BAB 1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Laporan Keuangan
1.
Tinjauan Umum Laporan Keuangan
Informasi Laporan Keuangan dijadikan dasar untuk dapat menentukan
atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan, yang hasilnya akan dijadikan
bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Pengertian laporan keuangan
menurut PSAK (2007: 1-2).
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/ rugi,
Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas, catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan. Disamping itu juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,
misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
2.
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:3)
adalah sebagai berikut :
6
7
Tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Dan tujuan laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1) paragraf 5 adalah
sebagai berikut:
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan
dalam rangka membuat keputusan- keputusan ekonomi serta menunjukan
6
pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumbersumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
3.
Karakteristik Laporan Keuangan
Ciri khas laporan keuangan yang utama ada empat, disebut dengan empat
karakteristik kualitatif pokok. Adapun ke empat karakteristik tersebut menurut
Standar Akuntansi Keuangan (2007: 5-8) adalah :
a. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi keuangan yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan
8
kalau dapat memenuhi keputusan ekonomi pemakai, dengan membantu
perusahaan mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan,
mengoreksi hasil evaluasi perusahaan di masa lalu.
Dalam relevansinya terkandung pula unsur meterialitas. Dimana informasi
dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dalam mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi dalam kinerja
keuangan. Pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan
tersebut, antar periode perusahaan yang sama maupun perusahaan yang
berbeda.
Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggung
jawaban manajer, karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian
manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan. Kemunginan lain adalah digunakannya informasi
akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai.
9
Pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu
yang dapat mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi
perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban.
Peranan penilaian kinerja
keuangan menurut Munawir (2002:3) meliputi :
a. Dapat mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan
oleh perusahaan
b. Untuk menentukan atau mengukur efisiensi setiap bagian, proses atau
produksi serta untuk menentukan derajat keuntungan yang didapat oleh
perusahaan yang bersangkutan.
c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja pada tiap-tiap bagian individu yang
telah diberikan wewenang dan tanggung jawab.
d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur
yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Analisis laporan keuangan merupakan dasar untuk menilai dan
menganalisa prestasi operasi perusahaan. Disamping itu, analisis rasio keuangan
juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian
keuangan (Sartono,1992;21). Setiap orang akan mempergunakan rasio keuangan
dengan cara yang berbeda yaitu :
a. Bagi
manajemen
perusahaan,
rasio
keuangan
dipergunakan
untuk
perencanaan dan mengevaluasi performance ( prestasi ) manajemen
dikaitkan dengan prestasi rata-rata industri.
10
b. Bagi manajer kredit rasio keuangan ini dipergunakan untuk memperkirakan
risiko potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan
dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang
diminta.
c. Para investor ini akan mempergunakan rasio keuangan ini sebagai dasar
untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan. Selain itu
juga dapat dipergunakan untuk mengukur adanya jaminan keamanan dana
yang akan ditanamkan dalam perusahaan.
d. Manajer
perusahaan
menggunakan
analisis
rasio
keuangan
untuk
mengidentifikasikan kemungkinan melakukan merger (penggabungan)
dengan perusahaan lain.
Penekanan dalam analisis laporan keuangan akan berbeda-beda
tergantung pada tujuan analisa dan pihak yang memerlukan analisa tersebut.
Analisis laporan sumber dan penggunaan dana dapat terdiri dari :
a. Laporan sumber dan penggunaan dana diperhitungkan dari nilai neraca
awal dan akhir serta laporan rugi laba. Laporan ini dititik beratkan pada
perubahan posisi kas perusahaan.
Kas merupakan sumber dana dan
penggunaan dana.
b. Sumber dana meliputi penurunan dalam aktiva (diluar kas), kenaikan
utang, laba bersih ditambah depresiasi merupakan sumber dana dari
operasi, karena depresiasi bukan pengeluaran kas.
c. Penggunaan dana meliputi kenaikan dalam aktiva, penurunan dalam
utang, pembayaran deviden.
11
d. Laporan sumber dan penggunaan dana :
Tabel 2.1 Sumber dan Penggunaan Dana
Sumber Dana
Penggunaan Dana
Laba bersih
Kenaikan dalam modal kerja
Depresiasi
Kenaikan bangunan, peralatan
Penurunan dalam modal kerja
Penurunan utang jangka panjang
Penurunan bangunan, peralatan, Pembelian kembali saham
kenaikan utang jangka panjang Pembayaran deviden
Total sumber
Total penggunaan
Sumber-total penggunaan = perubahan dalam kas
Sumber : Sartono, 1992:32
4.
