1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh kesehatan fisik dan jiwa yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi sehingga dalam hal ini kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga. Hidup sehat akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan semua aktifitasnya sehari-hari. Gangguan saluran pernapasan manusia antara lain adalah sesak napas yang kerap kali disebut sebagai asma (Hadiarto, M : 2007). Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episode berulang berupa sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam hari atau dini hari (PDIP, Pedoman Paru : 2010). Keadaan tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Serangan asma bervariasi dari ringan sampai berat bahkan dapat bersifat fatal atau mengancam jiwa. Asma mengancam jiwa merupakan manifestasi klinis asma akut terberat dan biasanya disertai hiperkapnia, asidemia, penurunan 2 kesadaran serta resiko henti napas yang membutuhkan intubasi endotrakea dan ventilasi mekanis. (PDPI, Pedoman Paru : 2010) Penyakit asma di Indonesia ini termasuk peringkat 10 besar penyebab kematian dan kesakitan dengan tingkat prevalensi 6 – 8 %. (PDPI, Pedoman Paru : 2010) Ike, dkk (2001) sebanyak 2-5% penduduk Indonesia tercatat menderita Asma. Data Medical Record Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta didapatkan pasien asma pada Januari – Desember 2009 sebanyak 52 pasien dan pada Januari – Desember 2010 sebanyak 64 pasien. Untuk jumlah pengunjung dan kunjungan pada pasien asma adalah 126 dan 1643 tahun 2009, untuk 296 dan 1326 tahun 2010. Adanya peningkatan jumlah penderita asma di tahun 2009 sampai tahun 2010 terjadi >20% dengan penderita asma. Serangan asma merupakan suatu kondisi seorang penderita mengalami gangguan pernapasan yang diakibatkan terjadinya spasme bronkus karena masuknya alergen dalam udara yang dihirupnya secara mendadak. Frekuensi serangan asma merupakan tingkat kekerapan ataupun pengulangan kekambuhan dengan manifestasi klinis terdapat gejala-gejala serangan asma yang terutama adalah sesak napas, mengi dan dada terasa berat. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita sesak napas yang singkat dan ringan, dapat terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olahraga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala. (PDPI, Pedoman Paru : 2010) 3 Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk, dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Serangan asma dapat terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap dan semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa hari. (PDPI, Pedoman Paru : 2010) Pencegahan pada penderita asma terdapat tiga yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi serangan asma meliputi tingkat pendidikan rendah, pola hidup dengan kurangnya aktifitas fisik, kondisi lingkungan yang kurang sehat, sosial ekonomi dan psikososial yang berkembang di masyarakat. Untuk mengurangi serangan dan mencegah terjadinya komplikasi dibutuhkan suatu tindakan pencegahan. Tindakan ini bisa berasal dari farmakologi (obat-obatan) dan juga bisa dari non farmakologi seperti Senam Asma. (PDPI, Pedoman Paru : 2010) Senam asma adalah senam yang dalam gerakannya bermanfaat untuk melancarkan otot-otot pernapasan. Senam asma yang dikemas dan mengandung beberapa unsur antara lain unsur streaching untuk mengatasi masalah kekakuan otot-otot bantu pernapasan sehingga dapat berkontraksi dan relaksasi secara optimal. Unsur breathing exercise dengan teknik pursed lips breathing terjadi relaksasi bronkus dan efektifitas inspirasi dan ekspirasi. Unsur rekreasi senam asma yang dilaksanakan secara klub akan menjadi media berinteraksi saling berbagi dan mengurangi stres. Exercise yang toleran dan tidak berlebihan akan 4 memberikan pengaruh yang sangat baik terhadap fungsi jantung paru, sehingga akan meningkatkan kebugaran seseorang. Diterapkannya suatu olahraga pada penderita asma dengan senam asma bertujuan untuk menurunkan angka kejadian serangan yang sering terjadi pada penderita asma. Senam asma yang diadakan oleh klub asma di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta merupakan senam dengan berdurasi 60 menit dilakukan secara bertahap mulai 20-60 menit dengan frekuensi 1-2 kali perminggu. Senam ini terdiri dari pemanasan, peregangan, gerakan inti A, gerakan inti B, gerakan Aerobik 1-3, dan diakhiri dengan pendinginan. Tetapi belum semua pasien yang menderita asma melakukan kegiatan senam asma tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pasien asma yang mengikuti kegiatan senam asma, bahwa serangan asma dapat berkurang terjadinya serangan asma dengan mengikuti kegiatan senam asma secara rutin. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Senam asma terhadap penurunan frekuensi serangan pada penderita di klub asma RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta 2011". B. Rumusan Masalah Latihan fisik yang dilaksanakan secara teratur diketahui memberi banyak manfaat terhadap kesehatan seseorang. Pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa suatu bentuk latihan ternyata dapat memberi manfaat terhadap kesehatan seseorang, yang pada akhirnya berguna mengatasi penyakit tertentu. Selain senam asma untuk mencegah terjadinya serangan asma yaitu menjaga 5 lingkungan yang bersih dan nyaman, menggunakan obat yang teratur, menjaga kontrol asma. Adapun penyebab terjadinya asma yaitu polusi, stres dan emosi, lingkungan, alergen dan aktifitas. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi serangan asma meliputi tingkat pendidikan rendah, pola hidup dengan kurangnya aktifitas fisik, kondisi lingkungan yang kurang sehat, sosial ekonomi dan psikososial yang berkembang di masyarakat. Untuk mengurangi serangan dan mencegah terjadinya komplikasi dibutuhkan suatu tindakan pencegahan. Tindakan ini bisa berasal dari farmakologi (obat-obatan) dan juga bisa dari non farmakologi seperti senam asma.2 Karena begitu banyaknya masalah dan keluhan pada penderita asma, dengan adanya keterbatasan waktu tenaga, teori, dan biaya yang penulis ingin meneliti "Adakah Pengaruh Senam Asma terhadap penurunan frekuensi serangan pada penderita di klub asma RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta 2011". C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh senam asma terhadap penurunan frekuensi serangan pada penderita di klub asma RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta 2011. 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan gambaran kegiatan senam asma di klub asma RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta. b. Mengidentifikasi serangan asma pada penderita asma di klub asma RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta. 6 c. Menganalisa penyebab serangan asma pada penderita di klub asma RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan bagi perkembangan Ilmu keperawatan pada mata ajar Keperawatan Medikal Bedah khususnya tentang pengaruh senam asma terhadap penurunan frekuensi serangan pada penderita. 2. Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bersifat positif dalam usaha mengembangkan layanan keperawatan di dalam penatalaksanaan pasien asma. 3. Bagi Peneliti Sebagai sumber data atau bahan untuk penelitian yang berkaitan dengan variabel lain dan dengan intervensi keperawatan khususnya pada penderita asma.