BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Investasi Investasi dapat diartikan membeli suatu aset yang diharapkan di masa datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi. Menurut Tandelilin (2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi, menurut Tim Hale (2009: 5) adalah sebagai berikut: Investing is about buying and selling investments through a brokerage account, feeling the control and enjoying the buzz from the excitement of the markets; for other its is about deciding where to put their money based on which markets will do better in die next year or two, often usingfunds to reflect their ideas. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan membeli dan atau menjual suatu instrumen dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan pada masa yang akan datang. 2. Pasar Modal Pengertian Pasar Modal menurut Suad Husnan (2006:3) adalah: "Secara formal, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Fungsi pasar modal pada dasarnya adalah sebagai wahana demokratisasi pemilikan saham yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya institusi dan individu yang memiliki saham perusahaan yang telah go public. 9 10 Pasar modal sebenarnya memiliki peranan penting dalam memobilisasi dana untuk menunjang perekonomian dan pembangunan nasional. Akses dana dari pasar modal mengundang banyak perusahaan nasional maupun perusahaan dalam bentuk patungan untuk menyerap dana masyarakat tersebut dengan tujuan yang beragam. Namun, tujuan utamanya adalah meningkatkan produktivitas kerja melalui ekspansi usaha dan/atau mengadakan pembenahan struktur modal agar dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Instrumen-instrumen pasar modal Indonesia yang memungkinkan mobilitas dana diyakini masih relatif terbatas jika dibandingkan dengan bursabursa yang ada di negara-negara maju. Walaupun demikian, pasar modal Indonesia telah menjadi wahana penting untuk menyediakan dana yang diperlukan oleh dunia usaha melalui penjualan saham dan obligasi serta derivatifnya. 3. Kandungan Informasi Informasi mempunyai sifat normatif apabila memiliki kriteria kelengkapan, tepat waktu dan relevansi. Dengan adanya sifat normatif tersebut, maka informasi mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan perusahaan pada masa lalu dan kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi investor dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini terkait dengan usaha untuk memaksimalkan keuntungan dengan resiko tertentu dalam pemilihan portofolio investasi. Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga 11 keputusan yang diambil oleh investor diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni return yang maksimal dengan resiko yang terjaga. Informasi di pasar modal pada dasarnya terdiri dari berbagai bentuk, yaitu informasi yang tersedia di publik (bersifat terbuka) maupun informasi pribadi (bersifat tertutup) yang dapat diperoleh investor. Dimana pengaruh informasi tersebut terhadap pengambilan keputusan oleh investor dapat terlihat dari jumlah efek yang ditransaksikan selama periode informasi itu tercipta maupun terhadap harga saham setelah periode publikasi. Sularso (2010) menyatakan bahwa informasi (informasi di pasar modal) adalah semua bentuk pemberitaan baik di dalam Pasar Modal maupun di luar Pasar Modal (media lain) yang diterima oleh investor dengan harapan dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pengambilan keputusannya. Informasi di Pasar Modal terdiri atas informasi yang dipublikasikan (public information) dan informasi yang tidak dipublikasikan (private information). Informasi yang dipublikasikan, yaitu informasi yang sudah diketahui oleh masyarakat umum dan memang sengaja untuk diberitahukan. Informasi yang tidak dipublikasikan, yaitu informasi yang hanya diketahui oleh kelompok tertentu dan bersifat rahasia. Menurut Asnawi dan Wijaya (2008), selain informasi publik dan informasi non publik/privat, terdapat informasi yang disebut sebagai “trading noise”, yaitu kesalahan harga yang bukan disebabkan oleh informasi publik maupun informasi privat. Informasi yang relevan dengan kondisi Pasar Modal merupakan sesuatu yang selalu dicari oleh pelaku Pasar Modal untuk keperluan pengambilan 12 keputusan investasi, karena keberadaan informasi baik informasi yang dipublikasikan ataupun yang tidak dipublikasikan sangat berkaitan dengan perubahan harga saham. Untuk itu investor harus memperoleh informasi yang merata dan transparan, sehingga dapat mengambil keputusan kapan saat membeli dan menjual sahamnya dengan harga yang wajar. Menurut Anoraga dan Pakarti (2009), secara umum, informasi berguna jika dapat membantu penilaian dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan investasi. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan (investor) akan membuat keputusan yang lebih baik jika menggunakan informasi yang tepat. Han Shen (2008) dalam Yogi (2009) menjelaskan, beberapa contoh informasi material yang bisa mempengaruhi harga saham dan keputusan investor diantaranya adalah: 1. Rencana perusahaan mengenai pembagian dividen atau peningkatan modal perusahaan, 2. Perubahan besar dalam struktur modal perusahaan, 3. Perubahan besar dalam penjaminan kewajiban perusahaan (guaranty of company’s obligation), 4. Rencana perusahaan mengenai akuisisi, 5. Perubahan yang signifikan dalam pedoman bisnis (business guidelines) atau ruang lingkup bisnis (business scope) perusahaan, 6. Keputusan perusahaan untuk melakukan pembelian aset atau setiap investasi yang bersifat signifikan, 13 7. Adanya kontrak penting perusahaan yang secara signifikan dapat mempengaruhi aset perusahaan, utang, hak, atau perkembangan usahanya, 8. Timbulnya utang besar di perusahaan atau terjadinya default utang material perusahaan yang jatuh tempo, 9. Timbulnya defisit atau kerugian besar dalam perusahaan, 10. Perubahan yang signifikan dalam kondisi eksternal operasional bisnis perusahaan, 11. Perubahan direksi, dan atau perubahan tidak kurang dari sepertiga dari supervisor atau manajemen perusahaan, 12. Perubahan besar dalam kepemilikan pemegang saham atau pengendali secara de facto (de facto controllers), yang masing-masing memegang kontrol tidak kurang dari lima persen saham perusahaan, 13. Keputusan perusahaan terkait penurunan modal, merger, perubahan divisi, pembubaran, atau aplikasi untuk kebangkrutan, 14. Litigasi (tuntutan hukum) di mana perusahaan terlibat, atau di mana keputusan rapat umum pemegang saham atau dewan direksi telah dibatalkan atau diumumkan dengan tidak valid, 15. Keterlibatan perusahaan dalam tindak kejahatan (fraud), baik yang telah diinvestigasi oleh badan peradilan atau keadaan dimana setiap direktur, supervisor atau senior petugas perusahaan dikenakan tindakan wajib (compulsory measures) oleh badan peradilan, 16. Dan, setiap informasi penting lainnya yang telah diakui oleh badan pengawas Pasar Modal yang memiliki efek pada harga perdagangan Efek, misalnya 14 publikasi sanksi dari Regulator kepada pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. Atas informasi-informasi sebagaimana diatas, investor tentu akan melakukan telaah terhadap informasi yang diperolehnya. Informasi tersebut dianalisis guna dapat menentukan keputusan invesati yang tepat, sehingga investor dapat memperoleh keuntungan/return secara maksimal. Informasi material tersebut erat kaitannya dengan efisiensi pasar, dimana pasar yang efisien menyediakan informasi yang sama dalam hal kuantitas, kualitas, kecepatan penyampaian informasi, dan biaya yang relatif murah kepada para pelaku pasar. Sehingga, diharapkan kondisi yang aktual dan faktual mengenai emiten direfleksikan dengan tepat di pasar, yang ditunjukkan dengan harga saham dan perdagangan saham tersebut. Menurut Robert Ang (2005), semakin cepat dan semakin banyak informasi yang dapat diserap oleh investor, maka semakin besar kemungkinan untuk bisa memperoleh keuntungan yang besar dan tidak normal (abnormal return). Beberapa pertimbangan penting mengenai informasi di Pasar Modal meliputi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kualitas informasi 2. Jenis informasi 3. Kecepatan informasi 4. Volume informasi Teori kandungan informasi mengasumsikan bahwa jika informasi pengumuman terhadap suatu peristiwa mempunyai kandungan informasi yang 15 mempengaruhi preferensi investor dalam keputusan investasinya, maka seharusnya terjadi perbedaan antara harga saham sebelum dan sesudah pengumuman tersebut. Teori kandungan ini pertama kali dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1961). 