BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Fungsi teori dalam riset adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2007: 45). Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah: 2.1.1 Komunikasi Sebuah definisi singkat yang dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Cangara, 2008: 18) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. Menurut Harold D. Lasswell (dalam Wiryanto, 2004: 6), cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut; Who Says what In which Channel To Whom With What Effect? (Siapa mengatakan apa, dengan menggunakan saluran apa, kepada siapa, dengan efek yang bagaimana?). Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi, film¸dan media lainnya disebut media analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai content analysis; audience analysis adalah studi khusus tentang komunikan; sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang diberikan oleh komunikasi. Paradigma Lasswell di atas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu: 6 Universitas Sumatera Utara 7 1. Komunikator (communicator, sender, source) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi. 2. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar, dan sebagainya. 3. Media (channel, media) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai penyampai pesan. 4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator. 5. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh pesan tersebut. Adapun proses komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy terbagi atas dua tahap, yakni secara premier dan secara sekunder (Effendy, 2005: 11): 1. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya bahasa tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang dapat digunakan dapat berupa gerak tubuh, gambar, warna dan sebagainya. 2. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena di dukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang akan di topang oleh teknologi-teknologi lainnya. Unsur sumber (who) mengundang pertanyaan mengenai pengendalian pesan. Unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) menarik untuk mengkaji mengenai analisis media. Unsur penerima (to whom) banyak digunakan untuk studi analis khalayak. Unsur Universitas Sumatera Utara 8 pengaruh (with what effect) berhubungan erat dengan kajian mengenai efek pesanpada khalayak. Oleh karena itu, model Lasswell ini banyak diterapkan dalam komunikasi massa. Gambar 2.1 Model Komunikasi Laswell Who In Which Channel Says What To Whom With What Channel (Sumber: Cangara, 2008: 22-24) Jika kita melihat hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, gangguan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Menurut Shannon dan Weaver (dalam Cangara, 2008: 35) gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat berlangsung secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan ialah adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima. Adanya beberapa tujuan dari pentingnya komunikasi dalam komunikasi, sehingga dapat diketahui untuk apa komunikasi tersebut dilakukan. Secara umum, tujuan komunikasi menurut Effendy (2005: 24), adalah untuk mengubah sikap (to change the attitude), mengubah opini/pendapat/pandangan (to change opinion), mengubah perilaku (to change the behavior), mengubah masyarakat (to change the society). Komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta bagaimana sikap itu dapat berubah, sebab melalui proses komunikasi dapat mempengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak memiliki sikap tidak patuh dan suka melawan kepada orang tuanya, namun bisa saja anak tersebut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya, dikarenakan hasil belajar dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang menyebabkan si anak memiliki perubahan dalam sikapnya (dalam Effendy, 2005: 25). Universitas Sumatera Utara 9 Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah masyarakat. Manusia dapat saling mengemukakan pendapatnya dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga melalui komunikasi mereka dapat saling mengambil keputusan yang tepat serta mengubah perilaku mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Perlu diingat bahwa untuk mengubah perilaku masyarakat tidaklah mudah, sebab perlu komunikasi yang lebih dekat dan menyeluruh seperti melakukan komunikasi penyuluhan. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan fungsi sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat (Effendy, 2005: 26). Fungsi komunikasi lainnya menurut Harold D. Lasswell (dalam Effendy, 2005: 27) yaitu manusia mengamati lingkungannya baik lingkungan internal maupun eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang berpengaruh, terdapat unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi lingkungannya, dan penyebaran warisan sosial yang berperan sebagai pendidik dalam kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan warisan sosial pada keturunan selanjutnya. Fungsi komunikasi dipandang dari arti luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan akan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar data, fakta dan ide. Adapun fungsi dari kegiatan komunikasi, dibagi atas empat fungsi utama (Effendy, 1992: 18) yaitu: 1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 4. Mempengaruhi (to influence) 2.1.2 Komunikasi Massa Komunikasi massa (mass communication), dapat di definisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audiens yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) Universitas Sumatera Utara 10 atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2007: 83). Pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Kata massa sampai dengan saat ini mengandung makna ambivalensi yaitu makna positif dan negatif. Dilihat dari segi makna positifnya, mengandung makna konotasi solidaritas dan kekuatan sedangkan dari sisi negatif, massa bermakna kerumunan atau banyak orang khususnya sejumlah orang yang tidak teratur (dalam Mulyana, 2007: 80). Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Ahli komunikasi lainnya, Joseph A.Devito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta media yang digunakan. Dia mengemukakan definisinya dalam dua bagian, yaitu: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio atau visual (Rakhmat, 2004: 188). Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan “Mass Communication is a process whereby mass-produced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers. (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen)”. Large disini berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonymous berarti bahwa individu yang menerima pesan cenderung menjadi asing atau sama lain tidak saling mengenal satu sama lain, dan heterogeneous berarti bahwa pesan yang dikirim to whom it may concern (kepada yang berkepentingan) yakni kepada orang-orang dari Universitas Sumatera Utara 11 berbagai macam atribut, status, pekerjaan dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen. Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C Whitney disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen (dalam Mulyana, 2007: 39). Definisi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (dalam Ardianto & Erdinaya, 2004: 5) yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Maksud dari definisi tersebut adalah komunikasi massa tersebut harus menggunakan media massa dalam penyampaian pesan. Jadi dalam penyampaian pesan misalnya kepada khalayak ramai dalam suatu acara di lapangan jika tidak menggunakan media massa, maka hal tersebut bukanlah termasuk komunikasi massa. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, hal ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sangat sulit untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa lebih mudah dan lebih logis ketika didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern seperti pers, film, radio dan televisi (dalam Effendy, 2005: 21). Selain itu, menurut Little John, komunikasi massa juga didefinisikan sebagai suatu proses di mana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkan kepada publik. Little John menambahkan bahwa sentral studi komunikasi massa adalah pada media. Bila dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih besar yakni politik, ekonomi dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi massa juga mempelajari kaitan sistem-sistem tersebut dengan keberadaan fungsi media massa dalam masyarakat (Nurudin, 2004: 4). Universitas Sumatera Utara 12 Karakteristik terpenting komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah. Kedua, selalu ada proses seleksi. Misalnya setiap media memilih khalayak, contohnya koran Ner Wonker untuk kalangan menengah ke atas saja. Ketiga, karena media mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang diajukan sebenarnya tidak terlau banyak, sehingga kompetisinya berlangsung ketat. Keempat, untuk meraih khalayak sebanyak mungkin harus berusaha membidik sasaran khalayak tertentu. Misalnya, televisi merancang programnya untuk memikat segmen khalayak tertentu yang akan menyebarluaskan contohnya opera sabun untuk ibu-ibu rumah tangga. Kelima, komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Media tidak hanya mempengaruhi khalayak yang mengkonsumsinya, tetapi juga dipengaruhi olehnya (Rivers, 2003: 19-20). Definisi yang diberikan Michael W. Gamble dan Teri K. Gamble (dalam Nurudin, 2004: 6) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa dengan mendefinisikan komunikasi massa jika mencakup: 1. Komunikator dalam komunikasi masa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak luas dan tersebar. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesanpesannya bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. 3. Pesan adalah publik, artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasinya formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper artinya pesan-pesan yang disebarkan, dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan lewat media massa umpan balik dari komunikan tidak bisa langsung dilakukan. Universitas Sumatera Utara 13 Sedangkan, Jay Black dan Frederick C. Whitney (dalam Nurudin, 2004: 11) menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesanpesan yang diproduksi secara massa disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anomim dan heterogen. Adapun tiga ciri komunikasi massa menurut definisi di atas yaitu: 1. Komunikasi massa diarahkan pada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim. 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, dijadwalkan bisa mencapai sebanyak mungkin audiens secara serempak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada dalam sebuah organisasi yang kompleks dan membutuhkan biaya yang besar. Komunikasi massa biasanya merujuk pada surat kabar, video, cassette display, ROM, radio dan melebar kepada media baru (new media). New Media yang terdiri atas teknologi berbasis komputer. Teknologi komunikasi ini termasuk e-mail, internet, televisi kabel digital, teknologi video seperti DVD, pesan instan (instant messaging-IM) dan telepon genggam (West dan Turner, 2009: 41). 2.1.3 Uses and Gratification Theory Salah satu dari teori komunikasi massa yang popular dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah uses and gratification. Model uses and gratification untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan “Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?)”. Model uses and gratification menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah Universitas Sumatera Utara 14 media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2005: 289). Pendekatan uses and gratification dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel yang ditulis Elihu Katz (1995). Katz berpendapat penelitian komunikasi pada masa itu kebanyakan bertujuan hanya untuk mencari jawaban atas pertanyaan “Apa yang dilakukan media terhadap orang banyak?”