Wealth Management Newsletter - November 2013

advertisement
Wealth Management Newsletter - November 2013
1 | Market Perspective | November 2013
Nasabah yang terhormat,
Apakah Anda telah mencapai target finansial Anda di tahun 2013? Pertanyaan ini tentunya penting mengingat kita
telah memasuki penghujung tahun 2013, melakukan evaluasi terhadap perencanaan keuangan yang Anda lakukan
di awal tahun tentunya merupakan salah satu kunci kesuksesan aktivitas investasi Anda.
Pada bulan Oktober 2013 ini, kami mengulas mengenai perkembangan positif dari makro ekonomi global dan
domestik, di mana sektor manufaktur di negara-negara maju dan berkembang mulai mengalami ekspansi.
Demikian pula figur inflasi domestik yang mengalami penurunan di bulan Oktober yang tentunya akan menjadi
stimulus bagi pertumbuhan ekonomi domestik.
Komitmen jangka panjang China untuk berinvetasi pada sektor riil di Indonesia, juga menjadi salah satu katalis untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif, terlepas dari beberapa faktor risiko seperti defisit transaksi
berjalan serta nilai tukar Rupiah yang masih berfluktuasi. Alokasi portofolio investasi yang seimbang diantara
instrumen investasi agresif dan konservatif masih menjadi rekomendasi kami bagi investor, yang dilakukan guna
mengantisipasi potensi ketidakpastian serta memberikan kinerja yang optimal bagi portofolio investasi Anda.
Akhir kata, saya selalu mengucapkan terima kasih atas kesetiaan dan kepercayaan Anda, Nasabah setia
PT Bank Commonwealth, terhadap jasa dan pelayanan yang senantiasa kami berikan yang terbaik untuk Anda.
Jangan ragu untuk menghubungi tim profesional kami untuk perencanaan dan kebutuhan finansial Anda.
Salam hangat,
Ian Whitehead
Director of Retail and Business Banking
GLOBAL OUTLOOK
E
konomi Asia diharapkan akan terus membaik tahun depan sejalan dengan pemulihan ekonomi Jepang dan AS, terlepas dari risiko
yang timbul dari ekonomi Eropa yang baru keluar dari masa resesi serta pertumbuhan China yang lebih lambat dari sebelumnya.
Investor direkomendasikan untuk tidak terlampau agresif terhadap aset-aset investasi di negara Asia, meskipun telah terjadi
pertumbuhan yang relatif signifikan dalam 2 bulan terakhir, dan sebaiknya tetap melakukan diversifikasi baik secara sektor maupun
pemilihan aset investasi. Data masih menunjukkan pemulihan ekonomi relatif tidak merata dan masih banyak tantangan yang akan
dihadapi di tahun 2014 ini.
Pemulihan yang bertahap dari Amerika Serikat, Eropa serta China mulai
memberikan dampak yang positif untuk sektor manufaktur negara-negara
Asia di bulan Oktober. Kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan
ekonomi Asia juga mulai mereda dengan meningkatnya pertumbuhan
negara China di 3Q, yang juga memberikan harapan dapat mencapai
target pertumbuhan di level 7,5%.
Pemulihan sektor manufaktur di Asia
Gaining Ground
Manufacturing activity in China, South Korea and Taiwan is strengthening, but growth in export orders showed
some worrying trends, including slower expansion in China, according to an official barometer.
PMI, or index of overall manufacturing activity
China
CONTRACTING EXPANDING
60
55
HSBC’s reading
Official government
reading
2012
2012
Export Orders
South Korea
Taiwan
50
45
40
‘13
‘13
2012
‘13
2012
‘13
Sumber: HSBC via Markit; China’s National Bureau of Statistics via Thomson Reuters (China official index), The Wall Street Journal
Data dari China, Taiwan dan Korea Selatan menunjukkan pemulihan pada
sektor manufaktur. Salah satu tolok ukur pertumbuhan GDP China, yaitu
Official Manufacturing Purchasing Managers Index dilaporkan naik ke level
tertinggi pada 18 bulan terakhir ke level 51,4 di bulan Oktober, dari 51,1
di bulan September. HSBC and Markit Economics Purchasing Managers
Index juga melaporkan kenaikan yang senada dari 50,2 menjadi 50,9.