Batasan Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio keuangan didasarkan atas data laporan keuangan akuntansi
sehingga perlu dipertimbangkan atas dasar apakah data tersebut
dikembangkan.
b. Pembandingan dengan data-data dan standar industri tidak
menjamin bahwa prestasi perusahaan telah memuaskan dan
beroperasi (dikelola) dengan baik.
c. Apabila terdapat penyimpangan antara rasio yang telah dicapai oleh
perusahaan dengan rasio rata-rata atau standar industri, maka perlu
dipertanyakan lebih jauh faktor yang menyebabkan penyimpangan
tersebut. Karena tidak jarang sistem akuntansi yang dipergunakan
dalam industri tersebut berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain.
d. Aktiva dicatat atas dasar kas sementara penerimaan kas dan
pengeluaran kas di dasarkan atas dasar rupiah saat ini yang jelas
12
memiliki daya beli berbeda. Dengan kata lain tidak memperhatikan
konsep nilai waktu uang.
e. Neraca perusahaan tidak dapat memberikan gambaran yang pasti
tentang posisi keuangan karena aktiva dicatat tidak dengan rupiah
saat ini.
f. Rugi atau laba yang dihasilkan dari penjualan aktiva dilaporkan
dalam periode penjualan meskipun besar kecilnya laba atau rugi
tergantung pada kas historis (historis cost) dengan demikian income
mengalami distorsi.
Pada waktu menganalisis laporan keuangan, beberapa hal perlu
diperhatikan :
a. Manajer keuangan perlu melihat tren atau perkembangan dalam
laporan keuangan. Jika trend menunjukkan perkembangan yang
lebih baik, maka perusahaan barangkali berada pada jalur yang
tepat dan sebaliknya.
b. Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik
tidaknya.
Angka pembanding diperlukan untuk melihat apakah
angka tertentu itu baik atau tidak baik. Salah satu contoh angka
pembanding yang sering digunakan adalah rata-rata industri (ratarata yang diperoleh dari perusahaan-perusahaan lain yang bergerak
di sektor usaha yang sama).
c. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan
keuangan dengan hati-hati adalah penting.
13
d. Manajer keuangan memerlukan informasi tambahan yang tidak
tersedia di dalam laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut
bisa membuat analisis menjadi lebih tajam.
B. Rasio Keuangan
Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor
untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan
prospek di masa datang. Salah satu cara pemproses dan penginterpretasian
informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk
menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain
dari suatu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media informasi
yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan keadaan
dan posisi keungannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi
pihak kreditur, investor dan pihak-pihak manajemen dari perusahaan itu sendiri.
Rasio keuangan dibagi ke dalam empat jenis rasio (Sawir, 2000), yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir
(2004) rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga :
a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan
hutang lancar
b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi
persediaan terhadap hutang lancar
14
c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva
lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva.
2. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas atau rentabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu (Munawir, 2004 : 33). Rasio
profitabilitas dapat diproksikan dengan :
a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah
pajak (NIAT) terhadap total penjualannya
b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor
terhadap penjualan bersih
c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak
dengan total aktiva
d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak
dengan total equity (modal)
3. Rasio Leverage
Rasio leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya.
a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total aset
b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang
lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara
hutang jangka panjang dengan modal sendiri
15
d. Times Interest Earned (TIE), yaitu perbandingan antara pendapatan
sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap
bunga hutang jangka panjang
e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang
lancar terhadap persediaan.
f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara
laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan
bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total
hutang.
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari
aktiva-aktiva.
a. Total Asset Turnover (TAT)
b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan
dengan persediaan rata-rata
c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang ratarata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.
d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan
bersih terhadap modal kerja.
Jenis rasio keuangan yang dikemukakan oleh Van Horne dan Wachowicz
(2005:204) adalah :
Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri
dari dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari ”kondisi keuangan
16
perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat.
Rasio-rasio ini disebut rasio-rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik
pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca.
Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama
periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai
rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca
(income statement / balance sheet ratio).
Menurut Munawir (2002:238) ada 4 kelompok rasio keuangan yaitu rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas.
a. Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan
membiayai operasi dan memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
b. Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari atau kemampuan
perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan
aktiva yang dimiliki.
c. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dari berbagai kebijakan dan
keputusan yang telah diambil.
d. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur sebesar jauh aktiva
perusahaan dibiayai oleh hutang.