4. Pasar Modal yang Efisien Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari ketersediaan informasinya saja atau dapat dilihat tidak hanya dari ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market). Sedang pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market). Fama (2003) menyatakan bahwa efisiensi pasar (market efficient) akan terjadi bila harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia di pasar. Manurung (2009), menyatakan bahwa pasar yang efisien memiliki karakteristik, yaitu investor yang smart, informasi yang tersedia, berjalannya penegakan hukum, serta adanya keteraturan di pasar tersebut. Menurut Jogiyanto (2006), ada empat definisi tentang efisiensi pasar modal, yaitu: 1. Pasar modal yang efisien adalah jika harga pasarnya tidak menyimpang dari nilai instrinsiknya. 16 2. Pasar modal yang efisien adalah jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang terjadi. 3. Pasar modal yang efisien adalah jika harga yang terjadi setelah informasi yang diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang akan terjadi jika setiap orang mendapatkan informasi tersebut. 4. Pasar modal yang efisien adalah jika harga-harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan informasi yang tersedia terhadap aktiva tersebut. Jadi, yang dimaksud dengan Pasar Modal yang efisien adalah bahwa informasi yang tersedia secara luas dan murah untuk para investor dan semua investor yang relevan telah dicerminkan dalam harga-harga sekuritas tersebut. Atau dengan kata lain Pasar Modal yang efisien dapat ditarik dengan asumsi sebagai berikut: 1. Harga saham secara lengkap menggambarkan semua informasi yang tersedia. 2. Investor akan menginterpretasikan dengan benar atas informasi yang tersedia. 3. Pialang tidak dapat beroperasi pada skala yang cukup untuk mempengaruhi harga. 5. Saham Saham merupakan sebuah sertifikat kepemilikan atas perusahaan dan periode kepemilikan tergantung pemegang saham tersebut apakah dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dan umumnya kepemilikan saham untuk jangka 17 panjang (Manurung: 2008) sedangkan menurut Nofie Iman (2009) Saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi resiko tinggi. a. Harga Saham Harga saham adalah harga saham yang terjadi di bursa pada saat penutupan (closing price) yang terbentuk pada setiap akhir perdagangan saham. Dengan demikian, data yang diambil dalam penelitian ini adalah data closing price untuk masing-masing saham sebelum dan sesudah publikasi pengenaan pungutan oleh OJK selama periode penelitian di Bursa Efek Indonesia. b. Return Individual Tujuan dari investasi adalah untuk mendapatkan hasil (return) yang maksimal dari suatu investasi dalam satu periode tertentu. Return (tingkat imbal hasil) adalah konsep yang sangat penting bagi investor yang akan menjadi dasar bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Dalam penelitian ini, dilakukan penghitungan return individual untuk saham-saham yang memiliki keterkaitan dengan pengenaan pungutan oleh OJK. 18 Return saham individual merupakan keuntungan yang diterima atas investasi pada saham pada suatu periode tertentu. Formula untuk menghitung tingkat imbal hasil (return) individual dari investasi berupa saham adalah: ( − )= , = , − , , Keterangan: Ri,t : return saham i pada hari ke-t Pi,t : harga saham i pada hari ke –t Pi,t-1 : harga saham i pada hari ke t-1 c. Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikasi atas return yang diberikan oleh pasar. IHSG merupakan indeks yang dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average). Dalam penelitian ini, data IHSG yang digunakan adalah data penutupan IHSG harian. 19 d. Return Pasar (Market Return) Yang dimaksud dengan market return adalah pengembalian (return) atas suatu investasi di Pasar Modal (capital market) maupun atas suatu indeks, dimana dalam penelitian ini yang digunakan sebagai proxy adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Adapun rumus untuk menghitung market return adalah sebagai berikut: ( − )= , = − Keterangan: Rm,t : return pasar padahari ke-t IHSG, t : indeks harga saham gabungan pada hari ke t IHSG,t-1 : indeks harga saham gabungan pada hari ke t-1 Individual return dan market return akan digunakan selanjutnya untuk melakukan penghitungan abnormal return. e. Abnormal Return (AR) Abnormal Return atau keuntungan diatas normal adalah selisih antara tingkat keuntungan (return) individual dengan return pasar (market return). Abnormal Return dari saham i pada hari t (AR i,t) adalah selisih antara return saham i (Ri,t) dengan market return saham tersebut pada event period (R m,t). 