Sedangkan, HSBC juga melaporkan indikator sektor manufaktur Korea
selatan juga melampaui level 50 untuk pertama kalinya sejak bulan Mei,
sedangkan PMI untuk Taiwan terus meningkat dari 52 menjadi 53. Index
untuk Australia dan UK juga menunjukkan pertumbuhan.
Walaupun pertumbuhan ekonomi di Asia membaik, adanya kekhawatiran
bahwa pertumbuhan ekonomi Asia ke depannya tidak lagi diuntungkan
dengan pemulihan ekonomi di negara barat seperti sebelumnya. Ekonom
sebelumnya mengkhawatirkan berkurangnya daya saing ekspor negara
Asia dengan semakin meningkatnya upah dan biaya produksi lainnya.
Mungkin juga, motor penggerak pertumbuhan ekonomi Amerika Serika
sudah berubah. Mengingat proses pemulihan saat ini lebih didorong oleh
pemulihan sektor energi dalam negeri serta sektor perumahan, bukan
oleh investasi bisnis maupun belanja konsumen. Konsumen AS juga
mengurangi hutang kredit serta menambah simpanannya. Berkurangnya
defisit neraca perdagangan AS juga merupakan pertanda bahwa belanja
konsumen AS mulai menurun.
Data ekspor dari wilayah Asia ke AS, Eropa dan Jepang tidak meningkat
sebanyak pemulihan ekononomi dinegara-negara maju ini. Ekspor dari
7 negara Asia timur - Jepang, China, Korea Selatan, Taiwan, Thailand,
Hong Kong dan Singapura - hanya tumbuh 0,8% di 3Q13, menurut data
perdagangan yang dianalisis Reuters. Misalnya, Taiwan yang mempunyai
peranan penting dalam sektor elektronik global melaporkan PMI resminya
turun dari 52,6 di bulan September dari 51,6 di bulan Oktober. Ekonomi
Taiwan tumbuh 1,6% di 3Q13, di bawah ekspektasi karena melemahnya
ekspor.
Pertumbuhan China yang lebih cepat
Pertumbuhan China di 3Q13 yang lebih cepat menyakinkan pelaku pasar
bahwa China akan dapat mencapai target pertumbuhan resmi untuk
tahun 2013 di level 7,5%. Pertumbuhan GDP China di level 7,8% YoY
pada 3Q ini, lebih cepat dari 7,5% YoY di Q2 serta 7,7% di 1Q. Data
pertumbuhan ekonomi China saat ini untuk sementara akan meredakan
kehawatiran tentang hard landing. Pertumbuhan China di kuartal 3 ini
didukung oleh paket stimulus kecil yang dikucurkan pemerintah China
2 | Market Perspective | November 2013
di awal tahun ini untuk menjaga tingkat pertumbuhan China. Sebagian
besar dana stimulus dipakai untuk investasi infrastruktur, rel kereta api
serta memberikan keringanan pajak untuk bisnis skala kecil.
Eropa yang mulai memulih
European Commission (EC) berpendapat ekonomi Eropa sudah mencapai
titik perkembangan yang penting walaupun tingkat pertumbuhan Zona
Eropa masih akan lambat dan tingkat pengangguran yang masih relatif
tinggi. Zona Eropa yang mencakup 18 negara diekspektasi akan tumbuh
1,1% tahun depan sedangkan tingkat pengangguran diestimasi masih
mencapai level 12,2%. EC memprediksi Zona Eropa akan tumbuh 1,7%
di tahun 2015 nanti. Sedangkan Uni Eropa (EU) secara keseluruhan
diestimasi masih akan bertumbuh datar untuk tahun ini tetapi dapat
tumbuh 1,4% di tahun depan serta 1,9% di 2015, walaupun tingkat
pengangguran kemungkinan masih akan bertahan cukup tinggi di level
11,1%.