Pada penelitian ini rasio keuangan yang digunakan adalah rasio
profitabilitas yang akan diukur dengan menggunakan ROA dan rasio leverage
yang akan diukur dengan menggunakan DER. Adapun pengertian dari masingmasing variabel penelitian adalah sebagai berikut :
17
a. Return on Assets (ROA)
Perusahaan akan dapat melakukan pembagian dividen jika perusahaan
memperoleh profit.
Semakin besar profitabilitas perusahaan maka
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada investor semakin
besar.
Dari sisi manajerial, manajemen akan memiliki kekuatan untuk
mengelola dana perusahaan tanpa harus melakukan hutang kepada pihak
lain, karena dengan tingkat keuntungan perusahaan yang tinggi, maka di
perusahaan akan tersedia banyak modal yang dapat digunakan untuk
investasi baru (Kurniati, 2007:29).
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Kebijakan hutang merupakan tindakan manajemen perusahaan yang akan
mendanai operasional perusahaan dengan modal yang berasal dari hutang.
Hal ini berkaitan erat dengan struktur permodalan yang dipilih oleh
perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara modal asing atau
hutang dengan modal sendiri.
Pemilik perusahaan lebih menyukai
perusahaan menggunakan hutang pada tingkat tertentu agar harapan pemilik
perusahaan dapat tercapai. Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio
(DER) sebagai rasio yang dinilai memiliki pengaruh terhadap pembagian
dividen.
C. Laba Bersih (Net Income)
1. Pengertian Laba Bersih
Menurut Harahap (2006:267), “pengertian laba adalah perbedaan antara
realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu
18
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan
tersebut”.
Sedangkan Belkaoui (2007:233) mendefinisikan “laba secara operasional
sebagai selisih antara pendapatan yang direalisasikan dari transaksi pada periode
tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut”.
2. Tujuan dan Manfaat Laporan Laba Bersih
Menurut Belkaoui (2007: 226-228) perhitungan laba bersih merupakan
informasi yang penting dalam laporan keuangan karena informasi ini digunakan
untuk tujuan antara lain:
a. Perhitungan pajak yang menjadi kewajiban perusahaan dan harus
dibayarkan kepada pemerintah
b. Menghitung besarnya deviden yang harus dibagikan kepada para pemegang
saham
c. Sebagai pedoman kebijakan investasi dan pengambilan keputusan
perusahaan
d. Dapat dijadikan dalam peralaman laba perusahaan dimasa yang akan
datang
e. Serta penilaian efisiensi perusahaan
Informasi laba dapat disajikan secara efektif dan di interpretasikan dengan
tepat. Namun belum menjamin bahwa informasi laba tersebut dapat digunakan
secara efektif, karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya
memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang
19
efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menganggap bahwa laba bersih
merupakan pengukuran yang baik atas prestasi keuangan.
3. Contoh Laporan Laba Bersih
Perhitungan laporan laba bersih disajikan berikut ini (Donald E Kieso, dkk,
2002 : 156)
PT. ONDHENK88
LAPORAN LABA RUGI (Dalam Rupiah)
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200X
Pendapatan Penjualan
Penjualan
xxxxx
Dikurangi: Diskon Penjualan
xx xxx
Retur Penjualan
xx xxx
Pendapatan Penjualan Bersih
xxx xxx
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Barang Dagang 1 Jan. 200X
Pembelian
xx xxx
x xxx xxx
Diskon Pembelian
xx xxx
Pembelian Bersih
x xxx xxx
Biaya Angkut Masuk
xx xxx
xx xxx
Barang Dagang Tersedia untuk Dijual
x xxx xxx
x xxx xxx
20
Persediaan Barang Dagang 31 Des.200X x xxx xxx
Harga Pokok Penjualan
x xxx xxx
Laba Kotor atas Penjualan
xxx xxx
Beban Operasi
Beban Penjualan
Gaji dan komisi penjualan
xx xxx
Gaji kantor penjualan
xx xxx
Travel dan hiburan
xx xxx
Beban iklan
xx xxx
Beban angkut keluar
xx xxx
Beban perlengkapan pengiriman
xx xxx
Perangko dan stasionari
xxx
Penyusutan dan peralatan penjualan
xxx
Beban telepon dan internet
xxx
Beban Administrasi
Gaji pejabat
xxx xxx
Gaji kantor
xx xxx
Beban jasa hukum dan profesional
xx xxx
Beban utulitas
xx xxx
Beban asuransi
xx xxx
Penyusutan bangunan
16 000
Stasionari, perangko, dan pelengkapan
x xxx
xxx xxx
21
Beban kantor rupa- rupa
x xxx
Laba Dari Operasi
xxx xxx
xxx xxx
Pendapatan dan Keuntungan Lainnya
Pendapatan dividen
xx xxx
Pendapatan sewa
xx xxx
xxx xxx
Beban dan Kerugian Lainnya
Bunga obligasi dan wesel
xxx xxx
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
xxx xxx
Pajak penghasilan
xx xxx
Laba Bersih
xxx xxx
4. Dividen
1. Pengertian Dividen
Menurut
Kieso
dan
Weygandt
(2002:610)
dividen
adalah:
“Distribution by a corporation to its stockholders on a prorata (equal) basis “.
