9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Investasi
Investasi dapat diartikan membeli suatu aset yang diharapkan di masa
datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Menurut Tandelilin
(2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa datang. Investasi, menurut Tim Hale (2009: 5) adalah sebagai berikut:
Investing is about buying and selling investments through a brokerage
account, feeling the control and enjoying the buzz from the excitement of the
markets; for other its is about deciding where to put their money based on
which markets will do better in die next year or two, often usingfunds to
reflect their ideas.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan
membeli dan atau menjual suatu instrumen dengan menggunakan sumber daya
ekonomi yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan pada masa yang akan
datang.
2. Pasar Modal
Pengertian Pasar Modal menurut Suad Husnan (2006:3) adalah:
"Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai
instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
Fungsi pasar modal pada dasarnya adalah sebagai wahana demokratisasi
pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan
individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public.
9
10
Pasar modal sebenarnya memiliki peranan penting dalam memobilisasi
dana untuk menunjang perekonomian dan pembangunan nasional. Akses dana
dari pasar modal mengundang banyak perusahaan nasional maupun perusahaan
dalam bentuk patungan untuk menyerap dana masyarakat tersebut dengan tujuan
yang beragam. Namun, tujuan utamanya adalah meningkatkan produktivitas kerja
melalui ekspansi usaha dan/atau mengadakan pembenahan struktur modal agar
dapat meningkatkan daya saing perusahaan.
Instrumen-instrumen pasar
modal Indonesia yang memungkinkan
mobilitas dana diyakini masih relatif terbatas jika dibandingkan dengan bursabursa yang ada di negara-negara maju. Walaupun demikian, pasar modal
Indonesia telah menjadi wahana penting untuk menyediakan dana yang diperlukan
oleh dunia usaha melalui penjualan saham dan obligasi serta derivatifnya.
3. Kandungan Informasi
Informasi
mempunyai
sifat
normatif
apabila
memiliki
kriteria
kelengkapan, tepat waktu dan relevansi. Dengan adanya sifat normatif tersebut,
maka informasi mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan
perusahaan pada masa lalu dan kelangsungan perusahaan di masa yang akan
datang. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dalam
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini terkait dengan usaha untuk
memaksimalkan keuntungan dengan resiko tertentu dalam pemilihan portofolio
investasi. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga
11
keputusan yang diambil oleh investor diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, yakni return yang maksimal dengan resiko yang terjaga.
Informasi di pasar modal pada dasarnya terdiri dari berbagai bentuk, yaitu
informasi yang tersedia di publik (bersifat terbuka) maupun informasi pribadi
(bersifat tertutup) yang dapat diperoleh investor. Dimana pengaruh informasi
tersebut terhadap pengambilan keputusan oleh investor dapat terlihat dari jumlah
efek yang ditransaksikan selama periode informasi itu tercipta maupun terhadap
harga saham setelah periode publikasi.
Sularso (2010) menyatakan bahwa informasi (informasi di pasar modal)
adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam Pasar Modal maupun di luar
Pasar Modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan harapan dapat
digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan keputusannya. Informasi
di Pasar Modal terdiri atas informasi yang dipublikasikan (public information) dan
informasi yang tidak dipublikasikan (private information). Informasi yang
dipublikasikan, yaitu informasi yang sudah diketahui oleh masyarakat umum dan
memang sengaja untuk diberitahukan. Informasi yang tidak dipublikasikan, yaitu
informasi yang hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia.
Menurut Asnawi dan Wijaya (2008), selain informasi publik dan informasi
non publik/privat, terdapat informasi yang disebut sebagai “trading noise”, yaitu
kesalahan harga yang bukan disebabkan oleh informasi publik maupun informasi
privat.
Informasi yang relevan dengan kondisi Pasar Modal merupakan sesuatu
yang selalu dicari oleh pelaku Pasar Modal untuk keperluan pengambilan
12
keputusan investasi, karena keberadaan informasi baik informasi yang
dipublikasikan ataupun yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan
perubahan harga saham. Untuk itu investor harus memperoleh informasi yang
merata dan transparan, sehingga dapat mengambil keputusan kapan saat membeli
dan menjual sahamnya dengan harga yang wajar.