LOCAL OUTLOOK
K
eputusan The Fed untuk melanjutkan program stimulus merupakan keputusan yang memberikan dampak positif bagi pergerakan
bursa saham dan obligasi Indonesia yang cenderung menguat sepanjang bulan Oktober. IHSG mencatat kenaikan 4,5% ke level
4510,631, IDMA Index 5,6% sedangkan USDIDR menguat 1,1% ke 11274. Kenaikan IHSG di bulan Oktober didukung oleh investor
domestik sementara asing masih mencatat penjualan bersih sebesar USD-174 juta. Namun investor Asing menambah kepemilikan
pada pasar obligasi domestik sebanyak 8,1% menjadi IDR318,11 triliun. Dilanjutkannya program QE akan mempertahankan suku bunga
global di level yang rendah serta memberikan waktu untuk Indonesia menjalankan reformasi-reformasi struktural serta kebijakankebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan FDI. Hal ini krusial untuk mengurangi ketergantungan pemerintah pada dana investasi
asing jangka pendek untuk membiayai defisit neraca berjalan. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cenderung melambat
ke level 5,6% YoY pada 3Q13 dengan tingkat inflasi yang masih tinggi di level 8,32%, defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan
yang masih relatif tinggi ditambah lagi dengan fluktuasi nilai tukar USDIDR yang mendorong rendahnya selera risiko investor bagi
aset-aset investasi domestik. Investor direkomendasikan untuk mempunyai jangka waktu investasi yang lebih panjang dan mempunyai
alokasi yang lebih seimbang untuk mengantisipasi fluktuasi pasar yang mengintai sejalan dengan kondisi makro dan mikro ekonomi
Indonesia yang masih rentan.
Defisit Neraca Perdagangan
Asumsi makro APBN 2014
GDP
6% YoY
USDIDR
Rp10,500 per dolar
Inflasi
5,5% YoY
Tingkat bunga Surat Perbendaharaan Negera (SPN) 3 bulan 5,5 % YoY
Sumber: UU APBN 2014
Kepemilikan Asing di SBN yang terus meningkat
Kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) tercatat mulai
meningkat kembali, dengan porsi kepemilikan naik sampai 32,3% per
tanggal 31 Oktober 2013 setelah Bank Sentral Amerika Serikat
memutuskan untuk melanjutkan program stimulus. Investor asing
memburu asset ke emerging market termasuk Indonesia, di mana data
ekonomi seperti tingkat inflasi mulai menurun serta kurs rupiah yang
mulai stabil. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan
Utang, investor Asing menambah kepemilikan pada pasar obligasi
domestik sebanyak 8,1% menjadi IDR318,11 triliun dari akhir September
yang masih Rp294,14 triliun. Meskipun secara jumlah kepemilikan asing
terhadap SBN mencapai rekor tertinggi, tetapi secara porsi masih lebih
rendah dibandingkan angka tertinggi 34,16% pada April lalu. Sejak
tanggal 4 Oktober, dana asing terus menambah kepemilikan SBN, baik
dari pasar primer pada lelang SBN dan dari pasar sekunder. Peningkatan
pesat kepemilikan asing terjadi pada tanggal 24 Oktober. Kepemilikan
asing bertambah hingga Rp5,93 triliun terutama mengakumulasi
SBN yang dilepas oleh perbankan. Sebaliknya, kepemilikan SBN oleh
perbankan menurun tajam sebanyak 7,8% selama bulan Oktober 2013.
Neraca perdagangan bulan September kembali mencatat defisit
USD657 juta
karena pelemahan ekspor serta penguatan impor.
Surplus neraca perdagangan bulan Agustus pun direvisi turun dari
USD132 juta menjadi USD72 juta. Tahun berjalan, defisit neraca
perdagangan tercatat sebesar USD6,3 miliar. Tingkat impor meningkat
terutama barang konsumsi, walaupun impor barang modal melemah tipis
-0,2% YoY, dan sudah jauh lebih baik dibandingkan penyusutan 28% YoY
di bulan Agustus lalu. Dengan neraca perdagangan yang kembali negatif
di bulan September mengambarkan kondisi makro ekonomi Indonesia
yang masih rentan, dikarenakan kombinasi antara defisit neraca transaksi
berjalan serta tingkat cadangan devisa yang dinilai masih rendah dengan
hanya mampu menutupi 6 bulan impor.