Menurut Fees, Warren, dan Reeve (2005: 493) dividen adalah:
“Pendistribusian laba yang dilakukan perseroan kepada pemegang saham”.
Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham,
disamping capital gain (Hanafi, 2004). Dividen ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan
berdasarkan rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya
tergantung pada kebijakan pimpinan.
22
Sedangkan menurut (PSAK: 2007) no. 23, paragraf 4 yang dimaksud
dengan dividen adalah “Distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas
sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu”.
Dividen merupakan bentuk distribusi laba yang diperoleh perusahan
kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya
(Handayani-Hadinugroho, 2009 : 65).
Jadi dividen adalah pembagian laba kepada para pemegang saham sesuai
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing- masing pemegang saham.
Tidak semua laba yang diperoleh perusahaan dibagikan kepada para
pemegang saham. Laba yang ditahan di perusahaan disebut laba ditahan,
sedangkan laba yang dibagikan kepada pemegang saham disebut dividen.
Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen dalam bentuk kas
(tunai), dank arena kebijakan ini akan mempengaruhi kebijakan pembelanjaan
perusahaan maka keputusannya harus dilakukan dengan hati-hati dan harus juga
melibatkan para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan.
Tujuan pembagian dividen adalah :
1) Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi pemegang saham.
Hal ini
dikarenakan sebagian investor menanamkan dananya di pasar modal untuk
memperoleh dividen dan tingginya dividen yang dibayarkan akan
mempengaruhi harga saham
para investor percaya bahwa tingginya
dividen yang dibayarkan berarti bahwa prospek perusahaan dimasa yang
akan datang bagus.
2) Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan.
23
3) Sebagian investor memandang resiko dividen lebih rendah dibanding resiko
capital gain.
4) Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap
digunakan keperluan konsumsi.
5) Dividen dapat digunakan sebelum komunikasi antara manajer dan
pemegang saham.
2. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan perusahaan yang
digunakan dalam
menentukan besaran proporsi
laba
yang akan
didistribusikan oleh perusahaan untuk pemegang saham. Menurut Brigham
dan Houston dividen payout ratio merupakan persentase dari laba bersih
yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada pemegang saham
(Yoga, 2010:6). Jika dividen tunai meningkat maka dana perusahaan untuk
reinvestment akan semakin berkurang, sehingga perusahaan cenderung
akan mencari sumber dana eksternal untuk mencukupi kebutuhannya
(Brigham dan Houston, 2006).
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan
kebutuhan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan
jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba
ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran
dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran
dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Puspita,
2009:17).
24
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen,
diantaranya (Sjahrial, 2008:305-306) :
a. Posisi likuiditas perusahaan
Makin kuat posisi likuiditas perusahaan maka makin besar pula
dividen yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham.
b. Kebutuhan dana untuk membayar hutang
Apabila sebagaian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka
sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.
c. Rencana perluasan usaha
Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang
dibayarkan untuk dividen.
d. Pengawasan terhadap perusahaan
Kebijakan pembiayaan : untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari
sumber intern antara lain : laba.
Pertimbangannya adalah apabila
dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan control
dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang
saham mayoritas berkurang.
3. Pola Pembayaran Dividen
Keputusan mengenai pembagian dividen adalah keputusan yang
menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada
pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih
25
sebagai alternatif dividen payout ratio perusahaan, yaitu (Ang dalam Puspoita,
2009:27) :
a. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share
Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama
tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan
kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen,
jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat
dipertahankan.
Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham,
dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan
sebaliknya.
b. Stable Dividend per-share
Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai
suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil
daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini
akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap (stable amount) dari
tahun ke tahun.
c. Stable Payout Ratio
Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung
berdasarkan suatu persentase tetap (constant) dari laba (earning). Bila
laba berfluktuasi maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.
d. Regular Dividend plus Extras
26
Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang
diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa
menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal.
Bila
tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan tambahan ekstra (bonus)
kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen ekstra dapat
menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
harga saham.
e. Fluctuating Dividend and Payout Ratio
Besarnya dividend and payout ratio disesuaikan dengan
perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap
periode.
Oleh karena itu besarnya dividend and payout ratio yang
dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.
4. Bentuk – bentuk Dividen
Pembagian dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang
saham tidak hanya dalam bentuk tunai, bentuk-bentuk dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham biasa adalah sebagai berikut (Sugiono,
2009:176) :
a. Dividen Tunai (Cash Dividend)
Dividen tunai adalah suatu bentuk pembagian dividen kepada para
pemegang saham dalam bentuk kas (tunai). Pembagian dividen tunai bisa
dilakukan secara berkala seperti per semester, per tahun dan per kuartal.
b. Dividen dalam bentuk saham (Stock Dividend)
27
Dividen dalam bentuk saham merupakan penerbitan tambahan saham
kepada pemegang saham.
Hal ini mungkin terjadi apabila posisi
keuangan (cash position) perusahaan tidak mencukupi atau perusahaan
menginginkan lebih mendorong perdagangan saham dengan menunda
harga pasar sahamnya.
Dengan stock dividend secara otomatis laba
ditahan akan mengalami penurunan yang dikonversikan ke dalam bentuk
saham.
c. Pemecahan harga saham (Stock Split)
Hal ini berbeda dengan stock dividend. Yang dimaksud dengan stock
split adalah memecah nilai buku saham. Secara persentase kepemilikan
perusahaan tidak mengalami perubahan, melainkan perubahan terjadi
hanya pada jumlah lembar yang dimiliki oleh pemegang saham yang
bersangkutan.
5. Teori Kebijakan Dividen
Beberapa teori kebijakan dividen diantaranya :
a. Dividen Irrelevance
Teori ini menyatakan bahwa pembayaran dividen tidak berpengaruh
terhadap kemakmuran pemegang saham.
Modigliani dan Miller
berpendapat bahwa nilai perusahaan dibentuk oleh earning power dari
asset perusahaan. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh
keputusan investasi, sementara itu keputusan apakah laba yang
28
diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan (Utaminingsih, 2009:102).
Modigliani dan Miller berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak
mempunyai efek terhadap harga saham perusahaan. Argument ini yang
dinyatakan
pembayaran
bahwa
kebijakan
dividen
dividen
dinaikkan,
tidak
maka
relevan.
Apabila
perusahaan
dapat
mengimbanginya dengan cara mengeluarkan saham baru sebagai
pengganti
sejumlah
pembayaran
dividen
tersebut
(Warsono,
2003:284).
b. Bird in The Hand Theory
Gordon dan Lintner berpendapat bahwa ks (modal sendiri) akan turun
apabila rasio pembagian dividen dinaikkan karena para investor jauh
lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada
pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (Brigham dan
Houston, 2001:67).
Sedangkan Modigliani dan Miller berpendapat
bahwa pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan,
karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang
diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki
risiko yang hampir sama (Syahrial, 2008).
c. Tax Differential Theory
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan
bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang
29
lebih rendah daripada yang tinggi, yaitu (Brigham dan Houston,
2001:67-68) :
1) Pendapatan
dividen
dikenakan
tarif
pajak
lebih
tinggi
dibandingkan dengan tarif pajak keuntungan modal. Oleh karena
itu, investor yang kaya (yang memiliki sebagaian besar saham dan
menerima sebagian besar dividen yang dibayarkan) mungkin lebih
suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba dalam
perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan
kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya
rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tertinggi.
2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual.
Karena adanya efek nilai waktu satu dolar pajak yang dibayarkan
dimasa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah
daripada satu dollar yang dibayarkan hari ini.