Menurut Anoraga dan Pakarti (2009), secara umum, informasi berguna
jika dapat membantu penilaian dalam pengambilan keputusan, termasuk
keputusan investasi. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan (investor)
akan membuat keputusan yang lebih baik jika menggunakan informasi yang tepat.
Han Shen (2008) dalam Yogi (2009) menjelaskan, beberapa contoh
informasi material yang bisa mempengaruhi harga saham dan keputusan investor
diantaranya adalah:
1. Rencana perusahaan mengenai pembagian dividen atau peningkatan modal
perusahaan,
2. Perubahan besar dalam struktur modal perusahaan,
3. Perubahan besar dalam penjaminan kewajiban perusahaan (guaranty of
company’s obligation),
4. Rencana perusahaan mengenai akuisisi,
5. Perubahan yang signifikan dalam pedoman bisnis (business guidelines) atau
ruang lingkup bisnis (business scope) perusahaan,
6. Keputusan perusahaan untuk melakukan pembelian aset atau setiap investasi
yang bersifat signifikan,
13
7. Adanya
kontrak
penting
perusahaan
yang
secara
signifikan
dapat
mempengaruhi aset perusahaan, utang, hak, atau perkembangan usahanya,
8. Timbulnya utang besar di perusahaan atau terjadinya default utang material
perusahaan yang jatuh tempo,
9. Timbulnya defisit atau kerugian besar dalam perusahaan,
10. Perubahan yang signifikan dalam kondisi eksternal operasional bisnis
perusahaan,
11. Perubahan direksi, dan atau perubahan tidak kurang dari sepertiga dari
supervisor atau manajemen perusahaan,
12. Perubahan besar dalam kepemilikan pemegang saham atau pengendali secara
de facto (de facto controllers), yang masing-masing memegang kontrol tidak
kurang dari lima persen saham perusahaan,
13. Keputusan perusahaan terkait penurunan modal, merger, perubahan divisi,
pembubaran, atau aplikasi untuk kebangkrutan,
14. Litigasi (tuntutan hukum) di mana perusahaan terlibat, atau di mana keputusan
rapat umum pemegang saham atau dewan direksi telah dibatalkan atau
diumumkan dengan tidak valid,
15. Keterlibatan perusahaan dalam tindak kejahatan (fraud), baik yang telah
diinvestigasi oleh badan peradilan atau keadaan dimana setiap direktur,
supervisor atau senior petugas perusahaan dikenakan tindakan wajib
(compulsory measures) oleh badan peradilan,
16. Dan, setiap informasi penting lainnya yang telah diakui oleh badan pengawas
Pasar Modal yang memiliki efek pada harga perdagangan Efek, misalnya
14
publikasi sanksi dari Regulator kepada pihak-pihak yang terbukti melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Atas informasi-informasi sebagaimana diatas, investor tentu akan
melakukan telaah terhadap informasi yang diperolehnya. Informasi tersebut
dianalisis guna dapat menentukan keputusan invesati yang tepat, sehingga
investor dapat memperoleh keuntungan/return secara maksimal.
Informasi material tersebut erat kaitannya dengan efisiensi pasar, dimana
pasar yang efisien menyediakan informasi yang sama dalam hal kuantitas,
kualitas, kecepatan penyampaian informasi, dan biaya yang relatif murah kepada
para pelaku pasar. Sehingga, diharapkan kondisi yang aktual dan faktual
mengenai emiten direfleksikan dengan tepat di pasar, yang ditunjukkan dengan
harga saham dan perdagangan saham tersebut.
Menurut Robert Ang (2005), semakin cepat dan semakin banyak informasi
yang dapat diserap oleh investor, maka semakin besar kemungkinan untuk bisa
memperoleh keuntungan yang besar dan tidak normal (abnormal return).
Beberapa pertimbangan penting mengenai informasi di Pasar Modal meliputi
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Kualitas informasi
2. Jenis informasi
3. Kecepatan informasi
4. Volume informasi
Teori
kandungan
informasi
mengasumsikan
bahwa
jika
informasi
pengumuman terhadap suatu peristiwa mempunyai kandungan informasi yang
15
mempengaruhi
preferensi
investor
dalam keputusan
investasinya,
maka
seharusnya terjadi perbedaan antara harga saham sebelum dan sesudah
pengumuman tersebut. Teori kandungan ini pertama kali dikemukakan oleh
Modigliani dan Miller (1961).