Laporan terpisah dari HSBC PMI Manufacturing index menunjukkan
aktifitas sektor manufaktur menguat. Menteri Keuangan Indonesia Chatib
Basri juga menurunkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun
2013 dari level 6% menjadi 5,8%, yang seharusnya akan membantu
menurunkan defisit neraca transaksi berjalan ditahun 2014.
Cumulative trade balance resumes weakness
30
Cumulative trade balance (USD bn)
25
20
15
10
5
0
-5
-10
Kepemilikan SBN yang dapat diperdagangkan (dalam triliun Rupiah)
per 31 Oktober 2013
299.66 307.46 309.93 315.89 298.27 306.26 314.34 291.93 333.74 349.66
Bank Indonesia*):
Non-Banks:
3.07
1.90
4.60
25.17
48.25
613.45
Reksadana
43.19
43.78
Asuransi
83.42
85.72 117.44 120.78
Asing
Lain-Lain
Total
41.45
29.13
39.61
66.95
40.02
38.20
41.08
121.88 127.17 126.38 125.09 124.69 127.82
128.48
270.52 273.20 281.63 280.75 298.72 302.94 282.96 285.77 284.01 294.14
40.06
318.11
80
40
20
27.61
27.53
28.46
29.11
33.71
37.65
38.59
38.67
0.30
0.63
1.18
1.04
0.77
0.92
0.99
1.14
1.10
1.05
0.82
0
25.77
30.29
27.56
26.26
25.29
25.02
25.17
23.23
21.41
41.36
-20
37.65
40.72
41.12
40.40
40.48
40.97
42.24
44.39
44.81
44.93
-40
820.27 833.42 856.39 861.52 874.49 895.77 888.51 912.03 927.07 942.86
984.05
-60
*) Sejak 8 Februari 2008, termasuk transaksi repo SUN kepada Bank Indonesia
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Nov
2010
2013
%YoY
3mma
60
27.55
63.84
Sep
Capital goods imports rebounded, with base effects favourable
57.31
Jul
2009
2012
Sumber: Haver Analytics, Barclay Research
56.46
Sekuritas
Individu
41.46
22.81
40.23
Dana Pensiun
41.91
19.19
May
322.35
517.53 524.05 541.86 540.76 557.02 566.71 545.05 553.14 555.13 568.04
43.04
4.86
Mar
2008
2011
Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 31-Okt-13
Bank:
Jan
09
10
Sumber: Statistics Indonesia, Barclay Research
11
Consumer goods
Intermediate goods
Capital goods
12
13
3 | Market Perspective | November 2013
ANALISA VALAS
P
asar masih terus memusatkan fokus mereka pada kondisi pasar tenaga kerja AS yang mana sangat berperan penting dalam
pengambilan keputusan dikurangkan atau diperpanjangnya program stimulus di AS. Dengan kondisi saat ini, diperkirakan
program QE baru akan mulai dikurangi pada bulan Maret tahun depan.
Pergerakan mata uang kedepannya akan didominasi oleh pergerakan USD terhadap mata uang lainnya. Pasalnya perubahan asumsi
pasar terhadap penetapan kebijakan moneter di AS berdampak kuat pada selera risiko pasar.
USD/IDR
USD/IDR sempat turun ke kisaran level 10,900 pada minggu ke III dan
IV bulan Oktober. Pada tanggal 17 Oktober lalu, pemerintah AS merilis
berita mengenai pelonggaran batas hutang dan mengakhiri masa “partial
US government shutdown”. Para pelaku pasar merespon positif akan
berita tersebut dan kembali mengalokasikan sebagian dana mereka ke
high yielding assets dan emerging markets.
Sebagai salah satu emerging market yang memberikan yield yg tergolong
tinggi, Indonesia juga menikmati masuknya dana asing ke pasar obligasi
Indonesia dan berdampak pada penguatan IDR terhadap USD.
