaan Saya,
walaupun diluar program sejenis yang disediakan
oleh perusahaan.
Saya selalu mencari ide-ide baru yang terkait dengan
pekerjaan Saya saat ini.
10
11
12
TOTAL DAN NILAI RATA – RATA
157
Sangat Tinggi
159
Sangat Tinggi
146
Tinggi
149
Sangat Tinggi
150
Sangat Tinggi
1843
153,58
(Sangat Tinggi)
Tabel 4
Rekapitulasi hasil perhitungan variable Kinerja karyawan
No
1
2
3
4
5
6
7
Saya senang dengan proses kerja dan kondisi
pekerjaan pada di PT Seascape Surveys
Indonesia
Waktu yang dipergunakan atau lamanya
bekerja sehari 8 jam.
Saya memiliki kualitas kerja dan ketepatan kerja
Saya memiliki kemampuan dalam mengerjakan
pekerjaan sehari-hari
Saya memiliki kemampuan dalam menganalisis
Data
Saya memiliki kemampuan untuk bekerja sama
dengan atasan
Saya memiliki kemampuan untuk bekerja sama
dengan bawahan
NILAI
156
KETERANGAN
Sangat Tinggi
160
Sangat Tinggi
157
Sangat Tinggi
160
Sangat Tinggi
157
Sangat Tinggi
162
Sangat Tinggi
150
Sangat Tinggi
8
Saya memiliki pengetahuan atas pekerjaan Saya
di PT Seascape Surveys Indonesia.
151
Sangat Tinggi
9
Saya memiliki kejelasan pengetahuan atas
tanggung jawab pekerjaan yang menjadi tugas
Saya di PT Seascape Surveys Indonesia.
151
Sangat Tinggi
Saya memiliki inisiatif untuk mengerjakan
pekerjaan teman jika teman tidak masuk kerja
159
Sangat Tinggi
10
72
PERNYATAAN
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
11
12
13
14
15
Saya memiliki inisiatif untuk lembur bila
pekerjaan belum selesai tanpa meminta upah
lembur kepada atasan.
Saya memiliki disiplin dalam waktu masuk
kerja dan pulang kerja
Saya memiliki kemampuan membuat rencana
pekerjaan meliputi jadwal dan urutan pekerjaan
sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas
Saya memiliki kemampuan berbubungan secara
lisan dengan orang lain
Saya memiliki pengetahuan teknis, dasar teknis
dan kepraktisan sehingga pekerjaanya
mendekati standar kinerja.
TOTAL DAN NILAI RATA – RATA
155
Sangat Tinggi
161
Sangat Tinggi
156
Sangat Tinggi
159
Sangat Tinggi
158
Sangat Tinggi
2352
156,8
(Sangat Tinggi)
Nilai total rekapitulasi hasil kuesioner variabel Y adalah sebesar 2352. Dan
nilai rata-rata rekapitulasi hasil kuesioner variabel Y adalah sebesar
2352
15
=
156,8 ( kategori Sangat Tinggi), berarti Performance pegawai PT Seascape Surveys
Indonesia adalah Sangat Tinggi.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 1 Uji Normalitas
ISSN 2355-0244
73
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Uji Normalitas diketahui bahwa data disekitar garis diagonalnya dan sedangkan
sisanya menyebar normal.Itu berarti asumsi kenormalan
dapat diterima.Uji
Autokorelasi, nilai tabel Durbin Watson dengan signifikansi 5% pada n = 35 diperoleh
du = 0,893 dan d1 = 1,027. Jadi statistik DW mengisayaratkan tidak menolak H0
karena Durbin-Watson lebih besar dari R Square .
Tabel 5.
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
Job Involvement
VIF
1.000
1.000
a. Dependent Variable: Performance Pegawai PT Seascape Surveys Indonesia
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Uji Multikolineritas,,Hasil perhitungan menunjukkan
adalah sebesar 1 karena nilai VIF
variabel X
nilai
VIF
(keterlibatan kerja
variabel X
tersebut lebih
kecil dari 10 (1<10) maka multikolineritas tidak terjadi.
Gambar.2
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
74
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Ini berarti asumsi tidak adanya autokorelasi dapat diterima Uji Heteroskedastisitas
bahwa tidak adanya pola tertentu dari titik- titik yang ada. Itu berarti dapat dikatakan
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh terhadap variabel Y (Performance) dapat dijelaskan oleh variabel X
(Job Involvement) sebesar 0,893 atau 89,3 % dan sisanya sebesar 10,70 % (1-0,893)
dijelaskan oleh variabel
lain diluar
variabel
X yang tidak diteliti, seperti
kompensasi, kepemimpinan, budaya organisasi, .
Berdasarkan data persamaan regresi dari
“Pengaruh Job Involvement Terhadap
Performance Pegawai PT Seascape Surveys Indonesia adalah Y= 13,153 + 1,026 X
Artinya adalah jika variabel X sebesar(0) nol, maka variabel Y yang terbentuk
adalah sebesar
13,153. Tanda koefisien positif untuk variabel X (keterlibatan
kerja)menunjukkan adanya pergerakan positif antara variabel X (keterlibatan kerja)
dengan variabel Y (kinerja)
sebesar
1,026. Hal
ini berarti
jika variabel
X
(keterlibatan kerja)di tingkatkan maka variabel Y (kinerja) ikut meningkat.
Berdasarkan data maka dapat diketahui bahwa t
hitung
= 16,632. Nilai t
tabel
untuk α = 5 % atau titik kritis ( 0., 025 ; ( 35-2 )) adalah ± 2,035.
H0: Diduga tidak ada pengaruh antara keterlibatan kerja terhadap kinerjapegawai
PT SeascapBerdasarkan hasil penghitungan, diketahui bahwa
nilai thitung sebesar
16,632 sedangkan nilai t table berdasarkan a = 5 % ada1ah ± 2,035. Karena nilai
hitung
t
sebesar 16,632 lebih besar dari nilai ttabel, maka keputusannya adalah menolak
H0. Makna dari penolakan H0 adalah ada pengaruh antara keterlibatan kerja terhadap
kinerja pegawai PT Seascape Surveys Indonesia.Diketahui bahwa nilai p-value
t
statistik sebesar 0,000 yang bernilai lebih kecil dari 5% sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel X (keterlibatan kerja) signifikan mempengaruhi variabel Y (kinerja).di
PT Seascape Surveys Indonesia.
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg
pada tahun 2007, dengan judul penelitian adalah: “Assesing the Impact of Job
Involvement on Performance”, membuktikan bahwa ada pengaruh antara variabel X
terhadap Y yaitu antara Job Involvement terhadap Performance. Jika dibandingkan
ISSN 2355-0244
75
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
dengan penelitian yang dilakukan sekarang, sama-sama membuktikan bahwa variabel
X (Job Involvement) berpengaruh terhadap variabel Y (Performance).Maka dari itu
penelitian yang dilakukan oleh Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg dijadikan
sebagai referensi untuk penelitian sekarang.
Penelitian kedua dilakukan oleh Professor Hsing-chan Tseng, Xin-zong Huang,
dan Chang Jung pada tahun 2009. Judul penelitian adalah: “A Study on the Effect of
the Degree of Optimism, Work Pressure and Work Efforts of Life-Insurance Salesman
on Their Performance”. Membuktikan bahwa ada pengaruh antara variabel X terhadap
Y yaitu antara Tingkat Optimistis, Tekanan Kerja dan Asuransi Jaminan Hidup
Salesman terhadap Performance.Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
sekarang, sama-sama membuktikan bahwa variabel X (Job Involvement) berpengaruh
terhadap variabel Y (Performance).Maka dari itu penelitian yang dilakukan oleh
Hsing-chan Tseng, Xin-zong Huang, dan Chang Jung dijadikan sebagai referensi untuk
penelitian sekarang.
Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang
dilakukan oleh Peneliti sekarang ini, mendukung penelitian terdahulu karena dapat
dilihat memiliki kesamaan yaitu terdapat pengaruh Variabel X (keterlibatan kerja )
terhadap Variabel Y (kinerja walaupun berbeda tempat dan waktu penelitian
Kesimpulan
Faktor-faktor yang menyebabkan ada pengaruh antara Job Involvement terhadap
Performance pegawai PT Seascape Surveys Indonesia adalah: 1) Minat
pekerjaan, 2) Kecintaan terhadap
pekerjaan, 3) Pengakuan dari orang
Partisipasi aktif, 5) Perilaku extra diluar pekerjaan (Extra
Pembelajaran
secara
sukarela yang memiliki
Role
terhadap
lain, 4)
Behavior) 6)
nilai rekapitulasi Sangat Tinggi.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu: (a) Penelitian terbatas pada 1 perusahaan (b)
Sampel penelitian berjumlah 35 (tiga puluh lima) Responden. Rekomendasi yang
diberikan kepada peneliti selanjutnya adalah: (a)Peneliti selanjutnya di masa yang
akan datang perlu meneliti variabel-variabel lain yang mempengaruhi Performance
diluar yang telah di teliti oleh Peneliti misalnya Kepemimpinan, Motivasi, Budaya
76
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Organisasi, (b) Peneliti selanjutnya di masa yang akan datang perlu meneliti dengan
jumlah sampel lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Aamir Ali dan Chughtai. “Impact of Job Involvement on In-Role Job Performance
and Organizational Citizenship Behaviour “Copyright © 2008. All Rights Rights
Reserved. 169* Vol. 10 * Num. 2 * Summer * 2008 (diakses 2 Januri 2013)
Biswas, Soemendu, (2009). Job Satisfaction and Job Involvement as Mediators of the
Relationship Between Psychological Climate and Turnover Intention.
Dina Sharagay and Ahearon Tziner ,”The Generational on Relationship Between Job
Involvement, Work Satisfaction and Organizational Citizensip Behaviror”,
(Madrid:Revita de Psicologia del y las Organizaciones Vol 27, 2, 2011) page
143-157 ( diakses 1 Februari 2013)
Darmawan Wibisono, “Manajemen Kinerja Organisasi Korporasi dan Organisasi
Paduan Penyusunan Indicator”, ( Jakarta: Erlangga 2011). h. 139
Dessler, Gary, (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Bahasa Indonesia
Jilid 1.Jakarta : PT. Index
Kasmir.(2012). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Cetakan 11. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.
Kreitner, Robert & Angelo Kinicki.(2004). Organizational Behavior. Sixth edison.
New York: Mc. Graw Hill
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Manajemen
Perusahaan.Bandung .PT. Remaja Rosdakarya.
Sumber
Daya
Manusia
Mathis, Robert L. & Jackson, John H. Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi
1.Terjemahan oleh Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie. 2001. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Mahfuz Judeh, An Examination of the Effect of Employee Involvement on Teamwork
Effectiveness: An Empirical Study www.ccsenet.org / ijbm International Journal
of Bisnis dan Manajemen Vol. 6, No 9, September 2011
ISSN 2355-0244
77
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg , Assessing the impact of job involvement on
performance Management Research News Vol. 30 No. 3, 2007. pp. 203-215 #
Emerald Group Publishing Limited
Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Cetakan Kelima.
Bandung : CV Alfabeta.
Rivai.Veithzal.(2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari
Teori ke praktik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi : Edisi ke-10 Bahasa Indonesia.
Jakarta : PT. Index kelompok Gramedia.
Rustam, Sugiharto. (2004). Pengaruh Kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi.Karya Akhir tidak
diterbitkan.Jakarta : Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia.
Silawati, Diah Endang. (2005). Sumbangan Keterlibatan Kerja dan Komitmen
Organisasi
Terhadap
Komitmen
Karir
Karyawan.Thesis
tidak
diterbitkan.Jakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia
Sugiyono.(2004). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Cetakan Ketiga.
Bandung CV Alfabeta.
Tukiran Taniredja. Hidayati.Mustafidah.(2011). Penelitian Kuantitatif. Jakarta. CV.
Alfabeta.
Umar, Husein. (2005). Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi.Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Yoshimura, Atsuko. (1996). A Review and Proposal of Job Involvement. KEIO
Business Review, 33, 175-184.( diakses 3 Maret 2013)
78
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO
(DPR)
Henny Ritha dan Eko Koestiyanto
ABSTRACT
Dividend Policy is connected to the problem in determining income, on the one
hand, for its shareholders in the form of dividends or for retained earnings, on the
other hand. This has caused some controversies. This study aims to analyze how far
some factors influence the Dividend Payout Ratio in companies listed on the Indonesia
Stock Exchange with a sample of 12 companies listed on the Indonesia stock Exchane
in 2007-2009 period. The research method used multiple regression analysis and
hypothesis testing, F test for simultaneous test and T test for the partial test. The
results showed that partially Debt to Total Assets, Cash Ratio, Institutional Ownership,
and Growth significantly influence Dividend Payout Ratio. Meanwhile, Size and
Return On Asset variables do not significantly influence Dividend Payout Ratio.
Simultaneously, the six variables with 19,70 percent contribution of independent
variables significantly influence the Dividend Payout Ratio.
Keywords: Financial Performance Ratios, Size, Institutional Ownership, Growth,
Dividend Payout Ratio.
ISSN 2355-0244
79
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
PENDAHULUAN
Kebijakan dividen merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan. Holder
et. al (1998) menyebutkan bahwa beberapa peneliti seperti Cornell dan Shapiro (1987),
menjelaskan ada pengaruh antara keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Tanpa
pendanaan yang cukup, perusahaan mungkin menghadapi hilangnya kesempatan
investasi yang menguntungkan. Kebijakan dividen juga relevan untuk pertimbangan
portofolio karena memberikan dampak atas karakteristik risk-return dari saham-saham
individu.
Umumnya para investor melakukan investasi bertujuan untuk memperoleh
pendapatan (dividend yield) dan selisih harga jual saham terhadap harga belinya
(capital gain). Investor sebagai pemegang saham berharap mendapatkan dividen yang
besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Dividen yang dibagikan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan para pemegang saham. Sedangkan
bagian laba bersih yang tidak dibayarkan sebagai dividen, disimpan sebagai laba
ditahan (Retained Earning) untuk tujuan investasi kembali (Reinvestment). Oleh karena
itu kebijakan dividen menjadi penting dalam menentukan besarnya Dividend Payout
Ratio.
Investor sebagai pemegang saham mempercayakan kegiatan operasionalnya
kepada manajer yang terkait. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, manajer
harus memperhitungkan sumber modal (utang) yang digunakan untuk membiayai
aktiva. Jika utang yang digunakan semakin tinggi maka tingkat profitabilitas yang
dibagikan kepada investor akan semakin berkurang karena digunakan untuk membayar
bunga hutang.
Umumnya investor menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau
cenderung naik, karena stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan terhadap
perusahaan sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. Cornell dan
Shapiro (1987) menyebutkan bahwa para manajer dapat memberikan sinyal atas
kemampuan mereka memenuhi segala tuntutan stakeholder dengan membayarkan
dividen yang lebih besar. Pembagian dividen yang relatif besar akan dianggap investor
sebagai sinyal positif terhadap perkembangan perusahaan di masa mendatang
(Wahyudi dan Baidori, 2008).