4. Pasar Modal yang Efisien
Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari ketersediaan informasinya saja atau
dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari
kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari
informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja
disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).
Sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam
mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan
efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market).
Fama (2003) menyatakan bahwa efisiensi pasar (market efficient) akan terjadi
bila harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia di pasar.
Manurung (2009), menyatakan bahwa pasar yang efisien memiliki karakteristik,
yaitu investor yang smart, informasi yang tersedia, berjalannya penegakan hukum,
serta adanya keteraturan di pasar tersebut.
Menurut Jogiyanto (2006), ada empat definisi tentang efisiensi pasar
modal, yaitu:
1. Pasar modal yang efisien adalah jika harga pasarnya tidak menyimpang
dari nilai instrinsiknya.
16
2. Pasar
modal
yang
efisien
adalah
jika
harga-harga
sekuritas
mencerminkan secara penuh informasi yang terjadi.
3. Pasar modal yang efisien adalah jika harga yang terjadi setelah informasi
yang diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi
jika setiap orang mendapatkan informasi tersebut.
4. Pasar modal yang efisien adalah jika harga-harga sekuritasnya secara
cepat dan penuh mencerminkan informasi yang tersedia terhadap aktiva
tersebut.
Jadi, yang dimaksud dengan Pasar Modal yang efisien adalah bahwa
informasi yang tersedia secara luas dan murah untuk para investor dan semua
investor yang relevan telah dicerminkan dalam harga-harga sekuritas tersebut.
Atau dengan kata lain Pasar Modal yang efisien dapat ditarik dengan asumsi
sebagai berikut:
1. Harga saham secara lengkap menggambarkan semua informasi yang tersedia.
2. Investor akan menginterpretasikan dengan benar atas informasi yang tersedia.
3. Pialang tidak dapat beroperasi pada skala yang cukup untuk mempengaruhi
harga.
5. Saham
Saham merupakan sebuah sertifikat kepemilikan atas perusahaan dan
periode kepemilikan tergantung pemegang saham tersebut apakah dalam jangka
pendek maupun jangka panjang, dan umumnya kepemilikan saham untuk jangka
17
panjang (Manurung: 2008) sedangkan menurut Nofie Iman (2009) Saham
merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi
namun juga berpotensi resiko tinggi.
a. Harga Saham
Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat
penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham.
Dengan demikian, data yang diambil dalam penelitian ini adalah data closing
price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah publikasi pengenaan
pungutan oleh OJK selama periode penelitian di Bursa Efek Indonesia.
b. Return Individual
Tujuan dari investasi adalah untuk mendapatkan hasil (return) yang
maksimal dari suatu investasi dalam satu periode tertentu. Return (tingkat imbal
hasil) adalah konsep yang sangat penting bagi investor yang akan menjadi dasar
bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Dalam penelitian ini,
dilakukan penghitungan return individual untuk saham-saham yang memiliki
keterkaitan dengan pengenaan pungutan oleh OJK.
18
Return saham individual merupakan keuntungan yang diterima atas
investasi pada saham pada suatu periode tertentu. Formula untuk menghitung
tingkat imbal hasil (return) individual dari investasi berupa saham adalah:
(
−
)=
,
=
,
−
,
,
Keterangan:
Ri,t
: return saham i pada hari ke-t
Pi,t
: harga saham i pada hari ke –t
Pi,t-1 : harga saham i pada hari ke t-1
c. Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikasi atas
return yang diberikan oleh pasar. IHSG merupakan indeks yang dihitung dengan
menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted
average). Dalam penelitian ini, data IHSG yang digunakan adalah data penutupan
IHSG harian.
19
d. Return Pasar (Market Return)
Yang dimaksud dengan market return adalah pengembalian (return) atas
suatu investasi di Pasar Modal (capital market) maupun atas suatu indeks, dimana
dalam penelitian ini yang digunakan sebagai proxy adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
Adapun rumus untuk menghitung market return adalah sebagai berikut:
(
−
)=
,
=
−
Keterangan:
Rm,t
: return pasar padahari ke-t
IHSG, t
: indeks harga saham gabungan pada hari ke t
IHSG,t-1 : indeks harga saham gabungan pada hari ke t-1
Individual return dan market return akan digunakan selanjutnya untuk melakukan
penghitungan abnormal return.
e. Abnormal Return (AR)
Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara
tingkat keuntungan (return) individual dengan return pasar (market return).