Pada bulan November diperkirakan USD/IDR masih akan bergerak di
rentang 11,200-11,500 dengan kecenderungan turun.
AUD/USD
Sentimen untuk AUD masih cukup positif baik dari pengaruh eksternal
atau dan perekonomian internal Australia. Di akhir Oktober lalu data indeks
manufaktur China masih membukukan kenaikan dan mengindikasikan
ekspansi masih terus berlangsung. Hal ini akan memberikan dampak
yang positif terhadap AUD, sebagai eksportir biji besi terbesar ke China.
Awal November ini, data penjualan retail Australia juga dirilis lebih dari
prediksi para ekonom di angka 0,8%, kenaikan ini juga menandakan daya
beli dan kondisi perekonomian di Australia yang masih terus menunjukan
perkembangan yang positif.
Diprediksikan AUD/USD akan bergerak dengan rentang 0,9350-0,9660
pada bulan November dengan kecenderungan turun.
EUR/USD
Perbaikan yang masih terus belangsung di Eropa sudah sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh pemerintah Eropa semenjak debt crisis
terjadi.
Mario Draghi, presiden ECB, menyatakan pada awal November 2013,
stimulus untuk zona Eropa masih akan terus dijalankan sampai kondisi
perekonomian di Eropa dinilai memadai. Hal ini berarti suku bunga EUR
akan tetap rendah. Dampaknya, terjadi pelemahan pada nilai tukar
EUR/USD di awal November 2013.
Diperkirakan EUR/USD akan bergerak dengan
1,3430-1,3720 dengan kecenderungan stabil.
rentang
harga
GBP/USD
The Confederation of British Industry atau yang biasa di sebut dengan
nama CBI, menaikan prediksi pertumbuhan perekonomian di Inggris,
1,4% di tahun 2013 ini dan 2,4% di tahun depan (2014). Hal ini memang
di tunjang dari data-data perekonomian Inggris yang membaik, antara
lain dari pasar tenaga kerja yang mulai menunjukan penuruan di angka
pengangguran. Diperkirakan perbaikan kondisi perekonomian di Inggris
akan berlangsung stabil dengan tempo yang lambat namun dengan
fundamental yang lebih kuat.
Diperkirakan GBP/USD akan bergerak
1,5775-1,6080 dengan kecenderungan naik.
dengan
rentang
harga
USD/JPY
USD/JPY mulai melemah di awal November 2013 seiring dengan
penyesuaian pasar terhadap kondisi pasar tenaga kerja di AS.
Diperkirakan pengurangan QE baru akan dijalankan pemerintah AS pada
tahun 2014.
Dengan asumsi tersebut para pelaku pasar melakukan pengalihan alokasi
dana dari safe haven ke high yielding assets.
USD/JPY diperkirakan akan bergerak dengan rentang harga 97,50-99,80
pada bulan November 2013 dengan kecenderungan naik.