3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai orang tersebut
meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang
terhutang. Ahli waris yang menerima saham dapat menggunakan
nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan
demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Apabila dividen dikenai pajak dengan jumlah yang lebih tinggi
daripada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen
tersebut
dibagikan
dalam
jumlah
kecil
dengan
maksud
30
memaksimumkan nilai perusahaan.
Dalam teori ini investor
cenderung menyukai pembayaran dividen yang rendah, karena tarif
pajak atas pembagian dividen lebih tinggi daripada pajak atas capital
gain.
d. Information Content of Dividend
Studi empirik memperlihatkan harga saham dipasar berubah sesuai
dengan perubahan pengumuman dividen (Cahyati, 2006:17). Artinya
pengumuman jumlah dividen yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham akan menggambarkan suatu informasi mengenai
prospek perusahaan tersebut. Berubahnya harga saham sesuai dengan
perubahan pengumuman besarnya dividen karena adanya isi informasi
yang terkandung dalam dividen (the information content of dividen),
dimana besarnya dividen merupakan ukuran harapan pendapatan
perusahaan masa mendatang disampaikan kepada investor melalui
perubahan dividen.
e. Clientele Effect
Teori ini menggambarkan terdapat berbagai kepentingan investor
dalam suatu perusahaan, ada investor yang lebih menyukai
pembayaran dividen yang lebih tinggi dan adapula investor yang lebih
menyukai pembayaran dividen yang rendah karena berada dalam tarif
pajak yang tinggi seperti tax differential theory.
6. Dividen Tunai
31
Dividen yang harus dibayar tunai, sampai sejauh ini merupakan bentuk
yang paling umum. Dividen untuk saham biasa umumnya lebih sering
dinyatakan dalam bentuk mata uang seperti rupiah, daripada dinyatakan dalam
bentuk presentase dari nilai nominal. Dividen untuk saham preferen dapat
dinyatakan baik dalam bentuk mata uang ataupun dalam bentuk presentase.
Dividen kas akan menyebabkan penurunan laba yang dibagi dengan kas.
Perusahaan tidak melakukan pembukuan pada saat tanggal pencatatan
tetapi mencatat transaksi pada tanggal pengumuman dividen kas dengan
mendebet perkiraan laba ditahan dan mengkredit perkiraan hutang dividen
sebesar nilai dividen yang akan dibagikan dikalikan dengan jumlah saham
beredar. Sedangkan pada saat pembayaran dividen akan dicatat dengan mendebet
perkiraan hutang dividen dan mengkredit perkiraan kas sebesar nilai yang sama
pada saat pengumuman.
a.Contoh Dividen Tunai
Pembayaran dividen tunai merupakan kewajiban, oleh karena itu
pembayarannya dilakukan dengan segera, maka biasanya disebut sebagai
kewajiban lancar. Ayat jurnal berikut diperlukan untuk mencatat pengumuman
dan pembayaran dividen tunai. Sebagai contoh, PT. ONDHENK88 pada tanggal
10 Juni mengumumkan dividen tunai sebesar Rp 130,- per lembar saham atas
1.000.000 lembar saham yang dibayarkan tanggal 16 Juli kepada semua
pemegang saham yang tercatat per 24 Juni.
32
Pada tanggal pengumuman
(D) Laba Ditahan
Rp 130 000 000
(K) Hutang Dividen
Rp 130 000 000
Pada tanggal pencatatan
Tidak Ada Jurnal
Pada tanggal pembayaran
(D) Hutang Dividen
Rp 130 000 000
(K) Kas
Rp 130 000 000
Untuk membuat akun buku besar yang memperlihatkan jumlah dividen
yang diumumkan selama tahun berjalan, maka dividen tunai yang diumumkan
dapat didebet sebagai pengganti laba ditahan pada waktu pengumuman. Akun ini
kemudian ditutup ke laba ditahan pada akhir tahun.
Dividen dapat diumumkan dalam presentase tertentu dari nilai pari,
seperti misalnya PT ONDHENK88 mengumumkan dividen tunai sebesar 5%
atas saham preferen. Sehingga untuk memperoleh total dividen yang akan
dibayarkan dengan mengalikan nilai pari saham yang beredar dengan 5% atau
dengan presentase tertentu.
Disisi lain, perusahaan yang sedang tumbuh akan membayar dividen
tunai dalam jumlah kecil atau tidak membayar dividen karena kebijakannya
adalah melakukan ekspansi secara cepat sejauh kondisi keuangan internal dan
eksternal memungkinkan.