20 Abnormal return ini bisa bernilai positif ataupun negatif. Rumus untuk menghitung abnormal return adalah sebagai berikut: = − = − , Keterangan: AR it = abnormal return saham i pada hari ke-t R it = return saham i pada hari ke-t Rm,t= market return pada event period f. Cumulative Abnormal Return (CAR) Setelah mengetahui abnormal return, maka dapat dihitung cumulative abnormal return sejumlah saham yang menjadi sampel penelitian. Cumulative Abnormal Return adalah jumlah secara kumulatif dari abnormal return sejumlah n saham pada hari ke-t (hari ke-t selama suatu event period) yang dihitung dengan formula sebagai berikut: = Keterangan: CARt =Cumulative abnormal return pada hari ke-t ARit = Abnormal Return saham i pada hari ke-t 21 g. Average Abnormal Return (AAR) Sedangkan average abnormal return (AAR) merupakan rata-rata abnormal return dari sejumlah saham pada event period. Average Abnormal Return dapat diperoleh dengan cara membagi nilai dari Cumulative Abnormal Return dengan jumlah saham yang menjadi sampel penelitian. Average abnormal return sejumlah n saham pada hari t (AARt) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: = 1 Keterangan: AARt = Average abnormal return sejumlah saham n pada hari ke-t AR it = abnormal return saham i pada hari ke-t h. Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) Cumulative Average Abnormal Return (CAARt) adalah jumlah secara kumulatif dari average abnormal return hingga hari ke-t selama periode event. CAARt diformulasikan sebagia berikut: = CAARt =Cumulative average abnormal return pada hari ke-t AARt = Average abnormal return sejumlah saham n pada hari ke-t 22 Sebagaimana pembahasan pada bagiaan sebelumnya maka diharapkan pada periode-periode yang diharapkan (expected period), yaitu periode setelah dipublikasikannya pengenaan pungutan oleh OJK, terdapat nilai negatif CAAR (Cumulative negative average abnormal return) yang signifikan. 6. Event Study Event study adalah metode yang dapat digunakan untuk mempelajari reaksi pasar modal (dengan pendekatan harga saham) terhadap suatu peristiwa tertentu. Penelitian Dolley (1930) yang meneliti tentang pengaruh stock-splits terhadap kekayaan pemegang saham mungkin merupakan event study yang pertama kali dilakukan walaupun tidak dilakukan dengan event study seperti yang dikenal sekarang (Suryawijaya & Setiawan, 2008). Menurut Strong (2002) metode penelitian dengan event study dimulai dengan hipotesis tentang bagaimana pengaruh keterjadian suatu peristiwa terhadap nilai perusahaan. Sebagian besar jenis penelitian ini berfokus pada perilaku pergerakan harga saham yang dipengaruhi kejadian khusus dalam perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari peristiwa tersebut. Menurut Bodie, Kane, dan Marcus (2005), event study adalah suatu teknik penelitian empiris dibidang keuangan yang memungkinkan seorang peneliti menilai dampak peristiwa (event) tertentu pada harga saham perusahaan. Sedangkan Peterson (1989) dalam Suryawijaya & Setiawan (2008) menjelaskan event study adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di pasar 23 modal untuk mengetahui apakah terdapat abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu. Sedangkan menurut Kritzman (1994) dalam Suryawijaya & Setiawan (2008) event study bertujuan mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang mempengaruhi surat berharga dengan pendapatan (imbal hasil) dari surat berharga. Dapat disimpulkan bahwa event study digunakan untuk mempelajari muatan informasi dari suatu peristiwa (event). Tujuan dari penelitian atas suatu event tersebut adalah untuk menguji eksistensi dari efek informasi tersebut dan untuk mengestimasi dampaknya yang dihasilkan atas informasi tersebut. Sejalan dengan tujuan itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis) pada bentuk setengah kuat (semi-strongform). Saat ini penelitian event study telah berkembang dengan pesat, selain peristiwa ekonomi, penelitian juga dilakukan berkaitan dengan berbagai peristiwa diluar isu-isu ekonomi, diantaranya adalah peristiwa