Abnormal Return dari saham i pada hari t (AR i,t) adalah selisih antara return
saham i (Ri,t) dengan market return saham tersebut pada event period (R m,t).
20
Abnormal return ini bisa bernilai positif ataupun negatif. Rumus untuk
menghitung abnormal return adalah sebagai berikut:
=
−
=
−
,
Keterangan:
AR it = abnormal return saham i pada hari ke-t
R it = return saham i pada hari ke-t
Rm,t= market return pada event period
f. Cumulative Abnormal Return (CAR)
Setelah mengetahui abnormal return, maka dapat dihitung cumulative
abnormal return sejumlah saham yang menjadi sampel penelitian. Cumulative
Abnormal Return adalah jumlah secara kumulatif dari abnormal return sejumlah n
saham pada hari ke-t (hari ke-t selama suatu event period) yang dihitung dengan
formula sebagai berikut:
=
Keterangan:
CARt =Cumulative abnormal return pada hari ke-t
ARit = Abnormal Return saham i pada hari ke-t
21
g. Average Abnormal Return (AAR)
Sedangkan average abnormal return (AAR) merupakan rata-rata abnormal
return dari sejumlah saham pada event period. Average Abnormal Return dapat
diperoleh dengan cara membagi nilai dari Cumulative Abnormal Return dengan
jumlah saham yang menjadi sampel penelitian.
Average abnormal return sejumlah n saham pada hari t (AARt) dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut:
=
1
Keterangan:
AARt = Average abnormal return sejumlah saham n pada hari ke-t
AR it = abnormal return saham i pada hari ke-t
h. Cumulative Average Abnormal Return (CAAR)
Cumulative Average Abnormal Return (CAARt) adalah jumlah secara
kumulatif dari average abnormal return hingga hari ke-t selama periode event.
CAARt diformulasikan sebagia berikut:
=
CAARt =Cumulative average abnormal return pada hari ke-t
AARt = Average abnormal return sejumlah saham n pada hari ke-t
22
Sebagaimana pembahasan pada bagiaan sebelumnya maka diharapkan
pada periode-periode yang diharapkan (expected period), yaitu periode setelah
dipublikasikannya pengenaan pungutan oleh OJK, terdapat nilai negatif CAAR
(Cumulative negative average abnormal return) yang signifikan.
6. Event Study
Event study adalah metode yang dapat digunakan untuk mempelajari
reaksi pasar modal (dengan pendekatan harga saham) terhadap suatu peristiwa
tertentu. Penelitian Dolley (1930) yang meneliti tentang pengaruh stock-splits
terhadap kekayaan pemegang saham mungkin merupakan event study yang
pertama kali dilakukan walaupun tidak dilakukan dengan event study seperti yang
dikenal sekarang (Suryawijaya & Setiawan, 2008).
Menurut Strong (2002) metode penelitian dengan event study dimulai
dengan hipotesis tentang bagaimana pengaruh keterjadian suatu peristiwa
terhadap nilai perusahaan. Sebagian besar jenis penelitian ini berfokus pada
perilaku pergerakan harga saham yang dipengaruhi kejadian khusus dalam
perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui apakah terdapat
abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari peristiwa tersebut.
Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2005), event study adalah suatu teknik
penelitian empiris dibidang keuangan yang memungkinkan seorang peneliti
menilai dampak peristiwa (event) tertentu pada harga saham perusahaan.
Sedangkan Peterson (1989) dalam Suryawijaya & Setiawan (2008) menjelaskan
event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar
23
modal untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh
pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu. Sedangkan menurut
Kritzman (1994) dalam Suryawijaya & Setiawan (2008) event study bertujuan
mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga
dengan pendapatan (imbal hasil) dari surat berharga.
