BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melakukan investasi dengan menanamkan modal pada perusahaan terbuka merupakan salah satu lahan pendapatan yang sangat diminati oleh banyak kalangan. Perusahaan terbuka menjanjikan dua hal untuk dapat melipatgandakan kekayaan orang yang melakukan penanaman modal pada perusahaan tersebut yaitu penambahan kekayaan dari capital gain dimana ekuitas yang dimiliki orang tersebut di dalam perusahaan bertambah atau kekayaan tersebut dibagikan secara langsung dalam bentuk uang melalui dividen perusahaan. Kedua hal tersebut sama jika dilihat bahwa pemilik modal mendapatkan uang dari hasil kinerja perusahaan Modigliani dan Miller (1961) menyatakan dalam teori dividend irrelevance bahwa kebijakan pembayaran dividen yang dilakukan tidak akan mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Atas dasar itu, teori ini juga menyatakan bahwa tidak ada bedanya apakah perusahaan akan menyimpan uangnya dalam bentuk laba ditahan yang berarti pemegang saham mendapat capital gain, ataukah membagikannya kepada pemegang saham. Namun banyak yang mengatakan bahwa teori dividend irrelevance MM tidak mencerminkan dunia yang sebenarnya karena beberapa sebab yaitu diantaranya adalah capital gain dan dividen berbeda karena capital gain merupakan pendapatan pemegang saham yang belum terealisasikan sedangkan dividen merupakan pendapatan pemegang saham yang telah terealisasikan. Kemudian dividen dikenai pajak sedangkan capital gain tidak dikenai pajak. Perbedaan selanjutnya adalah capital gain dapat digunakan perusahaan untuk melakukan investasi ulang untuk menambah nilai perusahaan mereka, sedangkan jika pendapatan dibagikan sebagai dividen perusahaan akan kehilangan uang yang dibagikan kepada pemilik perusahaan. Salah satu yang menentang teori dividend irrelevance Modigliani dan Miller adalah Harry DeAngelo. DeAngelo dan DeAngelo (2006) menyatakan bahwa dividend payout policy mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan dan harga saham sehingga pembayaran dividen merupakan hal yang penting yang dapat menentukan nilai dan harga saham perusahaan disamping beberapa faktor lain seperti kebijakan investasi dan lain-lain. Teori bird in the hand juga menyatakan bahwa perusahaan sebaiknya membayarkan dividen karena dividen yang dibayarkan merupakan bentuk keuntungan yang pasti dan telah didapatkan oleh pemegang saham, sedangkan capital gain bersifat tidak pasti. Sebaliknya Litzenberger and Ramaswamy dalam teori tax preference menyatakan bahwa sebaiknya dividen tidak membayarkan dividennya karena dividen dikenai pajak yang besar. Dengan asumsi semua orang tidak menyukai pajak, maka pemegang saham tentunya lebih memilih untuk mendapatkan keuntungan yang tidak dikenai pajak. Oleh karena penentuan antara pembayaran dividen dan menyimpan keuntungan sebagai laba ditahan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keadaan perusahaan, banyak faktor yang kemudian diperlukan bagi manajer perusahaan untuk dapat membuat keputusan yang tepat terkait kebijakan dividen. Hal apakah yang mempengaruhi sebuah perusahaan untuk membayarkan dividen? Salah satu fungsi dividen menurut para ahli, dapat digunakan sebagai alat untuk mencegah kerugian sebagai akibat dari masalah keagenan. Dalam keuangan korporasi tugas utama manajer adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan atau dengan kata lain memaksimalkan kekayaan pemegang saham yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Tetapi menurut Brealey (2007) kenyataannya manajer tidak selalu bertindak atas kepentingan dari pemegang saham. Manajer merupakan individu yang tentunya memiliki keinginan untuk menyenangkan diri sendiri dan tindakan ini berpotensi menjadi masalah bagi tujuan awal manajer yaitu mengakomodasi kepentingan pemegang saham untuk memaksimalkan kekayaan mereka. Perilaku tersebut yang kemudian akan menimbulkan biaya keagenan. Menurut Jensen (1976) dalam teori keagenan perusahaan dengan kas sisa yang besar akan membuat manajer memiliki kekuatan yang besar karena memiliki banyak sumber daya yang dikelola. Manajer juga cenderung untuk selalu mengejar pertumbuhan perusahaan meskipun pertumbuhan tersebut membuat perusahaan tidak lagi berada pada kondisi optimalnya. Hal ini terjadi karena pertumbuhan pada perusahaan berkorelasi terhadap insentif yang didapatkan oleh manajer Murphy (1985). Hal ini membuat timbulnya masalah keagenan yang dapat mengakibatkan biaya bagi perusahaan. Peran dividen dalam mengurangi masalah keagenan adalah mengurangi kas yang dimiliki oleh manajer ketika tidak ada lagi peluang tumbuh dengan baik dan