. Katz, Blumer dan Michael Gurevitxh (1974) mengemukakan konsep dasar teori ini yaitu meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan-harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber yang lain, yang membawa pada pola terapan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat yang lain, barang kali juga termasuk yang tidak kita inginkan. Pendekatan uses and gratification berangkat dari pandangan bahwa komunikasi (khususnya media massa) tidak mempunyai kekuatan mempengaruhi khalayak (Saverin, 2007: 354). Pakar-pakar psikologi mengidentifikasi penetapan integrasi sosial, mencakup kebutuhan untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan yang lainnya dalam masyarakat. Kebutuhan ini diperoleh melalui pembicaraan atau diskusi tentang sebuah program televisi, film. Orang menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai, tetapi juga pelarian. Karena orang menggunakan media massa untuk mengatasi rintangan antara mereka dan orang-orang lain atau untuk menghindari aktivitas lain (Ardianto, 2004: 28). Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audien. Sebagian mengatakan soal gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai. Dalam Kriyantono (2007: 203-204) McQuail, Blumler dan Brown (1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut: 1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi. 2. Hubungan Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan. 3. Identitas Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman – diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 15 4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu. Inti dari teori uses and gratification adalah khalayak pada dasarnya menggunakan media berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi kebutuhan khalayak disebut media yang aktif. Kart, Blumer dan Michael Gurevitxh (1974) serta Dennis McQuail (1975) menggambarkan logika yang mendasari penelitian uses and gratification yaitu: (1) Faktor sosial psikologis menimbulkan (2) kebutuhan, yang melahirkan (3-4) harapan-harapan terhadap media massa atau sumber lain yang mengarah pada (5) berbagai pola penghadapan media (6) menghasilkan gratifikasi kebutuhan dan (7) dan akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibatakibat yang tidak dikehendaki (Hoeta Soehoet, 2002: 67). Model uses and gratification dapat dilukiskan seperti terlihat pada gambar di bawah ini: Gambar 2.2 Model uses and gratification Anteseden Motif - Variabel individual - Variabel lingkungan - - Efek Penggunaan Media Personal diversi - Personal Identity - Hubungan macam isi - Kepuasan - Pengetahuan Hubungan dengan isi Sumber: Rakhmat (2004: 66) Penjelasan struktur model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel antesenden terbagi atas dua dimensi yaitu: a. Individual: dimensi ini menyajikan informasi perihal data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan. b. Lingkungan: dimensi ini terdiri atas data mengenai organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. Universitas Sumatera Utara 16 2. Variabel motif terbagi atas tiga dimensi yaitu: a. Kognitif: dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan informasi dan surveillance atau eksplorasi realitas. b. Diversi: dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. c. Personal identity: dimensi ini menyajikan perihal data tentang bagaimana penggunaan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. 3. Variabel penggunaan media terbagi atas tiga dimensi yakni: a. Hubungan: dimensi ini menyajikan perihal hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. b. Jenis isi media: dimensi ini menyajikan jenis media yang dipergunakan. c. Jumlah waktu: dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media. 4. Variabel efek terbagi menjadi tiga dimensi yaitu: a. Kepuasan: dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan. b. Pengetahuan: dimensi ini menyajikan perihal persoalan tertentu. Dependensi media: dimensi ini menyajikan informasi perihal ketergantungan responden pada media dan isi media untuk kebutuhannya. Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial atau bermain), bifungsional (informasi - edukasi, fantasist escapist atau gratifikasi segera - tertangguhkan), empat fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal dan surveillance; atau surveillance (bentuk-bentuk pencarian informasi), korelasi, hiburan, transmisi budaya) dan multi fungsional. Universitas Sumatera Utara 17 Menurut Kim dan Rubin (dalam Miller, 2002: 244-245) proses internal yang dialami oleh seorang khalayak dalam mencari gratifikasi (kepuasan) dari media adalah sebagai berikut: a. Seorang khalayak akan melakukan proses seleksi (selectivity). Gratifikasi yang diinginkannya akan disesuaikan dengan media yang akan digunakannya. Seseorang yang ingin beristirahat setelah lelah bekerja seharian, tentu akan memilih mendengarkan musik video ketimbang melihat dialog atau debat di televisi yang memerlukan perhatian dan konsentrasi lebih. b. Selanjutnya yang dilakukan adalah proses memperhatikan (attention). Pada proses ini, individu khalayak akan mengalokasikan usaha kognitifnya untuk mengkonsumsi media. Seorang yang instruktur senam tentu akan lebih teliti dalam membaca tabloid Aerobik, ketimbang seseorang yang sekedar membaca untuk mengisi waktu luang. Proses terakhir adalah proses keterlibatan (involvement). Pada proses ini seorang khalayak akan terlibat lebih dalam secara personal dengan media tersebut, bahkan juga memiliki “hubungan spesial” dengan karakter media tersebut. Proses ini seringkali juga disebut sebagai “para-social interaction”. Misalnya, para penonton sepak bola level maniak, biasanya akan mampu merasakan ketegangan permainan meski hanya menonton dari layar televisi. Klasifikasi McQuail (dalam Baran & Dennis, 2009) tentang alasan umum orang-orang memanfaatkan media adalah sebagai berikut: a. Informasi 1. Mencari tahu tentang peristiwa dan kondisi yang relevan dilingkungan sekitarnya, mengenai masyarakat dan dunia. 