Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 710~715 710 KEBERADAAN OZOM “ROCKET ROCKERS” SEBAGAI BRAND AMBASSADOR “SAINT BARKLEY” Yoshi Indriani AKOM BSI Jakarta ABSTRAKSI Penelitian ini mengemukakan bagaimana Ozom Rockers memaknai keberadaannya sebagai brand ambassador. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma penelitian konstruktivis. Metode yang dipakai adalah Studi Kasus dengan di bantu konsep proses perseptual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Ozom Rocker sebagai brand ambassador dari produk “Saint Barkley” dengan landasan pertanyaan peneliti perihal persepsi, kognisi, sikap, dan motivasi brand ambassador terhadap keberadaan “Saint Barkley”. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan Ozom Rockers sudah mewakili dari segi proses persepsi konsumen, dan owner dari produk “Saint Barkley”. Aspek-aspek perihal terciptanya sebuah persepsi yang secara stimuli natural terbentuk dengan keberadaan Ozom Rocker sebagai brand ambassador. Kata Kunci: Brand ambassador, proses perseptual, Ozom Rockers 1. PENDAHULUAN Keberadaan artis sebagai brand ambassador di beberapa produk jasa maupun barang bukanlah hal yang baru pada dunia pemasaran. Di zaman yang sudah semakin modern, persaingan bisnis yang terjadi semakin dinamis, kompleks dan ada banyak tantangan yang dihadapi perusahaan pula untuk mendapatkan cara terbaik untuk merebut serta mempertahankan pangsa pasar. Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan brand ambassador. Pemilihan brand ambassador dilatarbelakangi oleh citra positif yang dibawa oleh brand ambassador. Brand ambassador dipilih oleh perusahaan sebagai simbolisasi atau penanda untuk mewakili keinginan dan kebutuhan dari calon konsumen. Brand ambassador memang tidak semuanya menggunakan selebriti sebagai modelnya tetapi dalam penelitian brand ambassador yang dipilih adalah dengan menggunakan selebriti. Brand ambassador haruslah melekat dengan produk yang dibintanginya (produk yang ditawarkan oleh perusahaan) dan menjadi bagian dari gaya hidupnya. Seorang brand ambassador dituntut untuk memiliki loyalitas yang tinggi terhadap merek produk yang dibintanginya. Seorang brand ambassador dituntut pula untuk selalu mengkomunikasikan produk kepada calon konsumen dengan pendekatan yang berbeda–beda dan sekreatif mungkin. Pengkomunikasian ini juga harus direalisasikan pada kehidupannya sehari –hari, mereka seakan–akan berkampanye tanpa diketahui oleh masyarakat. Seperti halnya salah satu brand fashion yang bergerak di bidang sepatu yang juga menjadi objek penelitian penulis, yaitu brand “Saint Barkley” yang memilih Ozom “Rocket Rockers” band berlabel Indie kota Bandung, yang kerap digandrungi remaja-remaja. Berposisi sebagai seorang Drumer di formasi band nya. Membuat Ozom, sapaan akrabnya di pakai sebagai brand ambassador dari “Saint Barkley” brand sepatu lokal tetapi dengan mengambil konsep sama seperti brand-brand sepatu ber-merk internasional. “Saint Barkley” juga yang mempercayakan Ozom sebagai brand ambassador nya. Brand ambassador adalah model iklan yang memanfaatkan otoritas dan kredibilitas kepribadian online yang kuat untuk menciptakan strategi pemasaran langsung. Pemilihan brand ambassador oleh perusahaan biasanya adalah orang-orang yang dikenal oleh publik, misalnya penyanyi, aktris/actor, atlet, atau tokoh yang dikenal oleh masyrakat luas. Brand “Saint Barkley” juga sering mensponsori beberapa artis media sosial guna semakin memperkenalkan produknya dikalangan pengguna media sosial. Cara ini “Saint Barkley” gunakan karena keberadaan media sosial yang memang semakin menjadi sebuah fenomena dimana pada era sekarang semua orang dengan mudah mengakses melalui smartphone nya untuk membeli produk yang ada. Berangkat dari realita yang ada peneliti semakin ingin memaknai penelitiannya dengan paradigma konstruktifis yang memang memaknai hasil dari penelitianya perihal keberadaan brand ambassador Ozom Rockers sebagai brand ambassador produk “Saint Barkley”. Dengan Diterima 15 Februari, 2015; Revisi 12 Maret, 2015; Disetujui 15 Maret, 2015 ISBN: 978-602-61242-3-4 pendekatan kualitatif beserta