BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan Informasi Laporan Keuangan dijadikan dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan, yang hasilnya akan dijadikan bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2). Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/ rugi, Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. 2. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:3) adalah sebagai berikut : 6 7 Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dan tujuan laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1) paragraf 5 adalah sebagai berikut: Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan- keputusan ekonomi serta menunjukan 6 pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka. 3. Karakteristik Laporan Keuangan Ciri khas laporan keuangan yang utama ada empat, disebut dengan empat karakteristik kualitatif pokok. Adapun ke empat karakteristik tersebut menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007: 5-8) adalah : a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi keuangan yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. b. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan 8 kalau dapat memenuhi keputusan ekonomi pemakai, dengan membantu perusahaan mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, mengoreksi hasil evaluasi perusahaan di masa lalu. Dalam relevansinya terkandung pula unsur meterialitas. Dimana informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dalam mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. c. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan. d. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi dalam kinerja keuangan. Pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama maupun perusahaan yang berbeda. Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggung jawaban manajer, karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Kemunginan lain adalah digunakannya informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai. 9 Pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Peranan penilaian kinerja keuangan menurut Munawir (2002:3) meliputi : a. Dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang didapat oleh perusahaan yang bersangkutan. c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian individu yang telah diberikan wewenang dan tanggung jawab. d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik. Analisis laporan keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisis rasio keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan (Sartono,1992;21). Setiap orang akan mempergunakan rasio keuangan dengan cara yang berbeda yaitu : a. Bagi manajemen perusahaan, rasio keuangan dipergunakan untuk perencanaan dan mengevaluasi performance ( prestasi ) manajemen dikaitkan dengan prestasi rata-rata industri. 10 b. Bagi manajer kredit rasio keuangan ini dipergunakan untuk memperkirakan risiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang diminta. c. Para investor ini akan mempergunakan rasio keuangan ini sebagai dasar untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk mengukur adanya jaminan keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan. d. Manajer perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengidentifikasikan kemungkinan melakukan merger (penggabungan) dengan perusahaan lain. Penekanan dalam analisis laporan keuangan akan berbeda-beda tergantung pada tujuan analisa dan pihak yang memerlukan analisa tersebut. Analisis laporan sumber dan penggunaan dana dapat terdiri dari : a. Laporan sumber dan penggunaan dana diperhitungkan dari nilai neraca awal dan akhir serta laporan rugi laba. Laporan ini dititik beratkan pada perubahan posisi kas perusahaan. Kas merupakan sumber dana dan penggunaan dana. b. Sumber dana meliputi penurunan dalam aktiva (diluar kas), kenaikan utang, laba bersih ditambah depresiasi merupakan sumber dana dari operasi, karena depresiasi bukan pengeluaran kas. c. Penggunaan dana meliputi kenaikan dalam aktiva, penurunan dalam utang, pembayaran deviden. 