ISSN 2355 0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis diterbitkan oleh Program Studi Strata Satu Manajemen IKPIA Perbanas (Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perhimpunan Bank Umum Nasional), dengan frekuensi terbit dua kali setahun. Penasihat Dewan Redaksi Rektor IKPIA Perbanas Pembantu Rektor Bidang Akademik IKPIA Perbanas Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis IKPIA Perbanas Ketua Dewan Redaksi Hedwigis Esti R., S.E., M.E. Wakil Ketua Dewan Redaksi Dra. L. Listijowati Hadinugroho, M.M. Editor Dr. Iskandar Rangkuti Dr. Aviliani, S.E., M.M. Dr. Endri, S.E., M.A. Zaenal Abidin S.E., M.B.M., Ph.D. Dr. Umbas Krisnanto, S.E., M.M. Dr. Steph Subanidja, S.E., M.B.A. Adi Susilo Jahja, S.E., M.M. Dyah Nirmalawati T., S.E., M.Si. Penyunting Pelaksana Rushadi, S.E., M.Si. Nicodemus Simu, S.E., M.M. Mustanwir Zuhri, S.E., M.M. Sekretariat Editing Suharyanto, S.Kom., M.M. Sunarto, S.E., M.M. Sekretariat Administrasi Agustina Ninawati, B.Sc. Rini Hidayati, S.E. Iyat, S.E. Editorial Office: Redaksi Jurnal Manajemen dan Bisnis Kampus Perbanas Institute, Gedung Unit V Lantai 2 Jl. Perbanas Karet Kuningan Setiabudi, Jakarta 12940 Indonesia Phone: 62-21-5252533, 5222501-04, ext 5201 5203 Fax: 62-21-5228460, 5222645 Email : [email protected] http://www.perbanasinstitute.ac.id e-Jurnal Manajemen dan Bisnis e-Journal of Management and Business Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Kata Pengantar DAMPAK KUALITAS PELAYANAN DAN ORIENTASI PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGGUNA KARTU KREDIT BCA Sri Wahyuni & Pranoto ANALISIS DAMPAK STOCK SPLITTERHADAP HARGA, VOLUME DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA SAHAM Selamet Riyadi & Selvi Andreva PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA Puji Hadiyati & Riski Aditya Baskara PENGARUH KETERLIBATAN KERJA TERHADAPKINERJA PEGAWAI PADA PT SEASCAPE SURVEYS INDONESIA Siti Safaria & Anastasia Saras Yunastiwi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) Henny Ritha & Eko Koestiyanto PENGARUH SUKU BUNGA ACUAN BANK INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Agus Salim & Luciana Chrisnawati e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat dan rahmatNya Electronic Journal Manajemen dan Bisnis edisi perdana akan diterbitkan. Jurnal ini memuat tulisan ilmiah hasil penelitian atau hasil kajian ilmiah mengenai manajemen dan bisnis. Electronic Journal Manajemen dan Bisnis ini direncanakan dapat terbit berkala 2 kali dalam setahun. Dalam edisi perdana ini, menyajikan sebanyak 6 (enam) tulisan yang mencakup bidang: manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, perbankan syariah dan ekonomi makro Semoga E-jurnal Manajemen dan Bisnis ini dapat menambah dan melengkapi diseminasi hasil-hasil penelitian dan kajian ilmiah di bidang Manajemen dan Bisnis. Jakarta, Oktober 2013 Pemimpin Redaksi ISSN 2355-0244 iii e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Daftar Isi KATA PENGANTAR ………………………………………………...... iii DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iv DAMPAK KUALITAS PELAYANAN DAN ORIENTASI PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGGUNA KARTU KREDIT BCA Sri Wahyuni & Pranoto……………………………………………………….. 1 ANALISIS DAMPAK STOCK SPLITTERHADAP HARGA, VOLUME DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA SAHAM Selamet Riyadi & Selvi Andreva …………………………………………. 24 PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA Puji Hadiyati & Riski Aditya Baskara…………………………………….. 48 PENGARUH KETERLIBATAN KERJA TERHADAPKINERJA PEGAWAI PADA PT SEASCAPE SURVEYS INDONESIA Siti Safaria & Anastasia Saras Yunastiwi…………………………………. 62 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) Henny Ritha & Eko Koestiyanto…………………………………………… 79 PENGARUH SUKU BUNGA ACUAN BANK INDONESIA DAN INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Agus Salim & Luciana Chrisnawati ………………………………………. 94 iv ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 PELAYANAN DAN ORIENTASI PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS DENGAN KEPUASAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PENGGUNA KARTU KREDIT BCA Sri Wahyuni *) Pranoto **) ABFII Perbanas Jakarta ABSTRACT This study aimed to analyze the effect of service quality, customer orientation, and customer satisfaction on customer loyalty BCA credit card users in Supermall Karawaci Tangerang. Total sample of 110 respondents. The method of data analysis is linear regression models. The estimation technique of Structural Equation Model (SEM). Result of analysis show that (1) on the goodness of fit test shows that models fit for use, (2) on the hypothesis test there are 4 accepted hypothesis that the first, second, third and fifth, (3) customer satisfaction variables as an intervening variable on the relationship service quality and customer orientation towards the customer loyalty. From the result of analysis, it can be recommended that the BCA should pay attention to the good quality of service and customer orientation in order to increase customer satisfaction and ultimately increases customer loyalty on all products issued by BCA. When all the wishes and expectations of customers are met, the customer will be satisfied and become loyal to the BCA. Keywords: Service Quality, Customer Orientation, Customer Satisfaction, Customer Loyalty, BCA Credit Card Customers *) Dosen ABFII Perbanas Jakarta **) Alumni ABFII Perbanas Jakarta ISSN 2355-0244 1 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 PENDAHULUAN Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran perbankan. Fungsi yang penting dan strategis perlu pengelolaan bank secara professional, efektif, efesien, dan mendukung terselenggaranya proses perekonomian dalam berbagai sektornya secara baik dan sehat. Seiring bertambah tingginya kebutuhan dan semakin konsumtif dalam berbelanja tentunya perusahaan perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peranan yang sangat penting. Hal ini merupakan peluang bagi perbankan untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. Industri perbankan sebaiknya juga melakukan upaya pengenalan terhadap produkproduknya (termasuk kartu kredit). Kartu kredit merupakan sebuah alat pembayaran berupa kartu yang tertera nama dan tanda tangan pemilik serta dapat digunakan untuk membayar barang yang dibeli dengan dana yang dipinjamkan oleh suatu lembaga di tempat-tempat yang bersedia menerima pembayaran tanpa harus mengeluarkan uang tunai. Dengan kata lain, kartu kredit diciptakan untuk memudahkan nasabah dalan berbelanja. Saat ini, semakin banyak bank yang mengeluarkan produk kartu kredit sehingga persaingan antar kartu kredit semakin ketat (Imawan & Sucento 2009). Persaingan yang memanas di industri perbankan penerbit kartu kredit digunakan untuk menguji kadar loyalitas nasabah bank-bank. Untuk menciptakan loyalitas perusahaan perbankan harus memperhatikan kepuasan pelanggan, dengan memberikan kepuasan, pelanggan akan terus menggunakan jasa perusahaan. Loyalitas dapat berfungsi sebagai penghambat pelanggan untuk berpindah kepada bank yang lain. Kompetisi di bisnis kartu kredit makin ketat. Saat ini beberapa bank berlomba meluncurkan varian kartu kreditnya untuk menjadi yang terbaik. Meningkatnya jumlah kartu kredit dari tahun 2006 sampai juli 2012 hingga mencapai 15,3 juta kartu kredit yang beredar, peningkatan jumlah kartu diikuti dengan peningkatan nilai transaksi kartu kredit, namun jumlah (volume) transaksi di juli 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011 yang mencapai 205 juta transaksi. Berikut ini adalah perkembangan jumlah kartu, jumlah transaksi dan nilai transaksi kartu kredit: 2 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 1 Jumlah Kartu, Jumlah Transaksi dan Nilai Transaksi Tahun Jumlah Kartu Jumlah Transaksi 2006 2007 2008 8.215.923 9.148.104 11.548.318 107.918.543 124.488.918 161.346.501 Nilai Transaksi (Juta) 53.839.505 69.304.597 103.468.544 2009 12.259.295 177.817.542 132.651.567 2010 13.574.673 194.675.233 158.687.057 2011 14.785.382 205.303.560 178.160.763 Juli 2012 15.300.000 195.000.000 183.000.000 Sumber: Infobank (2012) Fenomena tersebut merupakan tantangan bagi bisnis kartu kredit untuk dapat mempertahankan loyalitas pelanggan, dengan loyalitas suatu bisnis akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Loyalitas pelanggan dapat dibangun dengan meningkatkan kepuasan, dengan adanya kepuasan diharapkan pelanggan bersedia melakukan pembelian ulang serta akan melakukan rekomendasi. Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa kepuasan merupakan reaksi perilaku pelanggan sesudah pembelian terhadap apa yang sudah dibelinya. Kepuasan pelanggan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk pembelian ulang atau pembelian yang sifatnya terus-menerus terhadap jasa yang sama serta mampu mempengaruhi pelanggan lain atau pihak luar untuk ikut serta dalam pembelian jasa tersebut. Akbar dan Pervesz (2009) menemukan bahwa variable kepuasan pelanggan memberikan efek positif dan signifikan terhadap loyalitas. Dan kepuasan pelanggan merupakan variable moderator yang sangat penting antara kualitas pelayanan yang dirasakan dan loyalitas pelanggan. Fujun Lai et al (2009) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi loyalitas pelanggan dan dapat memainkan peran mediasi yang penting. Berbeda dengan hasil penelitian Sondoh (2007) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan negative dan signifikan antara kepuasan dan loyalitas pelanggan. Menurut beliau, bahwa tidak ISSN 2355-0244 3 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 semua pelanggan yang mendapatkan kepuasan akan menunjukkan adanya pengaruh yang tinggi terhadap loyalitas. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas layanan dan orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan sebagai variabel antara selanjutnya menguji variabel-variabel tersebut dengan loyalitas pelanggan kartu kredit BCA KAJIAN LITERATUR Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pelanggan Pelayanan secara umum ialah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan–kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Sehingga pelayanan merupakan suatu bentuk prosedur yang diberikan dalam upayanya memberikan kesenangan–kesenangan kepada orang lain dalam hal ini kepada pelanggan (Kotler 2002). Menurut Zeithamal et al (1996), kualitas pelayanan merupakan salah satu variabel yang menentukan kepuasan pelanggan disamping harga, situasi dan faktor personal. Sumarwan (2004), teori yang menjelaskan bagaimana kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terbentuk adalah the expectancy disconfirmation model, yang mengemukakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya, diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Semakin baik kualitas pelayanan, maka semakin tinggi kepuasan pelanggan kartu kredit BCA Hubungan Orientasi Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan Narver dan Slater dalam Masri, (2009), orientasi pelanggan adalah pemahaman yang cukup memahami pembelinya, untuk menciptakan suatu nilai lebih terhadap mereka secara terus menerus, tidak hanya untuk saat ini tetapi sepanjang waktu sebagai subjek bagi dinamisasi internal dan pasar. Sejalan dengan Kim dan Cha (2002) mengemukakan bahwa perusahaan yang mengadopsi perspektif orientasi pelanggan lebih memungkinkan untuk memberikan kualitas, berkontribusi bagi kepuasan 4 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 pelanggan dan mempertahankan tujuan organisasi secara efisien dan efektif dibandingkan dengan para pesaing. Kepuasan pelanggan menurut Brown (2002) adalah suatu kondisi dimana suatu kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terhadap produk dan jasa. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Semakin tinggi orientasi pelanggan, maka semakin tinggi kepuasan pelanggan kartu kredit BCA Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Loyalitas Pelanggan Kualitas pelayanan memberikan kontribusi bagi penciptaan diferensiasi, positioning dan strategi bersaing setiap organisasi pemasaran baik perusahaan manufaktur maupun penyedia jasa. Kualitas pelayanan ditentukan oleh proses interaksi dan komunikasi yang berlangsung selama proses penyampaian jasa (Chang dan Chen, 1998). Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi jasa, pelanggan lah yang menilai tingkat kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan mempunyai kepentingan untuk mempertahankan kesetiaan pelanggan karena konsumen yang loyal merupakan keberlanjutan dari penjualan produk perusahaan. Tjiptono (2000) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sikap positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Sedangkan Dick dan Basu (1994) berargumen bahwa loyalitas pelanggan dipandang sebagai kekuatan hubungan antara sikap relatif(relative attitude) individu dan pembelian ulang (repeat patronage). Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : Semakin baik kualitas pelayanan, maka semakin tinggi loyalitas pelanggan kartu kredit BCA Hubungan Orientasi Pelanggan dengan Loyalitas Pelanggan Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan dapat mengungguli para pesaingnya dengan mengantisipasi dan mengembangkan kebutuhan dari konsumen dan memberikan respon melalui barang dan jasa yang secara konsisten memiliki nilai yang superior dan memberikan kepuasan yang tinggi kepada konsumen (Sinkula et al, ISSN 2355-0244 5 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 1997). Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan menjalankan strategi pemasaran yang menghasilkan kinerja yang memuaskan para pelanggannya (Brady dan Cronin, 2001). Pelanggan yang meresa puas karena harapan atau ekspektasinya sudah dipenuhi perusahaan, kemungkinan akan menunjukkan kesetiannya pada produk/jasa dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan itu. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 : Semakin tinggi orientasi pelanggan, maka semakin tinggi loyalitas pelanggan kartu kredit BCA Hubungan Kepuasan Pelanggan dengan Loyalitas Pelanggan Lupiyoadi (2001) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan reaksi perilaku pelanggan sesudah melakukan pembelian terhadap apa yang sudah dibelinya. Kepuasan pelanggan juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan untuk pembelian ulang atau pembelian yang sifatnya terus-menerus terhadap jasa yang sama serta mampu mempengaruhi pelanggan lain atau pihak luar untuk ikut serta dalam pembelian jasa tersebut. Hasil penelitian Dong et al., (2011) tentang bentuk hubungan fungsional antara kepuasan dan loyalitas menyimpukan bahwa pengaruh kepuasan pelanggan pada loyalitas tidaklah selalu linier dalam semua keadaan, bentuk fungsional dari pengaruh kepuasan pada loyalitas bervariasi diseluruh segmen pada tiap kategori produk dan variabel ekonomi dan demografi pelanggan, yaitu berbentuk linier, kuadrat dan kubik. Sedangkan penelitian Seiders et al., (2005) menyebutkan bahwa bentuk fungsional dari kepuasan pelanggan pada loyalitas adalah linier untuk kategori produk, karakter pasar, variabel ekonomi dan demografi pelanggan sebagai faktor moderasinya. Berdasarkan uraian dan research gap di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H5 : Semakin tinggi kepuasan pelanggan, maka semakin tinggi loyalitas pelanggan kartu kredit BCA 6 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 MODEL PENELITIAN Model penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada hipotesis-hipotesis yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut merupakan model penelitian pada penelitian ini. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna kartu kredit BCA. Pengambilan sampel dalam penelitian dengan tehnik proposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pengguna kartu kredit BCA yang berkunjung dan berbelanja di Supermall Karawaci Tangerang berjumlah 110 responden (Roscoe ,1982) dalam Sugiyono (2009) bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian kausal adalah antara 30 sampai dengan 500. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner. Kuesioner disebarkan kepada pengguna kartu kredit BCA yang berbelanja di Supermall Karawaci yang berisi pertanyaan tertutup. Pertanyaan dalam angket tertutup dibuat menggunakan skala likert dengan memberi nilai 1 sampai dengan 7 (Sekaran, 2006). Responden memberikan jawaban paling tinggi dengan nilai 7 dan jawaban yang paling rendah dengan nilai 1. ISSN 2355-0244 7 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Uji Validitas Singarimbun dan Effendi (2008), menyatakan bahwa validitas merupakan suatu alat yang mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas tiap butir, dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir (Sugiyono, 2009). Dalam Sugiyono (2009) dikemukakkan bahwa item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total), serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien korelasi (r hitung) dengan nilai r tabel untuk derajat kebebasan (df) yaitu n – 2, dimana n adalah jumlah sampel pada tingkat signifikansi 5 persen. Apabila nilai r hitung hasilnya positif dan lebih besar dari r tabel, maka akan dapat dinyatakan bahwa item pertanyaan tersebut telah valid. Uji Reliabilitas Instrument Reliabilitas adalah alat untuk mengukur konsistensi internal dari indikatorindikator sebuah variabel bentukan yang menunjukkan derajad sampai dimana masingmasing indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentukan yang umum. Metode yang digunakan untuk pengujian reliabilitas adalah koefisien Alpha Cronbachyang menurut Freidenberg (1995) dalam Purwoto & Wahyuni (2009). Nilai reliabilitas dari semua variabel diatas 0,6 dan hasil pegujian reliabilitas pada semua variabel ini dinyatakan reliabel. Definisi Operasional Variabel Tabel 2 Hubungan, Dimensi, Variabel dan Indikator No. 1. Variabel Kualitas Layanan (X1) Dimensi 1. 2. 3. 8 Indikator Tangibles 1. meliputi fasilitas (bukti fisik, perlengkapan, langsung) pegawai dan sarana Reliability komunikasi (keandalan) 2. kemampuan Responsivenes memberikan s (daya pelayanan yang Skala Sumber Interval Tjiptono (2003) ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 tanggap) Assurance (jaminan) 5. Emphaty (perhatian) 4. 2. Orientasi Pelanggan (X2) 1. 2. Nilai persepsi pelanggan Penilaian produk 3. Kepuasan Pelanggan (Y) 1. Fungsi produk 2. Kesesuaian Produk 4. Loyalitas Pelanggan (Z) 1. Repeat 2. Retention 3. Referral ISSN 2355-0244 memuaskan 3. membantu konsumen dan memberikan dengan tanggap 4. mencakup kemampuan yang baik dimiliki para staf 5. melakukan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan konsumen 1. Metode Kerekayasaan Industri 2. Estimasi Nilai Pelanggan 3. Pendekatan Dekomposisi 4. Pendekatan Komposisional 5. Urgensi Peringkat 1. Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan 2. Produk berfungsi seperti yang diharapkan 3. Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkam 1. konsumen mekakukan pembelian ulang produk secara teratur 2. Konsumen tidak terpengaruh jasa oleh pihak lain 3. Menyebarkan informasi puas atau tidaknya terhadap sutu produk Interval Boyd, Walker Dan Larrence (1999) Interval Sumarwan (2004) Interval Tjiptono (2000) 9 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Metode Analisis Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model kausalitas atau hubungan atau pengaruh dan untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka teknik analisis yang digunakan adalah SEM. Penggunaan metode analisis SEM karena SEM dapat mengidentifikasi dimensi-dimensi dari sebuah konstruk dan pada saat yang sama mampu mengukur pengaruh atau derajat hubungan antar faktor yang telah diidentifikasikan dimensi-dimensinya (Ferdinand, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sebelum model dianalisis dengan analisis SEM, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas variabel terlebih dahulu. Berdasarkan output uji validitas, diketahui bahwa nilai r hitung pada masing-masing indicator lebih besar dari r tabel (0,1576) sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing indicator tersebut adalah valid. Sedangkan berdasarkan output uji reliabilitas, nilai cronbach’s alpha untuk indikator kualitas layanan, orientasi pelanggan, kepuasan pelanggan dan orientasi pelanggan masing-masing sebesar 0,729 ; 0,766 ; 0,847 dan 0,821. Dimana nilai alpha tersebut lebih besar dari 0,6 sehingga disimpulkan bahwa variabel adalah reliable. Hasil Analisis Structural Equation Model Analisis SEM dimaksudkan untuk menguji model dan hipotesis dalam penelitian ini. Pengujian model dalam Structural Equation Model dilakukan dengan pengujian antara lain uji asumsi seperti uji kesesuaian model, normalitas, outlier, dan multikolinearitas, dan uji kausalita. 10 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Gambar 1 Pengujian Structural Equation Model e1 1.68 1 x1 .33 e2 1.62 1 x3 .55 1 e4 KL .85 1 e3 FULL MODEL .36 1.54 x2 .69 .69 .49 1.00 x4 e16 1 .62 x5 e11 1 e12 e13 e14 e6 .27 1 .84 1 1.01 1 e7 .86 1.33 1.05 1 x9 .90 e10 .51 x19 1.16 1.15 1.00 LP 1 Z2 1 .47 x15 .31 Z1 .08 .41 1.48 x8 .88 x14 x18 KP .86 1.17 x7 1 e8 e9 e15 x6 x17 .44 1.33 x13 1 1 .93 1 .46 e19 1 1.00 1.04 .87 x12 .49 .07 x16 x11 .70 1.43 .42 e18 1 .40 .32 .45 1 1 e5 .63 e17 OP 1.00 1 x10 UJI MODEL: chi-squares=153.600 prob=.317 GFI=.874 AGFI=.835 TLI=.986 CFI=.988 RMSEA=.022 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test) Berdasarkan output uji normalitas, berikut ini: Tabel 3 Hasil Uji Kelayakan Full Model Kriteria Chi-Square Probability GFI AGFI TLI CFI RMSEA Cut of Value χ2 dengan df : 146; p : 5% adalah 185,8 ≥ 0,05 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,95 ≥ 0,95 ≤ 0,08 Hasil 149,963 0,317 0,874 0,835 0,986 0,988 0,022 Evaluasi Baik Baik Marginal Marginal Baik Baik Baik Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 Hasil perhitungan uji chi-square pada full model memperoleh nilai sebesar 149,963 masih di bawah chi-square tabel dengan derajat kebebasan pada tingkat signifikansi 5 persen sebesar 185,8. Nilai probabilitas sebesar 0,317 di atas 0,05 yang merupakan nilai probabilitas yang disyaratkan. Nilai GFI dan AGFI sebesar 0,874 dan 0,835 dapat diterima secara marginal, sehingga masih bisa dikatakan model fit. Nilai TLI sebesar 0,986 lebih besar dari 0,95 yang merupakan nilai TLI yang disyaratkan. Nilai CFI ISSN 2355-0244 11 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 sebesar 0,988 lebih besar dari 0,95 yan merupakan nilai CFI yang disyaratkan. Dan nilai RMSEA yang termasuk dalam kriteria baik sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa konstruk memenuhi kriteria model fit (Goodness of-Fit Indices). 2. Evaluasi Normalitas Data Analisis normalitas dilakukan dengan melihat nilai CR untuk multivariate dengan rentang ± 2,58 pada tingkat signifikansi 1persen. Tabel 4 Normalitas Data Variable x10 x9 x6 x16 x19 x18 x17 x11 x12 x13 x14 x15 x7 x8 x1 x2 x3 x4 x5 Multivariate min 2.000 3.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 3.000 3.