ANALISIS PENGARUH VARIANCE OF EARNING GROWTH (VEG

advertisement
ANALISIS PENGARUH
VARIANCE OF EARNING GROWTH (VEG),
NET PROFIT MARGIN, DAN DEBT EQUITY RATIO
TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER)
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Properti Tahun 2005-2008)
Skripsi
Disusun Oleh:
Dennis Ariefianto
NIM : 104081002494
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2010 M
i
ANALISIS PENGARUH
VARIANCE OF EARNING GROWTH (VEG),
NET PROFIT MARGIN, DAN DEBT EQUITY RATIO
TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER)
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Properti Tahun 2005-2008)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Dennis Ariefianto
NIM : 104081002494
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Amalia, SE., MSM
NIP. 1969 0203 200 112 1003
NIP. 1974 0821 200 901 2005
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2010 M
ii
ANALISIS PENGARUH
VARIANCE OF EARNING GROWTH (VEG),
NET PROFIT MARGIN, DAN DEBT EQUITY RATIO
TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER)
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Properti Tahun 2005-2008)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Dennis Ariefianto
NIM : 104081002494
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Amalia, SE., MSM
NIP. 1969 0203 200 112 1003
NIP. 1974 0821 200 901 2005
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms
Indoyama Nasarudin, SE., MAB
NIP : 1957 0617 198 503 1002
NIP: 1974 1127 200 112 1002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2010 M
iii
Hari ini, Jumat tanggal Lima Februari Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Dennis Ariefianto, NIM: 104081002494, dan dengan judul
skripsi “Analisis Pengaruh Variance of Earning Growth (VEG), Net Profit
Margin, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Price Earning Ratio (PER)”.
Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 5 Februari 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Herni Ali H.T, SE, MM
M. Arief Mufraini, Lc., M. Si
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid
Penguji Ahli
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama Mahasiswa
: Dennis Ariefianto
NIM
: 104081002494
Jurusan
: Manajemen Konsentrasi Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri, serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi dianggap gugur dan
harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru, dan kelulusan serta
gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 14 April 2010
Dennis Ariefianto
v
Daftar Riwayat Hidup
Nama
: Dennis Ariefianto
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Desember 1986
Agama
: Islam
Kebangsaan
: Indonesia
E-mail
: [email protected]
Telepon
: 0857 10791795 / 021 93061078 / 021 7265883
Alamat
: Jl. Samudra, RT. 007, RW. 06, No. 8, Cipulir,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12230
Pendidikan
1. 1992-1998: SDS Hang Tuah IV Jakarta
2. 1998-2001: SLTP Negeri 31 Jakarta
3. 2001-2004: SMU Negeri 29 Jakarta
4. 2004-2009: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Manajemen
vi
ABSTRACT
Valuation of stocks is a very important activity. One of the stock assessment
methods are price earnings ratio (PER). This method is based upon the ratio
between the stock price per share prevailing in the capital markets to the level of net
profits available for shareholders. PER can be interpreted as an indicator of market
confidence in the company's growth prospects in the future. Therefore, the financial
ratios that affect the price earnings ratio is very important and very interesting to do
research, and important to investors in their investment decisions.
This study aims to analyze the factors suspected that affect the value of price
earnings ratio. These factors include: variance of earnings growth, net profit
margin, and debt to equity ratio. Population in this study are all listed property
companies in Indonesia Stock Exchange since 2005 until the year 2008. The sample
selected by using purposive sampling method based on the criteria that companies
publish data that the full financial statements from 2005 until 2008.
Using multiple regression analysis, the results of this study indicate that the
variance of earnings growth, net profit margin, and debt to equity ratio, has a
significant influence simultaneously on price earning ratio, and partially just two
variables (variance of earnings growth and net profit margin) which significantly
affect the price earnings ratio. The most dominant variable in this study, which
affects the price earnings ratio is variable variance of earnings growth.
Keywords: price earning ratio, variance of earnings growth, net profit margin,
debt to equity ratio.
vii
ABSTRAK
Penilaian atas saham merupakan kegiatan yang sangat penting. Salah satu
metode penilaian saham tersebut adalah price earning ratio (PER). Metode ini
mendasarkan diri atas rasio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar
modal terhadap tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham. PER
dapat diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, rasio keuangan yang
mempengaruhi price earning ratio sangat penting dan sangat menarik untuk
dilakukan penelitian, dan penting artinya bagi investor dalam pengambilan keputusan
investasi mereka.
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi nilai price earning ratio. Faktor-faktor tersebut antara lain: variance
of earning growth, net profit margin, dan debt to equity ratio. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sejak tahun 2005 sampai tahun 2008. Sampel dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling berdasarkan kriteria perusahaan yang mempublikasikan
data laporan keuangan yang lengkap dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Dengan menggunakan analisis regresi berganda, hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variance of earning growth, net profit margin, dan debt to
equity ratio, mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap price earning
ratio, sedangkan secara parsial hanya dua variabel (variance of earning growth dan
net profit margin) yang berpengaruh secara signifikan terhadap price earning ratio.
Variabel paling dominan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap price
earning ratio adalah variabel variance of earning growth.
Kata kunci: price earning ratio, variance of earning growth, net profit margin, debt
to equity ratio.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan segalanya, sehingga penulis dapat melewati semua likuan hidup sampai
saat ini, termasuk penulisan karya ilmiah ini. Hanya karena kekuasaanNya, sehingga
penulisan karya tulis ini dapat terselesaikan.
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Variance of Earning Growth
(VEG), Net Profit Margin, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Price Earning
Ratio (PER)” ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai
derajat Sarjana Strata-1 Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, banyak pihak
yang memberikan masukan dan bantuan, termasuk juga memberikan fasilitas,
sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar, karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta (Elly H. dan Supriyadi), yang selalu memberikan
limpahan kasih sayang, perhatian, dan dukungan baik moral, spiritual, maupun
material pada penulis. Kasih sayang mereka yang teruntai begitu indah dan tulus
menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis dalam menjalani hidup. Kakakku dan
suaminya (mba’ Dewi dan mas Budi), serta keponakan-keponakanku (Miftah dan
Mirza) yang telah memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN yang telah banyak membantu penulis ketika pertama kali memasuki kampus
UIN.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pudek I Bidang Akademik Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN dan juga dosen Pembimbing I yang telah
ix
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis dan selalu memotivasi
penulis untuk selalu berjuang dan bersemangat.
4. Bapak Indoyama Nasarudin SE., MAB, selaku Kepala Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN yang telah banyak membantu dan selalu
memberikan semangat kepada para mahasiswanya dalam menyelesaikan studi.
5. Ibu Amalia, SE., MSM, selaku dosen Pembimbing II, terima kasih atas kesabaran
dan ketulusannya memberikan bimbingan, pengarahan, doa, serta dorongan agar
penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan penulis, serta memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat selama kuliah di FEIS UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Seluruh Karyawan dan Civitas Akademika FEIS UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
8. Untuk sahabat-sahabatku sewaktu SMU: Anggi/Bule/Bendol beserta keluarga
dan Yudi/Bowo beserta keluarga yang telah memberikan bantuan, semangat, doa,
dan arahan dalam menyelesaikan studi ini.
9. Teman dan sahabatku di Seskoal: Yoyo, Dede, Akang Sofyan, kak Sabiq, kak
Fachrul, kak Herman, dan yang lainnya.
10. Teman-teman seperjuangan penulis: Roby, Opang, Zuhdi, Pandi, dan mahasiswa
angkatan 2004 Jurusan Manajemen UIN yang lainnya, terima kasih banyak atas
dukungan dan doanya.
11. Keluarga besar Band Nikotin sekaligus sahabat-sahabatku: Ahmad beserta
keluarga dan Roby beserta keluarga yang telah memberikan doa, semangat, dan
dukungan serta mengisi hari-hari penulis dengan penuh warna, tawa, dan sensasi.
12. Keluarga besar kelas C Manajemen angkatan 2004 terima kasih atas doa,
dukungan, dan semangatnya, semoga kita tetap bisa menjaga dan menjalin tali
silaturrahim persahabatan kita.
x
Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Dengan segala kerendahan hati, penulis menerima saran maupun kritik yang
dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah dan
rahmatNya kepada kita semua. Amin…
Jakarta, 9 Maret 2010
Dennis Ariefianto
(Penulis)
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 9
1. Tujuan Penelitian ............................................................... 9
2. Manfaat Penelitian ............................................................. 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 12
A. Manajemen Keuangan ............................................................. 12
B. Laporan Keuangan .................................................................. 13
C. Pasar Modal.............................................................................. 14
D. Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ................... 18
1. Bursa Efek Jakarta ............................................................... 18
2. Bursa Efek Surabaya ............................................................ 21
3. Bursa Efek Indonesia ........................................................... 23
E. Saham ...................................................................................... 25
F. Pendekatan Penilaian Harga Saham......................................... 26
G. Rasio Keuangan ....................................................................... 27
1. Rasio Solvabilitas................................................................. 27
2. Rasio Pasar ........................................................................... 28
3. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas ........................................... 29
xii
H. Price Earning Ratio (PER) ...................................................... 30
I. Variance of Earning Growth (VEG)......................................... 34
J. Net Profit Margin (NPM) ........................................................ 37
K. Debt to Equity Ratio (DER) ..................................................... 38
L. Penelitian Sebelumnya ............................................................. 40
M. Kerangka Pemikiran ................................................................. 49
N. Rumusan Hipotesis .................................................................. 52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 53
A Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 53
B. Populasi Dan Sampel................................................................ 53
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 54
1. Laporan Keuangan ............................................................. 54
2. Metode Kepustakaan .......................................................... 54
D. Operasionalisasi Variabel-Variabel Penelitian ........................ 55
1. Operasionalisasi Variabel-Variabel Penelitian .................. 55
E. Model Regresi Berganda.......................................................... 58
F. Metode Analisis Data .............................................................. 59
1. Uji Asumsi Klasik .............................................................. 59
2. Uji Signifikansi .................................................................. 64
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ...................... 66
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 67
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 67
1. Gambaran Objek Penelitian ............................................... 67
2. Sekilas Mengenai Properti di Indonesia............................. 69
B. Deskriptif Analisis ................................................................... 74
1. Deskripsi Analisis Data...................................................... 74
C. Hasil dan Pembahasan ............................................................. 90
1. Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 90
2. Pengujian Hipotesis ........................................................... 98
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ...................... 106
4. Analisis Regresi Berganda ................................................. 107
D. Interpretasi ............................................................................... 110
xiii
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................ 113
A. Kesimpulan .............................................................................. 113
B. Implikasi dan Saran.................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 117
LAMPIRAN ........................................................................................................ 121
xiv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Hal.
Tabel 2.1
Rangkuman Hasil Penelitian Terdahulu …………………………
46
Tabel 4.1
Sampel Data Penelitian...................................................................
68
Tabel 4.2
Price Earning Ratio........................................................................
75
Tabel 4.3
Net Profit margin............................................................................. 79
Tabel 4.4
Debt to Equity Ratio........................................................................ 84
Tabel 4.5
Variance of Earning Growth..........................................................
88
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier............................................
91
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier..............................................
92
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinieritas Sebelum Outlier...................................
93
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Outlier.....................................
94
Tabel 5.0
Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Outlier.........................................
97
Tabel 5.1
Hasil Uji Autokorelasi Setelah Outlier...........................................
98
Tabel 5.2
Hasil Uji F........................................... ...........................................
99
Tabel 5.3
Hasil Regresi................................................................................... 100
Tabel 5.4
Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )............................................. 107
xv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan.
Hal.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berfikir..............................................................
51
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Outlier.............................
95
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Outlier...............................
96
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Hal.
Lampiran 1
Sampel Data Penelitian...................................................
121
Lampiran 2
Price Earning Ratio Tahunan...................................................
122
Lampiran 3
Net Profit Margin Tahunan.......................................................
123
Lampiran 4
Debt to Equity Ratio Tahunan...................................................
124
Lampiran 5
Variance of Earning Growth.....................................................
125
Lampiran 6
Output SPSS Sebelum Outlier...................................................
126
Lampiran 7
Output SPSS Setelah Outlier.....................................................
128
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu tujuan dari perusahaan mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek
Jakarta adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan
untuk meningkatkan performance (kualitas dan kemampuan) perusahaan. Hal
ini menjadikan pasar modal merupakan tempat yang tepat untuk dapat
menghimpun dana jangka panjang dari masyarakat dan kemudian dapat
disalurkan ke dalam sektor yang produktif. Tujuan dari pasar modal itu sendiri
adalah mempercepat proses pemerataan pendapatan masyarakat melalui
kepemilikan saham-saham perusahaan swasta, meningkatkan penghimpunan
dana masyarakat untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan
pembangunan nasional.1
Pasar modal merupakan salah satu fasilitator dalam suatu negara, karena
pasar modal mampu memenuhi kebutuhan akan permintaan dan penawaran
modal bagi kalangan industri. Selain itu, pasar modal juga digunakan oleh
pemerintah sebagai salah satu alat dalam mengendalikan perekonomian negara.
Efisien tidaknya suatu pasar modal dapat dilihat dari apakah harga
sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan.
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat, BPFE,
Yogyakarta, hlm. 1, 1996.
Informasi yang relevan itu dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe: 1) perubahan
harga di waktu yang lalu, 2) informasi yang tersedia kepada publik, 3)
informasi yang tersedia baik kepada publik maupun tidak.2 Semakin cepat
informasi baru tercermin pada harga sekuritas, maka dapat dikatakan bahwa
pasar modal tersebut semakin efisien, karena itulah informasi merupakan salah
satu hal penting bagi perkembangan sebuah pasar modal. Investor (individu
yang melakukan jual beli instrumen pasar modal) maupun emiten (perusahaan
yang mengeluarkan saham) terlibat langsung dalam mendapatkan informasiinformasi yang relevan tersebut. Ketersediaan informasi ini dapat membuat
investor melihat, pada perusahaan mana mereka akan menanamkan modalnya,
karena tentu saja mereka akan memilih untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan yang mereka anggap mempunyai prospek untuk mendapatkan
keuntungan yang tinggi di masa yang akan datang dengan tingkat resiko
tertentu yang bersedia ditanggungnya.
Perkembangan harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai saham
perusahaan tersebut, sehingga kemakmuran dari pemegang saham dicerminkan
dari harga pasar sahamnya.3 Saham sebagai surat berharga yang ditransaksikan
di pasar modal, harganya selalu mengalami fluktuasi dari satu waktu ke waktu
yang lain. Fluktuasi dari harga saham ini dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
faktor eksternal dan internal perusahaan.
2
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta, 2005.
3
ibid., 2005.
Saham merupakan salah satu instrumen yang menarik bagi investor untuk
menanamkan modalnya. Saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan
atau penyertaan pada perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).4
Dengan
melakukan
pembelian
saham,
investor
mengharapkan
akan
memperoleh beberapa keuntungan, antara lain berupa capital gain (keuntungan
maksimal dari selisih harga) dan dividend (laba yang dibagikan kepada
pemegang saham) meskipun harus menanggung resiko pada tingkat tertentu.
Dalam proses investasi dalam bentuk saham, penilaian atas saham merupakan
kegiatan yang sangat penting. Sehubungan dengan hal itu, adanya
pertimbangan tentang prospek perusahaan masa yang akan datang, antara lain
dengan mempertimbangkan laba perusahaan, pertumbuhan penjualan dan
aktiva selama kurun waktu tertentu. Harapan investor tentang kinerja
perusahaan di masa yang akan datang akan mempengaruhi nilai investasinya.
Proses penilaian oleh investor atau analis keuangan terhadap suatu saham
dikenal sebagai proses valuasi saham.
Valuasi saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian
variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan
tentang harga saham.5 Variabel-variabel ekonomi tersebut, misalnya laba
perusahaan, dividen yang dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya. Pada
4
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia, Yogyakarta,
hlm. 310, 2009.
5
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta, 2005.
dasarnya proses valuasi saham yang dilakukan oleh analis keuangan bertujuan
untuk
bisa
menghasilkan
tingkat
keuntungan
yang
menarik,
dan
mengidentifikasikan saham mana yang sebaiknya dijual atau dibeli, namun
pada pasar modal yang efisien akan sulit bagi investor untuk memperoleh
tingkat bunga keuntungan di atas normal.
Tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan nilai
kekayaan para pemegang saham. Nilai kekayaan dapat dilihat melalui
perkembangan harga saham (common stock) perusahaan di pasar. Dalam hal
ini, nilai saham dapat merefleksikan investasi keuangan perusahaan dan
kebijakan dividen. Oleh karena itu, dalam teori-teori keuangan, variabel yang
sering digunakan dalam penelitian pasar modal untuk mewakili nilai
perusahaan adalah harga saham, dengan berbagai jenis indikator, antara lain
return saham, harga saham biasa, abnormal return, price earning ratio (PER),
dan indikator lain yang merepresentasikan harga saham biasa di pasar modal.6
Perkembangan pasar modal selain menambah sumber-sumber pengerahan
dana masyarakat di luar perbankan, pasar modal juga merupakan sumber dana
yang potensial bagi perusahaan yang membutuhkan dana jangka menengah dan
jangka panjang. Seiring perkembangan yang pesat, kebutuhan atas informasi
yang relevan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga
Harmono, “Manajemen Keuangan: Berbasis Balance Scorecard, Pendekatan Teori,
Kasus, dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 1, 2009.
semakin meningkat. Salah satu informasi yang banyak digunakan adalah
informasi akuntansi terutama yang berasal dari laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
meliputi dua laporan utama, yakni neraca dan laporan laba rugi.7 Neraca adalah
laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat
tertentu, sedangkan laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan hasil
kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan keuangan disusun
dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam
mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara lain
manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah.
Alat analisis penilaian saham yang dapat digunakan oleh para analis dan
investor dalam mengambil kebijakan untuk melakukan investasi meliputi
analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah analisis
untuk menentukan nilai saham dengan menggunakan data pasar dari saham,
seperti harga dan volume transaksi saham.8 Analisis fundamental adalah
analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data
keuangan perusahaan.9 Alat analisis mengenai penilaian harga saham yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah analisis fundamental. Salah satu alat
7
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia, Yogyakarta,
hlm. 9, 2009.
8
Hin, L. Thian, “Panduan Berinvestasi Saham”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,
hlm. 70, 2001.
9
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta,
hlm. 89, 2000.
analisis fundamental yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian
saham adalah pendekatan price earning ratio (PER), yaitu rasio antara harga
pasar saham dengan laba per lembar saham. Pendekatan PER ini sering
digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai harga saham, karena pada
dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan
untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan
perusahaan pada suatu periode tertentu.
Salah satu ukuran yang sering digunakan analisis investasi ialah rasio P/E.
Secara sederhana, rasio ini diukur oleh harga suatu saham dibagi dengan
pendapatan suatu saham.10
Indikator price earning ratio (PER) ini secara praktis telah diaplikasikan
dalam laporan keuangan laba rugi bagian akhir dan menjadi bentuk standar
pelaporan keuangan bagi perusahaan publik di Indonesia. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap PER penting dilakukan dan bisa dijadikan sebagai salah
satu indikator nilai perusahaan dalam model penelitian.11
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap pergerakan harga saham akan
mengakibatkan perubahan PER dari suatu perusahaan. Para investor harus
mampu menyikapi apabila terjadi pergerakan harga saham yang mengakibatkan
PER rendah dan bagaimana investor menyikapi apabila PER tinggi. Bagi
investor, PER rendah akan memberikan kontribusi tersendiri, karena selain
10
Rodoni, Ahmad, “Analisis Teknikal dan Fundamental Pada Pasar Modal”, CSES
Press, hlm. 65, 2005.
