BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja yang semakin lesu pada saat ini, tetap mampu membuat kebanyakan orang berlomba dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan atau bekerja. Pekerjaan itu bermacam-macam dan dilakukan oleh penduduk yang berusia produktif sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Alasan seseorang untuk bekerja banyak macamnya, seperti masalah ekonomi atau karir, untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya atau hanya sekedar mencari pengalaman. Alasan-alasan yang disebutkan ini dapat dijadikan jembatan untuk memperkaya diri dalam dunia kerja. Pekerjaan bagi seseorang merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Bekerja merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan pribadi atau untuk memenuhi segala macam kebutuhan. Pekerjaan dapat dianggap sangat penting apabila seseorang harus tetap melangsungkan kehidupannya. Pada dasarnya semua orang mengetahui apa yang dimaksud dengan kerja atau pekerjaan. Walaupun sebagian orang mengkonotasikannya berbeda-beda tapi memiliki tujuan yang sama. Kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang guna mencapai tujuan yang diinginkan. Kerja juga merupakan aktivitas fisik dan mental dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Pekerjaan itu sendiri merupakan nama atau sesuatu yang mencirikan kegiatan yang dilakukan seseorang seperti dokter, guru, insinyur, dosen atau pramuniaga. Salah satu pekerjaan yang menarik adalah menjadi pramuniaga dan ini merupakan fenomena yang sering dijumpai. Bekerja sebagai pramuniaga dapat 1 dilakukan oleh pria dan wanita, tetapi lebih sering diminati oleh wanita karena biasanya swalayan atau pusat pertokoan lebih banyak membutuhkan karyawan wanita untuk melayani pembeli. Alasan seseorang bekerja sebagai pramuniaga karena ingin mencari pengalaman kerja, karena kebutuhan ekonomi, atau karena tidak dapat melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Pramuniaga adalah pekerjaan yang membutuhkan kondisi fisik dan mental yang baik. Bekerja menjadi pramuniaga pada sebuat toko, supermarket, toserba atau pusat perbelanjaan tidak semudah yang dibayangkan. Seorang pramuniaga dalam bekerja juga harus memiliki kemampuan atau ketrampilan lain, seperti memberikan jasa pelayanan pada pembeli atau konsumen dengan baik, dapat menarik pembeli atau konsumen dalam menawarkan barang yang dijualnya, berpenampilan rapi, ramah dan murah senyum. Semua yang disebutkan ini merupakan kriteria-kriteria sebagai pramuniaga. Seseorang yang bekerja menjadi pramuniaga jika tidak mengetahui seluk beluk pekerjaan yang dilakukannya maka tidak akan berhasil. Semua itu membutuhkan persiapan untuk memulai memasuki dan mengenali dunia kerjanya. Menurut Atikarini (2001) suatu persiapan pokok yang sangat menentukan ialah mempersiapkan kesesuaian antara diri pribadi dengan pekeijaan maupun dengan lingkungan yang akan dihadapi. Bekerja menjadi pramuniaga sangatlah penting untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu secara psikologis sebelum menjalankan tugasnya sebagai pemberi jasa pelayanan kepada konsumen. Pemahaman mengenai dunia keija yang akan dihadapi membuat seorang pramuniaga ini lebih siap dalam menghadapi setiap masalah kerjanya. Masalah-masalah tersebut dapat timbul dari luar diri pramuniaga tersebut seperti situasi lingkungan tempat kerja maupun dari dalam diri pribadinya seperti semangat kerja. Seorang pramuniaga dalam menghadapi permasalahan tersebut membutuhkan kondisi yang prima secara fisik maupun psikis. Pekerjaan yang dilakukan seorang pramuniaga adalah memberikan jasa pelayanan pada konsumen atau pelanggan. Seorang pekerja yang memiliki kondisi yang baik secara fisik dan psikis maka akan bekerja dengan baik pula. Seorang pramuniaga yang sedang bekerja akan berusaha melayani pembeli atau konsumen dengan