33
Bila perusahaan tidak membayar dividen tunai kepada para pemegang
sahamnya, maka investor berharap bahwa harga sahamnya akan meningkat dan
memperoleh laba apabila menjual saham tersebut. Dalam hal ini banyak
perusahaan tidak begitu memperhatikan pembayaran dividen, dan kebanyakan
lebih berfokus pada peningkatan harga saham, program pembelian kembali
saham, dan laba perusahaan.
b. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001:386), faktor-faktor yang sesungguhnya terjadi
dan harus dianalisa dalam kaitannya dengan kebijakan dividen adalah :
1) Kebutuhan dana
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan
di ambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa
yang akan datang, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, serta pola
pengurangan hutang.
2) Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan
akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan akan memerlukan dana
yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu akan kurang
34
likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak di investasikan pada aktiva
tetap dan aktiva lancar yang permanen.
Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi
perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana perusahaan, sementara
itu keputusan pembelanjaan ( pemenuhan kebutuhan dana ) akan menentukan
pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
3) Kemampuan meminjam
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan perusahaan
untuk meminjam dalam jangka pendek yang akan meningkatkan fleksibilitas
likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar modal dengan mengeluarkan
obligasi.
4) Keadaan pemegang saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham berada
dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gains.
5) Stabilitas dividen
Bagi para investor, faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
divident pay out ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap
memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh
koefisien arah yang positif. Apabila faktor lain sama, saham yang
memberikan dividen yang stabil selama periode tertentu akan mempunyai
35
harga yang lebih tinggi daripada saham yang membayar dividennya dalam
prosentase tetap terhadap laba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut Brigham dan
Houston (2009:100) adalah :
1) Pemecahan Saham yaitu tindakan yang diambil oleh sebuah perusahaan
untuk
meningkatkan
jumlah
lembar
saham
beredar,
seperti
menggandakan jumlah lembar saham beredar dengan memberikan dua
saham baru kepada pemegang saham untuk setiap satu lembar saham
yang sebelumnya dimiliki.
2) Dividen saham suatu dividen yang dibayarkan dalam bentuk tambahan
saham dan bukannya dalam bentuk uang tunai
3) Pembelian kembali saham yaitu transaksi dimana sebuah perusahaan
membeli kembali sahamnya sendiri sehingga akan menurunkan jumlah
saham beredar, meningkatkan EPS dan seringkali menaikkan harga
saham.
E.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan kandungan informasi laba
bersih dan arus kas, antara lain:
Dalam penelitian yang dilakukan Efendri (1993) meneliti faktor-faktor
yang dipertimbangkan dalam kebijakan pembayaran dividen oleh perusahaan go
public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasilnya
faktor peningkatan dan
36
penurunan laba termasuk faktor yang sangat penting dipertimbangkan
manajemen dalam kebijakan pembagian dividen tunai.
Elizabeth (2000) melakukan penelitian tentang hubungan laba akuntansi
dan laba tunai dengan dividen pada 25 perusahaan yang go public yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan hasil penelitian menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara laba akuntansi dan laba tunai dengan dividen
kas. Dalam penelitian yang dilakukan Rosmita (2001) meneliti variabel yang
berkaitan dengan hubungan laba bersih dan arus kas dibatasi pada perusahaan
manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan hasilnya terdapat
hubungan positif antara laba bersih maupun arus kas operasi terhadap dividen
tunai.
Deitiana (2009) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan pembayaran dividen tunai. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap dividend payout
ratio.
Pengaruh yang signifikan terdapat pada variabel price earnings ratio,
sedangkan variabel lainnya seperti return on investment, current ratio dan
inventory turnover tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend
payout ratio.
Manurung dan Siregar (2009) meneliti mengenai pengaruh laba bersih
dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen (pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi), menguji apakah laba bersih dan arus kas
operasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa laba bersih tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
37
dividen. Arus kas operasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan
dividen, sehingga dapat disimpulkan bahwa arus kas operasi dapat dijadikan
salah satu tolok ukur bagi manajemen.
Penelitian lain yang membahas mengenai dividen tunai adalah penelitian
yang dilakukan oleh Dyah Handayani (2010). Pada penelitian tersebut diketahui
bahwa variabel ROA dan size memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap dividend payout ratio, sedangkan DER memiliki pengaruh yang negatif
dan signifikan terhadap dividen payout ratio.