11
Harmono, “Manajemen Keuangan: Berbasis Balance Scorecard, Pendekatan Teori,
Kasus, dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 57, 2009.
dapat membeli saham dengan harga yang relatif murah, kemungkinan untuk
mendapatkan capital gain juga semakin besar, sehingga investor dapat
memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go public. Sebaliknya,
emiten menginginkan PER yang tinggi pada waktu go public untuk
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan cukup baik dengan harapan agar harga
saham akan tinggi pula.
PER juga digunakan untuk mengestimasi suatu saham apakah
underpriced
atau
overpriced.
PER
tersebut
dihitung
dengan
cara
membandingkan PER saham yang sesungguhnya dengan PER saham yang
wajar. Jika PER saham yang sesungguhnya lebih besar dari PER saham yang
wajar, maka disebut overpriced. Dan jika PER saham yang sesungguhnya lebih
kecil dari PER saham yang wajar, maka disebut underpriced.
Untuk mendapatkan informasi yang aktual mengenai PER diperlukan
suatu analisis guna mengetahui beberapa variabel yang berpengaruh terhadap
harga saham. Mengingat bahwa para investor harus menganalisis apakah hargaharga saham yang terjadi cukup layak untuk dibeli, maka para investor harus
mendeteksi pergerakannya.
Sesuai dengan pandangan bahwa harga saham mencerminkan harapan
para investor atau pasar terhadap prospek suatu perusahaan. Maka, faktorfaktor harga saham juga akan mempengaruhi PER. Maka, pendekatan lain
dalam menilai harga saham adalah dengan mencari faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat suatu model tersebut untuk
menilai PER perusahaan di masa yang akan datang, sehingga dapat dinilai pada
kewajaran harga saham perusahaan.
Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio
mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan
investasi, semakin tinggi price earning ratio suatu perusahaan, semakin banyak
investor yang akan menanamkan modalnya. Hal ini berarti, perusahaan yang
mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh
kapital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi potensial.
Penulis memilih meneliti hal ini, karena price earning ratio sangat
penting bagi para pelaku pasar modal, khususnya investor. Pengetahuan tentang
PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan
menjual sahamnya, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal
dari selisih harga (capital gain). Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan
mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi price earning ratio.
Dengan berbagai dasar dan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini
penulis mengambil judul, yaitu “Analisis Pengaruh Variance of Earning
Growth (VEG), Net Profit Margin, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Price
Earning Ratio (PER)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan
masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Apakah variabel variance of earning growth (VEG), net profit
margin, dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap
tingkat price earning ratio (PER) secara simultan?
2.
Apakah variabel variance of earning growth (VEG), net profit
margin, dan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap
tingkat price earning ratio (PER) secara parsial?
3.
Berapa besar pengaruh dari variabel variance of earning growth
(VEG), net profit margin, dan debt to equity ratio terhadap tingkat
price earning ratio (PER)?
4.
Variabel independen manakah yang paling dominan berpengaruh
signifikan terhadap tingkat price earning ratio (PER)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk menganalisis pengaruh signifikan variance of earning growth
(VEG), net profit margin, dan debt to equity ratio terhadap tingkat
price earning ratio (PER) secara simultan.
b. Untuk menganalisis pengaruh signifikan variance of earning growth
(VEG), net profit margin, dan debt to equity ratio terhadap tingkat
price earning ratio (PER) secara parsial.
c. Untuk menganalisis besarnya pengaruh dari variance of earning
growth (VEG), net profit margin, dan debt to equity ratio terhadap
tingkat price earning ratio (PER).
d. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat price earning ratio
(PER).
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan
serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagi investor, dengan melakukan penelitian tentang beberapa
faktor terhadap price earning ratio, maka manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian ini adalah hasil analisisnya
diharapkan dapat dipakai sebagai masukan bagi investor dan para
pelaku pasar modal dalam melakukan penilaian terhadap suatu
saham berkaitan dengan pengambilan keputusan untuk melakukan
penempatan modal dan investasi pada perusahaan di Bursa Efek
Indonesia.
2. Bagi manajer keuangan, penelitian ini dapat menambah wawasan
tentang manajemen keuangan khususnya bagi perusahaan, bahwa
investor akan melihat segala macam informasi yang ada dan dapat
digali untuk menetapkan keputusan investasi. Untuk itu, manajer
keuangan dapat menentukan kebijakan untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi stockholder dan keuntungan perusahaan.
3. Bagi para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan literatur yang membantu di dalam perkembangan ilmu
akuntansi dan menambah wawasan tentang analisis saham.
4. Bagi penulis, penelitian ini memberikan pengetahuan dan
pengalaman tambahan dalam menekuni dan mempraktekkan teori
keuangan dan investasi, terutama tentang pasar modal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Keuangan
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi
kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan.
Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva
tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu
mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling
murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan.1
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan
sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha
mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah, serta usaha untuk
menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.2
Tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan
kekayaan para pemegang saham, yang berarti meningkatkan nilai perusahaan
yang merupakan ukuran nilai objektif oleh publik dan orientasi pada
kelangsungan hidup perusahaan.3
1
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia, Yogyakarta,
hlm. 3, 2009.
2
3
Sutrisno, loc. cit.
Harmono, “Manajemen Keuangan: Berbasis Balance Scorecard, Pendekatan Teori,
Kasus, dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 1, 2009.
Fungsi manajemen keuangan dapat dirinci ke dalam tiga bentuk kebijakan
perusahaan, yaitu (1) keputusan investasi, (2) keputusan pendanaan, dan (3)
kebijakan dividen. Setiap fungsi harus mempertimbangkan tujuan perusahaan;
mengoptimalkan
kombinasi
tiga
kebijakan
keuangan
yang
mampu
meningkatkan nilai kekayaan bagi para pemegang saham.4
B. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
meliputi dua laporan utama, yaitu Neraca dan Laporan Rugi-laba. Laporan
keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan
suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan
tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah.5
Financial statement analysis generally begins with a set of financial
ratios designed to reveal a company's strengths and weaknesses as compared
with other companies in the same industry, and to show whether its financial
position has been improving or deteriorating over time.6
Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut
penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan
4
Harmono, “Manajemen Keuangan: Berbasis Balance Scorecard, Pendekatan Teori,
Kasus, dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 6, 2009.
5
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia, Yogyakarta,
hlm. 9, 2009.
6
Brigham, Eugene F. dan Ehrhardt, Michael C., “Financial Management: Theory and
Practice”, Twelfth Edition, Thomson Learning, Inc., United States of America, p. 145, 2008.
investasi. Laporan keuangan dirancang bagi pengusaha, investor, dan kreditor
dimana mereka harus memahami bagaimana membaca, mengartikan, serta
menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan melaporkan posisi
keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun selama beberapa
periode yang lalu.7 Diantara laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
kepada pemegang saham, laporan tahunan / annual report adalah laporan yang
paling penting. Laporan tahunan ini diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan
kepada para pemegang saham.8
C. Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri
Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah suatu
sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan
surat-surat berharga yang beredar (efek).9
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga
yang bersifat jangka panjang, seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi.
Dalam perekonomian suatu negara, sumber dana bagi pembiayaan perusahaan
sangat terbatas, maka perlu dicarikan sumber pembiayaan yang bersifat jangka
7
Astuti, Dewi, ”Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 29,
8
Astuti, Dewi, op. cit., hlm. 15.
2004.
9
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia,
Yogyakarta, hlm. 300, 2009.
panjang.10 Untuk itu, adanya pasar modal sebagai alternatif bagi sumber
pembiayaan jangka panjang diharapkan dapat mendukung roda pembangunan,
khususnya di sektor swasta, sehingga dapat berjalan sesuai rencana.11
Pasar modal adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang.
Dana jangka panjang adalah dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.
Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana
efek-efek diperdagangkan di bursa efek.12
Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan
wadah investasi bagi pemodal menyangkut kepentingan banyak pihak. Karena
itu diperlukan suatu iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan,
pembinaan dan pengawasan yang baik harus ada instansi yang mengatur.
Kegiatan di lantai bursa diatur oleh lembaga yang disebut sebagai bursa efek
yang dikelola oleh swasta, seperti di Jakarta dikelola oleh PT. Bursa Efek
Jakarta atau Jakarta Stock Exchange dan di Surabaya dikelola oleh PT. Bursa
Efek Surabaya (BES). Sedangkan pengawasan pelaksanaan kegiatan pasar
modal dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Pengawas Pasar Modal atau
BAPEPAM.13 Pengertian bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem
yang terorganisir yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek. Bursa
10
Anoraga dan Ninik Widiyanti, “Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya Bagi
Pembangunan”, Aneka Cipta, Jakarta, hlm. 9, 1995.
11
Anoraga dan Ninik Widiyanti, loc. cit.
12
Astuti, Dewi, ”Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 48,
2004.
13
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia,
Yogyakarta, hlm. 304, 2009.
efek ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek
yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.14
Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara
dan turut menunjang perkembangan ekonomi negara yang bersangkutan. Sisi
lain adanya pasar modal adalah dengan makin banyaknya perusahaan yang
akan go public, yang berarti sebagian saham dari perusahaan-perusahaan
tersebut akan ikut dimiliki oleh masyarakat luas dan secara makro ekonomi
merupakan pemerataan pendapatan. Sedangkan dari sisi peningkatan kualitas
perusahaan yang beroperasi, perusahaan publik harus bersifat terbuka, sehingga
dari segi manajemen perusahaan dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi
agar kualitas perusahaan ikut meningkat.15
Pasar modal diartikan sebagai pasar untuk berbagai sekuritas dalam
jangka
panjang
yang
bisa
diperjualbelikan.
Seiring
dengan
adanya
perkembangan tekonologi yang pesat, terutama dalam bidang komunikasi,
maka penawaran dan pembelian antara dua pihak atau lebih tidak perlu diikuti
oleh pertemuan fisik pada tempat tertentu. Pasar modal pada era sekarang ini
merupakan sarana untuk mempertemukan pihak yang memerlukan dana
(peminjam) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (pemberi pinjaman).
Dengan demikian, pasar modal merupakan salah satu alternatif
pembelanjaan bagi masyarakat (individu ataupun lembaga) yang mempunyai
14
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia,
Yogyakarta, hlm. 300, 2009.
15
www.jsx.co.id
kelebihan dana. Melalui mekanisme kegiatan pasar modal dapat diharapkan
dana yang ada dimasyarakat bisa disalurkan untuk membiayai kegiatan yang
bersifat produktif yang dilaksanakan oleh dunia usaha.16
Di sisi perusahaan yang memerlukan dana atau emiten, para emiten
melihat bahwa pencarian dana melalui pasar modal merupakan pilihan
pembiayaan yang lain, kemudian mereka memanfaatkan kesempatan ini dengan
mengeluarkan saham atau obligasi. Obligasi merupakan surat hutang yang
dikeluarkan oleh perusahaan dengan nilai nominal tertentu yang akan
dibayarkan saat jatuh tempo, dan memberikan bunga tertentu.17 Semakin efisien
dan efektif pengelolaan pasar modal, maka semakin banyak pula para calon
emiten yang berdatangan ke pasar modal, berarti hal ini sekaligus pula
memperbaiki posisi equity atau modalnya, dan pada akhirnya akan dapat
memperkuat daya saingnya di industri masing-masing. Karena surat berharga
saham dan obligasi itu dijual kepada masyarakat, maka persyaratan full
disclousure (informasi penuh yang diberikan perusahaan sebagai lampiran pada
laporan keuangan) dan full transparancy (transparansi penuh atau keterbukaan)
harus pula dipenuhi oleh emiten yang bersangkutan.
Masyarakat pemodal membeli suatu komoditi yang sangat abstrak dan
oleh karenanya kualitas dari komoditi, yaitu saham dan atau obligasi ditentukan
16
Reilly, Frank K., dan Brown, Keith C., “Investment Analysis and Portfolio
Management”, Seventh Edition. USA: South Western-Thomson, p. 107, 2000.
17
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia,
Yogyakarta, hlm. 310, 2009.
oleh kualitas informasi yang tersedia dari perusahaan emiten. Apabila informasi
tidak tersedia berarti kualitas dari barang yang diperjualbelikan akan dapat
merugikan penanam modalnya. Dalam hal ini, peranan dari lembaga-lembaga
penunjang pasar modal, seperti Bappepam, akuntan publik, notaris, konsultan
hukum, penjamin emisi, quarantor, penilai dan wali amanat sangat diperlukan
keberadaannya. Pada awal ketika calon emiten berniat go public (pemberian
kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki suatu
perusahaan) akan sangat menentukan kualitas akhir instrumen pasar modal
yang akan dikeluarkan.
D. Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
1. Bursa Efek Jakarta
Sejarah pasar modal Indonesia sebenarnya telah mulai sejak
pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal 14 Desember 1912, dengan
bantuan pemerintah kolonial Belanda, bursa efek pertama Indonesia
didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan dikenal sebagai
Jakarta saat ini. Pendirian bursa efek (stock exchange) di Batavia adalah
dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Batavia
yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Bursa Batavia sempat
ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka lagi
pada
1925.18
Selain
bursa
Batavia,
pemerintah
kolonial
juga
mengoperasikan bursa paralel di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925
18
www.jsx.co.id
dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Namun kegiatan bursa ini
dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi dengan memperdagangkan saham
dan obligsi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum
perang dunia.19
Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah
meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. Sejak tahun 1956
pemerintah telah mencoba untuk mengaktifkan kembali pasar modal
sebagai sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya pemerintah
mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian fasilitas
perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public maupun
para investor, serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait, termasuk
broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah
diberlakukan peraturan perpajakan yang baru pada tahun 1983, sedangkan
pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya
ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim
investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah
berusaha
mendorong
kembali
pertumbuhan
pasar
modal
dengan
mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket
Oktober 1988, dan paket Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang
19
www.jsx.co.id
terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan
tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan
pajak final atas tabungan, ternyata berdampak sangat positif terhadap pasar
modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang,
sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan
uangnya.20
Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan
ditandatangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi
baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan
kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya
pada tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor
swasta. Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham di swastanisasi menjadi PT.
Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi bursa saham menjadi PT. BEJ ini
mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta
Automated Trading Sistem (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis
yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat
memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan
lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem
perdagangan manual. Tahun 2002, BEJ juga menerapkan perdagangan jarak
20
www.jsx.co.id
jauh (remote trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi
pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.21
2. Bursa Efek Surabaya
Bursa Efek Surabaya (BES) secara resmi dibuka pada 16 Juni 1989
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No 654/KMK.010/1989 dengan
hanya tiga puluh enam pemegang saham. Sifat pendirian BES pada saat itu
adalah untuk mendukung program pemerintah Indonesia dibidang pasar
modal dan pengembangan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia.
Pada 22 Juli 1995, BES berhasil bergabung dengan Bursa Paralel
Indonesia (IPSX), meninggalkan hanya dua pertukaran utama yang
beroperasi di Indonesia.
Untuk menyediakan dan memelihara fasilitas bagi anggota mengenai
perdagangan setelah pelayanan, BES juga telah menjadi pemegang saham
Sentral Efek Indonesia dan Penyimpanan (ISCD) dan Kliring Penjaminan
Indonesia. Para BES juga berpartisipasi dalam Peringkat Kredit Badan
sebagai pemegang saham.
Pada tahun 1992, sebagai bagian dari konsep terobosan BES
menghubungkan lantai perdagangan untuk banyak anggotanya di Jakarta,
seorang
Electronic
Long
Distance
Trading
System
(ELDISTRA)
diperkenalkan. Berdasarkan model floorless, sebuah sistem baru yang
21
www.jsx.co.id
disebut S-MART (Surabaya Market Informasi dan Automated Remote
Trading) diluncurkan pada 19 September 1996 menggantikan ELDISTRA
untuk performa lebih baik secara keseluruhan.
Pada 9 Agustus 2002, BES memulai trading online, sehingga
memungkinkan investor untuk perdagangan online melalui internet. Dalam
perdagangan online, setiap kegiatan perdagangan sekuritas terintegrasi,
mulai dari pesanan pengiriman, tatanan validasi, pencocokan order dan
penyelesaian transaksi online.
Dengan sekitar 95% dari obligasi yang diterbitkan di Indonesia
tunggal yang terdaftar di BES, pada bulan Juni 1997, BES memberikan
informasi dan sistem kutipan obligasi, yang OTC-FIS (over-the-Counter
Fixed Income Services). Sistem ini memberikan kemudahan kepada pemain
untuk mengutip tawaran dan bertanya, bernegosiasi dan melakukan
transaksi. Dengan demikian, diharapkan untuk menciptakan lebih
terstruktur dan transparan untuk pasar obligasi, khususnya dan instrumen
pendapatan tetap lainnya, dan pada akhirnya meningkatkan efisiensi pasar
secara keseluruhan.
Untuk melayani sebagai satu-stop jasa keuangan, pada 13 Agustus
2001, BES memperkenalkan pasar baru untuk menyediakan investor
dengan yang lebih beragam pilihan investasi, yang derivative market. Pasar
derivatif menawarkan pada indeks saham berjangka, LQ45 Futures di
pasar. LQ45 Futures adalah berjangka indeks saham BEJ menggunakan
indeks dari 45 saham yang paling likuid diperdagangkan di bursa.
Perdagangan
LQ45
Futures
dilakukan
melalui
LEMAK,
Futures
Automated Trading System, sistem perdagangan remote dengan berbasis
pelelangan.
3. Bursa Efek Indonesia
Setelah terhenti sejak tahun 1956, Bursa Efek Jakarta diaktifkan
kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Pada saat itu, Bursa Efek Jakarta
dikelola oleh BAPEPAM atau Badan Pelaksana Pasar Modal (Sekarang
Badan Pengawas Pasar Modal), suatu badan yang bernaung di bawah
Departemen Keuangan. Hingga tahun 1987, perkembangan Bursa Efek
Jakarta bisa dikatakan sangat lambat, dengan hanya 24 emiten yang tercatat
dan rata-rata nilai transaksi harian kurang dari Rp. 100 juta. Pertumbuhan
yang lambat tersebut berakhir pada tahun berikutnya ketika pemerintah
mengeluarkan deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal melalui
Pakto 1988.
Dengan pertumbuhan yang pesat dan dinamis, bursa efek perlu
ditangani secara lebih serius. Untuk menjaga objektifitas dan mencegah
kemungkinan adanya conflict of interest, fungsi pembinaan dan operasional
bursa harus dipisahkan dan dikembangkan dengan pendekatan yang lebih
profesional. Akhirnya, pemerintah memutuskan sudah tiba waktunya untuk
melakukan swastanisasi bursa, sehingga akhir tahun 1991 didirikan PT.
Bursa Efek Jakarta dan diresmikan oleh Menteri Keuangan pada tanggal 13
Juli 1992.
Pertumbuhan bursa efek pada tahun-tahun berikutnya menjadi
semakin cepat, terutama sejak dilakukan sistem otomasi perdagangan pada
tanggal 25 Mei 1995. Semua indikator perdagangan seperti nilai, volume
dan frekuensi transaksi menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Pada
tahun 2007, rata-rata nilai transaksi telah mencapai angka di atas Rp. 4,3
triliun per hari. Bahkan pada tahun 2008, sampai dengan semester pertama,
rata-rata nilai transaksi harian meningkat menjadi Rp. 5,6 triliun. Meskipun
pada Semester II, terjadi penurunan karena ada krisis “subprime” di
Amerika yang mempengaruhi semua bursa di dunia tidak terkecuali
Indonesia, akan tetapi rata-rata nilai transaksi pada tahun 2008 masih lebih
tinggi dari tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 4,5 triliun. Angka-angka tersebut
meningkat luar biasa jika dibandingkan dengan awal-awal swastanisasi
bursa efek atau sebelum diberlakukan otomasi perdagangan. Pada tahun
1994, rata-rata nilai transaksi hanya sebesar Rp. 104 miliar per hari. Hal ini
berarti dalam kurun waktu 14 tahun rata-rata nilai transaksi harian telah
meningkat sebesar lebih kurang 4.000%.