sebaik-baiknya. Apabila seorang pramuniaga melayani konsumen atau pelanggan dengan semaunya, bersikap tidak peduli, tidak ramah, pelit senyum, memasang wajah yang menyeramkan atau berbicara kurang sopan membuat pelanggan merasa tidak nyaman dan merasa enggan untuk berbelanja. Pelanggan akan pergi dan mungkin malas untuk berkunjung kembali karena pelayanannya kurang baik. Ini akan memberikan citra yang buruk bagi tempat ia bekerja. Toko akan pengunjung bahkan pramuniaga ini terancam pemutusan hubungan kerja atau tidak mendapat prestasi yang bagus. Pelayanan pada pelanggan atau konsumen yang diberikan seorang pramuniaga tersebut merupakan kondisi yang memerlukan suatu pendorong atau pendukung supaya ia dapat bekerja dengan baik. Sesuatu yang menjadi pendorong dan pendukung ini disebut motivasi. Secara psikologis, motivasi berkaitan dengan masalah pekerjaan seseorang. Menurut As'ad (1995) motivasi sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan bahkan dianggap penting. Pekerjaan tanpa adanya motivasi tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik dan memuaskan (Gerungan, dalam Ibrahim, 1997) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat dan dorongan kerja. Motivasi kerja merupakan daya penggerak pada sejumlah aktivitas mental dan fisik untuk melakukan sesuatu pekerjaan, dapat menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan (Handoko, 1992). Motivasi kerja juga suatu kecenderungan organisme untuk melakukan suatu pekerjaan, sikap atau perilaku yang dipenuhi oleh kebutuhan dan diarahkan kepada tujuan tertentu yang telah direncanakan dalam pekerjaannya. Motivasi itu penting karena dengan motivasi diharapkan setiap individu atau karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai kualitas dan produktifitas kerja yang tinggi. Motivasi ditujukan kepada orang yang mampu mengerjakan pekerjaan yang dibebankan padanya . Pendapat senada dikemukakan oleh Steers & Porter (dalam Putro, 2002) bahwa motivasi kerja adalah suatu usaha yang dapat menimbulkan, mengarahkan dan memelihara atau mempertahankan perilaku yang sesuai dengan lingkungan kerja. Motivasi kerja yang tinggi akan menimbulkan semangat kerja yang tinggi pula, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas karena motivasi mempengaruhi kinerja seseorang sebesar 80 %. Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi pada seorang pramuniaga dalam bekerja, seperti yang pernah dijelaskan sebelumnya mengenai faktor-faktor dari dalam diri seorang pramuniaga. Salah satunya kondisi fisik atau tubuh seseorang, / khususnya pramuniaga wanita yaitu perubahan hormon pada setiap bulannya atau disebut juga menstruasi. Secara kodrat wanita diciptakan sangatlah berbeda dengan pria dilihat dari segi fisik maupun psikisnya. Suatu bentuk sosok manusia yang sangat unik. Prosesproses fisiologis yang dimiliki dan dialami oleh wanita sering tidak terjadi pada pria. Wanita sering mengalami perubahan penting sepanjang hidupnya seperti mengalami pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi atau haid, kehamilan, menyusui serta kemampuannya untuk melahirkan anak atau menghasilkan keturunan. Menstruasi atau haid ini mulai muncul ketika seorang wanita mulai menapaki usia remaja awal (12-14 tahun) dan disebut juga memasuki masa pubertas. Pada masa subur tubuh seorang wanita mengalami perubahan setiap bulannya (sebelum, selama dan sesudah haid) kecuali jika terjadi kehamilan. Banyak perubahan yang mempengaruhi tubuh seorang wanita yang disebabkan oleh zat-zat kimiawi tertentu, yaitu hormon. Secara alamiah seorang wanita biasanya mengetahui kapan masa menstruasinya akan datang setiap bulannya. Datangnya masa menstruasi ditandai dengan beberapa gejala fisik maupun psikis. Permasalahan yang dihadapi seorang wanita ini selalu terjadi secara berkala di sadari atau tidak oleh wanita itu sendiri. Permasalahan mengenai