Dapat disimpulkan bahwa event study digunakan untuk mempelajari
muatan informasi dari suatu peristiwa (event). Tujuan dari penelitian atas suatu
event tersebut adalah untuk menguji eksistensi dari efek informasi tersebut dan
untuk mengestimasi dampaknya yang dihasilkan atas informasi tersebut. Sejalan
dengan tujuan itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar
efisien (efficient market hypothesis) pada bentuk setengah kuat (semi-strongform).
Saat ini penelitian event study telah berkembang dengan pesat, selain
peristiwa ekonomi, penelitian juga dilakukan berkaitan dengan berbagai peristiwa
diluar isu-isu ekonomi, diantaranya adalah peristiwa kecelakaan berdampak
lingkungan yang dilakukan oleh Karla, Henderson, dan Raines (1993), kecelakaan
pesawat oleh Mansur, Chocran, dan Froiro (1989) dan peristiwa politik seperti
pengunduran diri PM Jepang Noboru Takeshita yang dilakukan oleh Asri (1996).
Struktur mendasar dalam melakukan penelitian event study terbagi
menjaditiga tahapan antara lain: (1) Melakukan identifikasi tanggal pengumuman
untuk setiap sampel; (2) Mengestimasikan adanya abnormal return untuk masingmasing sampel dan untuk masing-masing periode di sekitar tanggal pengumuman;
dan (3) Menghitung rata-rata abnormal return seluruh sampel selama periode
24
pengujian dan menguji apakah nilainya sama dengan nol dengan menggunakan uji
statistik.
Menurut Jones (2007) yang dimaksud dengan suatu pasar dikatakan
efisien jika harga-harga aset atau sekuritas yang ada di pasar secara cepat dan
penuh merefleksikan semua informasi yang ada tentang aset atau sekuritas
tersebut. Sedangkan Gumanti dan Utami (2002) mendeskripsikan pasar yang
efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi,
akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return) dengan
memanfaatkan keuntungan informasi publik dan private yang diperoleh, setelah
disesuaikan dengan risiko, dan dengan menggunakan strategi perdagangan yang
ada. Sehingga harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari
informasi tersebut atau “stock prices reflect all available information”.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin efisien suatu pasar
semakin tidak ada data informasi yang bocor ke publik, karena harga yang ada di
pasar modal merupakan cerminan dari kondisi emiten tersebut sebenarnya.
Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, disebutkan bahwa
sebagai studi peristiwa (event studies), harga mencerminkan semua informasi
publik yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga
yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di
dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan (pelengkap)
sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia
dipublik juga dapat berupa peraturan keuangan lain seperti pajak bangunan
(property) atau suku bunga dan/atau beta saham termasuk rating perusahaan.
25
Menurut konsep semi-kuat, investor tidak akan mampu untuk memperoleh
abnormal return dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan
informasi yang tersedia di publik. Ide dari pandangan ini adalah bahwa sekali
informasi tersebut menjadi informasi publik (umum), artinya tersebar di pasar,
maka semua investor akan bereaksi dengan cepat dan mendorong harga naik
untuk mencerminkan semua informasi publik yang ada. Investor sudah tidak
mungkin mendapatkan abnormal return ketika melakukan transaksi di pasar
modal berdasarkan informasi publik tersebut. Harga pada tingkat beli atau jual
saham sudah dalam bentuk pasar efisien dan pengujiannya lebih dahulu
mencerminkan informasi tersebut karena pasar akan dengan segera bereaksi.
Berlawanan dengan pendukung hipotesis pasar efisien bentuk lemah, pada
pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berpendapat bahwa
mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara
seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar (Gumanti & Utami,
2002). Informasi mengenai pengumuman pengenaan pungutan OJK merupakan
informasi publik. Informasi publik mengenai pengumuman event ini diperkirakan
akan menyebabkan reaksi pasar yang tercermin di dalam harga saham perusahaan
tersebut. Dalam konteks pasar efisien semi-kuat informasi terkandung di dalam
pengumuman ini sudah tercermin di dalam harga saham pada saat hari
pengumuman tersebut dikeluarkan ke publik. Sehingga tidak ada seorangpun baik
individu maupun institusi dapat memperoleh
abnormal return dengan
memanfaatkan kelebihan informasi berupa pengenaan pungutan OJK yang belum
diketahui oleh pasar pada suatu periode tertentu. Bukti pasar efisien semi-kuat ini
26
adalah tidak adanya abnormal return yang diperoleh para investor yang terjadi
disekitar tanggal pengumuman.
