keberadaan ozom “rocket rockers” sebagai brand - Seminar

advertisement
Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST)
Maret 2015, pp. 710~715
710
KEBERADAAN OZOM “ROCKET ROCKERS” SEBAGAI
BRAND AMBASSADOR “SAINT BARKLEY”
Yoshi Indriani
AKOM BSI Jakarta
ABSTRAKSI
Penelitian ini mengemukakan bagaimana Ozom Rockers memaknai keberadaannya sebagai brand
ambassador. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma penelitian
konstruktivis. Metode yang dipakai adalah Studi Kasus dengan di bantu konsep proses perseptual.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Ozom Rocker sebagai brand ambassador
dari produk “Saint Barkley” dengan landasan pertanyaan peneliti perihal persepsi, kognisi, sikap, dan
motivasi brand ambassador terhadap keberadaan “Saint Barkley”. Hasil penelitian menunjukan
bahwa keberadaan Ozom Rockers sudah mewakili dari segi proses persepsi konsumen, dan owner
dari produk “Saint Barkley”. Aspek-aspek perihal terciptanya sebuah persepsi yang secara stimuli
natural terbentuk dengan keberadaan Ozom Rocker sebagai brand ambassador.
Kata Kunci: Brand ambassador, proses perseptual, Ozom Rockers
1. PENDAHULUAN
Keberadaan
artis
sebagai
brand
ambassador di beberapa produk jasa maupun
barang bukanlah hal yang baru pada dunia
pemasaran. Di zaman yang sudah semakin
modern, persaingan bisnis yang terjadi semakin
dinamis, kompleks dan ada banyak tantangan
yang
dihadapi
perusahaan
pula
untuk
mendapatkan cara terbaik untuk merebut serta
mempertahankan pangsa pasar. Salah satu
strategi pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan
adalah
menggunakan
brand
ambassador. Pemilihan brand ambassador
dilatarbelakangi oleh citra positif yang dibawa
oleh brand ambassador. Brand ambassador
dipilih oleh perusahaan sebagai simbolisasi atau
penanda untuk mewakili keinginan dan
kebutuhan dari calon konsumen. Brand
ambassador
memang
tidak
semuanya
menggunakan selebriti sebagai modelnya tetapi
dalam penelitian brand ambassador yang dipilih
adalah dengan menggunakan selebriti.
Brand ambassador haruslah melekat dengan
produk yang dibintanginya
(produk
yang
ditawarkan oleh perusahaan) dan menjadi
bagian dari gaya hidupnya. Seorang brand
ambassador dituntut untuk memiliki loyalitas
yang tinggi terhadap merek produk yang
dibintanginya. Seorang brand ambassador
dituntut pula untuk selalu mengkomunikasikan
produk kepada calon konsumen dengan
pendekatan yang berbeda–beda dan sekreatif
mungkin. Pengkomunikasian ini juga harus
direalisasikan pada kehidupannya sehari –hari,
mereka seakan–akan berkampanye tanpa
diketahui oleh masyarakat.
Seperti halnya salah satu brand fashion yang
bergerak di bidang sepatu yang juga menjadi
objek penelitian penulis, yaitu brand “Saint
Barkley” yang memilih Ozom “Rocket Rockers”
band berlabel Indie kota Bandung, yang kerap
digandrungi remaja-remaja. Berposisi sebagai
seorang Drumer di formasi band nya. Membuat
Ozom, sapaan akrabnya di pakai sebagai brand
ambassador dari “Saint Barkley” brand sepatu
lokal tetapi dengan mengambil konsep sama
seperti
brand-brand
sepatu
ber-merk
internasional. “Saint Barkley” juga yang
mempercayakan
Ozom
sebagai
brand
ambassador nya. Brand ambassador adalah
model iklan yang memanfaatkan otoritas dan
kredibilitas kepribadian online yang kuat untuk
menciptakan strategi pemasaran langsung.
Pemilihan brand ambassador oleh perusahaan
biasanya adalah orang-orang yang dikenal oleh
publik, misalnya penyanyi, aktris/actor, atlet,
atau tokoh yang dikenal oleh masyrakat luas.
