BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori A.1. Pasar Modal A.1.1. Pengertian Pasar Modal Yang dimaksud pasar modal adalah :“pasar untuk berbagai instrument keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang atau pun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta”(Suad Husnan, 2001 : 3) Pasar modal dapat diartikan sebagai tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau long term financial asset (Agus Sartono, 2001 :21). Sedangkan pengertian klasik pasar modal yaitu suatu sarana di mana surat-surat berharga yang berjangka panjang diperjualbelikan. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik jangka pendek maunpun jangka panjang, naik negotiable atau tidak. Dalam pengertian ini, pasar modal memiliki tujuan normatife mencapai keuntungan yang optimal. Namun demikian, sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional pasar modal memliki fungsi intermediasi yaitu menjembatani antara pihak yang membutuhkan modal dengan pihak yang memberikan modal. Pasar modal mempunyai peran penting bagi 8 9 pembangunan ekonomi sekaligus salah satu sumber pembiayan eksternal. Bagi dunia usaha, selain itu padar modal juga merupakan wahana investasi bagi investor dalam maupun luar negeri. Jadi dapat disimpulkan tujuan pasar modal yaitu : “menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat” (UU No. 88 Th. 1995) A.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal Menurut (Husnan, 1998 :8‐9) Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal antara lain : a. Supply sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. b. Demand sekuritas Harus dapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. c. Kondisi politik dan ekonomi Kondisi yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. 10 d. Masalah hukum dan peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas,karena itu kebenaran informasi menjadi sangat penting, disamping kecepatan dan kelengkapan informasi. e. Lembaga dan profesi Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien. Transaksi harus dilakukan dengan efisien dan dapat diandalkan. Oleh karena itu diperlukan berbagai lembaga dan profesi yang menjamin persyaratanpersyaratan tersebut. Lembaga dan profesi tersebut antara lain : 1. BAPEPAM ( Badan Pengawas Pasar Modal) Bertujuan mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, efesien dan melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. 2. Bursa Efek Lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek di Indonesia yang berbentuk perseroan, dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien. 11 3. Lembaga kliring dan Penjamin (LKP) Bertuuan menyediakan jasa kliring dan penjamin transaksi bursa yang teratur, wajar, dan efisien 4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) Bertujuan menyediakan jasa custodian sentral dan penyelesaian transaksi sesuai dengan pasal 14 : 2, UU No. 88 Th. 1995. 5. Perusahaan efek 6. Reksa dana Sesuai dengan UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, juga dikenal lembaga-lembaga lain dalam kegiatan pasar modal antara lain : a. Kustodian b. Biro administrasi efek c. Wali amanat (trustee) d. Akuntan e. Notaris f. Konsultan hukum g. Penilai (appraisal) A.1.3. Para Pelaku Pasar Modal Menurut (Komaruddin Ahmad 2004 : 27 ) para pelaku pasar modal, yaitu : a. Emiten 12 Adalah perusahaan yang menerbitkan saham atau perusahaan yang melakukan go public, yaitu perusahaan yang memperoleh dana dari masyarakat melalui pasar modal. b. Pemodal Adalah masyarakat (perorangan atau lembaga) yang menanamkan dananya pada perusahaan, dengan cara membeli saham, yang diterbitkan dan dijual oleh perusahaan (emiten) c. Lembaga penunjang Lembaga penunjang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung beroperasi pasar modal.Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga penunjang berada diantara emiten dan pemodal, mereka menyediakan jasa yang diperlukan oleh emiten atau investor. Lembaga penunjang dari pasar modal ini terdiri dari : 1. Penjamin emisi ( under writer ) 2. Wali amanat ( Trustee ) 3. Perantara perdagangan efek ( pialang, Broker ) 4. Pedagang efek ( Dealer ) 5. Perusahaan Surat Berharga ( Security Company ) 6. Perusahaan pengelola dana ( Investment Company ) 7. Kantor ( Biro ) Administrasi efek 13 A.2. Bursa Efek dan Sekuritas yang diperdagangkan Sekuritas atau efek adalah “selembar kertas yang menunjukan hak pemegang surat tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut” (UU No. 8 Th. 1995). Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal menjalankan haknya. Apabila sekuritas ini biasa diperjualbelikan dan merupakan instrument keuangan yang berjangka panjang, maka pernerbitannya dilakukan di pasar yang disebut pasar modal.Sedangkan kegiatan perdagangannya dilakukan di bursa. Bursa efek adalah “pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dana atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek dari pihakpihak lain sesuai dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”(Agus Sartono, UU No. 8 Th.1995). Bursa efek mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut (UU No. 8 Th. 1995) 1. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat. 2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat. 3. Membantu pembelanjaan (pemenuhan dan) dunia usaha, melalui perhimpunan dana masyarakat. 14 4. Memperluas proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemilikan sahamsaham perusahaan. Menurut UU No. 8 Th. 1995 ada beberapa jenis efek yang diperdagangkan dalam bursa efek yaitu : a. Saham Saham adalah sebutan dari surat berharga yang didalamnya tertulis besarnya kepemilikan terhadap sebuah perusahaan dari besarnya modal perusahaan. Saham dapat dikelompokan menjadi : 1) Saham biasa (common stock) Adalah saham memberikan hak kepada pemegang sahamnya untuk memperoleh bagian keuntungan perusahaan (deviden), dalam hal ini perusahaan memperoleh keuntungan pada satu tahun buku. 2) Saham preferen ( Preferen Stock) Adalah saham dimana pemegannya mendapat deviden lebih awal dari pemegang saham biasa, serta dalam likuidasi perusahaan ini memperoleh dananya setelah pembayaran hutang kepada pihak ketiga. 3) Saham lunas dan Saham Belum Lunas Saham lunas adalah saham yang harganya nominalnya telah disetor seluruhnya, sedangkan saham belum lunas adaah saham yang harga nominalnya belum disetor seluruhnya. 15 4) Saham utama (Saham Prioritas) Saham yang mempunyai hak-hak istimewa yang ditetapkan di dalam anggaran dasar perseroan.Saham utama tidak diperdagangkan. 5) Saham sendiri Saham jenis ini biasanya diberikan sebagai hadian kepada orang-orang yang telah berjasa pada waktu pertama kali perusahaan didirikan. b. Obligasi Obligasi adalah surat hutang perusahaan di mana perusahaan membayar bunga sebesar yang tertera dalam surat hutang tersebut. Obligasi mempunyai jangka waktu minimum 5 tahun dan diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan dana dan umumnya membri tingkat lebih tinggi dari tingkat bunga yang berlaku. c. Obligasi Konversi Obligasi konversi adalah oblgasi yang dapat dikonversikan (ditukar) menjadi saham biasa pada waktu tertentu atau sesudahnya d. Waran Waran adalah surat berharga yang dikeluarjan oleh suatu perusahaan untuk memesan atau membeli saham perusahaan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh surat berharga tersebut. e. Sertifikat Right Sertifikat right merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemilimnya untuk membeli saham baru dengan harga tertentu. Sertifikat ini 16 diberikan kepada pemegang saham lama sewaktu dilakukan penawaran umum terbatas kepada para pemegang saham lama. A.3. Nilai Tukar (Exchange Rate) A.3.1. Pengertian Nilai Tukar Nilai tukar atau exchange rate menunjukan banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli atau ditukar dengan satu satuan mata lain. Setiap Negara mempunyai mata uang sendiri-sendiri, setiap mata uang ini mempunyai nilai yang masing-masing berbeda satu sama lain pada saat mata uang suatau Negara dipertukarkan dengan mata uang tersebut. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai nilai tukar diantaranya menurut Nopirin (1995 : 137), nilai tukar mata uang tersebut, perbandingan nilai inilah yang dapat disebut dengan nilai tukar mata uang”. Definisi lain mengenai pengertian nilai tukar (exchange rate) “harga relatif suatu mata uang terhadap mata uang lain di pasar valuta asing” (Gunadi, 1995 : 214). Selain itu T. Gilarso (1997 : 313) menyatakan pendapat bahwa nilai tukar adalah “harga yang harus dibayar untuk membeli mata uang asing”. Transaksi internasional kini telah berkembang sangat cepat karena perkembangan teknologi komunikasi. Cara untuk mengendalikan kurs (Lia Amalia, 2007:81) antara lain : 1.Sistem standar emas Dalam sistem standar emas bergerak diatara titik-titik emas. 17 2.Sistem peningkatan kepada valuta asing Pemerintah mempunyai cadangan valuta asing lalu ikut beroperasi dalam pasar uang 3.Sistem kurs yang dikendalikan Pemerintah yang dapat menentukan dan merubah kurs valutanya terhadap valuta asing menurut keperluan ditargetkan. Dua jenis transaksi yang umum dilakukan adalah : 1. Spot Rate Spot rate adalah nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang local yang berlaku pada saat transaksi 2. Forward rate Forward rate merupakan nilai tukar mata uang saing terhadap mata uang local yang berlaku pada masa yang akan dating sesuai dengan perjanjian antara kedua belah [ihak yang telah disepakati bersama. Forward rate merupakan transaksi yang bertujuan untuk mengilangkan resiko aliran kas karena perubahan nilai tukar atau exchange rate. Dengan kata lain tingkat tertentu. Teknik semacam ini disebut juga dengan hedging technique. Karena apabila exchange rate meningkat di masa datang, maka untuk memperoleh sejumlah mata uang asing tertentu diperlukan biaya yang tetap. 