Recommendation
USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
11.200 - 11.250
1.3320 - 1.3380
1.5775 - 1.5825
0.9220 - 0.9280
97.50 - 98.00
Expected selling level
11.700 - 11.800
1.3750 - 1.3800 1.6220 - 1.6280
0.9600 - 0.9660 101.50 - 102.00
Long profit taking @
11.500 and above
1.3625 and above
1.6080 and above
0.9500 and above
100.00 and above
Short profit taking @
11.300 and below
1.3500 and below
1.6000 and below
0.9350 and below
99.00 and below Long cut loss @
11.000 - 11.050
1.3175 - 1.3225
1.5600 - 1.5650
0.9080 - 0.9150
96.50 - 97.00
Short cut loss @
12.000 - 12.100
1.3875 - 1.3925
1.6375 - 1.6410
0.9710 - 0.9750
102.50 - 103.00
Rekomendasi entry level
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya besifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
USD/JPY
4 | Market Perspective | November 2013
COMMINSIGHT
P
enguatan IHSG berlanjut di bulan Oktober 2013, di mana IHSG berhasil ditutup menguat 4,51% sepanjang bulan Oktober, diikuti
oleh indeks LQ45 yang mengalami kenaikan 5,88%. Hal ini menandakan investor memilih untuk berinvestasi secara selektif pada
saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar serta likuiditas yang memadai di tengah masih tingginya ketidakpastian ekonomi global,
yang terutama diakibatkan belum jelasnya rencana pengurangan stimulus oleh bank sentral AS (QE Tapering) serta pertumbuhan
pendapatan emiten domestik yang moderat di kuartal ketiga 2013. Data-data ekonomi makro Indonesia sendiri memberikan sinyal
positif, dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Tingkat inflasi di bulan Oktober 2013 berada di level 8,32% (YoY); lebih baik dari estimasi
analis di level 8,44% (YoY) dan level sebelumnya pada angka 8,4% (YoY). Penurunan inflasi Oktober 2013 didorong oleh penurunan
inflasi bahan pangan, sandang, dan perumahan. Relaksasi dalam regulasi impor bahan pangan berdampak positif pada stabilitas
harga bahan pangan, yang mendorong inflasi bahan pangan kembali turun ke level 12,6% dibandingkan level sebelumnya pada 12,8%
serta puncak inflasi bahan pangan di bulan Agustus 2013 yang mencapai 15,1%. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kebijakan Bank
Indonesia untuk tidak menaikkan suku bunga acuan dengan agresif pada pertemuan di bulan November dan membuka harapan
investor akan terjadinya penurunan suku bunga acuan di semester kedua tahun 2014.
Dari data ekonomi lain, neraca perdagangan domestik di bulan Oktober
secara mengejutkan menunjukkan defisit sebesar USD657 juta, setelah
sebelumnya sempat mencatat surplus di level USD132 juta. Hal ini
disebabkan oleh melemahnya ekspor sebesar 6,9% (YoY) dan kenaikan
impor sebesar 0,8% (YoY) pada periode yang sama. Defisit pada neraca
perdagangan akan memberikan risiko pada pergerakan nilai tukar rupiah,
meskipun di sisi lain terus meningkatnya cadangan devisa memberikan
kontribusi untuk kestabilan nilai tukar di sepanjang bulan Oktober
2013. Kestabilan nilai tukar rupiah merupakan hal yang krusial sebagai
indikator kepercayaan investor untuk kembali berinvestasi pada pasar
domestik serta pemulihan ekonomi makro, mengingat Bank Indonesia
mengestimasi setiap pelemahan 10% nilai tukar rupiah (terhadap
USD) dapat berdampak pada kenaikan figur inflasi sebesar 60-70bps
dua bulan setelah pelemahan terjadi dengan asumsi faktor lain tidak
mengalami perubahan. Salah satu hal positif yang dapat kami lihat pada
data neraca perdagangan di bulan Oktober 2013 adalah meningkatnya
impor barang modal, yang dalam pandangan kami merupakan output
positif dari meningkatnya aktivitas investasi domestik. Faktor ekonomi
makro lain yang akan menjadi perhatian investor adalah dilaporkannya
data pertumbuhan ekonomi domestik (GDP growth) untuk periode
kuartal ketiga 2013, di mana Bloomberg mengestimasi perlambatan
pertumbuhan ekonomi ke level 5,7% (YoY) dibandingkan pertumbuhan
ekonomi di periode Q2 2013 yang mencapai 5,81%. Tentunya hal ini
sangat rasional mengingat depresiasi rupiah, kenaikan suku bunga
acuan, kenaikan inflasi serta melambatnya aktivitas investasi riil yang
terjadi pada kuartal ketiga 2013.
Bagaimana dengan kondisi pasar saham domestik? Meskipun IHSG
relatif menguat 4,51% sepanjang bulan Oktober, laporan pendapatan
emiten untuk periode kuartal ketiga 2013 cenderung menunjukkan
pelemahan hampir di semua sektor. Investor asing juga masih belum
menunjukkan agresivitas dalam melakukan pembelian pada bulan
Oktober 2013 dengan mencatatkan penjualan bersih senilai USD174 juta
di bulan Oktober 2013.