80
Namun pembagian dividen yang tinggi akan
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
mengurangi kas yang tersedia. Oleh karena itu dividen dibayarkan dari keuntungan
bersih yang diperoleh perusahaan dengan mengukur efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Besar
kecilnya dividen yang dibayarkan kepada investor juga ditentukan oleh ukuran
perusahaan. Ukuran
perusahaan memegang peranan dalam menjelaskan dividend
payout ratio perusahaan. Perusahaan yang lebih besar cenderung lebih matang dan
mempunyai akses ke pasar modal serta semakin besar pangsa pasarnya, sehingga
mengurangi ketergantungan pendanaan dari dalam. Karena itu akan memberikan
dividend payout ratio yang lebih tinggi sehingga ukuran perusahaan dan pembagian
dividen mempunyai hubungan positif (Lloyd, Jahera dan Page (1985), Vogt (1994)
dalam Holder et al. (1998).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah posisi likuiditas
(Van Horne dan Wachowicz, 1995). Posisi kas dan likuiditas yang besar, akan
meningkatkan kemampuan perusahaan membayarkan dividen. Namun dengan
memiliki likuiditas yang
baik (Aktiva Lancar > Utang Lancar) dan kemudian
memperoleh laba, maka laba tersebut digunakan untuk membayar utang, sehingga akan
mengurangi proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Hal yang
sama juga dihadapi jika perusahaan mengharapkan tingkat pertumbuhan yang lebih
tinggi, maka perusahaan akan mempertahankan pembayaran dividen yang lebih
rendah.
Faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen juga berasal dari kepemilikan
institusional (Institutional Ownership) yang memiliki arti penting dalam memonitor
manajemen, karena akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
(Jensen and Meckling, 1976).
Beberapa bukti empiris dilakukan antara lain oleh Ooi (2001) yang menemukan
bahwa Dividend Payout Policy ditentukan oleh ukuran perusahaan (Size), aktiva
(Asset) dan struktur modal (Capital Structure).
Property Trading Corporations
(PTCs) cenderung membayar dividen lebih rendah dibandingkan dengan Property
Investment Corporations (PICs).
Berbeda dengan penelitian Rahayu (2003) menyimpulkan bahwa Insider
Ownership, Shareholder Dispersion, Growth dan Kepemilikan Institusional memiliki
ISSN 2355-0244
81
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Size tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Afza
(2010) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan individual, arus kas
operasi dan size merupakan faktor-faktor
penentu yang paling signifikan dalam
pembayaran dividen, sedangkan leverage dan arus kas tidak signifikan dalam
menentukan pembayaran dividen perusahaan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend
Payout Ratio yaitu Debt To Total Asset, Cash Ratio, Size, Retun On Asset (ROA),
Growth dan Kepemilikan Institusional pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2007-2009.
TINJAUAN LITERATUR
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan dividen yang dibayarkan
dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi Dividend Payout
Ratio yang ditetapkan perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan
kembali (Reinvestment) di dalam perusahaan.
Studi empiris mengenai faktor-faktor yang menentukan dividend payout ratio
dilakukan antara lain oleh Ooi (2001) dan Afza (2010).
Afza (2010) melakukan penelitian terhadap 100 perusahaan yang terdaftar di
Karachi Stock Exchange (KSE) dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS)
selama periode 2005-2007 menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan
arus kas operasi dan size merupakan faktor-faktor penentu yang paling signifikan
dalam pembayaran dividen, sedangkan leverage dan sensitivitas arus kas tidak secara
signifikan dalam menentukan tingkat pembayaran dividen perusahaan. Sedangkan Ooi
(2001) membagi perusahaan properti di Inggeris yaitu Property Trading Corporations
(PTCs) dan Property Investment Corporations (PICs) dengan hasil temuan yaitu
Property Trading Corporations (PTCs) cenderung membayar dividen lebih rendah
dibandingkan dengan Property Investment Corporations (PICs).
82
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
1. Debt toTotal Assets Ratio
Debt Ratio merupakan rasio antara total utang (total debts) baik utang jangka
pendek dan utang jangka panjang terhadap total aktiva (Ang, 1997). Rasio ini
menunjukkan besarnya utang yang digunakan untuk membiayai aktiva dalam
menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar Debt To Total Assets
Ratio menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan terhadap pihak luar dan
berdampak pada profitabilitas yang semakin berkurang, sehingga pada akhirnya hak
para pemegang saham (dividen) juga semakin menurun. Syahbana (2007) menyatakan
Debt to Total Asset mempunyai pengaruh negatif namun signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio. Penelitian Bradley et al. (1998) menggunakan 75 sampel pada EREITs
(Equity Real Estate Investment Trust) dalam kurun waktu 1985 – 1992 menunjukkan
bahwa EREITs yang memiliki Debt to Total Assets yang rendah dan portofolioportofolio perusahaan real estate yang besar dan terdiversifikasi dengan baik,
membayar lebih banyak dividen.
2. Cash Ratio
Cash Ratio merupakan ukuran yang lazim digunakan untuk mengukur likuiditas,
sehingga Cash Ratio juga diduga berpengaruh terhadap pendapatan dividen. Semakin
tinggi Cash Ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (Brigham dan
Eugene, 2004:47). Dengan semakin
meningkatnya Cash Ratio, dapat meningkatkan keyakinan para investor akan
pembayaran dividen. Perusahaan yang kekurangan likuiditas mengarahkan manajemen
untuk membatasi pertumbuhan dividen.
(1998) menemukan hubungan negatif
Penelitian Bradley, Capozza dan Seguin
antara volatilitas arus kas dengan tingkat
dividen. Perusahaan yang volatilitas arus kasnya tinggi, meminimalkan penalti yang
berhubungan dengan pemotongan dividen dan mengumumkan dividen yang lebih
rendah. Syahbana (2007) menunjukan bahwa Cash Ratio berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
ISSN 2355-0244
83
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
3. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan merupakan salah satu alat untuk mengukur besar kecilnya
suatu perusahaan. Beberapa peneliti seperti, Lloyd, Jahera, dan Page (1985) dan Vogt
(1994) dalam Holder et al. (1998) mengatakan bahwa ukuran perusahaan memainkan
suatu peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen perusahaan. Sedangkan
Hart and Oulton dalam Juliana dan Sulardi (2003) menjelaskan bahwa karyawan,
aktiva, penjualan, market value dan value added adalah beberapa ukuran umum untuk
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan akses pasar
yang lebih luas seharusnya membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang
sahamnya, sehingga ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan
yang positif. Sedangkan perusahaan kecil mempunyai akses yang terbatas ke pasar
modal dan meningkatkan sumber pendanaan internal dengan meningkatkan retention
ratio yang secara potensial mengurangi kemampuan perusahaan dalam membayarkan
dividen. Sudarsi (2002) menjelaskan untuk menentukan ukuran perusahaan adalah
dengan log natural dari total aktiva. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut, yaitu :
Size = LnOfTotalAsset
4. Return On Assets (ROA)
ROA
merupakan
rasio
antara
pendapatan
bersih
sesudah
pajak
(Net
) terhadap Total Asset (Ang, 1997:65). Return On Assets (ROA)
menunjukkan efektivitas
perusahaan
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
memanfaatkan
dana
untuk
kepentingan
makin profitable perusahaan secara relatif.
Dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan dan tinggi
rendahnya pertumbuhan laba sangat tergantung pada tinggi rendahnya Return On
Assets (setelah dividen diperhitungkan). Keuntungan yang layak dibagikan pada
pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban
tetapnya, sedangkan dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan.
Karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka
keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya Dividend Payout Ratio.
Secara matematis Return On Assets dapat diformulasikan sebagai berikut,
84
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
ROA
NetIncomeA fterTax / EarningsAv ailableforCommonStoc kholders
TotalAsset s
5. Tingkat Pertumbuhan (Growth)
Teori free cash flow hipothesis Jensen et al (1992), menyebutkan bahwa
perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free cash
flow yang rendah karena sebagian besar dana digunakan untuk investasi pada proyek
yang memiliki Net Present Value (NPV) yang positif. Perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, cenderung membagikan dividen lebih
konsisten dibanding perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah
(Hatta, 2002). Sedangkan Barclay et al. 1995 dan Wang et al. dalam Ooi (2001)
menjelaskan perusahaan yang memiliki opsi pertumbuhan yang lebih banyak, secara
umum memiliki dividen yang lebih rendah. Dalam penelitian ini tingkat pertumbuhan
(growth) diukur dengan pertumbuhan Net Sales sebagai proksi dari biaya transaksi
yaitu,
Growth
NetSalesta hunsekaran g (t ) NetSalesta hunlalu (t 1)
NetSalesta hunlalu (t 1)
6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki
oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan
kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Konflik keagenan dapat disebabkan adanya
perbedaan kepentingan antara manajer dan para pemegang saham. Konflik ini dapat
dikurangi melalui suatu sistim pengawasan yang dapat menyamakan kepentingankepentingan yang berbeda antara manajer dan pemegang saham. Kepemilikan saham
institusi memberikan peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
insider perusahaan dan meningkatkan keuntungan, sehingga berdampak pada
peningkatan Dividend Payout Ratio. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu (2003)
dimana Kepemilikan saham Institusional berpengaruh signifikan dan postif terhadap
DPR.
ISSN 2355-0244
85
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel data yaitu variabel bebas yang
terdiri dari Debt Ratio, Cash Ratio, Size, Return On Asset, Kepemilikan Institusional,
Growth, dan variabel terikat yaitu Dividend Payout Ratio periode 2007-2009. Jenis
data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data laporan keuangan tahunan
dari masing-masing variabel bebas dan terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian 2007-2009. Pemilihan sampel digunakan dengan teknik purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel untuk memenuhi suatu tujuan tertentu dan
meyakinkan semua populasi memiliki karakter tertentu. Beberapa kriteria dalam
pengambilan sampel ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia
selama periode penelitian, mempublikasikan laporan keuangan selama periode
penelitian, dan membayar dividen secara berturut-turut selama 2007-2009.
Tabel 1. Daftar Nama 12 Sampel Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Nama Perusahaan
PT. Astra Agro Lestari, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Bakrie Telecom, Tbk
PT. Elnusa, Tbk
PT. Gudang Garam, Tbk
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Jasa Marga, Tbk
PT. Kalbe Farma, Tbk
PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
PT. United Tractor, Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia (2009)
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda dengan nilai signifikansi yang ditetapkan (£) 10 persen. Analisis ini untuk
mengetahui pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua. Adapun
bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
86
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Y
= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6
Y
= Dividend Payout Ratio
a
=
b1-6 =
Konstanta
Koefisien Regresi
X1 = Debt to Total Asset
X2 = Cash Ratio
X3 =
LSize (Ukuran Perusahaan)
X4 =
Return On Asset
X5 =
Kepemilikan Institusional
X6 =
Growth
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Setelah hasil uji analisis regresi memenuhi asumsi klasik yaitu
uji
normalitas,
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi, berikut ini disajikan hasil
pengujian regresi variabel DTA, CR,LSize, ROA, KI, G terhadap DPR perusahaan
yang terdaftar di BEI dengan jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan.
Tabel 1. Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity
Statistics
Model
B
t
Sig. Tolerance
VIF
1 (Constant)
.177
.386
-.089 .930
DTA
.220
.187
.347 1.180 .000
.266
3.760
CR
.022
.016
.235 1.360 .003
.768
1.301
SIZE
.002
.026
.014
.061 .952
.443
2.259
ROA
-.123
.175
-.164 -.701 .489
.417
2.399
KI
.114
.094
.193 1.218 .023
.913
1.095
Gr
-.137
.085
-.269 -1.603 .120
.813
1.230
Sumber: Data Diolah (2010)
ISSN 2355-0244
87
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Berdasarkan uji parsial dan hasil regresi menunjukkan Debt to Total Asset
berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, ini ditunjukkan dengan koefisien
sebesar = 0,220 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,10. Hasil uji ini mengindikasikan
bahwa dengan total utang (Leverage) yang lebih besar memberikan manfaat berupa
menambah pendapatan bagi pemegang saham. Hasil ini sejalan dengan temuan
Syahbana (2007) yang menyatakan bahwa DTA berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Cash Ratio memiliki thitung = 1,360> ttabel = 1,306 dengan tingkat signifikansi 0,003 <
0,10 dan memiliki koefisien sebesar = 0,022 yang berarti Cash Ratio berpengaruh
positif dan signifikan terhadap DPR. Hasil uji tersebut dapat mengindikasikan bahwa
semakin meningkatnya Cash Ratio dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk
membayar dividen yang diharapkan. Hart and Oulton, 1996 dalam Juliana
menyebutkan bahwa dasar teori pengaruh ukuran perusahaan (Size) terhadap DPR
sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya
membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya sehingga ukuran
perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif. Penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa
Size tidak berpengaruh signifikan namun positif, ini
dibuktikan dari tingkat signifikansi 0,952 > 0,10 dan nilai thitung = 0,061 < ttabel = 1,306
dengan koefisien sebesar 0,002. Ini dapat diinterpretasikan bahwa perusahaan besar
dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, lebih banyak membutuhkan dana untuk
kegiatan investasi sehingga dana yang tersedia dari laba ditahan tidak dibayarkan
sebagai dividen. Kedua hasil ini mendukung kajian Parmanto (2002) pada 50 sampel
perusahaan LQ 45 yang menemukan bahwa Cash Position berpengaruh positif dan
signifikan sedangkan Size berpengaruh positif dan tidak signifikan. Penelitian sejalan
lainnya juga ditemukan oleh Rahayu (2003) dan Syahbana (2007) yang mengatakan
bahwa Size berpengaruh positif dan tidak signifikan. Uji parsial lainnya menunjukkan
bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap DPR dengan tingkat
signifikansi 0,489 > 0,10 dan koefisien sebesar -0,123. Dengan tingginya Return On
Asset tidak memberikan tingkat pengembalian yang tinggi kepada pemegang saham.
Tingginya profitabilitas lebih dimanfaatkan perusahaan untuk pengembangan usahanya
sehingga perusahaan lebih banyak menahan sebagian pendapatannya untuk ditanamkan
kembali ke dalam perusahaan. Hasil ini tidak sependapat dengan teori yang
88
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
dikemukakan oleh Ang (1997) yang menyatakan semakin besar ROA, menunjukkan
kinerja perusahaan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian (return)
semakin besar sehingga akan meningkatkan pendapatan dividen. Hasil kajian lainnya
ditemukan oleh
Parmanto (2002) dan Syahbana (2007) yang menyatakan ROA
berpengaruh positif dan signifikan. Hasil temuan peneliti mengindikasikan bahwa
perusahaan dengan asset yang besar lebih mengutamakan mengejar profitabilitasnya
dengan menggunakan dana yang berasal dari laba bersihnya untuk kegiatan operasional
(investasi) sehingga sebagian kecil bagian laba ditahan yang disisihkan untuk tingkat
pengembalian para pemegang saham, dalam hal ini sebagai pendapatan dividen.