Seiring dengan perkembangan pasar dan tuntutan untuk lebih
meningkatkan efisiensi serta daya saing di kawasan regional, maka efektif
tanggal 3 Desember 2007 secara resmi PT. Bursa Efek Jakarta digabung
dengan PT. Bursa Efek Surabaya dan berganti nama menjadi PT. Bursa
Efek Indonesia.
E. Saham
Saham merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau penyertaan
pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT). Di pasar modal
Indonesia, transaksi saham sangat dominan dibandingkan dengan obligasi.22
Adapun manfaat kepemilikan saham antara lain pemilik saham dapat perolehan
deviden, yakni merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemilik saham.
Saham dibagi menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen.
Apabila perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Saham preferen
merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa.23 Saham preferen dapat dikatakan serupa dengan saham biasa. Hal ini
disebabkan karena dua hal pokok, yaitu : mewakili kepemilikan ekuitas dan
diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham
tersebut, dan membayar (memperoleh) dividen. Sedangkan persamaan saham
preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal, yaitu : ada klaim atas laba dan
22
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia,
Yogyakarta, hlm. 310, 2009.
23
2000.
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, edisi kedua, BPFE, Yogyakarta,
aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan
memiliki hak tebus serta dapat dipertukarkan dengan saham biasa.
F. Pendekatan Penilaian Harga Saham
Secara umum pendekatan dalam analisis dan penilaian saham ada dua,
yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau
analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical
analysis).24
Analisis fundamental merupakan alat analisis yang disusun berdasarkan
atas data-data historis perusahaan, yaitu data-data yang telah lewat berupa
laporan keuangan. Analisis ini sering disebut dengan company analysis (Ang,
1997 : 10.9).25 Company analysis merupakan analisis tentang kekuatan dan
kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya, dan juga
bagaimana prospeknya dimasa yang akan datang. Dalam analisis fundamental
terdapat pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan deviden, net asset
dan pendekatan price earning ratio.26
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan dengan
mengamati perubahan faktor analisis di masa lalu. Analisis teknikal tidak
memperhatikan faktor-faktor fundamental (seperti : penjualan, pertumbuhan
24
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, edisi kedua, BPFE, Yogyakarta,
hlm. 88, 2000.
25
Anoraga, Pandji, ”Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan”,
Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 101, 1997.
26
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, “Pengantar Pasar Modal”, Rineka Cipta, Semarang,
hlm. 62, 2001.
penjualan, biaya, dan kebijakan deviden) yang diperkirakan mempengaruhi
harga saham. Analisis teknikal mengasumsikan bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang ditujukan oleh perubahan harga diwaktu lalu
sehingga perubahan harga saham mempunyai pola tertentu dan pola tersebut
akan terjadi berulang, dengan demikian analisis utamanya berwujud grafik atau
chart.27
G. Rasio Keuangan
Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu
rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio aktivitas (activities ratio), rasio
rentabilitas (profitability ratio), rasio solvabilitas (solvency ratio), dan rasio
pasar (market ratio).28 Dalam penelitian ini tidak semua kelompok rasio
tersebut digunakan untuk menganalisis. Adapun rasio dan karakteristik
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Rasio Solvabilitas (Solvency ratios)
Rasio solvabilitas berfungsi untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini
disebut juga leverage ratios, karena merupakan rasio pengungkit yaitu
menggunakan uang pinjaman untuk memperoleh keuntungan.29
27
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Ketiga,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hlm. 315, 2001.
28
Ang, Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Cetakan Pertama, Media Soft,
Indonesia, hlm. 23, 1997.
29
Ang, Robert, op. cit. hlm. 34.
Debt management ratios reveal the extent to which the firm is
financed with debt and its likelihood of defaulting on its debt
obligations.30
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
utang jangka-panjang saat utang jatuh tempo. Keadaan solvabel juga
bergantung dari daya untuk menghasilkan; dalam jangka panjang
perusahaan tidak dapat membayar utangnya, kecuali perusahaan
menghasilkan
laba.
Suatu
struktur
modal
yang
di-leverage,
membebani perusahaan dengan beban bunga tetap yang menyebabkan
penghasilan menjadi tidak mantap. Utang yang berlebihan dapat juga
menyulitkan perseroan untuk meminjam dana pada suku bunga wajar
saat pasar uang sedang ketat.
Rasio utang salah satunya terdiri dari debt to equity ratio (DER)
yang merupakan salah satu rasio dalam kelompok rasio solvabilitas,
dan merupakan indikator dari proporsi hutang perusahaan terhadap
investasi pemegang saham.
2. Rasio Pasar
Rasio pasar atau rasio penilaian ini merupakan suatu rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada
masyarakat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini
30
Brigham, Eugene F. dan Ehrhardt, Michael C., “Financial Management: Theory and
Practice”, Twelfth Edition, Thomson Learning, Inc., United States of America, p. 145, 2008.
memberikan informasi seberapa besar masyarakat menghargai
perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan
harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham.31
Market value ratios relate the firm's stock price to its earnings,
cash flow, and book value per share, thus giving management an
indication of what investors think of the company's past performance
and future prospects.32
Salah satu dari rasio pasar ini adalah price earning ratio (PER),
yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham
perusahaan dengan keuntungan yang akan diperoleh oleh para
pemegang saham.
3. Rasio Profitabilitas / Rentabilitas
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam
menghasilkan
keuntungan.
Kemampuan
perusahaan
untuk
mendapatkan keuntungan yang baik dan laba atas investasi menjadi
indikator tentang kesehatan keuangan dan efisiensi manajemennya.
Penghasilan yang buruk merusak harga pasar saham maupun
dividen.33
31
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia,
Yogyakarta, hlm. 224, 2009.
32
Brigham, Eugene F. dan Ehrhardt, Michael C., “Financial Management: Theory and
Practice”, Twelfth Edition, Thomson Learning, Inc., United States of America, p. 145, 2008.
33
Siegel, Joel G., dan Shim Jae K., “Financial Management”, Barron Educational
Series, Inc, p. 65, 1991.
Rasio rentabilitas (profitabilitas) menunjukkan keberhasilan
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan atau merupakan hasil
akhir bersih perusahaan dari berbagai kebijakan dan keputusan yang
telah diambil.
Profitability ratios show the combined effects of liquidity, aset
management, and debt management policies on operating results.34
Dalam penelitian ini rasio rentabilitas (profitabilitas) diwakili
oleh net profit margin. net profit margin berfungsi untuk mengukur
tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya.
H. Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio merupakan salah satu pendekatan yang sering
digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini
mendasarkan atas rasio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar
modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham.
Price earning ratio adalah rasio yang membandingkan antara harga
saham yang diperoleh dari pasar modal dengan laba per saham yang diperoleh
pemilik perusahaan. Semakin rendah PER, maka semakin baik prestasi yang
dicapai suatu perusahaan.35
34
Brigham, Eugene F. dan Ehrhardt, Michael C., “Financial Management: Theory and
Practice”, Twelfth Edition, Thomson Learning, Inc., United States of America, p. 145, 2008.
35
Husnan, Suad dan Eni Pudjiastuti, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta, 1998.
Salah satu ukuran yang sering digunakan analisis investasi ialah rasio P/E.
Secara sederhana rasio ini diukur oleh harga suatu saham dibagi dengan
pendapatan suatu saham.36
PER menunjukkan besarnya harga yang bersedia dibayar oleh investor
untuk setiap dollar laba yang dilaporkan oleh perusahaan.37
Price earning ratio merupakan indikator yang dapat dipergunakan untuk
menentukan apakah harga saham tertentu dinilai tinggi atau rendah.38 Price
earning ratio (PER) yang tinggi dapat menunjukkan bahwa:
a.
Investor mengharapkan pertumbuhan dividen yang tinggi. Dengan
pertumbuhan dividen yang tinggi, maka menarik minat para investor
untuk membeli saham, sehingga permintaan saham akan meningkat.
Peningkatan permintaan saham akan menyebabkan harga saham
meningkat.
b.
Saham memiliki resiko yang rendah, sehingga investor tertarik
dengan kembalian yang rendah. Investor yang “risk aversion” lebih
menyukai saham dengan resiko rendah, mereka di dalam
menginvestasikan dananya akan memilih saham yang beresiko
rendah. Dengan demikian, permintaan saham yang beresiko rendah
36
Rodoni, Ahmad, “Analisis Teknikal dan Fundamental Pada Pasar Modal”, CSES
Press, hlm. 65, 2005.
37
Brigham, Eugene F. dan Louis C. Gapenski, “Intermediate Financial Management”,
Fifth Edition, The Dryden Press, New York, 1996.
38
Brealey, Richard A., dan Stewart C. Myers., “Principle of Corporate Finance”, Fifth
Edition, Mc. Graw Hill Book Company, p. 577, 1996.
akan meningkat yang akan mengakibatkan harga saham tersebut
naik.
c.
Perusahaan diharapkan mampu mencapai pertumbuhan rata-rata,
sementara dilain pihak, mampu membagikan laba dalam proporsi
yang besar. Pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi akan
menumbuhkan minat para investor untuk membeli saham tersebut,
sehingga akan menaikkan permintaan saham dan pada akhirnya
akan menaikkan harga saham tersebut.
Dari ketiga hal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa price earning ratio
(PER) yang tinggi akan menyebabkan harga saham yang tinggi, begitu pula
sebaliknya, price earning ratio (PER) yang rendah akan menyebabkan harga
saham yang rendah.
Price earning ratio merupakan salah satu indikator yang sering digunakan
analis sekuritas untuk menilai harga suatu saham yang diperdagangkan di pasar
modal. Menurut Simamora (2000:531), penghitungan PER dinyatakan dengan
formulasi sebagai berikut:
Harga pasar per lembar saham biasa
Price earning ratio=
Laba per lembar saham
Gibson (1992) seperti dikutip dari Sartono Munir (1997) mengatakan
bahwa rasio ini dilihat oleh investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan
laba masa depan (future earnings) dari suatu perusahaan. Investor dapat
mempertimbangkan rasio tersebut guna memilah-milah saham mana yang
nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang,
dengan pertimbangan jika perusahaan dengan pertumbuhan tinggi (high
growth) biasanya mempunyai price earning ratio yang besar; perusahaan
dengan pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memilki PER yang
rendah.
Menurut Elyzabeth Indrawati Marpaung (2003), dalam penelitiannya
yang berjudul “perubahan dividend yield dan perubahan price earning ratio
berpengaruh terhadap perubahan harga saham”, PER menggambarkan harga
saham di bursa pada tanggal neraca atau tanggal yang lain dibandingkan laba
per lembar saham selama satu periode. Jika PER tinggi, berarti harga saham itu
terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya memperoleh laba yang kecil.
Dengan demikian, calon pembeli saham akan memperoleh keuntungan lebih
besar jika pembeliannya pada saat PER rendah karena saham cenderung akan
mengalami kenaikan harga. Sementara itu, jika PER menunjukkan nilai yang
tinggi, maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham.
Dengan kata lain, pengetahuan tentang PER bagi investor berguna untuk
mengetahui kapan harus membeli dan menjual sahamnya sehingga dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga (capital gain).
PER dipergunakan oleh berbagai pihak atau investor untuk membeli
saham perusahaan dengan PER yang kecil, karena PER yang kecil
menggambarkan laba bersih saham yang cukup tinggi dan harga yang rendah.
Keputusan yang diambil untuk membeli saham dengan PER, yaitu pertama
sekali membandingkan dengan PER saham sejenis atau industrinya, bahkan
dilihat dari PER pasarnya. Saham tersebut layak dibeli karena murah
dibandingkan dengan sejenisnya PER yang bagus adalah PER yang rendah,
karena harganya murah sehingga investor tertarik untuk membeli saham dengan
PER yang rendah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa harapan investor
terhadap earning perusahaan pada masa yang akan datang, direfleksikan pada
harga saham yang bersedia mereka bayar atas saham perusahaan tersebut yang
selanjutnya berpengaruh terhadap PER. Dengan mengetahui besarnya PER
suatu perusahaan, analis bisa memperkirakan bagaimana posisi suatu saham
relatif terhadap saham-saham lainnya, apakah saham tersebut dibeli atau tidak.
Besarnya nilai PER biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan,
sehingga perusahaan-perusahaan yang berada dalam tahap pertumbuhan
biasanya memiliki PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan
yang berada dalam kondisi yang sudah mapan.
I. Variance of Earning Growth (VEG)
Setiap saham yang beredar dalam pasar modal mempunyai resiko yang
dapat merugikan investor jika tidak cermat dalam menanganinya. Varian ini
merupakan proxi dan resiko. Variance of earnings growth (VEG)
mencerminkan ketidakpastian perusahaan dalam memperoleh laba. Perusahaan
yang memiliki laba yang stabil akan cenderung akan cenderung memiliki
reputasi yang baik dalam mempertahankan payout ratio (persentase
pengeluaran/pembayaran).
Variance
of
earning
growth
yang
tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki profitabilitas yang
stabil serta kurang perhatian perusahaan pada manajemen laba, akibatnya
terjadi ketidakpastian perolehan deviden bagi investor.
Dalam penelitian ini, menggunakan variance of earning growth sebagai
resiko yang akan ditanggung investor. Variance of earning growth (VEG)
awalnya dicari melalui earning per share (EPS) atau laba per lembar saham
yang diperoleh perusahaan tersebut, kemudian dicari pertumbuhan dari laba per
lembar saham. Dari laba per lembar saham itu baru dicari varian dari
pertumbuhan laba. VEG mengukur seberapa besar penyimpangan tingkat
pertumbuhan laba emiten yang menunjukkan simpangan baku tingkat
pertumbuhan laba yang menggambarkan resiko tiap saham.
Resiko berhubungan positif dengan tingkat keuntungan. Semakin tinggi
suatu resiko, maka akan mengakibatkan semakin tinggi keuntungan yang
diharapkan.39
Resiko merupakan ketidakpastian yang selalu menyertai seorang investor
dalam melakukan kegiatan investasi di pasar modal. Untuk mengatasi masalah
ini investor harus mempunyai pengetahuan tertentu agar dapat membuat
perkiraan-perkiraan rasional pada masa yang akan datang. Dari perkiraanperkiraan rasional ini dibuatlah keputusan investasi, yaitu jenis investasi yang
39
Hanafi, Mamduh M. dan A. Halim, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Pertama,
UPP AMP YKPN, Yoyakarta, hlm. 300, 1996.
diperkirakan dapat menghasilkan keuntungan yang paling besar dengan resiko
yang paling kecil. Variabel ini menunjukkan varian tingkat pertumbuhan laba
yang menggambarkan resiko dari masing-masing saham, dihitung dengan
formula :
g=
n -1
(Fabozzi, 2000 : 822)
Keterangan :
g
= Varian pertumbuhan laba
gt
= pertumbuhan laba
g
= rata-rata pertumbuhan laba
n
= banyaknya pengamatan dalam satu sampel
Menurut Whitbeck-Kissor (1973) seperti dikutip dari Marwan dan
Heveadi (1999), dalam penelitiannya yang berjudul ”pengaruh price earning
ratio model consistency”, mengemukakan bahwa variabel VEG tidak semua
dalam periode penelitian berpengaruh signifikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resiko yang akan diterima
investor diukur dengan varian pertumbuhan laba saham. Faktor resiko yang
dalam penelitian ini diukur dengan VEG harus dipertimbangkan dalam
berinvestasi, karena setiap investor tidak akan lepas dari resiko.
J. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan. Kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang
baik dan laba atas investasi menjadi indikator tentang kesehatan keuangan dan
efisiensi manajemennya. Penghasilan yang buruk merusak harga pasar saham
maupun dividen.40
Net profit margin berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM ini juga berada di
antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka
berarti semakin efesien biaya yang dikeluarkan, yang berarti semakin besar
tingkat kembalian keuntungan bersih.41 Rasio rentabilitas (profitabilitas)
menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan atau
merupakan hasil akhir bersih perusahaan dari berbagai kebijakan dan keputusan
yang telah diambil.
Dalam penelitian ini, Rasio rentabilitas (profitabilitas) diwakili oleh net
profit margin. Pengukuran variabel ini menggunakan model yang digunakan
oleh Lukman Dendawijaya (2003), yaitu:
Laba bersih
Net Profit Margin=
Pendapatan operasional
40
Siegel, Joel G., dan Shim Jae K., “Financial Management”, Barron Educational
Series, Inc, p. 65, 1991.
41
Ang, Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Cetakan Pertama, Media Soft,
Indonesia, hlm. 31, 1997.
K. Debt to Equity Ratio
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang
jangka-panjang saat utang jatuh tempo. Anda harus memperhatikan struktur
pendanaan jangka panjang dan struktur operasi setiap perusahaan yang Anda
minati. Pertimbangan finansial penting lainnya adalah solvabilitas keuangan,
yaitu besarnya utang dalam struktur modal perusahaan. Struktur modal adalah
sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.
Keadaan solvabel juga bergantung dari daya untuk menghasilkan; dalam
jangka panjang perusahaan tidak dapat membayar utangnya, kecuali perusahaan
menghasilkan laba. Suatu struktur modal yang di-leverage, membebani
perusahaan dengan beban bunga tetap yang menyebabkan penghasilan menjadi
tidak mantap. Utang yang berlebihan dapat juga menyulitkan perseroan untuk
meminjam dana pada suku bunga wajar saat pasar uang sedang ketat.
Rasio solvabilitas berfungsi untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga leverage
ratios (persentase hutang), karena merupakan rasio pengungkit, yaitu
menggunakan uang pinjaman untuk memperoleh keuntungan.42
Rasio utang terdiri dari salah satunya debt equity ratio (DER) merupakan
salah satu rasio dalam kelompok rasio solvabilitas. Dan merupakan indikator
dari proporsi hutang perusahaan terhadap investasi pemegang saham. DER ini
42
Ang, Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Cetakan Pertama, Media Soft,
Indonesia, hlm. 34, 1997.
mencerminkan resiko keuangan perusahaan yang ditempatkan pada pemegang
saham sebagai hasil dari financial leverage makin besar, ( Reilly, 2000).
Menurut Siti Resmi (2002:281), penghitungan DER dinyatakan:
Total utang
Debt to Equity Ratio =
Total ekuitas
Rasio ini mengungkapkan apakah perusahaan memiliki utang dalam
jumlah besar dalam struktur modalnya. Utang yang besar berarti bahwa
peminjam harus membayar bunga berkala yang cukup besar ditambah dengan
pokoknya.43 Demikian pula, perusahaan yang dibebani utang banyak beresiko
lebih besar untuk kehabisan dana kas di masa-masa yang sulit. Penafsiran rasio
ini bergantung dari beberapa variabel, termasuk rasio dan perusahaan lain
dalam industri, tingkat akses ke penambahan pendanaan utang dan kemantapan
dari operasi.
Dalam kaitannya dengan struktur modal dan biaya modal, DER adalah
alat ukur yang relevan digunakan investor, karena DER merupakan
perbandingan antara total kewajiban (hutang / debt) dengan total modal sendiri.
Beberapa teori mengatakan variasi DER berhubungan dengan berbagai faktor
studi yang dilakukan oleh Scott dan Martin (1975) mengatakan bahwa jenis dan
sifat bisnis merupakan faktor yang menyebabkan perubahan DER. Myers
(1977) mengemukakan bahwa rasio hutang jangka pendek mungkin
43
Siegel, Joel G., dan Shim Jae K., “Financial Management”, Barron Educational
Series, Inc, p. 62, 1991.
berhubungan positif dengan tingkat pertumbuhan perusahaan apabila
perusahaan mengganti pendanaan jangka panjang dengan pelunasan jangka
pendek. Selain itu, Sjahrir (1989) mengemukakan bahwa naiknya suku bunga
akan mengubah struktur modal, biaya modal dan mempengaruhi kinerja bagi
perusahaan yang mempunyai tingkat DER yang tinggi.