18 Nilai tukar peranan sentral dalam perdagangan internasional karena nilai tukar memungkinkan kita untuk memperbandingkan harga-harga seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai Negara. Harga relatif antar mata uang yang dimuat setiap hari di kolom keuangan dari berbagai surat kabar, dengan demikian pihak perusahaan dan rumah tangga dapat menggunakan nilai tukar (kurs) untuk menterjemahkan harga-harga luar negeri ke dalam satuan nilai mata uang domestik. Dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional dikenal ada dua jenis mata uang, yaitu : a. Hard Currency Yang disebut sebagai convertible currency adalah mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya. Mata uang Hard Currency pada umumnya berasal dari Negara-negara maj seperti Amerika Serikat, Inggris dan lain-lain. b. Soft Currency Yang dimaksud dengan soft currency adalah mata uang bersifat lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi atau penurunan nilai mata uang. Soft currency ini pada umumnya berasal dari Negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Negara-negara Asia lainnya. 19 A.3.2. Sistem Nilai Tukar (Exchange Rate System) Ada beberapa macam system kurs valuta asing yang dikenal saat ini : 1. System kurs tetap ( fixed Exchange Rate) Suatu sistem sebagai upaya mempertahankan kurs valuta asing yang tetap pada tingkat tertentu, dan mengharapkan elemen – elemen intern lainnya dalam sistem tersebut dapat menjamin perekonomian berada dalam keseimbangan internasional.Sistem mempertahankan nilai kurs ini dilakukan oleh pihak eksekutif atau pemerintah. Adapun yang dimaksud dengan elemen intern mencakup stabilitas ekonomi, dimana sistem ekonomi berlangsung dengan baik (moneter,fiscal, non fiscal, dan no moneter) 2. Sistem Kurs Mengambang (floating exchange Rate) Sistem ini disebut juga sebagai sistem kurs mengembang, bahwa perubahaan nilai/kurs terjadi disebabkan oleh kekuatan permintaan disatu sisi dan kekuatan penawaran disisi lain, berarti semata-mata kurs ditentukan oleh kedua pelaku pasar, eksportir dan importer, sehingga sistem kurs ini disebut juga sebagai kurs pasar atau kurs bebas.Kurs mengambang ini dapat dibagi menjadi : 1. Clean Floating Exchange Rate ( kurs mengambang murni) Dalam sistem ini, Bank Sentral tidak melakukan intervasi pasar untuk menstabilkan kurs. Jadi kurs yang terjadi semata-mata tergantung dari permintaan dan penawaran di pasar uang. 20 2. Managed Floating Exchange Rate (kurs mengambang terkendali) Dalam sistem ini, Bank Sentral mempersiapkan sistem kurs mengambang pada batas tertentu, apabila kurs melampaui batas yang ditentukan oleh Bank Sentral, maka Bank Sentral akan melakukan investasi. 3. Plagged Exchange Rate System Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai tukar mata uang local dengan nilai mata uang Negara lain atau sejumlah mata uang tertentu, misalnya beberapa Negara Afirka mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang Perancis (FRF). Di samping itu, beberapa Negara Eropa yang tergabung dalam EEC debagai snake system yang kemudian diubah menjadi European Monetery System (EMS). Dalam system ini, setiap mata uang anggota EEC dikaitkan nilainya dengan ECU (Eropean Currency Unit) dan dapat berfluktuasi dalam batas 2,25% di atas atau di bawah kurs tengah. A.3.3. Teori PPP (Purchasing Power Parity) Teori paritas daya beli adalah sebuah cara untuk meramalkan kurs keseimbangan, jika suatu Negara mengalami ketidakseimbangan neraca pembayaran. Kurs keseimbangan adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor suatu negara (Salvatore, 1997:43). Jadi jika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspornya (defisit) maka mata uang negara tersebut akan mengalami depresiasi atau kursnya melemah. Lebih lanjut, teori paritas daya beli mencoba untuk menjelaskan bahwa pergerakan kurs antara mata uang dua 21 negara disebabkan oleh tingkat harga masing-masing negara. Dalam jangka panjang, tingkat harga domestik akan mempengaruhi pembentukan suatu kurs. Teori paritas daya beli memprediksikan bahwa kenaikan tingkat harga domestic mencerminkan adanya penurunan daya beli mata uang domestik. Penurunan daya beli mata uang tersebut akan diikuti dengan depresiasi mata uangnya. Demikian pula sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang domestik mencerminkan terjadinya apresiasi mata uang tersebut secara proporsional dalam pasar valuta asing. Adanya depresiasi ataupun apresiasi mata uang yang proporsional ini menyebabkan terjadinya keseimbangan dalam perdagangan internasional. Jadi, suatu negara tidak akan mengalami kelebihan impor atau ekspor, dengan kata lain, nilai ekspor-impornya seimbang. A.3.4 Hubungan Antara Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap harga saham Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat hubungan antara nilai tukar dan harga saham (Shapiro, 1996) yaitu : 1. Pendekatan neraca Pembayaran ( Balance Of Payment Approach) Permintaan dan penawaran dalam pasar valas dipengeruhi oleh transaksi antar Negara yang meliputi perdagangan barang dan jasa serta transaksi modal. Jika impor lebih besar maka neraca pembayaran akan deficit yang berarti permintaan akan mata uang asing akan meningkat sehingga menurunkn mata uang domestik dan sebaliknya. Melemahnya mata uang 22 domestik ini akan melemahkan daya beli yang berakibat pada penurunan pendapatan perusahaan yang pada akhirnya akan menurunkan laba. Penurunan laba ini akan menurunkan nilai perusahaan yang berdampak pada harga saham perusahaan tersebut. 