Berdasarkan pembuktian uji parsial, variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh
signifikan dan positif terhadap DPR yang ditunjukkan dengan tingkat signifikansi
0,023 < 0,10 dan koefisien sebesar 0,114. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
proporsi kepemilikan saham sangat mempengaruhi kebijakan dividen. Adanya
kepemilikan oleh investor-investor institusional seperti asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan oleh institusi lain dalam perusahaan akan mendorong
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider (Moh’d et al,
1995). Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Rahayu (2003) yang membuktikan
bahwa Institutional Ownership memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
DPR. Dalam tingkat pertumbuhan (Growth) ditemukan koefisien sebesar -0,137
dengan tingkat signifikansi 0,012 < 0,10 yang menunjukkan bahwa Growth
mempunyai pengaruh signifikan dan negatif. Hasil ini mengindikasikan bahwa
perusahaan besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi belum maksimal dalam
memberikan pendapatan dividen bagi pemegang sahamnya, hal ini dimungkinkan dana
yang tersedia lebih banyak digunakan untuk meningkatkan total asset bagi kepentingan
operasional perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan hasil kajian Parmanto (2002) dan
Rahayu (2003) dan tidak sependapat dengan hasil penelitian Hatta (2002) dan
Syahbana (2007) yang menyatakan Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan.
ISSN 2355-0244
89
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 2. Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
1
.578a
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
.335
.197
Durbin-Watson
.09641
1.941
Sumber: Data Diolah (2010)
Dapat dilihat bahwa variasi keenam variabel independen memberikan kontribusi
sebesar 19,70 persen terhadap Dividend Payout Ratio, sisanya 80,30 persen dijelaskan
oleh faktor-faktor lainnya (tabel 2).
Tabel 3. Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.135
6
.023
Residual
.270
29
.009
Total
.405
35
F
2.430
Sig.
.050a
Sumber: Data Diolah (2010)
Tabel 3 menunjukkan nilai Fhitung sebesar 2,430 > Ftabel sebesar 1,988 dengan
probabilitas signifikansi 0,050. Hasil uji tersebut membuktikan bahwa secara simultan
variabel Debt to Total Asset, Cash Ratio, Size, Return On Asset, Institutional
Ownership dan Growth memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Afza (2010) dan Ooi (2001) khususnya
pada variabel Size, yang menyatakan Size merupakan faktor yang paling signifikan
dalam pembayaran dividen.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara
parsial Debt to Total asset, Cash Ratio dan Institutional Ownership berpengaruh positif
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, Growth berpengaruh negatif signifikan
terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Size dan Return On Asset tidak
berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Secara simultan, Debt to Total
Asset, Cash Ratio, Size, Return On Asset, Institutional Ownership dan Growth
90
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007-2009.
Penelitian ini hanya menggunakan 6 rasio keuangan sebagai
indikator
yang
mempengaruhi Dividend Payout Ratio, maka akan lebih baik bagi peneliti selanjutnya
menambahkan indikator lain untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
Dividend Payout Ratio, seperti Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Insider
Ownership, Free Cash Flow.
ISSN 2355-0244
91
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
DAFTAR PUSTAKA
Talat Afza. (2010). “Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of
Corporate Dividend Policy in Pakistan”. International Business Research, Vol.
3. No. 3, July.
R, Ang. 1997. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”. Jakarta: Mediasoft.
Bradley, M.,D. R. Capozza and Seguin, P.J. “Dividend Policy and Cash Flow
Uncertainty, Real Estate Economics”. 1998, 26:4, 555-80.
Cornell, B. and Shapiro, A.C.1987.” Corporate Stakeholders and Corporate Finance”.
Financial Management (Spring), 5-14.
Brigham, F dan Eugene. 2004. “Dasar- Dasar Manajemen Keuangan”. Penerjemah
Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.
Atika Jauhari Hatta. 2002. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen:
Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder”. Jurnal Akuntansi Indonesia Vol. 6
No. 2.
Jensen et al. 1992. “Simultance Determination of Insider Ownership, Debt and
Dividend Policies”. Journal of Financial and Quantitative Analysis Vol. 27. No.
2.
Jensen, M dan Meckling, W. 1976.” Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics Vol.3.
Roma Uly Juliana dan Sulardi. 2003. “Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi
Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol.
3. No.2.
Holder, Mark E., Frederick W. Langrehr, and J. Lawrence Hexter. 1998. “Dividend
Policy Determinants: An Investigation of The Influences of Stakeholder Theory”.
Financial Management. Vol. 27. No. 3. Autumn, pages 73-82.
92
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Moh’d, M. A., Perry, L. G dan Rimbey , J. N. 1995. “An Investigation of Dynamic
Relationship between Agency Theory and Dividend”. The Journal Review Vol.
30 No. 2.
T. L. J. Ooi. 2001. “Dividend Payout Characteristics of U. K. Property Companies”.
Journal of Real Estate Portofolio Management, April-June, Vol. 7. No. 2.
Parmanto. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio
pada Perusahaan LQ45. Thesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Parahyangan, Bandung.
Ira Paramitha Rahayu. 2003. “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Rasio
Pembayaran Dividen pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta
Periode 1999-2000”. Thesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro, Semarang.
Sri Sudarsi. 2002. “Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi Dividend Payout
Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi. Vol. 9. No.1. Universitas Parahyangan.
Andi Syahbana. 2007. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Periode 2003-2005”.
Thesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap
Manajemen Laba Nilai Pemegang Saham serta Cost Of Equity Capital”. Thesis.
Bangkalan Madura: Universitas Trunojoyo.
Eko Wahyudi dan Baidori. 2008. “Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable
Asset, Growth in Net Asset dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividend pada
Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 20022006”. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol 6. No.3. Universitas Negeri Surabaya.
Van Horne, James C dan Wachowich, John M Jr. 1995. “Prinsip – Prinsip Manajemen
Keuangan”. Penerjemah Sutojo Heru. Jakarta: Salemba Empat.
ISSN 2355-0244
93
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
EFFECT OF INTEREST RATES AND INFLATION OF REFERENCE BANK
INDONESIA STOCK PRICE INDEX .
Agus Salim
Lecturer Perbanas Institute
agussalim.perbanas @ gmail.com , 08170162707
Luciana Chrisnawati
Students Perbanas Institute
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Reference Interest Rate and Inflation
Bank Indonesia on the Jakarta Composite Index , either partially or simultaneously .
The population in this study is the Indonesia Stock Exchange in which there throughout
Composite Stock Price Index data . The samples used were the Composite Stock Price
Index data from January 2008 to October 2011 . The data used are secondary data
from the reports on electronic publications Indonesia Stock Exchange and Bank
Indonesia . Data collection techniques to the study of literature . The analytical method
used is multiple linear regression analyzes were performed with SPSS 17 . To analyze
whether each independent variable affects the dependent variable , use partial test ( t
test ) and simultaneously test ( F test ) . The results of this study indicate that partial
variable Interest Rate Reference Bank Indonesia significant negative effect on the
movement of the Composite Stock Price Index - value is smaller than the t - t table ( 7.654 < -2.017 ) . Variable Inflation significant positive effect on the movement of the
Composite Stock Price Index t value is greater than t table ( 4.623 > 2.017 ) .