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 3.000 3.000 max 7.000 7.000 7.000 6.000 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 6.000 7.000 7.000 7.000 7.000 6.000 6.000 7.000 skew -.364 -.018 -.048 .204 .106 .389 .254 .336 .188 -.001 .258 .117 -.148 -.293 -.202 -.457 -.020 -.138 -.406 c.r. -1.557 -.075 -.205 .872 .452 1.666 1.088 1.438 .804 -.004 1.105 .501 -.633 -1.255 -.865 -1.957 -.087 -.592 -1.737 kurtosis -.669 -.789 -.716 -.703 -1.007 -.418 -.260 -.679 -.738 -.474 -.029 -.159 -.830 -.622 -1.161 -.160 -.928 -.756 -.447 -4.897 c.r. -1.432 -1.688 -1.534 -1.504 -2.156 -.894 -.556 -1.454 -1.581 -1.015 -.061 -.340 -1.777 -1.332 -2.485 -.343 -1.986 -1.619 -.957 -.909 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan critical ratio sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01 (1 persen) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang menyimpang. Uji normalitas data untuk setiap terbukti normal. Begitu pula secara multivariate, tampak bahwa nilai c.r sebesar 0,45 tidak melebihi kriteria yang disyaratkan yaitu ± 2,58. 12 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 3. Evaluasi Outlier Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel-variabel kombinasi (Hair, et.al., 2010). Adapun outlier dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers (Hair, et.al., 2010). Berikut ini adalah hasil pengujian univariate outlier. Tabel 5 Uji Univariate Outlier N Zscore(x1) Zscore(x2) Zscore(x3) Zscore(x4) Zscore(x5) Zscore(x6) Zscore(x7) Zscore(x8) Zscore(x9) Zscore(x10) Zscore(x11) Zscore(x12) Zscore(x13) Zscore(x14) Zscore(x15) Zscore(x16) Zscore(x17) Zscore(x18) Zscore(x19) Valid N (listwise) Minimum Maximum Mean 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110 -1.69474 -2.69740 -2.33758 -2.10634 -2.06787 -2.60984 -2.30345 -2.43036 -1.79716 -2.82300 -1.79335 -1.54081 -1.74376 -2.70116 -2.55808 -1.74134 -1.62615 -1.32826 -1.53124 1.37140 1.86743 1.74391 1.40423 1.94033 1.58727 1.46708 1.31389 1.65590 1.51401 2.47192 2.12382 2.35482 2.64286 1.83862 1.88989 2.57282 2.91908 1.69551 .0000000 .0000000 -1.4163238E-16 -2.8920127E-15 .0000000 .0000000 .0000000 .0000000 -1.6682420E-16 -2.5701351E-15 .0000000 .0000000 .0000000 -1.0315455E-15 .0000000 .0000000 -1.2182964E-15 .0000000 -1.4117812E-15 Std. Deviation 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 1.00000000 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 ISSN 2355-0244 13 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Dari uji univariate outlier diketahui bahwa pada data tidak terdapat outlier, terlihat nilai Zscore yang tidak lebih besar ± 3,00. Selanjutnya adalah evaluasi multivariate outliers. Uji mahalnobis distance digunakan untuk melihat ada tidaknya outlier secara multivariate. Mahalnobis distance dihitung berdasarkan nilai chi-square pada derajat bebas sebesar 19 (indikator variabel) pada tingkat P < 0,001 adalah 43,82 (berdasarkan tabel distribusi chi-square). Sedangkan dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai mahalnobis distance tidak ada yang lebih besar dari 43,82 sehingga tidak terdapat data outlier secara multivariate. 4. Evaluasi Multicolinearity dan Singularity Pengujian data selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat multikolineritas dan singularitas dalam kombinasi-kombinasi variabel. Adanya multikolineritas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai VIF dan nilai tolerance. Nilai cut off yang biasa dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance yang kurang dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih dari 10, berarti model yang tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2009). Tabel 6 Evaluasi Multicolinearity dengan Variabel Dependen Kepuasan Pelanggan Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) KL .993 1.007 OP .993 1.007 Dependent variabel: Kepuasan Pelanggan 14 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 7 Evaluasi Multicolinearity dengan Variabel Dependen Loyalitas Pelanggan Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) KL .943 1.061 OP KP .993 .893 1.061 1.120 Dependent variabel: Kepuasan Pelanggan Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 Dari hasil pengujian multi- colinearity dan singularity yang disajikan dalam tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model penelitian. 5. Uji Kausalitas Setelah melakukan penilaian-penilaian terhadap asumsi-asumsi yang ada pada SEM, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Pengujian Hipotesis KP <--KP <--LP <--LP <--LP <--- KL OP KP OP KL Estimate S.E. .320 .144 .305 .144 .511 .138 .078 .145 .399 .159 C.R. 2.224 2.122 3.700 .540 2.502 P .026 .034 *** .589 .012 Label par_17 par_19 par_18 par_20 par_21 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 Hipotesis 1 adanya pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan nilai CR (Critical Ratio) sebesar 2,224 dengan probabilitas sebesar 0,026. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05 disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu variabel kualitas layanan terbukti ISSN 2355-0244 15 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil ini mendukung penelitian dari Zeithamal et al (1996), Tat et, al (2011) yang mengemukakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hipotesis 2 adanya pengaruh orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan nilai CR (Critical Ratio) sebesar 2,122 dengan probabilitas sebesar 0,034. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05 disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima yaitu variabel orientasi pelanggan terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil ini tidak mendukung penelitian dari Kansperger and Kunz (2005) yang mengemukakan bahwa orientasi pelanggan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Hipotesis 3 adanya pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan nilai CR (Critical Ratio) sebesar 2,502 dengan probabilitas sebesar 0,012. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05 disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima yaitu variabel kualitas layanan terbukti berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnowati (2008) yang mengemukakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hipotesis 4 adanya pengaruh orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai CR (Critical Ratio) sebesar 0,54 dengan probabilitas sebesar 0,589. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05 bahwa hipotesis keempat ditolak yaitu variabel orientasi pelanggan terbukti berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2008) yang menyatakan orientasi layanan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hipotesis 5 adanya pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai CR (Critical Ratio) sebesar 3,7 dengan probabilitas sebesar 0,001. Oleh karena nilai probabilitas ≤ 0,05 disimpulkan bahwa hipotesis kelima diterima yaitu variabel kepuasan pelanggan terbukti berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lupiyoadi (2001), Imawan dan 16 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Sucento (2009) yang mengemukakan kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan. 6. Persamaan Model Struktural Berikut ini adalah hasil nilai hubungan kausalitas (β) variabel dan nilai residu/error (e): Tabel 9 Uji kausalitas Variabel dan Nilai Residu (Z) KP KP LP LP LP <--<--<--<--<--- Estimate .258 .263 .450 .059 .284 KL OP KP OP KL Variabel Estimate z1 0,466 0,439 z2 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat disusun persamaan regresi, sebagai berikut: KP = 0,258KL + 0,263OP + 0,466(i) LP = 0,284KL + 0,059OP + 0,45KP + 0,439(ii) 7. Analisis Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total Model Penelitian Tabel 10 Standardized Direct Effect Model Penelitian KP LP OP .263 .059 KL .258 .284 KP .000 .450 LP .000 .000 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 ISSN 2355-0244 17 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 10 diatas menunjukkan pengaruh langsung kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,258, sedangkan pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,284. Nilai pengaruh langsung kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas layanan, secara statistik adalah signifikan, Pengaruh langsung orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,263 namun pengaruh langsung orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan secara statistik tidak signifikan. Dan pengaruh langsung kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,45 (secara statistic signifikan). Tabel 11 Standardized Indirect Effect Model Penelitian KP LP OP .000 .118 KL .000 .116 KP .000 .000 LP .000 .000 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 Tabel 11 diatas menunjukkan adanya pengaruh tidak langsung kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,116, dan pengaruh tidak langsung orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,118. Nilai pengaruh tidak langsung kualitas layanan dan orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan dan orientasi pelanggan memiliki pengaruh tidak langsung untuk meningkatkan loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan terbukti sebagai variabel intervening. Tabel 12 Standardized Total Effect Model Penelitian KP LP OP .263 .177 KL .258 .400 KP .000 .450 LP .000 .000 Sumber: hasil data primer yang diolah, 2013 18 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 12 diatas menunjukkan pengaruh total dari orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,263, pengaruh total orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,177. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi pelanggan mempunyai kontribusi positif terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Pengaruh total dari kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan sebesar 0,258, pengaruh total kualitas layanan terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas layanan mempunyai kontribusi positif terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Dan pengaruh total kepuasan kerja terhadap loyalitas pelanggan sebesar 0,45, hal ini menujukkan bahwa kepuasan pelanggan memiliki kontribusi positif terhadap loyalitas pelanggan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat disajikan dalam penelitian ini adalah, Pertama. kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, hasil ini didukung penelitian Zeithamal et al (1996), Tat et, al (2011). Kedua, orientasi pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, hasil ini tidak mendukung penelitian Kansperger and Kunz (2005) yang mengemukakan bahwa orientasi pelanggan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Ketiga, kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Retnowati (2008) yang mengemukakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Keempat, orientasi pelanggan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap loyalitas pelanggan, hasil ini konsisten dengan penelitian Astuti (2008). Kelima, kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, hasil ini konsisten dengan penelitian Lupiyoadi (2001), Imawan dan Sucento (2009). Keenam, perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada perbedaan model penelitian, perbedaan penggunaan variabel dan perbedaan objek penelitian. Ketujuh, variabel kepuasan pelanggan terbukti sebagai variabel intervening, yang memediasi pengaruh kepuasan pelanggan dan orientasi pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. ISSN 2355-0244 19 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Saran Disarankan dalam penelitian ini, Pertama sebaiknya penelitian berikutnya menggunakan pertanyaan terbuka sehingga dapat lebih mendalam dalam wawancara pada responden. Kedua untuk dapat mengeneralisasi loyalitas pelanggan kartu kredit BCA sebaiknya pengguna kartu kredit BCA diberikan kesempatan yang sama sebagai responden dalam penelitian ini. 20 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 DAFTAR PUSTAKA Widhy Tri Astuti.2008.“Hubungan Kausal Kualitas Layanan, Loyalitas dan Komitmen Nasabah pada Bank-bank Top Brand 2007”.Jurnal Keuangan dan Perbankan.Vol. 12 No.2 296 -307 Brady, Micheal K, and Cronin Jr., J. Joseph 2001.”Some New Thoughs On Conceptualizing Perceived Service Quality: A Hierarchical Approach”.Journal of Marketing Vol 56 (July) pp 34-49 Brown, G.2002.“Brand loyalty fact or fiction”.Advertising Age.Vol. 9 (June) Chang, T.Z and Chen,S.J.1998.”Market Orientation Service Quality and Business Profitability: A Conceptual Model and Empirical Evidence”.Journal of Service Marketing Vol 12 No 4 pp 246-264 Dick, Alan S. &Basu Kunal.1994.”Customer Loyalty : Toward an Integrated Conceptual Framework.”Journal of the Academy of Marketing Science Vol 22: 99-113 Dong, S, et, al.2011.”Functional form of the Satisfaction-Loyalty Relationship”.International Journal of Research in Makerting Augusty Ferdimand. 2006, Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen Edisi 4. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang Fujun Lai, Mitch Grifin and Barry J.Babin.2009.”How quality, value, image and satisfaction create loyalty at a Chinese telecom”.Journal of Business Research Vol 6 No 2 pp 980-986 Imam Ghozali.2009.Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. BP-UNDIP:Semarang ISSN 2355-0244 21 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Hair, Joseph F., William J. Black, Barry J. Babin dan Rolph E. Anderson.2010.Multivariate Data Analysis. A Global Perspective.New Jersey: Pearson Prentice Hall Imawan,Zera N & Sucento.2009.’Analisa Kepuasan Pelanggan atas Kualitas Pelayanan Jasa pada Pemegang Kartu Kredit Everyday Bank Mandiri di Jakarta”.Journal of Business Strategi and Execution Vol. 1 No. 2: 387 – 400. Infobank.Juli 2012 Kantspenger, Roland and Kunz, Werner H. 2005.”Managing Overall Service Quality in Customer Care Centres: Empirical Findings of a Multi-Perspective Approach”.International Journal of Service Industry Management Vol 16 No 2 pp 135-151 Kim, W. G. and Cha,Y..2002.”Antecedents and Consequences of Relationship Quality in Hotel Industry”.Hospitally Management Vol 21 No 3 pp 321-338 Kotler, Philip.2002.Manajemen Pemasaran.Jakarta: Pearson Education Asia dan Prenhallindo. Muh. Masri.2009.”Analisis Pengaruh Orientasi Pelanggaan Terhadap Orientasi Pasar Pada Industri Meubel di Kabupaten Muna”.Jurnal Manejemen dan Kewirausahaan Vol. 2, No.2: 41-51. Rambat Lupiyoadi.2001.Manajemen Pemasaran Jasa.Jakarta: Salemba Empat. Mohammad Muzahir Akbar and Noorjahan Parvez.2009.”Impact of Service Quality,Trust, and Customer Satisfaction on Customer Loyalty.ABAC.Dhaka Bangladesh Agus Purwoto & Sri Wahyuni.2009. Modul Laboraturium Statistik. Jakarta: ABFII Perbanas Press Nova Retnowati. 2008.”Pengaruh Kualitas Layanan, Orientasi Layanan, Strategi Harga terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi terhadap Pelanggan 22 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Jasa Transportasi Kereta Api Eksekutip)”.Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 7 No.1: 134-150 Seiders, K, et al.2005.“Do satisfied Customer Buy More? Examining Moderating Influences in a Retailing Context”.American Marketing Association Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 2008.Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.Jakarta: LP3ES Sinkula, James M, Wiliam E. Baker, Noordewier.1997.”A Framework for Market Based Organizational Learning: Linking values Knowledge and Behaviour”.Journal of The Academy of Marketing Science Vol 25 pp 305318 Sondoh, Stephen L, Maznah Wan Omar dkk.2007.”The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention in the Context of Color Cosmetic”.Asian Academy of Management Journal.Vol 12(1) pp 83-107 Sugiyono.2009.Metode Penelitian Bisnis.Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Penerbit Alfabeta Ujang Sumarwan.2004.Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran.Bogor: Ghalia Indonesia. Tat et al.2011.“Cunsomer Purchase Intention in Fast Food Restaurants:An Emperical Study on Undergraduate Student”.The Special Issue on Contemporary Issues in Business and Economics Fandy Tjiptono. 2000.Manajemen Jasa.Yogyakarta: Andi Offset. Uma Sekaran.2006.Metodologi Penelitian untuk Bisnis”.(terjemahan).Jakarta: Salemba Empat Zeithaml el al.1996.“Measuring The Quality of Relationship In Customer Service : An Empirical Study”.European Journal of Marketing ISSN 2355-0244 23 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 ANALISIS DAMPAK STOCK SPLIT TERHADAP HARGA, VOLUME DAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA SAHAM Selamet Riyadi Selvi Andrefa Institute Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas ABSTRACT Tujuan dari paper ini adalah untuk melihat bagaimana stock split yang dilakukan oleh perusahaan berdampak pada harga, volume dan keputusan investasi investor pada saham perusahaan. Apakah stock split yang dilakukan perusahaan hanya sebuah kosmetika saham (tindakan yang tidak memiliki nilai ekonomis) atau memang sebuah tindakan korporasi perusahaan yang menggambarkan bahwa perusahaan memiliki perkembangan kearah yang lebih baik lagi. Sampel penelitian adalah PT Unilever Indonesia, Tbk. (UNVR), sebagai salah satu emiten yang bergerak di bidang bisnis produksi dan distribusi barang konsumsi, UNVR telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk sebagai salah satu dari sedikit saham yang tangguh di tengah krisis global tahun 2008. Studi ini menggunakan data kuantitatif yang dikumpulkan dalam bentuk angka atau bilangan dari laporan keuangan dan website resmi juga menggunakan aplikasi tambahan seperti HOTS milik PT.E-trading Sekuritas, sedangkan data kualitatif dikumpulkan dari hasil kuesioner yang disebar kepada para investor retail. Hasil penelitian tersebut menunjukkan saham UNVR terus meningkat dari tahun 2004 hingga tahun 2011. Hal itu ditunjukkan oleh peningkatan nilai tambah pasar untuk pemegang saham (market value added/MVA) terhadap nilai buku (Book Value/BV) di atas 1.000% sejak 2004 dan selalu positif, dari studi ini pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham saat sebelum dan sesudah stock split, pada kedua menunjukkan terdapat perbedaan volume pada saat sebelum dan sesudah stock split, dan ketiga menunjukkan terdapat perbedaan ketertarikan berinvestasi pada saham perusahaan. Dari hasil ketiga pengujian hipotesis tersebut dapat terlihat bahwa kegiatan stock split yang dilakukan perusahaan memiliki dampak positif terhadap tingkat harga, volume dan keputusan investasi investor pada saham perusahaan. Kata kunci: stock split, harga saham, volume perdagangan dan T-Test 24 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 PENDAHULUAN Pada zaman sekarang banyak cara berinvestasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, salah satu diantaranya adalah dengan berinvestasi atau menanamkan modalnya pada saham di pasar modal. Untuk mengatasi permasalahan dimana terjadi krisis keuangan atau masa surut keuangan, maka setiap individu atau pun badan usaha memerlukan cara atau strategi investasi yang baik agar dapat selalu bertahan walaupun sedang dalam keadaan krisis keuangan. Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang biasa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri (Darmadji:2001). Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya. Dengan membeli saham, para pemodal berharap untuk menerima dividen (pembagian laba) setiap tahun dan keuntungan (capital gains) pada saat sahamnya dijual kembali. Pasar Modal di Indonesia mulai aktif sejak 1977, pada awalnya di Indonesia terdapat dua bursa saham yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Kemudian pada akhir 2007 demi efisiensi pemerintah menggabungkan kedua bursa ini menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI), yang terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia, dan keadaanpun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin banyak diminati investor. Semakin banyaknya tanggapan publik dan selalu bertambahnya perusahaan yang Go Public adalah wujud dari kemajuan Bursa Efek. Dibandingkan dengan situasi bursa efek pada sekitar 10 tahun yang lalu, keadaan saat ini memang telah jauh berbeda. Dalam Bursa efek hanya perusahaan (perseroan) yang sehat dan berprestasi sajalah yang diijinkan menjual sahamnya di pasar modal (go public) untuk melidungi para pemodalnya. Tandelilin (2001:45), pasar modal secara umum diartikan sebagai pasar yang memperjualbelikan produk berupa dana yang bersifat abstrak. Bentuk konkritnya yaitu produk yang diperjual belikan di pasar modal berupa lembar suratsurat berharga di bursa efek. ISSN 2355-0244 25 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Objek penelitian ini adalah salah satu perusahaan yang memproduksi produk perawatan untuk rumah dan pribadi (Home & Personal Care) serta makanan dan minuman (Food & Beverages), pada saat terjadi krisispun harga sahamnya stabil. PT Unilever Indonesia, Tbk. (UNVR) berdiri pada tahun 1933, tepat 10 tahun setelah berdiri di China, UNVR merupakan emiten yang bergerak di bisnis distribusi barang konsumsi (consumer goods). Saham UNVR telah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan termasuk sebagai salah satu saham yang tangguh di tengah krisis global tahun 2008. Harga saham UNVR mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari saat dinyatakan listing hingga saat ini, tetapi peningkatan harga saham yang ada tidak diikuti oleh peningkatan nilai transaksi pada saham tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kurang likuidnya saham UNVR di BEI. Berdasarkan hal tersebut UNVR melakuakan tindakan korporasi berupa untuk menanggulanginya yaitu stock split (pemecahan saham). Stock split (pemecahan saham) merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk menaikan jumlah saham yang beredar, dimana aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Pengumuman stock split dianggap sebagai informasi yang cukup berarti bagi para investor dalam rangka pengambilan keputusan, karena dengan stock split maka harga saham akan menjadi rendah dan mudah terjangkau oleh investor kecil. Hal ini akan menimbulkan permintaan saham yang meningkat dan saham akan menjadi lebih likuid. Menurut Susiyanto (2004) pemecahan saham (stock split) dapat di definisikan sebagai aksi emiten yang dilakukan dengan memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan ratio stock split yang ditentukan. Dimana perubahan nilai nominal tersebut hanya mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor atau tidak akan mengurangi atau membuat harga saham menjadi lebih rendah dari sebelumnya, membentuk harga saham menjadi lebih wajar dan meningkatkan likuiditas saham di pasar modal. Setelah melakukan stock split pada tahun 2000 dan 2003, kinerja saham UNVR terus meningkat dari tahun 2004 hingga saat ini. Hal itu ditunjukkan oleh peningkatan 26 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 nilai tambah pasar untuk pemegang saham (market value added/MVA) terhadap nilai buku (Book Value/BV) di atas 1.000% sejak 2004 dan selalu positif. MVA/BV adalah selisih antara harga saham perusahaan dan nilai buku. Nilai MVA/BV yang positif memberikan indikasi UNVR mampu memberikan nilai tambah terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi nilai MVA, hal ini memiliki nilai positif bagi para investor saham UNVR. Sejak 1 Januari 2008 hingga 31 Oktober 2008, saham UNVR mampu menghasilkan return 9,56% di tengah penurunan IHSG sebesar 53,99 persen. Hal ini dapat menunjukkan bahwa saham UNVR termasuk salah satu pilihan favorit para investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak stock split terhadap harga, volume dan keputusan investasi yang akan dilakukan investor, sedangkan penelitian sebelumnya hanya menganalisis pengaruh stcok split terhadap harga saham pada perusahaan yang go public (Fortuna :2010) dan Mila (2010) penelitian mengenai analisis pengaruh