Walaupun demikian, menurut hasil penelitian yang dilakukan Rayahu
(2007) abnormal return masih mungkin terjadi di sekitar tanggal pengumuman.
Hal ini bisa terjadi karena sebagian investor telah memperoleh informasi pada saat
sebelum tanggal pengumumam (ada kebocoran informasi) sehingga mereka
mampu memberikan respon dengan cepat. Abnormal return yang terjadi setelah
pengumuman bisa terjadi karena karena sebagian investor lainnya terlambat
mengetahui informasi ini sehingga investor lambat merespon informasi peristiwa
tersebut.
7. Otoritas Jasa Keuangan
Pasal 34 undang-undang nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia
mengamanatkan pembentukan lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang
mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan
perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan dana masyarakat. Pada hakikatnya pasal 34 dimaksud memberikan
otoritas pengaturan dan pengawasan kepada lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan dimaksud kepada industri perbankan, pasar modal, dan industri
keuangan nonbank.
Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang memiliki otoritas
pengaturan dan pengawasan terhadap industri sektor keuangan tersebut diatas
dalam undang-undang disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK
27
merupakan lembaga independen yang menyelenggarakan fungsi pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan, Pasar Modal,
dan Industri Keuangan Non Bank.
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di
dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan,
dan akuntabel, serta dapat mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata
kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
transparansi, dan kewajaran (fairness). Dengan demikian, secara garis besar,
fungsi OJK adalah sebagai berikut:
1. Menjaga stabilitas sistem keuangan
2. Melakukan pengawasan non-bank
3. Pengawasan bank.
Sementara itu, sesuai dengan Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 tahun
2011, ruang lingkup pengawasan OJK adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Adapun besaran pungutan OJK, yakni biaya pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan dan penelitian untuk satu tahun ditetapkan sebagai berikut:
I.
Pungutan yang Terkait Dengan Pengajuan Perizinan, Persetujuan,
Pendaftaran, dan Pengesahan kepada OJK:
28
A. Biaya Perizinan, Persetujuan, Pendaftaran, dan Pengesahan Lembaga:
1. Perizinan Usaha untuk:
a. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan
Surat Utang Negara di luar Bursa Efek, Bank Umum,
Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi dan Manajer
Investasi; Perperusahaan; Sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);
b. Perusahaan Pemeringkat Efek, Penjamin Emisi Efek, Bank
Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,
Perusahaan Pembiayaan, dan Perusahaan Modal Ventura,
serta Lembaga Jasa Keuangan Lainnya; Perperusahaan;
Sebesar Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah);
c. Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan Rekening
Efek Nasabah; Perperusahaan; Sebesar Rp 30.000.000,00
(tigapuluh juta rupiah);
d. Perantara Pedagang Efek yang tidak mengadministrasikan
Rekening Efek Nasabah, Penasihat Investasi, Biro
Administrasi Efek, dan Lembaga Penilai Harga Efek;
Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah);
2. Persetujuan untuk Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah, Bank
Kustodian; Lembaga Penunjang Perbankan yaitu Lembaga
Pemeringkat; Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta
rupiah);
3. Perizinan Lembaga Penunjang IKNB yaitu Perusahaan Pialang
Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai
Kerugian Asuransi, Perusahaan Konsultan Aktuaria, dan Perusahaan
Agen Asuransi; Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta
rupiah);
4. Pendaftaran untuk:
a. Wali Amanat; Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta
rupiah);
b. Agen Penjual Efek Reksa Dana; Perperusahaan; Sebesar Rp
30.000.000,00 (tigapuluh juta rupiah);
5. Pengesahan untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan Dana
Pensiun Pemberi Kerja; Perlembaga; Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah);
B. Biaya Perizinan dan Pendaftaran Orang Perseorangan:
1. Perizinan untuk:
a. Wakil Manajer Investasi dan Penasihat Investasi; Perorang;
Sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
b. Wakil Penjamin Emisi Efek; Perorang; Sebesar Rp 500.000,00
(lima ratus ribu rupiah);
29
II.