Simultaneously variable Interest Rate Reference Bank Indonesia and inflation have a
significant effect on the movement Composite Stock Price Index as calculated F value
is greater than the F table ( 41.444 > 4.067 ) . In addition , test results obtained
coefficient of determination of 65.8 percent , which means the variation variable
Interest Rate and Inflation Reference Bank Indonesia is able to provide influence for
65.8 percent of the variation variables Composite Stock Price Index .
Keywords : Bank Indonesia's benchmark interest rate , inflation , Composite Stock
Price Index , Capital Markets.
94
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Pendahuluan
Pasar modal merupakan salah satu indikator dalam mengukur perkembangan
ekonomi suatu negara. Melalui pasar modal, dunia usaha diharapkan dapat
memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan.
Melalui pasar modal, investor dapat memilih objek investasi dengan beragam
tingkat pengembalian (return) dan tingkat risiko yang dihadapi, sedangkan bagi para
penerbit (emiten) melalui pasar modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang
untuk menunjang kelangsungan usahanya (Lo, 2008).
Di Indonesia, investor yang berminat untuk berinvestasi di pasar modal dapat
melakukannya di Bursa Efek Indonesia (BEI).Untuk memberikan informasi yang lebih
lengkap kepada investor mengenai perkembangan bursa, BEI menyebarkan data
pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Salah satu informasi yang
diperlukan tersebut adalah indeks harga saham yang mana merupakan cerminan dari
kinerja keseluruhan harga saham. Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor
ketika berinvestasi di BEI adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG
adalah indeks yang berisikan seluruh saham perusahaan (emiten) yang tercatat di BEI.
Oleh karena itu, investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang aktif atau lesu
melalui pergerakan IHSG tersebut (BEI, 2011).
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator kinerja pasar modal yang
selalu mengalami perubahan setiap detiknya karena transaksi saham di bursa juga
terjadi dalam hitungan detik dan menit. Bahkan, dewasa ini IHSG dijadikan barometer
kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi
pasar terakhir (current market). Pergerakan IHSG ditentukan oleh permintaan dan
penawaran atas saham-saham. Jika permintaan meningkat maka harga saham akan naik
dan jika permintaan menurun maka harga saham akan turun. Setiap hari juga terdapat
saham-saham yang tidak mengalami pergerakan harga atau tidak ada transaksi
(Dwiyanti, 1999).
Secara garis besar, pergerakan harga saham atau indeks harga saham dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan faktor eksternal
(lingkungan makro). Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
perusahaan sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari
ISSN 2355-0244
95
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
luar perusahaan. Faktor internal misalnya seperti kinerja dan kondisi internal
perusahaan, sedangkan faktor eksternal misalnya seperti tingkat suku bunga, nilai tukar
(kurs), inflasi, kondisi politik, dan lain-lain. Ketika kondisi makro ekonomi di suatu
negara mengalami perubahan baik yang positif ataupun
negatif, investor akan
memperhitungkan dampaknya terhadap kinerja perusahaan (emiten) di masa depan
untuk kemudian mengambil keputusan apakah akan membeli atau menjual saham
perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya
perubahan harga saham yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks harga
saham di negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor-faktor
yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan baik secara parsial maupun
simultan. Variabel Suku Bunga acuan Bank Indonesia dan Inflasidipakai sebagai factor
yang mempengaruhi IHSG( Alwi, 2003).
Tinjauan Teoritis
Kebijakan tingkat suku bunga di Indonesia dikendalikan secaralangsung oleh
Bank Indonesia melalui BI Rate. BI Rate merupakan responbank sentral terhadap
tekanan inflasi ke depan agar tetap berada padasasaran yang telah ditetapkan.
Perubahan BI Rate sendiri dapat memicupergerakan di pasar saham Indonesia.
Penurunan BI Rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga
deposito maupun suku bunga kredit perbankan (Bank Indonesia, 2011). Bagipara
investor, dengan adanya penurunan BI Rate maka akan mengurangi tingkat
pengembalian (return) yang diperoleh bila dana yang merekamiliki diinvestasikan
dalam bentuk deposito. Oleh karena itu, investor akan mengalihkan dananya ke pasar
modal yang pada akhirnya akan membuat peningkatan indeks harga saham (BEI,
2011).
Perubahan inflasi juga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang dapat
mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Inflasi diartikan sebagai meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan
beban operasional perusahaan semakin meningkat dan akan mempengaruhi kinerja
keuangannya, yaitu penurunan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang
menurun akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan tersebut di pasar
96
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
modal. Hal ini merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal karena tingkat
pengembalian (return) yang akan didapatkannya juga akan ikut menurun sehingga ia
akan lebih memilih mengalokasikan dananya dalam bentuk tabungan atau deposito.
Pengalihan investasi ini pada akhirnya akan membuat penurunan indeks harga saham
(BEI, 2011).
Penurunan suku bunga dan inflasi akan menyebabkan kenaikan indeks harga
saham di suatu negara. Tetapi di Indonesia selama periode 2008 hingga tahun 2011
terjadi hal yang berlawanan. Bulan Januari 2009 hingga bulan Februari 2009 di mana
ketika BI Rate turun, IHSG juga ikut bergerak turun. BI Rate pada bulan Januari 2009
sebesar 8,75 persen, IHSG turun menjadi 8,25 persen pada Februari 2009. IHSG pada
Januari 2009 ditutup pada posisi 1.332,667 dan turun menjadi 1.285,476 pada akhir
Februari 2009. Kemudian ketika BI Rate naik, pergerakan IHSG juga ikut naik. Hal ini
terjadi pada bulan April 2008 hingga Mei 2008 dan bulan Januari 2011 hingga Februari
2011. BI Rate bulan April 2008 sebesar 8 persen naik menjadi 8,25 persen pada Mei
2008 kemudian pada bulan Januari 2011 sebesar 6,5 persen naik menjadi 6,75 persen
pada bulan Februari 2011. IHSG pada April 2008 ditutup pada posisi 2.304,516 dan
naik menjadi 2.444,349 pada akhir Mei 2008 kemudian pada akhir Januari 2011
ditutup pada 3.409,167 dan naik menjadi 3.470,348 pada akhir Februari 2011. Kondisi
ini tentunya tidak sesuai dengan uraian sebelumnya yang menyatakan bahwa tingkat
suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG (Bursa Efek
Indonesia, 2011 dan Bank Indonesia, 2011).
Hal yang sama juga terjadi ketika inflasi naik, IHSG juga ikut meningkat. Ini
terjadi selama bulan Juli 2009 hingga September 2009 dan bulan Mei 2010 hingga
Agustus 2010. Peningkatan inflasi masing-masing sebesar 2,71 persen, 2,75 persen,
2,83 persen selama bulan Juli 2009 hingga September 2009, kemudian masing-masing
sebesar 4,16persen, 5,05persen, 6,22persen, 6,44persen selama bulan Mei 2010 hingga
Agustus 2009. Peningkatan IHSG masing-masing berada di posisi 2.323,236;
2.341,537; 2.467,591 pada akhir bulan Juli 2009 hingga September 2009, kemudian
masing-masing berada di posisi 2.796,957; 2.913,684; 3.069,280; 3.081,884 pada akhir
bulan Mei 2010 hingga Agustus 2010. Sementara ketika inflasi turun, IHSG juga ikut
turun. Hal ini terjadi pada bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008 dan bulan September
ISSN 2355-0244
97
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
2009 hingga Oktober 2009. Penurunan inflasi masing-masing sebesar 11,9 persen dan
11,85 persen selama bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008, kemudian masing-masing
sebesar 2,83 persen dan 2,57 persen selama bulan September 2009 hingga Oktober
2009. Penurunan IHSG masing-masing berada di posisi 2.304,508 dan 2.165,943 pada
akhir bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008, kemudian berada di posisi 2.467,591 dan
2.367,701 pada akhir September 2009 hingga Oktober 2009. Ini tentunya berlawanan
dengan apa yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa suku bunga memiliki pengaruh
negatif terhadap pergerakan IHSG (Bursa Efek Indonesia, 2011 dan Bank Indonesia,
2011).
Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang dipandang mampu mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Penelitian
Oktafalia dan Syafriana (2007) diperoleh hasil bahwa perubahan tingkat suku bunga
SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham PT Semen Gresik,
Tbk tetapi tidak signifikan. Berbeda dengan hasil penelitian Yuliman (2003) yang
menunjukkan bahwa suku bunga deposito berpengaruh positif signifikan terhadap
Indeks LQ45. Hasil penelitian dengan menggunakan variabel inflasi juga memberikan
kesimpulan yang berlawanan. Utami dan Rahayu (2003) menemukan bahwa inflasi
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham, sementara Prakarsa dan
Kusuma (2007) menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan
terhadap IHSG.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga
dan inflasi cenderungtidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan
peneliti yang lain. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti duavariabel ekonomi
yang telah diuraikan di atas dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Acuan Bank
Indonesia (BI Rate) dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Kedua variabel penelitian di
atas akan dianalisis apakah memiliki pengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan. Secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
98
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Gambar 1
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
BI Rate
(X1)
Inflasi
(X2)
H1
H2
22
23
IHSG
(Y)
H3
Sumber: Sugiyono (2009:66), Oktafalia dan Syafriana (2007) (data diolah peneliti)
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho1:
BI Rate secara parsial tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ha1:
BI Rate secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ho2:
Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ha2:
Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.
Ho3:
BI Rate dan Inflasi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
pergerakan IHSG.
Ha3:
BI Rate dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan
IHSG.
ISSN 2355-0244
99
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Metodologi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia , yang
di dalamnya terdapat seluruh data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sampel
dipilih berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data IHSG, BI Rate, dan
inflasi yang dibatasi pada data bulanan selama periode Januari 2008 hingga Oktober
2011. Data IHSG diperoleh dari Laporan Statistik Tahunan dan Bulanan Bursa Efek
Indonesia. Data BI Rate dan inflasi diperoleh dari laporan publikasi elektronik dalam
website Bank Indonesia, seperti Laporan Perekonomian Indonesia dan Tinjauan
Kebijakan Moneter.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang diperoleh
melalui studi kepustakaan dengan membaca jurnal, dan tesis yang berhubungan dengan
pokok bahasan dalam penelitian ini. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Untuk menguji hipotesis secara
parsial digunakan uji t-test dan uji F-test digunakan untuk menguji hipotesis secara
simultan.
Pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) diuji
dengan tingkat kepercayaan 95 persen atau tingkat signifikansi ( ) sama dengan 5
persen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer
Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 17.0for Windows.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data mengenai pergerakan IHSG, BI Rate, dan Inflasi periode yang digunakan
dalam penelitian ini disajikan pada gambar 2.
100
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Gambar 2.
Pergerakan IHSG, BI Rate, dan Inflasi Periode Januari 2008 – Oktober 2011
Sumber: Data diolah peneliti 2012
Seluruh data terlihat fluktuatif, BI rate setelah ada kenaikan pada September dan
nopember 2008, selanjutnya mulai januari 2009 cenderung turun dan stabil mulai
September 2009 pada tingkat yang rendah sampai September 2011. Adapun tingkat
inflasi setelah tinggi pada Juli, Agustus, September, nopember 2008 selanjutnya mulai
Januari 2009 trendnya mengalami penurunan yang signifikan dan mulai ada kenaikan
pada januari 2010. Di sisi lain IHSG dari januari 2008 trendnya mengalami penurunan
dan terendah pada September 2008, namun setelah itu trendnya terus mengalami
kenaikan yang sangat tajam dan puncaknya pada juli 2011, sebelum ada sedikit
penurunan pada bulan September 2011.
ISSN 2355-0244
101
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data yang digunakan dalam
penelitian ini seluruh data dinyatakan layak untuk dilakukan pengujian selanjutnya.
Hasil pengujian regresi linier berganda diperoleh hasil pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
10132.262
884.212
BI Rate
-1257.923
164.355
262.121
56.595
Inflasi
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data diolah (2012)
Berdasarkan hasil uji analisis regresi linear berganda dapat disusun persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = 10132,262 – 1257,923X1 + 262,121X2
Keterangan:
Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
X1 = suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)
X2 = inflasi
Konstanta sebesar 10132,262 artinya jika BI Rate (X1) dan inflasi (X2) nilainya
adalah 0, maka IHSG (Y) nilainya adalah 10132,262.Koefisien regresi variabel BI Rate
(X1) sebesar -1257,923 artinya jika BI Rate mengalami kenaikan 1persen, maka IHSG
(Y) akan mengalami penurunan sebesar 1257,923 dengan asumsi variabel independen
lain nilainya tetap. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif (terbalik)
antara BI Rate dengan IHSG, semakin naik BI Rate, maka semakin turun nilai
IHSG.Koefisien regresi variabel inflasi (X2) sebesar 262,121 artinya jika inflasi
mengalami kenaikan 1persen, maka IHSG (Y) akan mengalami peningkatan sebesar
262,121 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif (searah) antara inflasi dengan IHSG, semakin
naik inflasi, maka IHSG semakin meningkat.
102
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t-test dengan hasil pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
10132.262
884.212
BI Rate
-1257.923
164.355
262.121
56.595
Inflasi
Coefficients
Beta
t
Sig.
11.459
.000
-1.522
-7.654
.000
.921
4.632
.000
a. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data diolah (2012)
Pengujian terhadap variabel BI Rate diperoleh hasil –t hitung lebih kecil dari –t
tabel (-7,654 < -2,017) sehingga H01 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa variable BI
Rate berpengaruh negative signifikan terhadap pergerakan IHSG.Variabel Inflasi
memiliki nilai t hitung sebesar 4,632 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena
koefisien regresinya bernilai positif yaitu sebesar 262,121 dan nilai signifikansinya
lebih kecil dari 5persen (0,05) serta nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,632 >
2,017), maka H02 ditolak dapat dikatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif
signifikan terhadap pergerakan IHSG.
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Pada tabel 3 berikut hasil
uji F yang diolah menggunakan SPSS:
ISSN 2355-0244
103
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Tabel 3. Hasil Uji F (Simultan)
ANOVAb
Sum of
Model
1
Squares
Df
Mean Square
F
Regression
2.015E7
2
1.007E7
Residual
1.045E7
43
243055.255
Total
3.060E7
45
Sig.
41.444
.000a
a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate
b. Dependent Variable: IHSG
Sumber: Data diolah (2012)
Karena nilai F hitung lebih besar dari F tabel (41,444 > 4,067), maka H03 ditolak
dapat dikatakan bahwa variabel BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap pergerakan IHSG.