Brand “Saint Barkley” juga sering mensponsori
beberapa artis media sosial guna semakin
memperkenalkan
produknya
dikalangan
pengguna media sosial. Cara ini “Saint Barkley”
gunakan karena keberadaan media sosial yang
memang semakin menjadi sebuah fenomena
dimana pada era sekarang semua orang dengan
mudah mengakses melalui smartphone nya
untuk membeli produk yang ada. Berangkat dari
realita yang ada peneliti semakin ingin
memaknai penelitiannya dengan paradigma
konstruktifis yang memang memaknai hasil dari
penelitianya
perihal
keberadaan
brand
ambassador Ozom Rockers sebagai brand
ambassador produk “Saint Barkley”. Dengan
Diterima 15 Februari, 2015; Revisi 12 Maret, 2015; Disetujui 15 Maret, 2015
ISBN: 978-602-61242-3-4
pendekatan kualitatif beserta wawancara dan
observasi langsung ke lapangan.
Ozom juga di percaya sebagai brand
ambassador “Saint Barkley” tentunya menuai
beberapa pertanyaan baik dari konsumen,
maupun penggemar setia Ozom yang juga
personel band Rocket Rockers. Berangkat dari
realita tersebutlah peneliti tertarik mengangkat
sebuah penelitian perihal keberadaan Ozom
“Rocket Rockers” sebagai brand ambassador
“Saint Barkley”. Dan yang menjadi fokus dalam
penelitian ini yaitu mengenai keberadaan Ozom
Rocket
Rockers
yang
menjadi
brand
ambassador “Saint Barkley”. Dengan di dasari
sisi popularitasan seorang Ozom apakah brand
“Saint Barkley” memiliki penilaian atau
standarisasi sendiri dalam pemilihan Ozom
Rockers sebagai brand ambassador.
Keberadaan “Saint Barkley” sebagai brand
sepatu memang di motivasi dari sedikitnya
jumlah brand sepatu lokal khususnya di kota
Bandung. Dengan di dasari ajang bisnis
tersebut, brand “Saint Barkley” juga tertarik
menggaet Ozom sebagai brand ambassador nya
karena keberadaaannya di kalangan remaja
sesuai segmentasi produk “Saint Barkley”
tersebut. Bukan tanpa alasan “Saint Barkley”
mempercayakan
Ozom
sebagai
brand
ambassador nya. Tentunya ada kriteria yang
secara signifikan “Saint Brakley” lakukan dalam
memilih Ozom sebagai brand ambassador nya.
Ini juga yang menarik rasa ingin tahu peneliti
yang menjadi masalah dalam fokus penelitian.
Yaitu keberadaan Ozom “Rocket Rockers”
sebagai brand ambassador “Saint Brakley”
Bandung. Alasan kuat peneliti ingin mengangkat
penelitian ini yaitu mengingat maraknya
perkembangan brand-brand lokal dengan
keunggulan yang tidak kalah saing dari segi
kualitas
dengan
brand-brand
setara
internasional yang membuat sebuah pernyataan
apakah dari segi pemilihan brand ambassador
mempengaruhi keberadaan brand tersebut atau
tidak.
Hal yang menarik perihal keberadaan Ozom
Rockers sebagai brand ambassador “Saint
Barkley” ini adalah keberadaan Ozom Rockers
yang memiliki daya tarik fans yang begitu
banyak dari official fans Rocket Rockers band
yang membawa namanya seperti saat ini.
Pandangan penggemar Ozom Rockers juga
menilai sangat antusias dengan keberadaaan
Ozom Rockers yang sekarang menjadi brand
ambassador produk “Saint Barkley”, antusiasme
itu diikuti dengan para penggemar yang tidak
sedikit juga menggunakan produk dari “Saint
Barkley” karena keberadaan Ozom Rocker yang
menjadi brand ambassador produk tersebut.
Dari situ “Saint Barkley” memiliki sebuah target
pasar yang jelas secara signifikan menempatkan
massa para penggemar Ozom Rockers sebagai
para konsumennya, di luar konsumen yang
bukan penggemar dari Ozom Rockers. Secara
kriteria Ozom Rockers sudah banyak menjadi
pemenuh kebutuhan produk “Saint Barkley”
akan keberadaan brand ambassadornya.
2. Kajian Teori
Pengertian komunikasi menurut Onong dalam
buku Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek
dijelaskan bahwa pengertian komunikasi bisa
dilihat dari dua yaitu :
 Pengertian komunikasi secara etimologis
Komunikasi berasal dari bahasa latin
communication, dan bersumber juga dari
kata communis yang artinya sama, dalam
arti kata sama makna. Jadi komunikasi
berlangsung apabila antara orang-orang
yang rterlibat terdapat kesamaan maknsa
mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.