11 d. Laporan sumber dan penggunaan dana : Tabel 2.1 Sumber dan Penggunaan Dana Sumber Dana Penggunaan Dana Laba bersih Kenaikan dalam modal kerja Depresiasi Kenaikan bangunan, peralatan Penurunan dalam modal kerja Penurunan utang jangka panjang Penurunan bangunan, peralatan, Pembelian kembali saham kenaikan utang jangka panjang Pembayaran deviden Total sumber Total penggunaan Sumber-total penggunaan = perubahan dalam kas Sumber : Sartono, 1992:32 4. Batasan Analisis Rasio Keuangan a. Rasio keuangan didasarkan atas data laporan keuangan akuntansi sehingga perlu dipertimbangkan atas dasar apakah data tersebut dikembangkan. b. Pembandingan dengan data-data dan standar industri tidak menjamin bahwa prestasi perusahaan telah memuaskan dan beroperasi (dikelola) dengan baik. c. Apabila terdapat penyimpangan antara rasio yang telah dicapai oleh perusahaan dengan rasio rata-rata atau standar industri, maka perlu dipertanyakan lebih jauh faktor yang menyebabkan penyimpangan tersebut. Karena tidak jarang sistem akuntansi yang dipergunakan dalam industri tersebut berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. d. Aktiva dicatat atas dasar kas sementara penerimaan kas dan pengeluaran kas di dasarkan atas dasar rupiah saat ini yang jelas 12 memiliki daya beli berbeda. Dengan kata lain tidak memperhatikan konsep nilai waktu uang. e. Neraca perusahaan tidak dapat memberikan gambaran yang pasti tentang posisi keuangan karena aktiva dicatat tidak dengan rupiah saat ini. f. Rugi atau laba yang dihasilkan dari penjualan aktiva dilaporkan dalam periode penjualan meskipun besar kecilnya laba atau rugi tergantung pada kas historis (historis cost) dengan demikian income mengalami distorsi. Pada waktu menganalisis laporan keuangan, beberapa hal perlu diperhatikan : a. Manajer keuangan perlu melihat tren atau perkembangan dalam laporan keuangan. Jika trend menunjukkan perkembangan yang lebih baik, maka perusahaan barangkali berada pada jalur yang tepat dan sebaliknya. b. Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik tidaknya. Angka pembanding diperlukan untuk melihat apakah angka tertentu itu baik atau tidak baik. Salah satu contoh angka pembanding yang sering digunakan adalah rata-rata industri (ratarata yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan lain yang bergerak di sektor usaha yang sama). c. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. 13 d. Manajer keuangan memerlukan informasi tambahan yang tidak tersedia di dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut bisa membuat analisis menjadi lebih tajam. B. Rasio Keuangan Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Salah satu cara pemproses dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan keadaan dan posisi keungannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi pihak kreditur, investor dan pihak-pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri. Rasio keuangan dibagi ke dalam empat jenis rasio (Sawir, 2000), yaitu : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004) rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga : a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar 14 c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. 2. Rasio Profitabilitas Profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2004 : 33). Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan : a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap penjualan bersih c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan total equity (modal) 3. Rasio Leverage Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total aset b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri 15 d. Times Interest Earned (TIE), yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar terhadap persediaan. f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang. 4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva. a. Total Asset Turnover (TAT) b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang ratarata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit. d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terhadap modal kerja. Jenis rasio keuangan yang dikemukakan oleh Van Horne dan Wachowicz (2005:204) adalah : Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri dari dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari ”kondisi keuangan 16 perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca (income statement / balance sheet ratio). Menurut Munawir (2002:238) ada 4 kelompok rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. a. Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan membiayai operasi dan memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. b. Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki. c. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari berbagai kebijakan dan keputusan yang telah diambil. d. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur sebesar jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Pada penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio profitabilitas yang akan diukur dengan menggunakan ROA dan rasio leverage yang akan diukur dengan menggunakan DER. Adapun pengertian dari masingmasing variabel penelitian adalah sebagai berikut : 17 a. Return on Assets (ROA) Perusahaan akan dapat melakukan pembagian dividen jika perusahaan memperoleh profit. Semakin besar profitabilitas perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada investor semakin besar. Dari sisi manajerial, manajemen akan memiliki kekuatan untuk mengelola dana perusahaan tanpa harus melakukan hutang kepada pihak lain, karena dengan tingkat keuntungan perusahaan yang tinggi, maka di perusahaan akan tersedia banyak modal yang dapat digunakan untuk investasi baru (Kurniati, 2007:29). b. Debt to Equity Ratio (DER) Kebijakan hutang merupakan tindakan manajemen perusahaan yang akan mendanai operasional perusahaan dengan modal yang berasal dari hutang. Hal ini berkaitan erat dengan struktur permodalan yang dipilih oleh perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pemilik perusahaan lebih menyukai perusahaan menggunakan hutang pada tingkat tertentu agar harapan pemilik perusahaan dapat tercapai. Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio (DER) sebagai rasio yang dinilai memiliki pengaruh terhadap pembagian dividen. C. Laba Bersih (Net Income) 1. Pengertian Laba Bersih Menurut Harahap (2006:267), “pengertian laba adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu 18 dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut”. Sedangkan Belkaoui (2007:233) mendefinisikan “laba secara operasional sebagai selisih antara pendapatan yang direalisasikan dari transaksi pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut”. 2. Tujuan dan Manfaat Laporan Laba Bersih Menurut Belkaoui (2007: 226-228) perhitungan laba bersih merupakan informasi yang penting dalam laporan keuangan karena informasi ini digunakan untuk tujuan antara lain: a. Perhitungan pajak yang menjadi kewajiban perusahaan dan harus dibayarkan kepada pemerintah b. Menghitung besarnya deviden yang harus dibagikan kepada para pemegang saham c. Sebagai pedoman kebijakan investasi dan pengambilan keputusan perusahaan d. Dapat dijadikan dalam peralaman laba perusahaan dimasa yang akan datang e. Serta penilaian efisiensi perusahaan Informasi laba dapat disajikan secara efektif dan di interpretasikan dengan tepat. Namun belum menjamin bahwa informasi laba tersebut dapat digunakan secara efektif, karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang 19 efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menganggap bahwa laba bersih merupakan pengukuran yang baik atas prestasi keuangan. 3. Contoh Laporan Laba Bersih Perhitungan laporan laba bersih disajikan berikut ini (Donald E Kieso, dkk, 2002 : 156) PT. ONDHENK88 LAPORAN LABA RUGI (Dalam Rupiah) Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200X Pendapatan Penjualan Penjualan xxxxx Dikurangi: Diskon Penjualan xx xxx Retur Penjualan xx xxx Pendapatan Penjualan Bersih xxx xxx Harga Pokok Penjualan Persediaan Barang Dagang 1 Jan. 200X Pembelian xx xxx x xxx xxx Diskon Pembelian xx xxx Pembelian Bersih x xxx xxx Biaya Angkut Masuk xx xxx xx xxx Barang Dagang Tersedia untuk Dijual x xxx xxx x xxx xxx 20 Persediaan Barang Dagang 31 Des.200X x xxx xxx Harga Pokok Penjualan x xxx xxx Laba Kotor atas Penjualan xxx xxx Beban Operasi Beban Penjualan Gaji dan komisi penjualan xx xxx Gaji kantor penjualan xx xxx Travel dan hiburan xx xxx Beban iklan xx xxx Beban angkut keluar xx xxx Beban perlengkapan pengiriman xx xxx Perangko dan stasionari xxx Penyusutan dan peralatan penjualan xxx Beban telepon dan internet xxx Beban Administrasi Gaji pejabat xxx xxx Gaji kantor xx xxx Beban jasa hukum dan profesional xx xxx Beban utulitas xx xxx Beban asuransi xx xxx Penyusutan bangunan 16 000 Stasionari, perangko, dan pelengkapan x xxx xxx xxx 21 Beban kantor rupa- rupa x xxx Laba Dari Operasi xxx xxx xxx xxx Pendapatan dan Keuntungan Lainnya Pendapatan dividen xx xxx Pendapatan sewa xx xxx xxx xxx Beban dan Kerugian Lainnya Bunga obligasi dan wesel xxx xxx Laba Sebelum Pajak Penghasilan xxx xxx Pajak penghasilan xx xxx Laba Bersih xxx xxx 4. Dividen 1. Pengertian Dividen Menurut Kieso dan Weygandt (2002:610) dividen adalah: “Distribution by a corporation to its stockholders on a prorata (equal) basis “. Menurut Fees, Warren, dan Reeve (2005: 493) dividen adalah: “Pendistribusian laba yang dilakukan perseroan kepada pemegang saham”. Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain (Hanafi, 2004). Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung pada kebijakan pimpinan. 22 Sedangkan menurut (PSAK: 2007) no. 23, paragraf 4 yang dimaksud dengan dividen adalah “Distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu”. Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang diperoleh perusahan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya (Handayani-Hadinugroho, 2009 : 65). Jadi dividen adalah pembagian laba kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing- masing pemegang saham. Tidak semua laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada para pemegang saham. Laba yang ditahan di perusahaan disebut laba ditahan, sedangkan laba yang dibagikan kepada pemegang saham disebut dividen. Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk kas (tunai), dank arena kebijakan ini akan mempengaruhi kebijakan pembelanjaan perusahaan maka keputusannya harus dilakukan dengan hati-hati dan harus juga melibatkan para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Tujuan pembagian dividen adalah : 1) Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi pemegang saham. Hal ini dikarenakan sebagian investor menanamkan dananya di pasar modal untuk memperoleh dividen dan tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham para investor percaya bahwa tingginya dividen yang dibayarkan berarti bahwa prospek perusahaan dimasa yang akan datang bagus. 2) Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. 23 3) Sebagian investor memandang resiko dividen lebih rendah dibanding resiko capital gain. 4) Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap digunakan keperluan konsumsi. 5) Dividen dapat digunakan sebelum komunikasi antara manajer dan pemegang saham. 2. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan perusahaan yang digunakan dalam menentukan besaran proporsi laba yang akan didistribusikan oleh perusahaan untuk pemegang saham. Menurut Brigham dan Houston dividen payout ratio merupakan persentase dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham (Yoga, 2010:6). Jika dividen tunai meningkat maka dana perusahaan untuk reinvestment akan semakin berkurang, sehingga perusahaan cenderung akan mencari sumber dana eksternal untuk mencukupi kebutuhannya (Brigham dan Houston, 2006). Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan kebutuhan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Puspita, 2009:17). 24 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, diantaranya (Sjahrial, 2008:305-306) : a. Posisi likuiditas perusahaan Makin kuat posisi likuiditas perusahaan maka makin besar pula dividen yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham. b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang Apabila sebagaian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil. c. Rencana perluasan usaha Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dibayarkan untuk dividen. d. Pengawasan terhadap perusahaan Kebijakan pembiayaan : untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lain : laba. Pertimbangannya adalah apabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan control dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang. 3. Pola Pembayaran Dividen Keputusan mengenai pembagian dividen adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih 25 sebagai alternatif dividen payout ratio perusahaan, yaitu (Ang dalam Puspoita, 2009:27) : a. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya. b. Stable Dividend per-share Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount) dari tahun ke tahun. c. Stable Payout Ratio Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu persentase tetap (constant) dari laba (earning). Bila laba berfluktuasi maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi. d. Regular Dividend plus Extras 26 Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan tambahan ekstra (bonus) kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham. e. Fluctuating Dividend and Payout Ratio Besarnya dividend and payout ratio disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu besarnya dividend and payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi. 4. Bentuk – bentuk Dividen Pembagian dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham tidak hanya dalam bentuk tunai, bentuk-bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham biasa adalah sebagai berikut (Sugiono, 2009:176) : a. Dividen Tunai (Cash Dividend) Dividen tunai adalah suatu bentuk pembagian dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk kas (tunai). Pembagian dividen tunai bisa dilakukan secara berkala seperti per semester, per tahun dan per kuartal. b. Dividen dalam bentuk saham (Stock Dividend) 27 Dividen dalam bentuk saham merupakan penerbitan tambahan saham kepada pemegang saham. Hal ini mungkin terjadi apabila posisi keuangan (cash position) perusahaan tidak mencukupi atau perusahaan menginginkan lebih mendorong perdagangan saham dengan menunda harga pasar sahamnya. Dengan stock dividend secara otomatis laba ditahan akan mengalami penurunan yang dikonversikan ke dalam bentuk saham. c. Pemecahan harga saham (Stock Split) Hal ini berbeda dengan stock dividend. Yang dimaksud dengan stock split adalah memecah nilai buku saham. Secara persentase kepemilikan perusahaan tidak mengalami perubahan, melainkan perubahan terjadi hanya pada jumlah lembar yang dimiliki oleh pemegang saham yang bersangkutan. 