Meskipun mayoritas emiten melaporkan pertumbuhan
penjualan lebih dari 2x lipat di Q3 2013, namun mayoritas
pendapatan emiten cenderung melemah (6,71%). Hal ini
dipengaruhi oleh kenaikan biaya produksi yang signifikan di
tahun 2013 (kenaikan upah minimum, kenaikan harga BBM,
pelemahan rupiah, dan kenaikan tarif dasar listrik)
Industry (ICB)
Reported
Sales Growth
Earnings Growth
11) All Securities
418 / 469
170%
-6.71%
12) > Oil & Gas
7/8
52.53%
33.50%
13) > Basic Materials
66 / 75
7.17%
N.M.
14) > Industrials
66 / 74
1248.83%
-26.48%
15) > Consumer Goods
80 / 90
11.08%
-25.14%
16) > Health Care
11 / 13
10.86%
55.34%
17) > Consumer Services
53 / 59
15.63%
-87.73%
18) > Telecommunications
7/8
3.44%
-40.23%
19) > Utilities
2/2
6.28%
N.M.
20) > Financials
113 / 125
44.21%
29.28%
21) > Technology
13 / 15
2.45%
N.M.
Sumber: Bloomberg, as of 1 November 2013
Melemahnya pendapatan emiten di tahun 2013 secara umum disebabkan
oleh 3 faktor utama : 1) Kenaikan upah minimum yang relatif signifikan
selama 3 tahun terakhir, 2) Kenaikan harga BBM bersubsidi, 3) Depresiasi
nilai tukar IDR terhadap USD. Ketiga hal tersebut telah memicu kenaikan
biaya produksi secara signifikan di tahun 2013 ini dan memberikan
kontribusi terhadap penurunan profitabilitas perusahaan. Sebagaimana
dapat dilihat di atas, meskipun tingkat penjualan terus bertumbuh dengan
pesat, tingginya biaya produksi menyebabkan pendapatan emiten relatif
tidak bertumbuh atau bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Emitenemiten domestik diestimasi akan dapat menyesuaikan lingkungan biaya
yang baru pada tahun 2014 dan dapat kembali bertumbuh positif, seiring
dengan mulai stabilnya nilai tukar rupiah serta turunnya figur inflasi
secara bertahap.
Estimasi pendapatan emiten di sisa tahun berjalan 2013
relatif flat, meski demikian proyeksi pendapatan emiten
di tahun 2014 relatif menarik pada level 15,37%
Actual
Y Est
Growth
Y+1 Est
Growth
Y+2 Est
Growth
1)
Earnings Per Share
Measure
232.32
291.12
25.31%
338.63
16.32%
397.68
17.44%
2)
EPS Positive
294.04
297.31
1.12%
343.02
15.37%
400.07
16.63%
3)
Cash Flow Per Share
362.09
381.93
5.48%
430.14
12.62%
493.79
14.80%
4)
Dividends Per Share
98.28
93.35
-5.02%
103.14
10.49%
120.38
16.71%
5)
Book Value Per Share
1752.62
1597.63
-8.84%
1817.22
13.74%
2082.66
14.61%
6)
Sales Per Share
3236.55
2236.30
-30.90%
2543.42
13.33%
2869.08
13.20%
7)
EBITDA Per Share
516.70
551.55
6.75%
623.12
12.98%
707.51
13.54%
8)
Long Term Per Share
9)
Net Debt Per Share
10) Enterprise Value Per Share
14.22%
142.40
410.11
188.00%
359.09
-12.44%
215.51
-39.99%
5585.78
4963.41
-11.14%
4933.10
-0.61%
4845.34
-1.76%
Sumber: Bloomberg, as of 1 November 2013
OUR PRODUCT RECOMMENDATION
Meskipun indikator risiko makro telah berada di bawah level rata-rata
selama 10 tahun terakhir (yang mengindikasikan selera risiko investor
terhadap aset-aset berisiko tinggi seperti saham sudah mulai meningkat)
kami memilih untuk tetap berhati-hati dengan merekomendasikan alokasi
portofolio yang tetap seimbang diantara reksa dana saham dan obligasi.