L. Penelitian Sebelumnya
Upaya untuk merumuskan bagaimana mencantumkan harga saham yang
seharusnya, telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan agar
dapat memperoleh tingkat keuntungan (return) yang menarik. Meskipun
demikian, dari hipotesis pasar modal yang efisien dapat diketahui bahwa sangat
sulit bagi investor untuk terus-menerus dapat mengalahkan pasar dan
memperoleh tingkat keuntungan di atas normal (lebih tinggi dari yang
seharusnya sesuai dengan resiko yang ditanggung).
Harga saham mencerminkan harapan para investor atau pasar terhadap
prospek suatu perusahaan. Faktor-faktor harga saham juga akan mempengaruhi
PER. Maka pendekatan lain dalam menilai harga saham adalah dengan mencari
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi PER secara nyata, kemudian dibuat
suatu model tersebut untuk menilai PER perusahaan di masa yang akan datang,
sehingga dapat dinilai pada kewajaran harga saham perusahaan.
Nany
Nuraini
(2000)
dengan
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi price earning ratio saham-saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dengan periode penelitian tahun 1993-1996.
Ada lima variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu pertumbuhan
penjualan, pertumbuhan return on equity (ROE), dividend payout ratio, tingkat
bunga SBI, dan tingkat inflasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dua
variabel yang secara signifikan berpengaruh terhadap nilai PER yaitu tingkat
bunga SBI dan dividend payout ratio.
Mulia Perwira Daulata (2004) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi price earning ratio pada 22 perusahaan dari berbagai
industri yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan periode 2002-2003, dan
kesimpulannya sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total assets, debt equity ratio,
return on equity ratio, tingkat penjualan, dan pertumbuhan EPS
berpengaruh secara serentak dan signifikan terhadap price earning
ratio perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Hasil uji signifikansi secara parsial menyimpulkan bahwa total assets,
debt equity ratio, return on equity ratio, dan pertumbuhan EPS
mempunyai pengaruh signifikan terhadap price earning ratio
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
sedangkan variabel independen tingkat penjualan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
Wiwin Adhi Tama dan Eko Arief Sudaryono (2004) melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio pada
saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa loan to assets ratio, return on
assets ratio, return on equity ratio, dan net profit margin berpengaruh
secara serentak dan signifikan terhadap price earning ratio sahamsaham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Hasil uji signifikansi secara parsial menyimpulkan bahwa hanya
return on assets ratio yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
price earning ratio saham-saham perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta, sedangkan variabel independen lainnya, seperti loan to
assets ratio, return on equity ratio, dan net profit margin tidak
memiliki pengaruh yang signifikan.
Ahmad Rodoni dan Riskawati (2005), dalam penelitiannya yang berjudul
”analisis fundamental terhadap price earning ratio”, pada perusahaanperusahaan aneka industri, hasilnya adalah secara simultan variabel total aktiva,
total sales (penjualan), debt to equity ratio, dan return on equity mempunyai
pengaruh signifikan terhadap PER. Secara parsial hanya variabel return on
equity yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap PER, sedangkan variabel
total aktiva, total sales (penjualan), dan debt to equity ratio tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap PER.
Keith Anderson dan Chris Brooks (2005), dalam penelitiannya yang
berjudul ”decomposing the P/E ratio”, menyimpulkan bahwa hanya dua
variabel yang mempunyai pengaruh terhadap PER, yaitu ”the sector in which
the company operates” dan ”the size of the company”. Sedangkan dua variabel
lainnya, seperti ”the year” dan ”idiosyncratic effects” tidak berpengaruh
terhadap PER.
Parwati Setyorini (2005) meneliti “faktor-faktor yang mempengaruhi
price earning ratio pada saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2002”,
dengan jumlah data yang diteliti 14 perusahaan. Variabel dependen PER:
dividend pay out ratio (DPR), earning growth (EG), variance of earning
growth (VEG), return on equity (ROE), financial leverage (FL). Hasil dari
penelitian tersebut adalah:
1. Secara simultan DPR, EG, VEG, ROE, FL berpengaruh signifikan
terhadap PER. Hasilnya menunjukkan bahwa 57,34 % perubahan PER
dipengaruhi oleh DPR, EG, VEG, ROE dan FL, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Secara parsial DPR dan VEG berpengaruh terhadap PER yang berarti
kedua variabel tersebut dapat digunakan untuk memprediksi PER dari
suatu perusahaan. Sedangkan EG, ROE dan FL tidak berpengaruh
signifikan terhadap PER.
Abdul Kholid (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis faktorfaktor yang mempengaruhi price earning ratio saham-saham perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, dengan menggunakan 36 sampel, hasilnya
yaitu pertumbuhan penjualan, pertumbuhan return on equity, dividen payout
ratio, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, pertumbuhan debt to equity
ratio, dan pertumbuhan return on investment secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap PER. Secara parsial variabel pertumbuhan penjualan,
pertumbuhan return on equity, dividend payout ratio, dan variabel tingkat suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh secara signifikan terhadap PER.
Sedangkan variabel pertumbuhan debt to equity ratio tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap PER.
Inggit Kusumaputra (2006) dengan penelitian ”analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi price earning ratio perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”,
dengan periode penelitian tahun 2002-2004. Ada lima variabel yang digunakan
dalam penelitian, yaitu growth (tingkat pertumbuhan laba), Sd growth (standar
deviasi tingkat pertumbuhan laba), ROI (return on investment), FL (financial
leverage) dan ROE (return on equity). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hanya tiga variabel yang secara signifikan berpengaruh terhadap nilai PER,
yaitu ROE (return on equity), ROI (return on investment), dan growth (tingkat
pertumbuhan laba).
Jacob K. Thomas dan Huai Zhang (2006) dalam penelitiannya yang
berjudul “another look at P/E ratios”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
hubungan tidak langsung antara perusahaan dengan volatilitas pendapatan yang
lebih rendah adalah akibat dari rendahnya volatilitas arus kas dan pendapatan
yang lebih besar smoothing karena akrual, dikaitkan dengan prospek
pertumbuhan yang lebih tinggi dan risiko rendah.
Daru Lestariningsih (2007) dengan penelitian “pengaruh dividend pay out
ratio, current ratio, variance of earning growth terhadap price earning ratio
(PER) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”,
dengan variabel bebas dividend pay out ratio (DPR), current ratio (CR), dan
variance of earning growth (VEG), serta variabel terikat PER, menghasilkan
kesimpulan bahwa hanya variance of earning growth (VEG) yang berpengaruh
terhadap PER.
Tabel 2.1
RANGKUMAN HASIL PENELITIAN TERDAHULU
NO
1.
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Variabel (X)
yang Diteliti
Abdul Kholid Analisis faktor- Pertumbuhan
faktor
yang penjualan,
(2006)
mempengaruhi
price
earning
ratio
sahamsaham
perusahaan
yang terdaftar di
Bursa
Efek
Jakarta.
pertumbuhan
return on equity,
dividen
payout
ratio,
tingkat
suku
bunga
Sertifikat Bank
Indonesia,
pertumbuhan
debt to equity
ratio,
dan
pertumbuhan
return
on
investment.
Analisis
fundamental
terhadap price
earning ratio
Total aktiva, total
sales (penjualan),
debt to equity
ratio, dan return
on equity
2.
Ahmad
Rodoni dan
Riskawati
(2005)
3.
Dividend pay out
Pengaruh
Daru
(DPR),
Lestariningsih dividend pay out ratio
ratio,
current current
ratio
(2007)
ratio, variance
of
earning
growth terhadap
price
earning
ratio
(PER)
pada perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEJ.
(CR),
dan
variance
of
earning growth
(VEG).
Metode
Sampling
Hasil Penelitian
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan return on
equity, dividen payout
ratio, tingkat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia,
pertumbuhan debt to equity
ratio, dan pertumbuhan
return on investment secara
simultan
berpengaruh
signifikan terhadap PER.
Secara
parsial
hanya
variabel
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan
return on equity, dividend
payout ratio, dan variabel
tingkat
suku
bunga
Sertifikat Bank Indonesia
berpengaruh
secara
signifikan terhadap PER.
Sedangkan
variabel
pertumbuhan debt to equity
ratio tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
PER.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa hanya
return on equity (ROE)
yang
berpengaruh
signifikan terhadap PER.
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa hanya
variance of earning growth
(VEG) yang berpengaruh
terhadap PER.
Analisis faktorfaktor
yang
mempengaruhi
price
earning
ratio
perusahaan LQ
45 di Bursa
Efek Jakarta.
4.
Inggit
Kusumaputra
(2006)
5.
Jacob
K. Another look at
Thomas dan P/E ratios
Huai Zhang
(2006)
6.
Decomposing
Keith
Anderson dan the P/E ratio
Chris Brooks
(2005)
7.
Mulia
Perwira
Daulata
(2004)
Analisis faktorfaktor
yang
mempengaruhi
price
earning
ratio
(PER)
perusahaanperusahaan
yang terdaftar di
Bursa
Efek
Jakarta (BEJ).
Growth (tingkat
pertumbuhan
laba), Sd growth
(standar deviasi
tingkat
pertumbuhan
laba),
ROI
(return
on
investment), FL
(financial
leverage)
dan
ROE (return on
equity).
Pertumbuhan
pendapatan dan
resiko
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa hanya
tiga variabel yang secara
signifikan
berpengaruh
terhadap nilai PER, yaitu
ROE (return on equity),
ROI (return on investment),
dan
growth
(tingkat
pertumbuhan laba).
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
the sector in
which
the
company
operates, the size
of the company,
the
year,
idiosyncratic
effects.
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan
bahwa
hubungan tidak langsung
antara perusahaan dengan
volatilitas
pendapatan
yang lebih rendah adalah
akibat dari rendahnya
volatilitas arus kas dan
pendapatan yang lebih
besar smoothing karena
akrual, dikaitkan dengan
prospek
pertumbuhan
yang lebih tinggi dan
risiko rendah.
Hasil
penelitiannya
menyimpulkan
bahwa
hanya dua variabel yang
mempunyai
pengaruh
terhadap PER, yaitu ”the
sector in which the
company operates” dan
”the size of the company”.
Sedangkan dua variabel
lainnya, seperti ”the year”
dan ”idiosyncratic effects”
tidak berpengaruh terhadap
PER.
Total assets, debt
equity
ratio,
return on equity
ratio,
tingkat
penjualan,
dan
pertumbuhan
EPS.
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil uji signifikansi secara
parsial
menyimpulkan
bahwa total assets, debt
equity ratio, return on
equity
ratio,
dan
pertumbuhan
EPS
mempunyai
pengaruh
signifikan terhadap price
earning ratio perusahaanperusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta,
sedangkan
variabel
independent
tingkat
penjualan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
8.
Nany Nuraini Analisis faktor Pertumbuhan
yang
penjualan,
(2000)
mempengaruhi
price
earning
ratio
sahamsaham di Bursa
Efek Jakarta.
9.
Parwati
Setyorini
(2005)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
price
earning
ratio
pada
saham LQ 45 di
Bursa
Efek
Jakarta
tahun
2000-2002.
10.
Wiwin Adhi
Tama
dan
Eko
Arief
Sudaryono
(2004)
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
price
earning
ratio
pada
saham-saham
perbankan yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Jakarta.
pertumbuhan
ROE,
dividend
payout
ratio,
tingkat
bunga
SBI, dan tingkat
inflasi.
Dividend pay out
ratio
(DPR),
earning growth
(EG), variance of
earning growth
(VEG), return on
equity
(ROE),
financial
leverage (FL).
Loan to assets
ratio, return on
assets
ratio,
return on equity
ratio, dan net
profit margin.
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa hanya
dua variabel yang secara
signifikan
berpengaruh
terhadap nilai PER, yaitu
tingkat bunga SBI dan
dividend payout ratio.
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil uji signifikansi secara
parsial
menyimpulkan
bahwa DPR dan VEG
berpengaruh terhadap PER,
yang berarti kedua variabel
tersebut dapat digunakan
untuk memprediksi PER
dari suatu perusahaan.
Sedangkan EG, ROE dan
FL tidak berpengaruh
signifikan terhadap PER.
Metode
sampling yang
digunakan
adalah
purposive
sampling.
Hasil penelitiannya adalah
1.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa loan
to assets ratio, return on
assets ratio, return on
equity ratio, dan net profit
margin berpengaruh secara
serentak dan signifikan
terhadap price earning
ratio
saham-saham
perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta.
2.
Hasil uji signifikansi
secara
parsial
menyimpulkan
bahwa
hanya return on assets
ratio yang mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap price earning
ratio
saham-saham
perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta,
sedangkan
variabel
independent
lainnya,
seperti loan to assets
ratio, return on equity
ratio, dan net profit
margin tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
Penelitian yang akan dilakukan ini mengadopsi dari penelitian terdahulu
dengan mengambil variabel-variabel yang relevan, yaitu variabel-variabel yang
diduga berpengaruh terhadap PER, seperti variance of earning growth (VEG),
net profit margin (NPM), dan debt to equity ratio (DER) pada perusahaan
sektor properti dengan periode tahun 2005 sampai dengan 2008. Terdapat
beberapa penelitian tentang PER yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu
dengan variabel dan objek yang berbeda. Telaah terhadap penelitian terdahulu
ini bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan yang dapat
memperjelas pembahasan.
M. Kerangka Pemikiran
Investor dalam mengambil keputusan investasi akan mempertimbangkan
kinerja perusahaan. Untuk dapat menilai kinerja dengan baik investor perlu
melakukan analisa terhadap laporan keuangan. Dengan melakukan analisa
tersebut investor dapat mengambil keputusan investasi berdasarkan pada
informasi laporan keuangan tersebut.
Penilaian saham menggunakan analisis fundamental terdapat tiga
pendekatan yang dapat dilakukan yaitu pendekatan devidend, pendekatan net
assets dan pendekatan price earning ratio.44 Analisis fundamental merupakan
alat analisis yang disusun berdasarkan atas data-data historis perusahaan, yaitu
data-data yang telah lewat berupa laporan keuangan. Analisis ini sering disebut
44
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti, “Pengantar Pasar Modal”, Rineka Cipta, Semarang,
hlm. 62, 2001.
company analysis. Company analysis merupakan analisis tentang kekuatan dan
kelemahan dari perusahaan, bagaimana kegiatan operasionalnya, dan juga
bagaimana prospeknya dimasa yang akan datang.45 Penelitian ini ditekankan
pada analisis fundamental yang menyangkut tentang penilaian harga saham.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap price earning ratio, yaitu rasio yang menggambarkan
perbandingan antara harga saham itu sendiri dengan laba per lembar sahamnya.
Faktor-faktor tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk regresi untuk
mengetahui pengaruh masing-masing variabel baik secara parsial maupun
simultan. Faktor-faktor tersebut yaitu variance of earning growth (VEG), net
profit margin (NPM), dan debt to equity ratio (DER).
45
Anoraga, Pandji, ”Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya bagi Pembangunan”,
Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 101, 1997.
Gambar. 2.1
Skema Kerangka Berfikir
Pengaruh Variance of Earning Growth (VEG), Net Profit
Margin, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Price Earning
Ratio (PER) Sektor Properti BEI
Penentuan Populasi
Penentuan Sampel
Variabel dependen : Price Earning Ratio (PER)
Variabel Independen :
1. Variance of Earning Growth (VEG)
2. Net Profit Margin
Debt to Equity Ratio
Uji Asumsi klasik :
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Heteroskedastisitas
4. Uji Autokorelasi
Uji F Simultan
Uji T Parsial
Analisis Regresi Berganda
Interpretasi
Koefisien Determinasi
N. Rumusan Hipotesis
1. H0: b1, b2, b3 = 0, variabel independen (variance of earning growth (VEG),
net profit margin, dan debt to equity ratio) tidak
berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen
(price earning ratio (PER)).
Ha: b1, b2, b3
0, variabel independen (variance of earning growth (VEG),
net profit margin, dan debt to equity ratio) berpengaruh
secara simultan terhadap variabel dependen (price
earning ratio (PER)).
2. H0: b1, b2, b3 = 0, apakah masing-masing variabel independen (variance of
earning growth (VEG), net profit margin, dan debt to
equity ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen (price earning ratio (PER)).
Ha: b1, b2, b3
0, apakah masing-masing variabel independen (variance of
earning growth (VEG), net profit margin, dan debt to
equity ratio) berpengaruh secara parsial terhadap
variabel dependen (price earning ratio (PER)).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan properti
yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode Februari 2005 sampai
dengan Desember 2008. Dipilihnya periode tersebut, karena peneliti ingin
mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap tingkat keuntungan saham
sektor properti dimana pada periode tersebut perekonomian Indonesia
mengalami inflasi yang tinggi akibat naiknya harga BBM dan periode
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Dari sumber di atas, maka
dikumpulkan data variance of earning growth (VEG), net profit margin, dan
debt to equity ratio, dan price earning ratio (PER) untuk dilakukan penelitian.
B. Populasi Dan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi berupa saham-saham di Bursa Efek
Indonesia yang tergolong ke dalam sektor properti. Dari populasi tersebut
selanjutnya diambil beberapa sampel dengan menggunakan metode purposive
sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham
(perusahaan) yang memenuhi kriteria tertentu, dimana sampel yang dipilih
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan tercatat di BEI tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
b. Perusahaan yang termasuk dalam sektor properti.
c. Data laporan keuangan tersedia berturut-turut untuk laporan tahun
2005 sampai dengan tahun 2008.
d. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah selesai
diaudit dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal
31 Desember.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, dibutuhkan data dan
informasi yang mendukung penelitian ini. Dimana data yang dibutuhkan berupa
data sekunder yang terdiri dari:
1. Laporan Keuangan, yang terdiri dari:
a. Laporan keuangan tanggal 31 Desember 2005, 31 Desember 2006,
31 Desember 2007, 31 Desember 2008.
b. Price earning ratio akhir tahun pada tahun 2005 sampai dengan
tahun 2008.
2. Metode Kepustakaan
Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan seperti
jurnal, literatur, buku, website dan lain-lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
D. Operasionalisasi Variabel-Variabel Penelitian
1. Operasionalisasi Variabel-Variabel Penelitian
Untuk memudahkan pengertian dan menghindari kesalahan persepsi
dari masing-masing variabel penelitian, maka perlu didefinisikan variabelvariabel
yang
dipergunakan
dalam
penelitian
ini
disertai
cara
pengukurannya. Data-data variance of earning growth (VEG), net profit
margin, debt to equity ratio, dan data price earning ratio (PER) yang sudah
tersedia pada JSX Monthly.
Berikut ini dijelaskan definisi dari masing-masing variabel penelitian
disertai cara pengukurannya:
a. Pendekatan Variance of Earning Growth
Variance of earning growth mencerminkan ketidakpastian
perusahaan dalam memperoleh laba. Perusahaan yang memiliki
laba yang stabil akan cenderung memiliki reputasi yang baik
dalam mempertahankan payout ratio (persentase pengeluaran /
pembayaran).
Variance
of
earning
growth
yang
tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki
profitabilitas yang stabil serta kurang perhatian perusahaan pada
manajemen laba, akibatnya terjadi ketidakpastian perolehan
deviden bagi investor.
