Makalah Toksikologi forensik Psikotropika Disusun dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di rumah sakit umum provinsi ntb bagian forensik fakultas kedokteran universitas mataram 1. RUMUSAN MASALAH a. Pengertian psikotropika b. Sediaan psikotropika yang sering digunakan dalam penyalahgunaan obat – obatan c. Mekanisme kerja psikotropika d. Cara pengambilan sampel e. Berita acara penyerahan sampel Pengertian psikotropika Psikotropika menurut Pasal 1, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku." Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian. Menurut Pasal 4 UU ini, psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/ atau ilmu pengetahuan. Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), psikotropika golongan I dinyatakan sebagai barang terlarang. Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu: - Psikotropika golongan I - Psikotropika golongan II, - Psikotropika golongan III dan - Psikotropika golongan IV. Berdasar pasal 2 ayat 2 Undang-Undang republik Indonesia No 5 Tahun 1997 tentang psikotropika, psikotropika digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Psikotropika Golongan I adalah jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan tertinggi, hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tidak untuk pengobatan (seluruhnya ada 14 jenis), antara lain : Psikotropika apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia, maka dapat dikelompokkan menjadi: Depresant yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf pusat (Psikotropika golongan 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX). Stimulant yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine, MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi. Hallusinogen yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral, sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika. 2.sediaan psikotropika Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika golongan I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik golongan II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu. Ecstasy Ecstasy (XTC) mempunyai rumus kimia 3-4-Methylene-Dioxy-MethilAmphetamine (MDMA). XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit setelah diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan. Ecstacy merupakan sediaan farmasi berupa obat yang mengandung zat aktif berupa senyawa-senyawa turunan amphetamin yang secara umum bersifat stimulan. Nama lain estacy yaitu: EVA, ADAM, MDM, INEX, GOLONGGOLONG, I, dan lain-lain. Jenis dan bentuk estacy yang masuk ke Indonesia, yaitu bentuk: tablet (yang paling banyak beredar di Indonesia), kapsul, lem dan tissue. Adapun jenis estacy yang ditemukan beredar di Indonesia yaitu: STAR, MELON, PINGUIN, RN, BON JOVI, DOLAR, PINK, LUMBA-LUMBA, ELECTRIC, KANGURU, APPLE, E, TURBO, APACHE, PETIR, dan BLACK LOVE Shabu-shabu Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika shabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah. 3.Farmakodinamik dan farmakokinetik psikotropika Farmakodinamik Pada hal ini akan dibahas farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat yang paling populer yaitu sabu – sabu dan ecstasy yang merupakan turunan dari amfetamin. Amfetamin bekerja dengan cara meningkatkan aktifitas dari monoaminergic system. Mekanisme utama nya adalah meningkatkan pelepasan dopamine dari saraf terminal. Ampetamine memasuki saraf terminal melalui transporter, dan mengganggu vesikel yang menyimpan dopamine yang menyebabkan pelepasan dopamine meningkat. Amfetamin juga bisa bekerja dengan cara menghambat metabolisme dan reuptake dopamine. Amfetamin juga bisa meningkatkan pelepasan dari noreadrenaline dan serotonin. Farmakokinetik Amfetamine bisa dikonsumsi secara oral , intanasal, dan intravena. Respon puncak terjadi antara satu sampai tiga jam setelah pemberian oral atau sekitar 15 menit setelah injeksi. Dosis tunggal bisa bertahan efek nya selama 7 sampai 12 jam, tetapi jika urine dalam keadaan alkaline (pH lebih besar dari 6,7 ) waktu paruh bisa meningkat menjadi 18 – 34 jam. Amfetamin dimetabolisme oleh hati kemudian di eksresikan melalui urine. Bibliography Departement of Health Australia. (2004, April). Pharmacology of Amphetamine. Retrieved September 5, 2014, from www.health.gov.au: http://www.health.gov.au/internet/publications/publishing.nsf/Content/drug treat-pubs-modpsy-toc~drugtreat-pubs-modpsy-2~drugtreat-pubsmodpsy-2-3~drugtreat-pubs-modpsy-2-3-pamp narkotika dan psikotropika. (n.d.). Retrieved september 5, 2014, from http://www.ut.ac.id/: http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag %203.htm Nasution, I. (2001). Memahami Narkoba Dari Aspek Farmakologi. Semarang: Universitas Diponegoro. Utomo, P. (2007). psikotropika yang berbahaya bagi kesehatan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.