 Pengertian komunikasi secara terminologis
Komunikasi yang berarti penyampaian suatu
pertanyaan oleh seorang kepada orang lain.
(Uchjana, 1992:3)
Sedangkan menurut Everret M. Rogers
dalam
buku
karya
Hafied
Cangara
mengungkapkan definisi komunikasi “proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka”
(Cangara, 1998:20). Dan menurut Shannon &
Weaver “komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia yang saling pengaruh mempengaruhi
bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, dan teknologi”. (Cangara,
1998:20)
Dari
pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu
proses pengiriman dan penyampaian informasi
atau pesan baik berupa verbal atau non verbal
oleh seseorang kepada orang lain untuk
mengubah sikap, pendapat atau prilaku, baik
langsung secara lisan atau tidak langsung
melalu saluran atau media. Komunikasi yang
baik dan dikatakan efektif apabila pesan yang
disampaikan
pengirim
kepada
penerima
memiliki pengertian atau pemahaman yang
sama tentang pesan yang dikomunikasikan.
Komunikasi dalam hubungannya dengan
penggunaan brand ambassador yaitu sebagai
alat untuk menyampaikan pesan atau informasi
perusahaan kepada khalayaknya, melalui
komunikasi secara langsung atau tidak
langsung dengan harapan lebih efektif.
Psikologi Komunikasi
Psikologi tidak hanya mengulas komunikasi
diantara
neuron.
Psikologi
mencoba
menganalisa seluruh komponen yang terlibat
dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan,
KNiST, 30 Maret 2015
711
ISBN: 978-602-61242-3-4
psikologi memberikan karakteristik manusia
komunikan serta faktor-faktor internal maupun
eksternal
yang
memengaruhi
perilaku
komunikasinya. pada komunikator, psikologi
melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang
menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil
dalam mempengaruhi orang lain, sementara
sumber komunikasi yang lain tidak?
Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara
individu: bagaimana pesan dari seorang individu
menjadi stimulus yang menimbulkan respons
pada individu yang lain. Pada saat pesan
sampai pada diri komunikator, psikologi melihat
ke
dalam
proses
penerimaan
pesan,
menganalisa
faktor-faktor
personal
dan
situasional
yang
memengaruhinya
dan
menjelaskan berbagai corak komunikan ketika
sendiri atau dalam kelompok. (Rakhmat 2013:5)
Kita dapat memahami hubungan psikologi
komunikasi dengan memahami beberapa
pengertian komunikasi. Komunikasi adalah
proses berbagi makna melalui verbal dan
nonverbal. Segala perilaku dapat disebut
komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.
Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber
membangkitkan respon pada penerima melalui
penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda
atau simbol, baik verbal atau bentuk nonverbal,
tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa
pihak yang berkomunikasi memiliki sistem
simbol yang sama.
Dapat
disimpulkan
bahwa
komunikasi,
bagaimanapun bentuk kontekstualnya adalah
peristiwa psikologis dalam diri masing-masing
peserta komunikasi. Dengan kata lain, psikologi
mencoba menganalisis seluruh komponen yang
terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri
komunikan , psikologi menganalisis karakteristik
manusia komunikan serta faktor-faktor internal
dan eksternal yang memengaruhi perilaku
komunikasinya. (W. Syam, 2011:38)
Dalam
penelitian
ini
psikologi
komunikasi menjelaskan dan meneliti kesadaran
dan pengalaman manusia. Psikologi juga
mengarahkan perhatiannya pada perilaku
manusia dan mencoba menyimpulkan proses
kesadaran yang menyebabkan terjadinya
psikologi pada perilaku individu komunikan.
Endorsement
Pengertian Celebrity Endorser
Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari
peran bintang iklan dalam mempromosikan
sebuah merek produk, terutama bila iklan
tersebut ditayangkan pada media televisi.
Penggunaan bintang iklan dalam sebuah media
televisi merupakan alternatif strategi yang tepat
untuk
memperkenalkan
produk
kepada
konsumen. Selebriti yaitu pribadi (bintang film,
penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh
masyarakat karena kemampuannya dalam
bidang tertentu yang dapat mendukung produk
yang diiklankan. Selebriti memiliki kekuatan
untuk menghentikan (stopping power) mereka
dapat menarik perhatian atas pesan iklan di
tengah banyaknya iklan lain.
Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang
cepat untuk mewakili segmen pasar yang dibidik
(Royan, 2005: 12). Endorser sering juga disebut
direct source (sumber langsung) yaitu seorang
pembicara yang mengantarkan sebuah pesan
atau memperagakan sebuah produk atau jasa.
Endorser juga diartikan sebagai orang yang
dipilih mewakili image sebuah produk (product
image). Biasanya orang yang terpilih sebagai
endorser tersebut berasal dari kalangan tokoh
masyarakat yang memiliki karakter menonjol
dan daya tarik yang kuat (Hardiman, 2006: 38).
Maka keahlian yang dimiliki selebriti dengan
merek produk yang diiklankan haruslah relevan
(Jewler dan Drewniany, 2005: 10).
Menurut Maulana (2005: 2) kaitan antara
celebrity endorser dengan citra merek dijelaskan
sebagaimana kutipan berikut selain untuk
menigkatkan kredibilitas brand, keuntungan
utama
menggunakan
selebriti
adalah
kemampuan iklan untuk diingat dalam waktu
singkat. Citra (image) yang dimiliki oleh publik
tentang bintang ini secara tidak langsung
ditransfer ke dalam merek (brand) yang
dibintanginya dibandingkan non-celebrity atau
endorser. Penggunaan bintang-bintang terkenal
ini lebih efektif untuk menghasilkan respons
yang
positif
terhadap
brand
sekaligus
meningkatkan keinginan untuk membeli.
Dari konsep-konsep di atas didisimpulkan bahwa
celebrity endorser suatu iklan adalah sebagai
penyampai pesan mengenai produk terutama
merek dan untuk lebih mengkomunikasikan
produk tesebut kepada konsumen.
Peran Selebriti
Berikut ini adalah beberapa peran selebriti
sebagai model iklan yang biasa digunakan
perusahaan dalam sebuah iklan (Schiffman dan
Kanuk dalam Noviandra, 2006: 65-74).
1) Testimonial, jika secara personal
selebriti menggunakan produk tersebut
maka pihak dia bisa memberikan
kesaksian akan kualitas produk atau
merek yang diiklankan tersebut.
2) Endorsement, ada kalanya selebriti
diminta untuk membintangi iklan produk
dimana dia secara pribadi tidak ahli
dalam bidang tersebut.
3) Actor, selebriti diminta untuk
mempromosikan suatu produk atau
merek tertentu terkait dengan peran
yang sedang ia bintangi dalam
suatu program tayangan tertentu.
4)
Spokeperson,
selebriti
yang
mempromosikan produk dalam kurun
KNiST, 30 Maret 2015
712
ISBN: 978-602-61242-3-4
waktu tertentu dan masuk dalam
kelompok
peran
spokeperson.
Penampilan mereka akan diasosiasikan
dengan merek atau produk yang mereka
wakili.
Penggunaan selebriti sebagai bintang
iklan diyakini memiliki daya tarik tersendiri.
Selain memiliki keuntungan publisitas dan
kekuatan memperoleh perhatian dari konsumen,
selebriti juga mempunyai kekuatan untuk
dijadikan sebagai alat untuk membujuk, merayu
dan mempengaruhi konsumen sasaran, yaitu
dengan ketenaran yang dimilikinya. Dengan
memanfaatkan ketenaran tersebut diharapkan
dapat
menarik
minat
konsumen
untuk
melakukan.
Pembelian terhadap produk yang
diiklankan. Penggunaan selebriti sebagai
bintang iklan juga memiliki peranan penting
dalam membentuk personaliti merek (brand
personality) pada sebuah produk. Bagi
perusahaan, personaliti merek ini sangatlah
penting untuk membedakannya dengan merek
lain. Personaliti yang demikian oleh selebriti
harus disesuaikan dengan image produk yang
diiklankan dan kemudian personaliti tersebut
ditransfer ke dalam merek produk yang
diiklankan sehingga konsumen sadar akan
keberadaan dari merek tersebut. Selain itu,
diharapkan pula dengan dibentuknya personaliti
merek dapat membantu perusahaan dalam
meningkatkan kinerja merek produk tersebut
dipasarkan.