perubahan hormon dalam tubuh yang biasanya mengalami peningkatan menjelang menstruasi terkadang mengganggu perilaku yang ditimbulkannya. Wanita lebih condong mengalami perubahan kondisi yang erat hubungannya dengan siklus haid atau menstruasi. Menstruasi akan berlangsung normal apabila keadaan atau situasi tubuh seorang wanita normal dan tenang (Wulandari, 2000) Sebagian wanita sering mengalami keadaan seperti ini saat menjelang menstruasi. Tanpa alasan yang jelas seorang wanita dapat meledak emosinya, lalu bersamaan dengan itu ia dapat menghentikan keinginan makan. Bersamaan dengan itu pula sakit kepala menyerangnya hingga tidak mampu melakukan kegiatan seharihari dengan normal (Kompas, 2001). Hampir separuh populasi wanita dewasa mengalami sindroma pramenstruasi alias PMS (Premenstruation Syndrome). Sindroma pramenstruasi ini memiliki gejala yang sangat beragam dan acapkali berbeda antara penderita yang satu dengan yang lain. Biasanya penderita mengalami gangguan kesehatan seperti pusing, depresi, perasaan sensitif berlebihan sekitar dua minggu sebelum menstruasi. Hal ini dianggap lumrah bagi wanita usia produktif. Sekitar 40 % wanita berusia 14-50 tahun menurut suatu penelitian, mengalami sindroma pramenstruasi ini. Bahkan survei tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan sindroma pramenstruasi dialami 50 % wanita. Gejala yang menimpa pada sebagian wanita maka mempengaruhi aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sehari-hari, bahkan dapat dikatakan mengganggu (Intisari, 1999). Para ahli juga memperkirakan sekitar 40 persen wanita di dunia menghadapi Premenstrual Syndrome (PMS) atau sindrom sebelum menstruasi. Mereka yang terkena sindrom ini ada sebagian yang mengalami gangguan yang ringan sampai yang cukup berat sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari (Kompas, 2001). Paludi (dalam Wulandari, 2000) menyebutkan bahwa sindrom pramenstruasi digunakan untuk menunjuk gejala-gejala yang beragam terjadi beberapa hari sebelum menstruasi. Gejala itu berupa sakit kepala, pembengkakan payudara, kulit berjerawat, depresi, irritabilitas dan keletihan. Pendapat lain dikemukakan oleh Keye (dalam Wulandari, 2000) menyebutkan bahwa sindrom pramenstruasi adalah keadaan yang ditandai dengan perasaan lesu, pusing, depresi dan nervous serta gejala fisik seperti payudara yang bengkak, sakit kepala, sembelit dan tubuh terasa bengkak. Para peneliti melaporkan salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitifitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain ini berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita. Sindrom pramenstruasi memang kumpulan gejala akibat perubahan hormon yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah selesai menstruasi (Intisari, 1999). Seorang wanita yang merasa bahwa kondisinya berubah menjelang menstruasi seperti peningkatan berat badan, sakit kepala, pegal linu, badan terasa lemah, merasa capek bukan main tanpa sebab dan perut bagian bawah terasa penuh sesak, maka gejala-gejala ini akan mempengaruhi kegiatan sehari-harinya dan membuat kegiatan tersebut menjadi berantakan tidak sesuai yang diharapkan. Mereka juga sering mengalami perasaan-perasaan tertentu yang sangat kuat dan sukar dikendalikan seperti mudah tersinggung, marah tanpa sebab, depresi hingga merasa tidak ingin diganggu. Demikian yang terjadi pada diri seorang pramuniaga wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi ini tentu akan merasa kesulitan untuk mengatasi keadaan- keadaan ini, karena dapat saja ia sedang melakukan kegiatan atau aktivitasnya sehari- hari seperti bekerja. Pengaruh sindrom pramenstruasi ini dapat membuat seorang wanita yang bekerja sebagai pramuniaga tidak dapat bekerja seperti biasanya karena merasakan perubahan secara fisik maupun psikis pada dirinya. Perubahan ini membuat kondisinya menurun. Seorang