wawancara dan observasi langsung ke lapangan. Ozom juga di percaya sebagai brand ambassador “Saint Barkley” tentunya menuai beberapa pertanyaan baik dari konsumen, maupun penggemar setia Ozom yang juga personel band Rocket Rockers. Berangkat dari realita tersebutlah peneliti tertarik mengangkat sebuah penelitian perihal keberadaan Ozom “Rocket Rockers” sebagai brand ambassador “Saint Barkley”. Dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu mengenai keberadaan Ozom Rocket Rockers yang menjadi brand ambassador “Saint Barkley”. Dengan di dasari sisi popularitasan seorang Ozom apakah brand “Saint Barkley” memiliki penilaian atau standarisasi sendiri dalam pemilihan Ozom Rockers sebagai brand ambassador. Keberadaan “Saint Barkley” sebagai brand sepatu memang di motivasi dari sedikitnya jumlah brand sepatu lokal khususnya di kota Bandung. Dengan di dasari ajang bisnis tersebut, brand “Saint Barkley” juga tertarik menggaet Ozom sebagai brand ambassador nya karena keberadaaannya di kalangan remaja sesuai segmentasi produk “Saint Barkley” tersebut. Bukan tanpa alasan “Saint Barkley” mempercayakan Ozom sebagai brand ambassador nya. Tentunya ada kriteria yang secara signifikan “Saint Brakley” lakukan dalam memilih Ozom sebagai brand ambassador nya. Ini juga yang menarik rasa ingin tahu peneliti yang menjadi masalah dalam fokus penelitian. Yaitu keberadaan Ozom “Rocket Rockers” sebagai brand ambassador “Saint Brakley” Bandung. Alasan kuat peneliti ingin mengangkat penelitian ini yaitu mengingat maraknya perkembangan brand-brand lokal dengan keunggulan yang tidak kalah saing dari segi kualitas dengan brand-brand setara internasional yang membuat sebuah pernyataan apakah dari segi pemilihan brand ambassador mempengaruhi keberadaan brand tersebut atau tidak. Hal yang menarik perihal keberadaan Ozom Rockers sebagai brand ambassador “Saint Barkley” ini adalah keberadaan Ozom Rockers yang memiliki daya tarik fans yang begitu banyak dari official fans Rocket Rockers band yang membawa namanya seperti saat ini. Pandangan penggemar Ozom Rockers juga menilai sangat antusias dengan keberadaaan Ozom Rockers yang sekarang menjadi brand ambassador produk “Saint Barkley”, antusiasme itu diikuti dengan para penggemar yang tidak sedikit juga menggunakan produk dari “Saint Barkley” karena keberadaan Ozom Rocker yang menjadi brand ambassador produk tersebut. Dari situ “Saint Barkley” memiliki sebuah target pasar yang jelas secara signifikan menempatkan massa para penggemar Ozom Rockers sebagai para konsumennya, di luar konsumen yang bukan penggemar dari Ozom Rockers. Secara kriteria Ozom Rockers sudah banyak menjadi pemenuh kebutuhan produk “Saint Barkley” akan keberadaan brand ambassadornya. 2. Kajian Teori Pengertian komunikasi menurut Onong dalam buku Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek dijelaskan bahwa pengertian komunikasi bisa dilihat dari dua yaitu : Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan bersumber juga dari kata communis yang artinya sama, dalam arti kata sama makna. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang rterlibat terdapat kesamaan maknsa mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Pengertian komunikasi secara terminologis Komunikasi yang berarti penyampaian suatu pertanyaan oleh seorang kepada orang lain. (Uchjana, 1992:3) Sedangkan menurut Everret M. Rogers dalam buku karya Hafied Cangara mengungkapkan definisi komunikasi “proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka” (Cangara, 1998:20). Dan menurut Shannon & Weaver “komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, dan teknologi”. (Cangara, 1998:20) Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian informasi atau pesan baik berupa verbal atau non verbal oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku, baik langsung secara lisan atau tidak langsung melalu saluran atau media. Komunikasi yang baik dan dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan pengirim kepada penerima memiliki pengertian atau pemahaman yang sama tentang pesan yang dikomunikasikan. Komunikasi dalam hubungannya dengan penggunaan brand ambassador yaitu sebagai alat untuk menyampaikan pesan atau informasi perusahaan kepada khalayaknya, melalui komunikasi secara langsung atau tidak langsung dengan harapan lebih efektif. Psikologi Komunikasi Psikologi tidak hanya mengulas komunikasi diantara neuron. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, KNiST, 30 Maret 2015 711 ISBN: 978-602-61242-3-4 psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak? Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu: bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu yang lain. Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang memengaruhinya dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika sendiri atau dalam kelompok. (Rakhmat 2013:5) Kita dapat memahami hubungan psikologi komunikasi dengan memahami beberapa pengertian komunikasi. Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui verbal dan nonverbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik verbal atau bentuk nonverbal, tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa pihak yang berkomunikasi memiliki sistem simbol yang sama. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi, bagaimanapun bentuk kontekstualnya adalah peristiwa psikologis dalam diri masing-masing peserta komunikasi. Dengan kata lain, psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan , psikologi menganalisis karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. (W. Syam, 2011:38) Dalam penelitian ini psikologi komunikasi menjelaskan dan meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi juga mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya psikologi pada perilaku individu komunikan. Endorsement Pengertian Celebrity Endorser Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari peran bintang iklan dalam mempromosikan sebuah merek produk, terutama bila iklan tersebut ditayangkan pada media televisi. Penggunaan bintang iklan dalam sebuah media televisi merupakan alternatif strategi yang tepat untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Selebriti yaitu pribadi (bintang film, penghibur, atau atlet) yang dikenal oleh masyarakat karena kemampuannya dalam bidang tertentu yang dapat mendukung produk yang diiklankan. Selebriti memiliki kekuatan untuk menghentikan (stopping power) mereka dapat menarik perhatian atas pesan iklan di tengah banyaknya iklan lain. Selebriti dapat digunakan sebagai alat yang cepat untuk mewakili segmen pasar yang dibidik (Royan, 2005: 12). Endorser sering juga disebut direct source (sumber langsung) yaitu seorang pembicara yang mengantarkan sebuah pesan atau memperagakan sebuah produk atau jasa. Endorser juga diartikan sebagai orang yang dipilih mewakili image sebuah produk (product image). Biasanya orang yang terpilih sebagai endorser tersebut berasal dari kalangan tokoh masyarakat yang memiliki karakter menonjol dan daya tarik yang kuat (Hardiman, 2006: 38). Maka keahlian yang dimiliki selebriti dengan merek produk yang diiklankan haruslah relevan (Jewler dan Drewniany, 2005: 10). Menurut Maulana (2005: 2) kaitan antara celebrity endorser dengan citra merek dijelaskan sebagaimana kutipan berikut selain untuk menigkatkan kredibilitas brand, keuntungan utama menggunakan selebriti adalah kemampuan iklan untuk diingat dalam waktu singkat. Citra (image) yang dimiliki oleh publik tentang bintang ini secara tidak langsung ditransfer ke dalam merek (brand) yang dibintanginya dibandingkan non-celebrity atau endorser. Penggunaan bintang-bintang terkenal ini lebih efektif untuk menghasilkan respons yang positif terhadap brand sekaligus meningkatkan keinginan untuk membeli. Dari konsep-konsep di atas didisimpulkan bahwa celebrity endorser suatu iklan adalah sebagai penyampai pesan mengenai produk terutama merek dan untuk lebih mengkomunikasikan produk tesebut kepada konsumen. Peran Selebriti Berikut ini adalah beberapa peran selebriti sebagai model iklan yang biasa digunakan perusahaan dalam sebuah iklan (Schiffman dan Kanuk dalam Noviandra, 2006: 65-74). 1) Testimonial, jika secara personal selebriti menggunakan produk tersebut maka pihak dia bisa memberikan kesaksian akan kualitas produk atau merek yang diiklankan tersebut. 