5. Teori Kebijakan Dividen Beberapa teori kebijakan dividen diantaranya : a. Dividen Irrelevance Teori ini menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan dibentuk oleh earning power dari asset perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi, sementara itu keputusan apakah laba yang 28 diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan (Utaminingsih, 2009:102). Modigliani dan Miller berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai efek terhadap harga saham perusahaan. Argument ini yang dinyatakan pembayaran bahwa kebijakan dividen dividen dinaikkan, tidak maka relevan. Apabila perusahaan dapat mengimbanginya dengan cara mengeluarkan saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut (Warsono, 2003:284). b. Bird in The Hand Theory Gordon dan Lintner berpendapat bahwa ks (modal sendiri) akan turun apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (Brigham dan Houston, 2001:67). Sedangkan Modigliani dan Miller berpendapat bahwa pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama (Syahrial, 2008). c. Tax Differential Theory Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang 29 lebih rendah daripada yang tinggi, yaitu (Brigham dan Houston, 2001:67-68) : 1) Pendapatan dividen dikenakan tarif pajak lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak keuntungan modal. Oleh karena itu, investor yang kaya (yang memiliki sebagaian besar saham dan menerima sebagian besar dividen yang dibayarkan) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tertinggi. 2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek nilai waktu satu dolar pajak yang dibayarkan dimasa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dollar yang dibayarkan hari ini. 3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai orang tersebut meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terhutang. Ahli waris yang menerima saham dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal. Apabila dividen dikenai pajak dengan jumlah yang lebih tinggi daripada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud 30 memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam teori ini investor cenderung menyukai pembayaran dividen yang rendah, karena tarif pajak atas pembagian dividen lebih tinggi daripada pajak atas capital gain. d. Information Content of Dividend Studi empirik memperlihatkan harga saham dipasar berubah sesuai dengan perubahan pengumuman dividen (Cahyati, 2006:17). Artinya pengumuman jumlah dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham akan menggambarkan suatu informasi mengenai prospek perusahaan tersebut. Berubahnya harga saham sesuai dengan perubahan pengumuman besarnya dividen karena adanya isi informasi yang terkandung dalam dividen (the information content of dividen), dimana besarnya dividen merupakan ukuran harapan pendapatan perusahaan masa mendatang disampaikan kepada investor melalui perubahan dividen. e. Clientele Effect Teori ini menggambarkan terdapat berbagai kepentingan investor dalam suatu perusahaan, ada investor yang lebih menyukai pembayaran dividen yang lebih tinggi dan adapula investor yang lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah karena berada dalam tarif pajak yang tinggi seperti tax differential theory. 6. Dividen Tunai 31 Dividen yang harus dibayar tunai, sampai sejauh ini merupakan bentuk yang paling umum. Dividen untuk saham biasa umumnya lebih sering dinyatakan dalam bentuk mata uang seperti rupiah, daripada dinyatakan dalam bentuk presentase dari nilai nominal. Dividen untuk saham preferen dapat dinyatakan baik dalam bentuk mata uang ataupun dalam bentuk presentase. Dividen kas akan menyebabkan penurunan laba yang dibagi dengan kas. Perusahaan tidak melakukan pembukuan pada saat tanggal pencatatan tetapi mencatat transaksi pada tanggal pengumuman dividen kas dengan mendebet perkiraan laba ditahan dan mengkredit perkiraan hutang dividen sebesar nilai dividen yang akan dibagikan dikalikan dengan jumlah saham beredar. Sedangkan pada saat pembayaran dividen akan dicatat dengan mendebet perkiraan hutang dividen dan mengkredit perkiraan kas sebesar nilai yang sama pada saat pengumuman. a.Contoh Dividen Tunai Pembayaran dividen tunai merupakan kewajiban, oleh karena itu pembayarannya dilakukan dengan segera, maka biasanya disebut sebagai kewajiban lancar. Ayat jurnal berikut diperlukan untuk mencatat pengumuman dan pembayaran dividen tunai. Sebagai contoh, PT. ONDHENK88 pada tanggal 10 Juni mengumumkan dividen tunai sebesar Rp 130,- per lembar saham atas 1.000.000 lembar saham yang dibayarkan tanggal 16 Juli kepada semua pemegang saham yang tercatat per 24 