Diserap 2 Miliar Dollar Daya Tawar Pemerintah Lebih Besar Kamis, 14 Januari 2010 | 03:28 WIB Jakarta, Kompas - Memasuki pekan kedua 2010, Kementerian Keuangan menghimpun dana pasar modal dunia 2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 20 triliun melalui penerbitan surat utang negara valuta asing. Target obligasi sebesar Rp 175,6 triliun dikejar lebih awal pada tahun ini. ”Transaksi ini merupakan penerbitan program global medium term notes (GMTN) Indonesia. Ini dilepas untuk jangka waktu 10 tahun atau jatuh tempo Maret 2020,” ungkap Dirjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Rahmat Waluyanto di Jakarta, Rabu (13/1). GMTN adalah mekanisme baru penerbitan obligasi global yang pertama kali digunakan pemerintah pada Januari 2009. Pemerintah menunjuk lembaga keuangan internasional sebagai penghimpun calon investor dan pelaksana lelang Barclays Capital, Citi, dan Credit Suisse. Ketiganya terus bersiaga sehingga kapan pun pemerintah siap menerbitkan obligasi, mereka sudah menghimpun investornya. Menurut Rahmat, total permintaan dari calon investor sebenarnya mencapai 4,5 miliar dollar AS sehingga terjadi kelebihan permintaan 2,3 kali. ”Jumlah yang diambil hanya 2 miliar dollar AS karena target pembiayaan melalui penerbitan SBN (surat berharga negara) diperkirakan akan berkurang. Apalagi ada saldo kas akhir tahun 2009 yang cukup besar (Rp 38 triliun) dan ada potensi penambahan jumlah pinjaman program dari kreditor multilateral dan bilateral,” ungkapnya. Imbal hasil GMTN kali ini adalah 6 persen dan dilepas dengan harga 99,044 persen serta kupon 5,875 persen. Imbal hasil 6 persen merupakan yang terendah sejak 2004 ketika pemerintah pertama kali menerbitkan obligasi berdenominasi dollar AS. Pada tahun 2004 obligasi global Indonesia seri Indo-14 dilepas dengan imbal hasil 6,85 persen. ”Settlement (pembayaran atau masuknya dana 2 miliar dollar AS ke kas negara) dijadwalkan Selasa, 19 Januari 2010. Pemerintah untuk sementara tidak berencana menerbitkan global bond atau GMTN lagi tahun 2010, tetapi tetap akan menerbitkan samurai bond (obligasi berdenominasi yen dan diterbitkan hanya di Jepang) dan global sukuk (obligasi global berbasis syariah) pada semester I-2010,” katanya. Percaya diri Pengamat pasar modal Bank Standard Chartered, Eric Alexander Sugandi, menyebutkan, pemerintah berniat menerbitkan dua seri GMTN pada Januari 2010, yakni obligasi bertenor 10 tahun dan 30 tahun. Namun, pemerintah berani membatalkan penerbitan GMTN yang 30 tahun. Ini menunjukkan kepercayaan diri pemerintah yang tinggi menghadapi masa penerbitan obligasi tahun 2010. Pemerintah saat ini masih memiliki sisa kas hasil penerbitan obligasi tahun 2009. Selain itu, pemerintah juga masih memiliki jatah penerbitan obligasi yang dimasukkan dalam skema pembiayaan khusus dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, Jepang, dan Australia sekitar 5,5 miliar dollar AS. ”Atas dasar itu, pemerintah berani membatalkan penerbitan obligasi yang 30 tahun. Pemerintah juga masih percaya diri untuk menerbitkan samurai bond dan global sukuk. Ini semua membuat sikap pemerintah tahun ini lebih rasional dibandingkan tahun lalu,” ungkap Eric. Namun, kelemahan pada penerbitan GMTN kali ini, pemerintah kalah cepat dibandingkan dengan Filipina. ”Filipina menerbitkan obligasi global dengan imbal hasil lebih rendah dari 6 persen. Kalau Indonesia cepat, seharusnya bisa mendapatkan imbal hasil yang rendah itu,” ujar Eric. (OIN)