2) Endorsement, ada kalanya selebriti diminta untuk membintangi iklan produk dimana dia secara pribadi tidak ahli dalam bidang tersebut. 3) Actor, selebriti diminta untuk mempromosikan suatu produk atau merek tertentu terkait dengan peran yang sedang ia bintangi dalam suatu program tayangan tertentu. 4) Spokeperson, selebriti yang mempromosikan produk dalam kurun KNiST, 30 Maret 2015 712 ISBN: 978-602-61242-3-4 waktu tertentu dan masuk dalam kelompok peran spokeperson. Penampilan mereka akan diasosiasikan dengan merek atau produk yang mereka wakili. Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan diyakini memiliki daya tarik tersendiri. Selain memiliki keuntungan publisitas dan kekuatan memperoleh perhatian dari konsumen, selebriti juga mempunyai kekuatan untuk dijadikan sebagai alat untuk membujuk, merayu dan mempengaruhi konsumen sasaran, yaitu dengan ketenaran yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan ketenaran tersebut diharapkan dapat menarik minat konsumen untuk melakukan. Pembelian terhadap produk yang diiklankan. Penggunaan selebriti sebagai bintang iklan juga memiliki peranan penting dalam membentuk personaliti merek (brand personality) pada sebuah produk. Bagi perusahaan, personaliti merek ini sangatlah penting untuk membedakannya dengan merek lain. Personaliti yang demikian oleh selebriti harus disesuaikan dengan image produk yang diiklankan dan kemudian personaliti tersebut ditransfer ke dalam merek produk yang diiklankan sehingga konsumen sadar akan keberadaan dari merek tersebut. Selain itu, diharapkan pula dengan dibentuknya personaliti merek dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja merek produk tersebut dipasarkan. Fungsi dan Manfaat Brand Ambassador Kelompok selebriti yang digunakan sebagai bintang iklan adalah para artis film, sinetron,penyanyi, musisi, pelawak dan semua orang-orang yang terkenal yang bergerak dan memiliki keahlian di bidangnya masing-masing. (Royan, 2004:156) Brand ambassador disini yang merupakan orang-orang terkenal yang digunakan untuk mempromosikan produk mereka dapat berfungsi untuk (Royan, 2004:168) : 1) Memberikan kesaksian (testimonial) 2) Memberikan dorongan dan penguatan (endorsement) 3) Bertindak sebagai actor dalam topic (iklan yang diwakilinya) 4) Bertindak sebagai juru bicara perusahaan. Kredibilitas selebriti itulah yang akan meggambarkan persepsi konsumen (pembaca) terhadap keahlian dan pengetahuan selebriti mengenai produk yang diiklankan dan juga kepercayaan dari selebriti (kejujuran mengenai produk yang diiklankan (Sumarwan, 2003:258). d. Kriteria Celebrity Endorser Kriteria memilih selebriti yang menjadi endorser memerlukan pertimbangan-pertimbangan dari pengiklan karena karakter endorser diukur sangat efektif dalam mengangkat citra produk dan brand awareness (Royan, 2005: 23). Dalam mengevaluasi selebriti yang akan dijadikan endorser, Miciak dan Shankim (dalam Dyson dan Turco, 1998:2) mengemukakan konsep FRED yaitu: 1) Keakraban (Familiarity) Merupakan komponen pertama yang penting dalam elebrity endorser, artinya khalayak sasaran harus mengenal pada sosok sang artis dan melihatnya sebagai pribadi yang tulus, menyenangkan dan bisa dipercaya. Dalam hal ini produsen Yamaha Mio memilih Putri Titian sebagai celebrity endorser dimana mereka merupakan sosok yang sudah sangat di kenal dan familiar dimata masyarakat. Karena mereka merupakan sosok selebritis yang sering muncul di televisi. (Belch dan Belch, 2004:174) menyatakan bahwa Familiarity dapat diketahui dari pengenalan terhadap sosok selebriti, kepribadian selebriti, ketulusan selebriti dalam mengiklankan produk, serta kepribadian selebriti yang dapat menimbulkan kepercayaan. Khalayak sasaran harus mengenal (aware) pada sosok artis dan melihatnya sebagai pribadi yang tulus, menyenangkan (likeable), dan bisa dipercaya (trustworthy) dari selebritis tersebut (Simatupang, 2004: 30). 