stock split terhadap volume perdagangan saham dan abnormal return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis aksi korporasi yang dilakukan PT Unilever Indonesia, Tbk. yaitu stock split (pemecahan saham) pada 6 November 2000 dan 3 September 2003 serta bagaimana dampaknya terhadap harga, volume dan keputusan investasi para investor pada saham perusahaan. Studi ini terdiri dari pendahuluan, kajian literatur, metode penelitian, analisis hasil penelitian, kesimpulan dan saran. KAJIAN LITERATUR Pasar Modal Pengertian pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar (Kep. Menkeu RI No. 1548/KMK/90). Sedangkan menurut UU Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 diartikan sebagai, “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal juga diartikan ISSN 2355-0244 27 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 sebagai suatu tempat dimana berbagai pihak, khususnya perusahaan, dapat menjual saham (stock) dan juga obligasi (bond) yang dimiliki dengan tujuan untuk menghimpun dana dari masyarakat luas (investor) yang nantinya dana tersebut dapat dipergunakan sebagai tambahan dana bagi perusahaan ataupun untuk memperkuat dana perusahaan (Irham & Yovi : 2011:41). Pasar modal merupakan suatu sarana bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan kebutuhan dana dalam jangka panjang dengan cara menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Selain itu, pasar modal juga dapat menjadi sarana tidak langsung dalam pengukur kualitas manajemen perusahaan, dimana jika calon investor meragukan kualitas dari manajemen dapat tercermin pada harga surat berharga yang turun (Jogiyanto :2010:29). Jadi pada hakekatnya pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan yang memperdagangkan surat-surat berharga dalam jangka panjang seperti saham, obligasi, reksadana dan produk-produk pasar modal lainnya. Pasar modal merupakan tempat investasi yang sangat menarik bagi para investor atau pemodal karena dapat memberikan tingkat hasil dan likuiditas yang sangat tinggi dan dapat diperjualbelikan setiap saat, sehingga investor dapat dengan mudah melakukan penjualan aset apabila sedang membutuhkan dana yang sifatnya segera. Pengertian Saham Setiap saham yang diperdagangkan di pasar modal memiliki 3 jenis nilai yang melekat pada suatu perusahaan go-public (Mangasa, 2010:20). Nilai dari saham tersebut perlu diperhatikan investor karena akan sangat membantu dalam mempertimbangkan untuk melakukan investasi saham di pasar modal yaitu, a) Nilai nominal merupakan nilai yang tertera pada saham, yang diperoleh dari hasil perhitungan, total modal perusahaan : jumlah saham yang beredar. Jika perusahaan X memiliki modal disetor Rp10 Miliar, dan merencanakan nilai atau harga nominal saham sebesar Rp1.000,00 maka saham yang diterbitkan adalah Rp10 Miliar : Rp1.000,00 = 10 juta lembar saham. b) Nilai Wajar Saham adalah nilai yang diberikan oleh para investor atau analis pasar modal terhadap setiap saham yang diperdagangkan di bursa efek dengan berpedoman kepada masing-masing industri dari setiap perusahaan tersebut dan penggunaan metode-metode perhitungan nilai/harga saham 28 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 yang berlaku umum seperti tingkat pertumbuhan laba perusahaan, price to book value (PBV), dan lainnya. c) Nilai Pasar adalah nilai yang diperdagangkan di bursa efek. . Pengertian Stock Split Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi lebih kecil yang bertujuan agar harga saham dapat lebih rendah dan jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak, sehingga investor lebih mudah untuk melakukan pembelian atau agar transaksi saham tersebut lebih likuid (Simatupang 2010 : 121). Menurut Irham dan Yovi (2009:106), “Stock split adalah peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham”. Jogiyanto (2010:561) menyatakan tentang pemecahan saham sebagai berikut, “Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham (banyak lembar saham)”. Stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh pihak perusahaan atau emiten dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal perlembar saham. Dengan dilakukan stock split diharapkan jumlah saham yang beredar akan meningkatkan proporsional dengan penurunan nilai nominal saham (lebih likuid) sehingga dapat memungkinkan para investor retail untuk membeli saham tersebut. Pada dasarnya ada 2 jenis stock split yang dapat dilakukan (Chotyahani: 2010), yaitu pemecahan saham naik (split up) dan pemecahan saham turun (split down). Pemecahan saham naik atau split up, yaitu: Penurunan nilai nominal per-lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya, 2:1, 3:1, 4:1 dan lain-lain. Stock split dengan split factor 2:1 (two-for-one) maksudnya adalah 2 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 1 saham lama (lembar sebelum pemecahan saham). Stock split dengan split factor 3:1 maksudnya adalah 3 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 1 saham lama (lembar sebelum pemecahan) dan seterusnya. Sedangkan Pemecahan saham turun atau split down, yaitu: Peningkatan nilai nominal per-lembar saham dan mengurangi jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya dengan split faktor 1:2, 1:3, 1:4 dan lain-lain. Stock split dengan split faktor 1:2 maksudnya adalah 1 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 2 lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan). Stock split dengan split factor 1:3 maksudnya ISSN 2355-0244 29 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 adalah 1 lembar saham baru (lembar setelah pemecahan) dapat ditukar dengan 3 lembar saham lama (lembar sebelum pemecahan) dan seterusnya. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang dilakukan Margareta (2004) menghasilkan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap volume saham dan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil pengujian Margaret juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Ayu (2010) yang menemukan adanya perbedaan rata-rata aktivitas perdagangan volume saham setelah peristiwa pemecahan saham. Tetapi pada penelitian mengenai abnormal return sebelum dan sesudah stock split bertolak belakang karena pada penelitian Ayu tidak ditemukannya perbedaan atau pengaruh rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Pengujian Arfianto (2005) menunjukkan bahwa stock split mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan investor di pasar modal, sedangkan Fortuna menunjukkan perbedaan yang signifikan antara penurunan rata-rata harga pasar saham relatif perusahaan sampel sebelum dan sesudah stock split. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan hasil dari pengujian yang telah dilakukan, seperti bedanya sampel perusahaan jenis apa yang diambil, perbedaan data yang diambil dari perusahaan tersebut serta kemungkinan terjadinya eror atau kesalahan saat pengolahan data. Melihat kondisi tersebut pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji ulang tentang dampak stock split terhadap harga saham, volume saham dan keputusan investasi para investor yang pengambilan datanya akan lebih difokuskan pada satu perusahaan yaitu PT Unilever Indonesia, Tbk. yang telah melakukam stock split dua kali pada tahun 2000 dan 2003. Dengan melihat prospek usaha dan citra perusahaan yang terus membaik dari tahun ketahun, diharapkan hasil penelitian pada perusahaan ini dapat melengkapi penelitian-penelitian yang terdahulu. Selain itu, pada penelitian ini Peneliti juga akan melihat bagaimana keputusan investasi para investor terhadap saham perusahaan pada saat sebelum dan sesudah stock spliti. 30 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari hasil kuesioner kepada pihak unilever dan investor melalui pialang efek dan data sekunder berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan, berupa informasi tentang fluktuasi harga dan volume saham UNVR di pasar modal dan laporan keuangan PT Unilever Indonesia,Tbk. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Suatu instrument yang dikatakan valid adalah instrumen yang dapat mengukur variabel yang diteliti secara tepat atau terdapat kecocokan antara apa yang diukur dengan tujuan pengukuran. Pengukuran validitas penelitian menggunakan korelasi product moment, dimana nilai R dapat dilihat dari tabel R product moment dengan menggunakan nilai atau taraf signifikansi 0,05. Sebagai pengambilan keputusan jika nilai Rhitung kurang dari nilai Rtabel maka pertanyaan digugurkan (tidak valid). Namun jika nilai Rhitung lebih besar dari nilai Rtabel maka daftar pertanyaan tidak ada yang gugur (data valid) dan dapat disertakan dalam analisa berikutnya. Uji Reliabilitas adalah untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten atas suatu kuesioner dalam penelitian ini dengan menggunakan instrumen Cronbach’s Alpha. Adapun dasar kriteria penilaian pada uji reliabilitas menurut Trihendradi (2011:211) : a) Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut reliable; b) Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliable. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada hipotesis pertama dan kedua adalah pengujian T-Test untuk sampel berhubungan (Paired Sample), yaitu uji beda rata-rata dua sampel (T-Test) dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori (Erwan dan Dyah, 2011:156), yaitu T-test untuk Sampel Bebas (Independent Sample) dan T-test untuk sampel berpasangan (T-test Paired Sample). T-test untuk Sampel Bebas (Independent ISSN 2355-0244 31 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Sample) digunakan untuk data sampel yang tidak saling berhubungan, misalnya priawanita. Saat melakukan pengujian hipotesis dengan T-test Paired Sample, terlebih dahulu ditentukan nilai signifikan atau tingkat kepercayaan sebesar 5% (0,05), nilai signifikan ini telah default jika menggunakan program SPSS (Singgih, 2010:278). Pengambilan keputusan untuk uji hipotesis dengan metode T-test Paired Sample adalah diterima jika nilai signifikan (sig.) yang dihasilkan dalam tabel output T-test Paired Sample lebih dari 0,05 ( > 0,05). Sedangkan jika nilai signifikan (sig.) pada tabel kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka hasilnya ditolak. Uji Kruskal Wallis Pada hipotesis ketiga Penulis melakukan uji kruskal wallis dari hasil kuisioner yang telah disebarkan. Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik yang digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data sampel. Uji Kruskal-Wallis digunakan ketika asumsi ANOVA tidak terpenuhi (Singgih, 2010:387). ANOVA adalah teknik analisis data statistik yang digunakan ketika kelompok-kelompok variabel bebas lebih dari dua. Pada ANOVA, kita asumsikan bahwa distribusi dari masing-masing kelompok harus terdistribusi secara normal. Dalam uji Kruskal-Wallis, tidak diperlukan asumsi tersebut, sehingga uji Kruskal-Wallis adalah uji distribusi bebas (Singgih, 2010:367). Uji Kruskal Wallis harus memenuhi asumsi berikut ini: 1. Sampel ditarik dari populasi secara acak 2. Kasus masing-masing kelompok independen 3. Skala pengukuran yang digunakan biasanya ordinal Statistik uji Kruskal Wallis menggunakan nilai distribusi Chi-kuadrat dengan derajat bebas adalah k-1 dengan jumlah sample harus lebih dari 5. Jika nilai uji Kruskal Wallis lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat tabel, maka hipotesis null diterima, berarti sampel berasal dari populasi yang sama, demikian pula sebaliknya. Jenis jawaban dari pertanyaan kuisioner dibuat dengan metode Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur opini atau persepsi responden berdasarkan tingkat persetujuan dan ketidaksetujuan, skala yang dikembangkan oleh Rensis Likert ini biasanya memiliki 5 atau 7 kategori peringkat dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju dan data yang dihasilkan dari instrument penelitian berskala Likert merupakan 32 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 data ordinal (Erwan dan Dyah, 2011:63). Pada penelitian ini, dalam lembar kuisioner yang diberikan kepada responden Penulis menggunakan 5 kategori jawaban yang terdiri dari sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, dan sangat setuju. ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam perkembangannya, Perusahaan. hingga saat ini telah melakukan pemecahan saham (stock split) sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada tanggal 6 November 2000 dan 3 September 2003. Karena itu, perhitungan atau uji T-Test Paired Sample terhadap harga saham dilakukan dua kali yaitu untuk data harga saham sebelum dan sesudah stock split pada tahun 2000 dan 2003. Bagian pertama akan dimulai dengan pengujian T-Test Paired Sample untuk data harga saham UNVR pada saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split pada tahun 2000. Setelah itu, pengujian dilanjutkan dengan data harga saham UNVR pada saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split pada tahun 2003. Data harga saham tersebut diperoleh melalui program Hots e-Trading yang telah diolah dan disederhanakan, diolah dengan uji T-Test Paired Sample. Saat melakukan pengujian hipotesis dengan T-test Paired Sample, terlebih dahulu ditentukan nilai signifikan atau tingkat kepercayaan sebesar 5% (0,05), nilai signifikan ini telah default jika menggunakan program SPSS (Singgih, 2010:278). Tabel 1 Hasil Uji T-Test Paired Sample Harga Saham Tahun 2000 Paired Samples Statistics Mean Pair 1 N Std. Deviation Std. Error Mean sebelum 116,983.3333 30 22,922.46426 4,185.05025 sesudah 147,530.0000 30 14,870.33961 2,714.94015 Sumber : Output Program SPSS Versi 16 Hasil pengujian dari tabel bagian pertama ini (Paired Samples Statistics) menerangkan bahwa rata-rata harga saham saat sebelum terjadi stock split adalah Rp116.983,33 sedangkan setelah terjadi stock split rata-rata harga saham adalah ISSN 2355-0244 33 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Rp147.530,00. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi kenaikan rata-rata harga saham setelah stock split yang disebabkan oleh meningkatnya persentase portofolio saham UNVR ditangan para investor. Semakin meningkatnya demand atas saham UNVR dapat membawa harga saham UNVR ketingkat yang lebih tinggi. Paired Samples Correlations N Pair 1 sebelum & sesudah Correlation 30 Sig. -.638 .000 Sumber : Output Program SPSS Versi 16 Bagian kedua output adalah tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara kedua variabel menghasilkan angka -0,638 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,000 yang kurang dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara harga saham sebelum dan sesudah stock split adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan dengan nyata. Paired Samples Test Paired Differences Mean Pair 1 sebelum sesudah -30,546.66667 Std. Deviation Std. Error Mean 34,369.18962 6,274.92681 95% Confidence Interval of the Difference Lower -43,380.33299 Upper t Sig. (2df tailed) -17,713.00035 -4.868 29 Sumber : sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16 Pada tabel ketiga ini terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada harga saham UNVR sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai probabilitas (sig.) yang dihasilkan adalah 0,000 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham yang dihasilkan pada saat sebelum dan sesudah stock split pada tahun 2000. Hasil pengolahan data dengan uji T-Test Paired Sample, mendapatkan output sebagai berikut: 34 ISSN 2355-0244 .000 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 2 Hasil Uji T-Test Paired Sample Harga Saham Tahun 2003 Paired Samples Statistics Mean Pair 1 N Std. Error Mean Std. Deviation sebelum 22,861.6667 30 3,624.83491 661.80128 sesudah 34,583.3333 30 2,204.35827 402.45892 Sumber : data diolah dengan Program SPSS Versi 16 Hasil pengujian dari tabel bagian pertama (Paired Samples Statistics) menerangkan bahwa rata-rata harga saham saat sebelum terjadi stock split adalah Rp22.861,67 sedangkan setelah terjadi stock split rata-rata harga saham menjadi Rp34.583,33. Hal ini dapat diartikan bahwa terjadi kenaikan rata-rata harga saham setelah stock split yang disebabkan oleh meningkatnya persentase portofolio saham UNVR ditangan para investor. Semakin meningkatnya demand atas saham UNVR dapat membawa harga saham UNVR ketingkat yang lebih tinggi. Paired Samples Correlations N Pair 1 sebelum & sesudah Correlation 30 -.734 Sig. .000 Sumber : Output Program SPSS Versi 16 Bagian kedua output adalah tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara kedua variabel menghasilkan angka -0,734 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,000 yang kurang dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara harga saham sebelum dan sesudah stock split adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan dengan nyata. Paired Samples Test Paired Differences Mean Std. Deviation 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean Lower Upper t Sig. (2df tailed) Pair 1 sebelum -11,721.66667 5,452.59640 995.50335 -9,685.63371 -11.775 29 sesudah 13,757.69962 Sumber : Output Program SPSS Versi 16 ISSN 2355-0244 35 .000 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel ketiga ini terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada harga saham UNVR sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai probabilitas (sig.) yang dihasilkan adalah 0,000 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham yang dihasilkan pada saat sebelum dan sesudah stock split pada tahun 2003. Bagian pertama akan dimulai dengan pengujian T-Test Paired Sample untuk volume saham UNVR saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split tahun 2000. Setelah itu, pada bagian kedua pengujian akan dilanjutkan dengan volume saham UNVR pada saat 30 minggu sebelum dan 30 minggu sesudah stock split pada tahun 2003. Data volume saham diperoleh melalui program Hots e-Trading yang telah diolah dan disederhanakan. Seperti halnya pada analisis pertama, saat melakukan pengujian dengan T-test Paired Sample, terlebih dahulu ditentukan nilai signifikan atau tingkat kepercayaan sebesar 5% (0,05), nilai signifikan ini telah default jika menggunakan program SPSS (Singgih, 2010:278), didapat output sebagai berikut : Tabel 5 Hasil Uji T-Test Paired Sample Volume Saham Tahun 2000 Paired Samples Statistics Mean Pair 1 N Std. Deviation Std. Error Mean sebelum 56.63 30 64.313 11.742 sesudah 101.93 30 86.734 15.835 Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16 Hasil pengujian dari tabel Paired Samples Statistics menerangkan bahwa rata-rata volume saham saat sebelum terjadi stock split adalah 56,63 sedangkan setelah terjadi stock split rata-rata volume saham menjadi 101,93. Paired Samples Correlations N Pair 1 sebelum & sesudah Correlation 30 .295 Sig. .114 Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16 36 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Bagian kedua output adalah tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara kedua variabel menghasilkan angka 0,295 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,114 yang lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara volume saham sebelum dan sesudah stock split adalah tidak erat dan tidak berhubungan dengan nyata. Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Std. Std. Error Deviation Mean Lower Upper t df sebelum -45.297 91.497 16.705 -79.462 -11.131 -2.712 sesudah Sumber: Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16 Sig. (2tailed) 29 .011 Pada tabel ini dapat terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada volume saham UNVR sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai probabilitas (sig.) yang dihasilkan adalah 0,011 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan volume saham pada saat sebelum dan sesudah stock split pada tahun 2000. Berdasarkan Paired Sample T-Test dan didapat output sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Uji T-Test Paired Sample Volume Saham Tahun 2003 Paired Samples Statistics Mean Pair 1 sebelum 1007.23 N Std. Deviation Std. Error Mean 30 578.107 sesudah 2373.77 30 1454.779 Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16 105.547 265.605 Berdasarkan hasil pengujian dari tabel Paired Samples Statistics diatas menerangkan bahwa rata-rata volume saham saat sebelum terjadi stock split adalah 1007,23 sedangkan setelah terjadi stock split rata-rata volume saham menjadi 2373,77. ISSN 2355-0244 37 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Paired Samples Correlations N Correlation Sig. Pair 1 sebelum & sesudah 30 -.038 .842 Sumber : Sumber data diolah dengan Program SPSS Versi 16 Pada tabel output kedua, tabel Paired Sample Correlations, hasil korelasi antara kedua variabel menghasilkan angka -0,38 dengan nilai probabilitas (sig.) 0,842 yang lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara volume saham sebelum dan sesudah stock split adalah tidak erat dan tidak berhubungan dengan nyata. Paired Samples Test Paired Differences Mean Std. Deviation Pair 1 sebelum -1.367E3 1585.654 sesudah Sumber: Output Program SPSS Versi 16 Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 289.499 -1958.626 -774.440 t Sig. (2df tailed) -4.720 29 Dari tabel di atas dapat terlihat hasil uji T-Test Paired Sample pada volume saham UNVR sebelum dan sesudah stock split, pada kolom Sig. (2-tailed) bahwa nilai probabilitas (sig.) yang dihasilkan adalah 0,000 atau kurang dari 0,05 ( < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan volume saham pada saat sebelum dan sesudah stock split pada tahun 2003. Analisis yang ketiga atau yang terakhir adalah pengujian mengenai dampak stock split terhadap keputusan berinvestasi para investor pada saat sebelum dan sesudah stock split. Pada pengujian validitas dan realibilitas sebelumnya, data penelitian telah dinyatakan valid dan reliabel. Pada pengujian Kruskal Wallis test, penelitian dilakukan dengan membagi responden ke dalam 3 kelompok yang ditunjukkan pada tabel 7 dibawah ini: 38 ISSN 2355-0244 .000 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 4 Analisa rank responden Ranks Atribut Skor_Responden N Mean Rank 1.00 9 11.50 2.00 17 16.85 3.00 21 35.14 Total 47 Sumber: Sumber data diolah dengan SPSS Versi 16 Keterangan atribut: 1 = Keputusan responden berinvestasi dengan mengabaikan stock split 2 = Keputusan responden berinvestasi dengan tidak mengetahui stock split 3 = Keputusan responden berinvestasi dengan mengetahui stock split Berdasarkan tabel 7 di atas, maka dapat diketahui bahwa responden yang mengambil keputusan berinvestasi dengan mengabaikan stock split sebanyak 9 orang dengan mean rank 11.50, kemudian responden yang mengambil keputusan berinvestasi, namun tidak mengetahui stock split perusahaan di tahun sebelumnya sebanyak 17 orang dengan mean rank 16.85. Adapun mayoritas responden mengambil keputusan investasi setelah mengetahui adanya stock split yang dilakukan perusahaan sebanyak 21 orang dengan mean rank 35.14. Statistik uji Kruskal Wallis menggunakan nilai distribusi Chi-kuadrat dengan derajat bebas adalah k-1 dengan jumlah sampel harus lebih dari 5. Jika nilai uji Kruskal Wallis lebih kecil daripada nilai chi-kuadrat tabel, berarti tidak ada pengaruh, berarti sampel berasal dari populasi yang sama, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0, diperoleh hasil sebagai berikut: ISSN 2355-0244 39 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 8 Chi-Square Test Statisticsa,b Skor_Responden Chi-Square 26.156 df 2 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Atribut Sumber: Sumber data diolah dengan program SPSS Versi 16 Nilai p-value sebesar 0,000 < nilai kritis 0,05, karena itu terlihat bahwa terdapat cukup bukti dimana terdapat perbedaan dari ketiga kelompok responden dalam mengambil keputusan investasi. Chi-square test bernilai positif, dimana skor tertinggi dalam kelompok merupakan kelompok responden yang berinvestasi setelah mengetahui stock split. Jadi dapat diinterpretasikan bahwa stock split yang dilakukan perusahaan berdampak positif pada keputusan investasi para investor. Sehingga kesimpulan untuk analisis ketiga adalah terdapat perbedaan ketertarikan berinvestasi pada saham UNVR. saat sebelum dan sesudah stock split. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan uji penelitian dengan Paired Sample T-Test yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan harga saham antara sebelum dengan sesudah stock split yang dilakukan manajemen Perusahaan pada tahun 2000 dan 2003. Kesimpulan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Harsoni (2004) dan Fortuna (2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kenaikan rata-rata harga pasar saham relatif perusahaan sampel sebelum dan sesudah stock split. Serta pemecahan saham memberikan pengaruh terhadap kenaikan dan penurunan harga saham. Pemecahan saham merupakan salah satu bentuk corporate action yang dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah transaksi perdagangan saham baik itu dari segi volume dan frekuensinya, dengan adanya permecahan saham maka 40 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 akan menurunkan harga saham yang beredar di masyarakat, sehingga setelah itu diharapkan dapat kembali meningkatkan daya tarik investor dan pada akhirnya harga saham yang diperdagangkan akan semakin meningkat. Corporate action mengenai pemecahan saham sering dikaitkan dengan Signaling Theory yang menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan sinyal yang informatif kepada investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Dengan adanya pandangan seperti itu, maka bila dikaitkan dengan timbulnya perbedaan atau kenaikan harga saham akibat kegiatan stock split sangatlah wajar karena hal tersebut menandakan bahwa kegiatan pemecahan saham yang dilakukan perusahaan dinilai investor sebagai perkembangan perusahaan ke arah yang lebih baik lagi. Hasil uji penelitian kedua mengenai volume saham didapatkan hasil yaitu terdapat perbedaan aktivitas volume saham saat sebelum dan sesudah stock split. Hasil pengujian ini didukung dengan hasil pengujian yang dilakukan oleh Mila (2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan setelah peristiwa pemecahan saham. Faktor penyebab terjadinya perbedaan aktivitas volume saat sebelum dan setelah stock split antara lain adalah reaksi pasar yang cukup tajam, dimana setiap investor yang melihat peluang investasi yang baik saat stock split terjadi karena harga saham jadi lebih terjangkau dan tingkat likuiditas semakin membaik. Setiap investor tentu ingin melakukan investasi dengan saham/asset portofolio yang bersifat likuid sehingga akan lebih mudah untuk mencairkan dana portofolionya kapanpun disaat mereka membutuhkan dana yang sifatnya segera. Hasil dari pengujian ke 3 dengan menggunakan uji Kruskal Wallis menyatakan bahwa terdapat dampak yang positif dari stock split yang dilakukan perusahaan terhadap ketertarikan berinvestasi investor pada saham UNVR. Hal ini berarti terdapat perbedaan ketertarikan berinvestasi pada saham perusahaan pada saat sebelum dan sesudah stock split. Adanya perbedaan ketertarikan dalam keputusan berinvesasi para investor pada saham UNVR saat sebelum dan sesudah stock split dapat disebabkan oleh perubahan dari return didapat dan resiko yang dihadapi oleh para investor saat terjadi stock split. ISSN 2355-0244 41 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada analisis pertama didapatkan hasil, terdapat perbedaan tingkat harga saham pada saat sebelum dan sesudah stock split. Pada data sekunder yang didapatkan Peneliti melalui Hots E-Trading, pada saat 30 minggu sebelum pelaksanaan stock split tahun 2000, saham UNVR berada pada level harga Rp77.000,00 dan tepat sebelum stock split berada dikisaran harga Rp148.000,00. Hal ini memperlihatkan bahwa walaupun berita tentang stock split belum dikeluarkan oleh emiten namun rumor yang beredar di pasar saham sangat cepat menyebar diantara para trader, sehingga harga saham UNVR terus meningkat hingga naik 100%. Sedangkan setelah pelaksanaan stock split harga saham UNVR cenderung bergerak stabil sehingga 30 minggu kemudian hanya memperoleh gain sekitar 15 persen yakni dari level harga Rp14.000,00 ke level Rp16.250,00. Begitu juga dengan pelaksanaan stock split pada tahun 2003, saat 30 minggu sebelum stock split harga saham UNVR ada di level Rp19.500,00 dan tepat sebelum stock split saham UNVR naik hingga level Rp.27.800,00. Hal ini menandakan bahwa saham UNVR mengalami kenaikan hingga 35 persen. Namun setelah pelaksanaan stock split kembali saham UNVR bergerak cukup stabil dari level harga Rp3.450,00 hinga 30 minggu kemudian ada di level harga Rp3.550,00. Dari kedua peristiwa tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga saham pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hal ini menandakan bahwa stock split memberikan dampak positif terhadap kenaikan tingkat harga saham UNVR. Pada analisis kedua didapatkan hasil terdapat perbedaan volume saham pada saat sebelum dan sesudah stock split. Melalui studi ini diketahui bahwa aksi stock split turut mempengaruhi tingkat likuiditas perdagangan saham jika dipantau berdasarkan tingkat peredaran saham pada periode 2000 dan 2003. Pada saat 30 Minggu sebelum stock split pada tahun 2000 jumlah saham UNVR yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sejumlah 1.699 lot namun 30 minggu setelah aksi stock split memperlihatkan dampak yang signifikan terhadap volume perdagangan saham UNVR yakni 30.579 lot (jika dibandingkan dalam kondisi sebelum stock split sudah meningkat 100 persen menjadi 3.057,9 lot) saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. 42 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Hasil analisis lainnya yaitu 30 Minggu sebelum stock split pada tahun 2003 jumlah saham UNVR yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sejumlah 30.217 lot namun 30 minggu setelah aksi stock split memperlihatkan dampak yang signifikan terhadap volume perdagangan saham UNVR yakni 712.130 lot (jika dibandingkan dalam kondisi sbelum stock split sudah meningkat 100% menjadi 71.213 lot) saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Hal itu menunjukkan ketertarikan berinvestasi terhadap saham UNVR turut meningkat setelah aksi stock split dan turut mempengaruhi volatilitas harga saham UNVR. Dengan adanya aksi stock split semakin banyak investor kelas retailer yang tertarik untuk menanamkan sebagian investasinya di saham UNVR. Dari peristiwa stock split pada tahun 2000 dan 2003 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan volume saham pada saat sebelum dan sesudah stock split. Hal ini menandakan bahwa stock split memberikan dampak positif terhadap meningkatnya volume saham UNVR yang diperdagangkan di BEI. Pada analisis ketiga didapatkan hasil, terdapat perbedaan ketertarikan berinvestasi pada saham PT Unilever Indonesia, Tbk. saat sebelum dan sesudah stock split. Pada penelitian data primer Penulis melihat bahwa ketertarikan investor pada saham UNVR setelah stock split terdapat sinyal yang kuat, dimana para investor menyambut baik untuk berinvestasi saham UNVR setelah stock split. Berdasarkan penelitian hipotesis 3, diketahui bahwa responden yang mengambil keputusan berinvestasi dengan mengabaikan stock split sebanyak 9 orang dengan mean rank 11.50, kemudian responden yang mengambil keputusan berinvestasi namun tidak mengetahui stock split perusahaan di tahun sebelumnya sebanyak 17 orang dengan mean rank 16.85. Adapun mayoritas responen mengambil keputusan investasi setelah mengetahui adanya stock split yang dilakukan perusahaan sebanyak 21 orang dengan mean rank 35.14. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan ketertarikan berinvestasi pada saham PT Unilever Indonesia, Tbk. saat sebelum dan sesudah stock split. Dalam melakukan keputusan investasi pada saham, para investor sebaiknya memperhatikan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan atau emiten, karena daya tangkap informasi bagi masing-masing investor sangat mempengaruhi kinerja return investasi. Para investor juga harus memiliki pergaulan dan komunikasi ISSN 2355-0244 43 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 yang luas terhadap banyak kalangan. Sehingga dapat mempunyai banyak pertimbangan dan saran atas suatu investasi. Selain itu, investor hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor eksternal sepeti faktor ekonomi dan politik, kondisi pasar, karena hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi harga saham. Dengan banyaknya rumor dan informasi yang beredar diantara para investor seperti melalui berita-berita di internet, diharapkan para investor tidak mudah percaya begitu saja dan hanya mendengarkan informasi resmi dari emiten yang bersangkutan. Sehingga para investor atau trader akan terlindungi dari resiko kerugian akibat rumor atau berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Untuk penelitian yang akan datang diharapkan peneliti dapat menguji variabelvariabel lain yang juga terkena dampak dari kegiatan stock split yang dilakukan perusahaan, seperti dividen dan laba dengan memperpanjang periode pengamatan yang akan lebih mencerminkan reaksi pasar serta menggunakan metode yang berbeda. 44 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 DAFTAR PUSTAKA Afrianto, Oky. (2005). Dampak Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Pendapatan Investor Di Pasar Modal. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: ABFII Perbanas. Agus Purwanto, Erwan & Ratih Sulistyastuti, Dyah. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media. Cynthia. (2010). Analisis Perbedaan Volume Perdagangan dan Return Saham Sebelum dan Sesudah Kebijakan Pemecahan Saham Pada BEI Tahun 2005-2008. Skripsi tidak diterbitkan. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Darmadji, Tjiptono. (2001). Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: PT Salemba Emban Patria. Darmadji, Tjiptono & Fakhrudin, Hendy. (2008). Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (Edisi kedua). Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Fahmi, Irham & Lavianti Hadi, Yovi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Teori dan Tanya Jawab). Bandung: CV Alfabeta. Fortuna, Chotyahani Hasna Rizka. (2010). Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Gaol, Chr. Jimmy L. (2008). Sistem Informasi Manajemen : Pemahaman dan Aplikasi. Jakarta: PT Grasindo. Halim, Abdul. (2005). Analisis Investasi. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Empat. ISSN 2355-0244 45 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Hamzah, Amir. (2006). Analisis Kinerja Saham Perbankan Sebelum & Sesudah Reverse Stock Split di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi diterbitkan. Sumatra Selatan: Program Studi Magister Manajemen Hariyani, Iswi & Serfianto D.P., R. (2010). Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta: Transmedia Pustaka. Harsoni K., Margareta. (2004). Pengaruh stock split terhadap likuiditas perdagangan saham dan pendapatan saham. Hartono, Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. Yogyakarta: Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. -------------------------. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketujuh. Yogyakarta: Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Husnan, Suad. (2003). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. -------------------. (2005). Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Kuncoro, Mudrajad. (2009). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3. Jakarta: Erlangga. Marwata. (2001). Kinerja Keuangan, Harga Saham dan Pemecahan Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 4, No.2. Mila W., I Gusti Ayu. (2010). Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Volume Perdagangan Saham dan Abnormal Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2009. Skripsi diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. 46 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Raco, J.R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Santoso, Singgih. (2010). Mastering SPSS 18. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Simatupang, Mangasa. (2010). Pengetahuan Praktis Investasi Saham dan Reksa Dana. Jakarta: Mitra Wacana Media. Susiyanto, Fendi M. 23 April 2004. Penggabungan dan Pemecahan Saham, Konsolidasi Saham Sektor Perbankan. http://www.kompas.com. Halaman 1-5. HU UH Jakarta. Syafitri, Khairani. (2001). Pengaruh Stock Split Terhadap Return Saham. Skripsi tidak diterbitkan. Depok: Program Studi Magister Manajemen FEUI. Tandelilin, Eduardus. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. -----------------------------. (2010). Portofolio dan Investasi (Teori dan Aplikasi). Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius. Trihendradi, C. (2011). Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 19. Yogyakarta: CV Andi Offset. Zed, Mestika. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Susiyanto, 2004 Keputusan menteri keuangan RI No.1548/KMK/90 Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal ISSN 2355-0244 47 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA Puji Hadiyati Perbanas Institute email: [email protected] Riski Aditya Baskara ABSTRACT This research aims at analyzing the impact of non-performing financing of mudharabah and musyarakah financing in Muamalat Indonesia Bank either in partial or simultaneously. The data used in this research are secondary data compiled from the Muamalat Indonesia Bank’s quarterly financial statements within 2006-2010 periods. Data analysis method used is multiple linear regression with hypotheses examination as of t test, F test, and Adjusted R Square. The findings in partial is that non performing financing of mudharabah financing has negative impact and significant to profitability rate with the score of t test (-3,146) t table < (-2,1098), whereas non performing financing of musyarakah financing does not have significant impact to profitability rate with the score t test (-1,119) > t table (-2,1098), so that simultaneously non performing financing of mudharabah and musyarakah has significant impact to Muamalat Indonesia Bank’s profitability with the score of F test (7,298) > F table (3,5915) and the independent variables contribution to profitability is 39,9 percent. Keywords: non performing financing, mudharabah financing, musyarakah financing, profitability. 48 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 PENDAHULUAN Pengesahan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan diberlakukannya kebijakan Spin Off telah mendorong bertambahnya jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari bertambahnya jumlah BUS yang semula hanya 3 (tiga) sampai tahun 2008, menjadi 11 (sebelas) pada akhir tahun 2010. Kondisi tersebut membawa konsekuensi pada semakin tajamnya persaingan di antara BUS. Persaingan yang semakin tajam menuntut suatu keputusan yang tepat dalam menjalankan usaha. Selain itu keputusan yang tepat harus didukung oleh perencanaan yang baik sebagai dasar operasional dan pencapaian profit yang diharapkan. Dalam rangka mengoptimalkan profitabilitasnya, bank akan berusaha meningkatkan pengumpulan dana dari sumber dana yang tersedia. Upaya peningkatan profitabilitas juga harus disertai dengan upaya peningkatan kualitas penyaluran aktiva produktif. Salah satu bentuk penyaluran dana perbankan syariah adalah melalui pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat. Pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah hampir 80 persen menggunakan skema murabahah dengan prinsip jual beli. Dominasi produk pembiayaan dengan pola jual-beli ini antara lain disebabkan risiko yang dihadapi bank syariah lebih kecil dibandingkan risiko pada skim pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah. Tingginya tingkat risiko yang dihasilkan oleh pembiayaan dengan skema mudharabah atau musyarakah dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) bagi bank syariah. Menurut data dari Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, rasio NPF bank-bank syariah mencapai 5,14 persen pada kuartal pertama 2009. Angka itu melewati ambang batas maksimal pembiayaan bermasalah yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar lima persen, dan mengindikasikan adanya potensi pembiayaan bermasalah. Tingginya tingkat kegagalan dalam pembiayaan bermasalah akan berdampak negatif bagi pihak bank, antara lain berupa hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan, dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas bank berupa penurunan dalam perolehan laba. Kemampuan bank syariah dalam menghasilkan profit menjadi indikator penting keberlanjutan entitas bisnis dan kemampuan bersaing bank syariah dalam jangka ISSN 2355-0244 49 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 panjang. Keuntungan yang layak diperlukan setiap bank guna menarik minat para pemilik dana untuk menitipkan uang mereka di bank. Keuntungan juga diperlukan untuk mendanai perluasan usaha serta membiayai usaha peningkatan mutu jasa. Semuanya itu hanya mungkin dijalankan dengan baik apabila bank dapat menghasilkan keuntungan yang memadai salah satunya melalui sistem pembiayaan bagi hasil yang tidak bermasalah. Penelitian ini bertujuan mengestimasi dan menganalisis pengaruh tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas PT Bank Muamalat Tbk periode tahun 2006-2010. TINJAUAN LITERATUR Pengertian pembiayaan menurut Muhammad (2002) adalah financing atau pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri atau dilakukan oleh orang lain. Tujuan alokasi dana untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan risiko yang rendah, serta mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga posisi likuiditas tetap aman. Sedangkan menurut Siamat (2005) penyaluran pembiayaan merupakan kegiatan yang mendominasi pengalokasian dana bank, dengan nilai antara 70 persen sampai dengan 80 persen dari volume usaha bank. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan penyaluran pembiayaan baik dalam bentuk bagi hasil, mark up, maupun pendapatan sewa. Seluruh pendapatan yang diperoleh dari pembiayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas bank yang tercermin dari perolehan laba yang optimal. Menurut Karim (2008) berdasarkan tujuannya jenis-jenis pembiayaan syariah dapat dibedakan menjadi pembiayaan modal kerja syariah, pembiayaan investasi syariah, dan pembiayaan konsumtif syariah. Akad atau prinsip yang menjadi dasar operasional bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu prinsip jual beli (terdiri dari murabahah, salam dan istishna), prinsip bagi hasil (terdiri dari mudharabah dan musyarakah), perinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahhiyah bittamlik), serta akad pelengkap (kafalah, rahn, qardh, wakalah dan 50 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 hiwalah). Statistik Bank Indonesia menggambarkan bahwa pola utama pembiayaan yang mendominasi bank syariah di Indonesia adalah prinsip jual beli dan bagi hasil. Antonio (2005) mengemukakan bahwa secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam 4 akad utama, yaitu (1) musyarakah, (2) mudharabah, (3) muzara’ah dan (4) musaqah. Pembiayaan Mudharabah Menurut Karim (2010:204) pembiayaan mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak, dimana pihak pertama berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung. Sedangkan menurut Sudarsono (2008:76) pembiayaan mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal sedangkan pihak kedua (mudharib) menjadi pengelola. Manfaat Pembiayaan mudharabah bagi pemilik modal maupun pengelola usaha dikemukakan Antonio (2005:97) adalah sebagai berikut: 1) bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah meningkat; 2) bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; 3) pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow usaha nasabah sehingga tidak memberatkan usaha nasabah; 4) bank akan selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan; 5) prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. Pembiayaan Musyarakah Karim (2010:102) menyatakan bahwa pembiayaan musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersamasama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang tidak ISSN 2355-0244 51 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 berwujud. Sudarsono (2008:74) menjelaskan pembiayaan musyarakah adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Menurut Antonio (2005:93) terdapat beberapa manfaat pada pembiayaan musyarakah baik bagi pihak bank maupun nasabah, antara lain: 1) bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan nasabah meningkat; 2) bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; 3) pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow usaha nasabah sehingga tidak memberatkan usaha nasabah; 4) bank akan selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. Pembiayaan Bermasalah atau Non performing financing (NPF) Non performing financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja bank. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000), disebutkan bahwa kredit atau pembiayaan bermasalah adalah kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat 90 hari setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. NPF secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu kredit dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat dan tidak mencukupi kewajiban minimal yang ditetapkan sampai dengan kredit yang sulit untuk dilunasi atau bahkan tidak dapat ditagih. Menurut Siamat (2005) pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan yang bersifat internal dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali nasabah peminjam. Menurut Mahmoedin (2004:52) non performing financing pada dasarnya disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Faktor internal dapat berupa ketidakmampuan dalam mengelola usaha (mismanagement) dan terjadi pemanfaatan dana yang tidak sesuai dengan tujuan 52 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 pemberian pembiayaan (side streaming). Sedangkan faktor eksternal lebih disebabkan oleh kondisi makro seperti inflasi, fluktuasi harga dan nilai tukar mata uang asing, serta kondisi industri yang tidak berkembang saat ini (sunset industry). Kedua faktor tersebut tidak dapat dihindari mengingat adanya kepentingan yang saling berkaitan sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank. Tingkat NPF Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah Setiap pembiayaan memiliki risiko yang dihadapi oleh pihak bank maupun nasabah. Menurut Antonio (2005:94) terdapat risiko dalam pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan yang relatif tinggi, yaitu sebagai berikut; 1) side streaming, yaitu nasabah yang menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak; 2) lalai dan kesalahan yang disengaja; 3) penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Profitabilitas Menurut Brigham dan Houston (2006:107) profitabilitas adalah hasil akhir dari sebuah kebijakan dan keputusan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Pengertian profitabilitas menurut Mahmoedin (2002:20) adalah laba atau profit merupakan selisih lebih antara pendapatan di atas biaya dalam suatu periode, dan disebut rugi apabila terjadi sebaliknya. Definisi profitabilitas menurut Harahap (2007:241) adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dan dari transaksi kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu tahun periode tertentu kecuali yang berasal dari hasil atau investasi dan pemilik. Dari pengertian yang telah diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa profitabilitas merupakan selisih antara pemasukan (pendapatan operasional) dengan ISSN 2355-0244 53 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 pengeluaran (beban operasi), sehingga laba atau profit perusahaan dalam hal ini dapat dijadikan sebagai ukuran dari efisiensi dan efektivitas dalam sebuah unit kerja. Indikator profitabilitas dalam penelitian ini digunakan Return On Asset (ROA) yang mengukur kemampuan bank untuk memperoleh laba dari asset yang dimilikinya. Kajian Penelitian Sebelumnya Keterkaitan antara risiko dalam pembiayaan yang berkolerasi dengan NPF dan berpengaruh terhadap naik turunnya profitabilitas bank syariah sudah banyak dilakukan. Sri (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat risiko pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas bank syariah pada Bank Muamalat Indonesia Tbk. Hasil penelitian diperoleh bahwa risiko pembiayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas Bank. Besarnya pengaruh tingkat risiko pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas bank syariah dengan asumsi variabel lain konstan adalah sebesar 75,39 persen sedangkan sisanya sebesar 24,61 persen adalah pengaruh faktor-faktor lain. Bustomi (2005) meneliti pengaruh kredit bermasalah terhadap tingkat profitabilitas bank pada bank konvensional yang telah go public. Hasil uji t menunjukkan nilai -1,771 > -2,021 atau t-hitung > t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kredit bermasalah tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat profitabilitas bank. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Firdaus (2008) mengenai pengaruh risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisa regresi simultan dan parsial. Hasil penelitian diperoleh bahwa secara bersama-sama risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah. Sedangkan secara parsial terdapat pengaruh negatif signifikan risiko pembiayaan mudharabah maupun pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah. Fiswara (2008) meneliti pengaruh tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (Return on Assets) pada Bank Syariah Mandiri. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel non 54 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas dan memiliki keeratan hubungan yang kuat. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas. Pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel non performing financing pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas dan memiliki keeratan hubungan rendah atau lemah. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Ho1 : Tidak ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Ha1 : Ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Ho2 : Tidak ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Ha2 : Ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Ho3: Tidak ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mmudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Ha3 : Ada pengaruh signifikan NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. METODE PENELITIAN Data dan Sampel Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan triwulanan Bank Muamalat Indonesia selama 5 tahun terhitung mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari website Bank Muamalat Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu sampel purposif (purposive sampling), di mana sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil objek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri yang spesifik. ISSN 2355-0244 55 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Model dan Variabel Penelitian Analisis regresi dilakukan untuk mencari seberapa besar pengaruh sebuah variabel dengan variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan variabel dependennya adalah profitabilitas. Dalam penelitian ini variabel bebasnya merupakan variabel numerik, karena variabel bebas yang digunakan lebih dari satu variabel, maka digunakan model regresi berganda, dengan model persamaan regresinya: Y = α + β1 X1 t + β2 X2 + µt ....................................................................................................... 1) Dimana: Y = Profitabilitas α = Intercept β 1-2 = Konstanta X1 = Non Performing Financing Pembiayaan Mudharabah X2 = Non Performing Financing Pembiayaan Musyarakah µ = Error/sesatan Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah uji t untuk uji hipotesis secara parsial dan uji F untuk uji hipotesis secara simultan. Untuk melihat besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan koefisien determinasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Estimasi Regresi Linear Berganda Persamaan regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda, diperoleh nilainilai koefisien regresi untuk tingkat NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah dan tingkat profitabilitas sebagai berikut: 56 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 2 Koefisien Regresi Berganda Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 3.508 .396 X1 -.316 .100 X2 -.049 .044 1(Constant) Coefficients Beta T Sig. 8.869 .000 -.587 -3.146 .006 -.209 -1.119 .279 a. Dependent Variable: Y (Tingkat Profitabilitas) Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh persamaan regresi linier berganda adalah Y = 3,508 – 0,316 X1 – 0,049 X2. Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa konstanta sebesar 3,508 diartikan sebagai tingkat profitabilitas ketika variabel independen yaitu tingkat NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah adalah nol. Nilai koefisien regresi sebesar - 0,316 menyatakan bahwa setiap peningkatan NPF pembiayaan mudharabah sebesar 1 persen akan mengurangi profit sebesar - 0,316 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan. Serta koefisien regresi sebesar - 0,049 menyatakan bahwa setiap peningkatan NPF pembiayaan musyarakah sebesar 1 persen akan mengurangi profit sebesar - 0,049 persen dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan. Hasil Uji Parsial (uji t) Berdasarkan hasil uji parsial variabel NPF pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas diperoleh - t hitung <-t tabel (-3,146 < -2,1098), maka Ho1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPF pembiayaan mudharabah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pengujian pengaruh variabel NPF pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas diperoleh - t hitung > - t tabel (-1,119 > -2,1098), maka Ho2 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPF pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh siginifikan terhadap profitabilitas. ISSN 2355-0244 57 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Uji Hipotesis Simultan Berdasarkan hasil uji simultan pengaruh variabel NPF pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas diperoleh F hitung > F tabel (7,298 > 3,590), maka Ho3 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Koefisien Determinasi Hasil perhitungan koefisien determinasi menjelaskan keeratan hubungan antara variabel pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah dengan variabel tingkat profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan nilai koefisien korelasi berganda adalah sebagai berikut: Tabel 6 Koefisien Korelasi Multiple Model Summary Model 1 R .680a R Square .462 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .399 .67992 a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Mudharabah Dikaitkan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki persamaan tetapi ada juga yang bertolak belakang. Penelitian yang dilakukan Bustomi hasil estimasinya tidak sejalan dengan penelitian ini, yaitu tingkat kredit bermasalah tidak berpengaruh negatif terhadap tingkat profitabilitas bank. Sedangkan hasil penelitian ini NPF pembiayaan mudharabah dan musyarakah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Firdaus menunjukkan terdapat pengaruh risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah, sebagian sejalan dengan yang dihasilkan penelitian ini, yaitu hasil regresi 58 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 menunjukkan jika varibel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah, sedangkan secara parsial terdapat perbedaan. Dalam penelitian Firdaus secara parsial terdapat pengaruh negatif yang signifikan risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah, sedangkan dalam penelitian penulis hanya NPF pembiayaan mudharabah yang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Perbedaan lainnya terletak pada objek yang diteliti, yaitu penelitian Firdaus memakai objek Bank Umum Syariah, sedangkan penulis hanya studi kasus pada salah satu Bank Umum Syariah, dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia Tbk. Selain itu variabel independen pada penelitian Firdaus adalah risiko pembiayaan mudharabah dan musyarakah, sedangkan dalam penelitian penulis adalah NPF pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Namun demikian, risiko dalam pembiayaan bagi hasil tersebut memiliki keterkaitan dengan pembiayaan bermasalah (non performing financing). Hasil penelitian Fiswara Ho ditolak maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan penulis, dimana terdapat pengaruh signifikan antara non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada Bank Muamalat Indonesia selama periode tahun 2006-2010, secara parsial NPF pembiayaan mudharabah berpengaruh siginifikan terhadap profitabilitas, sedangkan NPF pembiayaan musyarakah tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Adapun pengaruh NPF pembiayaan mudharabah terhadap tingkat profitabilitas adalah negatif. Secara bersama-sama NPF pembiayaan mudharabah dan NPF pembiayaan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas Bank Muamalat Indonesia selama periode penelitian. ISSN 2355-0244 59 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Rekomendasi Meskipun hasil penelitian mampu membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat NPF pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas Bank Muamalat Indonesia, bukan berarti pihak bank tidak lagi memfokuskan perhatian kepada pengelolaan produk pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Sebaliknya, pihak bank harus lebih meningkatkan pengelolaan terhadap dua pembiayaan bagi hasil tersebut mengingat kedua jenis produk pembiayaan ini merupakan ciri khas produk pembiayaan bank syariah, karena prinsip bagi hasil yang digunakan akan langsung menyentuh sektor riil. Peningkatan kualitas pengelolaan pembiayaan ini dapat dilakukan melalui: 1) Pemberian pembiayaan kepada nasabah sebaiknya dilakukan secara disiplin dan sesuai prosedur yang ada dan memberikan sanksi yang tegas kepada para karyawan yang lalai dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan kepada nasabah sehingga pembiayaan bermasalah dapat diminimalisasi. 2) Penyusunan kebijakan pembiayaan yang komprehensif dan jelas dengan memperhitungkan berbagai macam faktor dan kriteria yang menentukan mutu kebijakan tersebut terutama pada pemberian pembiayaan mudharabah dan musyarakah. 60 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muhammad Syafi’i. 2005. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani bekerjasama dengan Tazkia Cendekia. Brigham Eugene, F. & Houston. 2006. Dasar–Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Bustomi, Ahmad. 2005. “Pengaruh kredit bermasalah terhadap tingkat profitabilitas bank, studi kasus bank konvensional yang telah go public”. Firdaus, Hamdi. 2008. “Pengaruh risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah”. Fiswara. 2008. Pengaruh tingkat non performing financing pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (Return on Assets) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri)”. Harahap, Sofyan S. 2008. Kerangka Teori dan Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta: Pustaka Quantum. Mahmoedin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Muhammad. 2005. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kelima. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Sri, Maryana Rina. 2005. “Pengaruh tingkat risiko pembiayaan terhadap tingkat profitabilitas bank syariah, penelitian pada Bank Muamalat Indonesia Tbk”. Sudarsono, Hari. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: EKONISIA. UU Perbankan No. 21 tahun 2008 Website Bank Muamalat Indonesia. www.muamalatbank.com ISSN 2355-0244 61 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 PENGARUH KETERLIBATAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT SEASCAPE SURVEYS INDONESIA Siti Safaria [email protected] HU UH Anastasia Saras Yunastiwi ABSTRACT Human resources has a major role in every activity of the company. Although supported by infrastructure and sufficient sources of funding, but without the support of qualified human resources activities of the company will not be resolved properly. The purpose of the study analyzes the effect of work engagement to employee performance, associative type of research. The data obtained by researchers is the raw data that must be processed, the processing of data performed using SPSS 17 software. The sampling technique used in this study was purposive sampling technique. Slovin formula based on the population of 55 (fifty- five) the error rate (e) by 10 percent the number of samples of this study is 35 (thirty five) employees. The results of the calculation with a value of 16,632 t table based on a value of t = 2.035 ± 5 percent this means is greater than the value ttable, then the decision is to reject H0. The significance of the rejection of H0 is no influence between work engagement to employee performance PT Seascape Surveys Indonesia. It is known that the p-value of 0.000 t statistic that is worth less than 5 percent so that it can be said that the X variable (work engagement) significantly affects the Y variable (performance). PT Seascape Surveys Indonesia. Recommendations are given to further research are: Researchers further in the future need to examine other variables that affect performance beyond that have been meticulous eg Leadership, Motivation, Organizational culture, need to examine with a larger sample size. Keywords: job involvement, performance, job 62 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Pendahuluan Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan perusahaan. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana dan sumber dana yang cukup, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang handal kegiatan perusahaan tidak akan terselesaikan dengan baik..Diperkuat yang dikemukakan oleh Terrence deal dan Alan Kennedy dalam Wibisono (2011:139) mengatakan bahwa untuk menciptakan perusahaan yang memiliki kinerja tinggi perlu dibangun budaya yang kuat dan terpadu dari berbagai cara agar tercipta hasil yang luar biasa .Perusahaan akan dapat bersaing dan bertahan dalam kondisi persaingan yang semakin global dan intens, jika para eksekutif organisasi dalam mengelola organisasinya memperhatikan pemangku kepentingan dari berbagai kepentingan yang berbeda atau saling berlawanan. Berarti adanya pergeseran hubungan perusahaan dengan berbagai pihak berkepentingan tersebut menjadi semakin kompleks dan membutuhkan pengelolaan yang sangat berbeda dibandingkan dengan pengelolaan perusahaan 10 tahun yang lalu. Menurut Robbins (2006:94) dalam suatu perusahaan ataupun suatu organisasi, Job involvement itu timbul sebagai respon terhadap suatu pekerjaan atau situasi tertentu dalam lingkungan kerja. Dengan kata lain suatu jenis pekerjaan atau situasi dalam lingkungan kerja akan mempengaruhi orang tersebut makin terlibat atau tidak dalam pekerjaannya. Dalam hal ini yaitu keterkaitan seseorang dalam pekerjaan diluar dari pekerjaan yang sebenarnya ditanggung. Penelitian Ammir Ali (2007) memupuk tingkat keterlibatan kerja tinggi antara karyawan dapat menjadi efektif untuk meningkatkan kedua bentuk kinerja serta mendorong lebih positif sikap dan perilaku. Sharagay and Ahearon (2011) menyatakan hubungan antara keterlibatan kerja dan individu secara batin mendalam dan kompleks, baik berjalan dengan cara mencapai nilai pekerjaan yang merupakan sumber penghasilan. Bekerja merupakan bagian dari individu antara lain citra diri, dan karena itu keterlibatan kerja adalah sarana penting untuk memuaskan kebutuhan yang mendalam dan memungkinkan melalui ekspresi diri. Mahfuz Judeh (2009) menunjukkan bahwa kedua keterlibatan karyawan dan efektivitas kerja tim berada pada tingkat tinggi menghasilkan yang cukup tinggi. Selain itu, temuan penelitian mengungkapkan dampak yang signifikan dari keterlibatan ISSN 2355-0244 63 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 karyawan pada efektivitas kerja tim. Pada saat yang sama hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap keterlibatan karyawan karena jenis kelamin atau status perkawinan, sementara peserta secara signifikan berbeda dalam hal tingkat pendidikan Dalam Paul F. Rotenberrydan Philip J. Moberg (2011),juga menemukan bahwa hubungan antara keterlibatan kerja dan baik dalam peran-kinerja OCBOs yang dimoderatori oleh keanggotaan kelompok etnis guru dan nilai-nilai budaya. Secara khusus, dampak dari keterlibatan kerja di dalam-peran kinerja adalah negatif untuk orang Yahudi Israel namun positif bagi orang Arab Israel.Cohen(2006) dalam Paul menemukan bahwa keterlibatan kerjapositif dipengaruhi-peran kinerja dan OCBOs,.. Menurut Kanungo & Morrow dalam Silawati (2005:9) pengertian secara umum job involvement didefinisikan sebagai kekusyukan secara psikologis pada aktivitas kerja.Definisi job involvement menurut Lodahl dan Kejner dalam Silawati (2005:37), adalah sebagai derajat kepentingan dari kerja seseorang dalam gambaran dirinya.Sedangkan Allport adalah sebagai derajat partisipasi karyawan di dalam pekerjaannya dan mendapatkan prestis, kehormatan, otonomi dan harga diri. Menurut Pfeffer dalam Silawati (2005:10) bahwa keterlibatan kerja dipertimbangkan oleh banyak peneliti menjadi faktor penentu utama dari keefektifan organisasi. Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia tersebut tidak hanya berupa material.tetapi juga bersifat nonmaterial seperti kebanggaan dan kepuasan kerja. Menurut Moeheriono (2009:61) kinerjaadalah sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan tugas tanggung jawab masingmasing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Sesuai dengan yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian menganalis pengaruh keterlibatan kerja terhadap kinerja pegawai, Sedangkan kemanfaatan penelitian mengembangkan pengetahuan tentang kinerja dari pegawai yang tidak terlepas peran keterlibatan kerja sehingga lebih produktif. Menurut Rivai (2005:14) pengertian kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas 64 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Sedangkan menurut Hersey and Blanchard dalam Rivai (2005:15) kinerja adalah:“Suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseoraug harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.”Ada tiga alasan pokok perlunya mengadakan penilaian terhadap kinerja karyawan, yaitu: pertama untuk mendorong perilaku yang baik atau memperbaiki serta mengikis kinerja (prestasi) di bawah standar. Orangorang yang memilikikinerja baik mengharapkan imbalan, walau sekedar pujian.Kedua memuaskan rasa ingin tahu karyawan tentang seberapa baik kinerja karyawan.Setiap orang memiliki dorongan ilmiah untuk ingin mengetahui seberapa cocok seseorang dengan organisasi tempat orang tersebut bekerja. Seorang karyawan iuungkin tidak suka dinilai, tetapi dorongan untuk mengetahui hasil penilaian ternyata sangat kuat.Ketiga memberikan landasan yang kuat bagi pengambilan keputusan selanjutnya sehubungan dengan karir seorang karyawan. Hal-hal seperti kenaikan gaji.promosi, pemindahan atau pemberhentian dapat ditangani dengan lebih baik bila karyawan telah mengetahui kemungkinan itu sebelumnya. Menurut Mathis dan Jackson (2001:82) banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari tenaga kerja, yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi. Ada tiga elemen untuk mengetahui tentang jenis performance yang dibutuhkan para tenaga kerja untuk suatu organisasi agar dapat berhasil, yaitu (1) produktivitas adalah ukuran kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dilakukan dengan mempertimbangkan biaya sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, (2) kualitas adalah suatu perasaan kebanggaan atas keahlian, pelatihan yang baik, dan ketidaksediaan untuk mentoleransi keterlambatan, dan (3) pelayanan. Menurut Mangkunegara (2005:14-15) kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor pertama.faktor individual yang terdiri dari kemampuan dan keahlian, latar belakang, dan demografi.kedua Faktor psikologis yang terdiri dan persepsi, sikap (attitude), ISSN 2355-0244 65 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 kepribadian (personality), pembelajaran, dan motivasi.Ketiga faktor organisasi yang terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur.danjob design .A. Dale Timple, dalam Mangkunegara faktor-faktor yang mempengaruhi performance seseorang terdiri dari : Faktor internal (dispositional) faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. . Faktor eksternal faktor faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan.seperti perilaku, sikap, dan tindakantindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Menurut Mangkunegara (2005:16-17).faktor penentu prestasi kerja individu dalam organisasi adalah faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individuSecara psikologis.individu yang normal adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya. Konsentrasi yang baik merupakan modal utama individu untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.Faktor Lingkungankerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Untuk mendapatkan informasi atas performance pegawai, maka ada beberapa pihak baik itu perorangan ataupun kelompok yang biasanya melakukan penilaian atas performance karyawan / pegawai. Menurut Robbins (2006:687), pihak yang dapat melakukan penilaian performance karyawan, yaitu: Atasan LangsungSekitar 96% dari semua evalusi performance pada tingkat bawah dan menengah dan organisasi dijalankan oleh atasan langsung karyawan itu karena atasan langsung yang rnemberikan pekerjaan dan paling tahu kinerja karyawannya.Penilaian kinerja yang dilakukan oleh rekan sekerja dilaksanakan dengan pertimbangan :Rekan sekerja dekat dengan tindakan. menyeluruh Interaksi sehari-hari memberikan kepada karyawan pandangan terhadap performance seseorang karyawan dalam pekerjaan. Menggunakan rekan sekerja sebagai penilai menghasilkan sejumlah penilaian yang independen.Evaluasi ini cenderung mengurangi kedefensifan para karyawan mengenai proses penilaian, dan evaluasi iui merupakan sarana yang unggul untuk merangsang 66 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 pembahasan performance karyawan dan atasan.Penilaian performance karyawan oleh bawahan langsung dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci mengenai perilaku seorang atasan karena lazimnya penilai mempunyai kontak yang sering dengan yang dinilai. Pendekatan menyeruluh: 360 derajat.Penilaian kinerja karyawan dilakukan oleh atasan, pelanggan, rekan kerja dan bawahan. Penilaian kinerja ini cocok di dalam organisasi yang memperkenalkan tim. Menurut Rivai (2005:77) untuk mengetahui performance karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab karyawan maka perlu dilakukan penilaian terhadap performance karyawan. Penilaian performance bertujuan untuk menilai seberapa baik karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dan apa yang harus mereka lakukan untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Ini dilaksanakan dengan menunjuk pada isi pekerjaan yang mereka lakukan dan apa yang mereka harapkan untuk mencapai setiap aspek dari pekerjaan mereka. Isi dari suatu pekerjaan merupakan dasar tetap untuk perumusan sasaran yang akan dicapai dan suatu tugas utama yang dapat dirumuskan sebagai target kuantitas, standar performance suatu tugas atau proyek tertentu untuk diselesaikan Dimensi yang dipergunakan di dalam melakukan penilaian performance karyawan adalah sebagai berikut :Pemahaman terhadap tugas,Pengetahuan atas pekerjaan, kejelasan pengetahuan atas tanggung jawab pekerjaan yang menjadi tugas karyawan.Perencanaan dan organisasi Membuat rencana pekerjaan meliputi jadwal dan urutan pekerjaan, sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas.Kualitas kerja Terdiri dari mutu pekerjaan, ketelitian dan ketepatan pekerjaan..Kuantitas kerja Adalah jumlah pekerjaan yang dihasilkan dibandingkan dengan waktu yang digunakanDisiplin Kepraktisan dalam bekerja sehingga pekerjaannya mendekati standar performance.Tanggung jawabKebijakan naruliah dan kemampuan menyimpulkan tercapai.Komunikasikemampuan lain.Kerjasama tugas berhubungan sehingga secara tujuan lisan organisasi dengan orang Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan sikap yang konstruktif dalam tim.Kehadiran dalam rapatKemampunan dan kekutsertaan (partisipasi) dalam rapat berupa pendapat atau ide.Kehandalan Kemampuan mengelola proyek, baik membina tim, membuat jadwal kerja, anggaran dan menciptakan hubungan baik ISSN 2355-0244 antar karyawan.KepernimpinanKemampuan mengarahkan dan 67 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 membimbing bawahan, sehingga tercipta efisiensi dan efektivitas.InisiatifKeinginan dan kemampuan memperbaiki diri sendiri dengan studi lanjutan atau kursus tertentuBerdasarkan teori tentang performance tersebut, maka dalam penelitian ini dimensi performance yang akan dipakai adalah dimensi kuantitas kerja, kualitas kerja, kerja sama, pemahaman terhadap tugas, inisiatif disiplin dan kehandalan. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg (2007),. Hasil penelitiannya.“Hasil penelitian menunjukkan bahwa Job Involvement dari karyawan mempengaruhi Performance dari Supervisor.”Selanjutnya penelitian dilakukan oleh P Hsing-chan Tseng, Xin-zong Huang, dan Chang Jung pada tahun 2009.Hasil penelitiannya menunjukkan dalam sebuahlingkungan kerja yang tajam kompetitif, sangat sulit bagi orang luar tahu mengenai seberapa besar tekanan dari pekerjaan setiap karyawan yang harus dihadapi sehari-hari. optimisme kehidupan salesman asuransi dapat diubah menjadi sikap yang lebih baik terhadap pekerjaan di bawah tekanan kinerja dan bekerja untuk mencapai performance penjualan yang baik. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan kerja mempengaruhikinerja. kerangka pemikiran Kinerja (Y) KUANTITAS KERJA KUALITAS KERJA KERJSAMA PEMAHAMNA TERHADAP TUGAS INISATIF DISIPLIN Rivai (2005:77) KENADALAN Keterlibatan Kerja (X) EMOTIONAL COGNITIVE BEHAVIOR Yoshimura, Atsuko (1996175- 184) , Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka Peneliti dapat mengajukan perumusan hipotesis dalam penelitian ini Diduga tidak ada pengaruh antara keterlibatan kerja terhadap kinerja . Menurut Sugiyono (2004:11) jenis penelitian asosiatif merupakan model penelitian yang di gunakan untuk mengetahui pengaruh antar dua variabel atau lebih, 68 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 di mana variabel bebas (independent variable) mempengaruhi variabel tidak bebas (dependent variable). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling . Artinya responden (subjek) yang dipilih secara sengaja dengan karakteristik tertentu yang diyakini representatif terhadap populasi penelitian. Berdasarkan rumus Slovin untuk jumlah populasi 55 (lima puluh lima) orang pegawai lapangan PT Seascape Surveys Indonesia sebagai responden, dengan tingkat kesalahan (e) sebesar 10 % maka jumlah sampel penelitian ini adalah 35 (tiga puluh lima) orang pegawai lapangan PT Seascape Surveys Indonesia sebagai responden Definisi konseptual penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu:Variabel X (keterlibatan kerja) menurut Robbins (2006:94) keterlibatan kerja mempunyai definisi yaitu derajat dimana orang dikenal dari pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya, dan menganggap prestasinya penting untuk harga diri.Variabel Y (kinerja)Menurut Rivai (2005:14) kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Defenisi operasional variabel dalam penelitian . keterlibatan kerja yaitu derajat dimana orang dikenal dari pekerjaannya, berpartisipasi aktif didalamnya, dan menganggap prestasinya penting untuk harga diri.Indikator terdiri dari: a) Emotional job involvement, b) Cognitive job involvement, c) Behavioral job involvement dengan menggnakan skala likert .Variabel terikat kinerjayaitu hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama Indikator terdiri dari : a) Kuantitas kerja, b)Kualitas kerja, c)Kerja sama, d)Pemahaman terhadap tugas, e)Inisiatif, f)Disiplin, g)Kehandalandengan menggnakan skala likert ISSN 2355-0244 69 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Metode Pengolahan Data Setelah terkumpulnya data dari penelitian maka data tersebut nantinya akan masuk proses pengolahan data. Data yang diperoleh peneliti merupakan data mentah yang harus diolah, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS 17(Statistical Package for the Social Sciences) Untuk memperoleh jawaban dari responden, maka dikemukakan pernyataan-pernyataan tentang Job Involvement dan Performance yang jawabannya disediakan berupa SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju), atau STS (Sangat Tidak Setuju) untuk dipilih.Jawaban dari pernyataan yang diajukan kepada responden dihitung dengan menggunakan Skala Likert yang mempunyai nilai dari sangat positif sampai negatif, dengan nilai sebagai berikut : Tabel 1 Pengelompokan Berdasarkan Metode Skala Likert Penilaian Sangat Setuju (SS) Bobot Bobot nilai 5 Setuju (S) Bobot nilai 4 Kurang Setuju (KS) Bobot nilai 3 Tidak Setuju (TS) Bobot nilai 2 Sangat Tidak Setuju (STS) Bobot nilai 1 Sumber : Sugiyono (2008: 94) Dari hasil uji validitas tentang penilaian Responden atas variabel X dan Y, dapat disimpulkan variabel X dan Y adalah valid karena semua pernyataan variabel X dan Y memiliki nilai r hitung yang lebih besar dari nilai r tabel . Dari hasil uji reliabilitas variabel X diperoleh nilai alpha sebesar 0,949. Karena nilai Cronbach’s Alpha ( )pada variabel X () tersebut lebih besar dari 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel. Dari hasil uji reliabilitas variabel Y diperoleh nilai alpha sebesar 0,964. Karena nilai Cronbach’s Alpha ( )pada variabel Y (tersebut lebih besar dari 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel. 70 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 2 Tabel Penilaian Interval Bobot Penilaian 147 – 175 Sangat Tinggi (ST) 119 – 146 Tinggi (T) 91 – 118 Cukup Tinggi (CT) 63 – 90 Rendah (R) 35 – 62 Sangat Rendah (SR) Sumber: Data diolah Peneliti (2012) Hasil Penelitian Jadi hasil yang didapat dari 35 responden Kesimpulannya adalah sebanyak 60% responden berusia 26 sampai 35 tahun.sebanyak 71,43% tingkat pendidikan terakhir responden adalah S-1.Sebanyak 54,28% responden memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun. Nilai total rekapitulasi hasil kuesioner variabel X nilai rata-rata adalah sebesar 1843. rekapitulasi hasil kuesioner variabel X adalah sebesar: Dan = 153,58 (kategori Sangat Tinggi), artinya Job Involvement pegawai PT Seascape Surveys Indonesia adalah Sangat Tinggi. Tabel 3 Rekapitulasi hasil perhitungan variable keterlibatan kerja No 1 2 3 4 5 6 7 PERNYATAAN Kepuasan utama dalam hidup saya berasal dari pekerjaan saya. Saya sungguh-sungguh tertarik dengan pekerjaan saya ini. Saya mencintai pekerjaan Saya dengan segenap hati Saya berpartisipasi aktif bekerja di PT Seascape Surveys Indonesia dengan segenap hati. Saya merasa senang apabila rekan kerja, atasan atau bawahan memuji kinerja saya yang baik. Ada suatu dorongan dalam tim kerja yang membuat saya ingin memberikan yang terbaik. Saya mau melakukan apa yang tidak menjadi tugas saya demi kepentingan perusahaan ini. ISSN 2355-0244 NILAI KETERANGAN 151 Sangat Tinggi 159 Sangat Tinggi 149 Sangat Tinggi 153 Sangat Tinggi 157 Sangat Tinggi 154 Sangat Tinggi 159 Sangat Tinggi 71 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 8 Saya bersedia datang lebih awal di tempat kerja untuk memastikan segalanya siap. 9 Saya lembur guna menyelesaikan tugas-tugas yang sedang saya kerjakan. Saya bersedia mencurahkan usaha-usaha yang melebihi kondisi normal yang diharapkan untuk membantu tim kerja saya menjadi sukses. Saya bersedia mengikuti program pelatihan dan pengembangan yang menunjang pekerjaan Saya, walaupun diluar program sejenis yang disediakan oleh perusahaan. Saya selalu mencari ide-ide baru yang terkait dengan pekerjaan Saya saat ini. 10 11 12 TOTAL DAN NILAI RATA – RATA 157 Sangat Tinggi 159 Sangat Tinggi 146 Tinggi 149 Sangat Tinggi 150 Sangat Tinggi 1843 153,58 (Sangat Tinggi) Tabel 4 Rekapitulasi hasil perhitungan variable Kinerja karyawan No 1 2 3 4 5 6 7 Saya senang dengan proses kerja dan kondisi pekerjaan pada di PT Seascape Surveys Indonesia Waktu yang dipergunakan atau lamanya bekerja sehari 8 jam. Saya memiliki kualitas kerja dan ketepatan kerja Saya memiliki kemampuan dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari Saya memiliki kemampuan dalam menganalisis Data Saya memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan atasan Saya memiliki kemampuan untuk bekerja sama dengan bawahan NILAI 156 KETERANGAN Sangat Tinggi 160 Sangat Tinggi 157 Sangat Tinggi 160 Sangat Tinggi 157 Sangat Tinggi 162 Sangat Tinggi 150 Sangat Tinggi 8 Saya memiliki pengetahuan atas pekerjaan Saya di PT Seascape Surveys Indonesia. 151 Sangat Tinggi 9 Saya memiliki kejelasan pengetahuan atas tanggung jawab pekerjaan yang menjadi tugas Saya di PT Seascape Surveys Indonesia. 151 Sangat Tinggi Saya memiliki inisiatif untuk mengerjakan pekerjaan teman jika teman tidak masuk kerja 159 Sangat Tinggi 10 72 PERNYATAAN ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 11 12 13 14 15 Saya memiliki inisiatif untuk lembur bila pekerjaan belum selesai tanpa meminta upah lembur kepada atasan. Saya memiliki disiplin dalam waktu masuk kerja dan pulang kerja Saya memiliki kemampuan membuat rencana pekerjaan meliputi jadwal dan urutan pekerjaan sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas Saya memiliki kemampuan berbubungan secara lisan dengan orang lain Saya memiliki pengetahuan teknis, dasar teknis dan kepraktisan sehingga pekerjaanya mendekati standar kinerja. TOTAL DAN NILAI RATA – RATA 155 Sangat Tinggi 161 Sangat Tinggi 156 Sangat Tinggi 159 Sangat Tinggi 158 Sangat Tinggi 2352 156,8 (Sangat Tinggi) Nilai total rekapitulasi hasil kuesioner variabel Y adalah sebesar 2352. Dan nilai rata-rata rekapitulasi hasil kuesioner variabel Y adalah sebesar 2352 15 = 156,8 ( kategori Sangat Tinggi), berarti Performance pegawai PT Seascape Surveys Indonesia adalah Sangat Tinggi. Sumber: Hasil Olahan Peneliti Gambar 1 Uji Normalitas ISSN 2355-0244 73 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Uji Normalitas diketahui bahwa data disekitar garis diagonalnya dan sedangkan sisanya menyebar normal.Itu berarti asumsi kenormalan dapat diterima.Uji Autokorelasi, nilai tabel Durbin Watson dengan signifikansi 5% pada n = 35 diperoleh du = 0,893 dan d1 = 1,027. Jadi statistik DW mengisayaratkan tidak menolak H0 karena Durbin-Watson lebih besar dari R Square . Tabel 5. Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1 Tolerance Job Involvement VIF 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Performance Pegawai PT Seascape Surveys Indonesia Sumber: Hasil Olahan Peneliti Uji Multikolineritas,,Hasil perhitungan menunjukkan adalah sebesar 1 karena nilai VIF variabel X nilai VIF (keterlibatan kerja variabel X tersebut lebih kecil dari 10 (1<10) maka multikolineritas tidak terjadi. Gambar.2 Uji Heteroskedastisitas Sumber: Hasil Olahan Peneliti 74 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Ini berarti asumsi tidak adanya autokorelasi dapat diterima Uji Heteroskedastisitas bahwa tidak adanya pola tertentu dari titik- titik yang ada. Itu berarti dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Pembahasan Hasil Penelitian Pengaruh terhadap variabel Y (Performance) dapat dijelaskan oleh variabel X (Job Involvement) sebesar 0,893 atau 89,3 % dan sisanya sebesar 10,70 % (1-0,893) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel X yang tidak diteliti, seperti kompensasi, kepemimpinan, budaya organisasi, . Berdasarkan data persamaan regresi dari “Pengaruh Job Involvement Terhadap Performance Pegawai PT Seascape Surveys Indonesia adalah Y= 13,153 + 1,026 X Artinya adalah jika variabel X sebesar(0) nol, maka variabel Y yang terbentuk adalah sebesar 13,153. Tanda koefisien positif untuk variabel X (keterlibatan kerja)menunjukkan adanya pergerakan positif antara variabel X (keterlibatan kerja) dengan variabel Y (kinerja) sebesar 1,026. Hal ini berarti jika variabel X (keterlibatan kerja)di tingkatkan maka variabel Y (kinerja) ikut meningkat. Berdasarkan data maka dapat diketahui bahwa t hitung = 16,632. Nilai t tabel untuk α = 5 % atau titik kritis ( 0., 025 ; ( 35-2 )) adalah ± 2,035. H0: Diduga tidak ada pengaruh antara keterlibatan kerja terhadap kinerjapegawai PT SeascapBerdasarkan hasil penghitungan, diketahui bahwa nilai thitung sebesar 16,632 sedangkan nilai t table berdasarkan a = 5 % ada1ah ± 2,035. Karena nilai hitung t sebesar 16,632 lebih besar dari nilai ttabel, maka keputusannya adalah menolak H0. Makna dari penolakan H0 adalah ada pengaruh antara keterlibatan kerja terhadap kinerja pegawai PT Seascape Surveys Indonesia.Diketahui bahwa nilai p-value t statistik sebesar 0,000 yang bernilai lebih kecil dari 5% sehingga dapat dikatakan bahwa variabel X (keterlibatan kerja) signifikan mempengaruhi variabel Y (kinerja).di PT Seascape Surveys Indonesia. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg pada tahun 2007, dengan judul penelitian adalah: “Assesing the Impact of Job Involvement on Performance”, membuktikan bahwa ada pengaruh antara variabel X terhadap Y yaitu antara Job Involvement terhadap Performance. Jika dibandingkan ISSN 2355-0244 75 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 dengan penelitian yang dilakukan sekarang, sama-sama membuktikan bahwa variabel X (Job Involvement) berpengaruh terhadap variabel Y (Performance).Maka dari itu penelitian yang dilakukan oleh Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sekarang. Penelitian kedua dilakukan oleh Professor Hsing-chan Tseng, Xin-zong Huang, dan Chang Jung pada tahun 2009. Judul penelitian adalah: “A Study on the Effect of the Degree of Optimism, Work Pressure and Work Efforts of Life-Insurance Salesman on Their Performance”. Membuktikan bahwa ada pengaruh antara variabel X terhadap Y yaitu antara Tingkat Optimistis, Tekanan Kerja dan Asuransi Jaminan Hidup Salesman terhadap Performance.Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan sekarang, sama-sama membuktikan bahwa variabel X (Job Involvement) berpengaruh terhadap variabel Y (Performance).Maka dari itu penelitian yang dilakukan oleh Hsing-chan Tseng, Xin-zong Huang, dan Chang Jung dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sekarang. Dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Peneliti sekarang ini, mendukung penelitian terdahulu karena dapat dilihat memiliki kesamaan yaitu terdapat pengaruh Variabel X (keterlibatan kerja ) terhadap Variabel Y (kinerja walaupun berbeda tempat dan waktu penelitian Kesimpulan Faktor-faktor yang menyebabkan ada pengaruh antara Job Involvement terhadap Performance pegawai PT Seascape Surveys Indonesia adalah: 1) Minat pekerjaan, 2) Kecintaan terhadap pekerjaan, 3) Pengakuan dari orang Partisipasi aktif, 5) Perilaku extra diluar pekerjaan (Extra Pembelajaran secara sukarela yang memiliki Role terhadap lain, 4) Behavior) 6) nilai rekapitulasi Sangat Tinggi. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu: (a) Penelitian terbatas pada 1 perusahaan (b) Sampel penelitian berjumlah 35 (tiga puluh lima) Responden. Rekomendasi yang diberikan kepada peneliti selanjutnya adalah: (a)Peneliti selanjutnya di masa yang akan datang perlu meneliti variabel-variabel lain yang mempengaruhi Performance diluar yang telah di teliti oleh Peneliti misalnya Kepemimpinan, Motivasi, Budaya 76 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Organisasi, (b) Peneliti selanjutnya di masa yang akan datang perlu meneliti dengan jumlah sampel lebih besar DAFTAR PUSTAKA Aamir Ali dan Chughtai. “Impact of Job Involvement on In-Role Job Performance and Organizational Citizenship Behaviour “Copyright © 2008. All Rights Rights Reserved. 169* Vol. 10 * Num. 2 * Summer * 2008 (diakses 2 Januri 2013) Biswas, Soemendu, (2009). Job Satisfaction and Job Involvement as Mediators of the Relationship Between Psychological Climate and Turnover Intention. Dina Sharagay and Ahearon Tziner ,”The Generational on Relationship Between Job Involvement, Work Satisfaction and Organizational Citizensip Behaviror”, (Madrid:Revita de Psicologia del y las Organizaciones Vol 27, 2, 2011) page 143-157 ( diakses 1 Februari 2013) Darmawan Wibisono, “Manajemen Kinerja Organisasi Korporasi dan Organisasi Paduan Penyusunan Indicator”, ( Jakarta: Erlangga 2011). h. 139 Dessler, Gary, (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1.Jakarta : PT. Index Kasmir.(2012). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Cetakan 11. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Kreitner, Robert & Angelo Kinicki.(2004). Organizational Behavior. Sixth edison. New York: Mc. Graw Hill Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Manajemen Perusahaan.Bandung .PT. Remaja Rosdakarya. Sumber Daya Manusia Mathis, Robert L. & Jackson, John H. Manajemen Sumber Daya Manusia.Edisi 1.Terjemahan oleh Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie. 2001. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Mahfuz Judeh, An Examination of the Effect of Employee Involvement on Teamwork Effectiveness: An Empirical Study www.ccsenet.org / ijbm International Journal of Bisnis dan Manajemen Vol. 6, No 9, September 2011 ISSN 2355-0244 77 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Paul F. Rotenberry dan Philip J. Moberg , Assessing the impact of job involvement on performance Management Research News Vol. 30 No. 3, 2007. pp. 203-215 # Emerald Group Publishing Limited Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Cetakan Kelima. Bandung : CV Alfabeta. Rivai.Veithzal.(2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari Teori ke praktik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi : Edisi ke-10 Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Index kelompok Gramedia. Rustam, Sugiharto. (2004). Pengaruh Kualitas Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Peningkatan Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi.Karya Akhir tidak diterbitkan.Jakarta : Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia. Silawati, Diah Endang. (2005). Sumbangan Keterlibatan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Komitmen Karir Karyawan.Thesis tidak diterbitkan.Jakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Sugiyono.(2004). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Cetakan Ketiga. Bandung CV Alfabeta. Tukiran Taniredja. Hidayati.Mustafidah.(2011). Penelitian Kuantitatif. Jakarta. CV. Alfabeta. Umar, Husein. (2005). Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Yoshimura, Atsuko. (1996). A Review and Proposal of Job Involvement. KEIO Business Review, 33, 175-184.( diakses 3 Maret 2013) 78 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) Henny Ritha dan Eko Koestiyanto ABSTRACT Dividend Policy is connected to the problem in determining income, on the one hand, for its shareholders in the form of dividends or for retained earnings, on the other hand. This has caused some controversies. This study aims to analyze how far some factors influence the Dividend Payout Ratio in companies listed on the Indonesia Stock Exchange with a sample of 12 companies listed on the Indonesia stock Exchane in 2007-2009 period. The research method used multiple regression analysis and hypothesis testing, F test for simultaneous test and T test for the partial test. The results showed that partially Debt to Total Assets, Cash Ratio, Institutional Ownership, and Growth significantly influence Dividend Payout Ratio. Meanwhile, Size and Return On Asset variables do not significantly influence Dividend Payout Ratio. Simultaneously, the six variables with 19,70 percent contribution of independent variables significantly influence the Dividend Payout Ratio. Keywords: Financial Performance Ratios, Size, Institutional Ownership, Growth, Dividend Payout Ratio. ISSN 2355-0244 79 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 PENDAHULUAN Kebijakan dividen merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan. Holder et. al (1998) menyebutkan bahwa beberapa peneliti seperti Cornell dan Shapiro (1987), menjelaskan ada pengaruh antara keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Tanpa pendanaan yang cukup, perusahaan mungkin menghadapi hilangnya kesempatan investasi yang menguntungkan. Kebijakan dividen juga relevan untuk pertimbangan portofolio karena memberikan dampak atas karakteristik risk-return dari saham-saham individu. Umumnya para investor melakukan investasi bertujuan untuk memperoleh pendapatan (dividend yield) dan selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Investor sebagai pemegang saham berharap mendapatkan dividen yang besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Dividen yang dibagikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Sedangkan bagian laba bersih yang tidak dibayarkan sebagai dividen, disimpan sebagai laba ditahan (Retained Earning) untuk tujuan investasi kembali (Reinvestment). Oleh karena itu kebijakan dividen menjadi penting dalam menentukan besarnya Dividend Payout Ratio. Investor sebagai pemegang saham mempercayakan kegiatan operasionalnya kepada manajer yang terkait. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, manajer harus memperhitungkan sumber modal (utang) yang digunakan untuk membiayai aktiva. Jika utang yang digunakan semakin tinggi maka tingkat profitabilitas yang dibagikan kepada investor akan semakin berkurang karena digunakan untuk membayar bunga hutang. Umumnya investor menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau cenderung naik, karena stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. Cornell dan Shapiro (1987) menyebutkan bahwa para manajer dapat memberikan sinyal atas kemampuan mereka memenuhi segala tuntutan stakeholder dengan membayarkan dividen yang lebih besar. Pembagian dividen yang relatif besar akan dianggap investor sebagai sinyal positif terhadap perkembangan perusahaan di masa mendatang (Wahyudi dan Baidori, 2008). 80 Namun pembagian dividen yang tinggi akan ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 mengurangi kas yang tersedia. Oleh karena itu dividen dibayarkan dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dengan mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada investor juga ditentukan oleh ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan memegang peranan dalam menjelaskan dividend payout ratio perusahaan. Perusahaan yang lebih besar cenderung lebih matang dan mempunyai akses ke pasar modal serta semakin besar pangsa pasarnya, sehingga mengurangi ketergantungan pendanaan dari dalam. Karena itu akan memberikan dividend payout ratio yang lebih tinggi sehingga ukuran perusahaan dan pembagian dividen mempunyai hubungan positif (Lloyd, Jahera dan Page (1985), Vogt (1994) dalam Holder et al. (1998). Salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah posisi likuiditas (Van Horne dan Wachowicz, 1995). Posisi kas dan likuiditas yang besar, akan meningkatkan kemampuan perusahaan membayarkan dividen. Namun dengan memiliki likuiditas yang baik (Aktiva Lancar > Utang Lancar) dan kemudian memperoleh laba, maka laba tersebut digunakan untuk membayar utang, sehingga akan mengurangi proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Hal yang sama juga dihadapi jika perusahaan mengharapkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, maka perusahaan akan mempertahankan pembayaran dividen yang lebih rendah. Faktor lain yang mempengaruhi kebijakan dividen juga berasal dari kepemilikan institusional (Institutional Ownership) yang memiliki arti penting dalam memonitor manajemen, karena akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal (Jensen and Meckling, 1976). Beberapa bukti empiris dilakukan antara lain oleh Ooi (2001) yang menemukan bahwa Dividend Payout Policy ditentukan oleh ukuran perusahaan (Size), aktiva (Asset) dan struktur modal (Capital Structure). Property Trading Corporations (PTCs) cenderung membayar dividen lebih rendah dibandingkan dengan Property Investment Corporations (PICs). Berbeda dengan penelitian Rahayu (2003) menyimpulkan bahwa Insider Ownership, Shareholder Dispersion, Growth dan Kepemilikan Institusional memiliki ISSN 2355-0244 81 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Size tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Afza (2010) membuktikan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan individual, arus kas operasi dan size merupakan faktor-faktor penentu yang paling signifikan dalam pembayaran dividen, sedangkan leverage dan arus kas tidak signifikan dalam menentukan pembayaran dividen perusahaan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio yaitu Debt To Total Asset, Cash Ratio, Size, Retun On Asset (ROA), Growth dan Kepemilikan Institusional pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2009. TINJAUAN LITERATUR Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan dividen yang dibayarkan dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi Dividend Payout Ratio yang ditetapkan perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali (Reinvestment) di dalam perusahaan. Studi empiris mengenai faktor-faktor yang menentukan dividend payout ratio dilakukan antara lain oleh Ooi (2001) dan Afza (2010). Afza (2010) melakukan penelitian terhadap 100 perusahaan yang terdaftar di Karachi Stock Exchange (KSE) dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) selama periode 2005-2007 menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan arus kas operasi dan size merupakan faktor-faktor penentu yang paling signifikan dalam pembayaran dividen, sedangkan leverage dan sensitivitas arus kas tidak secara signifikan dalam menentukan tingkat pembayaran dividen perusahaan. Sedangkan Ooi (2001) membagi perusahaan properti di Inggeris yaitu Property Trading Corporations (PTCs) dan Property Investment Corporations (PICs) dengan hasil temuan yaitu Property Trading Corporations (PTCs) cenderung membayar dividen lebih rendah dibandingkan dengan Property Investment Corporations (PICs). 82 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio. 1. Debt toTotal Assets Ratio Debt Ratio merupakan rasio antara total utang (total debts) baik utang jangka pendek dan utang jangka panjang terhadap total aktiva (Ang, 1997). Rasio ini menunjukkan besarnya utang yang digunakan untuk membiayai aktiva dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar Debt To Total Assets Ratio menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan terhadap pihak luar dan berdampak pada profitabilitas yang semakin berkurang, sehingga pada akhirnya hak para pemegang saham (dividen) juga semakin menurun. Syahbana (2007) menyatakan Debt to Total Asset mempunyai pengaruh negatif namun signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Penelitian Bradley et al. (1998) menggunakan 75 sampel pada EREITs (Equity Real Estate Investment Trust) dalam kurun waktu 1985 – 1992 menunjukkan bahwa EREITs yang memiliki Debt to Total Assets yang rendah dan portofolioportofolio perusahaan real estate yang besar dan terdiversifikasi dengan baik, membayar lebih banyak dividen. 2. Cash Ratio Cash Ratio merupakan ukuran yang lazim digunakan untuk mengukur likuiditas, sehingga Cash Ratio juga diduga berpengaruh terhadap pendapatan dividen. Semakin tinggi Cash Ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham dan Eugene, 2004:47). Dengan semakin meningkatnya Cash Ratio, dapat meningkatkan keyakinan para investor akan pembayaran dividen. Perusahaan yang kekurangan likuiditas mengarahkan manajemen untuk membatasi pertumbuhan dividen. (1998) menemukan hubungan negatif Penelitian Bradley, Capozza dan Seguin antara volatilitas arus kas dengan tingkat dividen. Perusahaan yang volatilitas arus kasnya tinggi, meminimalkan penalti yang berhubungan dengan pemotongan dividen dan mengumumkan dividen yang lebih rendah. Syahbana (2007) menunjukan bahwa Cash Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. ISSN 2355-0244 83 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 3. Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan merupakan salah satu alat untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Beberapa peneliti seperti, Lloyd, Jahera, dan Page (1985) dan Vogt (1994) dalam Holder et al. (1998) mengatakan bahwa ukuran perusahaan memainkan suatu peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen perusahaan. Sedangkan Hart and Oulton dalam Juliana dan Sulardi (2003) menjelaskan bahwa karyawan, aktiva, penjualan, market value dan value added adalah beberapa ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih luas seharusnya membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya, sehingga ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif. Sedangkan perusahaan kecil mempunyai akses yang terbatas ke pasar modal dan meningkatkan sumber pendanaan internal dengan meningkatkan retention ratio yang secara potensial mengurangi kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen. Sudarsi (2002) menjelaskan untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dengan log natural dari total aktiva. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu : Size = LnOfTotalAsset 4. Return On Assets (ROA) ROA merupakan rasio antara pendapatan bersih sesudah pajak (Net ) terhadap Total Asset (Ang, 1997:65). Return On Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini memanfaatkan dana untuk kepentingan makin profitable perusahaan secara relatif. Dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan dan tinggi rendahnya pertumbuhan laba sangat tergantung pada tinggi rendahnya Return On Assets (setelah dividen diperhitungkan). Keuntungan yang layak dibagikan pada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya, sedangkan dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya Dividend Payout Ratio. Secara matematis Return On Assets dapat diformulasikan sebagai berikut, 84 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 ROA NetIncomeA fterTax / EarningsAv ailableforCommonStoc kholders TotalAsset s 5. Tingkat Pertumbuhan (Growth) Teori free cash flow hipothesis Jensen et al (1992), menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana digunakan untuk investasi pada proyek yang memiliki Net Present Value (NPV) yang positif. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, cenderung membagikan dividen lebih konsisten dibanding perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah (Hatta, 2002). Sedangkan Barclay et al. 1995 dan Wang et al. dalam Ooi (2001) menjelaskan perusahaan yang memiliki opsi pertumbuhan yang lebih banyak, secara umum memiliki dividen yang lebih rendah. Dalam penelitian ini tingkat pertumbuhan (growth) diukur dengan pertumbuhan Net Sales sebagai proksi dari biaya transaksi yaitu, Growth NetSalesta hunsekaran g (t ) NetSalesta hunlalu (t 1) NetSalesta hunlalu (t 1) 6. Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Konflik keagenan dapat disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan para pemegang saham. Konflik ini dapat dikurangi melalui suatu sistim pengawasan yang dapat menyamakan kepentingankepentingan yang berbeda antara manajer dan pemegang saham. Kepemilikan saham institusi memberikan peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider perusahaan dan meningkatkan keuntungan, sehingga berdampak pada peningkatan Dividend Payout Ratio. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu (2003) dimana Kepemilikan saham Institusional berpengaruh signifikan dan postif terhadap DPR. ISSN 2355-0244 85 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel data yaitu variabel bebas yang terdiri dari Debt Ratio, Cash Ratio, Size, Return On Asset, Kepemilikan Institusional, Growth, dan variabel terikat yaitu Dividend Payout Ratio periode 2007-2009. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data laporan keuangan tahunan dari masing-masing variabel bebas dan terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian 2007-2009. Pemilihan sampel digunakan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memenuhi suatu tujuan tertentu dan meyakinkan semua populasi memiliki karakter tertentu. Beberapa kriteria dalam pengambilan sampel ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian, mempublikasikan laporan keuangan selama periode penelitian, dan membayar dividen secara berturut-turut selama 2007-2009. Tabel 1. Daftar Nama 12 Sampel Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Nama Perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Bakrie Telecom, Tbk PT. Elnusa, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk PT. Indosat, Tbk PT. Jasa Marga, Tbk PT. Kalbe Farma, Tbk PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT. United Tractor, Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia (2009) Alat Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dengan nilai signifikansi yang ditetapkan (£) 10 persen. Analisis ini untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang jumlahnya lebih dari dua. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah sebagai berikut: 86 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 Y = Dividend Payout Ratio a = b1-6 = Konstanta Koefisien Regresi X1 = Debt to Total Asset X2 = Cash Ratio X3 = LSize (Ukuran Perusahaan) X4 = Return On Asset X5 = Kepemilikan Institusional X6 = Growth ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Setelah hasil uji analisis regresi memenuhi asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi, berikut ini disajikan hasil pengujian regresi variabel DTA, CR,LSize, ROA, KI, G terhadap DPR perusahaan yang terdaftar di BEI dengan jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan. Tabel 1. Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Error Beta Collinearity Statistics Model B t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) .177 .386 -.089 .930 DTA .220 .187 .347 1.180 .000 .266 3.760 CR .022 .016 .235 1.360 .003 .768 1.301 SIZE .002 .026 .014 .061 .952 .443 2.259 ROA -.123 .175 -.164 -.701 .489 .417 2.399 KI .114 .094 .193 1.218 .023 .913 1.095 Gr -.137 .085 -.269 -1.603 .120 .813 1.230 Sumber: Data Diolah (2010) ISSN 2355-0244 87 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Berdasarkan uji parsial dan hasil regresi menunjukkan Debt to Total Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR, ini ditunjukkan dengan koefisien sebesar = 0,220 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,10. Hasil uji ini mengindikasikan bahwa dengan total utang (Leverage) yang lebih besar memberikan manfaat berupa menambah pendapatan bagi pemegang saham. Hasil ini sejalan dengan temuan Syahbana (2007) yang menyatakan bahwa DTA berpengaruh signifikan terhadap DPR. Cash Ratio memiliki thitung = 1,360> ttabel = 1,306 dengan tingkat signifikansi 0,003 < 0,10 dan memiliki koefisien sebesar = 0,022 yang berarti Cash Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Hasil uji tersebut dapat mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya Cash Ratio dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen yang diharapkan. Hart and Oulton, 1996 dalam Juliana menyebutkan bahwa dasar teori pengaruh ukuran perusahaan (Size) terhadap DPR sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya sehingga ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Size tidak berpengaruh signifikan namun positif, ini dibuktikan dari tingkat signifikansi 0,952 > 0,10 dan nilai thitung = 0,061 < ttabel = 1,306 dengan koefisien sebesar 0,002. Ini dapat diinterpretasikan bahwa perusahaan besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, lebih banyak membutuhkan dana untuk kegiatan investasi sehingga dana yang tersedia dari laba ditahan tidak dibayarkan sebagai dividen. Kedua hasil ini mendukung kajian Parmanto (2002) pada 50 sampel perusahaan LQ 45 yang menemukan bahwa Cash Position berpengaruh positif dan signifikan sedangkan Size berpengaruh positif dan tidak signifikan. Penelitian sejalan lainnya juga ditemukan oleh Rahayu (2003) dan Syahbana (2007) yang mengatakan bahwa Size berpengaruh positif dan tidak signifikan. Uji parsial lainnya menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap DPR dengan tingkat signifikansi 0,489 > 0,10 dan koefisien sebesar -0,123. Dengan tingginya Return On Asset tidak memberikan tingkat pengembalian yang tinggi kepada pemegang saham. Tingginya profitabilitas lebih dimanfaatkan perusahaan untuk pengembangan usahanya sehingga perusahaan lebih banyak menahan sebagian pendapatannya untuk ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Hasil ini tidak sependapat dengan teori yang 88 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 dikemukakan oleh Ang (1997) yang menyatakan semakin besar ROA, menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik karena memberikan tingkat pengembalian (return) semakin besar sehingga akan meningkatkan pendapatan dividen. Hasil kajian lainnya ditemukan oleh Parmanto (2002) dan Syahbana (2007) yang menyatakan ROA berpengaruh positif dan signifikan. Hasil temuan peneliti mengindikasikan bahwa perusahaan dengan asset yang besar lebih mengutamakan mengejar profitabilitasnya dengan menggunakan dana yang berasal dari laba bersihnya untuk kegiatan operasional (investasi) sehingga sebagian kecil bagian laba ditahan yang disisihkan untuk tingkat pengembalian para pemegang saham, dalam hal ini sebagai pendapatan dividen. Berdasarkan pembuktian uji parsial, variabel Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan dan positif terhadap DPR yang ditunjukkan dengan tingkat signifikansi 0,023 < 0,10 dan koefisien sebesar 0,114. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proporsi kepemilikan saham sangat mempengaruhi kebijakan dividen. Adanya kepemilikan oleh investor-investor institusional seperti asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain dalam perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider (Moh’d et al, 1995). Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Rahayu (2003) yang membuktikan bahwa Institutional Ownership memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Dalam tingkat pertumbuhan (Growth) ditemukan koefisien sebesar -0,137 dengan tingkat signifikansi 0,012 < 0,10 yang menunjukkan bahwa Growth mempunyai pengaruh signifikan dan negatif. Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi belum maksimal dalam memberikan pendapatan dividen bagi pemegang sahamnya, hal ini dimungkinkan dana yang tersedia lebih banyak digunakan untuk meningkatkan total asset bagi kepentingan operasional perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan hasil kajian Parmanto (2002) dan Rahayu (2003) dan tidak sependapat dengan hasil penelitian Hatta (2002) dan Syahbana (2007) yang menyatakan Growth berpengaruh negatif dan tidak signifikan. ISSN 2355-0244 89 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 2. Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R 1 .578a R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .335 .197 Durbin-Watson .09641 1.941 Sumber: Data Diolah (2010) Dapat dilihat bahwa variasi keenam variabel independen memberikan kontribusi sebesar 19,70 persen terhadap Dividend Payout Ratio, sisanya 80,30 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya (tabel 2). Tabel 3. Uji Simultan (Uji F) ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .135 6 .023 Residual .270 29 .009 Total .405 35 F 2.430 Sig. .050a Sumber: Data Diolah (2010) Tabel 3 menunjukkan nilai Fhitung sebesar 2,430 > Ftabel sebesar 1,988 dengan probabilitas signifikansi 0,050. Hasil uji tersebut membuktikan bahwa secara simultan variabel Debt to Total Asset, Cash Ratio, Size, Return On Asset, Institutional Ownership dan Growth memiliki pengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Afza (2010) dan Ooi (2001) khususnya pada variabel Size, yang menyatakan Size merupakan faktor yang paling signifikan dalam pembayaran dividen. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial Debt to Total asset, Cash Ratio dan Institutional Ownership berpengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, Growth berpengaruh negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Sedangkan Size dan Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Secara simultan, Debt to Total Asset, Cash Ratio, Size, Return On Asset, Institutional Ownership dan Growth 90 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007-2009. Penelitian ini hanya menggunakan 6 rasio keuangan sebagai indikator yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, maka akan lebih baik bagi peneliti selanjutnya menambahkan indikator lain untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, seperti Debt to Equity Ratio, Net Profit Margin, Insider Ownership, Free Cash Flow. ISSN 2355-0244 91 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 DAFTAR PUSTAKA Talat Afza. (2010). “Ownership Structure and Cash Flows As Determinants of Corporate Dividend Policy in Pakistan”. International Business Research, Vol. 3. No. 3, July. R, Ang. 1997. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”. Jakarta: Mediasoft. Bradley, M.,D. R. Capozza and Seguin, P.J. “Dividend Policy and Cash Flow Uncertainty, Real Estate Economics”. 1998, 26:4, 555-80. Cornell, B. and Shapiro, A.C.1987.” Corporate Stakeholders and Corporate Finance”. Financial Management (Spring), 5-14. Brigham, F dan Eugene. 2004. “Dasar- Dasar Manajemen Keuangan”. Penerjemah Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat. Atika Jauhari Hatta. 2002. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder”. Jurnal Akuntansi Indonesia Vol. 6 No. 2. Jensen et al. 1992. “Simultance Determination of Insider Ownership, Debt and Dividend Policies”. Journal of Financial and Quantitative Analysis Vol. 27. No. 2. Jensen, M dan Meckling, W. 1976.” Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics Vol.3. Roma Uly Juliana dan Sulardi. 2003. “Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3. No.2. Holder, Mark E., Frederick W. Langrehr, and J. Lawrence Hexter. 1998. “Dividend Policy Determinants: An Investigation of The Influences of Stakeholder Theory”. Financial Management. Vol. 27. No. 3. Autumn, pages 73-82. 92 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Moh’d, M. A., Perry, L. G dan Rimbey , J. N. 1995. “An Investigation of Dynamic Relationship between Agency Theory and Dividend”. The Journal Review Vol. 30 No. 2. T. L. J. Ooi. 2001. “Dividend Payout Characteristics of U. K. Property Companies”. Journal of Real Estate Portofolio Management, April-June, Vol. 7. No. 2. Parmanto. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan LQ45. Thesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Parahyangan, Bandung. Ira Paramitha Rahayu. 2003. “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Rasio Pembayaran Dividen pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta Periode 1999-2000”. Thesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang. Sri Sudarsi. 2002. “Analisis Faktor- Faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 9. No.1. Universitas Parahyangan. Andi Syahbana. 2007. “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Periode 2003-2005”. Thesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap Manajemen Laba Nilai Pemegang Saham serta Cost Of Equity Capital”. Thesis. Bangkalan Madura: Universitas Trunojoyo. Eko Wahyudi dan Baidori. 2008. “Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable Asset, Growth in Net Asset dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividend pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia periode 20022006”. Jurnal Aplikasi Manajemen Vol 6. No.3. Universitas Negeri Surabaya. Van Horne, James C dan Wachowich, John M Jr. 1995. “Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan”. Penerjemah Sutojo Heru. Jakarta: Salemba Empat. ISSN 2355-0244 93 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 EFFECT OF INTEREST RATES AND INFLATION OF REFERENCE BANK INDONESIA STOCK PRICE INDEX . Agus Salim Lecturer Perbanas Institute agussalim.perbanas @ gmail.com , 08170162707 Luciana Chrisnawati Students Perbanas Institute ABSTRACT This study aims to analyze the influence of Reference Interest Rate and Inflation Bank Indonesia on the Jakarta Composite Index , either partially or simultaneously . The population in this study is the Indonesia Stock Exchange in which there throughout Composite Stock Price Index data . The samples used were the Composite Stock Price Index data from January 2008 to October 2011 . The data used are secondary data from the reports on electronic publications Indonesia Stock Exchange and Bank Indonesia . Data collection techniques to the study of literature . The analytical method used is multiple linear regression analyzes were performed with SPSS 17 . To analyze whether each independent variable affects the dependent variable , use partial test ( t test ) and simultaneously test ( F test ) . The results of this study indicate that partial variable Interest Rate Reference Bank Indonesia significant negative effect on the movement of the Composite Stock Price Index - value is smaller than the t - t table ( 7.654 < -2.017 ) . Variable Inflation significant positive effect on the movement of the Composite Stock Price Index t value is greater than t table ( 4.623 > 2.017 ) . Simultaneously variable Interest Rate Reference Bank Indonesia and inflation have a significant effect on the movement Composite Stock Price Index as calculated F value is greater than the F table ( 41.444 > 4.067 ) . In addition , test results obtained coefficient of determination of 65.8 percent , which means the variation variable Interest Rate and Inflation Reference Bank Indonesia is able to provide influence for 65.8 percent of the variation variables Composite Stock Price Index . Keywords : Bank Indonesia's benchmark interest rate , inflation , Composite Stock Price Index , Capital Markets. 