kecelakaan berdampak lingkungan yang dilakukan oleh Karla, Henderson, dan Raines (1993), kecelakaan pesawat oleh Mansur, Chocran, dan Froiro (1989) dan peristiwa politik seperti pengunduran diri PM Jepang Noboru Takeshita yang dilakukan oleh Asri (1996). Struktur mendasar dalam melakukan penelitian event study terbagi menjaditiga tahapan antara lain: (1) Melakukan identifikasi tanggal pengumuman untuk setiap sampel; (2) Mengestimasikan adanya abnormal return untuk masingmasing sampel dan untuk masing-masing periode di sekitar tanggal pengumuman; dan (3) Menghitung rata-rata abnormal return seluruh sampel selama periode 24 pengujian dan menguji apakah nilainya sama dengan nol dengan menggunakan uji statistik. Menurut Jones (2007) yang dimaksud dengan suatu pasar dikatakan efisien jika harga-harga aset atau sekuritas yang ada di pasar secara cepat dan penuh merefleksikan semua informasi yang ada tentang aset atau sekuritas tersebut. Sedangkan Gumanti dan Utami (2002) mendeskripsikan pasar yang efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return) dengan memanfaatkan keuntungan informasi publik dan private yang diperoleh, setelah disesuaikan dengan risiko, dan dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Sehingga harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi tersebut atau “stock prices reflect all available information”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin efisien suatu pasar semakin tidak ada data informasi yang bocor ke publik, karena harga yang ada di pasar modal merupakan cerminan dari kondisi emiten tersebut sebenarnya. Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, disebutkan bahwa sebagai studi peristiwa (event studies), harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan (pelengkap) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia dipublik juga dapat berupa peraturan keuangan lain seperti pajak bangunan (property) atau suku bunga dan/atau beta saham termasuk rating perusahaan. 25 Menurut konsep semi-kuat, investor tidak akan mampu untuk memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi yang dibangun berdasarkan informasi yang tersedia di publik. Ide dari pandangan ini adalah bahwa sekali informasi tersebut menjadi informasi publik (umum), artinya tersebar di pasar, maka semua investor akan bereaksi dengan cepat dan mendorong harga naik untuk mencerminkan semua informasi publik yang ada. Investor sudah tidak mungkin mendapatkan abnormal return ketika melakukan transaksi di pasar modal berdasarkan informasi publik tersebut. Harga pada tingkat beli atau jual saham sudah dalam bentuk pasar efisien dan pengujiannya lebih dahulu mencerminkan informasi tersebut karena pasar akan dengan segera bereaksi. Berlawanan dengan pendukung hipotesis pasar efisien bentuk lemah, pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berpendapat bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar (Gumanti & Utami, 2002). Informasi mengenai pengumuman pengenaan pungutan OJK merupakan informasi publik. Informasi publik mengenai pengumuman event ini diperkirakan akan menyebabkan reaksi pasar yang tercermin di dalam harga saham perusahaan tersebut. Dalam konteks pasar efisien semi-kuat informasi terkandung di dalam pengumuman ini sudah tercermin di dalam harga saham pada saat hari pengumuman tersebut dikeluarkan ke publik. Sehingga tidak ada seorangpun baik individu maupun institusi dapat memperoleh abnormal return dengan memanfaatkan kelebihan informasi berupa pengenaan pungutan OJK yang belum diketahui oleh pasar pada suatu periode tertentu. Bukti pasar efisien semi-kuat ini 26 adalah tidak adanya abnormal return yang diperoleh para investor yang terjadi disekitar tanggal pengumuman. Walaupun demikian, menurut hasil penelitian yang dilakukan Rayahu (2007) abnormal return masih mungkin terjadi di sekitar tanggal pengumuman. Hal ini bisa terjadi karena sebagian investor telah memperoleh informasi pada saat sebelum tanggal pengumumam (ada kebocoran informasi) sehingga mereka mampu memberikan respon dengan cepat. Abnormal return yang terjadi setelah pengumuman bisa terjadi karena karena sebagian investor lainnya terlambat mengetahui informasi ini sehingga investor lambat merespon informasi peristiwa tersebut. 