Variabel CR tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio.
Yoga (2010) meneliti mengenai pengaruh dividend payout ratio,
kepemilikan manajerial, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap keputusan
pendanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend payout ratio (DPR)
dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap keputusan pendanaan,
sedangkan profitabilitas dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif
terhadap keputusan pendanaan.
Rahmawati (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh current
ratio, ROA, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen
menggunakan regresi logistik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
current ratio dan return on assets memiliki pengaruh yang tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel kebijakan hutang dan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
38
Penelitian yang dilakukan oleh Dafid Irawan dan Nurdhiana (2011)
mencari pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap kebijakan dividen
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2010.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laba bersih memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan, sedangkan variabel arus kas
operasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen
perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2011.
Adapun rangkuman penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 2.2 Rangkuman Penelitian Terdahulu
No Peneliti
1
Efendi
(1993)
2
Elizabeth
(2000)
3
Rosmita
(2001)
4
Tita
Deitiana
(2009)
Judul
Metode
analisis
Faktor-faktor
yang Analisis
dipertimbangkan
regresi
dalam
kebijakan
pembayaran dividen
oleh perusahaan go
public di Bursa Efek
Indonesia
Hubungan
laba Korelasi
akuntansi dan laba
tunai dengan dividen
pada perusahaan go
publik ci Bursa Efek
Indonesia
Hubungan laba bersih Korelasi
dan arus kas dengan
dividen tunai
Hasil Penelitian
Faktor-faktor
yang Analisis
mempengaruhi
regresi
kebijakan
pembayaran dividen
Variabel PER dan EPS
memiliki pengaruh yang
signifikan,
sedangkan
DER, ROA, CR, NPM,
Faktor peningkatan dan
penurunan laba termasuk
faktor yang sangat penting
dipertimbangkan
manajemen
dalam
pembagian dividen kas
Ada
hubungan
yang
signifikan antara laba
akuntansi dan laba tunai
dengan dividen kas
Terdapat hubungan yang
signifikan antara laba
bersih maupun arus kas
terhadap dividen kas
39
tunai.
ITO dan ROE tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan
5
Manurung,
Indah
Agustina
dan Hasan
Sakti
Siregar
(2009)
Pengaruh Laba bersih Analisis
dan arus kas operasi regresi
terhadap
kebijakan
dividen.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa laba
bersih tidak memiliki
pengaruh yang signifikan,
sedangkan
arus
kas
operasi memiliki pengaruh
yang signifikan.
Hasil pengujian secara
simultan
menunjukkan
bahwa kedua variabel
mampu
mempengaruhi
kebijakan dividen secara
bersama-sama.
6
Dyah
Handayani
(2010)
Pengaruh
Analisis
Profitabilitas
dan regresi
Leverage
terhadap
kebijakan dividen
Variabel ROA dan size
memiliki pengaruh yang
signifikan
terhadap
dividen
payout
ratio,
sedangkan DER memiliki
pengaruh yang negatif dan
signifikan
terhadap
dividen payout ratio.
7
Yoga
(2010)
Pengaruh
dividend Analisis
payout
ratio, regresi
kepemilikan
manajerial,
profitabilitas, ukuran
perusahaan terhadap
keputusan pendanaan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
dividend payout ratio dan
kepemilikan
manajerial
tidak memiliki pengaruh
terhadap
keputusan
pendanaan,
sedangkan
profitabilitas dan ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh yang negatif
terhadap
keputusan
pendanaan.
8
Eva
Pengaruh
Current Regresi
Rahmawati ratio, ROA, kebijakan logistik
(2011)
hutang dan ukuran
perusahaan terhadap
kebijakan
dividen
dengan menggunakan
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
current ratio dan ROA
memiliki pengaruh yang
tidak signifika terhadap
kebijakan
dividen.
40
9
Dafid
Irawan dan
Nurdhiana
(2011)
regresi logistik
Variabel kebijakan hutang
dan ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang
signifikan
terhadap
kebijakan dividen.
Pengaruh laba bersih Analisis
dan arus kas operasi regresi
terhadap
kebijakan
dividen
pada
perusahaan
yang
terdaftar di Bursa
Efek
Indonesia
Periode 2009-2010
Variabel
laba
bersih
berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
kebijakan
dividen.
Sedangkan
arus
kas
operasi tidak berpengaruh
terhadap
kebijakan
dividen perusahaan
Download