Fungsi dan Manfaat Brand Ambassador
Kelompok selebriti yang digunakan sebagai
bintang
iklan
adalah
para
artis
film,
sinetron,penyanyi, musisi, pelawak dan semua
orang-orang yang terkenal yang bergerak dan
memiliki keahlian di bidangnya masing-masing.
(Royan, 2004:156)
Brand ambassador disini yang
merupakan orang-orang terkenal yang
digunakan
untuk
mempromosikan
produk mereka dapat berfungsi untuk
(Royan, 2004:168) :
1) Memberikan
kesaksian
(testimonial)
2) Memberikan
dorongan
dan
penguatan (endorsement)
3) Bertindak sebagai actor dalam
topic (iklan yang diwakilinya)
4) Bertindak sebagai juru bicara
perusahaan.
Kredibilitas selebriti itulah yang
akan
meggambarkan
persepsi
konsumen (pembaca) terhadap keahlian
dan pengetahuan selebriti mengenai
produk yang diiklankan dan juga
kepercayaan dari selebriti (kejujuran
mengenai produk yang diiklankan
(Sumarwan, 2003:258).
d. Kriteria Celebrity Endorser
Kriteria memilih selebriti yang menjadi endorser
memerlukan pertimbangan-pertimbangan dari
pengiklan karena karakter endorser diukur
sangat efektif dalam mengangkat citra produk
dan brand awareness (Royan, 2005: 23). Dalam
mengevaluasi selebriti yang akan dijadikan
endorser, Miciak dan Shankim (dalam Dyson
dan Turco, 1998:2) mengemukakan konsep
FRED yaitu:
1) Keakraban (Familiarity)
Merupakan komponen pertama yang penting
dalam elebrity endorser, artinya khalayak
sasaran harus mengenal pada sosok sang artis
dan melihatnya sebagai pribadi yang tulus,
menyenangkan dan bisa dipercaya. Dalam hal
ini produsen Yamaha Mio memilih Putri Titian
sebagai celebrity endorser dimana mereka
merupakan sosok yang sudah sangat di kenal
dan familiar dimata masyarakat. Karena mereka
merupakan sosok selebritis yang sering muncul
di televisi. (Belch dan Belch, 2004:174)
menyatakan bahwa Familiarity dapat diketahui
dari pengenalan terhadap sosok selebriti,
kepribadian selebriti, ketulusan selebriti dalam
mengiklankan produk, serta kepribadian selebriti
yang
dapat
menimbulkan
kepercayaan.
Khalayak sasaran harus mengenal (aware) pada
sosok artis dan melihatnya sebagai pribadi yang
tulus, menyenangkan (likeable), dan bisa
dipercaya (trustworthy) dari selebritis tersebut
(Simatupang, 2004: 30).
2) Kesesuaian (Relevance)
Artinya terdapat hubungan yang berarti
(kecocokan) antara image merek yang
diiklankan dengan selebriti, serta antara selebriti
dengan target market. Pengiklan seringkali
mencocokkan image produk, karakteristik target
market, dan personalitas dari celebrity endorser
(Belch dan Belch, 2004: 175). Orang-orang yang
dapat dipercaya dan dianggap memiliki
wawasan untuk isu tertentu, seperti kehandalan
merek akan mampu meyakinkan orang lain
untuk mengambil suatu tindakan. Artinya harus
ada hubungan yang berarti (kecocokan) antara
selebritis dan image merek yang diiklankan,
serta antara selebritis dengan target market
(Simatupang,
2004:
30).
Sebuah
teori
menyatakan bahwa selebritis adalah wujud
nyata dari berbagai image atau asosiasi yang
dipikirkan oleh khalayak pada suatu merek
(Royan, 2005:10).
3) Nilai / Penghargaan (Esteem)
Artinya terdapat respek, tanggapan dan
kepercayaan yang tinggi dari konsumen
terhadap selebriti. Dalam hal ini sebagai contoh,
selebriti yang dipilih sebagai endorser tidak
pernah tersangkut dalam tindak kriminal atau
KNiST, 30 Maret 2015
713
ISBN: 978-602-61242-3-4
hal-hal yang buruk lainnya. Citra selebriti harus
sesuai dengan nilai, perilaku dan kesan yang
diinginkan untuk merek yang diiklankan. Contoh
kasus pada artis Luna maya, yang sebelumnya
dipercaya sebagai endorser di beberapa iklan,
tetapi setelah kasus yang dihadapinya bersama
Ariel peterpan dan Cut tari maka sejumlah iklan
yang dibintanginya lalu ditarik dari media.