c. Wakil Perantara Pedagang Efek dan Wakil Agen Penjual Efek
Reksa Dana; Sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
2. Pendaftaran untuk:
a. Profesi Penunjang Perbankan yaitu Akuntan dan Penilai;
Perorang; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah);
b.Profesi Penunjang Pasar Modal yaitu Akuntan, Konsultan Hukum,
Penilai, dan Notaris; Perorang; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima
juta rupiah);
c.Profesi Penunjang IKNB yaitu Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai,
dan Konsultan Aktuaria; Perorang; Sebesar Rp 5.000.000,00
(lima juta rupiah);
C. Biaya Pendaftaran:
1. Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum:
a. Efek Bersifat Ekuitas, Efek Bersifat Utang, dalam rangka
penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(Penawaran Umum Terbatas/Right Issue), untuk Penambahan
Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Efek yang
dapat dikonversi menjadi saham, dan oleh Pemegang Saham;
Nilai Emisi; sebesar 0,05% paling banyak Rp 750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh jula rupiah);
b.Sukuk; Nilai Emisi; sebesar 0,05% paling banyak Rp
150.000.000,00 (seratus lima puluh jula rupiah);
2. Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik; per pernyataan
pendaftaran; Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
3. Pernyataan Pendaftaran untuk Penawaran Tender Sukarela; per
penawaran; Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
D. Biaya Penelaahan Rencana Aksi Korporasi:
1. Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
tanpa Melalui Penawaran Umum tidak untuk memperbaiki posisi
keuangan; nilai emisi; sebesar 0,025% paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
2. Penggabungan atau
Peleburan Perusahaan Terbuka; aset
berdasarkan laporan keuangan proforma penggabungan atau
peleburan perusahaan terbuka; sebesar 0,05% paling banyak
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah);
3. Perubahan Perusahaan Terbuka menjadi Perusahaan Tertutup secara
Sukarela (voluntary going private); per perubahan; sebesar
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);
E. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka; per pengambil- alihan; sebesar
Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
Biaya Tahunan untuk Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penelitian
1. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di
luar Bursa Efek; pendapatan usaha; sebesar15%;
2. Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah, Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi, Dana Pensiun
Lembaga Keuangan, Dana Pensiun Pemberi Kerja, Perusahaan
Pembiayaan, dan Perusahaan Modal Ventura, serta Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya;
aset ; sebesar 0,045% paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
30
3. Manajer Investasi; dana kelolaan; sebesar 0,045% paling sedikit
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
4. Penasihat Investasi; pendapatan dari imbalan jasa nasihat investasi;
1,2% paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
5. Agen Penjual Efek Reksa Dana; pendapatan dari fee keagenan; 1,2%
paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
6. Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek; pendapatan usaha;
sebesar 1,2% paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
7. Emiten; nilai emisi efek (outstanding); 0,03% paling sedikit
Rp15.000.000,00 paling banyak Rp150.000.000,00;
8. Perusahaan Publik; per perusahaan; Rp15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah);
9. Perusahaan Pemeringkat Efek; pendapatan usaha; 1,2% paling sedikit
Rp 5.000.000,00 ( lima juta rupiah);
10. Lembaga Penunjang; per pendapatan usaha; 1,2% paling sedikit Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah);
a. Lembaga Penunjang Perbankan yaitu Lembaga Pemeringkat;
b. Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu Biro Administrasi Efek,
Bank Kustodian, dan Wali Amanat;
c. Lembaga Penunjang IKNB yaitu Perusahaan Pialang Asuransi,
Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai Kerugian
Asuransi, Perusahaan Agen Asuransi;
d. Lembaga Penilai Harga Efek;
11. Kantor Akuntan Publik, Kantor Jasa Penilai Publik, Kantor Konsultan
Hukum, Kantor Notaris, dan Perusahaan Konsultan Aktuaria, sepanjang
kantor dimaksud memiliki izin, persetujuan, pengesahan, atau
pendaftaran dari OJK; nilai kontrak dari kegiatan di sektor jasa
keuangan; sebesar 1,2%;
12. Profesi; per orang; sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)
a. Profesi Penunjang Perbankan yaitu Akuntan dan Penilai;
b. Profesi Penunjang Pasar Modal yaitu Akuntan, Konsultan Hukum,
Penilai, dan Notaris.