2. Pendekatan Moneter (Monetary Approach) Permintaan dan penawaran dalam pasar valas dipengaruhi oleh faktorfaktor moneter seperti jumlah uang yang beredar, pendapatan riil, perbedaan suku bunga, dan inflasi di kedua Negara. Kenaikkan supply uang domestik akan menyebabkan kenaikan harga domestik secara proporsional dan lewat paritas daya beli ( Purchasing Power Parity ) akan mendorong terjadinya depresiasi mata uang domestik. Penurunan nilai tukar mata uang domestik ini pada akhirnya akan menurunkan pendapatan perusahaan yang berarti juga penurunan harga saham perusahaan tersebut. 3. Pendekatan Keseimbangan Portfolio (Portfolio Balance Approach) Pendekatan portofolio menyatakan bahwa harga saham diharapkan akan mempengaruhi nilai tukar dalam bentuk korelasi negatif. Peningkatan yang terus-menerus terjadi pada harga saham akan membantu terdorongmya mata uang domestik pada pasar modal domestik. Disini tindakan investor asing akan membeli mata uang domestik untuk diinvestasikan pada pasar modal yang mengalami bullish (naik) dan tekanan ini akan menyebabkan terapresiasinya mata uang domestik dalam jangka panjang. Meningkatnya nilai tukar (depresiasi nilai rupiah) mempunyai efek positif pada harga saham 23 secara keseluruhan dalam jangka pendek. Kebijakan pemerintah yang ditempuh adalah ketika nilai tukar domestik terdepresiasi maka pemerintah akan menaikan suku bunga yang ditujukan guna mengindari masyarakat membeli valas dan mendorong masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. Dalam pedekatan ini, asset dianggap saling menggantikan sempurna dan investor bisa menentukan pilihannya investasinya secara bebas. Perubahan kekayaan akan berdampak pada kenaikan permintaan asset financial dan pemilihan portofolia yang lebih menguntukan. Kurs valuta asing dan suku bunga harus menyesuaikan agar tercapainya keseimbangan portofolio. Pengaruh nilai tukar akan berbeda pada perusahan yang berorentasi ekspor. Perusahaan akan mendapat keuntungan dengan adanya depresiasi terhdapa mata uang rupiah karena pendapatan yang berasal dari luar negeri akan menjadi lebih besar jika ditukarkan dengan rupiah. Bila terjadi kenaikan nilai tukar US Dollar terhadap rupiah, perusahaan yang terdaftar di bursa akan mengeluarkan informasi untuk kempensasi return untuk mengkompensasi kan kerugian investor asing akibat terdepresiasinya nilai rupiah. Namun tindakan ini memerlukan waktu, sehingga pada umumnya pasar akan mendisko harga saham terlebih dahulu sehingga harga saham akan meningkat menyamai perubahan nilai kurs US dollar. 24 A.4. Tingkat Suku Bunga Pengertian dari tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan dikembalikan pada saat mendatang (Herman, 2003). Menurut Laksomo (2001), nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan tingkat suku bunga internasional. Hal ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional serta kebijakan nilai tukar mata uang kurang fleksibel. Selain bunga internasional, tingkat diskonto Suku Bunga Indonesia (SBI) juga merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia. Peningkatan diskonto SBI segera direspon suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sedengkan merespon suku bunga deposito baru muncul setelah 7 sampai 8 bulan. Boediono (1985) berpendapat bahwa tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Dalam menentukan tingkat suku bunga berlaku hukum permintaan dan penawaran. Apabila penawaran uang tetap, semakin tinggi pendapatan nasional semakin tinggi tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga atau interest rate merupakan rasio pengembalian sejumlah investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada investor. Besarnya tingkat suku bunga bervariatif sesuai dengan kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian kepada kreditur.Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor dala pengambilan keputusan investasi pada pasar modal. Sebagai wahana alternatife investasi, pasar modal menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu. Dengan membandingkan tingkat keuntungan dan 25 resiko pada pasar modal dengan tingkat suku buga yang ditawarkan sektor keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu menghasilkan keuntungan yang optimal.Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga bebas resiko (risk free), yaitu meliputi tingkat suku bunga bang sentral dan tingkat suku bunga deposito.Di Indonesia tingkat suku bunga Bank Sental di proxykan pada tingkat suku bunga Sertifikat Bank atau SBI (Husnan, 1998). Perubahan-perubahan yang terjadi pada suku bunga dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran akan uang. Apabila permintaan lebih besar dari penawaran, maka uang akan menjadi langka dan tungkat bunga akan bergerak naik. Hubungan dari permintaan dan penawaran uang terhadap suku bunga akan mengakibatkan fluktuasi investasi pada pasar saham. Bila ditinjau dari segi investor, bunga deposito berjangka menguntungkan karena suku bunganya relatif lebih tinggi dibandingkan simpanan bentuk lain dan kelebian dana deposito adalah adanya kepastian tentang kapan dana itu dapat ditarik, sehingga pihak bank dapat mengatisipasi kapan harus menyediakan dana jumlah tertentu (Iswardono,1999). Secara teoritis dapat dikatakan, bahwa investor mau melakukan investasi karena menginginkan keuntungan atau pertambahan modalnya tanpa menanggung resiko, perubahan suku bunga bank dapat mempengaruhi harga saham melalui tiga cara, yaitu : 26 1. Perubahan suku bunga mempengaruhi kondisi perusahaan secara umum dan profitabilitas perusahaan yakni deviden dan harga saham biasa. 2. Perubahan suku bunga mempengaruhi hubungan antara perolehan dari obligasi dan perolehan deviden dari saham-saham dan oleh karena itu terdapat daya tarik yang yang relatif antara saham dan obligasi 3. Perungahan suku bunga mempengaruhi psikologi investor sehubungan dengan investasi kekayaan sehingga mempengaruhi harga saham. Apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka hal tersebut akan membuat investor akan menarik dananya dan menginvestasikannya ke tempat yang mempunyai resiko relatif kecil misalnya ke deposito, sedangkan bila tingkat suku bunga mengalami penurunan maka dana yang ditanamkan tersebut akan ditarik dan para investor akan menginvestasikan dananya tersebut ke aspek yang lebih menguntungkan lainya seperti ke pasar modal dengan membeli saham. Dengan banyaknya investor yang mengalihkan dananya dari deposito ke pasar modal maka dengan sendirinya akan menyebabkan harga saham di pasar modal akan terdongkrak naik. Menurut Boediono (1992 : 76 ) ada beberapa teori yang menerangkan mengenai terjadinya tingkat suku bunga : A.4.1. Teori Klasik Menurut teori ini suku bunga merupakan harga penggunaan dana yang tersedia untuk dipinjamkan (loanable fund). Harga ini terjadi di “pasar dana 27 investasi”, istilah pasar dana investasi dapat dijelaskan bahwa dalam suatu periode ada suatu anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi kebutuhan konsumsinya. Masyarakat tersebut kemudian menabung dari kelebihan pendapatannya, jumlah seluruh tabungan mereka berbentuk penawaran akan dana yang dapat dipinjamkan. Di pihak lain, dalam periode yang sama ada anggota masyarakat atau pengusaha yang memerlukan dana untuk investasi. A.4.2. Teori Keynes Teori yang dikemukakan oleh keyness ini lebih dikenal dengan Liquidity Preference.Menurut teori ini ada 3 motif mengapa orang memegang uang tunai. Tiga motif tersebut yaitu : 1. Motif transaksi (transaction Motive ) Permintaan uang untuk transaksi dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional. 2. Motif berjaga-jaga (Precautonary Motive) Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka tingkat kesadaran terhadap masa depan akan semakin tinggi. Kondisi masa depan yang tidak menentu akan mendorong orang untuk melakukan motif ini. Hal tersebut akan membawa kebutuhan yang semakin tinggi akan perlunya uang untuk berjaga. Secara aggregate semakin tinggi pendapatan nasional, maka 28 kebutuhan masyarakat terhadap uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin tinggi. 3. Motif spekulasi (Speculation Motive) spekulasi dalam pembelian dan penjualan surat-surat berharga. Motif ini dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga naik, maka harga surat-surat berharga akan turun. Jadi naiknya tingkat suku bunga akan menaikkan permintaan untuk spekulasi dan sebaliknya. Fungsi tingkat suku bunga pada suatu perekonomian adalah sebagai daya tarik bagi penabung hak individu, institusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. a. Sebagai daya tarik bagi penabung baik individu, institusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat control bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi. c. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka pengendalian penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat suku bunga dapat digunakan untuk mengomtrol tingkat inflasi. 29 Tingkat suku bunga memegang peranan penting dalam setiap perekonomian yang menggunakan uang untuk menyimpan nilai (store of value), oleh sebab itu tingkat suku bunga yang sangat diperhitungkan dalam seluruh kegiatan bisnis. Untuk itulah penulis perlu beberapa definisi dari tingkat suku bunga yang dikemukakan oleh berbagai sumber, diantaranya adalah : Menurut Sunariyah (2003:62), tingkat suku bunga didefinisikan sebagai : “harga saham dari pinjaman dimana tingkat bunga tersebut dinyatakan dalam persentase uang pokok perunit waktu dan merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan debitur dan dibayarkan pada kreditur”. Tetapi jika pasar ekonomi berbicara tentang suku bunga, biasanya yang mereka maksudkan adalah suku bunga umum dari berbagai suku bunga yang