Salah satu dasar pemikiran kami adalah, aktivitas investor masih sangat
minim, yang dapat dilihat melalui rendahnya volume transaksi IHSG
sepanjang bulan Oktober, yang berada di bawah rata-rata 10 tahun
terakhir. Investor asing juga tercatat masih melakukan transaksi penjualan
bersih senilai USD174 juta sepanjang bulan Oktober pada pasar saham
domestik.
Sebagaimana yang telah kami analisis sebelumnya, sektor konsumer
mengalami perlambatan kinerja selama bulan Oktober 2013 diakibatkan
faktor valuasi yang tinggi dan melemahnya pendapatan emiten akibat
5 | Market Perspective | November 2013
kenaikan biaya produksi, demikian pula dengan sektor properti yang
juga melemah diakibatkan oleh pengetatan regulasi LTV serta valuasi
yang juga tinggi dibandingkan sektor lainnya. Sektor industri dasar yang
digerakkan oleh saham-saham semen menunjukkan penguatan di bulan
Oktober, yang juga sesuai dengan analisa kami di bulan sebelumnya,
demikian pula dengan sektor pertambangan yang memiliki keuntungan
dikarenakan pendapatan dalam mata uang USD (yang diuntungkan
oleh pelemahan nilai tukar USD/IDR). Sektor infrastruktur, industri dasar
masih menjadi sektor utama dalam pertimbangan rekomendasi kami,
mempertimbangkan sektor ini terkena dampak positif langsung dari
potensi aliran Foreign Direct Investment yang diestimasi akan semakin
agresif dengan meningkatnya kontribusi China, serta sektor ini relatif
memiliki ketahanan yang baik terhadap situasi inflasi yang tinggi serta
instabilitas nilai tukar Rupiah.
Penekanan kami pada reksa dana saham yang memiliki strategi
diversifikasi yang menyeluruh (tidak spesifik pada sektor tertentu) masih
kami utamakan untuk bulan November 2013 ini, untuk mengimbangi
tingkat volatilitas indeks yang masih relatif tinggi dan volume transaksi
yang relatif rendah. Dapat dilihat bahwa reksa dana-reksa dana dengan
strategi benchmarking/neutral diikuti dengan strategi bottom up pada
saham-saham penghasil alpha masih mendominasi alokasi pada portofolio
inti hingga 40%. Sementara untuk alokasi growth kami masih meyakini
reksa dana dengan fokus pada sektor infrastruktur sebagai booster bagi
kinerja portofolio investor. Pada sisi obligasi, kami menerapkan strategi
barbell dengan memberikan alokasi yang seimbang diantara obligasi
durasi panjang dan menengah, mengingat spread diantara BI Rate dan
yield obligasi pemerintah domestik relatif telah mengecil dibandingkan
bulan sebelumnya.
Portfolio IDR October 2013
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
BNP Paribas Pesona Syariah
Manulife Dana Saham
Schroder Dana Istimewa
Shroder 90 Equity Plus
40%
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Manulife Link Dana Ekuitas SMC
10%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund
FR68 / FR65 / FR58
25%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah
Schroder Dana Andalan 2
FR66 / 63
25%
Portfolio USD October 2013
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Panin SRC Moderate Fund
50%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration Indon 21/22/23 New
40%
New! Top First State Fund to Pick
Per tanggal 30 September 2013
Standar Deviasi (1Y)
First State Dividend Yield Fund
21.96
Sharpe Ratio (1Y)
-0.06
Kinerja 1 tahun terakhir
2.87%
IHSG
20.85
-0.20
5.16%
DISCLAIMER
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum
oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu
ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang
tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan
peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan
tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa
informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun
tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa
pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti
informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang
terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk
investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko
investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup.
Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut
agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat
berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id
untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di [email protected].
www.commbank.co.id
facebook.com/CommbankID
twitter.com/Commbank_ID
Download