7. Otoritas Jasa Keuangan Pasal 34 undang-undang nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia mengamanatkan pembentukan lembaga pengawas sektor jasa keuangan yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat. Pada hakikatnya pasal 34 dimaksud memberikan otoritas pengaturan dan pengawasan kepada lembaga pengawasan sektor jasa keuangan dimaksud kepada industri perbankan, pasar modal, dan industri keuangan nonbank. Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap industri sektor keuangan tersebut diatas dalam undang-undang disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK 27 merupakan lembaga independen yang menyelenggarakan fungsi pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di bidang Perbankan, Pasar Modal, dan Industri Keuangan Non Bank. OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta dapat mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness). Dengan demikian, secara garis besar, fungsi OJK adalah sebagai berikut: 1. Menjaga stabilitas sistem keuangan 2. Melakukan pengawasan non-bank 3. Pengawasan bank. Sementara itu, sesuai dengan Undang-Undang Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011, ruang lingkup pengawasan OJK adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; 2. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan 3. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya. Adapun besaran pungutan OJK, yakni biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penelitian untuk satu tahun ditetapkan sebagai berikut: I. Pungutan yang Terkait Dengan Pengajuan Perizinan, Persetujuan, Pendaftaran, dan Pengesahan kepada OJK: 28 A. Biaya Perizinan, Persetujuan, Pendaftaran, dan Pengesahan Lembaga: 1. Perizinan Usaha untuk: a. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di luar Bursa Efek, Bank Umum, Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi dan Manajer Investasi; Perperusahaan; Sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); b. Perusahaan Pemeringkat Efek, Penjamin Emisi Efek, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Perusahaan Pembiayaan, dan Perusahaan Modal Ventura, serta Lembaga Jasa Keuangan Lainnya; Perperusahaan; Sebesar Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah); c. Perantara Pedagang Efek yang mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah; Perperusahaan; Sebesar Rp 30.000.000,00 (tigapuluh juta rupiah); d. Perantara Pedagang Efek yang tidak mengadministrasikan Rekening Efek Nasabah, Penasihat Investasi, Biro Administrasi Efek, dan Lembaga Penilai Harga Efek; Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); 2. Persetujuan untuk Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah, Bank Kustodian; Lembaga Penunjang Perbankan yaitu Lembaga Pemeringkat; Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); 3. Perizinan Lembaga Penunjang IKNB yaitu Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, Perusahaan Konsultan Aktuaria, dan Perusahaan Agen Asuransi; Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); 4. Pendaftaran untuk: a. Wali Amanat; Perperusahaan; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); b. Agen Penjual Efek Reksa Dana; Perperusahaan; Sebesar Rp 30.000.000,00 (tigapuluh juta rupiah); 5. Pengesahan untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan Dana Pensiun Pemberi Kerja; Perlembaga; Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); B. Biaya Perizinan dan Pendaftaran Orang Perseorangan: 1. Perizinan untuk: a. Wakil Manajer Investasi dan Penasihat Investasi; Perorang; Sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah); b. Wakil Penjamin Emisi Efek; Perorang; Sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); 29 II. c. Wakil Perantara Pedagang Efek dan Wakil Agen Penjual Efek Reksa Dana; Sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); 2. Pendaftaran untuk: a. Profesi Penunjang Perbankan yaitu Akuntan dan Penilai; Perorang; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); b.Profesi Penunjang Pasar Modal yaitu Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, dan Notaris; Perorang; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); c.Profesi Penunjang IKNB yaitu Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, dan Konsultan Aktuaria; Perorang; Sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); C. Biaya Pendaftaran: 1. Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum: a. Efek Bersifat Ekuitas, Efek Bersifat Utang, dalam rangka penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Penawaran Umum Terbatas/Right Issue), untuk Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Efek yang dapat dikonversi menjadi saham, dan oleh Pemegang Saham; Nilai Emisi; sebesar 0,05% paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh jula rupiah); b.Sukuk; Nilai Emisi; sebesar 0,05% paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh jula rupiah); 2. Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik; per pernyataan pendaftaran; Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); 3. Pernyataan Pendaftaran untuk Penawaran Tender Sukarela; per penawaran; Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah); D. Biaya Penelaahan Rencana Aksi Korporasi: 1. Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu tanpa Melalui Penawaran Umum tidak untuk memperbaiki posisi keuangan; nilai emisi; sebesar 0,025% paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); 2. Penggabungan atau Peleburan Perusahaan Terbuka; aset berdasarkan laporan keuangan proforma penggabungan atau peleburan perusahaan terbuka; sebesar 0,05% paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah); 3. Perubahan Perusahaan Terbuka menjadi Perusahaan Tertutup secara Sukarela (voluntary going private); per perubahan; sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah); E. Pengambilalihan Perusahaan Terbuka; per pengambil- alihan; sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah); Biaya Tahunan untuk Pengaturan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penelitian 1. Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Perdagangan Surat Utang Negara di luar Bursa Efek; pendapatan usaha; sebesar15%; 2. Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Asuransi Jiwa, Asuransi Umum, Reasuransi, Dana Pensiun Lembaga Keuangan, Dana Pensiun Pemberi Kerja, Perusahaan Pembiayaan, dan Perusahaan Modal Ventura, serta Lembaga Jasa Keuangan Lainnya; aset ; sebesar 0,045% paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); 30 3. Manajer Investasi; dana kelolaan; sebesar 0,045% paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); 4. Penasihat Investasi; pendapatan dari imbalan jasa nasihat investasi; 1,2% paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); 5. Agen Penjual Efek Reksa Dana; pendapatan dari fee keagenan; 1,2% paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); 6. Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek; pendapatan usaha; sebesar 1,2% paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah); 7. Emiten; nilai emisi efek (outstanding); 0,03% paling sedikit Rp15.000.000,00 paling banyak Rp150.000.000,00; 8. Perusahaan Publik; per perusahaan; Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah); 9. Perusahaan Pemeringkat Efek; pendapatan usaha; 1,2% paling sedikit Rp 5.000.000,00 ( lima juta rupiah); 10. Lembaga Penunjang; per pendapatan usaha; 1,2% paling sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); a. Lembaga Penunjang Perbankan yaitu Lembaga Pemeringkat; b. Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu Biro Administrasi Efek, Bank Kustodian, dan Wali Amanat; c. Lembaga Penunjang IKNB yaitu Perusahaan Pialang Asuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, Perusahaan Agen Asuransi; d. Lembaga Penilai Harga Efek; 11. Kantor Akuntan Publik, Kantor Jasa Penilai Publik, Kantor Konsultan Hukum, Kantor Notaris, dan Perusahaan Konsultan Aktuaria, sepanjang kantor dimaksud memiliki izin, persetujuan, pengesahan, atau pendaftaran dari OJK; nilai kontrak dari kegiatan di sektor jasa keuangan; sebesar 1,2%; 12. Profesi; per orang; sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) a. Profesi Penunjang Perbankan yaitu Akuntan dan Penilai; b. Profesi Penunjang Pasar Modal yaitu Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, dan Notaris. B. Kerangka Pemikiran Rao dan Hamilton (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan empiris yang signifikan antara publikasi sanksi yang dilakukan oleh SEC (Securities and Exchange Commission) dengan performa saham perusahaan yang dikenakan sanksi. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pengumuman sanksi dapat membuat return saham perusahaan yang terkena sanksi akan berada dibawah return market secara keseluruhan. Publikasi tersebut 31 memberikan dampak negatif kepada pemegang saham berupa penurunan nilai saham dalam kurun waktu tertentu. Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa untuk melihat reaksi investor (melalui return saham) ini dapat dilakukan juga dengan melakukan pembandingan return saham perusahaan ini dengan return pasar (market return) secara keseluruhan, hal ini dilakukan dengan melihat abnormal return saham tersebut. Apabila return perusahaan tersebut nilainya lebih tinggi dibandingkan return pasar (dan menimbulkan positif abnormal return) pada saat yang sama, dapat disimpulkan bahwa saham tersebut memiliki informasi tersendiri bagi investor. Positif abnormal return tersebut dapat diartikan sebagai harapan investor untuk memperoleh return yang tinggi atas investasinya di saham tersebut di masa datang. Dan sebaliknya, apabila terdapat informasi mengenai saham di pasar tersebut yang bersifat negatif, maka hal tersebut dapat dilihat dari adanya abnormal return yang bernilai negatif pada saham tersebut. Negatif abnormal return dapat diartikan sebagai return perusahaan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan return pasar secara keseluruhan, hal ini bisa terjadi jika investor mungkin merasa bahwa terdapat informasi yang bersifat negatif di pasar mengenai saham tersebut, sehingga investor merasa bahwa investasi di perusahaan tersebut akan mengalami penurunan dikemudian hari, sehingga investor melepas investasinya di saham tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan penelitian tentang bagaimana reaksi dari investor atas event (peristiwa) berupa dipublikasikannya 32 informasi dari OJK tentang pengenaan pungutan kepada perusahaan jasa keuangan, khususnya perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Reaksi investor terhadap terhadap harga saham dari emiten/perusahaan perbankan yang terkait dengan pengenaan pungutan akan tercermin dari return dan abnormal return saham perusahaan tersebut. C. Hipotesis Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, pengaruh dari publikasi besaran pengenaan pungutan dari regulator Pasar Modal dalam hal ini OJK terhadap harga (return) saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis 1: Bahwa terdapat negative average abnormal return (negatif AAR) pada saham perusahaan perbankan setelah event date (setelah dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan oleh OJK). Pada hipotesis statistik pertama, dilakukan pengujian uji one sample t-test. Selain dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat negatif AAR yang bersifat signifikan selama post-event period untuk saham perusahaan perbankan yang dikenakan pungutan oleh OJK, dalam penelitian ini juga dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan AAR untuk periode sebelum 33 dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan dan untuk periode sesudah dipublikasikannya besaran pengenaan pungutan oleh OJK. Untuk mengetahui reaksi investor, berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya mengenai pengaruh dari publikasi dari regulator Pasar Modal terhadap harga (return) saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek, dilakukan pegujian untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada rerata (averaged) abnormal return saham perusahaan perbankan yang dikenakan pungutan oleh OJK untuk periode sebelum dan sesudah adanya publikasi besaran pengenaan pungutan oleh ketua Dewan Komisioner OJK. Atas penjelasan tersebut, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: Hipotesis 2: Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara average abnormal return untuk periode sebelum dan sesudah publikasi besaran pengenaan pungutan OJK. Uji hipotesis statistik kedua, dilakukan uji paired t-test. Sesuai dengan teori kandungan informasi, maka seharusnya akan ada reaksi dari investor setelah ada informasi mengenai publikasi besaran pengenaan pungutan oleh OJK. Karena informasi mengenai besaran pengenaan pungutan oleh OJK baru tersedia pada saat tanggal pengenaan pungutan oleh OJK dipublikasikan. Maka perubahan harga saham perusahaan perbankan yang dikenakan pungutan oleh OJK diperkirakan baru akan terjadi setelah tanggal publikasi pengenaan pungutan.