Berdasarkan kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat
hasil analisis determinasi pada nilai R2 (R square) yang terdapat pada output model
summary hasil perhitungan SPSS berikut:
Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
Model
1
R
.811a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.658
.643
493.006344
a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate
Sumber: Data diolah (2012)
Kontribusi variabel suku bunga dan inflasi terhadap IHSG sebesar 65,8 persendan
sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan ke dalam model penelitian ini.
104
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Pembahasan
BI Rate merupakan salah satu instrumen yang digunakan Bank Indonesia dalam
mengendalikan inflasi. Apabila Bank Indonesia mengumumkan untuk menurunkan BI
Rate, maka investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan akan
mendapatkan return yang lebih baik daripada menyimpan dananya dalam bentuk
simpanan.Pengalihan dana yang disebabkan oleh aksi beli saham para investor
menyebabkan permintaan akan saham bertambah sehingga membuat Indeks Harga
Saham Gabungan di BEI pun ikut bergerak naik.
Hipotesis pertama (Ha1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah BI Rate
berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik
sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang sudah ada, yaitu
penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan mendorong kenaikan
IHSG.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Utami dan Rahayu (2003) dan
Yuliman (2003) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Hanya saja dalam penelitian Yuliman (2003) tingkat suku bunga
memiliki hubungan positif (searah) dengan IHSG, sedangkan dalam penelitian ini
terjadi hubungan negatif (terbalik) antara BI Rate dengan IHSG.
Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan beban operasional perusahaan
semakin meningkat dan berakibat pada penurunan profitabilitas. Profitabilitas
perusahaan yang menurun akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan
tersebut di pasar modal. Hal ini merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal
sehingga ia akan lebih memilih mengalokasikan dananya dalam bentuk simpanan.
Pengalihan investasi ini pada akhirnya akan membuat penurunan indeks harga saham.
Hipotesis ke dua (Ha2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah inflasi berpengaruh
terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik sebelumnya,
diperoleh bahwa hipotesis alternatif kedua (Ha2) tidak ditolak atau dengan kata lain
variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
ISSN 2355-0244
105
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Utami dan Rahayu (2003)
yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang ada, di mana terjadi hubungan
yang positif (searah) antara inflasi dengan IHSG. Artinya peningkatan inflasi justru
akan mendorong kenaikan IHSG.
Hipotesis ke tiga (Ha3) yang diajukan dalam penelitian ini adalah BI Rate dan
inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.Berdasarkan hasil
perhitungan uji statistik sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif ke tiga (Ha3)
tidak ditolak. Hasil uji F sebelumnya dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar dari
F tabel (41,444 > 4,067) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena F hitung
lebih besar dari F tabel dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 5 persen (0,05), maka
hipotesis alternatif ke tiga (Ha3) tidak ditolak atau dengan kata lain BI Rate dan inflasi
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
BI Rate merupakan salah satu instrumen yang digunakan Bank Indonesia dalam
mengendalikan inflasi. Apabila Bank Indonesia mengumumkan untuk menurunkan BI
Rate, maka investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan akan
mendapatkan return yang lebih baik daripada menyimpan dananya dalam bentuk
simpanan.Pengalihan dana yang disebabkan oleh aksi beli saham para investor
menyebabkan permintaan akan saham bertambah sehingga membuat Indeks Harga
Saham Gabungan di BEI pun ikut bergerak naik
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh bahwa BI Rate berpengaruh negatif signifikan
terhadap pergerakan IHSG. Hal tersebut terbukti dari hasil persamaan regresi yang
mana koefisien regresi BI Rate bernilai negatif (-1257,923) dan tingkat signifikansinya
(0,000) lebih kecil dari 0,05 serta nilai -t hitung lebih kecil dari -t tabel (-7,654 < 2,017). Sedangkan uji hipotesis variable inflasi diperoleh bahwainflasi berpengaruh
positif signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hal tersebut terbukti dari hasil persamaan
regresi yang mana koefisien regresi inflasi bernilai positif (262,121) dan tingkat
106
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
signifikansinya (0,000) lebih kecil dari 0,05 serta nilai t hitung lebih besar dari t tabel
(4,632 > 2,017).
Berdasarkan pengujian secara simultan dapat disimpulkan bahwa BI Rate dan
inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG dengan
tingkat signifikansi (0,000) lebih kecil dari 0,05 dan nilai F hitung lebih besar dari F
tabel (41,444 > 4,067). Kontribusi variable suku bunga dan inflasi terhadap IHSG
sebesar 65,8 persen,sedangkan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi oleh variabel
lainnya.
Dalam penelitian ini juga diuji koefisien determinasi (R2) dan nilai yang diperoleh
adalah sebesar 0,658. Hal ini berarti bahwa variasi variabel BI Rate dan inflasi mampu
mempengaruhi pergerakan IHSG sebesar 65,8 persen, sedangkan sisanya sebesar 34,2
persen dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat lebih memahami sifat BI
Rate pada saat memperkirakan arah pergerakan indeks harga saham ke depan. Selain
itu investor diharapkan benar-benar memahami sifat inflasi, apakah inflasi yang terjadi
akan mempengaruhi kinerja perusahaan (emiten) sehingga berpengaruh juga terhadap
harga saham perusahaan tersebut. Selanjutnya baik investor maupun perusahaan
diharapkan memperhatikan arah pergerakan BI Rate dan inflasi ke depan karena kedua
factor ini merupakan salah satu factor penting yang menjadi penggerak indeks harga
saham.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menambahkan factorfaktor lain yang mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan, seperti kurs
mata uang, dan kondisi makro ekonomi lainnya yang berpengaruh saat itu.
ISSN 2355-0244
107
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. (2011). Laporan Kebijakan Moneter. Jakarta: Direktorat Riset
Ekonomi dan Kebijakan Moneter.
Bursa Efek Indonesia. (2008--20011). Fact Book. Jakarta: Divisi Riset dan
Pengembangan Usaha.
Iskandar Z. Alwi.(2003).Pasar Modal Teori dan Aplikasi.Jakarta: Nasindo Internusa.
Merry Lo. (2008). Mengenal Pasar Modal, (online), (http://infovesta.com, diakses 8
Mei 2011 pukul 22.48).
HU
UH
Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu. (2003). Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi
dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis
Ekonomi. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, (online), Vol.5, No.2,
September 2003: 123-131 (http://puslit.petra.ac.id, diakses 27 Juli 2011 pukul
22.31).
HU
UH
Oktafalia M. dan Maya Syafriana. (2007). Analisis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku
Bunga SBI dan Perubahan Kurs US$ Terhadap Harga Pasar Saham PT Semen
Gresik, Tbk Periode Januari 2002-Desember 2006. Business & Management
Journal Bunda Mulia, (online), Vol.4, No.1, Maret 2008 (http://ubm.ac.id,
diakses 15 Agustus 2011 pukul 17.36).
HU
UH
Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung:ALFABETA.
Tegararief Ocki Prakarsa dan Budi Hartono Kusuma. (2007). Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Tengah BI, Tingkat Inflasi, dan Indeks Saham
Dow Jones Di New York Stock Exchange Dalam Memprediksi Indeks Harga
Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi, (online), Tahun XIII,
No.03, November 2008: 305-318 (http://jurnal.pdii.lipi.go.id, diakses 25
Agustus 2011 pukul 12.41).
HU
UH
Vonny Dwiyanti. (1999). Wawasan Bursa Saham I. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya.
Yulius Yuliman. (2003). Analisis Pengaruh Kurs US$, Suku Bunga, dan Price Earning
Ratio Terhadap Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Tesis dipublikasikan.
Semarang: Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
108
ISSN 2355-0244
e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013
ISSN 2355-0244
109
Download