Variance of earning growth dirumuskan sebagai berikut :
g=
n -1
(Fabozzi, 2000 : 822)
Keterangan :
g
= Varian pertumbuhan laba
gt
= pertumbuhan laba
g
= rata-rata pertumbuhan laba
n
= banyaknya pengamatan dalam satu sampel
b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio merupakan salah satu indikator yang
sering digunakan analis sekuritas untuk menilai harga suatu saham
yang diperdagangkan di pasar modal. Menurut Simamora
(2000:531), penghitungan PER dinyatakan dengan formulasi
sebagai berikut:
Harga pasar per lembar saham biasa
Price earning ratio=
Laba per lembar saham
c. Rasio rentabilitas (profitabilitas) menunjukkan keberhasilan
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan atau merupakan
hasil akhir bersih perusahaan dan berbagai kebijakan dan
keputusan yang telah diambil. Dalam penelitian ini rasio
rentabilitas (profitabilitas) diwakili oleh net profit margin.
Pengukuran variabel ini menggunakan model yang digunakan oleh
Lukman Dendawijaya (2003), yaitu:
Laba bersih
Net Profit Margin=
Pendapatan operasional
d. Rasio solvabilitas berfungsi untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio
ini disebut juga leverage ratio, karena merupakan rasio
pengungkit, yaitu perusahaan menggunakan uang pinjaman untuk
memperoleh keuntungan. Dalam penelitian ini rasio solvabilitas
diwakili oleh debt to equity ratio (DER). Menurut Siti Resmi
(2002:281), penghitungan DER dinyatakan:
Total utang
Debt to Equity Ratio =
Total ekuitas
E. Model Regresi Berganda
Karena variabel bebas yang diteliti lebih dari satu, maka penelitian ini
menggunakan model regresi linier berganda untuk membentuk hubungan antar
variabel terikat dan variabel bebas. Regresi linier berganda ini menggunakan
tingkat keyakinan (signifikansi) sebesar
= 5%.
Berdasarkan permasalahan dan perumusan hipotesis yang telah disajikan,
maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y= a+
1
x1 +
2
x2 +
3
x3 + e
Di mana:
a
= konstanta
1…
3
= koefisien regresi x1… x3
x1
= Variance of Earning Growth (VEG)
x2
= Net Profit Margin
x3
= Debt to Equity Ratio
Y
= Price Earning Ratio (PER)
Berdasarkan hasil pengolahan data akan dilakukan analisis secara
deskriptif dan pembuktian hipotesis.
F. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa
(ordinary least square) merupakan model regresi yang menghasilkan
estimator linier yang tidak bias yang terbaik (Best linear Unbias
Estimator/BLUE).1 Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsiasumsi klasik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi
data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan
untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika
analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan
normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang
normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel
sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal, maka metode
yang digunakan adalah statistik nonparametrik.2
Dalam penelitian ini akan digunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi
1
Algifari, “Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi”, BPFE, Yogyakarta, hlm. 83,
2003.
2
Priyatno, Duwi, “Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution)
Untuk Analisis Data dan Uji Statistik”, MediaKom, Yogyakarta, 2008.
0.05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar dari 5% atau 0.05.3
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang kuat
antar variabel bebas yang satu dengan yang lain dalam model
regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
korelasi linier/hubungan yang kuat antara variabel bebasnya. Jika
dalam model regresi terdapat gejala multikolinearitas, maka model
regresi tersebut tidak dapat menaksir secara tepat, sehingga
diperoleh kesimpulan yang salah tentang variabel yang diteliti.
Pengujian
gejala
multikolinearitas
dengan
cara
mengkorelasikan variabel bebas yang satu dengan variabel bebas
yang lain dengan menggunakan program SPSS for Windows.
Ada
beberapa
metode
untuk
mengetahui
adanya
multikolinearitas, salah satunya dengan melihat persamaan varian
inflasi, jika nilai faktor varian inflasi lebih dari 10, maka
multikolinearitas-nya adalah sebuah masalah, sedangkan yang lain
ada yang membatasi 4 atau 5.4
3
Priyatno, Duwi, “Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service Solution)
Untuk Analisis Data dan Uji Statistik”, MediaKom, Yogyakarta, 2008.
4
Wahana Komputer, “10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 10.01”,
Andi Offset, Yogyakarta, hlm. 109, 2002.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Gujarati (1999), heteroskedastisitas adalah suatu
kondisi variabel pengganggu (ei) memiliki varian berbeda dari
suatu observasi ke observasi yang lainnya atau varian antar
variabel dalam model tidak sama (tidak konstan).5 Model regresi
yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan. Dalam
hal ini metode regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heterokedastisitas.
Cara
memprediksi
ada
tidaknya
heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar
scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar scatterplot yang
menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat
heterokedastisitas, jika:
1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di
sekitar angka 0.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di
bawah saja.
3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola
bergelombang melebar, kemudian menyempit dan
melebar kembali.
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
5
1999.
Gujarati, D, ”Basic Econometrics”, Mc.Graw Hill International Edition, Singapore,
d. Uji Autokorelasi
Istilah autokorelasi (autocorrelation) menurut Maurice G.
Kendall dan William R. Buckland, A Dictionary of Statistical
Term: “Correlation between member’s of series of observations
ordered in time (as in time-series data) or space (as crosssectional data)”. Jadi, autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti
data time series) atau menurut urutan tempat (seperti data cross
section) atau korelasi pada dirinya sendiri.
Autokorelasi dapat didefinisikan pula sebagai terjadinya
korelasi diantara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain
bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya.
Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak dapat dilihat
melalui nilai Durbin Watson (DW). Bila nilai DW terletak
diantara dU < d < 4-dU, maka dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi baik positif maupun negatif atau jika nilai d mencapai
sekitar 2, dimana dU adalah batas atas dan dL adalah batas bawah
(J. Supranto, 1983).
Menurut Durbin Watson Statistics terdapat 5 (lima) kondisi
autokorelasi:
1)
0 < d <dL
= ada autokorelasi positif.
2)
dL < d <dU
= inconclusive
(ragu-ragu
ada
autokorelasi positif).
3)
dU < d <4-dU = tidak
terjadi
autokorelasi
positif
(ragu-ragu
ada
maupun negatif.
4)
4-dU <d<4-dL = inconclusive
autokorelasi negatif).
5)
4-dL < d < 4 = ada autokorelasi negatif.
Secara umum angka D-W yang dapat dijadikan dalam
pengambilan keputusan adalah:6
1)
Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi
positif.
2)
Angka D-W di antara -2 sampai dengan 2 berarti tidak
ada autokorelasi.
3)
Angka D-W diatas 2 berarti terdapat autokorelasi
negatif.
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan (dilihat angka F dan signifikannya), menjadi
tidak layak untuk dipakai Uji F (uji secara simultan).
6
Santoso, Singgih, “Statistik and Product Service Solution / SPSS”, Elex Media
Komputindo, Jakarta, hlm. 218, 2001.
2. Uji Signifikansi
Uji signifikansi keseluruhan variabel secara serentak ditunjukkan oleh
bilangan F (F-test), sedangkan uji signifikansi terhadap kontribusi masingmasing variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya bilangan t (t-test).
a. Uji Serempak (Uji F)
Uji F, yaitu untuk menguji keberartian regresi secara
keseluruhan, dipergunakan hipotesis sebagai berikut:
Ho : b1, b2, b3 = 0,
variabel bebas (independen) secara simultan
tidak berpengaruh terhadap price earning
ratio.
Ha : b1, b2, b3 0,
variabel bebas (independen) secara simultan
berpengaruh terhadap price earning ratio.
Pengujian
dengan
uji
F
variansnya
adalah
membandingkan F hitung (Fh) dengan F tabel (Ft) pada
dengan
= 0,05.
Untuk menghitung Fhitung digunakan rumus sebagai berikut:
R2/2
F=
(1-R2) / (n-k-1)
Di mana:
R2
= Koefisien Determinasi
n
= Jumlah pengamatan/sampel
k1
= Jumlah variabel independen
apabila hasil perhitungannya:
1) Fh
Ft, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Artinya, variasi dari model regresi berhasil menerangkan
variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana
pengaruhnya terhadap variabel terikat.
2) Fh < Ft, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Artinya, variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan
variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana
pengaruhnya terhadap variabel terikat.
b. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial melalui uji t. Adapun rumus
hipotesis dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut:
Ho : b1, b2, b3 = 0,
artinya semua variabel bebas secara parsial
tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Ha : b1, b2, b3
0,
tidak benar, artinya tidak semua variabel
bebas secara parsial berpengaruh terhadap
harga saham.
Untuk menghitung t hitung digunakan rumus sebagai berikut:
bi
Di mana:
bi = Koefisien variabel ke i (b1, b2, b3
t hitung =
sb
sb = Kesalahan standar
sb adalah standar error dari koefisien regresi dengan rumus
matematis sebagai berikut:
sb
se
=
x
(
2
−
x)
2
n
se adalah standar error sampel yang dirumuskan sebagai
berikut:
se =
Di mana
e 2=
e2
n−2
e 2 dirumuskan sebagai berikut:
Y2 – a
Y–b
xY
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar
variabel independen menjelaskan variabel dependen, karena variabel
independennya lebih dari dua.
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Objek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar sebagai
perusahaan real estate dan property di Bursa Efek Jakarta yang berjumlah
34 perusahaan. Dari jumlah tersebut selanjutnya diambil beberapa sampel
dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah saham-saham (perusahaan) yang memenuhi
kriteria tertentu, dimana sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Perusahaan tercatat di BEI tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
b. Perusahaan yang termasuk dalam sektor properti.
c. Data laporan keuangan tersedia berturut-turut untuk laporan tahun
2005 sampai dengan tahun 2008.
d. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit
dengan menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31
Desember.
Dari keterangan-keterangan tersebut, maka dapat diperoleh sampel
penelitian, yaitu 26 perusahaan dengan nama perusahaan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Sampel Data Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
OMRE
PTRA
PWON
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Nama Perusahaan
Bhuwanatala Indah Permai Tbk
Bukit Sentul Tbk
Bintang Mitra Semestaraya Tbk
Ciptojaya Kontridoreksa Tbk
Ciputra Development Tbk
Ciputra Surya Tbk
Duta Anggada Realty Tbk
Fortune Mate Indonesia Tbk
Duta Pertiwi Tbk
Bakrieland Development Tbk
Gowa Makasar Tourism Dev. Tbk
Jaya Real Property Tbk
Kawasan Industri Jababeka Tbk
Lamicitra Nusantara
Lippo Cikarang Tbk
Lippo Karawaci Tbk
Modernland Realty Tbk
Indonesia Prima Property Tbk
New Century Development Tbk.
Pakuwon Jati Tbk
Panca Wiratama Tbk
Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
Roda Panggon Harapan Tbk
Suryainti Permata Tbk
Suryamas Dutamakmur Tbk
Summarecon Agung Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Perusahaan properti merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha perumahan dan real estate, dimana pada masa krisis moneter
sangat rentan terhadap perubahan, karena suatu proyek properti dibuat dan
direncanakan untuk jangka waktu yang lama, sedangkan dasar investasi
menggunakan dasar tahun yang lalu (tahun yang telah direncanakan),
sehingga pada saat terjadi depresiasi nilai rupiah harga bahan baku menjadi
mahal, sementara proyek harus tetap berjalan. Dalam kondisi seperti ini,
perusahaan terpaksa banting harga dengan risiko laba yang kecil, sehingga
perusahaan harus merevisi proyeksi laba yang ditentukan. Pada saat seperti
ini, harga saham perusahaan properti menjadi jatuh atau bahkan under
valued, tetapi hingga sekarang perusahaan properti masih menyimpan
potensi gain yang tinggi, khususnya untuk investasi jangka panjang dengan
nilai PER yang cukup kompetitif dan likuiditas yang cukup baik.
2. Sekilas Mengenai Properti di Indonesia
Perkembangan industri properti di Indonesia telah memberikan
sumbangan yang berarti dalam mendukung pembangunan nasional. Industri
properti ini termasuk industri yang banyak menyerap tenaga kerja, output
industri ini banyak dibutuhkan dan dinikmati oleh segala lapisan
masyarakat, layaknya pertumbuhan mal, trade center, pembangunan
perumahan sederhana, dan apartemen.
Dalam tempointeraktif.com (2006), menurut Arhya Satyagraha,
Deputi Head Research PT. Trimegah Sekuritas, sektor properti di tahun
2006 tidak begitu menarik karena dinilai sudah oversupply. Tampak dari
banyaknya gedung, yang sedang dalam pembangunan, sementara yang
sudah ada, tingkat huniannya baru sekitar 80%. Selain itu, total kapitalisasi
pasar properti tahun 2006 diperkirakan turun 13,7%, tahun ke tahun
menjadi Rp 63 triliun. Menurutnya, saham yang cukup diunggulkan pada
sektor ini adalah CTRS (PT. Ciputra Surya Tbk.).
Pada tahun 2008, banyak investor mulai mencoba manuver baru
dengan membeli sebuah apartemen yang lengkap dengan interiornya
sebelum bangunan tersebut dibuat. Pada saat bangunan tersebut telah jadi
umumnya mereka menjual kembali investasi yang telah mereka lakukan
tentunya dengan harga yang jauh lebih tinggi. Semakin agresifnya para
pengembang menawarkan paket-paket properti yang umumnya disajikan
dengan berbagai hadiah yang menggiurkan, seperti : tingkat bunga yang
menarik, paket interior lengkap, berbagai macam hadiah serta kemudahan
pembayaran cicilan. Namun, sayangnya prosedur KPR masih sangat rumit
di Indonesia. Hal ini tentunya sebagai upaya menghindari subprime
mortgage yang terjadi di Amerika Serikat. Sedangkan, hambatan lainnya
adalah likuiditas dari properti masih diragukan. Banyak pihak yang
mengaku bahwa mereka mengalami kesulitan dalam menjual properti,
dikarenakan sulitnya menemukan calon pembeli.
Presiden Direktur PT ING Securities Indonesia Robert Scholten
menjelaskan survey juga menunjukkan sebanyak 88% investor Indonesia
berinvestasi di sektor properti pada Triwulan IV 2008, karena optimis
terhadap perkembangan harga portofolionya. Investor Indonesia melihat
bahwa harga properti akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,4% pada
Triwulan I 2009.
Robert Scholten juga menilai secara garis besar berinvestasi dalam
bentuk uang tunai ataupun deposito bukan pilihan investasi yang tepat.
Uang tunai akan terus mengalami penurunan nilai dalam jangka panjang
akibat semakin bertambahnya aksi pendanaan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk perekonomian nasional. Kondisi pasar modal serta pasar
uang saat ini sangat fluktuatif. Segalanya bergerak tanpa arah dan tentunya
kondisi ini akan menggerus nilai investasi yang telah ditanamkan. Selain
itu, jika kita berinvestasi pada instrument pasar modal maupun pasar uang
ataupun deposito, tidak ada bukti fisik yang diterima sebagaimana layaknya
investasi pada sektor properti.
Investor sebaiknya berinvestasi pada sektor riil, yang tahan krisis.
Bisnis properti dikategorikan sebagai bisnis berbasis sektor riil, karena
memperjualbelikan serta menyewakan barang secara jelas dan terdapat
bukti fisik dari aktivitas tersebut.
Dalam
vibiznews.com
(2009),
pakar
perumahan
Panangian
Simanungkalit memperkirakan sektor properti segera pulih pada tahun
2009. "Sebenarnya pelaku tinggal menunggu kabinet baru dipilih Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono," kata
Panangian dalam seminar bertajuk "Kunci Sukses Investasi Properti 2010 di
Jakarta. Menurut Panangian, iklim saat ini sudah mendukung untuk
pertumbuhan sektor properti mengingat tingkat bunga bank terus
mengalami penurunan menyusul BI Rate yang sudah di bawah lima persen.
Menurutnya, apabila susunan kabinet sesuai dengan harapan pasar maka
akan menimbulkan kepastian dalam iklim ekonomi yang pada akhirnya
memicu bergairahnya kembali sektor properti. Selama krisis ekonomi
terjadi kelebihan pasok (over supply) sebagai akibat kekhawatiran
masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Tetapi kepercayaan masyarakat
mulai pulih karena keberhasilan pemerintah mengendalikan stabilitas
ekonomi, tuturnya. Menurutnya, sektor hunian merupakan yang paling
diminati pada masa pemulihan tidak hanya apartemen menengah atas, tetapi
juga apartemen dan rumah murah yang selama ini memang belum tergarap
dengan baik. Indikator belum digarap dengan baik rumah murah dapat
dilihat dari rendahnya penyerapan dana subsidi rumah yang baru mencapai
seperlima dari total dana subsidi tahun 2009 sebesar Rp2,5 triliun,
paparnya. Panangian mengatakan, salah satu tugas 100 hari Menteri
Perumahan Rakyat nantinya bagaimana agar dana subsidi ini dapat cepat
terserap harus mulai dibenahi kebijakan yang selama ini dianggap tidak
sinkron. Menurutnya, pasar properti di Indonesia sebenarnya sangat
prospektif setelah 2009 sehingga saat ini sebenarnya periode yang paling
tepat untuk membeli properti. Tingkat pengembalian investasi paling besar
di sektor ini sangat tergantung kepada harga produk serta lokasinya. Kalau
harganya kompetitif dan lokasi strategis maka dalam waktu singkat harga
akan naik, jelasnya.
Jones Lang LaSalle meramalkan pasca krisis ekonomi yang melanda
Indonesia awal tahun 2009, sektor properti baru akan pulih (rebound) pada
tahun 2010. "Sektor perkantoran diperkirakan akan pulih lebih dulu,
sementara sektor ritel dan hunian (apartemen) baru akan pulih 2011," kata
Kepala Riset Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus di Jakarta. Anton
mengatakan, sektor ritel dan hunian baru akan pulih menunggu tingkat
bunga perbankan turun, saat ini BI Rate sudah turun di bawah 5 persen akan
tetapi belum diikuti turunnya bunga bank terutama kredit pemilikan
apartemen dan rumah. Kepala Jones Lang LaSalle Indonesia Nick Van
Heiden menjelaskan, sektor perkantoran pulih lebih dulu mengingat sektor
perbankan dan keuangan mulai melaksanakan perluasan usaha begitu juga
banyaknya perusahaan multinasional yang kembali masuk ke Indonesia.
Menurutnya, selama krisis ekonomi sektor perbankan dan keuangan terkena
imbas paling besar sehingga menjadi penyumbang turunnya permintaan
yang pada akhirnya mengakibatkan sektor perkantoran mengalami
penurunan. Sedangkan pimpinan Jones Lang LaSalle Indonesia, Lucy
Rumantir mengatakan, secara keseluruhan sektor properti sudah mulai
menuju ke arah pemulihan setelah hampir setahun krisis ekonomi. Dia
menambahkan, naiknya daya beli masyarakat tidak lantas mendongkrak
sektor ritel dan hunian karena saat krisis ekonomi jumlah pasokan yang
tersedia terlanjur banyak sehingga menyulitkan dalam penyerapannya.
"Seperti sektor ritel masuk pasokan baru tahun 2009 mencapai 700 ribu
meter persegi, sebanyak 150 ribu ton diantaranya berasal dari Grand
Indonesia," ujarnya. Lucy mengatakan, meski saat ini kunjungan mal ramai
tetapi sebagian besar baru membeli makanan dan minuman. "Anda dapat
lihat keramaian hanya terjadi di food court saja," ujarnya. Padahal ujung
tombak sektor ritel bukan hanya makanan dan minuman tetapi yang penting
speciality shop seperti produk fashion dan sebagainya yang ternyata
penjualan masih sepi, ujar Lucy. Saat ini sejumlah pengembang menyiasati
dengan memberikan kemudahan dalam pembayaran uang muka sebagai
antisipasi mulai bergairahnya sektor properti termasuk kemudahan dalam
mengakses pendanaan bank, ujarnya. Dia mengatakan, permintaan ruang
kantor akan tumbuh pesat tidak hanya terjadi di pusat bisnis (CBD),
sedangkan di luar CBD akan menyusul kemudian. "Tingkat penyerapan
pada kuartal III sudah naik dua kali lipat dibanding kuartal II," ujarnya.
Kemudian belum pulihnya hunian seperti apartemen dan kondominium
lebih disebabkan masuknya apartemen murah (Rusunami), diperkirakan
sampai 2012 akan masuk di pasaran sebanyak 2012, kata Anton.
B. Deskriptif Analisis
1. Deskripsi Analisis Data
Perolehan data dari variabel-variabel yang diteliti, di antaranya adalah:
a. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Price earning ratio merupakan salah satu indikator yang
sering digunakan analis sekuritas untuk menilai harga suatu saham
yang diperdagangkan di pasar modal.
Untuk mengetahui besarnya tingkat PER dari 26 perusahaan
properti periode 2005-2008 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel. 4.2
Price Earning Ratio
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
OMRE
PTRA
PWON
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Rata-Rata
2005
-8.4100
14.8000
-33.4200
-57.9000
6.9900
9.4800
-0.8300
-16.1900
14.5400
2.5000
3.1400
18.3700
10.4900
73.3000
5.4200
13.8200
27.6400
-5.9000
-1.2300
-2.3100
-0.3600
-16.6500
-31.3400
2.3800
-1.0600
8.9800
1.3900
2006
-11.3600
-35.7600
-23.2800
41.6300
5.0100
8.2600
6.7400
-76.8600
22.3600
24.7000
2.2400
36.1300
47.0700
43.1000
44.6500
20.7100
29.5400
37.0100
24.8300
5.5800
-0.1000
-20.9000
-50.9500
6.3000
3.0800
36.2800
8.6900
2007
2008
-21.6800 -22.1800
24.8100 -96.8200
-95.3400 -76.7000
95.6200
86.8100
43.2600
14.7200
11.0500
3.8600
14.4000
7.6100
44.2300
18.1600
21.5000
30.6800
126.6900
8.0600
3.8400
1.1100
41.8100
10.7200
34.8300
15.9800
20.5700
24.8400
41.7000
3.4600
35.0800
35.8100
33.8900
64.1600
-15.7200 109.5300
-53.8400 -63.2900
27.6200 -275.0000
-0.4600
-0.5500
48.3900
53.2200
-19.0100 -396.1500
17.0900 146.2300
-24.2300 -51.8900
29.7000
82.7100
18.6800 -10.1900
Ket
: Dalam satuan kali ( )
Sumber : Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata PER dari
industri ini pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun 2005,
2006, dan 2008. Tahun 2005 rata-rata PER dari industri ini sebesar
1.3900 di mana nilai tertinggi PER dimiliki oleh perusahaan
Lamicitra Nusantara Tbk. yaitu sebesar 73.3000, sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Ciptojaya Kontridoreksa Tbk.
yaitu sebesar -57.9000. Sementara itu, rata-rata PER tahun 2006
sebesar 8.6900, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Kawasan Industri Jababeka Tbk. yaitu sebesar 47.0700, sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Fortune Mate Indonesia Tbk.
yaitu sebesar -76.8600. Sementara itu rata-rata PER tahun 2007
sebesar 18.6800, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Bakrieland Development Tbk. yaitu sebesar 126.6900, sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Bintang Mitra Semestaraya Tbk.
yaitu sebesar -95.3400. Sementara itu rata-rata PER tahun 2008
sebesar -10.1900, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Suryainti Permata Tbk., yaitu sebesar 146.2300, sedangkan nilai
terendah dimiliki oleh perusahaan Roda Panggon Harapan Tbk.
yaitu sebesar -396.1500.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi
PER maka semakin tinggi pula prospek pertumbuhan di masa
depan, karena menurut Abdul Halim dan Hanafi (2005:87),
perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai
prospek baik) mempunyai PER tinggi, sebaliknya perusahaan yang
diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER
yang rendah. Semakin besar PER, maka semakin besar pula
kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat dikatakan
prospek perusahaan tersebut bagus.
Berikut adalah data-data price earning ratio per tahun yang
dinyatakan dalam bentuk grafik:
Data PER Tahun 2005
80
60
40
20
0
PER
-20
-40
-60
-80
Sumber: Hasil olah data
Data PER Tahun 2006
60
40
20
0
-20
PER
-40
-60
-80
-100
Sumber: Hasil olah data
Data PER Tahun 2007
150
100
50
0
PER
-50
-100
-150
Sumber: Hasil olah data
Data PER Tahun 2008
200
100
0
-100
PER
-200
-300
-400
-500
Sumber: Hasil olah data
b. Net Profit Margin
Rasio rentabilitas (profitabilitas) menunjukkan keberhasilan
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan atau merupakan
hasil akhir bersih perusahaan dan berbagai kebijakan dan keputusan
yang telah diambil. Dalam penelitian ini rasio rentabilitas
(profitabilitas) diwakili oleh net profit margin.
Untuk mengetahui besarnya tingkat net profit margin dari 26
perusahaan properti periode 2005-2008 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.3
Net Profit Margin
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
MORE
PTRA
PWON
2005
-77.00
-7.00
54.00
-8.00
20.00
26.00
-76.00
0.00
14.00
28.94
38.00
28.00
31.00
2.00
30.00
27.00
3.00
-18.00
-174.00
-32,00
2006
-41.00
-85.00
-340.00
-7.10
100.00
42.00
44.00
-11.00
9.00
19.00
33.00
31.00
15.00
1.00
5.00
22.00
4.00
14.00
82.00
72,00
2007
-40.00
-36.00
-101.00
6.30
15.00
40.00
31.00
22.00
7.00
35.00
28.00
30.00
37.00
2.00
9.00
22.00
17.00
7.00
-49.00
22.00
2008
-16.40
-0.26
-664.00
-0.21
10.10
25.80
37.60
11.40
7.90
23.70
31.50
28.70
12.20
4.30
17.80
21.40
1.00
0.10
-1.82
0.36
21
22
23
24
25
26
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Rata-rata
-98.00
-9.00
-35.00
66.00
-327.00
29.00
-17.85
-3.88
-2.00
-8.00
52.00
59.00
3.00
4.19
-1.47
2.00
-8.00
68.00
-14.00
18.00
6.49
-1.03
0.03
-0.11
0.77
0.05
0.17
-17.27
Ket
: Dalam satuan persen ( )
Sumber : Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata net profit
margin dari industri ini pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan
tahun 2005, 2006, dan 2008. Tahun 2005 rata-rata net profit margin
dari industri ini sebesar -17.85, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Suryainti Permata Tbk. yaitu sebesar 66.00, sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Suryamas Dutamakmur Tbk.
yaitu sebesar -327.00. Sementara itu rata-rata net profit margin
tahun 2006 sebesar 4.19, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Ciputra Development Tbk. yaitu sebesar 100.00,
sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Bintang Mitra
Semestaraya Tbk yaitu sebesar -340.00. Sementara itu, rata-rata net
profit margin tahun 2007 sebesar 6.49, dimana nilai tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Suryainti Permata Tbk. yaitu sebesar
68.00, sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Bintang Mitra
Semestaraya Tbk. yaitu sebesar -101.00. Sementara itu, rata-rata net
profit margin tahun 2008 sebesar -17.27, dimana nilai tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Duta Anggada Realty Tbk. yaitu sebesar
37.60, sedangkan terendah dimiliki oleh perusahaan Bintang Mitra
Semestaraya Tbk. yaitu sebesar -664.00.
Net profit margin menunjukkan keberhasilan perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan
bersih
terhadap
penjualan
bersihnya. Nilai NPM semakin besar maka semakin efesien biaya
yang dikeluarkan, yang berarti semakin besar tingkat kembalian
keuntungan bersih. Sehingga investor tertarik kepada perusahaan
yang memiliki NPM besar.
Berikut adalah data-data net profit margin per tahun yang
dinyatakan dalam bentuk grafik:
Data NPM Tahun 2005
100
50
0
-50
-100
-150
-200
-250
-300
-350
Sumber: Hasil olah data
NPM
Data NPM Tahun 2006
150
100
50
0
-50
-100
-150
NPM
-200
-250
-300
-350
-400
Sumber: Hasil olah data
Data NPM Tahun 2007
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
-80
-100
-120
Sumber: Hasil olah data
NPM
Data NPM Tahun 2008
100
0
-100
-200
-300
NPM
-400
-500
-600
-700
Sumber: Hasil olah data
c. Debt to Equity Ratio
Rasio solvabilitas berfungsi untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio
ini disebut juga leverage ratio, karena merupakan rasio pengungkit,
yaitu perusahaan menggunakan uang pinjaman untuk memperoleh
keuntungan. Dalam penelitian ini rasio solvabilitas diwakili oleh
debt to equity ratio (DER).
Untuk mengetahui besarnya tingkat debt to equity ratio dari 26
perusahaan properti periode 2005-2008 dapat dilihat dari tabel 4.4
berikut:
Tabel 4.4
Debt to Equity Ratio
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
OMRE
PTRA
PWON
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Rata-Rata
2005
0.5300
0.4400
0.1200
0.0300
-3.5400
1.0200
-2.0900
0.6100
1.6300
1.0000
2.5800
0.7700
0.2900
1.1800
1.3900
1.4200
1.1900
2.4400
0.7800
-4.4100
-2.7200
0.1400
0.0500
0.1700
-6.3400
1.3800
0.0023
2006
0.6000
0.2600
0.1200
0.0200
1.1200
0.6700
2.8300
0.5400
1.6200
0.8500
2.0100
0.5600
0.2200
1.8200
1.5400
1.5000
1.1000
2.3000
2.3900
1.1100
-2.2800
0.1200
0.0500
0.0800
4.9100
0.4100
1.0181
2007
0.6700
0.1400
0.3500
0.1800
0.4300
0.4700
3.8700
0.5300
1.5600
0.2800
2.1500
0.6300
0.3000
2.9500
1.7300
1.6800
1.3200
2.0500
1.7300
2.1800
-2.1400
0.2400
0.0400
1.0900
5.0200
1.0000
1.1712
2008
0.6500
0.1600
0.0400
0.0500
0.4500
0.5700
3.5900
0.8200
0.8700
0.6600
2.0100
0.8100
0.7400
2.7100
1.8600
1.4000
0.7700
2.5500
1.7500
2.5500
-1.8600
0.1000
0.1900
1.2800
0.9900
1.3100
1.0392
Ket
: Dalam satuan persen (%)
Sumber : Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata debt to
equity ratio dari industri ini pada tahun 2007 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2005, 2006, dan 2008. Tahun 2005 rata-rata
debt to equity ratio dari industri ini sebesar 0.0023, dimana nilai
tertinggi dimiliki oleh perusahaan Gowa Makassar Tourism
Development Tbk. yaitu sebesar 2.5800, sedangkan terendah
dimiliki oleh perusahaan Suryamas Dutamakmur Tbk. yaitu sebesar
-6.3400. Sementara itu rata-rata debt to equity ratio tahun 2006
sebesar 1.0181, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Suryamas Duta Makmur Tbk. yaitu sebesar
4.9100, sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Panca Wiratama Sakti Tbk yaitu
sebesar -2.2800. Sementara itu, rata-rata debt to equity ratio tahun
2007 sebesar 1.1712, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Suryamas Duta Makmur Tbk. yaitu sebesar
5.0200, sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Panca Wiratama Sakti Tbk. yaitu
sebesar -2.1400. Sementara itu, rata-rata debt to equity ratio tahun
2008 sebesar 1.0392, dimana nilai tertinggi dimiliki oleh perusahaan
Duta Anggada Realty Tbk. yaitu sebesar 3.5900, sedangkan
terendah dimiliki oleh perusahaan Panca Wiratama Sakti Tbk. yaitu
sebesar -1.8600.
DER menunjukkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Semakin besar DER maka perusahaan tersebut
semakin bagus. Sehingga investor tertarik kepada perusahaan yang
memiliki DER yang besar.
Berikut adalah data-data debt to equity ratio per tahun yang
dinyatakan dalam bentuk grafik:
Data DER Tahun 2005
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
DER
Sumber: Hasil olah data
Data DER Tahun 2006
6
5
4
3
2
DER
1
0
-1
-2
-3
Sumber: Hasil olah data
Data DER Tahun 2007
6
5
4
3
2
DER
1
0
-1
-2
-3
Sumber: Hasil olah data
Data DER Tahun 2008
4
3
2
1
DER
0
-1
-2
-3
Sumber: Hasil olah data
d. Pendekatan Variance of Earning Growth
Variance of earning growth mencerminkan ketidakpastian
perusahaan dalam memperoleh laba. Perusahaan yang memiliki laba
yang stabil akan cenderung memiliki reputasi yang baik dalam
mempertahankan payout ratio (persentase pengeluaran). Variance of
earning growth yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan
tersebut tidak memiliki profitabilitas yang stabil serta kurang
perhatian perusahaan pada manajemen laba, akibatnya terjadi
ketidakpastian perolehan deviden bagi investor.
Untuk mengetahui besarnya tingkat variance of earning
growth dari 26 perusahaan properti periode 2005-2008 dapat dilihat
dari tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Variance of Earning Growth
EPS
PERTUMBUHAN LABA
RATARATA
EG
VEG
-0.5
-0.35
0.5713
-4
-0.297
0.04
0.1436
0.5
0.334
1
0.34
0.3676
0.333
0.75
-0.29
-0.04
0.27
0.2716
12
0.094
0.879
-0.064
-0.429
0.30
0.2553
89
41
-0.291
1.705
-0.252
-0.539
0.16
1.0877
89
38
33
1.186
-1.263
-0.573
-0.132
-0.20
1.0658
-1
3
4
-0.890
-0.75
-4
0.333
-1.33
3.4715
45
43
42
33
0.047
-0.044
-0.023
-0.214
-0.06
0.0122
16.53
12.07
6.84
13.66
-0.938
-0.2698
-0.433
0.997
-0.16
0.6768
NO
KODE
2004
2005
2006
2007
2008
2005
2006
2007
2008
1
BIPP
21.08
-7
-4
-4
-2
-1.3320
0.4286
0.0000
2
BKSL
5.02
4.8
-3
9
4.89
-0.043
0.448
3
BMSR
-3.71
-2
-3
-2
-4
-0.461
4
CKRA
6
8
14
10
2.88
5
CTRA
53
58
109
102
6
CTRS
DART
FMII
62.05
44
119
-154.63
-338
-36.39
-4
DUTI
42.99
ELTY
265.02
7
8
9
10
11
GMTD
63.00
116
188
117
133
0.841
0.621
-0.378
0.137
0.31
0.294
12
JRPT
88.56
103
29
37
47
0.163
-0.718
0.276
0.270
-0.0022
0.2329
13
KIJA
4.575
9
3
7
3.1
0.967
-0.667
1.333
-0.557
0.27
1.0592
14
LAMI
1.27
1.47
0.84
2.57
8.10
0.1575
-0.4286
2.0595
2.1518
0.99
1.7330
15
LPCK
41.58
47
6
15
59
0.130
-0.872
1.5
2.933
0.92
2.7349
16
LPKR
29.750
127
52
20
22
3.269
-0.591
-0.615
0.1
0.54
3.4181
17
MDLN
14
17
25
20
0.78
0.214
0.47
-0.2
-0.944
0.16
0.1145
18
OMRE
18
15
25
-3
13
-0.167
0.667
-0.48
6.55
0.44
0.3512
19
PTRA
-20.66
-24
2
-2
-0.79
0.162
-1.083
-2
-0.605
-0.88
0.8190
20
PWON
234.45
-201
140
9
-1.23
-1.857
-1.697
-0.936
-1.137
-1.41
0.1938
21
PWSI
-230.43
-316
-334
-324
-273.43
0.371
0.057
-0.03
-0.156
0.06
0.0505
22
RBMS
-4.64
-3.6
-1
2
2.95
-0.224
-0.722
-3
0.475
-0.87
2.2617
23
RODA
-1.74
-2
-1
-1
-0.26
0.149
-0.5
0.0000
-0.74
-0.27
0.1741
24
SIIP
23.001
80
94
117
13.13
2.478
0.175
0.245
-0.888
0.50
2.0032
25
SMDM
1.39
640
522
1.27
-4.24
-0.54
-0.184
1.431
0.06
0.24
1.1032
26
SMRA
26.316
84
63
39
14.63
2.192
-0.25
-0.381
-0.625
0.23
1.7281
Maximum
Minimum
0.99
3.4715
-1.41
0.0122
Sumber : Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.5 dapat terlihat rata-rata tingkat
pertumbuhan laba tertinggi selama pengamatan adalah pada
Lamicitra Nusantara Tbk sebesar 0.99, sedangkan rata-rata tingkat
pertumbuhan laba terendah adalah pada perusahaan Pakuwon Jati
Tbk sebesar -1.41. Untuk nilai VEG tertinggi selama periode
pengamatan adalah perusahaan Fortune Mate Indonesia Tbk sebesar
3.4715, sedangkan nilai VEG terendah adalah perusahaan Duta
Pertiwi Tbk sebesar 0.0122.
Berikut adalah data-data variance of earning growth tahun
2005 sampai dengan tahun 2008 yang dinyatakan dalam bentuk
grafik:
Data VEG Tahun 2005-2008
4
3.5
3
2.5
2
VEG
1.5
1
0.5
0
Sumber: Hasil olah data
C. Hasil dan Pembahasan
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
normal atau mendekati normal. (Ghazali, 2005:112). Uji normalitas dapat
menggunakan kolmogorov-smirnov test. Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PER
N
a,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
104
4.6457
62.84287
.206
.157
-.206
2.100
.000
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
b.
VEG
104
14.3386
42.21350
.409
.409
-.367
4.174
.000
NPM
DER
104
-6.1039
88.62847
.305
.209
-.305
3.109
.000
104
.8077
1.57566
.232
.083
-.232
2.362
.000
Test distribution is Normal.
Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.6 one-sample kolmogorov-smirnov test dapat
ditunjukkan asymp. signifikansi (2-tailed) PER, VEG, NPM, DER
adalah sebesar 0.000. Model regresi memenuhi asumsi normalitas
apabila asymp.sig. > 0.05. Sehingga model regresi tersebut belum
memenuhi asumsi normal. Dengan demikian, maka dapat dikatakan
bahwa data yang dimiliki kurang memenuhi asumsi normalitas. Oleh
karena itu, maka dilakukan pembuangan atas observasi yang outlier
dalam model yang akan dibentuk. Menurut Nachrowi dan Usman
(2006), outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi, yang
dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Tujuannya adalah untuk
menentukan atau mengevaluasi kesahihan suatu model, baik untuk
melihat
pelanggaran
terhadap
asumsi
maupun
untuk
penyimpangan nilai prediksi terhadap nilai sesungguhnya.
melihat
Agar memenuhi asumsi normalitas, maka digunakan data yang
outliernya telah dibuang, sehingga jumlah observasi menjadi 74.
Dengan demikian, hasil uji normalitas terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PER
N
Normal Parameters a,b
Mean
Most Extreme Differences
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
VEG
NPM
DER
74
74
74
74
9.5184
1.2018
-4.2272
.8212
28.20313
1.06431
95.74002
1.35019
.135
.191
.318
.200
.050
-.135
.191
-.132
.226
-.318
.072
-.200
1.164
1.646
1.735
1.723
.133
.662
.164
.905
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari tabel 4.7, one-sample kolmogorov-smirnov test dapat
ditunjukkan asymp. signifikansi (2-tailed) PER, VEG, NPM, DER
adalah sebesar 0.133, 0.662, 0.164, 0.905. Model regresi memenuhi
asumsi normalitas apabila asymp.sig. > 0.05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tersebut memenuhi asumsi normal.
b. Uji Asumsi Multikolinieritas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya.