Karena kasus tersebut maka respect dari
masyarakat pun berkurang kepada sosok artis
Luna maya. Hal itu dapat berdampak buruk pada
citra sebuah produk apabila di iklankan dengan
bantuan celebrity endorser yang citranya sudah
buruk di mata para konsumen ataupun
konsumen. Esteem mensyaratkan adanya
respek dan kepercayaan yang tinggi dari
khalayak sasaran terhadap kredibilitas selebritis.
Kredibilitas celebrity endorser ini ditentukan oleh
dua hal yaitu keahlian (expertise) dan
pengetahuan (knowledge) selebritis terhadap
produk dan kemampuannya menarik rasa
percaya diri khalayak sasaran (Simatupang,
2004: 30). Keahlian selebritis bersangkut paut
pada pengetahuan selebritis tentang produk
yang diiklankan (Royan, 2005: 17). Pengetahuan
produk
yang
mendalam
akan
sangat
mempengaruhi ”percaya diri” ketika membintangi
produk yang diiklankan (Royan, 2005: 31).
Kredibilitas (dapat dipercaya dan mempunyai
keahlian) merupakan alasan utama dalam
memilih selebritis sebagai endorser. Seseorang
yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki
pengetahuan
dalam
persoalan
tertentu,
merupakan seseorang yang paling cocok dalam
aksi meyakinkan dan mempengaruhi sikap
orang lain (Shimp, 1997: 286).
4) Perbedaan (Differentiation)
Artinya konsumen melihat endorser sebagai
pribadi yang unik, berbeda dan eksklusif atas
produk yang diiklankannya. Ini merupakan
sebuah kontribusi besar bagi efektifitas
seorangPelanggan yang berkomitmen memiliki
keterikatan emosional terhadap merek atau
perusahaan yang ditujunya. Konsumen yang
berkomitmen tidak ingin mencari informasi
tambahan pada saat membuat keputusan
pembelian. Mereka juga tidak mudah untuk
berpindah ke merek pesaing. Meskipun mereka
membeli merek pesaing, tetapi setelah
penawaran promosi berakhir, seperti diskon,
mereka akan kembali ke merek semula.
Perpindahan sementara tersebut hanya bersifat
memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan
oleh merek lain. Minat beli ulang merupakan
bagian dari perilaku pembelian dimana didalam
konteks minat beli ulang tersebut terdapat
konsep loyalitas (Soderlund dan Vilgon, 1999).
Selain itu, pelanggan yang memiliki komitmen
pada umumnya lebih mudah menerima
perluasan lini produk baru yang ditawarkan oleh
perusahaan
tersebut.
Kesesuaian
antara
performa dari produk atau jasa yang ditawarkan
akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan
menghasilkan
minat
konsumen
untuk
menggunakannya kembali di waktu yang akan
datang.
3. METODE PENELITIAN
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
akan
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Alasan menggunakan metode penelitian
kualitatif karena objek penelitian yang
merupakan realitas sosial dipandang sebagai
suatu gejala atau fenomena yang bersifat
dinamis, holistik, kompleks dan penuh makna.
Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek
alamiah, atau natural setting, sehingga metode
penelitian ini sering disebut metode penelitian
naturalistik, dimana peneliti menggambarkan
objek
penelitian
secara
apa
adanya
berdasarkan atas apa yang didapat melalui
pengamatan fenomena, studi literatur, dan
wawancara yang menempatkan peneliti
sebagai instrumen penelitian.
Paradigma yang digunakan oleh penulis
adalah paradigrma kontruktivisme. Paradigma
ialah paradigma dimana kebenaran suatu
realitas sosial bersifat relatif. Paradigma
kontrktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik
terhadap
paradigma
positivis.
Menurut
paradigma kontrktivisme realitas sosial yang
diamati
oleh
seseorang
tidak
dapat
digeneralisasikan pada semua orang, seperti
yang biasa dilakukan oleh kaum positivis.