berlaku dalam sistem ekonomi. Suku bunga biasanya dinyatakan sebagai X persen per tahun. Berarti suku bunga akan dibayarkan pada tingkat tersebut, apabila jumlah tersebut digunakan dalam setahun perusahaan. Oleh karena itu besarnya tingkat suku bunga akan disesuaikan dengan jangka waktu penggunannya. Bunga (interest) dari sisi permintaan adalah biaya atas pinjaman dan dari sisi penawaran merupakan pendapatan atas pemberian kredit.Bunga menurut pengertian pertama adalah jumlah uang yang dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan uang yang dipinjam tersebut.Jadi bunga di sini lebih merupakan sebagai sewa atau harga dari uang. Sedangkan dari sisi penawaran ( supply side), pemilik dana akan menggunakan atau mengalokasikan dananya pada jenis investasi yang menjanjikan pembayaran bunga lebih tinggi. 30 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga biasanya dinyatakan dalam bentuk persentasi dari jumlah yang dipinjamkan dan biasanya dihitung atas dasar tahunan (annual basis/ per annum).Secara singkat tingkat suku bunga disebut harga dari uang (price of money) merupakan pembebanan oleh karena adanya penggunaan uang (Dwinanda, 2003:15-16). Berikut ini penulis kemukakan pengertian bunga dan tingkat bunga, sebagai berikut : 1. Pengertian bunga menurut Kasmir dalam bukunya “dasar-dasar perbankan”(2002:133), menyatakan bahwa : Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebgai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). 2. Pengertian bunga menurut Donald E. Kieso et al. dalam bukunya “Akuntansi Intermediate” (2002:308), alih bahasa Emil Salim, menyatakan bahwa :Bunga (interest) adalah pembayaran untuk pemakaian uang. Bunga merupakan kelebihan kas yang diterima atau dibayarkan kembali untuk dan diatas jumlah yang diinvestasikan atau dipinjam pokok (principal). Menurut kasmir (2000:133) menyatakan bahwa ‘suku bunga Bank merupakan balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Suku bunga bank dapat diartikan oula 31 sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar kepada nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). A.4.3. Jenis-jenis tingkat suku bunga Ada tiga jenis tingkat suku bunga yang biasanya dipergunakan dalam perekonomian yaitu 1. Tingkat suku bunga murni Tingkat suku bunga murni adalah tingkat suku bunga dalam dunia imanjiner (khayalan) dimana tidak ada resiko bahwa debitur akan menunggak atau membayar kembali utangnya dan tidak ada biaya-biaya lain dalam transaksi utang piutang tersebut harus dikeluarkan baik oleh kreditur maupun debitur. Dalam dunia nyata, kreditur harus memperhitungkan kemungkinan bahwa debitur-debitur tidak membayar kembali hutangnya (modal ditambah bunga) tepat pada waktunya atau tidak membayar sama sekali. Adanya resiko ini tentu harus dapat dipeerhitungkan oleh kreditur atau calon kreditur dalam transaksi yang direncanakan. Apabila kreditur merasa yakin 100% bahwa si debitur pasti akan membayar tepar pada waktunya, maka resiko tersebut harus diperhitungkan. Misalnya dengan meminta barang jaminan dan seringkali juga tingkat suku bunga lebih tinggi. Tambahan atau kenaikan tingkat suku bunga tersebut premi resiko risk premium. 32 2. Tingkat suku bunga nominal Tingkat suku bunga nominal adalah penjumlahan dari unsur-unsur tingkat suku bunga murni, biaya transaksi dan premi inflasi yang diharapkan tingkat suku bunga yang tercatat di pasar berubah apabila unsur-unsurnya berubah. Tingkat suku bunga nominal inilah yang harus dibayar debitur kepada kreditur di samping pengembalian pokoknya pada saat jatuh tempo. Suku bunga nominal mengidikasikan seberapa cepat nilai suatu aktiva (asset) keuangan bertambah nilainya dalam suatu jangka waktu tertentu, tetapi suku bunga nominal ini tidak menggambarkan seberapa cepat nilai aktiva (asset) akan bertambah dalam bentuk riil atau daya beli (purchasing power).suku bunga ini merupakan tingkat suku yang sedang terjadi. 3. Tingkat suku bunga riil Menurut kalangan Macro Economics, suku bunga riil adalah suku bunga nominal dikurangi laju inflasi yang sedang terjadi pada periode yang sama. Bagi kreditur maupun debitur, tingkat bung aril (yang diharapkan) adalah yang relevan untuk dapat memutuskan apakah mereka akan mengadakan transaksi pinjam-meminjam atau tidak, tingkat bunga riil merupakan imbalan riil bagi pengorbanannya untuk menyerahkan penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan debitur tingkat bunga riil merupakan beban riil atas penggunaan uang orang lain. 33 A.4.3 Hubungan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Menurut Reilly and Brown dalam Suyanto (2007), suku bunga merupakan harga atas dana yang dipinjam. Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat suku unga yang berlaku saat ini. Apakah akan menerbitkan sekuritas modal atau obligasi. Karena penerbitan obligasi/penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal tersebut. Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Pengaruh signifikan dari suku bunga terhadap hatga saham sebagaimana yang ditemukan Granger dalam Suyanto (2007) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negative antara suku bunga dan harga saham. Hal ini juga dibuktikan oleh D. Pratikno (2009) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa tinhkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) untuk memenuhi kewajiban hutang kepada bank sehingga dapat menurunkan laba perusahaan dan akhirnya harga saham pun turun. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya kepasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi dilanati bursa turun yang berdampak pada penurunan 34 harga saham. Sedangkan sebalinya, jika tingkat suku bunga turun, maka beban perusahaan pun menurun sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pembagian jumlah deviden kas kepada investor yang berdampak pada kenaikan harga saham. A.5. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) A.5.1. Pengertian SBI Salah satu instrument keuangan yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengendalikan likuidasi perekonomian adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI adalah instrument keuangan jangka pendek yang dijadikan benchmark atau tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada para nasabahnya. Dalam kondisi normal, fungsi SBI adalah menjaga jumlah uang yang beredar dalam optimal. Namun, sejak krisis moneter melanda Indonesia tahun 1997, SBI juga digunakan oleh Bank Sentral untuk mencegah meningkatnya permintaan dana oleh kalangan masyarakat dan kalangan pengusaha swasta nasional untuk keperluan transaksi dan berjaga-jaga. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangka pendek. Dasar hukum dari SBI adalah Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 21/52/Lep/Dir tertanggal 27 Oktober 1998. 35 Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan instrument SBI, yaitu : a. SBI lelang yaitu SBI yang dijual secara lelang kepada bank atau pialang, yang didasarkan atas target kuantitas dalam rangka pelaksanaan kebijakan pengendalian moneter. b. SBI repo (repurchose agreement) adalah SBI yang dibeli kembali oleh Bank Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas bank dengan perjanjian bank akan membeli kembali sesuai jangka waktu repo yang diperjanjikan. A.5.2. Tujuan Penerbitan SBI SBI dimaksudkan untuk digunakan dalam dua jenis pasar yaitu : a. Pasar Primer Pasar primer digunakan sebagai alat pemerintah untuk mengatur jumlah uang yang beredar. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengatur sistem lelang melalui penggerak pasar (market marker) dengan penjualan SBI atau pembelian SBI. Apabila pemerintah menilai bahwa jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka Bank Indonesia akan menjual SBI. b. Pasar Sekunder 1. Cadangan Sekunder (secondary reverse) Untuk menjaga likuiditas pemilik. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jika para pemilik SBI mengalami kekurangan dana, maka mereka dapat 36 menjual SBI kepada Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan mereka. 2. Ambil Untung (profit taking) Pemilik Sertifikat Bank Indonesia dapat membeli ataupun menjual SBI-nya pada tingkat bunga yang menguntungkan. A.5.3. Karaktertistik Sertifikat Bank Indonesia SBI memiliki karakteristik sebagai berikut (www.bi.go.id) : 1. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan sementara waktu hanya diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan. 2. Denominasi: dari terendah Rp 50 juta sampai dengan tertinggi Rp 10 miliar. 3. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 jua dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. 4. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dari rumus berikut ini : Nilai Nominal x 360 Nilai Tunai = 360 + [(tingkat Diskonto x Jangka Waktu) 37 5. Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar dimuka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai 6. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). 7. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder. A.5.4. Tata Cara Penerbitan SBI Lelang Sertifikat Bank Indonesia dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : a. Lelang Harian, yang akan diadakan sesuai dengan kebutuhan b. Lelang Mingguan, yang diadakan setiap hari rabu. Kecuali hari rabu tersebut jatuh pada hari libur maka lelang mingguan akan dilakukan pada hari kerja berikutnya. c. Lelang Bilateral, yaitu yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui broker. A.5.5. Tata Cara Perdagangan SBI Tata cara perdangan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Secara Outright Outright adalah transaksi jual beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI), di mana penjual tidak memiliki kewajiban untuk membeli kembali SBI sebelum jatuh tempo. 