B. Kerangka Pemikiran
Rao dan Hamilton (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat
hubungan empiris yang signifikan antara publikasi sanksi yang dilakukan oleh
SEC (Securities and Exchange Commission) dengan performa saham perusahaan
yang dikenakan sanksi.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa
pengumuman sanksi dapat membuat return saham perusahaan yang terkena sanksi
akan berada dibawah return market secara keseluruhan. Publikasi tersebut
31
memberikan dampak negatif kepada pemegang saham berupa penurunan nilai
saham dalam kurun waktu tertentu.
Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa untuk melihat reaksi investor
(melalui return saham) ini dapat dilakukan juga dengan melakukan pembandingan
return saham perusahaan ini dengan return pasar (market return) secara
keseluruhan, hal ini dilakukan dengan melihat abnormal return saham tersebut.
Apabila return perusahaan tersebut nilainya lebih tinggi dibandingkan return
pasar (dan menimbulkan positif abnormal return) pada saat yang sama, dapat
disimpulkan bahwa saham tersebut memiliki informasi tersendiri bagi investor.
Positif abnormal return tersebut dapat diartikan sebagai harapan investor untuk
memperoleh return yang tinggi atas investasinya di saham tersebut di masa
datang.
Dan sebaliknya, apabila terdapat informasi mengenai saham di pasar
tersebut yang bersifat negatif, maka hal tersebut dapat dilihat dari adanya
abnormal return yang bernilai negatif pada saham tersebut. Negatif abnormal
return dapat diartikan sebagai return perusahaan yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan return pasar secara keseluruhan, hal ini bisa terjadi jika
investor mungkin merasa bahwa terdapat informasi yang bersifat negatif di pasar
mengenai saham tersebut, sehingga investor merasa bahwa investasi di
perusahaan tersebut akan mengalami penurunan dikemudian hari, sehingga
investor melepas investasinya di saham tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan penelitian tentang
bagaimana reaksi dari investor atas event (peristiwa) berupa dipublikasikannya
32
informasi dari OJK tentang pengenaan pungutan kepada perusahaan jasa
keuangan, khususnya perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Reaksi investor terhadap terhadap harga saham dari emiten/perusahaan
perbankan yang terkait dengan pengenaan pungutan akan tercermin dari return
dan abnormal return saham perusahaan tersebut.
C. Hipotesis
Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, pengaruh dari publikasi
besaran pengenaan pungutan dari regulator Pasar Modal dalam hal ini OJK
terhadap harga (return) saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Hipotesis 1: Bahwa terdapat negative average abnormal return (negatif AAR)
pada saham perusahaan perbankan setelah event date (setelah
dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan oleh OJK).
Pada hipotesis statistik pertama, dilakukan pengujian uji one sample t-test. Selain
dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat negatif AAR yang bersifat
signifikan selama post-event period untuk saham perusahaan perbankan yang
dikenakan pungutan oleh OJK, dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan AAR untuk periode sebelum
33
dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan dan untuk periode sesudah
dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan oleh OJK.
Untuk mengetahui reaksi investor, berdasarkan teori dan penelitian
sebelumnya mengenai pengaruh dari publikasi dari regulator Pasar Modal
terhadap harga (return) saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek, dilakukan
pegujian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata
(averaged) abnormal return saham perusahaan perbankan yang dikenakan
pungutan oleh OJK untuk periode sebelum dan sesudah adanya publikasi besaran
pengenaan pungutan oleh ketua Dewan Komisioner OJK. Atas penjelasan
tersebut, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:
Hipotesis 2: Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal
return untuk periode sebelum dan sesudah publikasi besaran
pengenaan pungutan OJK.
Uji hipotesis statistik kedua, dilakukan uji paired t-test. Sesuai dengan
teori kandungan informasi, maka seharusnya akan ada reaksi dari investor setelah
ada informasi mengenai publikasi besaran pengenaan pungutan oleh OJK. Karena
informasi mengenai besaran pengenaan pungutan oleh OJK baru tersedia pada
saat tanggal pengenaan pungutan oleh OJK dipublikasikan. Maka perubahan
harga saham perusahaan perbankan yang dikenakan pungutan oleh OJK
diperkirakan baru akan terjadi setelah tanggal publikasi pengenaan pungutan.
Download