94 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Pendahuluan Pasar modal merupakan salah satu indikator dalam mengukur perkembangan ekonomi suatu negara. Melalui pasar modal, dunia usaha diharapkan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Melalui pasar modal, investor dapat memilih objek investasi dengan beragam tingkat pengembalian (return) dan tingkat risiko yang dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (emiten) melalui pasar modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usahanya (Lo, 2008). Di Indonesia, investor yang berminat untuk berinvestasi di pasar modal dapat melakukannya di Bursa Efek Indonesia (BEI).Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada investor mengenai perkembangan bursa, BEI menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham yang mana merupakan cerminan dari kinerja keseluruhan harga saham. Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di BEI adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG adalah indeks yang berisikan seluruh saham perusahaan (emiten) yang tercatat di BEI. Oleh karena itu, investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang aktif atau lesu melalui pergerakan IHSG tersebut (BEI, 2011). Indeks Harga Saham Gabungan merupakan indikator kinerja pasar modal yang selalu mengalami perubahan setiap detiknya karena transaksi saham di bursa juga terjadi dalam hitungan detik dan menit. Bahkan, dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market). Pergerakan IHSG ditentukan oleh permintaan dan penawaran atas saham-saham. Jika permintaan meningkat maka harga saham akan naik dan jika permintaan menurun maka harga saham akan turun. Setiap hari juga terdapat saham-saham yang tidak mengalami pergerakan harga atau tidak ada transaksi (Dwiyanti, 1999). Secara garis besar, pergerakan harga saham atau indeks harga saham dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan faktor eksternal (lingkungan makro). Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari ISSN 2355-0244 95 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 luar perusahaan. Faktor internal misalnya seperti kinerja dan kondisi internal perusahaan, sedangkan faktor eksternal misalnya seperti tingkat suku bunga, nilai tukar (kurs), inflasi, kondisi politik, dan lain-lain. Ketika kondisi makro ekonomi di suatu negara mengalami perubahan baik yang positif ataupun negatif, investor akan memperhitungkan dampaknya terhadap kinerja perusahaan (emiten) di masa depan untuk kemudian mengambil keputusan apakah akan membeli atau menjual saham perusahaan yang bersangkutan. Aksi jual dan beli ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan harga saham yang pada akhirnya akan berpengaruh pada indeks harga saham di negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan baik secara parsial maupun simultan. Variabel Suku Bunga acuan Bank Indonesia dan Inflasidipakai sebagai factor yang mempengaruhi IHSG( Alwi, 2003). Tinjauan Teoritis Kebijakan tingkat suku bunga di Indonesia dikendalikan secaralangsung oleh Bank Indonesia melalui BI Rate. BI Rate merupakan responbank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap berada padasasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI Rate sendiri dapat memicupergerakan di pasar saham Indonesia. Penurunan BI Rate secara otomatis akan memicu penurunan tingkat suku bunga deposito maupun suku bunga kredit perbankan (Bank Indonesia, 2011). Bagipara investor, dengan adanya penurunan BI Rate maka akan mengurangi tingkat pengembalian (return) yang diperoleh bila dana yang merekamiliki diinvestasikan dalam bentuk deposito. Oleh karena itu, investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal yang pada akhirnya akan membuat peningkatan indeks harga saham (BEI, 2011). Perubahan inflasi juga merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan beban operasional perusahaan semakin meningkat dan akan mempengaruhi kinerja keuangannya, yaitu penurunan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang menurun akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan tersebut di pasar 96 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 modal. Hal ini merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal karena tingkat pengembalian (return) yang akan didapatkannya juga akan ikut menurun sehingga ia akan lebih memilih mengalokasikan dananya dalam bentuk tabungan atau deposito. Pengalihan investasi ini pada akhirnya akan membuat penurunan indeks harga saham (BEI, 2011). Penurunan suku bunga dan inflasi akan menyebabkan kenaikan indeks harga saham di suatu negara. Tetapi di Indonesia selama periode 2008 hingga tahun 2011 terjadi hal yang berlawanan. Bulan Januari 2009 hingga bulan Februari 2009 di mana ketika BI Rate turun, IHSG juga ikut bergerak turun. BI Rate pada bulan Januari 2009 sebesar 8,75 persen, IHSG turun menjadi 8,25 persen pada Februari 2009. IHSG pada Januari 2009 ditutup pada posisi 1.332,667 dan turun menjadi 1.285,476 pada akhir Februari 2009. Kemudian ketika BI Rate naik, pergerakan IHSG juga ikut naik. Hal ini terjadi pada bulan April 2008 hingga Mei 2008 dan bulan Januari 2011 hingga Februari 2011. BI Rate bulan April 2008 sebesar 8 persen naik menjadi 8,25 persen pada Mei 2008 kemudian pada bulan Januari 2011 sebesar 6,5 persen naik menjadi 6,75 persen pada bulan Februari 2011. IHSG pada April 2008 ditutup pada posisi 2.304,516 dan naik menjadi 2.444,349 pada akhir Mei 2008 kemudian pada akhir Januari 2011 ditutup pada 3.409,167 dan naik menjadi 3.470,348 pada akhir Februari 2011. Kondisi ini tentunya tidak sesuai dengan uraian sebelumnya yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG (Bursa Efek Indonesia, 2011 dan Bank Indonesia, 2011). Hal yang sama juga terjadi ketika inflasi naik, IHSG juga ikut meningkat. Ini terjadi selama bulan Juli 2009 hingga September 2009 dan bulan Mei 2010 hingga Agustus 2010. Peningkatan inflasi masing-masing sebesar 2,71 persen, 2,75 persen, 2,83 persen selama bulan Juli 2009 hingga September 2009, kemudian masing-masing sebesar 4,16persen, 5,05persen, 6,22persen, 6,44persen selama bulan Mei 2010 hingga Agustus 2009. Peningkatan IHSG masing-masing berada di posisi 2.323,236; 2.341,537; 2.467,591 pada akhir bulan Juli 2009 hingga September 2009, kemudian masing-masing berada di posisi 2.796,957; 2.913,684; 3.069,280; 3.081,884 pada akhir bulan Mei 2010 hingga Agustus 2010. Sementara ketika inflasi turun, IHSG juga ikut turun. Hal ini terjadi pada bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008 dan bulan September ISSN 2355-0244 97 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 2009 hingga Oktober 2009. Penurunan inflasi masing-masing sebesar 11,9 persen dan 11,85 persen selama bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008, kemudian masing-masing sebesar 2,83 persen dan 2,57 persen selama bulan September 2009 hingga Oktober 2009. Penurunan IHSG masing-masing berada di posisi 2.304,508 dan 2.165,943 pada akhir bulan Juli 2008 hingga Agustus 2008, kemudian berada di posisi 2.467,591 dan 2.367,701 pada akhir September 2009 hingga Oktober 2009. Ini tentunya berlawanan dengan apa yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap pergerakan IHSG (Bursa Efek Indonesia, 2011 dan Bank Indonesia, 2011). Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dipandang mampu mempengaruhi pergerakan indeks harga saham. Penelitian Oktafalia dan Syafriana (2007) diperoleh hasil bahwa perubahan tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan harga saham PT Semen Gresik, Tbk tetapi tidak signifikan. Berbeda dengan hasil penelitian Yuliman (2003) yang menunjukkan bahwa suku bunga deposito berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks LQ45. Hasil penelitian dengan menggunakan variabel inflasi juga memberikan kesimpulan yang berlawanan. Utami dan Rahayu (2003) menemukan bahwa inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap harga saham, sementara Prakarsa dan Kusuma (2007) menemukan bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi cenderungtidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti duavariabel ekonomi yang telah diuraikan di atas dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Kedua variabel penelitian di atas akan dianalisis apakah memiliki pengaruh terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 98 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Gambar 1 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (BI Rate) dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BI Rate (X1) Inflasi (X2) H1 H2 22 23 IHSG (Y) H3 Sumber: Sugiyono (2009:66), Oktafalia dan Syafriana (2007) (data diolah peneliti) Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho1: BI Rate secara parsial tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Ha1: BI Rate secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Ho2: Inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Ha2: Inflasi secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Ho3: BI Rate dan Inflasi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Ha3: BI Rate dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. ISSN 2355-0244 99 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Metodologi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia , yang di dalamnya terdapat seluruh data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data IHSG, BI Rate, dan inflasi yang dibatasi pada data bulanan selama periode Januari 2008 hingga Oktober 2011. Data IHSG diperoleh dari Laporan Statistik Tahunan dan Bulanan Bursa Efek Indonesia. Data BI Rate dan inflasi diperoleh dari laporan publikasi elektronik dalam website Bank Indonesia, seperti Laporan Perekonomian Indonesia dan Tinjauan Kebijakan Moneter. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan membaca jurnal, dan tesis yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Untuk menguji hipotesis secara parsial digunakan uji t-test dan uji F-test digunakan untuk menguji hipotesis secara simultan. Pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) diuji dengan tingkat kepercayaan 95 persen atau tingkat signifikansi ( ) sama dengan 5 persen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 17.0for Windows. Hasil Penelitian dan Pembahasan Data mengenai pergerakan IHSG, BI Rate, dan Inflasi periode yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada gambar 2. 100 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Gambar 2. Pergerakan IHSG, BI Rate, dan Inflasi Periode Januari 2008 – Oktober 2011 Sumber: Data diolah peneliti 2012 Seluruh data terlihat fluktuatif, BI rate setelah ada kenaikan pada September dan nopember 2008, selanjutnya mulai januari 2009 cenderung turun dan stabil mulai September 2009 pada tingkat yang rendah sampai September 2011. Adapun tingkat inflasi setelah tinggi pada Juli, Agustus, September, nopember 2008 selanjutnya mulai Januari 2009 trendnya mengalami penurunan yang signifikan dan mulai ada kenaikan pada januari 2010. Di sisi lain IHSG dari januari 2008 trendnya mengalami penurunan dan terendah pada September 2008, namun setelah itu trendnya terus mengalami kenaikan yang sangat tajam dan puncaknya pada juli 2011, sebelum ada sedikit penurunan pada bulan September 2011. ISSN 2355-0244 101 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Setelah dilakukan uji asumsi klasik terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini seluruh data dinyatakan layak untuk dilakukan pengujian selanjutnya. Hasil pengujian regresi linier berganda diperoleh hasil pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 10132.262 884.212 BI Rate -1257.923 164.355 262.121 56.595 Inflasi a. Dependent Variable: IHSG Sumber: Data diolah (2012) Berdasarkan hasil uji analisis regresi linear berganda dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y = 10132,262 – 1257,923X1 + 262,121X2 Keterangan: Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) X1 = suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) X2 = inflasi Konstanta sebesar 10132,262 artinya jika BI Rate (X1) dan inflasi (X2) nilainya adalah 0, maka IHSG (Y) nilainya adalah 10132,262.Koefisien regresi variabel BI Rate (X1) sebesar -1257,923 artinya jika BI Rate mengalami kenaikan 1persen, maka IHSG (Y) akan mengalami penurunan sebesar 1257,923 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif (terbalik) antara BI Rate dengan IHSG, semakin naik BI Rate, maka semakin turun nilai IHSG.Koefisien regresi variabel inflasi (X2) sebesar 262,121 artinya jika inflasi mengalami kenaikan 1persen, maka IHSG (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 262,121 dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif (searah) antara inflasi dengan IHSG, semakin naik inflasi, maka IHSG semakin meningkat. 102 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t-test dengan hasil pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji t (Parsial) Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) 10132.262 884.212 BI Rate -1257.923 164.355 262.121 56.595 Inflasi Coefficients Beta t Sig. 11.459 .000 -1.522 -7.654 .000 .921 4.632 .000 a. Dependent Variable: IHSG Sumber: Data diolah (2012) Pengujian terhadap variabel BI Rate diperoleh hasil –t hitung lebih kecil dari –t tabel (-7,654 < -2,017) sehingga H01 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa variable BI Rate berpengaruh negative signifikan terhadap pergerakan IHSG.Variabel Inflasi memiliki nilai t hitung sebesar 4,632 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena koefisien regresinya bernilai positif yaitu sebesar 262,121 dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 5persen (0,05) serta nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,632 > 2,017), maka H02 ditolak dapat dikatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pergerakan IHSG. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Pada tabel 3 berikut hasil uji F yang diolah menggunakan SPSS: ISSN 2355-0244 103 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Tabel 3. Hasil Uji F (Simultan) ANOVAb Sum of Model 1 Squares Df Mean Square F Regression 2.015E7 2 1.007E7 Residual 1.045E7 43 243055.255 Total 3.060E7 45 Sig. 41.444 .000a a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: IHSG Sumber: Data diolah (2012) Karena nilai F hitung lebih besar dari F tabel (41,444 > 4,067), maka H03 ditolak dapat dikatakan bahwa variabel BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat hasil analisis determinasi pada nilai R2 (R square) yang terdapat pada output model summary hasil perhitungan SPSS berikut: Tabel 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summary Model 1 R .811a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square .658 .643 493.006344 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate Sumber: Data diolah (2012) Kontribusi variabel suku bunga dan inflasi terhadap IHSG sebesar 65,8 persendan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian ini. 104 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Pembahasan BI Rate merupakan salah satu instrumen yang digunakan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi. Apabila Bank Indonesia mengumumkan untuk menurunkan BI Rate, maka investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan akan mendapatkan return yang lebih baik daripada menyimpan dananya dalam bentuk simpanan.Pengalihan dana yang disebabkan oleh aksi beli saham para investor menyebabkan permintaan akan saham bertambah sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan di BEI pun ikut bergerak naik. Hipotesis pertama (Ha1) yang diajukan dalam penelitian ini adalah BI Rate berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif pertama (Ha1) tidak ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang sudah ada, yaitu penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan mendorong kenaikan IHSG. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Utami dan Rahayu (2003) dan Yuliman (2003) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hanya saja dalam penelitian Yuliman (2003) tingkat suku bunga memiliki hubungan positif (searah) dengan IHSG, sedangkan dalam penelitian ini terjadi hubungan negatif (terbalik) antara BI Rate dengan IHSG. Inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan beban operasional perusahaan semakin meningkat dan berakibat pada penurunan profitabilitas. Profitabilitas perusahaan yang menurun akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Hal ini merupakan sinyal negatif bagi investor di pasar modal sehingga ia akan lebih memilih mengalokasikan dananya dalam bentuk simpanan. Pengalihan investasi ini pada akhirnya akan membuat penurunan indeks harga saham. Hipotesis ke dua (Ha2) yang diajukan dalam penelitian ini adalah inflasi berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif kedua (Ha2) tidak ditolak atau dengan kata lain variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. ISSN 2355-0244 105 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Utami dan Rahayu (2003) yang menyatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang ada, di mana terjadi hubungan yang positif (searah) antara inflasi dengan IHSG. Artinya peningkatan inflasi justru akan mendorong kenaikan IHSG. Hipotesis ke tiga (Ha3) yang diajukan dalam penelitian ini adalah BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik sebelumnya, diperoleh bahwa hipotesis alternatif ke tiga (Ha3) tidak ditolak. Hasil uji F sebelumnya dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (41,444 > 4,067) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 5 persen (0,05), maka hipotesis alternatif ke tiga (Ha3) tidak ditolak atau dengan kata lain BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG. BI Rate merupakan salah satu instrumen yang digunakan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi. Apabila Bank Indonesia mengumumkan untuk menurunkan BI Rate, maka investor akan mengalihkan dananya ke pasar modal dengan harapan akan mendapatkan return yang lebih baik daripada menyimpan dananya dalam bentuk simpanan.Pengalihan dana yang disebabkan oleh aksi beli saham para investor menyebabkan permintaan akan saham bertambah sehingga membuat Indeks Harga Saham Gabungan di BEI pun ikut bergerak naik Kesimpulan dan Saran Berdasarkan uji hipotesis diperoleh bahwa BI Rate berpengaruh negatif signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hal tersebut terbukti dari hasil persamaan regresi yang mana koefisien regresi BI Rate bernilai negatif (-1257,923) dan tingkat signifikansinya (0,000) lebih kecil dari 0,05 serta nilai -t hitung lebih kecil dari -t tabel (-7,654 < 2,017). Sedangkan uji hipotesis variable inflasi diperoleh bahwainflasi berpengaruh positif signifikan terhadap pergerakan IHSG. Hal tersebut terbukti dari hasil persamaan regresi yang mana koefisien regresi inflasi bernilai positif (262,121) dan tingkat 106 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 signifikansinya (0,000) lebih kecil dari 0,05 serta nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4,632 > 2,017). Berdasarkan pengujian secara simultan dapat disimpulkan bahwa BI Rate dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG dengan tingkat signifikansi (0,000) lebih kecil dari 0,05 dan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (41,444 > 4,067). Kontribusi variable suku bunga dan inflasi terhadap IHSG sebesar 65,8 persen,sedangkan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini juga diuji koefisien determinasi (R2) dan nilai yang diperoleh adalah sebesar 0,658. Hal ini berarti bahwa variasi variabel BI Rate dan inflasi mampu mempengaruhi pergerakan IHSG sebesar 65,8 persen, sedangkan sisanya sebesar 34,2 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat lebih memahami sifat BI Rate pada saat memperkirakan arah pergerakan indeks harga saham ke depan. Selain itu investor diharapkan benar-benar memahami sifat inflasi, apakah inflasi yang terjadi akan mempengaruhi kinerja perusahaan (emiten) sehingga berpengaruh juga terhadap harga saham perusahaan tersebut. Selanjutnya baik investor maupun perusahaan diharapkan memperhatikan arah pergerakan BI Rate dan inflasi ke depan karena kedua factor ini merupakan salah satu factor penting yang menjadi penggerak indeks harga saham. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat menambahkan factorfaktor lain yang mempengaruhi pergerakan indeks harga saham gabungan, seperti kurs mata uang, dan kondisi makro ekonomi lainnya yang berpengaruh saat itu. ISSN 2355-0244 107 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. (2011). Laporan Kebijakan Moneter. Jakarta: Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. Bursa Efek Indonesia. (2008--20011). Fact Book. Jakarta: Divisi Riset dan Pengembangan Usaha. Iskandar Z. Alwi.(2003).Pasar Modal Teori dan Aplikasi.Jakarta: Nasindo Internusa. Merry Lo. (2008). Mengenal Pasar Modal, (online), (http://infovesta.com, diakses 8 Mei 2011 pukul 22.48). HU UH Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu. (2003). Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, (online), Vol.5, No.2, September 2003: 123-131 (http://puslit.petra.ac.id, diakses 27 Juli 2011 pukul 22.31). HU UH Oktafalia M. dan Maya Syafriana. (2007). Analisis Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga SBI dan Perubahan Kurs US$ Terhadap Harga Pasar Saham PT Semen Gresik, Tbk Periode Januari 2002-Desember 2006. Business & Management Journal Bunda Mulia, (online), Vol.4, No.1, Maret 2008 (http://ubm.ac.id, diakses 15 Agustus 2011 pukul 17.36). HU UH Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung:ALFABETA. Tegararief Ocki Prakarsa dan Budi Hartono Kusuma. (2007). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Kurs Tengah BI, Tingkat Inflasi, dan Indeks Saham Dow Jones Di New York Stock Exchange Dalam Memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi, (online), Tahun XIII, No.03, November 2008: 305-318 (http://jurnal.pdii.lipi.go.id, diakses 25 Agustus 2011 pukul 12.41). HU UH Vonny Dwiyanti. (1999). Wawasan Bursa Saham I. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya. Yulius Yuliman. (2003). Analisis Pengaruh Kurs US$, Suku Bunga, dan Price Earning Ratio Terhadap Indeks LQ45 di Bursa Efek Jakarta. Tesis dipublikasikan. Semarang: Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro. 108 ISSN 2355-0244 e-Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 1, No. 1, Oktober 2013 ISSN 2355-0244 109