167 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

advertisement
167
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) dengan dosis 10
mg/hari, mempunyai efikasi terhadap pertumbuhan fisik anak stunted usia
12-36 bulan yaitu dapat meningkatkan pertumbuhan panjang badan (PB)
atau tinggi badan (TB) lebih tinggi 3,53 cm (p=0,007 atau p<0,05),
pertumbuhan panjang lutut tumit (PLT) 0,6 cm atau 6 mm (p=0,03 atau
p<0,05) lebih panjang dan menambah nilai z-score indek TB/U sebesar 1,3
poin (p<0,00 atau < 0,05), dibanding anak yang tidak diberi suplemen zink.
2. Suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) dengan dosis 10
mg/hari, mempunyai efikasi terhadap penurunan morbiditas (kejadian)
penyakit infeksi saluran pernafasan (ISP) sebesar 36 % (p=0.025 atau
<0,05). Kejadian penyakit diare setelah intervensi tidak mengalami
perubahan, tetapi frekuensi dan lama menderita penyakit diare mengalami
perubahan yang bermakna secara statistik (p=0,012 atau <0,05).
3. Suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) dengan dosis 10
mg/hari tidak mempunyai
efikasi terhadap perkembangan anak stunted
usia 12-36 bulan (P>0,05), tetapi ùntuk domain kognitif (p=0,08) dan adaptif
(p=0,007) hampir mendekati batasan nilai bermakna. Apabila suplementasi
diberikan dalam waktu yang lebih lama (6 bulan) dan diikuti dengan
stimulasi psikososial, kemungkinan akan mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap perkembangan anak stunted usia 12-36 bulan.
168
B. Saran
1. Bagi masyarakat.
Suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) selain diberikan
dalam bentuk sirup, dapat juga diberikan berupa konsentrat (cairan ekstrak)
minuman kaldu dengan rasa gurih, kapsul ekstrak ikan bilih untuk skala
industri perusahaan farmasi, dan formula tepung instan yang dibuat dari
penganekaragaman pangan lokal dan diolah dengan teknologi pengeringan
sesuai sifat bahan sehingga didapatkan campuran tepung homogen.
Formula tepung instan ini dapat diolah menjadi Makanan Pendampin ASI
(MP-ASI), permen dan biskuit ikan fungsional (cookies fish functional) untuk
makanan tambahan pada masyarakat rawan gizi yaitu anak balita, anak
sekolah dan ibu hamil. Serbuk zink dan mineral lain yang dihasilkan dapat di
formulasi menjadi serbuk tabur tinggi zat gizi fungsional (taburia) yang siap
saji dan dapat dikonsumsi sendiri atau ditambahkan (ditaburkan) ke
komponen tertentu makanan sehari-hari.
2. Bagi pemerintah daerah dan lintas sektor terkait.
a. Aplikasi dan difusi teknologi produksi ekstrak dan tepung ikan bilih perlu
dilakukan untuk memperkenalkan, memproduksi dan mengkomersialkan
produk ekstrak dan tepung ikan bilih sebagai suplemen makanan (food
supplement) yang berfungsi untuk kesehatan (fungsional food).
Pengembangan teknologi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1) Transfer produk dan teknologi pada masyarakat, dilakukan melalui
tahapan penggandaan proses produksi dari skala laboratorium ke
169
skala komersial (scaling-up produksi skala usaha) kemudian
ditransfer pada mitra usaha melalui pelatihan dan pendampingan.
2) Internalisasi/ edukasi pada masyarakat dilakukan melalui penyiapan
bahan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dan kegiatan
diseminasi melalui presentasi dan pelatihan (workshop) pada
masyarakat
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ikan bilih di bidang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dan meningkatkan nilai ekonomi ikan bilih, sehingga akan meningkatkan
ekonomi masyarakat nelayan maupun industri makanan.
b. Perlu advokasi dan sosialisasi kepada para pengambil kebijakan untuk
mengeluarkan kebijakan daerah berupa undang-undang yang berpihak
kepada pelaksanaan program, agar program dapat berjalan sesuai
dengan yang direncanakan.
3. Bagi Kementrian Kesehatan.
a. Agar masalah tumbuh kembang anak dapat dideteksi dan ditanggulangi
secara dini, dalam skrining pemantauan Status Gizi (PSG) sebaiknya
juga dilakukan pemeriksaan status biokimia gizi seperti pemeriksaan
kadar Haemoglobin (Hb), status vitamin A, status Iodium dan status zink
serum, terutama pada anak stunted.
c. Model grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS) yang sudah ada perlu di
modifikasi dan dilengkapi dengan hasil pengukuran Panjang/ Tinggi
Badan (PB/TB), Lingkar Kepala (LK), agar pertumbuhan anak balita
dapat dimonitor dan di evaluasi secara optimal. Diharapkan KMS ini
dapat memberikan informasi gangguan pertumbuhan anak balita secara
170
lengkap terutama masalah anak stunted, sehingga dapat ditanggulangi
sejak dini.
4. Bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian ini membuktikan pengaruh yang besar dari suplementasi zink
dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) terhadap pertumbuhan fisik anak
stunted, walaupun terdapat mekanisme yang komplek keterkaitan asupan zat
gizi terutama suplementasi zink dengan determinan masalah anak stunted
lainnya. Oleh karena itu perlu penelitian lanjut dengan waktu intervensi lebih
lama (minimal enam bulan), analisis status gizi secara lengkap, pemeriksaan
kadar zink serum, haemoglobin, feritin, albumin dan yodium pada pre dan pos
intervensi serta kajian yang lebih mendalam terhadap aspek biomedis, diikuti
dengan stimulasi psikososial berbasis kearifan budaya lokal daerah dan
lingkungan di seluruh Indonesia. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
masukan dalam pengambilan kebijakan daerah ataupun nasional dalam
merumuskan program penanggulangan masalah kesehatan berbasis potensi
dan kearifan budaya lokal, khususnya untuk meningkatkan status gizi anak, dan
menurunkan prevalensi anak stunted serta menurunkan angka kematian dan
kesakitan anak di Indonesia sehingga tumbuh kembang anak dapat dicapai
secara optimal.
Download