38 b. Secara Repurchase Agreement Transaksi ini dilakukan oleh Bank Indonesia dengan perjanjian bahwa penjual wajib membeli kembali SBI yang bersangkutan dengan jangka waktu yang telah dijanjikan. A.5.6. Fungsi Penggerak Pasar dan Perantara dalam Perdagangan SBI Penggerak pasar (market maker) dan perantara (broker) sangat berperan dalam meningkatkan transaksi Sertifikat Bank Indonesia baik dalam pasar primer maupun pasar sekunder. a. Penggerak Pasar (Market Maker) Fungsi dari penggerak pasar dalam pasar primer adalah sebagai agen pelaksana lelang SBI harian atau mingguan. Dalam pasar sekunder penggerak pasar berfungsi sebagai penggerak dan bertindak sebagai dealer. b. Perantara (Broker) Perantara beroperasi dipasar sekunder, ia ikut meningkatkan transaksi SBI dengan mempertemukan penjual dan pembeli, dimana perantara akan merahasiakan nama pembeli dan penjual sebelum transaksi terjadi. A.6. Penilaian harga Saham Upaya untuk merumuskan bagaimana menurunkan harga saham yang seharusnya telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan untuk bisa memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. Meskipun demikian, dari hipotesa 39 pasar modal yang efisien kita tahu bahwa sulit bagi pemodal untuk terus menerus bisa “mengalahkan” pasar. Dan memperoleh tingkat keuntungan di atas normal (artinya lebih tinggi dari yang seharusnya sesuai dengan resiko yang ditanggung). Sebenarnya faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham mudah dikenali. Masalahnya adalah bagaimana menerapkan faktor-faktor tersebut kedalam suatu sistem penilaian yang bisa dipergunakan untuk memilih saham mana yang seharusnya dimasukan ke dalam portofolio. Berdasarkan judul skripsi maka dapat ditulis dengan dipergunakan untuk memilih saham mana yang seharusnya dimasukan ke dalam portofolio. Berdasarkan judul skripsi maka dapat ditulis dengan menggunakan rumus: Pe=d/r Di mana : Pe = Nilai atau harga saham saat ini d = deviden r = tingkat bunga (dalam hal ini tingkat suku bunga SBI dan Harga dollar) Sehingga dapat disimpulkan apabila r baik maka dapat diasumsikan harga sahan turun (Pe) dan sebaliknya apabila r turun maka harga saham naik.Dengan asumsi deviden (d) tidak mengalami perumbuhan atau tetap. A.7 Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang Asing (USD) dan Tingkat Suku Bunga (SBI) Terhadap Harga Saham Transektor yang terdaftar di BEI Seseorang yang membeli surat berharga dianggap tidak mengetahui apa sebenarnya yang akan terjadi dimasa depan. Namun, apabila dia terhadap rasional 40 maka dia akan memperkirakan kecenderungan dari kemungkinan kejadian-kejadian yang akan erjadi, dan kemudian memilih alternative pendapatan yang paling mungkin bisa direalisasikan. Oleh karena itu, informasi yang relevan sangat penting dalam memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi. Informasi tersebut diantaranya harga dollar. Tingkat suku bunga (SBI), deviden, laba perusahaan, dan lain-lain Dua faktor yang dipandang berpengaruh terhadap fluktuasi harga adalah harga dollar dan tingkat suku bunga (SBI). Perubahan dari salah satu atau kedua faktor ini menyebabkan perubahan harga saham. Misalnya, apabila perekonomian tidak menentu di masa depan sehingga nilai tukar mata uang asing tidak menentu, maka harga saham ini akan berubah-ubah. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga (SBI) dan harga dollar yang tinggi akan mengakibatkan menurunnya harga saham. Selain itu akan mempengaruhi juga terhadap indeks harga saham atau pun indeks harga saham gabungan itu sendiri. B. Hasil Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian sebelumnya tentang harga saham dengan nilai tukar uang (domestik terhadap US dolar) yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih et al (2001) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap saham. Nurdin (1999), mengemukakan hasil penelitian bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham. 41 Disisi lain, Utami dan Rahayu (2003) serta Suciwati dan Machfoedz (2002) hasilnya menunjukkan bahwa nilai tukar mata uang asing berpengaruh positif terhadap saham. Menurut Frank dan Young dalam Saini (2002) yang meneliti US MNCs (United State Multi National Corporations) menemukan bahwa tidak ada pola yang pasti dari hubungan harga saham dengan nilai tukar uang. Teori ini didukung juga dengan pendapat Ang dan Ghalap dalam Saini (2002) yang meneliti lima belas US MNCs dan mendapatkan kesimpulan yaitu harga saham menyesuaikan dengan cepat terhadap perubahan nilai tukar uang. Menurut Abdalla dan Murinde (1997) beberapa Negara seperti India, Pakistan, dan Korea Selatan menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan Ma dan Kao (1990) menemukan bahwa menguatnya uang domestik berpengaruh negatif pada pergerakan harga saham domestik untuk perekonomian yang didominasi ekspor dan berpengaruh positif pada pergerakan harga saham domestik di suatu perekonomian yang didominasi impor. Sementara itu, penelitian yang mengkaji hubungan antara suku bunga (interest rate) dengan harga saham terdapat perbedaan hasil penelitian. Granger dalam Mok (1993) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif suku bunga terhadap harga saham. Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah dan akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. 42