2. Mencari nasihat mengeni hal-hal praktis atau pendapat dan pilihan keputusan. 3. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. 4. Belajar; pendidikan. 5. Memperoleh rasa aman melalui pengetahuan Universitas Sumatera Utara 18 b. Identitas pribadi 1. Menemukan penguatan nilai-nilai pribadi 2. Menemukan model perilaku 3. Menghargai dan dihargai orang lain 4. Mendapatkan wawasan tentang diri sendiri c. Integrasi dan Interaksi Sosial 1. Mendapatkan wawasan tentang keadaan orang lain; empati sosial 2. Mengenali orang lain dan mendapatkan rasa saling memiliki 3. Menentukan basis untuk percakapan dan interaksi sosial 4. Memiliki hubungan persahabatan selain di kehidupan nyata (misalnya di jejaring sosial kita dapat berteman dengan siapa saja dan berhubungan dengan mereka) 5. Melaksanakan peran sosial 6. Memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan keluarga, 7. Teman dan masyarakat d. Hiburan 1. Melarikan atau mengalihkan diri dari masalah 2. Santai 3. Mendapatkan kenikmatan budaya atau estetika 4. Mengisi waktu Selain beberapa kegunaan dan alasan untuk menggunakan media tersebut. Katz, Blumler dan Gurevitch juga menjelaskan situasi sosial yang membuat seorang pengguna membutuhkan media (Baran & Davis, 2009: 241-242) a. Situasi sosial dapat melahirkan tekanan dan konflik, ketika itu konsumsi media bisa jadi adalah obat untuk keluar dari tekanan tersebut. b. Situasi sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus mencari informasi yang ditawarkan pada media. c. Situasi sosial dapat membatasi peluang untuk berinteraksi di dunia nyata, di situlah media dapat berfungsi sebagai suplemen atau bahkan menggantikan kehidupan nyata tersebut. Universitas Sumatera Utara 19 Situasi sosial sering kali melahirkan nilai-nilai sosial tertentu. Pemenuhan kepuasan dari nilai-nilai tersebut dapat difasilitasi oleh konsumsi media tertentu. Situasi sosial dapat membuat pengguna semakin akrab dengan media. Kedekatan pengguna dengan media beserta isinya, dimaksudkan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam kelompok-kelompok tertentu. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004: 65). Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media dan sebagai pengetahuan. Menurut Effendy (2005: 294), teori uses and gratification dimulai di lingkungan sosial, di mana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut: 1. Cognitive needs (Kebutuhan kognitif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan afektif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman- pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Universitas Sumatera Utara 20 5. Escapist needs (Kebutuhan pelepasan) Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, pelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan. 2.1.4 New Media New Media didefinisikan Creeber dan Martin (2009) sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital. Definisi lain new media menurut Lievrouw (2006) adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen. Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, di mana beberapa media dijadikan satu. New media merupakan media yang menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara publik (Mondry, 2008: 13). Definisi lain mengemukakan, media baru merupakan digitalisasi yang mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode yang kompleks dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media karena media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media zaman dahulu sampai sekarang yang sudah menggunakan digital (new media). Abad ke-20 dapat digambarkan sebagai ‘zaman pertama media massa. Abad ini juga ditandai dengan berubahnya ketakjuban maupun ketakutan atas pengaruh media massa. Walaupun terjadi perubahan yang besar dalam lembaga dan teknologi media serta dalam masyarakat sendiri dan juga munculnya ‘ilmu komunikasi’, perdebatan publik mengenai signifikasi sosial yang potensial dari ‘media’ sepertinya tidak terlalu berubah. Penggambaran isu yang muncul selama dua atau tiga dekade awal pada abad ke-20 lebih dari sekedar kepentingan sejarah dan pemikiran awal memberikan poin rujukan untuk memahami masa kini (McQuail, 2011:56). Universitas Sumatera Utara 21 Media massa perkembang begitu cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, komunikasi massa pun semakin canggih dan kompleks, serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa-masa sebelumnya. Hal ini ditandai dengan munculnya media baru. Istilah ‘media baru’ telah digunakan teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan beragam. sejak tahun 1960-an dan telah mencakup seperangkat. Selama tahun 2000, internet telah memasuki fase yang disebut web 2.0. (web two point-oh), di mana semua menjadi lebih interaktif dan menjadi area untuk semua orang, tidak hanya milik beberapa pihak saja. Semua orang saat ini dapat langsung mengambil peran dan menaruh apapun ke dalam internet. Perkembangan web 2.0 sebagai platform telah mengubah sifat interaktivitas di web dan membuka pintu bagi pengguna media. Sedangkan metafora halaman web 1.0 hanya diperbolehkan untuk mengunduh informasi sejalan dan karena itu tidak berbeda dengan konsumsi media penyiaran, aplikasi web 2.0 memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen otonom. Blog, Youtube, Wikipedia, Ebay, Flickr, SecondLife dan situs jaringan sosial online lainnya seperti memungkinkan pengguna media untuk memiliki pengalaman siaran. Pentingnya web 2.0 adalah media siar menghasilkan sebuah konteks hubungan sosial instan nasional atau internasional, ada beberapa cara dimana individu mendapatkan interaksi berharga untuk membuat koneksi global secara nyata. Faktanya bahwa pengguna sekarang dapat bekerja dengan materi media siar sebagai sebuah cara mengembangkan ide pada ruang publik (Littlejohn, 2009: 686). Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan ke depannya. Internet memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan menerima pesan (Ruben, 1998: 110). Internet merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi dan image sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama. Sejumlah Universitas Sumatera Utara 22 organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan dalam operasi internet (Mc Quail, 2009: 28-29). Terdapat lima kategori utama ‘media baru’ yang sama-sama memiliki kesamaan saluran tertentu dan kurang lebih dibedakan berdasarkan jenis penggunaan, konten, dan konteks, seperti berikut ini (McQuail, 2011: 156-157): 1. Media komunikasi antarpribadi (interpersonal communication media). Meliputi telepon (yang semakin mobile) dan surat elektronik (terutama untuk pekerjaan, tetapi menjadi semakin personal). Secara umum, konten bersifat pribadi dan mudah dihapus dan hubungan yang tercipta dan dikuatkan lebih penting daripada informasi yang disampaikan. 2. Media permainan interaktif (interactive play media). Media ini terutama berbasis komputer dan video game, ditambah peralatan realitas virtual. Inovasi utamanya terletak pada interaktivitas dan mungkin dominasi dari kepuasan ‘proses’ atau ‘penggunaan’. 3. Media pencarian informasi (information search media). Ini adalah kategori yang luas tetapi Internet/www merupakan contoh yang paling penting, dianggap sebagai perpustakaan dan sumber data yang ukuran, aktualitas, dan aksebilitasnya belum pernah ada sebelumnya. Posisi mesin pencari telah telah menjadi sangat penting sebagai alat bagi para pengguna sekaligus sebagai sumber pendapatan untuk Internet. Di samping Internet, telepon (mobile) juga semakin menjadi saluran penerimaan informasi, sebagaimana juga teletext yang disiarkan dan layanan data radio. 4. Media partisipasi kolektif (collective participatory media). Kategorinya khususnya meliputi penggunaan Internet untuk berbagi dan bertukar informasi, gagasan dan pengalaman, serta untuk mengembangkan hubungan pribadi aktif (yang diperantarai komputer). Situs jejaring sosial termasuk di dalam kelompok ini. 5. Substitusi media penyiaran (substitution of broadcasting media). Acuan utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau Universitas Sumatera Utara 23 mengunduh konten yang dimasa lalu biasanya disiarkan atau disebarkan dengan metode lain yang serupa Menurut Kontemporer Septiawan (2005) Santana internet Kurnia adalah dalam sebuah bukunya medium Jurnalisme terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi seperti kecepatan komunikasi, harga komunikasi, persepsi pihak-pihak yang berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer. Jadi, titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak pada esensinya sebagai sebuah medium (Kurnia, 2005: 135-136). New media (media baru/media online) memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya dengan cepat serta harus ada juga koneksi internet di mana pun berada bersama media baru (new media/media online). Jelas new media (media baru/media online) memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update informasinya. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi yang disampaikan kepada pembacanya dengan cepat serta harus ada juga koneksi internet dimana pun berada bersama media baru (new media/media online). Media online/media baru (New Media) masuk ke dalam kategori komunikasi massa, karena pesan yang disampaikan kepada khalayak luas lewat media online/Media Baru (New Media). Internet merupakan salah satu teknologi komunikasi baru juga memiliki kemampuan untuk membantu kita memilih dan mengatur informasi yang kita inginkan atau perlukan dengan lebih efisien. Secara garis besar, internet jauh leih Universitas Sumatera Utara 24 luwes dalam menjembatani waktu dan jarak dibandingkan media-media yang sudah ada terlebih dahulu. Salah satu bagian dari new media adalah “Network Society”. “Network society” adalah formasi sosial yang berinfrastuktur dari kelompok, organisasi dan komunitas massa yang menegaskan bentuk awal dari organisasi dari segala segi (individu, grup, organisasi, dan kelompok sosial). Dengan kata lain, aspek mendasar dari formasi teori ini adalah semua yang memiliki hubungan yang luas secara kolektivitas (Van Dijk, 2006: 20). Sebagai media komunikasi, internet mempunyai peranan penting sebagai alat (channel) untuk menyampaikan pesan (message) dari komunikator/penyalur pesan (source) kepada komunikan/penerima pesan (receiver). Sifat dari internet sebagai media komunikasi adalah transaksional, dalam artian terdapat interaksi antar individu secara intensif dan ada umpan balik (feedback) dari antar individu dalam setiap interaksi tersebut. Selain itu, terdapat partisipasi antar individu dengan mempertimbangkan untung/rugi dalam setiap interaksi. Kemunculan media baru turut memberikan andil akan perubahan pola komunikasi masyarakat. Media baru, dalam hal ini internet sedikit banyak mempengaruhi cara individu bekomunikasi dengan individu lainnya. Internet di kehidupan sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai jaringan global untuk komunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada batasan. Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja tetapi kini dapat mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh sejumlah provider telpon seluler (McQuail, 2011: 44). Internet juga dianggap memiliki kapasitas besar sebagai media baru. Tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap bisa memfasilitasi transmisi informasi yang sangat cepat keseluruh dunia (Bagdakian, 2004: 114). Menurut Bagdakian, duplikasi dan penyebaran materi dari internet ini bisa mencapai jangkauan yang sangat luas. Satu orang Universitas Sumatera Utara 25 khalayak bisa mengunduh kemudian menyebarkannya pada orang-orang dalam jaringan pertemanan atau jaringan kerjanya. Kemudian pihak yang mendapatkan sebaran itu bisa menyebarkannya lagi pada orang-orang dalam jaringannya dan seterusnya. Untuk mengakses Internet, seseorang membutuhkan koneksi Internet dan piranti keras seperti komputer, PDA, Blackberry dan lain sebagainya. Internet yang dianggap sebagai gabungan dari beberapa bentuk media dan fasilitas e-mail, website, newsgroup, e-commerce dan sebagainya (Lievrouw, 2006: 221). 