Juni. 32 Pada tanggal pengumuman (D) Laba Ditahan Rp 130 000 000 (K) Hutang Dividen Rp 130 000 000 Pada tanggal pencatatan Tidak Ada Jurnal Pada tanggal pembayaran (D) Hutang Dividen Rp 130 000 000 (K) Kas Rp 130 000 000 Untuk membuat akun buku besar yang memperlihatkan jumlah dividen yang diumumkan selama tahun berjalan, maka dividen tunai yang diumumkan dapat didebet sebagai pengganti laba ditahan pada waktu pengumuman. Akun ini kemudian ditutup ke laba ditahan pada akhir tahun. Dividen dapat diumumkan dalam presentase tertentu dari nilai pari, seperti misalnya PT ONDHENK88 mengumumkan dividen tunai sebesar 5% atas saham preferen. Sehingga untuk memperoleh total dividen yang akan dibayarkan dengan mengalikan nilai pari saham yang beredar dengan 5% atau dengan presentase tertentu. Disisi lain, perusahaan yang sedang tumbuh akan membayar dividen tunai dalam jumlah kecil atau tidak membayar dividen karena kebijakannya adalah melakukan ekspansi secara cepat sejauh kondisi keuangan internal dan eksternal memungkinkan. 33 Bila perusahaan tidak membayar dividen tunai kepada para pemegang sahamnya, maka investor berharap bahwa harga sahamnya akan meningkat dan memperoleh laba apabila menjual saham tersebut. Dalam hal ini banyak perusahaan tidak begitu memperhatikan pembayaran dividen, dan kebanyakan lebih berfokus pada peningkatan harga saham, program pembelian kembali saham, dan laba perusahaan. b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Sartono (2001:386), faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisa dalam kaitannya dengan kebijakan dividen adalah : 1) Kebutuhan dana Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan di ambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa yang akan datang, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, serta pola pengurangan hutang. 2) Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu akan kurang 34 likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak di investasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan ( pemenuhan kebutuhan dana ) akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut. 3) Kemampuan meminjam Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek yang akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal dengan mengeluarkan obligasi. 4) Keadaan pemegang saham Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham berada dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gains. 5) Stabilitas dividen Bagi para investor, faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada divident pay out ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Apabila faktor lain sama, saham yang memberikan dividen yang stabil selama periode tertentu akan mempunyai 35 harga yang lebih tinggi daripada saham yang membayar dividennya dalam prosentase tetap terhadap laba. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut Brigham dan Houston (2009:100) adalah : 1) Pemecahan Saham yaitu tindakan yang diambil oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham beredar, seperti menggandakan jumlah lembar saham beredar dengan memberikan dua saham baru kepada pemegang saham untuk setiap satu lembar saham yang sebelumnya dimiliki. 2) Dividen saham suatu dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan saham dan bukannya dalam bentuk uang tunai 3) Pembelian kembali saham yaitu transaksi dimana sebuah perusahaan membeli kembali sahamnya sendiri sehingga akan menurunkan jumlah saham beredar, meningkatkan EPS dan seringkali menaikkan harga saham. E. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang berhubungan dengan kandungan informasi laba bersih dan arus kas, antara lain: Dalam penelitian yang dilakukan Efendri (1993) meneliti faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan pembayaran dividen oleh perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasilnya faktor peningkatan dan 36 penurunan laba termasuk faktor yang sangat penting dipertimbangkan manajemen dalam kebijakan pembagian dividen tunai. Elizabeth (2000) melakukan penelitian tentang hubungan laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen pada 25 perusahaan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas. Dalam penelitian yang dilakukan Rosmita (2001) meneliti variabel yang berkaitan dengan hubungan laba bersih dan arus kas dibatasi pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan hasilnya terdapat hubungan positif antara laba bersih maupun arus kas operasi terhadap dividen tunai. Deitiana (2009) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen tunai. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio. Pengaruh yang signifikan terdapat pada variabel price earnings ratio, sedangkan variabel lainnya seperti return on investment, current ratio dan inventory turnover tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Manurung dan Siregar (2009) meneliti mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen (pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi), menguji apakah laba bersih dan arus kas operasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba bersih tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan 37 dividen. Arus kas operasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, sehingga dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi dapat dijadikan salah satu tolok ukur bagi manajemen. Penelitian lain yang membahas mengenai dividen tunai adalah penelitian yang dilakukan oleh Dyah Handayani (2010). Pada penelitian tersebut diketahui bahwa variabel ROA dan size memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan DER memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap dividen payout ratio. Variabel CR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio. Yoga (2010) meneliti mengenai pengaruh dividend payout ratio, kepemilikan manajerial, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap keputusan pendanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend payout ratio (DPR) dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan, sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap keputusan pendanaan. Rahmawati (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh current ratio, ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen menggunakan regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel current ratio dan return on assets memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen yang dikeluarkan oleh perusahaan. 38 Penelitian yang dilakukan oleh Dafid Irawan dan Nurdhiana (2011) mencari pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laba bersih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan, sedangkan variabel arus kas operasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Adapun rangkuman penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Rangkuman Penelitian Terdahulu No Peneliti 1 Efendi (1993) 2 Elizabeth (2000) 3 Rosmita (2001) 4 Tita Deitiana (2009) Judul Metode analisis Faktor-faktor yang Analisis dipertimbangkan regresi dalam kebijakan pembayaran dividen oleh perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia Hubungan laba Korelasi akuntansi dan laba tunai dengan dividen pada perusahaan go publik ci Bursa Efek Indonesia Hubungan laba bersih Korelasi dan arus kas dengan dividen tunai Hasil Penelitian Faktor-faktor yang Analisis mempengaruhi regresi kebijakan pembayaran dividen Variabel PER dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan DER, ROA, CR, NPM, Faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk faktor yang sangat penting dipertimbangkan manajemen dalam pembagian dividen kas Ada hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen kas Terdapat hubungan yang signifikan antara laba bersih maupun arus kas terhadap dividen kas 39 tunai. ITO dan ROE tidak memiliki pengaruh yang signifikan 5 Manurung, Indah Agustina dan Hasan Sakti Siregar (2009) Pengaruh Laba bersih Analisis dan arus kas operasi regresi terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba bersih tidak memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan arus kas operasi memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa kedua variabel mampu mempengaruhi kebijakan dividen secara bersama-sama. 6 Dyah Handayani (2010) Pengaruh Analisis Profitabilitas dan regresi Leverage terhadap kebijakan dividen Variabel ROA dan size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio, sedangkan DER memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap dividen payout ratio. 7 Yoga (2010) Pengaruh dividend Analisis payout ratio, regresi kepemilikan manajerial, profitabilitas, ukuran perusahaan terhadap keputusan pendanaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend payout ratio dan kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan pendanaan, sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap keputusan pendanaan. 8 Eva Pengaruh Current Regresi Rahmawati ratio, ROA, kebijakan logistik (2011) hutang dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen dengan menggunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio dan ROA memiliki pengaruh yang tidak signifika terhadap kebijakan dividen. 40 9 Dafid Irawan dan Nurdhiana (2011) regresi logistik Variabel kebijakan hutang dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Pengaruh laba bersih Analisis dan arus kas operasi regresi terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010 Variabel laba bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan