BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepastian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat merupakan tanggung jawab
Negara yang berdaulat. Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara serta untuk menggerakkan roda pemerintahan, kepastian hukum dan
jaminan keadilan diwujudkan dengan membuat berbagai undang-undang,
peraturan, serta kebijakan yang sesuai aspirasi masyarakat dan kondisi sosial,
ekonomi, dan politik yang sedang berkembang. Terbukanya demokrasi membuat
masyarakat kritis menyikapi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
(DPR sebagai lembaga kontrol semakin aspiratif). Akibat dari iklim keterbukaan
ini, pemerintah merasa perlu merevisi, menyempurnakan bahkan merombak
berbagai peraturan yang bersifat publik yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan bidang perpajakan, reformasi dan perubahan
kebijakan juga sudah dilakukan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasarnya
adalah untuk meningkatkan kinerja perekonomian nasional, termasuk masyarakat
dan bidang usaha sebagai penyeimbang yang berkembang tidak dapat terlepas dari
peraturan-peraturan bidang perpajakan, yang dimaksudkan sebagai langkah
antisipasi pemerintah dalam menghadapi kemajuan bidang usaha baru untuk tetap
menjadi objek pajak dan memberi kepastian hukum bagi masyarakat dan sebagai
upaya mewujudkan rasa keadilan. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah
Universitas Sumatera Utara
dalam upaya ekstensifikasi dan intensifikasi bidang perpajakan serta penegakan
supremasi hukum.
Berkaitan dengan hal ini, pemasukan penerimaan dari sektor pajak cukup
berarti bagi pendapatan pemerintah. Ini tercermin dari pembiayaan belanja negara
yang semakin lama semakin bertambah besar, ditambah dengan kondisi negara
yang dibebani oleh hutang sehingga diperlukan penerimaan negara yang berasal
dari dalam negeri yang semakin lama semakin sulit diharapkan. Hal ini berarti
bahwa semua pembelanjaan negara harus dibiayai dari pendapatan negara, yaitu
dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.
Jika dipetakan, sistem pemungutan pajak terdiri dari tiga yaitu Self
Assessment System, Official Assessment System, dan yang terakhir, Withholding
Tax System. Ketiga sistem ini mempunyai ciri khas berbeda satu dengan lainnya.
Sistem Self Assesment merupakan sistem pemungutan utang pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak dalam menghitung,
membayar, dan melaporkannya sendiri secara teratur jumlah kewajiban
perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku tanpa
menunggu adanya suatu ketetapan pajak. Sistem Official Assessment merupakan
suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus ) untuk penentuan pajak terutang. Jadi, hakekat dari sistem ini adalah
fiskus memiliki wewenang yang sangat besar dalam menentukan pajak terutang
dari wajib pajak. Sementara dalam sistem pemungutan pajak atau dipungut yaitu
Sistem Withholding Tax, pajak dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga. Bagi
Universitas Sumatera Utara
pihak yang dipotong atau dipungut, pajak yang sudah dibayarnya itu dapat
berfungsi sebagai pengurang pajak diakhir tahun.
Inti dari sistem ini adalah adanya pengalihan sebagian wewenang Dirjen
Pajak dalam menerapkan besarnya kewajiban pajak kepada wajib pajak. Peran
aktif masyarakat sebagai wajib pajak dituntun dalam memenuhi kewajiban
pajaknya. Dengan adanya sistem pemungutan Self Assessment dan reformasi
peraturan perpajakan diharapkan dapat meningkatkan penerimaan dalam negeri ke
arah kemandirian pembiayaan negara sebagaimana fungsi utama pajak, yaitu
fungsi budgetair yang diartikan sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Penjualan merupakan salah satu elemen dalam laporan laba rugi yang
dikenakan dari segi Pajak Penghasilan (PPh). Dilihat dari sudut pandang PPh,
penjualan adalah kegiatan transaksi ekonomi yang dapat menghasilkan
penghasilan, penghasilan tersebut merupakan objek pajak PPh yang nantinya pada
akhir tahun harus dilaporkan oleh wajib pajak didalam Surat Pemberitahuan
(SPT). Informasi dapat diperoleh dengan menganalisis laporan keuangan yang
diterbitkan secara periodik oleh perusahaan. Dari semua informasi dan analisis
laporan keuangan, investor umumnya lebih memperhatikan profitabilitas
perusahaan. Hal ini desebabkan karena tingkat return yang diterima oleh investor
tergantung pada tingkat profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahan
untuk menghasilkan laba dari kegiatan operasionalnya. Makin tinggi laba, makin
tinggi return yang diperoleh investor.
Universitas Sumatera Utara
Dari semua informasi yang terkait dalam kemampuan perusahan dalam
meningkatkan laba dapat dilihat dari analisis laporan keuangan. Persoalan yang
sering muncul dalam masalah relevansi laporan keuangan adalah pengunaan
pendekatan berguna bagi pembuatan keputusan (decision usefulness approach).
Terdapat banyak pengguna laporan keuangan yang masing-masing mempunyai
kepentingan yang berbeda, yang biasanya dikelompokkan dalam kategori seperti
investor, kreditor manajer, pembuat peraturan, perserikatan, dan pemerintah
(kelompok-kelompok tersebut disebut constituancies). Dengan memahami
masalah keputusan, akuntan akan lebih baik menyiapkan laporan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan informasi sebagai pengguna. Dengan menyesuaikan
informasi laporan keuangan pada kebutuhan pengguna laporan keuangan tersebut
akan mengarahkan pada pembutan keputusan yang lebih baik. Dalam cara ini
laporan keuangan dapat dikatakan akan lebih berguna (usefull).
Laporan keuangan umumnya terdiri atas dua macam. Laporan keuangan yang
dimaksud diantaranya adalah laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan
komersial. Laporan keuangan fiskal pada umumnya berbeda dengan laporan
keuangan komersial, karena laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan,
sedangkan
laporan
keuangan komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Secara spesifik perbedaan itu pada umumnya terdapat dalam pengakuan
penghasilan dan biaya antara SAK dan undang-undang perpajakan. Perbedaan
tersebut disebabkan karena perbedaan waktu dan perbedaan tetap. Untuk itu
diperlukan penyusunan rekonsiliasi laporan keuangan fiskal.
Universitas Sumatera Utara
Laporan keuangan fiskal bertujuan menghitung besarnya pajak terutang.
Sanksi yang diberikan sehubungan dengan laporan keuangan fiskal apabila terjadi
penyimpangan adalah sanksi administrasi berupa bunga, atau kenaikan pajak.
Selain itu ada juga sanksi administrasi berupa bunga, atau kenaikan pajak. Selain
itu ada juga sanksi pidana berupa kurungan atau penjara. Di dalam menentukan
penghasilan atau pendapatan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan dan
undang-undang perpajakan terdapat persamaan dan perbedaan. Perbedaan yang
terjadi atas kedua dasar tersebut maka dilakukan koreksi fiskal, sehingga dari
koreksi fiskal ini disusun laporan keuangan fiskal.
Koreksi fiskal tersebut mempunyai dampak terhadap meningkatnya pajak
penghasilan badan, oleh karena itu terhadap koreksi fiskal tersebut perlu
dilakukan penelitian kembali agar biaya-biaya tersebut tetap sebagai biaya
perusahaan maupun sebagai biaya fiskal yang nantinya dapat mengurangi
besarnya pajak penghasilan.
Masalah yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa
standard atau aturan yang digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini
adalah pernyataan Standar Akuntansi Keuangan seringkali tidak sama atau
bertentangan dengan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia dalam
menentukan laba atau penghasilan kena pajak.
Aktiva pajak tangguhan terjadi bila laba akuntansi lebih kecil daripada laba
fiskal akibat perbedaan temporer. Lebih kecilnya laba akuntansi daripada laba
fiskal mengakibatkan perusahaan dapat menunda pajak terutang tersebut pada
periode mendatang. Namun, apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam
Universitas Sumatera Utara
jumlah memadai untuk dapat dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasikan atau bila dimungkinkan adanya realisasi manfaat pajak di masa
depan dengan profitabilitas kurang dari 50 persen (Endang Kiswara, 2007), maka
aktiva pajak tangguhan tidak diakui dan perusahaan akan mencatat cadangan
aktiva pajak tangguhan. Sebaliknya untuk kewajiban pajak tangguhan terjadi bila
laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal akibat perbedaan temporer.
Dalam hal perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary
different) dan ada yang bersifat tetap (permanent different). Atas perbedaan
tersebut harus dilakukan suatu tahapan yang disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga
pada akhirnya dapat diketahui laba fiskal perusahaan. Perbedaan tetap adalah
merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima bahwa hal tersebut harus
dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal atau berdasarkan peraturan
pajak tidak dapat dibebankan atau bukan merupakan penghasilan. Berbeda dengan
perbedaan tetap, perbedaan sementara baik secara standard akuntansi maupun
peraturan perpajakan boleh diakui, hanya saja waktu pengakuannya PSAK no.46,
banyak perusahaan yang mengabaikan perbedaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ivan Hasudungan Sihombing (2008) yang
berjudul “Pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap aktiva pajak tangguhan
(differed tax asset) pada perusahaan manufaktur di BEI”. Dimana variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, ROA, operating income dan market
capitalisation. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007.Teknik pengambilan sampel yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan adalah teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan ROA, ROE, operating income dan market capitalisation
berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan. Secara parsial ROA dan
operating income berpengaruh signifikan terhadap aktiva pajak tangguhan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menguji kembali penelitian
yang dilakukan oleh Ivan Hasudungan Sihombing (2008). Adapun judul yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:“Pengaruh Rasio
Perusahaan
Terhadap
Aktiva
Pajak
Tangguhan
pada
Profitabilitas
Perusahaan
Manufaktur di BEI”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini dapat diindentifikasikan sebagai berikut: “Apakah rasio
profitabilitas berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak
tangguhan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia ?.”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah rasio profitabilitas
berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap aktiva pajak tangguhan pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai
hubungan antara variabel-variabel yang dalam hal ini adalah ROA, ROE
dan net profit margin terhadap aktiva pajak tangguhan, dan memberikan
penjelasan serta memperbaiki teori yang sudah ada mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi aktiva pajak tangguhan disuatu perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor
untuk menambah wawasan mengenai pasar modal terutama mengenai
profitabilitas dan aktiva pajak tangguhan. Diharapkan juga dapat
memberikan
kontribusi
untuk
penelitian
selajutnya
dalam
hal
pengembangan teori dimasa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Download