2.1.5 Media Sosial Media sosial menurut Sourav Gupta dalam jurnalnya Exploring Sosial Responsibility Through Sosial Media (2011) adalah sebuah media untuk melakukan interaksi sosial yang menggunakan teknik komunikasi yang terukur dan sangat mudah untuk diakses. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web dan mobile untuk mengubah komunikasi ke dalam bentuk dialog interaktif. Sedangkan Andreas Kaplan dan Michael Haenlein dalam jurnalnya Users of The World Unite! The Challenges and Opportunities of Social Media (2010) mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten antara sesama pengguna”. Teknologi-teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di Blog, tweet, atau video di YouTube dapat direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak harus membayar banyak uang kepada penerbit atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang iklan dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak orang (Zarrella, 2010: 2). Kemunculan situs media sosial ini diawali dengan adanya inisiatif untuk menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia. Situs jejaring sosial pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997. Situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000 muncul situs sosial Lunarstorm, Live Journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun 2001, muncul Ryze.com Universitas Sumatera Utara 26 yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis. Tahun 2002, muncul Friendster sebagai situs anak muda untuk saling berkenalan dengan pengguna lain. Tahun 2003, muncul situs sosial interaktif lain menyusul kemunculan Friendster, FlickR, Youtube, Myspace (https://id.wikipedia.org/). Hingga akhir tahun 2005, Friendster dan Myspace merupakan situs jejaring sosial yang paling diminati. Lalu para pengguna sosial media beralih ke Facebook yang sebenarnya telah dibuat pada tahun 2004, tetapi baru saja pada puncaknya pada tahun 2006. Tahun 2006, kemunculan Twitter ternyata menambah jumlah pemakai media sosial. Lalu setelah lahirnya Twitter muncul jejaring sosial lain seperti Path, Instagram yang hanya bisa diakses melalui perangkat iOS atau Android. Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses menggunakan sosial media dengan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna sosial media dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya. Media sosial, sesuai namanya merupakan media yang memungkinkan penggunanya untuk saling bersosialisasi dan berinteraksi, berbagi informasi maupun menjalin kerjasama (Rohmadi, 2016: 1). Media sosial telah menjadi bagian integral masyarakat modern. Bahkan beberapa jaringan sosial memiliki pengguna yang jumlahnya lebih banyak daripada populasi warga kebanyakan negara. Selalu saja ada ruang virtual yang begiotu diminati oleh penggunanya. Ada akun-akun untuk berbagi foto, video, status terbaru, saling menyapa dan bertemu secara virtual dengan teman-teman baru dan teman-teman lama. Selalu ada jalur keluar melalui media sosial terhadap kebutuhan akan beragam komunikasi yang muncul dimasyarakat (Mulyati dkk, 2014: 14). Dalam media sosial, beragam paradigma komunikasi muncul. Ada model komunikasi yang sifatnya satu arah, di mana satu pihak memberikan informasi Universitas Sumatera Utara 27 kepada pihak lain, ada pula model komunikasi yang sifatnya partisipatoris, di mana pihak-pihak yang berkomunikasi melakukannya secara dialogis. Pada model partisipatoris, pengguna media sosial saling berbagi informasi, pendapat, pandangan, pengetahuan, pengalaman, keinginan dan membangun kerangka tindakan untuk mencapai kemajuan bersama (Mulyati dkk, 2014: 7). Media sosial dapat memberi dampak postif maupun negative kepada pengguna, tergantung kebijakan pengguna dalam memanfaatkan media sosial ini. Beberapa manfaat media sosial sebagai berikut: 1. Mendapatkan Informasi Banyak Informasi yang dapat kita peroleh lewat media sosial, seperti informasi beasiswa, lowongan kerja, info seputar agama, politik, motivasi, maupun hal-hal yang sedang trend dibicarakan banyak orang. 2. Menjalin Silaturahmi Melalui media sosial, kita dapat menjalin silaturahmi meski terpisah jarak, baik dengan orang baru, teman lama, maupun teman sekarang. Lewat media sosial, banyak teman-teman dahulu yang hilang kontak, akhirnya bisa bertemu di media sosial, kemudian mengadakan reuni bersama. Ada juga yang sebenarnya di dunia nyata belum saling kenal, tetapi karena di online sudah saling berinteraksi, ketika bertemu pertama kali di dunia nyata,merasa sudah akrab satu sama lain. 3. Membentuk Komunitas Bagi yang memiliki kesukaan/hobi yang sama, dapat membentuk perkumpulan/komunitas yang berisi dengan kesukaan/hobi yang sama. Media online berperan untuk koordinasi, sharing dan interaksi ketika tidak sedang bersama. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010: 59), media sosial terdiri dari beberapa jenis antara lain: 1. Proyek Kolaborasi Jenis website yang mengijinkan penggunanya untuk dapat mengubah, menambah ataupun menghapus konten-konten yang ada di website tersebut. Website tersebut antara lain: Universitas Sumatera Utara 28 a. Wiki Wiki adalah situs yang memungkinkan penggunanya untuk menambahkan, menghapus dan mengubah konten berbasis teks. b. Aplikasi Bookmark Social Aplikasi bookmark social, di mana memungkinkan adanya pengumpulan berbasis kelompok dan rating dari link internet atau konten media. 2. Blog Pengguna blog lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blognya, seperti menceritakan pengalaman pribadi atau pun mengkritik kebijakan pemerintah. 