karyawan wanita akan membutuhkan waktu sebentar untuk istirahat atau izin sementara sampai sakit yang mengganggunya mereda akibat sindrom pramenstruasi. Ia merasa membutuhkan izin sementara karena ia tidak dapat bekerja dengan baik. Alasan yang dimiliki peneliti ketika memilih motivasi kerja sebagai variabel tergantung adalah pekerjaan sebagai pramuniaga tentu saja membutuhkan dorongan atau daya penggerak. Pekerjaan dan motivasi ada hubungan erat, di mana pekerjaan tanpa adanya dorongan dari dalam maupun dari luar diri seseorang yang bekerja sebagai pramuniaga tersebut maka ia tidak akan merasakan manfaatnya. Hasil pekerjaan yang dilakukan tentu saja tidak dapat dirasakan memuaskan. Padahal pekerjaannya berhubungan langsung dengan konsumen dalam memberikan jasa pelayanan di mana dibutuhkan sikap yang baik, sopan, ramah, murah senyum dan stamina tubuh yang sehat selain kemampuan menguasai barang atau jasa yang ditawarkannya. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang motivasi kerja pada wanita bekerja sebagai pramuniaga. Alasan ketika sindrom pramenstruasi dipilih oleh peneliti sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah karena subjeknya ialah wanita yang bekerja sebagai pramuniaga. Alasan lainnya adalah karena motivasi kerja para pramuniaga ini dipengaruhi beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar dirinya. Salah satu faktornya yaitu yang berasal dari dalam diri di mana wanita setiap bulannya mengalami perubahan hormon yaitu menstruasi. Padahal pekerjaan pramuniaga membutuhkan stamina tubuh yang baik dan sehat karena berhubungan langsung dengan konsumen dalam memberikan jasa pelayanan. Menstruasi yang hadir setiap bulannya diawali dengan banyak macam gejala yang menyertainya. Gejala ini hampir sebagian menyerang setiap wanita dan mempengaruhi kegiatannya sehari-hari. Hal inilah yang melatar belakangi peneliti memilih sindrom pramenstruasi, karena sindrom pramenstruasi yang mempengaruhi wanita yang bekerja sebagai pramuniaga ini membutuhkan motivasi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Apabila sindrom ini menyerang maka pekerjaan menjadi tidak memuaskan atau dengan kata lain motivasi kerja menjadi menurun. Uraian-uraian yang dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara sindroma pramenstruasi dengan motivasi kerja pada wanita bekerja. B. Tujuan dan Manfaat penelitian. 1. Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan sindroma pramenstruasi dengan motivasi kerja pada wanita bekerja yaitu pramuniaga. 2. Manfaat Penelitian. a). Secara teoritis, penelitian ini dapat membantu menemukan hal-hal yang berkaitan dengan motivasi kerja pada wanita bekerja, dalam hal ini adalah sindroma pramenstruasi. b). Secara praktis, penelitian ini dapat membantu para wanita bekerja supaya sindroma pramenstruasi tidak mengganggu motivasi kerjanya dengan cara memahami serta mengatasi sindrom pramenstruasi ini. C. Keaslian Penelitian. Berbagai penelitian dengan menggunakan motivasi kerja sebagai variabel tergantung telah dilakukan. Variabel bebas yang dijadikan kecemasan menghadapi kemungkinan PHK (Ibrahim, prediktor adalah 1997), intensi prososial (Damayanti, 2001), persepsi terhadap sistem kompensasi (Arumbini, 2001), persepsi terhadap lingkungan kerja (Ummah, 2001). Sejauh yang diketahui, tidak ditemukan penelitian yang mengungkap hubungan antara motivasi kerja dengan sindroma pramenstruasi. Topik ini dapat dikatakan asli sepanjang diketahui peneliti. Dari segi subjek, berbagai penelitian tentang motivasi kerja menggunakan karyawan kontraktor (Ibrahim, 1997), lembaga swadaya masyarakat (Damayanti, 2001), karyawan pemasaran (Arumbini, 2001), karyawan bagian produksi (Ummah, 2001). Penelitian ini menggunakan wanita yang bekerja sebagai pramuniaga. Oleh karena itu penelitian ini dapat dikatakan asli sepanjang pengetahuan peneliti.