mengurangi resiko kerugian pemegang saham akibat investasi buruk yang dilakukan manajer. Perkembangan selanjutnya dari teori tentang pembayaran dividen adalah bagaimana kepemilikan dari saham perusahaan akan mempengaruhi pembayaran dividen. La Porta (2000) meneliti apakah konsentrasi kepemilikan mempengaruhi besaran pembayaran dividen oleh perusahaan. Hasilnya adalah perusahaan dengan pemegang saham yang terkonsentrasi dalam jumlah besar akan cenderung untuk menggunakan kekuasaannya, dan dengan kontrol yang besar terhadap arus kas dari perusahaan, pemegang saham tersebut tentunya akan berusaha untuk meminimalkan pembayaran dividen karena perkembangan dalam perusahaan tentunya akan paling berdampak kepada mereka. Teori lain mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap pembayaran dividen adalah dari Gugler dan Burchin (2002) yang mengatakan bahwa kepemilikan saham perusahaan yang terkonsentrasi tidak mengakibatkan terjadinya pembayaran dividen yang rendah, tetapi menyebabkan pembayaran yang tinggi. Alasannya adalah karena dengan kepemilikan yang terkonsentrasi, pemegang saham yang memiliki saham mayoritas akan memilki kekuatan lebih untuk mengatur tindakan manajemen. Hal ini akan digunakan mereka untuk membatasi ruang manajemen terhadap aset yang dimilikii oleh perusahaan. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meminimalisir terjadinya masalah keagenan yang dapat merugikan perusahaan. Penjelasan lain mengenai mengapa perusahaan membayarkan dividen adalah karena dividen dapat digunakan sebagai sinyal kepada investor bahwa perusahaan sedang dalam keadaan baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Linter (1956) dalam penelitianya bahwa pendapatan bersih merupakan faktor utama yang menentukan perubahan dari besaran dividen yang diberikan, sehingga dapat dikatakan juga perubahan dividen yang dilakukan oleh perusahaan mencerminkan keadaan perusahaan dan juga proyeksi manajer terhadap pendapatan di masa depan. Manajer hanya akan meningkatkan pembayaran dividen jika mereka merasa perusahaan akan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar pula. DeAngelo (1992) juga melakukan penelitian berdasarkan teori-teori tersebut dan menemukan bukti bahwa pembayaran dividen memiliki hubungan dengan performa perusahaan yang dilihat dari temuan bahwa perusahaan dengan kinerja yang buruk cenderung tidak membayarkan dividen sedangkan persusahaan yang memiliki kinerja baik cenderung akan membayarakn dividennya. Hal ini tentulah memperkuat teori bahwa dividen dapat digunakan sebagai sinyal untuk kinerja perusahaan. Fama dan French (2001) dan DeAngelo dan DeAngelo (2006) pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perkembangan tahap kehidupan dari perusahaan menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk membayarkan dividen ataukah tetap menahan keuntunga agar perusahaan masih dapat terus berkembang. Kedua penelitian tersebut menyimpulkan bahwa seiring waktu dan berkembanganya perusahaan hingga akhirnya memasuki tahap mature perusahaan akan semakin mungkin untuk melakukan pembayaran dividen. Penelitian Fama dan French (2001) menggunakan proxy profitabilitas perusahaan yang tinggi dan pertumbuhan kecil untuk menentukan kategori perusahaan mature, sedangkan DeAngelo dan DeAngelo (2006) menggunakan total ekuitas sebagai penentu maturitas perusahaan dengan proxy komposisi laba ditahan dan contributed capital terhadap total ekuitas. Beberapa hal lain yang signifikan mempengaruhi pembayaran dividen adalah ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, pengungkit finansial perusahaan, likuiditas perusahaan dan tingkat pertumbuhan perusahaan. Sebagaimana diutarakan oleh Fakhra dan Guk (2013) dalam penelitiannya mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi pembayaran dividen di Pakistan menemukan bahwa ukuran, profitabilitas, likuiditas dan pendapatan per lembar saham perusahaan memiliki korelasi positif terhadap besaran dividend payout ratio sebuah perusahaan. Sedangkan untuk penjualan, pertumbuhan dan financal leverage memiliki hubungan yang negatif signifikan. Perusahaan besar biasanya memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal dan dapat lebih mudah untuk mendapatkan modal dibandingakan dengan perusahaan kecil. Hal ini menyatakan bahwa bagi perusahaan kecil, pendanaan secara internal menjadi opsi yang lebih sering digunakan sehingga akan mempengaruhi besaran dividend payout ratio kepada pemegang saham. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ukuran perusahaan merupakan hal yang sangat mempengaruhi pembayaran dividen secara positif [Lloyd et al.. (1985), Barclay et al.. (1995), Reeding (1997), Holder et al.. (1998), Fama and French (2001)]. Profitabilitas merupakan penyebab yang logis mempengaruhi besaran dividen payout oleh perusahaan. Lintner (1956) menyatakan bahwa pendapatan bersih perusahaan merupakan determinan yang sangat mempengaruhi dividend payout ratio oleh karena itu perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar tentunya akan memiliki cadangan laba ditahan yang besar yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Oleh karena itu, perusahaan yang mengalami kerugian mungkin hanya akan membayarakan dividen dalam jumlah kecil atau mungkin tidak membayarkan dividen. Beberapa penelitian yang mendukung hal ini adalah [Jensen et al. (1992), Han et al. (1999), dan Fama dan French (2002)]. Teori Pecking Order menyatakan bahwa perusahaan akan terlebih dahulu menggunakan dana internal dalam kegiatan pendanaan mereka, barulah setelah itu menggunakan dana eksternal dengan menggunakan hutang dan kemudian barulah menerbitkan saham baru karena perusahaan ingin mengurangi biaya dari asimetri informasi [Myers (1984), dan Myers dan Majluf (1984)] dan juga karena menerbitkan saham baru akan mengakibatkan biaya penerbitan yang tinggi. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa perusahaan dengan profit yang tidak besar akan lebih memilih untuk menahan keutungannya untuk digunakan sebagai pendanaan dari investasinya, sedangkan perusahaan dengan profit yang besar akan mampu melakukan pembayaran dividen dan juga melakukan investasi secara bersamaan. Fama dan French (2002) menggunakan expected profitability dari aset untuk mengukur hipotesis teori pecking order dan menginterpretasikan hasil mereka dengan menyatakan bahwa terdapat korelasi yang postitif antara profitabilitas dan dividen konsisten dengan teori pecking order. Struktur modal dari perusahaan juga dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi besaran pembayaran dividen. Perusahaan yang menggunakan hutang sebagai modal mereka akan mendapatkan tax shield dari keuntungan mereka yang dikenai bunga dari hutang terlebih dahulu. Tetapi dengan menggunakan hutang perusahaan juga akan mendapatkan masalah yaitu risiko kebangkrutan yang diakibatkan dari gagal bayar hutang tersebut. Oleh karena itu perusahaan yang sebagian besar modalnya didanai oleh hutang, atau dengan kata lain memiliki financial leverage yang besar, akan cenderung untuk menjaga kas dan mendistribusikannya untuk memenuhi kewajibannya membayar hutang terlebih dahulu sehingga perusahaan akan membayarkan dividen yang kecil dan sebaliknya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, perumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif/negatif terhadap kebijakan pembayaran dividen? 2. Apakah tahap kehidupan perusahaan berpengaruh positif/negatif terhadap kebijakan pembayaran dividen? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap kebijakan pembayaran dividen. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh tahap kehidupan terhadap kebijakan pembayaran dividen. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi investor, membantu dalam memilih perusahaan sebagai tempat penanaman modal dan pembentukan portofolio. 2. Bagi perusahaan, membantu dalam mempertimbangkan besaran pembayaran dividen yang akan dilakukan. 3. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pandangan baru terhadap pengembangan teori dividen payout , faktor-faktor yang mempengaruhi dan penentuannya. 4. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan lebih lanjut teori-teori di bidang keuangan khususnya dalam bidang kebijakan dividen. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang kenapa penelitian ini dilakukan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta batasan penelitian pada tesis ini. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan tentang tinjauan pustaka atau kajian teori dari penelitian ini, landasan dari teori dalam penelitian ini penelitianpenelitian sebelumnya dan pengembangannnya. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang sampel yang digunakan di dalam penelitian, jenis data, sumber data, dan metode analisis data yang digunakan untuk menguji dan membuktikan hipotesis yang dikembangkan dalam Bab II. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menguraikan hasil analisis data yang diolah dengan metode yang dikemukakan di dalam Bab III beserta keterbatasannya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan beserta saran-saran yang dianggap perlu dan bermanfaat bagi para pelaku pasar dan juga untuk penelitian lebih lanjut yang dapat dilakukan.