3. Konten Para pengguna dari website jenis ini saling berbagi konten-konten media, baik seperti video, e-book, gambar dan lain-lain. 4. Jejaring sosial/microblog Aplikasi yang mengizinkan pengguna untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain. Informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto, video, moment, lokasi dan lain-lain. 5. Virtual game world Dunia virtual, di mana mereplikasikan lingkungan 3D, di mana pengguna bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. 6. Virtual social world Dunia virtual yang di mana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, virtual social world lebih bebas dan lebih ke arah kehidupan. Dengan muatan seperti itu, maka media sosial tidak jauh dari ciri-ciri berikut ini: 1. Konten yang disampaikan dibagikan kepada banyak orang dan tidak terbatas pada satu orang tertentu; Universitas Sumatera Utara 29 2. Isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada gerbang penghambat; 3. Isi disampaikan secara online dan langsung; 4. Konten dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat dan bisa juga tertunda penerimaannya tergantung pada waktu interaksi yang ditentukan sendiri oleh pengguna; 5. Media sosial menjadikan penggunanya sebagai kreator dan aktor yang memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri; 6. Dalam konten media sosial terdapat sejumlah aspek fungsional seperti identitas, percakapan (interaksi), berbagi (sharing), kehadiran (eksis), hubungan (relasi), reputasi (status) dan kelompok (group). Tak bisa dipungkiri, media sosial dalam perkembangan media telah mengambil bentuk yang menandingi media-media konvensional atau tradisional, seperti televisi, radio atau media cetak. Keunggulan itu dapat terjadi karena media sosial tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak, modal yang besar, dan tidak terikat oleh fasilitas infrastruktur produksi yang massif seperti kantor, gedung dan perangkat peliputan yang lain (Mulyati dkk, 2014: 27). Karena media sosial merupakan bagian dari sistem relasi, koneksi dan komunikasi, maka kita harus menyikapinya dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi yang terkandung dalam teori relasi, koneksi dan komunikasi masyarakat (Mulyati dkk, 2014: 33). Berikut ini sikap yang harus kita kembangkan terkait dengan peran, manfaat dan fungsi media sosial: 1. Sarana belajar, mendengarkan, dan menyampaikan. Berbagai aplikasi media sosial dapat dimanfaatkan untuk belajar melalui beragam informasi, data dan isu yang termuat di dalamnya. Pada aspek lain, media sosial juga menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai informasi kepada pihak lain. Konten-konten di dalam media sosial berasal dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang budaya, sosial, ekonomi, keyakinan, tradisi dan tendensi. Oleh karena itu, benar jika dalam arti positif, media sosial adalah sebuah ensiklopedi global yang tumbuh dengan cepat. Dalam konteks ini, pengguna media sosial perlu sekali membekali diri dengan Universitas Sumatera Utara 30 kekritisan, pisau analisa yang tajam, perenungan yang mendalam, kebijaksanaan dalam penggunaan dan emosi yang terkontrol. 2. Sarana dokumentasi, administrasi dan integrasi. Bermacam aplikasi media sosial pada dasarnya merupakan gudang dan dokumentasi beragam konten, dari yang berupa profil, informasi, reportase kejadian, rekaman peristiwa, sampai pada hasil-hasil riset kajian. Dalam konteks ini, organisasi, lembaga dan perorangan dapat memanfaatkannya dengan cara membentuk kebijakan penggunaan media sosial dan pelatihannya bagi segenap karyawan, dalam rangka memaksimalkan fungsi media sosial sesuai dengan target-target yang telah dicanangkan. Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan media sosial, antara lain membuat blog organisasi, mengintegrasikan berbagai lini di perusahaan, menyebarkan konten yang relevan sesuai target di masyarakat, atau memanfaatkan media sosial sesuai kepentingan, visi, misi, tujuan, efisiensi dan efektifitas operasional organisasi. 3. Sarana perencanaan, strategi dan manajemen. Akan diarahkan dan dibawa ke mana media sosial, merupakan domain dari penggunanya. Oleh sebab itu, media sosial di tangan para pakar manajemen dan marketing dapat menjadi senjata yang dahsyat untuk melancarkan perencanaan dan strateginya. Misalnya saja untuk melakukan promosi, menggaet pelanggan setia, menghimpun loyalitas customer, menjajaki market, mendidik publik, sampai menghimpun respons masyarakat. 4. Sarana kontrol, evaluasi dan pengukuran. Media sosial berfaedah untuk melakukan kontrol organisasi dan juga mengevaluasi berbagai perencanaan dan strategi yang telah dilakukan. Ingat, respons publik dan pasar menjadi alat ukur, kalibrasi dan parameter untuk evaluasi. Sejauh mana masyarakat memahami suatu isu atau persoalan, bagaimana prosedur-prosedur ditaati atau dilanggar publik dan seperti apa keinginan dari masyarakat, akan bisa dilihat langsung melalui media sosial. Pergerakan keinginan, ekspektasi, tendensi, opsi dan posisi pemahaman publik akan dapat terekam Universitas Sumatera Utara 31 dengan baik di dalam media sosial. Oleh sebab itu, media sosial juga dapat digunakan sebagai sarana preventif yang ampuh dalam memblok atau memengaruhi pemahaman publik. Selanjutnya menurut Magdalena (2010: 29), media sosial memiliki keistimewaan yang tidak terdapat pada media lainnya, antara lain: a. Audiens juga bisa menyampaikan informasi, b. Audiens dapat saling berinteraksi satu sama lain, c. Audiens bisa langsung berkomunikasi dengan sumber. Pada awal tahun 2017, perusahaan riset We Are Social kembali mengumumkan laporan terbaru mereka terkait perkembangan penggunaan internet di seluruh dunia. Hasilnya, mereka menyebut Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan jumlah pengguna internet terbesar di dunia. Hanya mempunyai sekitar 88,1 juta pengguna internet pada awal tahun 2016, jumlah pengguna internet di tanah