Pengolahan data di lakukan dengan menggunakan SPSS. Adapun hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinieritas Sebelum Outlier
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
VEG
NPM
.992
.890
1.008
1.123
DER
.883
1.132
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa masing-masing
variabel independen memiliki angka tolerance di atas 0.10 dan nilai VIF
di bawah 10.0. Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa pada model
ini tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel bebas dalam
model regresi ini. Semakin sedikit penyimpangan dalam suatu model,
maka hasil regresi yang dihasilkan semakin baik. Dengan demikian
maka dilakukan outlier. Namun, apabila terjadi gejala multikolinieritas,
salah satu untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan
variabel dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang baik.
(Santoso Purbayu, 2005).
Adapun hasil dari uji multikolinieritas setelah dilakukan outlier
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Outlier
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
1
VIF
(Constant)
VEG
NPM
.937
.932
1.067
1.074
DER
.914
1.095
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa antara
variabel bebas VEG, NPM, dan DER mempunyai tolerance 0.937,
0.932, 0.914 > 0.10 dan VIF 1.067, 1.074, dan 1.095 < 10, maka tidak
terdapat persoalan multikolinier dengan variabel bebas lainnya.
c. Uji Asumsi Heterokedastisitas
Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan
lainnya.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui apakah dalam pengujian
ini ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
grafik scatterplot pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Outlier
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa pada model ini
mendekati gejala heteroskedastisitas karena masih ada titik-titik yang
berdekatan, dalam artian bahwa masih terjadi kesamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Oleh karena itu,
maka dilakukan outlier. Adapun hasil dari uji heteroskedastisitas setelah
outlier adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Outlier
Berdasarkan gambar grafik scatterplot tersebut terlihat bahwa
penyebaran data berada di sekitar titik nol, serta menyebar secara acak.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
pada model regresi berganda ini, sehingga model tersebut layak
digunakan dalam penelitian.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi merupakan pengujian asumsi dalam model regresi
di mana variabel independen tidak berkolerasi dengan dirinya sendiri.
Maksud berkolerasi dengan dirinya sendiri adalah bahwa nilai dari
variabel independen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri.
Dalam penelitian ini pengujian autokolerasi dilakukan dengan Durbin
Watson (DW). Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak,
dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Menurut Singgih
Santoso (2001:218) secara umum angka D-W yang dapat dijadikan
dalam pengambilan keputusan adalah:
1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2) Angka D-W di antara -2 sampai dengan 2 berarti tidak ada
autokorelasi.
3) Angka D-W diatas 2 berarti terdapat autokorelasi negatif.
Hasil uji autokorealasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.0
Hasil Uji Autokolerasi Sebelum Outlier
Model Summaryb
Model
R
1
R Square
.194a
Adjusted R
Square
.038
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
.009
62.56589
1.851
a. Predictors: (Constant), DER, VEG, NPM
b. Dependent Variable: PER
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa angka DW + 1.851, hal
ini mengindifikasikan bahwa model ini tidak memiliki gejala
autokorelasi.
Semakin sedikit penyimpangan dalam suatu model, maka hasil
regresi yang dihasilkan semakin baik. Oleh karena itu, maka dilakukan
pembuangan atas observasi yang outlier dalam model yang akan
dibentuk. Adapun hasil dari uji autokorelasi setelah dilakukan outlier
adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1
Hasil Uji Autokorelasi Setelah Outlier
Model Summaryb
Model
1
R
.520a
R Square
Adjusted R
Square
.271
a. Predictors: (Constant), DER, VEG, NPM
b. Dependent Variable: PER
Sumber: Hasil olah data
.239
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
24.59616
1.388
Berdasarkan tabel 5.1 terlihat angka DW bernilai +1.388, hal ini
berarti angka DW terletak di antara -2 sampai dengan 2. Dengan
demikian pada model ini tidak terdapat gejala autokorelasi.
2. Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan apakah masing-masing variabel independen
(variance of earning growth (VEG), net profit margin (NPM), dan debt to
equity ratio (DER)) terhadap variabel dependen price earning ratio (PER)
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian
uji-T untuk masing-masing variabel independen secara parsial dan uji-F
untuk pengujian variabel independen secara simultan.
Dalam upaya mengurangi penyimpangan dalam suatu model, agar
hasil regresi yang dihasilkan semakin baik, maka penulis melakukan outlier
dengan menggunakan metode casewise sebelum dilakukan pengujian uji-T
dan uji-F.
a.
Uji – F
Pada bagian ini akan diuji pengaruh variabel independen
(variance of earning growth (VEG), net profit margin (NPM),
dan debt to equity ratio (DER)) terhadap variabel dependen
price earning ratio (PER) secara keseluruhan (simultan) yang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Hasil Uji F
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
15717.413
3
Residual
42347.976
70
Total
Sumber: Hasil olah data
58065.389
73
F
Sig.
5239.138 8.660 .000a
604.971
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa secara
simultan atau bersama-sama variabel independen memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0.000, angka signifikan ini lebih
kecil dari alpha 5%, atau Fhitung sebesar 8.660 di mana diperoleh
Ftabel dengan alpha 5% dan df1 = 3, df2 = 70 sebesar ± 2.76,
maka dapat disimpulkan H0 ditolak, dengan demikian hipotesis
alternatif ditolak yang artinya secara signifikan semua variabel
indepeden (variance of earning growth (VEG), net profit margin
(NPM), dan debt to equity ratio (DER)) berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen price earning ratio
(PER).
c.
Uji - T
Pada bagian ini, dilakukan uji statistik t untuk menguji
signifikan variabel bebas, apakah variabel-variabel bebas
tersebut secara parsial memiliki pengaruh terhadap price earning
ratio (PER) dengan menggunakan model regresi. Berikut adalah
tabel hasil regresi berganda dari masing-masing variabel
independen:
Tabel 5.3
Hasil Regresi
Unstandardized
Coefficients
Model
B
1
(Constant)
Std. Error
.832
4.554
VEG
6.973
2.794
NPM
.114
DER
.962
Standardized
Coefficients
t
Sig
Beta
.183
.856
.263
2.496
.015
.031
.389
3.674
.000
2.231
.046
.431
.668
Sumber: Hasil olah data
1) Variance of Earning Growth (VEG)
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa secara parsial
VEG memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.015 lebih kecil dari
nilai alpha 0.05 dan Thitung Sebesar 2.496 lebih besar dari Ttabel
sebesar 2.000, maka H0 ditolak. Dengan demikian, variabel
variance of earning growth (VEG) berpengaruh secara
signifikan terhadap price earning ratio (PER), yang berarti
semakin tinggi kenaikan variance of earning growth, maka akan
semakin besar price earning ratio suatu perusahaan.
Secara teori variance of earning growth (VEG) merupakan
salah satu pengukur resiko yang biasa digunakan. Resiko bisa
ditafsirkan
sebagai
kemungkinan
return
sebenarnya
menyimpang dari return yang diharapkan. Semakin besar
kemungkinan menyimpang akan semakin besar risikonya juga.
Variance of earning growth (VEG) berarti penyimpangan
tingkat pertumbuhan laba sesungguhnya dengan ekspektasi
tingkat pertumbuhan laba yang dihitung dari rerata tingkat
pertumbuhan laba (C. Ambar Puji Hartanto & F.X. Suwarto:
2003 dalam Mustafa Kamal Fasa, 2004) Jika faktor lain
dianggap tetap, maka tingginya tingkat risiko saham akan
menyebabkan PER bernilai rendah. (Mustafa Kamal Fasa, 2004:
20). Dalam konteks manajemen investasi, resiko merupakan
besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return-ER) dengan tingkat pengembalian
aktual (actual return). Semakin besar tingkat penyimpangannya
berarti semakin besar resikonya. (Abdul Halim, 2005: 42)
Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa seorang investor
dalam melakukan investasi memperhatikan faktor resiko yang
akan diterima, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat
dalam berinvestasi dengan resiko yang minimal. Karena variabel
VEG tersebut merupakan ukuran penyimpangan dari nilai yang
diharapkan dengan nilai yang diperoleh.
Dengan demikian, penelitian ini bertentangan dengan
Whitbeck-Krisor (dalam Husnan, 2001:319), yang berpendapat
bahwa pada umumnya price earning ratio akan meningkat, jika
tingkat resiko mengalami penurunan. Tetapi, penelitian ini
sejalan
dengan
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Daru
Lestariningsih (2007) pada perusahaan manufaktur yang
menyimpulkan bahwa variance of earning growth berpengaruh
dan signifikan terhadap price earning ratio, yang ditunjukkan
dengan nilai Thitung sebesar 2.668 dengan signifikansi 0.011 <
0.05. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Parwati Setyorini (2005) pada saham LQ 45 yang
menyimpulkan bahwa variance of earning growth berpengaruh
dan signifikan terhadap price earning ratio, yang ditunjukkan
dengan nilai Thitung > Ttabel (3,920>2,018) dengan signifikansi
0.000 < 0.05.
2) Net Profit Margin (NPM)
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa secara parsial
variabel net profit margin memiliki tingkat signifikasi sebesar
0.000 lebih kecil dari nilai alpha 0.05 dan Thitung sebesar 3.674
lebih besar dari Ttabel sebesar 2.000, maka H0 ditolak. Dengan
demikian, variabel net profit margin berpengaruh secara
signifikan terhadap price earning ratio (PER), yang berarti
semakin tinggi kenaikan net profit margin, maka akan semakin
besar price earning ratio suatu perusahaan.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
tingkat NPM yang tinggi berarti mempunyai kemampuan
menghasilkan laba bersih dengan prosentase yang tinggi dalam
pendapatan operasional sehingga dapat menarik minat para
investor dan akhirnya menaikkan harga saham, dengan kata lain
akan menaikkan nilai PER. (Wiwin Adhi Tama dan Eko Arief
Sudaryono,
2004).
Rasio
rentabilitas
(profitabilitas)
ini
menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan
keuntungan atau merupakan hasil akhir bersih perusahaan dari
berbagai kebijakan dan keputusan yang telah diambil.
Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wiwin Adhi Tama dan Eko Arief
Sudaryono
(2004)
pada
perusahaan
perbankan
yang
menyimpulkan bahwa nilai koefisien regresi dari variabel NPM
adalah sebesar –0.127. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
yang negatif antara variabel NPM dengan nilai PER saham
perbankan yang terdaftar di BEJ. Kenaikan satu satuan NPM
akan menyebabkan penurunan PER sebesar 0.127 satuan dengan
asumsi variabel independen lain konstan. Hasil uji signifikansi
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 yaitu
sig-t sebesar 0.572; yang berarti bahwa variabel NPM tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap PER.
3) Debt to Equity Ratio (DER)
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa secara parsial,
variabel DER memiliki tingkat signifikan sebesar 0.668 lebih
besar dari nilai alpha 0.05 dan Thitung sebesar 0.431 lebih kecil
dari Ttabel sebesar 2.000, maka H0 diterima, yang artinya bahwa
variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap price
earning ratio (PER).
Secara
teori
menyebutkan
semakin
besar
DER
menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan
hutang dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar DER
mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga
kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya adalah
rendah, hal ini berarti bahwa risiko keuangan perusahaan
(financial
risk)
relatif
tinggi.
Semakin
tinggi
leverage
perusahaan, yang diukur dengan debt to equity ratio, maka
semakin rendah nilai PER perusahaan. Dari rasio ini pemodal
dapat melihat apakah perusahaan dalam keadaan mampu atau
tidak dalam membayar utang, sehingga semakin tinggi nilai debt
to equity ratio, semakin rendah PER perusahaan, karena risiko
perusahaan itu akan semakin besar karena perusahaan memiliki
kewajiban untuk membayar beban tetap atas hutang. Tinggi
rendahnya resiko keuangan perusahaan secara tidak langsung
dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mulia Perwira Daulata (2004), yang menyatakan bahwa
variabel debt to equity ratio mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap PER. Hasil yang tidak sejalan ini
dikarenakan adanya beberapa perbedaan penelitian, seperti
waktu dan objek penelitian. Namun, hasil dari penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rodoni
dan Riskawati (2005), yang menyatakan bahwa variabel debt to
equity ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
PER.
Hasil yang tidak signifikan ini disebabkan, karena investor
lebih memperhatikan masalah kondisi ekonomi dan politik
negara, dan tidak menggunakan pendekatan fundamental dalam
melakukan investasi pada saham.
4) Dalam penelitian ini, variabel variance of earning growth
(VEG) merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap price earning ratio (PER), yaitu sebesar 6.973.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Pada bagian ini, dilakukan uji koefisien determinasi untuk
menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel
independen. Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi, maka akan
dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel
independen. Koefisien determinasi atau adjusted R2 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.4
Koefisien Determinasi (Adjusted R2 )
Model Summaryb
Model
R
1
R Square
.520a
Adjusted R Square
.271
.239
a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1
b. Dependent Variable: y
Sumber: Hasil olah data ( output SPSS.16 )
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat angka koefisien determinasi
(Adjusted R Square) sebesar 0.239 atau 23,9%. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel independen berupa variance of earning growth (VEG), net profit
margin (NPM), dan debt to equity ratio (DER) dapat menjelaskan variabel
dependen price earning ratio (PER) sebesar 23,9% dan sisanya sebesar
76,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
4. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan
analisis
hasil
penelitian,
terdapat
dua
variabel
independent yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap price earning
ratio, yaitu variance of earning growth, net profit margin. Hasil persamaan
regresi sebagai berikut:
Y = 0.832 + 6.973 Variance of Earning Growth + 0.114 Net Profit
Margin + 0.962 Debt to Equity Ratio
Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta menyatakan
bahwa jika variabel independen bernilai nol maka nilai Y (price earning
ratio) adalah naik sebesar 0.832 kali, atau apabila tidak ada pengaruh atau
perubahan variabel dari variance of earning growth, net profit margin, dan
debt to equity ratio atau jika X1, X2, X3 = 0, maka nilai variabel dependen
yaitu price earning ratio (Y) adalah naik sebesar 0.832 kali.
Berdasarkan persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa koefisien
variance of earning growth bertanda positif sebesar 6.973 kali. Hal ini
menunjukkan jika terjadi peningkatan variance of earning growth sebesar 1
satuan, maka akan menimbulkan kenaikan price earning ratio sebesar 6.973
kali dengan asumsi variabel lain bernilai nol dan konstan. Dengan
demikian, dapat diinterpretasikan bahwa variance of earning growth
berpengaruh positif terhadap price earning ratio, artinya semakin besar
variance of earning growth, maka akan semakin besar price earning ratio.
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa koefisien net profit margin
bertanda positif sebesar 0.114 kali. Hal ini menunjukkan jika terjadi
peningkatan net profit margin sebesar 1 satuan, maka akan menimbulkan
kenaikan price earning ratio sebesar 0.114 kali dengan asumsi variabel lain
bernilai nol dan konstan. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa
net profit margin berpengaruh positif terhadap price earning ratio, artinya
semakin besar net profit margin, maka akan semakin besar price earning
ratio.
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa koefisien debt to equity
ratio bertanda positif sebesar 0.962 kali. Hal ini menunjukkan jika terjadi
peningkatan debt to equity ratio sebesar 1 satuan, maka akan menimbulkan
kenaikan price earning ratio sebesar 0.962 kali dengan asumsi variabel lain
bernilai nol dan konstan. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa
debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap price earning ratio, artinya
semakin besar debt to equity ratio, maka akan semakin besar price earning
ratio. Nilai ekspektasi seharusnya bernilai negatif (-), karena debt to equity
ratio merupakan proxi resiko, semakin besar debt to equity ratio berarti
semakin besar proporsi hutang perusahaan dalam struktur modalnya.
Semakin tinggi debt to equity ratio, seharusnya menyebabkan preferensi
investor terhadap harga saham rendah dan rasio PER turun. Perbedaan nilai
ekspektasi ini mungkin disebabkan karena investor memandang bahwa
walaupun hutang berarti resiko, ini juga memberikan potensi perusahaan
untuk memperbesar keuntungan bagi investor (pemegang saham). Investor
mungkin melihat potensi laba yang tinggi pada perusahaan-perusahaan
yang memiliki resiko struktur modal yang besar, disini hukum ekonomi
berlaku, semakin tinggi resiko semakin besar potensi return yang
ditawarkan.
D. Interpretasi
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal-hal
sebagai berikut:
1.
Variabel variance of earning growth (VEG) dapat diinterpretasikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio
(PER), artinya semakin tinggi kenaikan variance of earning growth,
maka akan semakin besar price earning ratio suatu perusahaan.
Secara teori variance of earning growth (VEG) merupakan salah
satu pengukur resiko yang biasa digunakan. Resiko bisa ditafsirkan
sebagai kemungkinan return sebenarnya menyimpang dari return
yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan menyimpang akan
semakin besar risikonya juga. Variance of earning growth (VEG)
berarti penyimpangan tingkat pertumbuhan laba sesungguhnya
dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan laba yang dihitung dari
rerata tingkat pertumbuhan laba (C. Ambar Puji Hartanto & F.X.
Suwarto: 2003 dalam Mustafa Kamal Fasa, 2004) Jika faktor lain
dianggap tetap, maka tingginya tingkat risiko saham akan
menyebabkan PER bernilai rendah. (Mustafa Kamal Fasa, 2004:
20). Dalam konteks manajemen investasi, resiko merupakan
besarnya
penyimpangan
antara
tingkat
pengembalian
yang
diharapkan (expected return-ER) dengan tingkat pengembalian
aktual (actual return). Semakin besar tingkat penyimpangannya
berarti semakin besar resikonya. (Abdul Halim, 2005: 42).
Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa seorang investor dalam
melakukan investasi memperhatikan faktor resiko yang akan
diterima, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
berinvestasi dengan resiko yang minimal. Karena variabel VEG
tersebut
merupakan ukuran penyimpangan dari nilai yang
diharapkan dengan nilai yang diperoleh. Dengan demikian,
penelitian ini bertentangan dengan Whitbeck-Krisor (dalam Husnan,
2001:319), yang berpendapat bahwa pada umumnya price earning
ratio akan meningkat, jika tingkat resiko mengalami penurunan.
Tetapi, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Daru Lestariningsih (2007) pada perusahaan manufaktur yang
menyimpulkan bahwa variance of earning growth berpengaruh dan
signifikan terhadap price earning ratio, yang ditunjukkan dengan
nilai Thitung sebesar 2.668 dengan signifikansi 0.011 < 0.05.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Parwati Setyorini (2005) pada saham LQ 45 yang menyimpulkan
bahwa variance of earning growth berpengaruh dan signifikan
terhadap price earning ratio, yang ditunjukkan dengan nilai Thitung >
Ttabel (3,920>2,018) dengan signifikansi 0.000 < 0.05.
2.
Variabel
net
profit
margin
(NPM)
dapat
diinterpretasikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio
(PER), artinya semakin tinggi kenaikan net profit margin maka akan
semakin besar price earning ratio suatu perusahaan. Penelitian ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa tingkat NPM yang
tinggi berarti mempunyai kemampuan menghasilkan laba bersih
dengan prosentase yang tinggi dalam pendapatan operasional
sehingga dapat menarik minat para investor dan akhirnya
menaikkan harga saham, dengan kata lain akan menaikkan nilai
PER. (Wiwin Adhi Tama dan Eko Arief Sudaryono, 2004). Rasio
rentabilitas (profitabilitas) menunjukkan keberhasilan perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan atau merupakan hasil akhir bersih
perusahaan dari berbagai kebijakan dan keputusan yang telah
diambil. Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wiwin Adhi Tama dan Eko Arief Sudaryono
(2004) pada perusahaan perbankan. Ia menemukan bahwa nilai
koefisien regresi dari variabel NPM adalah sebesar –0.127. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara variabel NPM
dengan nilai PER saham perbankan yang terdaftar di BEJ. Kenaikan
satu satuan NPM akan menyebabkan penurunan PER sebesar 0.127
satuan dengan asumsi variabel independen lain konstan. Hasil uji
signifikansi menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari
0.05 yaitu sig-t sebesar 0.572; yang berarti bahwa variabel NPM
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PER.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Dari analisis terhadap hasil penelitian pengaruh variance of earning
growth, net profit margin, dan debt to equity ratio terhadap price earning ratio
perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang telah diuraikan
pada Bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil regresi dengan uji-F dari ketiga variabel independen
yang dianalisis, secara simultan semua variabel indepeden (variance
of earning growth (VEG), net profit margin (NPM), dan debt to equity
ratio (DER)) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen price earning ratio (PER).