2) Kesesuaian (Relevance) Artinya terdapat hubungan yang berarti (kecocokan) antara image merek yang diiklankan dengan selebriti, serta antara selebriti dengan target market. Pengiklan seringkali mencocokkan image produk, karakteristik target market, dan personalitas dari celebrity endorser (Belch dan Belch, 2004: 175). Orang-orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan untuk isu tertentu, seperti kehandalan merek akan mampu meyakinkan orang lain untuk mengambil suatu tindakan. Artinya harus ada hubungan yang berarti (kecocokan) antara selebritis dan image merek yang diiklankan, serta antara selebritis dengan target market (Simatupang, 2004: 30). Sebuah teori menyatakan bahwa selebritis adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang dipikirkan oleh khalayak pada suatu merek (Royan, 2005:10). 3) Nilai / Penghargaan (Esteem) Artinya terdapat respek, tanggapan dan kepercayaan yang tinggi dari konsumen terhadap selebriti. Dalam hal ini sebagai contoh, selebriti yang dipilih sebagai endorser tidak pernah tersangkut dalam tindak kriminal atau KNiST, 30 Maret 2015 713 ISBN: 978-602-61242-3-4 hal-hal yang buruk lainnya. Citra selebriti harus sesuai dengan nilai, perilaku dan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan. Contoh kasus pada artis Luna maya, yang sebelumnya dipercaya sebagai endorser di beberapa iklan, tetapi setelah kasus yang dihadapinya bersama Ariel peterpan dan Cut tari maka sejumlah iklan yang dibintanginya lalu ditarik dari media. Karena kasus tersebut maka respect dari masyarakat pun berkurang kepada sosok artis Luna maya. Hal itu dapat berdampak buruk pada citra sebuah produk apabila di iklankan dengan bantuan celebrity endorser yang citranya sudah buruk di mata para konsumen ataupun konsumen. Esteem mensyaratkan adanya respek dan kepercayaan yang tinggi dari khalayak sasaran terhadap kredibilitas selebritis. Kredibilitas celebrity endorser ini ditentukan oleh dua hal yaitu keahlian (expertise) dan pengetahuan (knowledge) selebritis terhadap produk dan kemampuannya menarik rasa percaya diri khalayak sasaran (Simatupang, 2004: 30). Keahlian selebritis bersangkut paut pada pengetahuan selebritis tentang produk yang diiklankan (Royan, 2005: 17). Pengetahuan produk yang mendalam akan sangat mempengaruhi ”percaya diri” ketika membintangi produk yang diiklankan (Royan, 2005: 31). Kredibilitas (dapat dipercaya dan mempunyai keahlian) merupakan alasan utama dalam memilih selebritis sebagai endorser. Seseorang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki pengetahuan dalam persoalan tertentu, merupakan seseorang yang paling cocok dalam aksi meyakinkan dan mempengaruhi sikap orang lain (Shimp, 1997: 286). 4) Perbedaan (Differentiation) Artinya konsumen melihat endorser sebagai pribadi yang unik, berbeda dan eksklusif atas produk yang diiklankannya. Ini merupakan sebuah kontribusi besar bagi efektifitas seorangPelanggan yang berkomitmen memiliki keterikatan emosional terhadap merek atau perusahaan yang ditujunya. Konsumen yang berkomitmen tidak ingin mencari informasi tambahan pada saat membuat keputusan pembelian. Mereka juga tidak mudah untuk berpindah ke merek pesaing. Meskipun mereka membeli merek pesaing, tetapi setelah penawaran promosi berakhir, seperti diskon, mereka akan kembali ke merek semula. Perpindahan sementara tersebut hanya bersifat memanfaatkan keuntungan yang ditawarkan oleh merek lain. Minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian dimana didalam konteks minat beli ulang tersebut terdapat konsep loyalitas (Soderlund dan Vilgon, 1999). Selain itu, pelanggan yang memiliki komitmen pada umumnya lebih mudah menerima perluasan lini produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Kesesuaian antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan menghasilkan minat konsumen untuk menggunakannya kembali di waktu yang akan datang. 3. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif karena objek penelitian yang merupakan realitas sosial dipandang sebagai suatu gejala atau fenomena yang bersifat dinamis, holistik, kompleks dan penuh makna. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut metode penelitian naturalistik, dimana peneliti menggambarkan objek penelitian secara apa adanya berdasarkan atas apa yang didapat melalui pengamatan fenomena, studi literatur, dan wawancara yang menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian. Paradigma yang digunakan oleh penulis adalah paradigrma kontruktivisme. Paradigma ialah paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif. Paradigma kontrktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma kontrktivisme realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang, seperti yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Konsep mengenai kotruksionis diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L. Berger bersama Thomas Luckman. Dalam konsep kajian komunikasi, teori kontruksi sosial bisa disebut berada diantara teori fakta sosial dan definisi sosial (Eriyanto 2004:13). Studi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian adalah studi kasus. Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah satu kasus secara intensif, mendalam, mendetail dan, komprehensif. Studi kasus bisa dilakukan terhadap individu atau terhadap kelompok. Pada penelitian yang menggunakan metode ini, berbagai variable ditelaah dan ditelusuri, kemungkinan hubungan antarvariable yang ada. Sebuah studi kasus (case study) memberikan deskripsi tentang individu. Individu ini biasanya adalah orang, tapi biasa juga sebuah tempat seperti perusahaan, sekolah, dan lingkungan sekitar. Sebuah studi observasi naturalistik kadang juga disebut dengan studi kasus (Cozby, 2009:188). 4. KESIMPULAN KNiST, 30 Maret 2015 714 ISBN: 978-602-61242-3-4 Berdasarkan hasil penelitian dan dari data-data yang penulis dapatkan, menyimpulkan bahwa: 1. Bagaimana Ozom Rockers memberikan persepsi terhadap “Saint Barkley” dengan keterkaitannya Ozom Rockers memberikan sebuah persepsi akan keberadaan yang secara signifikan dari segi popularitas dan visibility nya memberikan persepsi dengan stimuli yang secara natural di respon oleh kalangan konsumen sesuai target dari brand “Saint Barkley” itu sendiri. 2. Bagaimana Ozom Rockers membentuk kognisi terhadap “Saint Barkley” membentuk nya ternyata dengan pendekatan lingkungan keseharian owner yang juga memang teman dari Ozom Rockers yang akhirnya membentuk sebuah kognisi akan rasa tahu nya terhadap Ozom Rocker dan membentuk nya sebagai brand ambassador “Saint Barkley”. 3. Bagaimana Ozom Rockers membentuk sikap terhadap “Saint Barkley”. Sikap Ozom Rockers dinilai oleh “Saint Barkley”, mempunyai daya pendorong atau motivasi. Dan itu pula yang secara signifikan dilakukan oleh “Saint Barkley” akhirnya memilih Ozom Rockers sebagai brand ambassador produk nya. 4. Bagaimana Ozom Rockers membentuk motivasi terhadap “Saint Barkley”. Yang menyimpulkan bahwa keberadaan Ozom Rockers memberikan beberapa aspek sebagai brand ambassador yaitu menggerakan brand “Saint Barkley”, mengarahkan keberadaan produk nya untuk lebih di ketahui lagi dengan korelasi Ozom Rockers sebagai brand ambassador nya, dan menjaga secara tanggung jawab atas motivasi yang sudah “Saint Barkley” berikan kepada Ozom Rocker. SARAN 1. Meningkatkan keberadaan brand “Saint Barkley” dengan memberikan persepsi yang lebih baik dengan keberadaan brand ambassador itu sendiri. 2. Lebih banyak memberikan sosialisi akan keberadaan brand ambassador guna meningktakan keberadaan brand “Saint Barkley”. 3. Menyikapi keberadaan brand ambassador dengan penuh penilaian dengan seprofesional mungkin guna mendapatkan hasil yang lebih produktif bagi keberadaan brand “Saint Barkley”. 4. Banyak membuka peluang secara luas dengan tanpa melihat background dari profesi keberadaan brand ambassador DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relation Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Bogdan dan Taylor. 2009 Qualitative Research for Education: An. Introduction to Theory and Methods dalam Metodologi Penelitian Kualitatif, Lexy J. Moleong, (Remaja Rosdakarya: Bandung). Cutlip Scott M., et al. 2008. Effective Public Relatation. Jakarta: Kencana Effendy, Onong Uchjana. 1993. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Royan, Frans M. 2005. Marketing Celebrities. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif (Alfabeta: Bandung) KNiST, 30 Maret 2015 715