air telah naik sebesar 51 persen ke angka 132,7 juta pengguna pada awal 2017 ini. Namun dari sisi perangkat yang digunakan untuk mengakses internet, tidak ada perubahan yang berarti. Sebanyak 69 persen masyarakat Indonesia masih mengakses internet melalui perangkat mobile dan sisanya melalui desktop dan tablet. Pertumbuhan jumlah pengguna internet ini turut diiringi oleh meningkatnya jumlah pengguna layanan media sosial. Hanya berjumlah 79 juta pada tahun lalu, angka tersebut kini telah naik menjadi 106 juta pengguna. Para pengguna yang secara aktif menggunakan media sosial di perangkat mobile pun naik dari angka 66 juta menjadi 92 juta. Dari segi pertambahan jumlah pengguna di layanan media sosial tersebut, Indonesia bahkan menempati posisi ketiga di dunia. Kita berhasil mengalahkan negara-negara seperti Brazil dan Amerika Serikat, dan hanya kalah dari Cina dan India (https://id.techinasia.com). Perkembangan media sosial di Indonesia semakin berkembang pesat sejak didukung infrastruktur baik dari perangkat, jaringan internet maupun teknologi. Perkembangan media sosial ini bisa terjadi dikarenakan mobile internet yaitu web perangkat mobile dan harga smartphone semakin terjangkau buat semua kalangan. Pengguna media sosial bahkan bisa aktif, mengambil peran dan independen dalam Universitas Sumatera Utara 32 menentukan konten-konten dalam media sosial kapan pun dan di mana pun. User media sosial bebas untuk mengedit seperti mengurangi dan menambahkan, menyebarkan, serta memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis maupun berbagai bentuk konten yang lain. Masa depan media sosial sulit diprediksi. Pastinya keberadaannya makin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal itu terjadi berkat manfaat dan fungsi media sosial yang telah membuat kehidupan manusia lebih mudah, efektif dan efisien. Dari data berikut dapat dilihat peningkatan penggunaan media sosial melalui internet. Jika pada tahun 1995 tercatat hanya ada satu juta situs di internet, maka pada tahun 2010 jumlahnya sudah mencapai 1,97 miliar. Pada tahun 2014 ini data termutahir menunjukkan pengguna internet dunia diperkirakan sudah melampaui 2,2 miliar atau sekitar 30 persen dari total populasi di dunia. Kemudian untuk pengguna Facebook, pada tahun 2012 baru mencapai 1 miliar dan pada tahun 2014 ini sudah mencapai 1,2 miliar pengguna. Sedangkan YouTube, pada tahun 2013 lalu rata-rata memiliki lebih dari 850 juta pengguna setiap bulannya. Catatan angka-angka di atas hendak berbicara bahwa dari tahun ke tahun pengguna internet dan media sosial bakal makin banyak. Di Indonesia sendiri diprediksi penggunanya dalam beberapa tahun ke depan akan meningkat tajam. Dalam lingkungan pendidikan saja, dengan diterapkannya Kurikulum 2013, maka dalam aktivitas dan proses mengajarnya guru dituntut untuk banyak menggunakan internet dan media sosial untuk memperkaya materi pelajaran. Tidak terkecuali para murid dan orang tuanya, juga dituntut untuk aktif menggali informasi melalui internet dan media sosial (Mulyati dkk, 2014: 28). 2.2 Kerangka Konsep Variabel penelitian yang terdapat pada judul atau masalah penelitian perlu dibatasi pengertiannya untuk menghindari salah maksud dalam menafsirkan konsep tersebut antara peneliti dan pembaca hasil penelitian, serta untuk membatasi penelitian itu sendiri. Tidak semua judul atau masalah dibatasi konsepnya secara harfiah, tetapi hanya konsep yang akan diuji. Pembatasan konsep dalam penelitian tidak saja menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dan membatasi penelitian, tetapi batasan konsep sangat Universitas Sumatera Utara 33 diperlukan untuk penjabaran variabel penelitian maupun indikator variabel (Bungin, 2005: 92). Kerangka adalah hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan menghantarkan peneliti pada perumusan hipotesis. Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan mengeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada hipotesis (Nawawi, 1995: 40). Gambar 2.3 Kerangka Konsep Sender vvv Memiliki informasi Sender menyusun dan Mengirim Pengiriman pesan melalui akun resmi IMAJINASI Receiver menerima informasi Receiver memahami informasi Universitas Sumatera Utara 34 2.3 Variabel Penelitian Tabel 2.1 Variabel Penelitian Variabel 1. Penggunaan akun resmi sosial Indikator a. Cognitive Kognitif) needs (Kebutuhan b. Affective Afektif) needs (Kebutuhan media c. Personal integrative (Kebutuhan pribadi integratif) needs secara d. Social integrative (kebutuhan sosial integratif) needs secara e. Escapist needs pelepasan) 2. Karakteristik Responden (kebutuhan a. Jenis kelamin. b. Usia. c. Mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014, 2015, 2016. d. Mengikuti Akun Resmi Sosial Media IMAJINASI FISIP USU. Universitas Sumatera Utara 35 2.4 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008: 46). Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah: A. Penggunaan Akun Resmi Sosial Media 1. Cognitive needs (Kebutuhan kognitif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan afektif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif) Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (Kebutuhan pelepasan) Adalah kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, pelepasan emosi, ketegangan dan kebutuhan akan hiburan. Universitas Sumatera Utara 36 B. Karakteristik Responden a. Jenis kelamin Responden yang berjenis kelamin Pria dan Wanita. b. Usia Responden yang usianya berkisar 18 tahun ke atas. c. Mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi USU angkatan 2014, 2015 dan 2016 Hanya mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi FISIP USU angkatan 2014, 2015 dan 2016 yang bisa menjadi responden pada penelitian ini. d. Mengikuti akun sosial media IMAJINASI FISIP USU Hanya Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU yang mengikuti media sosial IMAJINASI FISIP USU yang bisa menjadi responden penelitian ini Universitas Sumatera Utara