2. Berdasarkan hasil regresi dengan uji-T dari ketiga variabel
independen yang dianalisis, variabel net profit margin mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap price earning ratio, yang artinya
semakin tinggi kenaikan net profit margin, maka akan semakin besar
price earning ratio suatu perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa tingkat net profit margin yang tinggi,
berarti mempunyai kemampuan menghasilkan laba bersih dengan
prosentase yang tinggi dalam pendapatan operasional sehingga dapat
menarik minat para investor dan akhirnya menaikkan harga saham,
dengan kata lain akan menaikkan nilai PER (Wiwin Adhi Tama dan
Eko Arief Sudaryono, 2004). Sementara itu, variabel variance of
earning growth juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
price earning ratio, yang artinya semakin tinggi kenaikan variance of
earning growth, maka akan semakin besar price earning ratio suatu
perusahaan. Sedangkan variabel debt to equity ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan terhadap price earning ratio (PER). Secara
teori disebutkan bahwa semakin besar DER menunjukkan bahwa
struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan
dengan ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan solvabilitas
perusahaan semakin rendah, sehingga kemampuan perusahaan untuk
membayar hutangnya adalah rendah, hal ini berarti bahwa resiko
keuangan perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Semakin tinggi
leverage perusahaan, yang diukur dengan debt to equity ratio, maka
semakin rendah nilai PER perusahaan.
3. Angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.239 atau
23,9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen berupa
variance of earning growth (VEG), net profit margin (NPM), dan debt
to equity ratio (DER) dapat menjelaskan variabel dependen price
earning ratio (PER) sebesar 23,9% dan sisanya sebesar 76,1%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini, seperti
kondisi ekonomi makro suatu negara atau kondisi eksternal
perusahaan.
4. Dalam penelitian ini variabel variance of earning growth (VEG)
merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap price
earning ratio (PER).
B. Implikasi dan Saran
1. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapat bahwa net profit
margin (NPM) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap price
earning ratio (PER). Oleh karena itu, hal ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya
pada saham suatu perusahaan dengan melihat indikator net profit
margin (NPM), karena berpengaruh positif dan signifikan terhadap
price earning ratio, yang artinya semakin tinggi kenaikan net profit
margin, maka akan semakin besar price earning ratio suatu
perusahaan.
2. Bagi investor dan calon investor dalam memprediksi nilai price
earning ratio akan lebih optimal, jika menggunakan variance of
earning growth sebagai pertimbangan sebelum berinvestasi. Karena
dengan memperhatikan faktor resiko yang akan diterima dalam
berinvestasi, para investor dan calon investor akan dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam berinvestasi dengan resiko yang minimal.
3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapat bahwa debt to
equity ratio (DER) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap price earning ratio (PER). Oleh karena itu, variabel DER ini
tidak dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor yang ingin
menginvestasikan dananya pada saham suatu perusahaan.
4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah
sampel, dan menambahkan variabel-variabel lainnya seperti current
ratio, total asset turn over maupun kondisi eksternal perusahaan,
misalnya nilai mata uang rupiah, tingkat inflasi, dan tingkat bunga.
Selain itu, untuk peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan
karakteristik lain, seperti penilaian pada perusahaan selain sektor
properti.
Daftar Pustaka
Algifari, “Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi”, BPFE, Yogyakarta,
2003.
Anderson, Keith dan Brooks, Chris, ”Decomposing the P/E Ratio”, ISMA
Centre, Reading, U.K, 2005.
Ang, Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Cetakan Pertama, Media
Soft, Indonesia, 1997.
Anoraga, Pandji, ”Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya Bagi
Pembangunan”, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Anoraga dan Ninik Widiyanti, “Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya
Bagi Pembangunan”, Aneka Cipta, Jakarta, 1995.
Anoraga, Pandji dan Pakarti, Piji, “Pengantar Pasar Modal”, Rineka Cipta,
Semarang, 2001.
Asri S.W, Marwan, dan Heveadi, Anton N., “Price Earnings Ratio (PER)
Model Consistency: Evidence From Jakarta Stock Exchange”, Gadjah
Mada International Journal of Business, Vol.1, No.2, Yogyakarta, 1999.
Astuti, Dewi, ”Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2004.
Brealey, Richard A., dan Myers, Stewart C., “Principle of Corporate Finance”,
Fifth Edition, Mc. Graw Hill Book Company, 1996.
Brigham, Eugene F. dan Ehrhardt, Michael C., “Financial Management:
Theory and Practice”, Twelfth Edition, Thomson Learning, Inc., United
States of America, 2008.
Brigham, Eugene F. dan Gapenski, Louis C., “Intermediate Financial
Management”, Fifth Edition, The Dryden Press, New York, 1996.
Daulata, Mulia Perwira, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio (PER) Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung,
2004.
Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2003.
Ghazali, Imam, ”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Gujarati, D, ”Basic Econometrics”, Mc.Graw Hill International Edition,
Singapore, 1999.
Hanafi, Mamduh M. dan A. Halim, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi
Pertama, UPP AMP YKPN, Yoyakarta, 1996.
Harmono, “Manajemen Keuangan: Berbasis Balance Scorecard, Pendekatan
Teori, Kasus, dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, 2009.
Hin, L. Thian, “Panduan Berinvestasi Saham”, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta, 2001.
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi
Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
Husnan, Suad, “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, UPP
AMP YKPN, Yogyakarta, 2005.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Eni, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1998.
Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Kedua, BPFE,
Yogyakarta, 2000.
Kholid, Abdul, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning
Ratio Saham-Saham Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”,
Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta,
2006.
Kusumaputra, Inggit, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price
Earning Ratio Perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi,
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006.
Lestariningsih, Daru, “Pengaruh Dividend Pay Out Ratio, Current Ratio,
Variance Of Earning Growth Terhadap Price Earning Ratio (PER) Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi,
Fakultas Ekonomi UNNES, Semarang, 2007.
Marpaung, Elyzabeth Indrawati, “Perubahan Dividend Yield dan Perubahan
Price Earning Ratio Berpengaruh Terhadap Perubahan Harga Saham”,
Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol 3, No. 1, 2003.
Munir, Sartono, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning
Ratio di Bursa Efek Jakarta”, Thesis Sarjana Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan), 1997.
Nachrowi, D. dan Usman, Hardius, ”Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisa Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga
Penerbitan Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Nuraini, Nany, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Saham-Saham di Bursa Efek Jakarta”, Thesis Sarjana Program
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan), 2000.
Priyatno, Duwi, “Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service
Solution) Untuk Analisis Data dan Uji Statistik”, MediaKom,
Yogyakarta, 2008.
Reilly, Frank K., and Brown, Keith C., “Investment Analysis and Portfolio
Management”, Seventh Edition. USA: South Western-Thomson, 2000.
Resmi, Siti, “Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Return
Saham”, Kompak Nomor 6, 2002.
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat,
BPFE, Yogyakarta, 1996.
Rodoni, Ahmad, “Analisis Teknikal dan Fundamental Pada Pasar Modal”,
CSES Press, 2005.
Rodoni, Ahmad dan Riskawati, “Analisis Fundamental Terhadap Price
Earning Ratio”, Jurnal Etikonomi, Vol. 4, No. 3, 2005.
Santoso, Purbayu Budi, ”Analisis Statistik Dengan Microsoft Excel dan SPSS”,
Andi Offset, Yogyakarta, 2005.
Santoso, Singgih, “Statistik and Product Service Solution / SPSS”, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2001.
Setyorini, Parwati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio
Pada Saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000-2002”, Skripsi,
Fakultas Ekonomi UNNES, Semarang, 2005.
Siegel, Joel G., dan K., Shim Jae, “Financial Management”, Barron
Educational Series, Inc, 1991.
Simamora, Henry, “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid II”,
Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Sutrisno, ”Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi”, Ekonisia,
Yogyakarta, 2009.
Tama, Wiwin Adhi dan Sudaryono, Eko Arief, “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio pada Saham-Saham Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Fakultas Ekonomi UNS,
Surakarta, 2004.
Thomas, Jacob K. dan Zhang, Huai, “Another Look at P/E Ratios”, University
of Hong Kong, Hong Kong, 2006.
Komputer, Wahana, “10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS
10.01”, Andi Offset, Yogyakarta, 2002.
www.google.com
www.jsx.co.id
www.reuters.com
www.tempointeraktif.com
www.vibiznews.com
LAMPIRAN
Lampiran 1
Sampel Data Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
OMRE
PTRA
PWON
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Nama Perusahaan
Bhuwanatala Indah Permai Tbk
Bukit Sentul Tbk
Bintang Mitra Semestaraya Tbk
Ciptojaya Kontridoreksa Tbk
Ciputra Development Tbk
Ciputra Surya Tbk
Duta Anggada Realty Tbk
Fortune Mate Indonesia Tbk
Duta Pertiwi Tbk
Bakrieland Development Tbk
Gowa Makasar Tourism Dev. Tbk
Jaya Real Property
Kawasan Industri Jababeka Tbk
Lamicitra Nusantara
Lippo Cikarang Tbk
Lippo Karawaci Tbk
Modernland Realty Tbk
Indonesia Prima Property Tbk
New Century Development Tbk.
Pakuwon Jati Tbk
Panca Wiratama Tbk
Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk
Roda Panggon Harapan Tbk
Suryainti Permata Tbk
Suryamas Dutamakmur Tbk
Summarecon Agung Tbk
Lampiran 2
Price Earning Ratio
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
OMRE
PTRA
PWON
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Rata-Rata
Ket
: Dalam satuan kali ( )
Sumber : Hasil olah data
2005
-8.4100
14.8000
-33.4200
-57.9000
6.9900
9.4800
-0.8300
-16.1900
14.5400
2.5000
3.1400
18.3700
10.4900
73.3000
5.4200
13.8200
27.6400
-5.9000
-1.2300
-2.3100
-0.3600
-16.6500
-31.3400
2.3800
-1.0600
8.9800
1.3900
2006
-11.3600
-35.7600
-23.2800
41.6300
5.0100
8.2600
6.7400
-76.8600
22.3600
24.7000
2.2400
36.1300
47.0700
43.1000
44.6500
20.7100
29.5400
37.0100
24.8300
5.5800
-0.1000
-20.9000
-50.9500
6.3000
3.0800
36.2800
8.6900
2007
2008
-21.6800 -22.1800
24.8100 -96.8200
-95.3400 -76.7000
95.6200
86.8100
43.2600
14.7200
11.0500
3.8600
14.4000
7.6100
44.2300
18.1600
21.5000
30.6800
126.6900
8.0600
3.8400
1.1100
41.8100
10.7200
34.8300
15.9800
20.5700
24.8400
41.7000
3.4600
35.0800
35.8100
33.8900
64.1600
-15.7200 109.5300
-53.8400 -63.2900
27.6200 -275.0000
-0.4600
-0.5500
48.3900
53.2200
-19.0100 -396.1500
17.0900 146.2300
-24.2300 -51.8900
29.7000
82.7100
18.6800 -10.1900
Lampiran 3
Net Profit Margin
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
OMRE
PTRA
PWON
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Rata-rata
2005
-77.00
-7.00
54.00
-8.00
20.00
26.00
-76.00
0.00
14.00
28.94
38.00
28.00
31.00
2.00
30.00
27.00
3.00
-18.00
-174.00
-32,00
-98.00
-9.00
-35.00
66.00
-327.00
29.00
-17.85
Ket
: Dalam satuan persen ( )
Sumber : Hasil olah data
2006
-41.00
-85.00
-340.00
-7.10
100.00
42.00
44.00
-11.00
9.00
19.00
33.00
31.00
15.00
1.00
5.00
22.00
4.00
14.00
82.00
72,00
-3.88
-2.00
-8.00
52.00
59.00
3.00
4.19
2007
-40.00
-36.00
-101.00
6.30
15.00
40.00
31.00
22.00
7.00
35.00
28.00
30.00
37.00
2.00
9.00
22.00
17.00
7.00
-49.00
22.00
-1.47
2.00
-8.00
68.00
-14.00
18.00
6.49
2008
-16.40
-0.26
-664.00
-0.21
10.10
25.80
37.60
11.40
7.90
23.70
31.50
28.70
12.20
4.30
17.80
21.40
1.00
0.10
-1.82
0.36
-1.03
0.03
-0.11
0.77
0.05
0.17
-17.27
Lampiran 4
Debt to Equity Ratio
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Kode Perusahaan
BIPP
BKSL
BMSR
CKRA
CTRA
CTRS
DART
FMII
DUTI
ELTY
GMTD
JRPT
KIJA
LAMI
LPCK
LPKR
MDLN
OMRE
PTRA
PWON
PWSI
RBMS
RODA
SIIP
SMDM
SMRA
Rata-Rata
2005
0.5300
0.4400
0.1200
0.0300
-3.5400
1.0200
-2.0900
0.6100
1.6300
1.0000
2.5800
0.7700
0.2900
1.1800
1.3900
1.4200
1.1900
2.4400
0.7800
-4.4100
-2.7200
0.1400
0.0500
0.1700
-6.3400
1.3800
0.0023
Ket
: Dalam satuan persen (%)
Sumber : Hasil olah data
2006
0.6000
0.2600
0.1200
0.0200
1.1200
0.6700
2.8300
0.5400
1.6200
0.8500
2.0100
0.5600
0.2200
1.8200
1.5400
1.5000
1.1000
2.3000
2.3900
1.1100
-2.2800
0.1200
0.0500
0.0800
4.9100
0.4100
1.0181
2007
0.6700
0.1400
0.3500
0.1800
0.4300
0.4700
3.8700
0.5300
1.5600
0.2800
2.1500
0.6300
0.3000
2.9500
1.7300
1.6800
1.3200
2.0500
1.7300
2.1800
-2.1400
0.2400
0.0400
1.0900
5.0200
1.0000
1.1712
2008
0.6500
0.1600
0.0400
0.0500
0.4500
0.5700
3.5900
0.8200
0.8700
0.6600
2.0100
0.8100
0.7400
2.7100
1.8600
1.4000
0.7700
2.5500
1.7500
2.5500
-1.8600
0.1000
0.1900
1.2800
0.9900
1.3100
1.0392
Lampiran 5
Variance of Earning Growth
NO
EPS
KODE
PERTUMBUHAN LABA
2004
2005
2006
2007
2008
2005
2006
2007
2008
RATARATA
EG
VEG
1
BIPP
21.08
-7
-4
-4
-2
-1.3320
0.4286
0.0000
-0.5
-0.35
0.5713
2
BKSL
5.02
4.8
-3
9
4.89
-0.043
0.448
-4
-0.297
0.04
0.1436
3
BMSR
-3.71
-2
-3
-2
-4
-0.461
0.5
0.334
1
0.34
0.3676
4
CKRA
6
8
14
10
2.88
0.333
0.75
-0.29
-0.04
0.27
0.2716
5
CTRA
53
58
109
102
12
0.094
0.879
-0.064
-0.429
0.30
0.2553
6
CTRS
DART
FMII
62.05
44
119
89
41
-0.291
1.705
-0.252
-0.539
0.16
1.0877
-154.63
-338
89
38
33
1.186
-1.263
-0.573
-0.132
-0.20
1.0658
-36.39
-4
-1
3
4
-0.890
-0.75
-4
0.333
-1.33
3.4715
DUTI
42.99
45
43
42
33
0.047
-0.044
-0.023
-0.214
-0.06
0.0122
10
ELTY
265.02
16.53
12.07
6.84
13.66
-0.938
-0.2698
-0.433
0.997
-0.16
0.6768
11
GMTD
63.00
116
188
117
133
0.841
0.621
-0.378
0.137
0.31
0.294
12
JRPT
88.56
103
29
37
47
0.163
-0.718
0.276
0.270
-0.0022
0.2329
13
KIJA
4.575
9
3
7
3.1
0.967
-0.667
1.333
-0.557
0.27
1.0592
14
LAMI
1.27
1.47
0.84
2.57
8.10
0.1575
-0.4286
2.0595
2.1518
0.99
1.7330
15
LPCK
41.58
47
6
15
59
0.130
-0.872
1.5
2.933
0.92
2.7349
16
LPKR
29.750
127
52
20
22
3.269
-0.591
-0.615
0.1
0.54
3.4181
17
MDLN
14
17
25
20
0.78
0.214
0.47
-0.2
-0.944
0.16
0.1145
18
OMRE
18
15
25
-3
13
-0.167
0.667
-0.48
6.55
0.44
0.3512
19
PTRA
-20.66
-24
2
-2
-0.79
0.162
-1.083
-2
-0.605
-0.88
0.8190
20
PWON
234.45
-201
140
9
-1.23
-1.857
-1.697
-0.936
-1.137
-1.41
0.1938
21
PWSI
-230.43
-316
-334
-324
-273.43
0.371
0.057
-0.03
-0.156
0.06
0.0505
22
RBMS
-4.64
-3.6
-1
2
2.95
-0.224
-0.722
-3
0.475
-0.87
2.2617
23
RODA
-1.74
-2
-1
-1
-0.26
0.149
-0.5
0.0000
-0.74
-0.27
0.1741
24
SIIP
23.001
80
94
117
13.13
2.478
0.175
0.245
-0.888
0.50
2.0032
25
SMDM
1.39
640
522
1.27
-4.24
-0.54
-0.184
1.431
0.06
0.24
1.1032
26
SMRA
26.316
84
63
39
14.63
2.192
-0.25
-0.381
-0.625
0.23
1.7281
0.99
3.4715
-1.41
0.0122
7
8
9
Maximum
Minimum
Sumber : Hasil olah data
Lampiran 6
Output SPSS Sebelum Outlier
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PER
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
d.
104
4.6457
62.84287
.206
.157
-.206
2.100
.000
Test distribution is Normal.
Calculated from data.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
VEG
104
14.3386
42.21350
.409
.409
-.367
4.174
.000
NPM
DER
104
-6.1039
88.62847
.305
.209
-.305
3.109
.000
104
.8077
1.57566
.232
.083
-.232
2.362
.000
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
VEG
NPM
.992
.890
1.008
1.123
DER
.883
1.132
Sumber: Hasil olah data
Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
a. Predictors: (Constant), DER, VEG, NPM
b. Dependent Variable: PER
Sumber: Hasil olah data
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
Lampiran 7
Output SPSS Setelah Outlier
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PER
N
a,b
Normal Parameters
Mean
Most Extreme Differences
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
VEG
NPM
DER
74
74
74
74
9.5184
1.2018
-4.2272
.8212
28.20313
1.06431
95.74002
1.35019
.135
.191
.318
.200
.050
-.135
.191
-.132
.226
-.318
.072
-.200
1.164
1.646
1.735
1.723
.133
.662
.164
.905
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
VEG
NPM
.937
.932
1.067
1.074
DER
.914
1.095
Sumber: Hasil olah data
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
.520a
R Square
Adjusted R
Square
.271
a. Predictors: (Constant), DER, VEG, NPM
b. Dependent Variable: PER
Sumber: Hasil olah data
.239
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate
24.59616
1.388
Hasil Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
15717.413
3
Residual
42347.976
70
Total
Sumber: Hasil olah data
58065.389
73
F
Sig.
5239.138 8.660 .000a
604.971
Hasil Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
B
1
(Constant)
Std. Error
.832
4.554
VEG
6.973
2.794
NPM
.114
.962
Sumber: Hasil olah data
DER
Standardized
Coefficients
t
Sig
Beta
.183
.856
.263
2.496
.015
.031
.389
3.674
.000
2.231
.046
.431
.668
Download