Konsep mengenai kotruksionis diperkenalkan
oleh sosiolog interpretative, Peter L. Berger
bersama Thomas Luckman. Dalam konsep
kajian komunikasi, teori kontruksi sosial bisa
disebut berada diantara teori fakta sosial dan
definisi sosial (Eriyanto 2004:13).
Studi yang digunakan oleh penulis
dalam penelitian adalah studi kasus. Studi kasus
merupakan tipe pendekatan dalam penelitian
yang menelaah satu kasus secara intensif,
mendalam, mendetail dan, komprehensif. Studi
kasus bisa dilakukan terhadap individu atau
terhadap kelompok. Pada penelitian yang
menggunakan metode ini, berbagai variable
ditelaah dan ditelusuri, kemungkinan hubungan
antarvariable yang ada. Sebuah studi kasus
(case study) memberikan deskripsi tentang
individu. Individu ini biasanya adalah orang, tapi
biasa juga sebuah tempat seperti perusahaan,
sekolah, dan lingkungan sekitar. Sebuah studi
observasi naturalistik kadang juga disebut
dengan studi kasus (Cozby, 2009:188).
4. KESIMPULAN
KNiST, 30 Maret 2015
714
ISBN: 978-602-61242-3-4
Berdasarkan hasil penelitian dan dari data-data
yang penulis dapatkan, menyimpulkan bahwa:
1. Bagaimana Ozom Rockers memberikan
persepsi terhadap “Saint Barkley”
dengan keterkaitannya Ozom Rockers
memberikan sebuah persepsi akan
keberadaan yang secara signifikan dari
segi popularitas dan visibility nya
memberikan persepsi dengan stimuli
yang secara natural di respon oleh
kalangan konsumen sesuai target dari
brand “Saint Barkley” itu sendiri.
2. Bagaimana Ozom Rockers membentuk
kognisi
terhadap
“Saint
Barkley”
membentuk nya ternyata dengan
pendekatan
lingkungan
keseharian
owner yang juga memang teman dari
Ozom
Rockers
yang
akhirnya
membentuk sebuah kognisi akan rasa
tahu nya terhadap Ozom Rocker dan
membentuk
nya
sebagai
brand
ambassador “Saint Barkley”.
3. Bagaimana Ozom Rockers membentuk
sikap terhadap “Saint Barkley”. Sikap
Ozom Rockers dinilai oleh “Saint
Barkley”, mempunyai daya pendorong
atau motivasi. Dan itu pula yang secara
signifikan dilakukan oleh “Saint Barkley”
akhirnya
memilih
Ozom
Rockers
sebagai brand ambassador produk nya.
4. Bagaimana Ozom Rockers membentuk
motivasi terhadap “Saint Barkley”. Yang
menyimpulkan
bahwa
keberadaan
Ozom Rockers memberikan beberapa
aspek sebagai brand ambassador yaitu
menggerakan brand “Saint Barkley”,
mengarahkan keberadaan produk nya
untuk lebih di ketahui lagi dengan
korelasi Ozom Rockers sebagai brand
ambassador nya, dan menjaga secara
tanggung jawab atas motivasi yang
sudah “Saint Barkley” berikan kepada
Ozom Rocker.
SARAN
1. Meningkatkan keberadaan brand “Saint
Barkley” dengan memberikan persepsi
yang lebih baik dengan keberadaan
brand ambassador itu sendiri.
2. Lebih banyak memberikan sosialisi akan
keberadaan brand ambassador guna
meningktakan keberadaan brand “Saint
Barkley”.
3. Menyikapi
keberadaan
brand
ambassador dengan penuh penilaian
dengan seprofesional mungkin guna
mendapatkan hasil yang lebih produktif
bagi keberadaan brand “Saint Barkley”.
4. Banyak membuka peluang secara luas
dengan tanpa melihat background dari
profesi keberadaan brand ambassador
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian
untuk Public Relation Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Bogdan dan Taylor. 2009 Qualitative Research
for Education: An. Introduction to Theory and
Methods dalam Metodologi Penelitian Kualitatif,
Lexy J. Moleong, (Remaja Rosdakarya:
Bandung).
Cutlip Scott M., et al. 2008. Effective Public
Relatation. Jakarta: Kencana
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Dinamika
Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rakhmat,
Jalaluddin.
2011.
Psikologi
Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Royan, Frans M. 2005. Marketing Celebrities.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif
(Alfabeta:
Bandung)
KNiST, 30 Maret 2015
715
Download